ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI (3)
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA INDUSTRI KECIL KERUPUK SANJAI DI KOTA BUKITTINGGI
Oleh YORI AKMAL A14302024 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA INDUSTRI KECIL KERUPUK SANJAI DI KOTA BUKITTINGGI SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh : YORI AKMAL A14302024 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
RINGKASAN
YORI AKMAL. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja Industri Kecil Kerupuk Sanjai di Kota Bukittinggi. (Di bawah bimbingan IDQAN FAHMI).
Tenaga kerja merupakan salah satu masalah utama dan penting dalam pembangunan Indonesia. Berdasarkan data BPS tahun 2004, angkatan kerja Indonesia mencapai 103,973 juta jiwa, dan lebih 50 persen diantaranya berada di pedesaan dan bekerja di sektor pertanian. Ketidakmampuan lapangan kerja menyerap tanaga kerja karena pertumbuhan lapangan kerja yang relatif lambat dibanding pertumbuhan angkatan kerja. Ketimpangan penyebaran lapangan kerja juga menjadi permasalahan dalam akses tenaga kerja untuk bekerja. Tingkat pendidikan dan keterampilan yang rendah merupakan permasalahan utama tenaga kerja Indonesia karena hal ini berkolerasi positif dengan produktivitas tenaga kerja.
Permasalahan di atas menyulitkan angkatan kerja Indonesia untuk bekerja di sektor formal. Salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan di atas yaitu dengan memberdayakan sektor ekonomi informal dan ekonomi tradisional, seperti industri kecil dan rumah tangga. Industri kecil kerupuk sanjai merupakan salah satu industri kecil yang cukup berpotensi untuk dikembangkan untuk menyerap tenaga kerja terutama di Sumatera Barat
Berdasarkan data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bukittinggi tahun 2004, industri kecil di Kota Bukittinggi tumbuh sekitar 15-20 persen per tahun. Pertumbuhan industri kecil yang relatif stabil secara umum, tapi pada industri kecil kerupuk sanjai yang merupakan industri kecil tradisional yang telah ada pertumbuhannya relatif lambat. Hal ini dapat dilihat dari produksi yang relatif kecil dibandingkan industri kecil lain, sedangkan industri kecil ini sama-sama menggunakan teknologi yang sederhana (tradisional) dalam berproduksi. Berdasarkan data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bukittinggi tahun 2004, produksi industri makanan kecil dan kue kering ini mencapai 4.367.075.000 rupiah sedangkan industri kecil kerupuk sanjai hanya sekitar 1.990.500.000 rupiah. Produktivitas tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan industri kecil. Rata-rata tingkat pendidikan dan keterampilan tenaga kerja yang rendah merupakan salah satu permasalahan penyebab industri kecil kerupuk sanjai sulit untuk berkembang, selain tingkat upah yang rendah, hal ini berdampak pada rendahnya produktivitas tenaga kerja.
Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini. Pertama, bagaimanakah karakteristik umum industri kecil kerupuk sanjai di Kota Bukittinggi? Kedua, bagaimanakah karateristik tenaga kerja industri kecil kerupuk sanjai di Kota Bukittinggi? Ketiga, faktor-faktor apakah yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja pada industri kecil kerupuk sanjai di Kota Bukittinggi?
Produktivitas tenaga kerja yang rendah merupakan kendala dalam pemgembangan industri kecil kerupuk sanjai ini. Berdasarkan permasalahan di atas maka penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengidentifikasi karakteristik umum industri kecil kerupuk sanjai, (2) mengidentifikasi karakteristik tenaga kerja Produktivitas tenaga kerja yang rendah merupakan kendala dalam pemgembangan industri kecil kerupuk sanjai ini. Berdasarkan permasalahan di atas maka penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengidentifikasi karakteristik umum industri kecil kerupuk sanjai, (2) mengidentifikasi karakteristik tenaga kerja
Berdasarkan uraian di atas, analisis yang dipakai dalam penelitaian ini adalah, data hasil survey dan wawancara dianalisa secara deskriptif untuk mengidentifikasi karakteristik umum dan karakteristik tenaga kerja industri kecil kerupuk sanjai. Data primer dianalisa dengan model regresi linier berganda dan parameter diduga dengan metode pendugaan kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Square ) untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja industri kecil di Kota Bukittinggi.
Berdasarkan analisis deskriptif perkembangan industri kecil kerupuk sanjai di Kota Bukittinggi secara umum belum diikuti dengan perkembangan teknologi yang cukup berarti. Peralatan yang digunakan masih peralatan sederhana dan penggunaan peralatan untuk melakukan proses produksi masih didominasi oleh tenaga kerja manusia, sehingga produktivitas tenaga kerja pada industri kecil kerupuk sanjai merupakan faktor penentu. Karakteristik pekerja pada industri kecil kerupuk sanjai di Kota Bukittinggi menunjukkan rata-rata umur pekerja adalah 31 tahun. Dilihat dari tingkat pendidikan secara umum responden telah menyelesaikan pendidikan pada tingkat sekolah dasar dan secara rata-rata pekerja industri kecil kerupuk sanjai di Kota Bukittinggi telah menjalani pendidikan formal selama 8,6 tahun. Para pekerja rata-rata telah memiliki pengalaman kerja selama 7,45 tahun di industri kecil kerupuk sanjai. Rata-rata tanggungan seorang tenaga kerja pada industri kerupuk sanjai ini 1 sampai 2 orang dengan kisaran 0 –
6 orang. Rata-rata pekerja mengalokasikan waktunya untuk bekerja pada industri kecil kerupuk sanjai ini selama 8,15 jam per hari. Pekerja rata-rata menerima upah dari industri kecil kerupuk sanjai sebesar Rp 559.166,70 per bulan, pekerjaan di industri kecil kerupuk sanjai ini merupakan satu-satunya mata pencaharian bagi sebagian besar pekerja.
Tingkat produktivitas rata-rata pekerja industri kecil kerupuk sanjai adalah Rp 2.283,93 per orang per jam. Jika dibandingkan dengan tingkat produktivitas UMR (upah minimum regional) wilayah Bukittinggi yaitu Rp 3.095,24 per orang per jam, maka tingkat produktivitas pekerja industri kecil kerupuk sanjai berada dibawah produktivitas tenaga kerja secara umum yang ditetapkan Pemerintrah Daerah Kota Bukittinggi.
Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja pada industri kecil kerupuk sanjai di Kota Bukittinggi dengan menggunakan analisis regresi linier berganda, ternyata yang berpengaruh nyata terhadap produktivitas hanya empat variabel bebas. Pertama, variabel jenis kelamin bernilai positif yang berarti tenaga kerja laki-laki lebih produktif dibandingkan tenaga kerja perempuan. Kedua, upah yang diterima dari industri kecil kerupuk sanjai bernilai positif yang berarti semakin tinggi upah maka produktivitas tenaga kerja akan meningkat. Ketiga, dummy status pekerjaan bernilai positif yang berarti tenaga kerja yang bekerja penuh lebih produktif dibandingkan yang bekerja sampingan pada industri kecil kerupuk sanjai, sedangkan yang keempat alokasi waktu kerja bernilai negatif yang berarti penambahan jam kerja akan menurunkan produktivitas tenaga kerja tersebut.
Judul : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENEGARUHI
PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA INDUSTRI KECIL KERUPUK SANJAI DI KOTA BUKITTINGGI
Nama : Yori Akmal NRP
: A14302024
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Ir. Idqan Fahmi, M.Ec NIP. 131 803 657
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir Supiandi Sabiham, M.Agr NIP. 130 422 698
Tanggal Lulus:
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Muaro Bungo, Jambi pada tanggal 25 Desember 1983 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, keluarga Bapak Risnal Sutan Pamenan dan Ibu Nelyati Sy, SAg.
Penulis mengikuti pendidikan Taman Kanak-kanak di TK Anggrek pada tahun 1989. Pendidikan Sekolah Dasar penulis selesaikan di SDN 05 Biaro IV Angkat Candung pada tahun 1996 kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SLTPN 1 Tilatang Kamang pada tahun 1996-1999. Pendidikan Tingkat Atas dapat penulis selesaikan di SMUN 1 Tilatang Kamang pada tahun 2002. Penulis diterima di IPB melalui jalur USMI pada tahun 2002 pada Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya, Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama masa kuliah penulis aktif di organisasi kemahasiswaan UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) Bulutangkis, Ikatan Alumni SMUN Til-Kam Bogor (Primasista Bogor) menjabat sebagai ketua tahun 2003/2004, Ikatan Alumni SMUN Til-Kam se-Jabodetabek serta anggota Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Minang (IPMM) Bogor.
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS
MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA INDUSTRI KECIL KERUPUK SANJAI DI KOTA BUKITTINGGI” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.
FAKTOR-FAKTOR
YANG
Bogor, Agustus 2006
Yori Akmal A14302024
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim . Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja Industri Kecil Kerupuk Sanjai di Kota Bukittinggi”. Penyusunan skripsi ini sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan sarjana dan meraih gelar sarjana pertanian di Institut Pertanian Bogor.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi karakteristik umum industri kecil kerupuk sanjai, mengidentifikasi karakteristik tenaga kerja industri kecil kerupuk sanjai dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja pada industri kecil kerupuk sanjai di Kota Bukittinggi. Harapan penulis agar karya ini bermanfaat bagi semua pihak yang terkait.
Bogor, Agustus 2006
Yori Akmal A14302024
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillah, penulis mengucapkan rasa syukur ke hadirat Allah SWT berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tidak lupa dengan setulus hati penulis mengucapkan terima kasih atas segala dukungan dan motivasi yang telah diberikan selama ini kepada:
1. Keluarga tercinta, Papa, Mama dan kedua adikku Halim, Fitri terima kasih atas seluruh kasih sayang, motivasi dan do’anya semoga penulis diberi kesempatan untuk membalasnya.
2. Bapak Ir. Idqan Fahmi, M.Ec selaku pembimbing akademik sekaligus pembimbing skripsi yang membimbing dan memberi masukan serta nasihat yang sangat berharga bagi penulis selama penulis berada di IPB.
3. Bapak Ir. Nidyantoro, MSP dan Bapak Ir, Joko Purnomo, MS atas kesediaannya sebagai dosen penguji utama dan dosen penguji wakil departemen pada sidang skripsi, memberikan saran dan kritikan yang membangun bagi penulis dalam penyelesaian skripsi.
4. Pak uo, Pak etek dan Mak Ibe atas nasihat, motivasi dan bantuannya selama ini dan saat penulis menyelesaikan skripsi.
5. Instansi pemerintah di tingkat Kota Bukittinggi, atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat melakukan penelitian tanpa hamabatan yang berarti.
6. Kakak-kakak, teman-teman serta adik-adik di Primasista Bogor atas kerjasama, bantuan dan motivasinya selama ini.
7. Teman-teman sengkatan ’39 dan teman-teman di Iqtishadi, terima kasih atas kerjasama dan semangatnya hingga terselesaikannya skripsi ini.
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu namun telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Teks
1. Kerangka Pemikiran Operasional ................................................................ 28
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Daftar Pertanyaan....................................................................................... 75
2. Data Hasil Survey Tenaga Kerja Industri Kecil Kerupuk Sanjai Kecamatan Mandiangin Koto Salayan Kota Bukittinggi.............................. 79
3. Analisis Regresi ......................................................................................... 82
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta pembangunan seluruh aspek kehidupan masyarakat. Hakikat pembangunan ini mengandung makna bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mencapai keseimbangan, keserasian dan keselarasan seluruh aspek-aspek pembangunan. Program pembangunan nasional harus dapat direncanakan dengan baik dan terpadu secara menyeluruh untuk mencapai sasaran pembangunan tersebut.
Pembangunan nasional yang berkelanjutan ditujukan untuk meningkatkan kualitas kehidupan bangsa, sehingga diharapkan mampu mencapai ketentraman dan kesejahteraan lahir batin bagi seluruh masyarakat. Dalam mewujudkan harapan-harapan tersebut pemerintah selama ini berupaya melaksanakan pembangunan di berbagai bidang dan sektor pembangunan. Hal ini diwujudkan dengan program-program pembangunan yang bertahap, yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat. Pembangunan betahap ini pada akhirnya disusun dalam bentuk program pembangunan jangka pendek dan program pembangunan jangka panjang.
Pembangunan ekonomi di suatu negara dalam jangka panjang akan membawa perubahan mendasar dalam struktur perekonomian negara tersebut, yaitu dari ekonomi tradisional yang dititikberatkan pada sektor pertanian ke sektor modern yang didominasi oleh sektor industri dengan increasing return to scale yang dinamis sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi (Weis dalam Tambunan, 2001). Salah satu indikator untuk mengukur perubahan struktur Pembangunan ekonomi di suatu negara dalam jangka panjang akan membawa perubahan mendasar dalam struktur perekonomian negara tersebut, yaitu dari ekonomi tradisional yang dititikberatkan pada sektor pertanian ke sektor modern yang didominasi oleh sektor industri dengan increasing return to scale yang dinamis sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi (Weis dalam Tambunan, 2001). Salah satu indikator untuk mengukur perubahan struktur
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar di dunia. Kependudukan merupakan salah satu masalah dalam pembangunan Indonesia selain jumlah yang relatif besar, alokasi yang tidak merata, serta tingkat pendidikan yang rendah, hal ini terlihat dengan rendahnya tingkat produktivitas tenaga kerja. Rata-rata pertumbuhan penduduk Indonesia sekitar 1,4 persen pertahun. Hal ini merupakan salah satu kendala dalam pembangunan nasional karena menimbulkan peningkatan angkatan kerja yang akan memasuki pasar tenaga kerja, sedangkan rata-rata mereka memiliki tingkat pendidikan dan keterampilan yang sangat rendah atau merupakan tenaga kerja tidak terdidik, sedangkan lapangan kerja yang tersedia relatif kecil. Berdasarkan data BPS tahun 2004, angkatan kerja Indonesia mencapai 103,973 juta jiwa dan lebih 50 persen diantaranya berada di pedesaan yang bekerja di sektor pertanian.
Dampak lain yang timbul dari fenomena di atas yaitu terjadinya ketimpangan dalam pembangunan dan kurangnya kesempatan kerja. Masalah ini tidak lepas dari perhatian pemerintah, bahkan pemerintah sadar akan hal tersebut dan telah mengambil kebijaksanaan pengendalian pertumbuhan jumlah penduduk sebagai salah satu usaha untuk mengurangi kenaikan penawaran tenaga kerja dipasaran. Namun kebijakan pemerintah ini belum mampu mengatasi hal tersebut, Dampak lain yang timbul dari fenomena di atas yaitu terjadinya ketimpangan dalam pembangunan dan kurangnya kesempatan kerja. Masalah ini tidak lepas dari perhatian pemerintah, bahkan pemerintah sadar akan hal tersebut dan telah mengambil kebijaksanaan pengendalian pertumbuhan jumlah penduduk sebagai salah satu usaha untuk mengurangi kenaikan penawaran tenaga kerja dipasaran. Namun kebijakan pemerintah ini belum mampu mengatasi hal tersebut,
Angkatan kerja Indonesia selain jumlah yang besar juga rata-rata memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Jika tingkat pendidikan pekerja berkolerasi positif dengan keterampilan dan produktivitas, kondisi ini menunjukkan sebagian besar tenaga kerja Indonesia merupakan pekerja yang memiliki keterampilan yang rendah dan dengan produktivitas yang rendah.
Fenomena ini menyulitkan sebagian besar angkatan kerja Indonesia untuk bekerja di sektor formal, yang mensyaratkan tingkat pendidikan yang tinggi dan keahlian. Hal ini menjadi masalah utama yang dihadapi dalam pembangunan nasional, yaitu dengan semakin sempitnya kesempatan kerja di sektor formal sementara angkatan kerja terus mengalami peningkatan. Salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan di atas yaitu dengan memberdayakan sektor informal serta sektor ekonomi tradisional, karena selama ini sebagian besar tenaga kerja yang tidak terserap oleh aktivitas ekonomi sektor formal, bekerja di sektor informal yang mampu menyerap lebih dari 60 persen angkatan kerja yang ditawarkan dipasaran (Wirakartakusuma, 1998). Salah satu sektor informal yang memberikan peranan yang besar dalam penciptaan lapangan pekerjaan adalah industri kecil dan menengah.
Menurut Liedholm dalam Saputra (1997), pada umumnya industri kecil lebih banyak berkembang di daerah pedesaan dan kota-kota kecil yang sering kali merupakan usaha sampingan atau pola paruh waktu dari kegiatan ekonomi lainnya. Indikasi ini sangat positif dalam mendukung pembangunan di daerah Menurut Liedholm dalam Saputra (1997), pada umumnya industri kecil lebih banyak berkembang di daerah pedesaan dan kota-kota kecil yang sering kali merupakan usaha sampingan atau pola paruh waktu dari kegiatan ekonomi lainnya. Indikasi ini sangat positif dalam mendukung pembangunan di daerah
Salah satu sentra produksi keripik singkong di Sumatera Barat adalah Kota Bukittinggi. Industri kecil ini telah dikenal cukup lama dan turun temurun bagi masyarakat Sumatera Barat. Keripik singkong atau yang lebih dikenal dengan kerupuk sanjai merupakan salah satu makanan khas masyarakat dari daerah ini, karena mempunyai ciri khas tertentu dibandingkan hasil produksi daerah lain.
1.2 Perumusan Masalah
Industri kecil merupakan sektor industri yang cukup mampu bertahan dari guncangan ekonomi. Industri kecil kerupuk sanjai merupakan industri yang cukup potensial untuk dikembangkan, karena industri ini telah menciptakan lapangan kerja dan dapat menyerap tenaga kerja di daerah pedesaan dan kota-kota kecil. Kondisi ini merupakan indikator yang baik untuk mengembangkan industri ini lebih lanjut.
Permasalahan yang umumnya sering terjadi pada industri diantaranya adalah keterbatasan modal, pemasaran, pengadaan bahan baku, kurangnya
keahlian dalam pengelolaan perusahaan, dan tenaga kerja (sumberdaya manusia).
Permasalahan tersebut pada akhirnya akan berpengaruh terhadap produktivitas produksi. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu kajian yang mendalam mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas industri kecil kerupuk sanjai.
Berdasarkan data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bukittinggi tahun 2004, industri kecil di Kota Bukittinggi tumbuh sekitar 15-20 persen. Pertumbuhan ini tergolong stabil semenjak tahun 1999. Hal ini sangat berperan besar bagi sumber pendapatan Kota Bukittinggi dan sebagai lapangan kerja yang potensial.
Perkembangan dan pertumbuhan industri kecil yang relatif stabil secara umum, tapi pada industri kecil kerupuk sanjai yang merupakan industri kecil tradisional yang telah ada pertumbuhannya relatif lambat. Hal ini terjadi karena mulai muncul industri-industri kecil lain yang merupakan industri kecil substitusi dari industri kecil kerupuk sanjai ini, seperti industri makanan kecil dan kue-kue kering. Industri kecil ini mampu berkembang dengan pesat berdasarkan data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bukittinggi tahun 2004, produksi industri makanan kecil dan kue kering ini mencapai 4.367.075.000 rupiah sedangkan industri kecil kerupuk sanjai hanya sekitar 1.990.500.000 rupiah.
Industri kecil kerupuk sanjai ini masih mampu bertahan di tengah persaingan dengan industri kecil lain, walaupun dengan tingkat pertumbuhan yang relatif kecil. Hal ini menjadi menarik untuk dikaji, bagaimana industri kecil ini masih mampu bertahan ditengah persaingan dengan industri kecil lain. Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi utama dalam proses produksi yang sangat mempengaruhi efisiensi produksi. Untuk itu perlu dilakukan analisis bagaimana produktivitas tenaga kerja pada industri kecil kerupuk sanjai.
Menurut Tambunan (2001), salah satu indikator dalam mengukur besarnya dampak keterbatasan teknologi dan sumberdaya manusia terhadap kinerja sektor industri adalah produktivitas, baik secara parsial dari masing-masing faktor produksi yang digunakan maupun secara keseluruhan. Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi utama dalam suatu proses produksi. Permasalahan efisiensi produksi juga dipengaruhi oleh produktivitas tenaga kerja. Produktivitas tenaga kerja dipengaruhi faktor baik itu internal maupun eksternal, untuk itu perlu dilakukan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja pada industri kecil kerupuk sanjai serta bagaimana karakteristik tenaga kerja pada industri kecil ini.
Peningkatan produksi yang relatif kecil dibandingkan industri kecil lain merupakan masalah industri kecil kerupuk sanjai dalam perkembangannya, sedangkan industri kecil ini sama-sama menggunakan teknologi yang sederhana (tradisional) dalam berproduksi. Produktivitas tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan industri, terutama industri kecil. Rata- rata tingkat pendidikan dan keterampilan pada industri kecil yang rendah merupakan salah satu permasalahan penyebab industri kecil kerupuk sanjai sulit untuk berkembang, selain tingkat upah yang rendah, hal ini berdampak pada rendahnya produktivitas tenaga kerja itu sendiri. Peningkatan produktivitas tenaga kerja perlu dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan industri kecil kerupuk sanjai. Kajian terhadap karakteristik dan faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja perlu dilakukan. Hal ini diharapkan dapat menentukan langkah dan kebijakan yang tepat untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja, baik bagi pengusaha kerupuk sanjai maupun pemerintah daerah setempat.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan penetapan kebijakan untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja industri kecil kerupuk sanjai. Karakteristik industri kecil kerupuk sanjai di Kota Bukittinggi perlu diidentifikasi untuk mendukung analisa selanjutnya yang lebih mendalam, untuk mengidentifikasi karakteristik tenaga kerja dan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja industri kecil kerupuk sanjai di Kota Bukittinggi. Produktivitas tenaga kerja dianalisa dengan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja tersebut dan berapa besar pengaruhnya terhadap produktivitas tenaga kerja itu sendiri. Identifikasi karakteristik tenaga kerja industri kecil kerupuk sanjai perlu dilakukan untuk dapat mendukung analisa lebih mendalam terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja industri kecil kerupuk sanjai.
Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini yaitu :
1. Bagaimanakah karakteristik umum industri kecil kerupuk sanjai di Kota Bukittinggi?
2. Bagaimanakah karateristik tenaga kerja industri kecil kerupuk sanjai di Kota Bukittinggi?
3. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja pada industri kecil kerupuk sanjai di Kota Bukittinggi?
1.3 Tujuan Penelitian
Dari latar belakang dan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengidentifikasi karakteristik umum industri kecil kerupuk sanjai di Kota Bukittinggi
2. Menganalisa karateristik tenaga kerja industri kecil kerupuk sanjai di Kota Bukittinggi.
3. Menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja pada industri kecil kerupuk sanjai di Kota Bukittinggi.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi Industri Kecil
Menurut BPS (1998) industri pengolahan adalah suatu kegiatan perekonomian yang melakukan kegiatan mengubah barang dasar secara mekanik, kimia, atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi atau setengah jadi dan atau mengubah barang dari yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, dengan maksud mendekatkan produk tersebut kepada konsumen akhir, termasuk dalam kegiatan jasa industri dan pekerjaan perakitan (assembling). Industri kecil adalah suatu usaha dalam perekonomian yang merupakan proses yang bertujuan untuk menghasilkan barang dan jasa. Sedangkan pengelompokkan perusahaan atau industri pengolahan dibagi dalam empat kategori yaitu industri kerajinan, industri kecil, industri sedang, dan industri besar. Adapun pengertian industri kecil yaitu suatu kegiatan industri yang menghasilkan barang-barang melalui proses pengolahan dengan menggunakan keterampilan atau teknologi sederhana, madya dan modern.
Terdapat beberapa penggolongan industri kecil berdasarkan pada jumlah pekerja, jumlah investasi, jenis komoditi dan penggunaan teknologi (BPS, 2004). Penggolongan industri kecil berdasarkan jumlah tenaga kerja dibagi dalam empat golongan yaitu :
1. Industri kerajinan rumah tangga dengan jumlah pekerja 1-4 orang.
2. Industri kecil dengan jumlah pekerja 5-19 orang.
3. Industri menengah dengan jumlah pekerja 20-99 orang.
4. Industri besar dengan jumlah pekerja 100 orang atau lebih.
Sedangkan penggolongan industri kecil berdasarkan produk yang dihasilkan menurut Departemen Perindustrian dan Pergadangan digolongkan kedalam 5 golongan yaitu :
1. Industri kecil pengolahan pangan
2. Industri kecil sandang pangan dan kulit
3. Industri kecil kimia dan bangunan
4. Industri kecil logam
5. Industri kecil kerajinan dan umum Selain itu Departemen Perindustrian dan Perdagangan (1993), juga menggolongkan industri berdasarkan tipe industri dan penggunaan teknologi yang terdiri dari :
1. Industri kecil tersier dan teknologi yang sederhana
2. Industri kecil modern dan teknologi madya
3. Industri kerajinan dengan teknologi sederhana atau madya
Berdasarkan UU No. 9 Tahun 1995 tentang pembinaan usaha kecil, memberikan defenisi industri kecil adalah sebagai berikut :
1. Memiliki kekayaan bersih maksimal Rp 200 juta, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
2. Memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp 1 milyar.
3. Dimiliki atau dikelola oleh warga negara Indonesia, berdiri sendiri dan berbentuk usaha perorangan atau badan usaha yang tidak berbadan hukum atau berbadan hukum koperasi.
Tambunan (1997), membedakan pengertian antara industri rumah tangga dengan industri kecil. Industri rumah tangga dikelompokkan sebagai industri yang Tambunan (1997), membedakan pengertian antara industri rumah tangga dengan industri kecil. Industri rumah tangga dikelompokkan sebagai industri yang
Berdasarkan beberapa kriteria yang telah disebutkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa industri makanan seperti industri kecil kerupuk sanjai dan kue-kue kecil ini adalah suatu industri pengolahan dengan menggunakan teknologi sederhana terbatas dan memiliki tenaga kerja yang terbatas serta berkembang di daerah pedesaan dan daerah pinggiran kota.
2.2 Peranan Industri Kecil
Industrialisasi dalam suatu tahap pembangunan dianggap sebagai suatu simbol kemajuan dan kesuksesan pembangunan di suatu negara, selain itu industrialisasi dianggap sebagai kunci yang dapat membawa masyarakat ke arah kemakmuran, serta dapat mengatasi masalah kesempatan kerja yang semakin menyempit pada sektor pertanian. Implikasi lain yang menyatakan bahwa industri sangat penting untuk dikembangkan yaitu karena penanaman modal di sektor industri dinilai sangat menguntungkan dibandingkan sektor pertanian yang dinilai kurang menguntungkan dan lambat pertumbuhannya. Demikian halnya dengan keberadaan industri kecil di suatu negara khususnya negara berkembang lebih memberikan peranan yang besar terutama dalam masalah-masalah yang Industrialisasi dalam suatu tahap pembangunan dianggap sebagai suatu simbol kemajuan dan kesuksesan pembangunan di suatu negara, selain itu industrialisasi dianggap sebagai kunci yang dapat membawa masyarakat ke arah kemakmuran, serta dapat mengatasi masalah kesempatan kerja yang semakin menyempit pada sektor pertanian. Implikasi lain yang menyatakan bahwa industri sangat penting untuk dikembangkan yaitu karena penanaman modal di sektor industri dinilai sangat menguntungkan dibandingkan sektor pertanian yang dinilai kurang menguntungkan dan lambat pertumbuhannya. Demikian halnya dengan keberadaan industri kecil di suatu negara khususnya negara berkembang lebih memberikan peranan yang besar terutama dalam masalah-masalah yang
Peranan industri kecil Indonesia cukup strategis, selain sebagai penyerap tenaga kerja yang tinggi, penghasil devisa dan meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan masyarakat sekitar industri. Permasalahan utama Indonesia adalah pertumbuhan penduduk yang tergolong tinggi dibandingkan dengan negara berkembang lainnya (1,4 persen), hal ini menimbulkan laju pertumbuhan tenaga kerja yang tidak sebanding dengan pertumbuhan lapangan pekerjaan.
Industri kecil menyerap tanaga kerja dalam jumlah yang besar seperti halnya industri sedang dan besar. Industri kecil disamping dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar, juga menyerap tenaga kerja dengan tingkat pendidikan yang rendah. Kemampuan industri kecil menyerap tenaga kerja dengan tingkat pendidikan rendah sangat sesuai dengan rata-rata tingkat pendidikan tenaga kerja Indonesia.
Menurut Arsyad (1993), industri kecil terbukti lebih dinamis menghadapi perubahan permintaan terhadap produknya daripada produk-produk yang dihasilkan industri sedang dan besar. Produk-produk industri kecil lebih sesuai dengan kebutuhan dan selera konsumen lokal.
Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada akhir tahun 1990-an menggambarkan dengan jelas sangat strategisnya peranan usaha kecil menengah dan koperasi (UKMK), dalam menopang perekonomian bangsa. Hal ini menyadarkan pemerintah betapa pentingnya mengelola usaha kecil dan menengah ini untuk menjaga stabilitas ekonomi, terutama saat sektor lain terpuruk karena krisis yang multidimensional.
2.3 Kesempatan Kerja
Tenaga kerja mempunyai pengertian sebagai orang yang mampu melakukan pekerjaan, baik itu di dalam atau di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup pribadinya dan masyarakat. Ruang lingkup tenaga kerja mencakup penduduk yang sudah bekerja ataupun sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan dan yang sedang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga (BPS, 2000).
Menurut Departemen Tenaga Kerja kesempatan kerja adalah lapangan pekerjaan yang tersedia untuk pekerja melalui suatu kegiatan ekonomi produksi. Sedangkan menurut Djauhari (1998), kesempatan kerja adalah lapangan pekerjaan dan lowongan kerja yang tercipta untuk diisi melalui suatu kegiatan ekonomi (produksi). Kesempatan kerja mencakup lapangan pekerjaan yang sudah diisi dan semua lowongan pekerjaan yang belum diisi. Lowongan pekerjaan mengandung arti adanya kesempatan kerja untuk diisi dan hal ini lazim disebut dengan kebutuhan tenaga kerja. Kesempatan kerja dalam hal ini ditujukan untuk penyerapan tenaga kerja yaitu jumlah tenaga kerja yang diserap dalam pengusahaan kerupuk sanjai, atau dalam hal ini jumlah tenaga kerja yang langsung diperlukan untuk membuat kerupuk per satuan tertentu.
2.4 Produktivitas Tenaga Kerja
Dalam suatu proses produksi, tenaga kerja memegang peranan penting disamping modal, lahan dan teknologi. Pengukuran produktivitas tenaga kerja perlu dilakukan dalam suatu kegiatan produksi. Sumberdaya manusia mempunyai Dalam suatu proses produksi, tenaga kerja memegang peranan penting disamping modal, lahan dan teknologi. Pengukuran produktivitas tenaga kerja perlu dilakukan dalam suatu kegiatan produksi. Sumberdaya manusia mempunyai
Menurut Simanjuntak (1983), produktivitas tenaga kerja adalah perbandingan hasil yang dicapai dari peran tenaga kerja per satuan waktu. Secara sederhana produktivitas tenaga kerja merupakan ukuran efektivitas tenaga kerja dalam menghasilkan produk dalam satuan waktu tertentu.
Dilihat dari sisi teori ekonomi mikro, produktivitas mengacu pada kemampuan maksimal seorang pekerja untuk menghasilkan output . Kenyataannya, pekerja tersebut belum tentu atau mampu memanfaatkan seluruh kemampuannya, produktivitas semacam ini disebut produktivitas fisik. Produktivitas yang dikaitkan dengan harga pasar disebut produktivitas nilai, yang harganya sama dengan harga output dikalikan produktivitas fisik (Simanjuntak, 1985).
2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja
Menurut Simanjuntak (1985), produktivitas tenaga kerja merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai (keluaran) dengan keseluruhan sumberdaya (masukan) yang dipergunakan per satuan waktu, sedangkan faktor- faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja terdiri atas tiga bagian, yakni :
1. Kualitas dan kemampuan tenaga kerja, yang dapat dipengaruhi oleh pendidikan, latihan motivasi kerja, etos kerja, sikap mental dan kondisi fisik tenaga kerja.
2. Sarana pendukung tenaga kerja, mencakup lingkungan kerja dan kesejahteraan tenaga kerja. Lingkungan kerja meliputi keselamatan dan kesehatan kerja, sarana produksi dan teknologi, sedangkan kesejahteraan tenaga kerja tercermin dalam sistem upah dan jaminan sosial.
3. Supra sarana yang meliputi kebijakan pemerintah. Dalam teori human capital, peningkatan produktivitas tenaga kerja dapat dilakukan melalui investasi sunberdaya manusia (SDM). Investasi sumberdaya manusia dapat dilakukan dalam bentuk : (1) pendidikan dan latihan; (2) migrasi; dan (3) perbaikan gizi dan kesehatan (Simanjuntak, 1985).
Reksasudharma (1989), mengungkapkan bahwa masalah kualitas tenaga kerja perlu diperhitungkan karena kualitas ini berpengaruh terhadap keragaan kerja yang produktif. Empat variabel yang dapat mempengaruhi kualitas tenaga kerja adalah komposisi umur dan jenis kelamin, pendidikan dan latihan, kondisi fisik dan kesungguhan daya untuk produktif. Untuk mengestimasi pengaruh keempat variabel tersebut terhadap input tenaga kerja pada umumnya digunakan tingkat upah sebagai penimbang.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan hubungan antara faktor- faktor dari tenaga kerja yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan sebagai berikut :
P = f(X 1 ,...,X n /Y 1 ,...,Y m )...............................................................(1)
Dimana : P
= Produktivitas tenaga kerja
X 1 ,...,X n = Faktor-faktor internal tenaga kerja, seperti umur, jenis kelamin, pendidikan, pengalaman kerja, kondisi sosial ekonomi tenaga kerja serta faktor-faktor psikologis.
Y 1 ,..,Y m = Faktor-faktor eksternal tenaga kerja seperti kebijakan pemerintah, linkungan kerja, upah, kesempatan berprestasi.
2.6 Penelitian Terdahulu
Dari hasil penelitian Simanjuntak (1997), dari enam variabel yang dianalisis ternyata hanya terdapat empat variabel yang berpengaruh nyata terhadap produktivitas tenaga kerja pengrajin rotan pada industri kecil rotan. Adapun keempat variabel yang berpengaruh tersebut adalah pengalaman kerja, jumlah tanggungan keluarga, tingkat pendapatan dan alokasi waktu kerja sedangkan, umur dan tingkat pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas pengrajin rotan.
Berdasarkan hasil penelitian Tutuhatunewa (1998), diketahui bahwa produktivitas tenaga kerja di industri sepatu sangat dipengaruhi oleh faktor umur, jenis kelamin berpengaruh nyata hingga taraf kepercayaan 80 persen, sedangkan jumlah tanggungan keluarga, tingkat pendapatan dan alokasi waktu kerja berpengaruh nyata hingga taraf kepercayaan 95 persen. Tingkat pendidikan, pengalaman kerja dan pengeluaran rata-rata per bulan ternyata tidak berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja industri kecil sepatu di Desa Kotabatu.
Sedangkan hasil penelitian Budi (2001), diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas pengrajin pada industri tahu di Kota Bogor, ternyata yang berpengaruh nyata adalah umur, jumlah tanggungan keluarga, tingkat upah, dan alokasi waktu kerja. Umur berpengaruh nyata terhadap produktivitas pada taraf kepercayaan 95 persen. Jumlah tanggungan keluarga berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 90 persen sedangakan tingkat upah berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 99 persen. Pengalaman kerja pada industri kecil tahu, tingkat pendidikan dan jumlah pengeluaran per bulan tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas pengarajin pada industri kecil tahu di Kota Bogor.
Hasil-hasil penelitian di atas mengindikasikan produktivitas tenaga kerja industri kecil yang dianalisis pada umumnya sangat dipengaruhi oleh, jumlah tanggungan keluarga, tingkat pendapatan, alokasi waktu kerja, pengalaman kerja, jenis kelamin dan umur. Penelitian ini ingin melihat karakteristik tenaga kerja industri kecil kerupuk sanjai yang ada di Kota Bukittinggi dibandingkan daerah lain, serta faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja pada industri kecil kerupuk sanjai. Pada penelitian ini juga ingin melihat apakah faktor- faktor pada hasil penelitian di atas juga berpengaruh nyata dari delapan faktor yang dianalisis dalam produktivitas tenaga kerja (umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman kerja, tingkat upah, jumlah tanggungan keluarga, alokasi waktu kerja dan status pekerjaan).
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Dasar Pemikiran
Peningkatan angakatan kerja yang terus meningkat dari tahun ke tahun tidak diiringi peningkatan lapangan kerja yang memadai (lapangan kerja meningkat dengan proporsi yang lebih kecil). Masalah lapangan kerja merupakan salah satu masalah pokok yang dihadapi dalam pembangunan. Lapangan kerja berfungsi sebagai wahana untuk menempatkan manusia pada posisi sentral dalam pembangunan. Lapangan kerja merupakan sumber pendapatan bagi angkatan kerja yang bekerja untuk memenuhi kebutuhannya. Semakin tinggi tingkat produktivitas seseorang maka akan semakin besar pilihannya dalam dunia kerja (kesempatan kerja)
Dewasa ini kelebihan tenaga kerja di sektor non pertanian secara otomatis mendorong tenaga kerja untuk memasuki lapangan pekerjaan di sektor informal karena sektor informal ini merupakan jenis pekerjaan non pertanian yang paling memungkinkan untuk segala jenis kegiatan baik produksi, distribusi dan sekaligus merintis usahanya. Sektor ini mempunyai peran penting didalam meningkatkan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja. Salah satu contoh sektor informal yang sedang berkembang saat ini adalah dibidang industri kecil. Industri kecil sebagai bagian dari sektor informal merupakan jenis pekerjaan yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja. Hal ini karena industri kecil memiliki sifat padat karya, penggunaan teknologi yang relatif sederhana dan modal yang dibutuhkan relatif kecil.
Kondisi sektor pertanian di Kota Bukittinggi yang lebih cenderung tidak berkembang mendorong sebagian masyarakat mencurahkan waktunya pada sektor informal, yaitu industri kecil makanan salah satunya industri kecil kerupuk sanjai. Perkembangan industri kecil yang pada umumnya merupakan industri tradisional cukup pesat, sekitar 15 persen tiap tahunnya. Selain merupakan industri tradisional dan turun temurun tingkat pendidikan pengrajin pun relatif rendah. Kondisi ini merupakan salah satu masalah bagi pengusaha industri kecil dan tenaga kerjanya meningkatkan produktivitas kerja. Untuk itu perlu ada upaya peningkatan produktivitas industri kecil, sehingga mampu berkembang secara efisien dan mampu menjadi industri kecil yang maju dan mandiri.
Langkah untuk meningkatkan produktivitas industri kecil, membutuhkan upaya peningkatan produktivitas tenaga kerja. Peningkatan produktivitas tenaga kerja ini diharapkan mampu membuat industri kecil berkembang secara efisien dan menjadi industri kecil yang maju dan mandiri.
Langkah pertama yang perlu dilakukan untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja industri kecil kerupuk sanjai adalah mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja itu sendiri. Produktivitas tenaga kerja dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berhubungan dengan kondisi diri tenaga kerja seperti tingkat pendidikan, kesehatan, motivasi, kondisi keluarga, usia dan jenis kelamin. Faktor eksternal berhubungan dengan kondisi-kondisi luar tenaga kerja seperti upah, kebijakan pemerintah dan lingkungan kerja. Semua faktor di atas apabila diperbaiki kondisinya maka akan dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja industri kecil kerupuk sanjai.
Penelitian ini akan mengidentifikasi beberapa faktor yang diduga mempengaruhi kerja tenaga kerja pada industri kecil kerupuk sanjai. Adapun faktor-faktor yang akan diukur dan dianalisa dalam penelitian ini adalah jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pengalaman kerja, jumlah tanggungan keluarga, tingkat upah yang diterima perbulan, alokasi waktu kerja dan status pekerjaan.
3.2 Konsep Pokok
3.2.1. Analisis Produktivitas Tenaga Kerja
Konsep yang digunakan dalam mengukur tingkat produktivitas kerja tenaga kerja adalah mengacu pada konsep pengukuran Dewan Produktivitas Nasional dalam Ravianto (1986) yang menyatakan bahwa produktivitas kerja merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja per satuan waktu. Pengukuran dilakukan dengan pendekatan jumlah upah yang diterima tenaga kerja kerupuk sanjai.
3.2.1.1 Output
Output merupakan sesuatu yang dihasilkan baik dalam bentuk barang ataupun jasa karena dalam bentuk fisik, unit ukuran dari berbagai sektor maupun organisasi tidak sama maka pengukuran output dinyatakan dalam bentuk nilai. Hal ini ditujukan agar produktivitas dapat dilihat nilainya dengan jelas perbandingan antara output dengan sumberdaya yang digunakan.
3.2.1.2 Input
Input merupakan kontribusi dari faktor produksi yang digunakan untuk memperoleh output. Secara umum, faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi adalah modal, tanah, tenaga kerja dan teknologi. Untuk mengukur produktivitas tenaga kerja maka diasumsikan tenaga kerja merupakan satu- satunya input yang digunakan dalam proses produksi. Satuan pengukuran tenaga kerja sebagai input dihitung berdasarkan jam kerja karyawan. Jam kerja ini dihitung berdasarkan berapa jam kerja yang dialokasikan seorang tenaga kerja dalam sehari.
3.2.1.4 Jenis Kelamin
Faktor jenis kelamin ikut menentukan tingkat partsipasi dan produktivitas seseorang dalam bekerja. Tenaga kerja pada dasarnya tidak dapat dibedakan berdasarkan pada jenis kelamin. Tetapi pada umumnya laki-laki akan lebih produktif untuk pekerjaan yang mengandalkan kekuatan fisik. Seperti pada industri kecil kerupuk sanjai tenaga kerja laki-laki lebih dibutuhkan karena pada industri ini mengandalkan kekuatan fisik.
3.2.1.3 Umur
Faktor umur seseorang ikut menentukan tingkat partisipasi kerjanya dalam mencari nafkah. Makin bertambah usia seseorang makin bertambah pula partisipasinya tetapi akan menurun pula pada usia tertentu sejalan dengan faktor kekuatan fisik yang makin menurun pula. Faktor usia akan sangat berpengaruh pada pekerjaan yang sangat mengandalkan kekuatan dan kemampuan fisik tenaga Faktor umur seseorang ikut menentukan tingkat partisipasi kerjanya dalam mencari nafkah. Makin bertambah usia seseorang makin bertambah pula partisipasinya tetapi akan menurun pula pada usia tertentu sejalan dengan faktor kekuatan fisik yang makin menurun pula. Faktor usia akan sangat berpengaruh pada pekerjaan yang sangat mengandalkan kekuatan dan kemampuan fisik tenaga
3.2.1.5 Tingkat Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan seseorang maka pikiran, wawasan serta pandangannya akan semakin luas sehingga dapat berfikir lebih baik dan cepat sehingga output yang dihasilkan akan bernilai lebih tinggi. Selain itu, keterampilan seseorang juga memegang peranan penting dalam meningkatkan produktivitas. Keterampilan berkembang melalui dan di dalam pekerjaan, dimana keterampilan dapat ditingkatkan melalui latihan.
3.2.1.6 Pengalaman Kerja
Pengalaman dalam pekerjaan industri kecil kerupuk sanjai pada umumnya meningkatkan kemampuan kerja seseorang. Pengalaman kerja dapat menggambarkan tingkat penguasaan seseorang terhadap sesuatu pekerjaan, yang ada pada akhirnya menjadi ahli dibidangnya atau dengan kata lain menjadi spesialisasi. Dengan demikian, kesempatan memasuki lapangan pekerjaan untuk orang yang lebih berpengalaman akan lebih besar.
3.2.1.7 Jumlah Tanggungan Keluarga
Jumlah tanggungan keluarga dapat mencerminkan jumlah pengeluaran rumah tangga. Semakin banyak jumlah anggota keluarga yang harus ditanggung semakin besar pula pengeluaran rumah tangga. Hal ini akan mendorong seorang tenaga kerja untuk dapat bekerja lebih baik dan giat. Pada akhirnya akan Jumlah tanggungan keluarga dapat mencerminkan jumlah pengeluaran rumah tangga. Semakin banyak jumlah anggota keluarga yang harus ditanggung semakin besar pula pengeluaran rumah tangga. Hal ini akan mendorong seorang tenaga kerja untuk dapat bekerja lebih baik dan giat. Pada akhirnya akan
3.2.1.8 Tingkat Upah
Upah merupakan salah satu alat motivator untuk meningkatkan produktivitas kerja karena upah merupakan imbalan yang akan diterima seseorang setelah bekerja, makin tinggi upah akan membuat karyawan meningkatkan produktivitas kerjanya.
3.2.1.9 Alokasi Waktu Kerja
Alokasi waktu kerja adalah lamanya tenaga kerja bekerja pada industri kecil tersebut selama sehari. Pada kondisi normal seorang tenaga kerja akan mengalokasikan waktu 7 jam per hari untuk bekerja. Tenaga kerja akan meningkatkan alokasi waktu kerjanya, jika peningkatan tersebut akan meningkatkan pendapatannya.
3.2.1.10 Status Pekerjaan
Status pekerjaan adalah seorang tenaga kerja bekerja pada industri kecil tersebut secara penuh (pekerjaan utama) atau paruh waktu (pekerjaan sampingan). Status pekerjaan ini diidentifikasi dengan variabel dummy, yaitu dummy status pekerjaan
Analisis produktivitas tenaga kerja dipengaruhi faktor internal dan faktor eksternal dari tenaga kerja itu sendiri. Pengukuran produktivitas pada penelitian ini didasarkan pada konsep Pengukuran Produktivitas Nasional dalam Ravianto