BEBERAPA JENIS FITOPLANKTON DOMINAN DI W
Seminar Nasional Tahunan V Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 26 Juli 2008
BEBERAPA JENIS FITOPLANKTON DOMINAN DI WADUK JATILUHUR
MS-20
Yayuk Sugianti dan Mujiyanto
Loka Riset Pemacuan Stok Ikan, Jatiluhur
Abstrak
Dominansi suatu jenis fitoplankton pada suatu badan air ditentukan oleh perbandingan jenis
nutrien yang terlarut dalam badan air, tapi dominasi fitoplankton di suatu perairan tidak selamanya
menguntungkan perairan tersebut. Perubahan kondisi lingkungan akan merangsang fitoplankton
tumbuh meledak sehingga menimbulkan blooming. Kegiatan budidaya dapat berpengaruh
terhadap kondisi kualitas perairan suatu waduk, karena sisa pakan dan sisa metabolisme yang
menumpuk di dasar perairan dapat menyebabkan terjadinya eutrofikasi pada waduk tersebut dan
dapat menimbulkan blooming fitoplankton. Tulisan ini bertujuan memberikan informasi fitoplankton
dominan apa saja yang terdapat di Waduk Jatiluhur dan pengaruhnya terhadap perairan tersebut.
Dari hasil pengamatan, jenis fitoplankton yang dominan di Waduk Jatiluhur adalah Microcystis sp,
Oscillatoria sp (filum Cyanophyta), Ceratium sp dan Peridinium sp (filum Pyrrophyta). Walaupun
blooming beberapa jenis fitoplankton tidak menimbulkan racun, tapi dapat mempengaruhi
sumberdaya yang ada di perairan karena menyebabkan tekanan terhadap suatu ekosistem.
Kata kunci: Fitoplankton, Waduk Jatiluhur
Pengantar
Fitoplankton dapat disebut sebagai produsen pertama, karena secara historis hidup paling
dulu di dunia. Secara de facto, jika terbentuk danau baru, maka yang pertama hidup di danau
tersebut adalah fitoplankton, bukan produsen lain seperti rumput air atau tumbuhan tingkat tinggi
lainnya. Eksistensi fitoplankton sangatlah besar di perairan, karena fitoplanktonlah yang pertama
membangun bahan organik dan penghasil oksigen terbesar di perairan melalui proses fotosintesis
yaitu sekitar 90-95% (Schimittou, 1991). Faktor lingkungan fisik (abiotik) yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan fitoplankton adalah angin, arus, ketersediaan makanan
(kandungan unsur hara) dan aktivitas pemangsaan (Davis, 1955).
Komunitas fitoplankton di perairan waduk dan danau cenderung didominasi oleh jenis-jenis
dari kelas Chlorophyceae, Cyanophyceae dan Bacillariophyceae. Dominansi suatu jenis
fitoplankton pada suatu badan air ditentukan oleh perbandingan jenis nutrient yang terlarut dalam
badan air. Hal ini disebabkan setiap jenis fitoplankton mempunyai respon yang berbeda terhadap
perbandingan jenis nutrien yang ada terutama nitrogen dan fosfor dalam badan air. Tetapi
dominasi fitoplankton di suatu perairan tidak selamanya menguntungkan perairan tersebut.
Perubahan kondisi lingkungan akan merangsang fitoplankton tumbuh meledak sehingga
menimbulkan blooming. Yang dimaksud dengan blooming adalah suatu peristiwa di mana suatu
spesies dalam waktu singkat berkembang sangat pesat dengan jumlah yang melampau rata-rata
produksi bulanan dalam keadaan normal (Basmi, 1994). Faktor-faktor yang memicu terjadinya
blooming diantaranya adalah Upwelling dan hujan lebat, kedua peristiwa tersebut dapat
membalikan massa air sehingga unusr hara yang terdapat di dasar perairan terangkat ke
permukaan yang kaya akan sinar matahari sehingga memicu pertumbuhan fitoplankton.
Kegiatan budidaya ikan dalam Keramba Jaring Apung (KJA) di Waduk Jatiluhur telah
dimulai pada tahun 1976 dan sejak tahun 1988 kegiatan tersebut mengalami perkembangan baik
dalam jumlah unit maupun produksinya. Kegiatan budidaya ini dapat berpengaruh terhadap kondisi
kualitas perairan waduk, karena adanya sisa pakan dan sisa metabolisme yang menumpuk dapat
menyebabkan terjadinya eutrofikasi pada waduk tersebut dan dapat menimbulkan blooming
fitoplankton. Tulisan ini bertujuan memberikan informasi fitoplankton dominan apa saja yang
terdapat di Waduk Jatiluhur dan pengaruhnya terhadap perairan tersebut.
Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perikanan/MS-20
1
Seminar Nasional Tahunan V Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 26 Juli 2008
Bahan dan Metode
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan selama tahun 2004 - 2007 di Waduk Jatiluhur dengan metode survei
(Stratified sampling method) (Nielsen and Johnson, 1985). Sampel diambil dari beberapa lokasi di
seluruh perairan waduk yang mewakili daerah outlet, inlet, daerah penangkapan dan daerah
budidaya (Gambar 1).
107018’BT
107020’BT
107022’BT
107024’BT
6o
L
6029’LS
Bandun
Baras Barat
6029’LS
JAWA BARAT
8o
L
10 o
10 o
Tail Rice
Outlet DAM
0
6 31’LS
6031’LS
Kerenceng
6033’LS
Taroko
6033’LS
PDAM
Jamaras
6035’LS
6035’LS
Inlet
Sungai Cilalawi
U
Bojong
6037’LS
0
6 37’LS
Keterangan
:
Sodong
Ketinggian permukaan
air 100 m,dpl
6039’LS
0
6 39’LS
Parung Kalong
Ketinggian permukaan
air 90 m,dpl
Ketinggian permukaan
air 80 m,dpl
0
6 41’LS
Inlet Sungai Citarum
107018’BT
107020’BT
Stasiun Pengamatan
107022’BT
Skala
2 km
6041’LS
107024’BT
Gambar 1. Lokasi Penelitian
Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perikanan/MS-20
2
Seminar Nasional Tahunan V Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 26 Juli 2008
Metode Pengambilan Sampel
Lima sampai dua puluh liter sampel air diambil lpada kedalaman 0, 2, 4 dan 8 m dengan
menggunakan Kemmerer Water Sampler, kemudian disaring memakai plakton net No. 25 (mesh
size 60 µm). Sampel plankton hasil proses penyaringan selanjutnya diawet dengan larutan Lugol.
Pengamatan dilakukan terhadap 20 lapang pandang tanpa pengulangan pada lapang pandang
yang sama dengan menggunakan mikroskop binokuler pada perbesaran 100x. Rujukan yang
digunakan untuk identifikasi fitoplankton adalah dari Whiple, (1947) Edmonson (1959), Needham &
Needham (1963), dan Sachlan (1982).
Hasil dan Pembahasan
Jenis-Jenis Fitoplankton Dominan
Jenis fitoplankton yang ditemukan selama pengamatan didominasi oleh jenis fitoplankton
dari filum Cyanophyta yaitu Microcystis sp dan Oscillatoria sp, serta filum Pyrophyta yaitu Ceratium
sp dan Peridinium sp.
Filum Cyanophyta
Cyanophyta atau Alga biru, ialah tumbuhan pertama yang bisa berfotosintesis dan dianggap
salah satu pelopor kehidupan yang terpenting di dunia ini. Nama Cyanophyta berdasarkan pigmen
phycocyanin yang berwarna biru, selain pigmen phyco-erithrin yang berwarna merah yang terdapat
di dalam sel alga-biru. Selain kedua pigmen tersebut, alga-biru mengandung pigmen chlorophyl,
carotene dan xanthophyl. Alga biru juga mempunyai produk cadangan seperti karbohidrat dalam
bentuk glycogen, tepung dan protein. Pada beberapa jenis terdapat banyak vauola, dan dengan
struktur demikian alga-biru mudah mengatur berat jenisnya terhadap media sehingga dapat hidup
sebagai plankton. Alga biru dapat hidup di dasar perairan, permukaan perairan (sebagai neuston)
dan di dalam air sebagai plankton. Filum Cyanophyta lebih dapat bertoleransi terhadap kisaran
suhu yang lebih tinggi dibandingkan dengan filum Chlorophyta dan diatom (Anonim, 2008b).
Salah satu jenis fitoplankton dari filum Cyanophyta yang dominan terdapat di waduk
Jatiluhur adalah Microcystis sp. Peristiwa blooming Microcystis sp sering terjadi karena
pertumbuhan fitoplankton ini sangat didukung oleh kandungan fosfat dan nitrat yang tinggi. Apabila
dalam suatu perairan terdapat kegiatan budidaya ikan dengan sistem keramba, dimana makanan
ikannya mengandung kadar fosfat dan nitrat yang berlebih sudah dapat diperkirakan merangsang
fitoplankton ini untuk tumbuh berkembang (Sachlan, 1982). Dominasi Microcystis sp yang berlebih
berdampak negatif terhadap ikan, karena fitoplankton ini mengeluarkan zat toksin yaitu microcystin
yang tidak dapat dicerna atau dimanfaatkan oleh kebanyakan ikan herbivora. Akibatnya di Waduk
Jatiluhur sering terjadi peristiwa kematian ikan masal di daerah KJA. Blooming jenis ini pun terjadi
apabila kandungan kapur nya cukup tinggi.
Filum
Kelas
Ordo
Famili
Genus
:
:
:
:
:
Cyanophyta
Cyanophyceae
Chroococcales
Chroococcaceae
Microcystis
Gambar 2. Microcystis sp
Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perikanan/MS-20
3
Seminar Nasional Tahunan V Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 26 Juli 2008
Gambar 3. Fenomena blooming Microcystis sp di beberapa tempat
Selain Microcytis sp, fitoplankton dominan dari filum Cyanophyta di waduk Jatiluhur adalah
Oscillatoria sp. Fitoplankton jenis ini adalah salah satu ganggang biru, berupa benang tebal terdiri
dari sel pipih, pembiakan membelah diri dan fragmentasi atau potongan benang yang terpisah
timbul menjadi benang baru yang disebut hormogonium (Anonim, 2008a). Tahan kering dan tahan
panas di dalam air sampai dengan suhu 0 - 70 0C.
Filum
Kelas
Ordo
Famili
Genus
:
:
:
:
:
Cyanophyta
Cyanophyceae
Oscillatoriales
Oscillatoriaceae
Oscillatoria
Gambar 4. Oscillatoria sp
Filum Pyrrophyta
Filum Pyrrophyta (alga api) atau biasa disebut juga dinoflagellata, tubuhnya tersusun atas
satu sel dan berdinding sel, dapat bergerak aktif. Habitat nya di laut bersifat fosforesensi
(memancarkan cahaya). Sebelah luarnya terdapat celah atau alur, dengan masing-masing
mengandung satu flagel. Selain itu pigmennya klorofil dan berwarna coklat kekuning-kuningan
(Anonim, 2008c). Banyak jenis plankton dari filum ini memiliki fase istirahat atau berubah bentuk
menjadi sista, yang merupakan perubahan sel vegetatif akibat dari kondisi lingkungan yang
memburuk. Seperti perubahan iklim, kurangnya sediaan unsur-unsur hara, penolakan terhadap
predator, proses reproduksi (seksual atau aseksual), dan pembubaran/penghilangan jejak
(Wiadnyana & Wagey, 2004). Terkadang terjadi blooming dari filum ini dengan konsentrasi lebih
dari jutaan sel per mililiter. Beberapa spesies menghasilkan neurotoxins, dimana kuantitasnya bisa
membuhuh ikan. Fenomena ini disebut red tide, apabila dilihat dari warna perairan pada saat
blooming. Beberapa warna dari Dinoflagellata itu terjadi karena kandungan racun, seperti Pfiesteria.
Tapi tidak semua blooming Dinoflagellata berbahaya (Anonim, 2008c).
Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perikanan/MS-20
4
Seminar Nasional Tahunan V Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 26 Juli 2008
Florida red tide
Red tide of brackish lake
Gambar 5. Fenomena red tide di beberapa tempat
Beberapa plankton ada yang memiliki sifat distribusi yang sangat luas atau disebut
kosmopolitanisme. Salah satu jenis fitoplankton dari filum Pyrrophyta yang memiliki sifat
kosmopolitanisme yang sangat baik adalah Ceratium hirudinella. Fitoplankton ini hanya hidup di
perairan tawar mulai dari Arktik (kutub utara), hidup aktif di dalam air dan terbatas dalam waktu
singkat di bulan-bulan musim panas (Basmi, 1998). Beberapa tahun terakhir kelimpahan
fitoplankton jenis Ceratium sp cukup meningkat di waduk Jatiluhur, seiring dengan perubahan
musim yang tidak menentu. Ceratium adalah organisme akuatik, hidup di perairan laut dan tawar.
Mereka dapat ditemukan diseluruh belahan dunia. Ceratium ditemukan di permukaan perairan
dimana terdapat cahaya yang cukup untuk melakukan kegiatan fotosinteis. Ceratium adalah
organisme yang tidak berbahaya. Tidak mengandung racun, dan diperlukan dalam jaringan
makanan. Tapi Ceratium dapat menyebabkan red tide apabila kondisinya memungkinkan untuk
terjadi blooming. Walaupun red tide ini tidak mengandung racun, tapi dapat mempengaruhi
sumberdaya yang ada di perairan karena menyebabkan tekanan terhadap ekosistem. Pada
dasarnya Ceratium komponen yang diperlukan di habitatnya. Ceratium tidak hanya berperan
sebagai nutrien untuk organisme besar, tapi melindungi organisme kecil dari predator (Anonim,
2008d).
Filum
Kelas
Ordo
Famili
Genus
:
:
:
:
:
Pyrrophyta
Dinophyceae
Gonyaulacales
Ceratiaceae
Ceratium
Gambar 6. Ceratium sp.
Peridinium sp termasuk fitoplankton dari filum pyrrophyta, dimana bentuk dindingnya
berkotak-kotak seperti panser, tebal (theca), mudah lepas jika ada di dalam perut konsumen.
Kotak-kotak tersebut dari sellulosa, mempunyai bentuk dan sculpture bermacam-macam dan
digunakan untuk mendeterminasi specimen-specimen. Sebagian dari tiap sel mempunyai sulkus
yang melingkari sel dan juga dikenal sebagai ‘ekuator’ dan merupakan ciri khas untuk specimenspecimen pyrrophyta (Sachlan, 1982).
Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perikanan/MS-20
5
Seminar Nasional Tahunan V Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 26 Juli 2008
Filum
Kelas
Ordo
Famili
Genus
:
:
:
:
:
Pyrrophyta
Dinophyceae
Peridiniales
Peridinaceae
Peridinium
Gambar 7. Peridinium sp.
Kesimpulan
Selama pengamatan jenis fitoplankton yang dominan ditemukan adalah dari filum
Cyanophyta yaitu Microcystis sp dan Oscillatoria sp, serta filum Pyrophyta yaitu Ceratium sp dan
Peridinium sp. Perubahan kondisi lingkungan akan merangsang dan memicu fitoplankton tumbuh
meledak sehingga menimbulkan blooming. Walaupun blooming beberapa jenis fitoplankton tidak
menimbulkan racun, tapi dapat mempengaruhi sumberdaya yang ada di perairan karena
menyebabkan tekanan terhadap suatu ekosistem.
Daftar Pustaka
Anonim, 2008a. Ilmuwan global bersama tangani masalah Cyanophyceae. indonesia.cri.cn.
Diakses tanggal 18 Maret 2008.
Anonim, 2008b. Final Report : SID Rawan Kecelakaan Angkutan Sungai, Danau dan
Penyebrangan. http://www.hubdat.web.id. Diakses tanggal 12 Juni 2008.
Anonim, 2008c. Dinoflagellate. http://wikipedia.org. Diakses tanggal 12 Juni 2008.
Anonim, 2008d. Ceratium. http:// microbewiki.kenyon.edu. Diakses tanggl 13 Juni 2008.
Basmi, J. 1994. Blooming Fitoplankton. Fakultas Perikanan dan Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
35 pp.
Basmi, J. 1998. Plaktonologi : Fenomena Distribusi. Fakultas Perikanan dan Kelautan. Institut
Pertanian Bogor.
Davis, C.C, 1955. The Marine and Freshwater Plankton. Michigan State University Press.
Needham, J.G and P,R, Needham (1963). A Guide to the Study of Freshwater Biology. Fifth
Edition. Revised and Enlarged, Holden Day, Inc, San Fransisco.
Edmonson, W.T. 1959. Freshwater Biology, 2
nd
Ed. John Wiley & Sonc. Inc. New York.
Schmittou, H.R. 1991, Cage Culture: A Method of fish Production in Indonesia. Fisheries Research
and Development Project-Cebtral Research institute for Fisheries, Jakarta
Sachlan, M. 1982. Planktonologi. Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Diponegoro
Semarang. 156 pp.
Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perikanan/MS-20
6
Seminar Nasional Tahunan V Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 26 Juli 2008
Whipple, G.C. 1947. The Microscopy of Drinking Water. John Wiley & Sons, Inc. London :
Chapman & Hall, Limited. 586 p.
Wiadnyana, N.N dan G.A. Wagey. 2004. Plankton, Produktivitas dan Ekosistem Perairan.
Departemen Kelautan dan Perikanan. Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Pusat Riset
Perikanan Tangkap dan LIPI-Pusat Penelitian Oseanografi. Jakarta. 117 p.
Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perikanan/MS-20
7
BEBERAPA JENIS FITOPLANKTON DOMINAN DI WADUK JATILUHUR
MS-20
Yayuk Sugianti dan Mujiyanto
Loka Riset Pemacuan Stok Ikan, Jatiluhur
Abstrak
Dominansi suatu jenis fitoplankton pada suatu badan air ditentukan oleh perbandingan jenis
nutrien yang terlarut dalam badan air, tapi dominasi fitoplankton di suatu perairan tidak selamanya
menguntungkan perairan tersebut. Perubahan kondisi lingkungan akan merangsang fitoplankton
tumbuh meledak sehingga menimbulkan blooming. Kegiatan budidaya dapat berpengaruh
terhadap kondisi kualitas perairan suatu waduk, karena sisa pakan dan sisa metabolisme yang
menumpuk di dasar perairan dapat menyebabkan terjadinya eutrofikasi pada waduk tersebut dan
dapat menimbulkan blooming fitoplankton. Tulisan ini bertujuan memberikan informasi fitoplankton
dominan apa saja yang terdapat di Waduk Jatiluhur dan pengaruhnya terhadap perairan tersebut.
Dari hasil pengamatan, jenis fitoplankton yang dominan di Waduk Jatiluhur adalah Microcystis sp,
Oscillatoria sp (filum Cyanophyta), Ceratium sp dan Peridinium sp (filum Pyrrophyta). Walaupun
blooming beberapa jenis fitoplankton tidak menimbulkan racun, tapi dapat mempengaruhi
sumberdaya yang ada di perairan karena menyebabkan tekanan terhadap suatu ekosistem.
Kata kunci: Fitoplankton, Waduk Jatiluhur
Pengantar
Fitoplankton dapat disebut sebagai produsen pertama, karena secara historis hidup paling
dulu di dunia. Secara de facto, jika terbentuk danau baru, maka yang pertama hidup di danau
tersebut adalah fitoplankton, bukan produsen lain seperti rumput air atau tumbuhan tingkat tinggi
lainnya. Eksistensi fitoplankton sangatlah besar di perairan, karena fitoplanktonlah yang pertama
membangun bahan organik dan penghasil oksigen terbesar di perairan melalui proses fotosintesis
yaitu sekitar 90-95% (Schimittou, 1991). Faktor lingkungan fisik (abiotik) yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan fitoplankton adalah angin, arus, ketersediaan makanan
(kandungan unsur hara) dan aktivitas pemangsaan (Davis, 1955).
Komunitas fitoplankton di perairan waduk dan danau cenderung didominasi oleh jenis-jenis
dari kelas Chlorophyceae, Cyanophyceae dan Bacillariophyceae. Dominansi suatu jenis
fitoplankton pada suatu badan air ditentukan oleh perbandingan jenis nutrient yang terlarut dalam
badan air. Hal ini disebabkan setiap jenis fitoplankton mempunyai respon yang berbeda terhadap
perbandingan jenis nutrien yang ada terutama nitrogen dan fosfor dalam badan air. Tetapi
dominasi fitoplankton di suatu perairan tidak selamanya menguntungkan perairan tersebut.
Perubahan kondisi lingkungan akan merangsang fitoplankton tumbuh meledak sehingga
menimbulkan blooming. Yang dimaksud dengan blooming adalah suatu peristiwa di mana suatu
spesies dalam waktu singkat berkembang sangat pesat dengan jumlah yang melampau rata-rata
produksi bulanan dalam keadaan normal (Basmi, 1994). Faktor-faktor yang memicu terjadinya
blooming diantaranya adalah Upwelling dan hujan lebat, kedua peristiwa tersebut dapat
membalikan massa air sehingga unusr hara yang terdapat di dasar perairan terangkat ke
permukaan yang kaya akan sinar matahari sehingga memicu pertumbuhan fitoplankton.
Kegiatan budidaya ikan dalam Keramba Jaring Apung (KJA) di Waduk Jatiluhur telah
dimulai pada tahun 1976 dan sejak tahun 1988 kegiatan tersebut mengalami perkembangan baik
dalam jumlah unit maupun produksinya. Kegiatan budidaya ini dapat berpengaruh terhadap kondisi
kualitas perairan waduk, karena adanya sisa pakan dan sisa metabolisme yang menumpuk dapat
menyebabkan terjadinya eutrofikasi pada waduk tersebut dan dapat menimbulkan blooming
fitoplankton. Tulisan ini bertujuan memberikan informasi fitoplankton dominan apa saja yang
terdapat di Waduk Jatiluhur dan pengaruhnya terhadap perairan tersebut.
Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perikanan/MS-20
1
Seminar Nasional Tahunan V Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 26 Juli 2008
Bahan dan Metode
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan selama tahun 2004 - 2007 di Waduk Jatiluhur dengan metode survei
(Stratified sampling method) (Nielsen and Johnson, 1985). Sampel diambil dari beberapa lokasi di
seluruh perairan waduk yang mewakili daerah outlet, inlet, daerah penangkapan dan daerah
budidaya (Gambar 1).
107018’BT
107020’BT
107022’BT
107024’BT
6o
L
6029’LS
Bandun
Baras Barat
6029’LS
JAWA BARAT
8o
L
10 o
10 o
Tail Rice
Outlet DAM
0
6 31’LS
6031’LS
Kerenceng
6033’LS
Taroko
6033’LS
PDAM
Jamaras
6035’LS
6035’LS
Inlet
Sungai Cilalawi
U
Bojong
6037’LS
0
6 37’LS
Keterangan
:
Sodong
Ketinggian permukaan
air 100 m,dpl
6039’LS
0
6 39’LS
Parung Kalong
Ketinggian permukaan
air 90 m,dpl
Ketinggian permukaan
air 80 m,dpl
0
6 41’LS
Inlet Sungai Citarum
107018’BT
107020’BT
Stasiun Pengamatan
107022’BT
Skala
2 km
6041’LS
107024’BT
Gambar 1. Lokasi Penelitian
Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perikanan/MS-20
2
Seminar Nasional Tahunan V Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 26 Juli 2008
Metode Pengambilan Sampel
Lima sampai dua puluh liter sampel air diambil lpada kedalaman 0, 2, 4 dan 8 m dengan
menggunakan Kemmerer Water Sampler, kemudian disaring memakai plakton net No. 25 (mesh
size 60 µm). Sampel plankton hasil proses penyaringan selanjutnya diawet dengan larutan Lugol.
Pengamatan dilakukan terhadap 20 lapang pandang tanpa pengulangan pada lapang pandang
yang sama dengan menggunakan mikroskop binokuler pada perbesaran 100x. Rujukan yang
digunakan untuk identifikasi fitoplankton adalah dari Whiple, (1947) Edmonson (1959), Needham &
Needham (1963), dan Sachlan (1982).
Hasil dan Pembahasan
Jenis-Jenis Fitoplankton Dominan
Jenis fitoplankton yang ditemukan selama pengamatan didominasi oleh jenis fitoplankton
dari filum Cyanophyta yaitu Microcystis sp dan Oscillatoria sp, serta filum Pyrophyta yaitu Ceratium
sp dan Peridinium sp.
Filum Cyanophyta
Cyanophyta atau Alga biru, ialah tumbuhan pertama yang bisa berfotosintesis dan dianggap
salah satu pelopor kehidupan yang terpenting di dunia ini. Nama Cyanophyta berdasarkan pigmen
phycocyanin yang berwarna biru, selain pigmen phyco-erithrin yang berwarna merah yang terdapat
di dalam sel alga-biru. Selain kedua pigmen tersebut, alga-biru mengandung pigmen chlorophyl,
carotene dan xanthophyl. Alga biru juga mempunyai produk cadangan seperti karbohidrat dalam
bentuk glycogen, tepung dan protein. Pada beberapa jenis terdapat banyak vauola, dan dengan
struktur demikian alga-biru mudah mengatur berat jenisnya terhadap media sehingga dapat hidup
sebagai plankton. Alga biru dapat hidup di dasar perairan, permukaan perairan (sebagai neuston)
dan di dalam air sebagai plankton. Filum Cyanophyta lebih dapat bertoleransi terhadap kisaran
suhu yang lebih tinggi dibandingkan dengan filum Chlorophyta dan diatom (Anonim, 2008b).
Salah satu jenis fitoplankton dari filum Cyanophyta yang dominan terdapat di waduk
Jatiluhur adalah Microcystis sp. Peristiwa blooming Microcystis sp sering terjadi karena
pertumbuhan fitoplankton ini sangat didukung oleh kandungan fosfat dan nitrat yang tinggi. Apabila
dalam suatu perairan terdapat kegiatan budidaya ikan dengan sistem keramba, dimana makanan
ikannya mengandung kadar fosfat dan nitrat yang berlebih sudah dapat diperkirakan merangsang
fitoplankton ini untuk tumbuh berkembang (Sachlan, 1982). Dominasi Microcystis sp yang berlebih
berdampak negatif terhadap ikan, karena fitoplankton ini mengeluarkan zat toksin yaitu microcystin
yang tidak dapat dicerna atau dimanfaatkan oleh kebanyakan ikan herbivora. Akibatnya di Waduk
Jatiluhur sering terjadi peristiwa kematian ikan masal di daerah KJA. Blooming jenis ini pun terjadi
apabila kandungan kapur nya cukup tinggi.
Filum
Kelas
Ordo
Famili
Genus
:
:
:
:
:
Cyanophyta
Cyanophyceae
Chroococcales
Chroococcaceae
Microcystis
Gambar 2. Microcystis sp
Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perikanan/MS-20
3
Seminar Nasional Tahunan V Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 26 Juli 2008
Gambar 3. Fenomena blooming Microcystis sp di beberapa tempat
Selain Microcytis sp, fitoplankton dominan dari filum Cyanophyta di waduk Jatiluhur adalah
Oscillatoria sp. Fitoplankton jenis ini adalah salah satu ganggang biru, berupa benang tebal terdiri
dari sel pipih, pembiakan membelah diri dan fragmentasi atau potongan benang yang terpisah
timbul menjadi benang baru yang disebut hormogonium (Anonim, 2008a). Tahan kering dan tahan
panas di dalam air sampai dengan suhu 0 - 70 0C.
Filum
Kelas
Ordo
Famili
Genus
:
:
:
:
:
Cyanophyta
Cyanophyceae
Oscillatoriales
Oscillatoriaceae
Oscillatoria
Gambar 4. Oscillatoria sp
Filum Pyrrophyta
Filum Pyrrophyta (alga api) atau biasa disebut juga dinoflagellata, tubuhnya tersusun atas
satu sel dan berdinding sel, dapat bergerak aktif. Habitat nya di laut bersifat fosforesensi
(memancarkan cahaya). Sebelah luarnya terdapat celah atau alur, dengan masing-masing
mengandung satu flagel. Selain itu pigmennya klorofil dan berwarna coklat kekuning-kuningan
(Anonim, 2008c). Banyak jenis plankton dari filum ini memiliki fase istirahat atau berubah bentuk
menjadi sista, yang merupakan perubahan sel vegetatif akibat dari kondisi lingkungan yang
memburuk. Seperti perubahan iklim, kurangnya sediaan unsur-unsur hara, penolakan terhadap
predator, proses reproduksi (seksual atau aseksual), dan pembubaran/penghilangan jejak
(Wiadnyana & Wagey, 2004). Terkadang terjadi blooming dari filum ini dengan konsentrasi lebih
dari jutaan sel per mililiter. Beberapa spesies menghasilkan neurotoxins, dimana kuantitasnya bisa
membuhuh ikan. Fenomena ini disebut red tide, apabila dilihat dari warna perairan pada saat
blooming. Beberapa warna dari Dinoflagellata itu terjadi karena kandungan racun, seperti Pfiesteria.
Tapi tidak semua blooming Dinoflagellata berbahaya (Anonim, 2008c).
Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perikanan/MS-20
4
Seminar Nasional Tahunan V Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 26 Juli 2008
Florida red tide
Red tide of brackish lake
Gambar 5. Fenomena red tide di beberapa tempat
Beberapa plankton ada yang memiliki sifat distribusi yang sangat luas atau disebut
kosmopolitanisme. Salah satu jenis fitoplankton dari filum Pyrrophyta yang memiliki sifat
kosmopolitanisme yang sangat baik adalah Ceratium hirudinella. Fitoplankton ini hanya hidup di
perairan tawar mulai dari Arktik (kutub utara), hidup aktif di dalam air dan terbatas dalam waktu
singkat di bulan-bulan musim panas (Basmi, 1998). Beberapa tahun terakhir kelimpahan
fitoplankton jenis Ceratium sp cukup meningkat di waduk Jatiluhur, seiring dengan perubahan
musim yang tidak menentu. Ceratium adalah organisme akuatik, hidup di perairan laut dan tawar.
Mereka dapat ditemukan diseluruh belahan dunia. Ceratium ditemukan di permukaan perairan
dimana terdapat cahaya yang cukup untuk melakukan kegiatan fotosinteis. Ceratium adalah
organisme yang tidak berbahaya. Tidak mengandung racun, dan diperlukan dalam jaringan
makanan. Tapi Ceratium dapat menyebabkan red tide apabila kondisinya memungkinkan untuk
terjadi blooming. Walaupun red tide ini tidak mengandung racun, tapi dapat mempengaruhi
sumberdaya yang ada di perairan karena menyebabkan tekanan terhadap ekosistem. Pada
dasarnya Ceratium komponen yang diperlukan di habitatnya. Ceratium tidak hanya berperan
sebagai nutrien untuk organisme besar, tapi melindungi organisme kecil dari predator (Anonim,
2008d).
Filum
Kelas
Ordo
Famili
Genus
:
:
:
:
:
Pyrrophyta
Dinophyceae
Gonyaulacales
Ceratiaceae
Ceratium
Gambar 6. Ceratium sp.
Peridinium sp termasuk fitoplankton dari filum pyrrophyta, dimana bentuk dindingnya
berkotak-kotak seperti panser, tebal (theca), mudah lepas jika ada di dalam perut konsumen.
Kotak-kotak tersebut dari sellulosa, mempunyai bentuk dan sculpture bermacam-macam dan
digunakan untuk mendeterminasi specimen-specimen. Sebagian dari tiap sel mempunyai sulkus
yang melingkari sel dan juga dikenal sebagai ‘ekuator’ dan merupakan ciri khas untuk specimenspecimen pyrrophyta (Sachlan, 1982).
Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perikanan/MS-20
5
Seminar Nasional Tahunan V Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 26 Juli 2008
Filum
Kelas
Ordo
Famili
Genus
:
:
:
:
:
Pyrrophyta
Dinophyceae
Peridiniales
Peridinaceae
Peridinium
Gambar 7. Peridinium sp.
Kesimpulan
Selama pengamatan jenis fitoplankton yang dominan ditemukan adalah dari filum
Cyanophyta yaitu Microcystis sp dan Oscillatoria sp, serta filum Pyrophyta yaitu Ceratium sp dan
Peridinium sp. Perubahan kondisi lingkungan akan merangsang dan memicu fitoplankton tumbuh
meledak sehingga menimbulkan blooming. Walaupun blooming beberapa jenis fitoplankton tidak
menimbulkan racun, tapi dapat mempengaruhi sumberdaya yang ada di perairan karena
menyebabkan tekanan terhadap suatu ekosistem.
Daftar Pustaka
Anonim, 2008a. Ilmuwan global bersama tangani masalah Cyanophyceae. indonesia.cri.cn.
Diakses tanggal 18 Maret 2008.
Anonim, 2008b. Final Report : SID Rawan Kecelakaan Angkutan Sungai, Danau dan
Penyebrangan. http://www.hubdat.web.id. Diakses tanggal 12 Juni 2008.
Anonim, 2008c. Dinoflagellate. http://wikipedia.org. Diakses tanggal 12 Juni 2008.
Anonim, 2008d. Ceratium. http:// microbewiki.kenyon.edu. Diakses tanggl 13 Juni 2008.
Basmi, J. 1994. Blooming Fitoplankton. Fakultas Perikanan dan Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
35 pp.
Basmi, J. 1998. Plaktonologi : Fenomena Distribusi. Fakultas Perikanan dan Kelautan. Institut
Pertanian Bogor.
Davis, C.C, 1955. The Marine and Freshwater Plankton. Michigan State University Press.
Needham, J.G and P,R, Needham (1963). A Guide to the Study of Freshwater Biology. Fifth
Edition. Revised and Enlarged, Holden Day, Inc, San Fransisco.
Edmonson, W.T. 1959. Freshwater Biology, 2
nd
Ed. John Wiley & Sonc. Inc. New York.
Schmittou, H.R. 1991, Cage Culture: A Method of fish Production in Indonesia. Fisheries Research
and Development Project-Cebtral Research institute for Fisheries, Jakarta
Sachlan, M. 1982. Planktonologi. Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Diponegoro
Semarang. 156 pp.
Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perikanan/MS-20
6
Seminar Nasional Tahunan V Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 26 Juli 2008
Whipple, G.C. 1947. The Microscopy of Drinking Water. John Wiley & Sons, Inc. London :
Chapman & Hall, Limited. 586 p.
Wiadnyana, N.N dan G.A. Wagey. 2004. Plankton, Produktivitas dan Ekosistem Perairan.
Departemen Kelautan dan Perikanan. Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Pusat Riset
Perikanan Tangkap dan LIPI-Pusat Penelitian Oseanografi. Jakarta. 117 p.
Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perikanan/MS-20
7