Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Pendekatan Project Based Learning pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SD Negeri Kutowinangun 11 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori
2.1.1 Mata Pelajaran IPA di Sekolah Dasar
2.1.1.1 IPA
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan terjemahan kata-kata dalam bahasa inggris yaitu natural science, artinya ilmu pengetahuan alam (IPA). Berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam, science artinya ilmu pengetahuan. Jadi ilmu pengetahuan alam (IPA) atau science itu pengertianya dapat disebut sebagai ilmu tentang alam. Ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini (Usman Samatowa, 2010:3). Sedangkan Nash (Usman Samatowa, 2010:3) menyatakan
“IPA itu adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam.” Nash juga menjelaskan bahwa cara IPA mengamati dunia ini bersifat analisis, lengkap, cermat, serta menghubungkannya antara suatu fenomena dengan fenomena lain, sehingga keseluruhannya membentuk suatu prespektif yang baru tentang objek yang diamatinya.
Sains didefinisikan sebagai Ilmu Pengetahuan yang mempelajari tentang gejala-gejala alam. Sains juga merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang terdiri dari fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan teori-teori yang merupakan produk dari proses ilmiah (Usman Samatowa, 2010:5). IPA adalah ilmu yang mempelajari tentang fenomena alam dan segala sesuatu yang ada di alam. IPA merupakan pengetahuan yang ilmiah, yaitu pengetahuan yang diperoleh secara ilmiah (Khalimah, 2010:64). Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah (Usman Samatowa, 2006:17). Pendidikan IPA adalah lebih dari sekedar kumpulan yang dinamakan fakta. IPA merupakan kumpulan pengetahuan dan juga proses. Pembelajaran IPA di sekolah di harapkan memberi berbagai pengalaman pada anak yang mengijinkan mereka melakukan berbagai penelusuran ilmiah yang relevan (Agus. S, 2003:11).
Tujuan IPA secara umum membantu agar siswa memahami konsep-konsep
IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Memiliki keterampilan untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar maupun menerapkan berbagai konsep IPA untuk menjelaskan gejala-gejala alam yang harus dibuktikan kebenarannya di laboratorium, dengan demikian IPA tidak saja sebagai produk tetapi juga sebagai proses (Usman Samatowa, 2010:4).
Untuk itu ada tiga hal yang berkaitan dengan sasaran IPA di Sekolah Dasar adalah sebagai berikut. (1) IPA tidak semata berorientasi kepada hasil tetapi juga proses. (2) Sasaran pembelajaran IPA harus utuh menyeluruh dan (3) pembelajaran IPA akan lebih berarti apabila dilakukan secara berkesinambungan dan melibatkan siswa secara aktif (Usman Samatowa, 2010:5).
Dalam Permendiknas RI Nomor 22 Tahun 2006 menjelaskan ruang lingkup IPA untuk Sekolah Dasar (SD) secara garis besar terinci menjadi empat (4) kelompok yaitu: 1.
Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan 2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas.
3. Energi dan perubahannya meliputi: energi, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana
4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.
Menurut pemikiran penulis IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan alam. Peristiwa-peristiwa alam, mahluk hidup, dan gejala-gejala alam dipelajari dalam suatu wadah yaitu IPA. IPA menuntut seseorang yang mempelajari untuk berfikir kritis dan kreatif.
2.1.1.2 Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Ada beberapa alasan yang menyebabkan satu mata pelajaran dimasukkan ke dalam kurikulum suatu sekolah. Alasan itu dapat digolongkan gagal dan mencoba lagi. Ilmu pengetahuan tidak menyediakan semua jawaban untuk semua masalah yang kita ajukan. Dalam IPA anak-anak dan kita harus tetap bersikap skeptic sehingga kita selalu siap memodifikasi model-model yang kita punyai tentang alamini sejalan dengan penemuan-penemuan baru yang kita dapatkan (Usman Samatowa, 2010:7).
Sistem kurikulum yang digunakan dalam pendidikan saat ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Seperti diatur dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 38 ayat 2, kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota untuk pendidikan dasar dan Provinsi untuk pendidikan menengah.
Mulyasa (2010:21) menuliskan pengertian KTSP adalah suatu ide tentang pengembangan kurikulum yang diletakkan pada posisi yang paling dekat dengan pembelajaran, yakni sekolah dan satuan pendidikan. Pemberdayaan sekolah dan satuan pendidikan dengan memberikan otonomi yang lebih besar, di samping menunjukkan sikap tanggap pemerintah terhadap tuntutan masyarakat juga merupakan sarana peningkatan kualitas, efesiensi, dan pemerataan pendidikan. KTSP merupakan salah satu wujud reformasi pendidikan yang memberikan otonomi kepada sekolah dan satuan pendidikan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi, tuntutan, dan kebutuhan masing-masing.
Usman Samatowa (2010:9) menuliskan alasan yang menyebabkan mata
pelajaran IPA dimasukkan di dalam suatu kurikulum sekolah yaitu: 1. Bahwa IPA berfaedah bagi suatu bangsa, kiranya hal itu tidak perlu dipersoalkan panjang lebar.Kesejahteraan materil suatu bangsa banyak sekali tergantung pada kemampuan bangsa itu dalam bidang IPA, sebab IPA merupakan dasar teknologi dan disebut-sebut sebagai tulang punggung pembangunan.
2. Bila diajarkan IPA menurut cara yang tepat, maka IPA merupakan suatu mata pelajaran yang melatih kemampuan berpikir kritis.
3. Bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak, maka IPA tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka.
4. Mata pelajaran IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan.
Setiap guru harus memahami akan alasan mengapa suatu mata pelajaran yang diajarkan perlu diajarkan di sekolahanya. Demikian pula halnya dengan guru
IPA, baik sebagai guru mata pelajaran maupun sebagai guru kelas, seperti halnya di sekolah dasar. Ia harus tahu benar kegunaan-kegunaan apa saja yang dapat diperoleh dari pelajaran IPA (Usman Samatowa, 2010:8).
Pelaksanaan kurikulum diatur dalam UU No.20 tahun 2003 BAB IX tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 35 ayat 1, yang menuliskan Standar Nasional Pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala. Serta pasal 35 ayat 2 yang menuliskan Standar Nasional Pendidikan digunakan sebagai acuan pengembangan kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan.
Pelaksanaan pembelajaran secara keseluruhan saat ini adalah dengan menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang mana kurikulum yang ada dikembangkan sendiri oleh setiap satuan pendidikan dengan diawasi oleh dinas pendidikan atau kantor departemen agama. Pengembangan kurikulum ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan sumber belajar di masing- masing daerah tingkat satuan pendidikan. Pengembangan kurikulum diacukan pada Standar Nasional Pendidikan. Dalam praktik pelaksanaan pembelajaran, diberlakukan adanya standar kompetensi dan kompetensi dasar yang termuat dalam standar isi sebagai acuan pembelajaran. Standar isi ini kemudian dijabarkan dalam silabus dan indikator pencapaian kompetensi yang menjadi tujuan yang hendak dicapai sekaligus tolok ukur dalam keberhasilan proses pembelajaran. Tercapainya suatu kompetensi/indikator adalah dengan dilakukannya penilaian terkait dengan indikator yang dipelajari. Pelimpahan pembuatan kurikulum pada masing-masing satuan pendidikan akan lebih mengarahkan siswa untuk mengembangkan potensinya sesuai dengan kebutuhan lingkungan dimana siswa tinggal.
Pembelajaran IPA di sekolah dasar ditujukan agar siswa memahami kondisi alam yang ada dalam kehidupan sehari-hari, melatih kreatifitas siswa dalam kegiatan pembelajaran sehingga siswa tidak beranggapan bahwa pelajaran
IPA hanya dipelajari dengan penyampaian materi oleh guru. Siswa akan lebih aktif dan inovatif dalam kegiatan pembelajaran sehingga ide-ide yang didapatkan akan selalu tersimpan dalam pemikiran siswa. Pembelajaran IPA yang ditujukan agar siswa dapat memiliki kemampuan, dan kreatifitas yang baik. Penerapan pembelajaran IPA dalam KTSP tidak lagi hanya guru sebagai sumber dan pusat pembelajaran, namun dipusatkan kepada siswa sebagai subjek pembelajaran. Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran, sehingga memberi kesempatan siswa untuk mengembangkan pengalamannya. Pembelajaran IPA disajikan dengan mengkaitkan pembelajaran dengan kehidupan sehari-sehari siswa.
Dalam pelaksanaan KTSP ada Standar Nasional Pendidikan yang mengatur pelaksanaan pembelajaran. Standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator pembelajaran menjadi faktor penting dalam perumusan kegiatan pembelajaran. Dengan pembelajaran yang dirancang sendiri sesuai dengan keadaan dan kondisi lingkungan dan sekolah diharapkan guru dapat merencanakan pembelajaran yang menyenangkan dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar yang ada. Perwujudan pembelajaran dalam KTSP merupakan pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan bagi siswa, yang dapat menjadikan siswa aktif, merasa tertantang, menumbuhkan kreativitas. Untuk mengefektifkan pembelajaran, dalam pelaksanaanya, pembelajaran dilakukan dengan cakupan kegiatan inti meliputi: eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Pembelajaran yang bermakna, menyenangkan, dan menantang, menubuhkan kreatifitas siswa, serta pelibatan peran siswa secara aktif, dapat dirancang dalam proses pembelajaran dengan penggunaan pembelajaran yang inovatif.
2.1.2 Pendekatan Project Based Learning.
Menurut Asan (2005:22) Project Based Learning adalah suatu pendekatan pendidikan yang efektif yang berfokus pada kreatifitas berfikir, pemecahan masalah, dan interaksi antara siswa dengan kawan sebaya mereka untuk menciptakan dan menggunakan pengetahuan baru. Khususnya ini dilakukan dalam konteks pembelajaran aktif, dialog ilmiah dengan supervisor yang aktif sebagai peneliti. Bransfor dan Stein (Warsono dan Hariyanto, 2012:153) m enyatakan “pembelajaran berbasis proyek sebagai pendekatan pengajaran yang komprehensif yang melibatkan siswa dalam kegiatan penyelidikan yang kooperatif dan berkelanjutan
”. Sedangkan John Dewey (Warsono dan Hariyanto, 2012:145) menyatakan:
Pembelajaran Berbasis Proyek atau Project Based Learning itu sediri berakar dari tradisi pragmatisme. Konsep Learning by Doing yakni proses perolehan hasil belajar dengan mengerjakan tindakan- tindakan tertentu sesuai dengan tujuannya, terutama penguasaan anak tentang bagaimana melakukan sesuatu pekerjaanyang terdiri atas serangkaian tingkah laku untuk mencapai suatu tujuan, secara sederhana Project Based Learning didefinisikan sebagai suatu pengajaran yang mencoba megaitkan antara teknologi dengan masalah kehidupan sehari-hari yang akrab dengan siswa, atau dengan suatu proyek sekolah.
Pembelajaran berbasis proyek memusatkan diri terhadap adanya sejumlah masalah yang mampu memotivasi, serta mendorong para siswa berhadapan dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip pokok pengetahuan secara langsung sebagai suatu teknik pengajaran yang khas dan berbeda dengan umumnya teknik pengajaran. Titik awal dari Project Based Learning adalah masalah (problem). Siswa didorong untuk menganalisis suatu permasalahan dan mempertimbangkan analisis alternatif. Oleh karena itu Project Based Learning menempatkan siswa sebagai pemeran utama dalam pembelajaran dan keterampilan berpikir.Siswa dilatih untuk berpikir mandiri dan mengembangkan kepercayaan diri dan menghargai aktivitas yang sedang terjadi. Dengan demikian Project Based
Learnining menciptakan suasana yang mendukung siswa dalam meningkatkan
kemampuan berpikir mereka.Brown dan Campione (Warsono dan Hariyanto, 2012:155) menyatakan ada dua komponen pokok dalam pembelajaran berbasis proyek, yaitu: 1. masalah menantag yang mendorong siswa
Ada mengorganisasikan dan melaksanakan suatu kegiatan, yang secara keseluruhan mengarahkan siswa kepada suatu proyek yang bermakna dan harus diselesaikan sendiri sebagai tim.
2. Karya akhir berupa suatu artefak atau serangkaian artefak, atau suatu penyelesaian tugas berkelanjutan yang bermakna bagi Pembelajaran berbasis proyek merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik. Mengingat bahwa masing-masing peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda, maka pembelajaran berbasis proyek memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif.
Menurut pemikiran penulis berdasarkan pendapat para ahli bahwa Project
Based Learning adalah pendekatan pembelajaran yang memberikan kesempatan
kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek. Kerja proyek memuat tugas-tugas yang kompleks berdasarkan permasalahan (problem) sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata dan menuntut siswa untuk melakukan kegiatan merancang, memecahkan masalah, membuat keputusan,melakukan kegiatan investigasi, serta memberikan kesempatan siswa untuk bekerja secara mandiri maupun kelompok. Hasil akhir dari kerja proyek tersebut adalah suatu produk yang antara lain berupa laporan tertulis atau lisan, presentasi atau rekomendasi.
Warsono dan Hariyanto (2012:156) mengemukakan secara umum, langkah-langkah pembelajaran dalam melaksanakan Project Based Learning adalah perencanaan, penciptan dan penerapan, serta pemrosesan. Dapat dipahami bahwa Project Based learning terdiri dari tiga fase pokok, yaitu:
Fase 1: fase perencanaan. Dalam tahap ini, pebelajar memilih topik, mencari sumber-sumber terkait informasi yang relevan, dan mengorganisasikan sumber- sumber menjadi suatu bentuk yang berguna. Fase 2: Implementasi atau fase penciptaan. Dalam tahap ini pebelajar mengembangkan gagasan terkait proyek, menggabungkan dan menyinergikan seluruh kontribusi dari anggota kelompok , dan mewujudkan proyeknya. Fase 3: Fase pemrosesan. Dalam tahap ini proyek hasil karya mereka didiskusikan dengan prinsip saling berbagi dengan kelompok melakukan refleksi terhadap hasil karyanya. Langkah-langkah pembelajaran dalam Project Based Leraning sebagaimana yang dikembangkan oleh The George Lucas Educational (I Made Wirasana Jagantara, 2014:4) terdiri dari :
Foundation
a. Start With the Essential Question
Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat memberi penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas. Mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam.
b. Design a Plan for the Project
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan peserta didik. Dengan demikian peserta didik diharapkan akan merasa
“memiliki” atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek.
c. Create a Schedule
Pengajar dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1) membuat timeline untuk menyelesaikan proyek, (2) membuat deadline penyelesaian proyak, (3) membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru, (4) membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan (5) meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara.
d. Monitor the Students and the Progress of the Project
Pengajar bertanggung jawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara menfasilitasi peserta didik pada setiap proses. Dengan kata lain pengajar berperan menjadi mentor bagi aktivitas peserta didik.
e. Assess the Outcome
Penilaian dilakukan untuk membantu pengajar dalam mengukur ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahamanyang sudah dicapai peserta didik, membantu pengajar dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya
f. Evaluate the Experience
Pada akhir proses pembelajaran, pengajar dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu mengungkapkan perasaan dan pengalamanya selama menyelesaikan proyek. Pengajar dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan
Sedangkan Brown dan Campione (Warsono dan Hariyanto, 2012:158) langkah-langkah kegiatan yang umum diterapkan dalam pembelajaran dengan
Project Based Learning adalah sebagai berikut.
1. Timbulnya masalah dari para siswa. Dalam hal ini terkait dengan menghadapi masalah (problem facing), mendefinisikan masalah (problem definition), dan kategori masalah (problem
categorization ). Memunculkan adanya proyek sebagai alternatif pemecahan masalah.
2. Pebentukan tim pembelajaran kolaboratif untuk menyelesaikan masalah atau proyek.
3. Setelah kajian lebih lanjut dalam tim mereka, para siswa yang cepat belajar (expert) membantu rekannya yang lambat belajar sehingga tidak mengganggu kelangsungan proyek.
4. Hal ini mencapai titik kulminasinya berupa pengerjaan serangkaian tugas berkelanjutan bagi semua anggota tim yang memungkinkan terciptanya hasil pemikiran siswa yang nyata, dapat dilihat dan dipublikasikan berupa artefak atau karya pemikiran yang bermakna. Berdasarkan pendapat-pendapat tentang sintaks Project Based Learning, dalam sintaks Project Based Learning memiliki kesamaan untuk melatih siswa mengalami pembelajaran yang bermakna. Siswa diberi kesempatan untuk menggali sendiri informasi melalui membaca buku atau bertukar fikiran dengan siswa lain, membuat hasil produk dalam bentuk presentasi, mengkomunikasikan hasil produk dari siswa, bekerja dalam kelompok, dan memberikan usulan untuk siswa lain. Menurut pemahaman penulis dapat dihasilkan sintaks Project Based
Learning sebagai berikut: 1) Penentuan pertanyaan mendasar, 2) Menyusun
perencanaan proyek, 3) Menyusun jadwal, 4) Monitoring, 5) Menguji hasil, 6) mengevaluasi pengalaman.
Dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 2013 pasal 19 ayat 1: Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Skenario pembelajaran terangkum dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang secara jelas dituntut untuk menyajikan pembelajaran yang menumbuhkan rasa senang, motivasi belajar, keaktifan siswa dan menumbuhkan kreatifitas siswa. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.41 Tahun 2007 tentang Standar Proses menetapkan Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Dijelaskan pula dalam Standar Proses, dalam kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.
Iif Khoirul Ahmadi, Sofan Amri, Hendro Ari Setyono, dan Tatik Elisah (2011:94) menuliskan tentang komponen RPP antara lain
1). Kompetensi Dasar, 2) Indikator, 3) Pencapaian Kompetensi, 4) Tujuan Pembelajaran, 5) Materi Ajar, 6) Alokasi Waktu, 7) Metode Pembelajaran, 8) Kegiatan Pembelajaran, 9) Penilaian Hasil Belajar, 10) Sumber Belajar.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.41 tahun 2007 menuliskan langkah-langkah dalam pelaksanaan pembelajaran sebagai berikut:
1. Kegiatan Pendahuluan Dalam kegiatan pendahuluan, guru: a.
Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran; b.
Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari; c.
Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai; d.
Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.
2. Kegiatan Inti Dalam kegiatan inti meliputi: a.
Eksplorasi b. Elaborasi c. Konfirmasi 3. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru: a.
Bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran; b.
Melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegaitan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram; c.
Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; d.
Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik; e.
Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya. Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai, siswa dikondisikan untuk siap dalam kegiatan belajar. Kegiatan pertama yaitu kegiatan pendahuluan yang diawali dengan berdoa, menyampaikan materi ajar dan tujuan yang akan dicapai di pembelajaran, serta pemberian pertanyaan-pertanyaan mendasar atau pemberian apersepsi yang mendukung pembelajaran. Dalam kegiatan inti eksplorasi, siswa diberikan fasilitas untuk mencari informasi yang dibutuhkan, guru memberikan rangsangan kepada siswa agar informasi mudah didapat. Selanjutnya dalam kegiatan elaborasi, siswa berfikir secara kritis untuk memproses informasi yang sudah didapatkan, hasil dari kegiatan elaborasi akan dikomunikasikan kepada siswa lain. Tahap terakhir dari kegiatan inti adalah kegiatan konfirmasi, dalam kegiatan ini umpan balik, penguatan dan penghargaan dilakukan oleh guru untuk mengkokohkan pengetahuan yang didapat siswa sebelumnya. Kegiatan terakhir dari pembelajaran yaitu penutup, dalam kegiatan ini guru bersama siswa melakukan Tanya jawab dan simpulan berdasarkan materi ajar yang di pelajari.
Berdasarkan uraian sintaks Project Based Learning yang penulis jabarkan dan langkah-langkah pembelajaran dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.41 tahun 2007, dapat penulis rancang pembelajaran IPA dengan bertumpu pada kedua hal penting dalam pembelajaran tersebut, yaitu dengan langkah- langkah sebagai berikut:
2.1 Tabel Langkah-langkah Pembelajaran Project Based Learning
pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV
Kegiatan Deskripsi KegiatanKegiatan Pendahuluan Apersepsi : 1.
Siswa mengawali pembelajaran dengan doa.
2. Guru melakukan presensi dan memberikan motivasi kepada siswa.
3. Guru menyampaikan kegiatan yang akan dilakukan selama proses pembelajaran.
4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
5. Guru melakukan apersepsi dengan memberikan pertanyaan.
Kegiatan Inti Eksplorasi : 1.
Guru menjelaskan pembelajran project based learning dalam pembelajaran yang akan dilaksanakan hari ini. (aktif dan keingintahuan) 2. Siswa mengamati penjelasan guru tentang pembelajran yang akan dilaksanakan. (aktif dan keingintahuan)
3. Guru memberikan pertanyaan mendasar “apa saja factor yang menyebabkan perubahan lingkungan fisik?”
4. Perubahan daratan yang disebabkan factor air hujan itu apa saja?
Elaborasi : Menyusun perencanaan proyek 1.
Guru membagi kelas menjadi 4 kelompok 2. Siswa berdiskusi tentang sebuah object yang akan dijadikan sebuah proyek pada pembelajaran hari ini yaitu pembuatan proyek terjadinya erosi karena factor air hujan.
3. Guru menjelaskan proyek yang akan dibuat dan menginformasikan kepada siswa mengenai alat dan bahan
Kegiatan Deskripsi Kegiatan yang digunakan dalam pembuatan proyek terjadinya erosi.
(keingintahuan) 4. Siswa menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
(disiplin,tekun)
Menyusun jadwal
Siswa menyusun jadwal pembuatan produk dengan arahan dari guru, dengan sesi pertemuan pertama sebagai berikut :
Pada pertemuan 1 .
1. Siswa bersama kelompok kerja mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam perancangan proyek.
2. Guru menjelaskan prosedur pembuatan proyek yang memanfaatkan alat peraga yang membuktikan terjadinya erosi.
3. Siswa bersama kelompok kerja berkolaboratif untuk menghasilkan proyek yang berkualitas.
4. Siswa membuat rangkuman materi dari topik yang dibahas sebagai pengetahuan.
Monitoring
Guru membimbing siswa dalam melakukan percobaan membuat alat peraga dan berkeliling mengecek pekerjaan siswa serta membantu siswa yang masih mengalami kesulitan. Dalam monitoring ini guru memberikan sedikit koreksi mengenai proses alat peraga yang dilakukan oleh siswa sehingga siswa bisa memperbaiki percobaan yang sedang dibuat.
Menguji Hasil 1.
Masing-masing kelompok diminta maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil proyek yang telah dilakukan.
2. Siswa menginformasikan hasil proyek kepada siswa lain.
3. Guru memberikan suatu penguatan terhadap hasil proyek
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Mengevaluasi Pengalaman 1. Siswa menyimpulkan hasil belajar pada hari ini .
2. Refleksi dari keseluruhan pelaksanaan proyek yang dilakukan oleh siswa.
Konfirmasi 1.
Guru memberikan penghargaan pada kelompok yang terbaik dalam presentasi.
2. Siswa membuat rangkungan dibawah bimbingan guru 3.
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan.
Kegiatan Penutup
Bersama siswa, guru menyimpulkan pembelajaran hari ini (perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan) 1.
Guru menyampaikan pesan moral pembelajaran hari ini dengan bijak.
2. Sebagai tindak lanjut guru memberikan PR.
2. Meningkatkan kecakapan siswa dalam pemecahan masalah.
3. Mememperbaikiketrampilan menggunakan media pembelajaran.
4. Meningkatkan semangat dan ketrampilan berkolaborasi.
5. Meningkatkan keterampilan dalam manajemen berbagai sumber daya.
6. Meningkatkan keterampilan siswa dalam mencari informasi 7.
Memberikan pengalaman kepada siswa dalam mengorganisasi proyek
8. Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan. Menurut Moursund (I Made Wirasana Jagantara, 2014:1) beberapa kelebihan dari pembelajaran berbasis proyek antara lain sebagai berikut:
3. Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya Han dan Bhattacharya (Warsono dan Hariyono, 2012:157) mengidentifikasi kelebihan pembelajaran berbasis proyek, yaitu:
1. Meningkatkan motivasi belajar siswa.
1. Increased motivation 2.
Increased problem-solving ability 3. Improved library research skills 4. Increased collaboration 5. Increased resource-management skills.
Warsono dan Hariyanto (2012:159) menuliskan kekurangan Project Based
Learning sebagai berikut: 1.
Project Based Learning memerlukan banyak waktu yang harus disediakan untukmenyelesaikanpermasalahan yang kompleks.
2. Banyak orang tua peserta didik yang merasa dirugikan, karena menambah biaya untuk memasuki sistem baru.
3. Banyaknya peralatan yang harus disediakan.
4. Memungkinkan peserta didik menjadi jenuh karena berhadapan langsung dengan masalah.
5. Memungkinkan peserta didik kesulitan dalam memproses sejumlah data dan informasi dalam waktu singkat, sehingga Pembelajaran Berbasis Proyek ini berlangsung lama. Menurut pemikiran penulis berdasarkan pendapat para ahli tentang kekurangan dan kelebihan project based learning yaitu, dalam pembelajaran
project based learning siswa berlatih untuk merancang suatu produk yang hasil
dari produk tersebut akan digunakan siswa untuk dikomunikasikan kepada siswa lain, dalam hal ini siswa mendapatkan manfaat belajar yaitu memecahkan masalah melalui komunikasi dalam kelompok kerja, mendapat semangat dari pembelajaran yang menyenangkan serta motivasi yang tumbuh untuk belajar dengan giat. Dalam pembelajaran project based learning juga terdapat kendala yang dihadapi siswa, kendala ini menjadi kekirangan dalam project based learning. Kendala yang dihadapi misalnya, dalam perencanaan pembuatan produk siswa membutuhkan alat dan bahan yang mungkin susah didapatkan siswa di lingkungan sekitar, sehingga waktu yang digunakan dalam perancangan produk akan lebih lama, selain itu waktu yang singkat dalam pembelajaran di sekolah menuntut siswa untuk berfikir cepat memecahkan masalah yang dihadapi, siswa akan merasa tergesa-gesa dalam menyimpulkan materi yang didapat.
2.1.3 Hasil Belajar
2.1.3.1 Belajar
Robert M. Gagne (Suprijono, 2009:2) mendefinisikan “belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan melalui aktivitas.
” Travers (Suprijono, 2009:2) mendefinisikan “belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku.
” Menurut Cronbach (Suprijono, 2009:2) “Learning is shown by a change in
behavior as a res ult of experience” (belajar adalah perubahan perilaku sebagai
hasil dari pengalaman). Sedangkan, menurut Ahmad Susanto (2013:4) belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memeroleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berpikir, merasa maupun dalam bertindak.
Iskandar Wassid dan Dadang Sunendar (2011:4), menuliskan variasi perubahan tingkah laku dalam belajar dapat diamati melalui proses tingkah laku atau penampilan anak didik. Ada enam jenis tingkah laku, berturut-turut sebagai berikut:
1. Jawaban yang khusus: suatu kegiatan belajar peserta didik yang ditampilkan melalui proses stimulus(S)
- –respon(R). S adalah situai yang memberi stimulus, sedangkan R adalah respon atas stimulus tadi.
2. Untaian atau rangkaian: suatu kegiatan belajar yang terjadi berdasarkan rentetan atau rangkaian respon yang dihubungkan- hubungan.
3. Perbedaan yang beragam: proses belajar yang terjadi atas serangkaian respon yang khusus.
4. Penggolongan: jenis belajar yang terjadi atas penggolongan suatu benda, keadaan, atau perbuatan yang sesuai dengan situasi.
5. Menggunakan urutan: suatu kecakapan untuk berbuat atau bertindak sesuai dengan landasan konsepnya.
6. Memecahkan masalah: kemampuan berpikir, menganalisis, dan memecahkan masalah. Perubahan tingkah laku sebagai hasil berlajar tidak didapat dengan sembarangan pengalaman. Perubahan yang menuju pada akibat dari belajar bersifat tetap dan didapat dari pengalaman yang dilakukan secara sadar. Pencapaian perubahan tingkah laku tidak hanya berpusat pada satu kemampuan saja, namun berkembang secara merata antara pemikiran, sikap dan ketrampilan. Belajar pada dasarnya adalah usaha yang dilakukan seseorang secara sadar untuk dapat memperoleh perubahan tingkah laku dan pengetahuan, yang didapat melalui pengalaman seseorang dalam berhubungan dengan sesama dan lingkungannya.
2.1.3.2 Hasil Belajar
Bloom (Suprijono, 2009:6) mengemukakan “hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Dimana domain kognitif adalah pengetahuan (knowledge), domain afektif adalah sikap (receiving), dan domain psikomotorik adalah keterampilan produktif.” Sementara itu Dimyati dan Mudjiono dalam (Munawar, 2009:15) berpendapat bahwa: hasil belajar dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru.
Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental pada ranah kognitif, afektif dan psikomotorik yang lebih baik bila dibandingan pada saat belum belajar. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran. Suprijono (2009:7) mengatakan
“hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja.
” A.J. Romiszowski (Mulyono Abdurrahman, 2003:38) menyatakan hasil belajar merupakan “Keluaran (output) dari suatu sistem pemrosesan masukan (input).
Masukan dari sistem tersebut berupa bermacam-macam informasi sedangkan keluarannya adalah perbuatan atau kinerja (performance )”. Sedangkan Mulyono
Abdurraahman (2003:37) mendefinisikan hasil belajar sebagai kemampuan yang diperoleh anak setelah melakukan kegiatan belajar.
Imam Gunawan (2014:26-30) menuliskan penjelasan Taksonomi Bloom ranah kognitif sebagai berikut: a.
Mengingat/Remember (C1) Mengingat adalah usaha mendapatkan kembali pengetahuan dari memori atau ingatan yang telah lampau, baik yang baru saja didapatkan ataupun yang sudah lama didapatkan. Mengingat meliputi mengenali dan memanggil kembali.
b.
Memahami/mengerti/understand (C2) Memahami/mengerti berkenaan dengan membangun sebuah pengertian dari berbagai sumber seperti pesan, bacaan, dan komunikasi. Memahami/mengerti berkaitan dengan aktivitas mengklasifikasikan dan membandingkan.
c.
Menerapkan/Apply (C3) Menerapkan merupakan proses kognitif memanfaatkan atau mempergunakan suatu prosedur untuk melaksanakan percobaan atau menyelesaikan permasalahan..
d.
Menganalisis/Analyzw (C4) Menganalisis adalah memecahkan suatu permasalahan dengan memisahkan tiap-tiap bagian dari permasalahan dan mencari keterkaitan dari tiap-tiap bagian tersebut dan mencari tahu bagaimana keterkaitan tersebut dapat menimbulkan permasalahan.
e.
Mengevaluasi/Evaluate (C5) Evaluasi berkaitan dengan proses kognitif memberikan penilaian berdasarkan kriteria dan standar yang sudah ada. Kriteria yang biasanya digunakan adalah kualitas, efektifitas, efisiensi, dan konsistensi.
f.
Menciptakan/Create (C6) Menciptakan mengarah pada proses kognitif meletakkan unsur- unsur secara bersama-sama untuk membentuk kesataun yang koheren dan mengarahkan siswa untuk menghasilkan suatu produk baru dengan mengorganisasikan beberapa unsur menjadi bentuk atau pola yang berbeda dari sebelumnya.
Hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman, kebiasaan belajar dan hubungan sosial. Nana Sudjana (2011:30) menuliskan jenis ranah afektif sebagai hasil belajar dari tingkat dasar sampai tingkat komplek meliputi:
a) Receiving/attending: kepekaan dalam menerima rangsangan (Stimulus) dari luar yang datang dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dan lain-lain. b) Responding atau jawaban: reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulus yang datang dari luar.
c) valuing (penilaian): berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala dan stimulus. d) organisasi, yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimiliki. e) karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang memengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya
Terdapat empat tipe penilaian yang relevan untuk menilai afektif, yakni metode kertas dan pencil yang bertumpu pada respons terbatas atau essay, penilaian performa, dan penilaian personal komunikasi antarsiswa. Pilihan terbatas dan essay digabungkan ke dalam bentuk paper and pencil test karena kedua pilihan tes tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk angket (alat mendasar penilaian sikap). Kita dapat menanyakan perasaan siswa melalui angket dan menawarkan rentang respons untuk dipilih, atau bisa member siswa pertanyaan terbuka dan meminta respons tentang suatu hal (Sitiatava Rizema, 2013:251)
Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk ketrampilan dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotoris berkenaan dengan ketrampilan atau kemampuan bertindak setelah siswa menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar ini sebenarnya tahap lanjutan dari hasil belajar afektif yang baru tampak dalam kecenderungan-kecenderungan untuk berperilaku (Nana Sudjana, 2011:31-32).
Berdasarkan pendapat-pendapat tentang uraian hasil belajar, pada dasarnya hasil belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar. Selain itu hasil belajar merupakan kemampuan aktual yang diukur secara langsung, hasil pengukuran belajar inilah akhirnya akan mengetahui seberapa jauh tujuan pendidikan dan pengajaran yang telah dicapai. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar mencakup 3 aspek yang meliputi pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Hasil belajar ranah pengetahuan adalah tentang bagaimana siswa menerima dan memahami suatu konsep. Dengan belajar, siswa akan memeroleh perubahan tingkah laku. Perubahan sebagai hasil belajar adalah perubahan kearah positif. Sikap positif dalam belajar dapat ditunjukkan dengan minat siswa dalam belajar, sikap siswa menanggapi guru dan kemampuan siswa bersosialisasi dengan temannya. Minat belajar sebagi ranah afektif, diwujudkan siswa ke dalam suatu tindakan yang termasuk dalam ranah ketrampilan proses. Dengan adanya keinginan yang lebih dan semangat serta motivasi untuk belajar, siswa akan menunjukkannya dalam wujud perilaku atau tindakan yang mendukung proses pembelajaran. Sebagai contoh kesiapan siswa dalam pembelajaran, kemampuan siswa mengkomuniksikan ide atau dengan mengungkapkan pertanyaan.
2.1.3.3 Tes Hasil Belajar
Hasil belajar yang diperoleh siswa diukur untuk mengetahui tingkat keberhasilan atau besarnya kemampuan siswa dalam memperoleh perubahan tingkah laku. Pengukuran hasil belajar ini dilakukan dengan pemberian skor/angka, atau dapat juga berupa kata-kata yang menunjukkan sejauh mana siswa berhasil mengikuti kegiatan belajar. Pengukuran hasil belajar pada penelitian ini melalui tes.
Tindakan yang dilakukan dalam kegiatan penilaian adalah dilakukannya pemberian tes kepada siswa sebagai alat ukur penilaian. Seperti yang dituliskan oleh Nana Sudjana (2011:3) penilaian hasil belajar didefinisikan sebagai proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Sedangkan Isah Cahyani (2012:351) mengungkapkan penilaian sebagai “Proses sistematis meliputi pengumpulan informasi (angka, deskripsi verbal), analisis
, interpretasi informasi untuk membuat keputusan”. Pendapat lain dituliskan oleh Ign. Masidjo (2004:38), dalam penilaian hasil, seorang guru menggunakan alat pengukur yang disebut tes, sedangkan dalam penilaian proses, ia menggunakan alat pengukur yang disebut alat pengukur nontes, seperti observasi, wawancara, kuesioner, skala nilai, daftar cetak, catatan anekdota, dan sebagainya. Novisita Ratu (2013:32) menyatakan:
Untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil belajar siswa atau kemampuan siswa dalam suatu pokok bahasan guru biasanya mengadakan tes hasil belajar. Hasil belajar dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu tes hasil belajar yang diadakan setelah selesai program pengajaran. Tes yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana hasil belajar yang dimiliki siswa adalah dengan menggunakan tes hasil belajar. Tes hasil belajar atau
achievement test ialah tes yang dipergunakan untuk menilai hasil-hasil pelajaran
yang telah diberikan oleh guru kepada murid-muridnya, atau oleh dosen kepada mahasiswanya, dalam jangka waktu tertentu (Ngalim Purwanto, 2010:33). Ign. Masidjo (2004:40) menuliskan tes hasil belajar adalah suatu tes yang mengukur prestasi seseorang dalam suatu bidang sebagai hasil proses belajar yang khas, yang dilakukan secara sengaja dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, sikap dan nilai.
Kelebihan tes hasil belajar adalah hasil skor dan nilai yang sungguh- sungguh relevan dan akurat dapat menjadi sarana untuk meningkatkan motivasi belajar siswa sesuai dengan kemampuannya. Sedangkan kelemahan tes hasil belajar adalah tidak mencapai kecermatan dan akurasi yang sangat tinggi. Yang didapatkan dari tes hasil belajar adalah informasi mengenai jenjang urutan siswa menurut tingkat kemampuannya/kiner-janya/performasinya pada suatu tugas. Selain itu, tes hasil belajar yang dipakai guru biasanya belum dicobakan lebih dahulu pada sekelompok besar siswa, sehingga pada umumnya taraf reliabilitas, taraf validitas, taraf kesukaran dan taraf pembeda item-itemnya belum meyakinkan (Ign. Masidjo, 2004:40).
Tes hasil belajar yang sering dilakukan guru adalah tes lisan dan tes tertulis. Tes tertulis dapat dibagi atas tes essay dan tes obektif. Tes essay adalah tes yang berbentuk pertanyaan tulisan yang jawabannya merupakan karangan atau kalimat yang panjang. Panjang pendeknya suatu jawaban relatif tergantung pada kecakapan siswa dalam menjawab soal. Sedangkan yang dimaksud dengan tes objektif ialah tes yang dibuat sedemikian rupa sehingga hasil tes itu dapat dinilai secara objektif, dinilai oleh siapapun akan menghasilkan jawaban yang sama (Ngalim Purwanto, 2010:35). Dalam penelitian ini, pengukuran hasil belajar ranah kognitif dilakukan dengan cara tes objectif yaitu tes pilihan ganda.
2.1.3.4 Pengaruh Pendekatan Project Based Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa.
Peneliti menganalisis keterkaitan pendekatan project based learning terhadap hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA yaitu pembentukan kelompok kerja untuk pembuatan produk dalam kegiatan pembelajaran, memberikan pengaruh pada siswa untuk berinteraksi dengan temannya, kegiatan ini menunjukkan adanya perluasan proses interaksidan kerjasama yang baik dengan guru, lingkungan dan teman sekelasnya. Interaksi yang terbentuk antarteman menumbuhkan rasa percaya diri dan keberanian untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan kelompok kerja.
Dalam penelitian ini kegiatan pembelajaran project based learning apabila diterapkan dengan baik maka akan menjadi pembelajaran yang cocok dalam mata pelajaran IPA, karena hakikat mata pelajaran IPA sesungguhnya mengajarkan siswa untuk memahami semua yang berhubungan dengan alam. Dengan project
based learning siswa akan lebih terampil dalam memanfaatkan hasil alam