BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG - Gambaran Motivasi Belajar Bahasa Mandarin Siswa SMA Methodist 2 Medan

  dianugerahkan pada umat manusia. Umat manusia tidak akan mungkin mempunyai budaya atau peradaban yang didalamnya termasuk agama, ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa bahasa, karena hampir semua aktivitas manusia memerlukan bahasa (Kushartanti, 2005). Bahasa sangat diperlukan sebagai sarana komunikasi untuk menyampaikan ide, gagasan, pikiran dan perasaan seseorang. Siahaan (2008) menyatakan :

  “Languange is a unique human inheritance that plays very important role in human’s life such as in thinking, communicating ideas, and negotiating with the others

  ” Mengingat pentingnya penguasaan bahasa tersebut, maka dalam dunia pendidikan pelajaran bahasa menjadi mata pelajaran yang diajarkan kepada siswa.

  Siswa tidak hanya dituntut menguasai bahasa nasional, tetapi juga bahasa asing. Troike (2006) menjelaskan bahwa bahasa asing adalah bahasa yang tidak digunakan secara luas oleh pembelajar bahasa, karena hanya digunakan untuk bepergian, komunikasi lintas budaya, atau mata pelajaran pilihan di sekolah yang tidak diterapkan secara langsung.

  Dalam UU pasal 1 nomor 24 dijelaskan bahwa di Indonesia bahasa asing adalah bahasa selain bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Penguasaan bahasa asing menjadi penting karena selain memudahkan untuk berinteraksi dengan banyak orang dengan budaya yang berbeda di seluruh dunia, penguasaan bahasa asing juga membantu menjadikan seseorang untuk lebih kompeten dan mampu untuk bersaing khususnya dalam era globalisasi. Berdasarkan peraturan Menteri pendidikan RI nomor 23 tahun 2006 tentang standar kompetensi lulusan SMA menyebutkan bahwa salah satau bahasa asing yang diajarkan di sekolah - sekolah saat ini adalah bahasa Mandarin.

  Kurikulum yang dibangun dalam dunia pendidikan tentunya harus sesuai dengan kebutuhan dan situasi yang ada, khususnya dalam mempersiapkan siswa agar memiliki kompetensi dalam persiapan memasuki dunia kerja. Berdasarkan survey yang dilakukan Soegijanto (2011) terdapat 316 jenis pekerjaan yang ditawarkan untuk lulusan SMA. Dilihat dari persyaratan yang ditetapkan ada 2 ketrampilan yang wajib dimiliki yaitu komputer 13%, Mandarin 9,2% dan Inggris 4,7%. Tingginya syarat Bahasa Mandarin berkaitan dengan jenis pekerjaan tertinggi yang ditawarkan perusahaan, yaitu sales/marketing. Bahasa adalah modal utama berkomunikasi bagi seorang sales. Sedangkan mereka banyak berhubungan dengan mitra bisnis dari komunitas Tionghoa. Menurut Siswono (dalam Tarmizi 1997) banyak perusahaan multinasional memprioritaskan bahasa Mandarin dalam perekrutan karyawan.

  Anwar (2003) menyebutkan bahwa bahasa Mandarin memiliki peranan penting dalam berkomunikasi dengan orang dari negara lain di tahun mendatang, saat Indonesia akan menghadapi pasar bebas dunia. Hal ini erat kaitannya dengan persaingan perdagangan antar negara ASEAN yang saat ini dikenal dengan masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) atau Asean Economic Community (AEC)

  2015. Grin (2003) juga menyebutkan bahwa kecapakan berbahasa Mandarin merupakan suatu hal yang penting dalam dunia bisnis di Asia.

  Seiring dengan pesatnya arus globalisasi, bahasa Mandarin kerap digunakan oleh etnis Cina dalam dunia ekonomi. Lubis (1999) menyebutkan bahwa etnis Cina di kota Medan telah berhasil menguasai industri, pertokoan, perbankan, dan perdagangan umum dan distribusi. Umumnya etnis ini dominan menggunakan bahasa mereka dalam kehidupan sehari-hari seperti di rumah, dalam pergaulan, bisnis, dan sebagainya.

  Menurut Ostler (2005) banyak informasi ilmu pengetahuan, baik bidang teknik, ekonomi, psikologi bersumber dari buku-buku berbahasa Mandarin. Selain itu bahasa Mandarin saat ini berada pada urutan teratas dalam bahasa internasional dan paling banyak dipakai setelah bahasa Inggris.

  Belajar bahasa Mandarin tidaklah mudah mengingat bahasa Mandarin tidak lepas dari aspek pelafalan, tata bahasa, dan aksara (Hanzi). Dalam bahasa Mandarin banyak pengucapan yang sama dan apabila intonasinya tidak baik maka makna yang disampaikan akan rancu. Hal ini membuat setiap siswa merasa kesulitan dalam belajar bahasa Mandarin.

  Berdasarkan kurikulum standar kompetensi lulusan SMA tujuan belajar bahasa Mandarin adalah untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi meliputi menyimak, membaca, berbicara serta menulis. Kemampuan tersebut sangat berhubungan satu sama lain. Namun pada kenyataannya masih banyak siswa yang belum menggunakan bahasa Mandarin untuk berkomunikasi dengan baik apalagi tidak semua dari etnis tersebut terbiasa dengan bahasa Mandarin.

  Salah satu sekolah yang menerapkan kurikulum bahasa Mandarin di kota Medan adalah SMA Methodist 2 Medan. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa menyebutkan bahwa tidak semua siswa memiliki kemampuan dalam berbahasa Mandarin. Berikut kutipan wawancara dari beberapa siswa di SMA Methodist 2 Medan:

  “Gak semua orang Cina itu bisa Mandarin kak, bahasa yang kami pelajari di rumah itu bahasa daerah yaitu Hokkien sama kayak orang Medan biasanya pake bahasa batak” (Komunikasi Personal, Maret 2014) “Sebagian ada sih yang pintar kayak kakak saya dulu dipaksa belajar sama kakek, tapi saya gak terlalu paham Mandarin jadi di kelas nilai saya juga biasa aja bahkan teman saya yang Cina ada juga yang remedial.” (Komunikasi Personal, Maret 2014) “Tapi sebagian ada juga yang memang fasih Mandarinnya tapi Hokkiennya gak bisa. Tergantung lah kak. “ ( Komunikasi Personal, Maret 2014) “ Belajar bahasa Mandarin sulit kak, susah untuk dipahami” (Komunikasi Personal, Maret 2015) Berdasarkan pernyataan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa SMA

  Methodist 2 Medan mengakui sulitnya belajar bahasa Mandarin sehingga tidak banyak dari mereka mampu berbahasa Mandarin meskipun mayoritas siswanya merupakan etnis Cina.

  Dalam belajar bahasa Mandarin, keberhasilan siswa berkaitan dengan seberapa besar siswa memiliki keinginan yang kuat untuk terlibat secara aktif dalam proses belajar. Sidi (2011) menyebutkan bahwa keinginan yang kuat serta keterlibatan aktif dalam proses belajar menunjukkan kadar atau kondisi motivasi belajar yang dimiliki siswa.

  Kata motivasi digunakan untuk menjelaskan apa yang membuat orang melakukan sesuatu, membuat mereka tetap melakukannya, dan membantu mereka dalam menyelesaikan tugas-tugas (Pintrinch, 2003). Dengan adanya motivasi juga akan menunjukkan arah perilaku, yang menimbulkan kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai (Sardiman ,2007).

  Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti selama berlangsungnya kelas bahasa Mandarin di SMA Methodist 2 Medan masih ada beberapa siswa yang mengobrol dengan temannya, tidak memperhatikan guru, dan kelas yang ribut saat pelajaran bahasa Mandarin. Hal ini menunjukkan kurangnya ketertarikan siswa pada pelajaran tersebut.

  Sardiman (2007) menyatakan bahwa motivasi yang ada dalam diri setiap individu memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) Tekun menghadapi tugas; (2) Ulet menghadapi kesulitan belajar (tidak lekas putus asa); (3) Menunjukkan minat terhadap pelajaran; (4) Lebih senang bekerja mandiri; (5) cepat bosan dengan tugas rutin (6) Dapat mempertahankan pendapatnya; (7) Senang mencari dan memecahkan masalah; (8) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini

  Ketika salah seorang siswa ditanya tentang ketertarikan untuk belajar bahasa Mandarin, siswa tersebut menjawab :

  “Aku tertarik ka belajar Mandarin karena aku bercita-cita mau melanjutkan studi ku nanti ke Cina di bidang seni. Disana program beasiswa cukup banyak apalagi sekolah ku memberikan cukup peluang kesana. Tapi disana gak semua pake bahasa Inggris harus bisa Mandarin juga sebagai prasyarat.

Jadi aku harus raj in belajar Mandarin mulai sekarang.” (Komunikasi

  personal, 16 Juni 2014) Hal ini menunjukkan bahwa siswa ini memiliki orientasi sehingga motivasi belajar bahasa Mandarinnya cukup tinggi, yang ditunjukkan dengan sikap positifnya seperti tekun mengerjakan tugas, rajin, dan semangat. Namun demikian, guru juga mengaku beberapa siswa menunjukkan sikap negatif, seperti kurang rajin dan tidak tekun mengerjakan tugas, bahkan lupa membawa perlengkapan belajar. Ini bisa menjadi salah satu indikator kurangnya motivasi belajar pada bidang ini.

  Penelitian yang berkenaan tentang motivasi belajar bahasa Mandarin dilakukan Tan & Ooi (2010) yang menunjukkan 98,9 % siswa setuju bahwa mereka belajar bahasa Mandarin karena mereka membutuhkannya untuk karir di masa depan, dan 94,8% siswa belajar bahasa Mandarin karena kemungkinan hal tersebut akan berguna untuk digunakan dalam memperoleh pekerjaan yang lebih baik.

  Dengan demikian, untuk dapat mencapai keberhasilan dalam berbahasa Mandarin dengan baik sangat diperlukan motivasi. Dorney (2001) menjelaskan bahwa salah satu faktor yang berperan dalam hasil belajar adalah motivasi belajar.

  Brown (2002) juga menambahkan bahwa motivasi adalah salah satu faktor yang memberikan kontribusi pada keberhasilan pembelajaran bahasa. Penelitian lain yang dilakukan oleh Moore (2007) menunjukkan bahwa siswa yang memiliki motivasi belajar akan memaksimalkan diri untuk sukses dalam hal akademis.

  Mereka akan belajar secara teratur, mencari bantuan bila diperlukan dan tepat waktu.

  Menurut Tileston (2004), motivasi belajar berkaitan dengan keinginan melakukan sesuatu, mencoba hal baru dan mendorong seseorang untuk mencoba lagi apabila dia gagal. Dalam kaitannya dengan belajar, motivasi lebih dikenal sebagai energi dalam diri siswa untuk mendorong kegiatan belajar dan memberikan arah tujuan belajar. Menurut Sardiman (2007) seseorang yang memiliki inteligensi tinggi boleh saja gagal karena kurangnya motivasi.

  Motivasi belajar yang dimiliki siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran sangat berperan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran tertentu (Nashar, 2004). Berdasarkan hasil wawancara dengan guru SMA Methodist 2 Medan diperoleh hasil bahwa rata-rata nilai pada pelajaran bahasa Mandarin cukup rendah dan hanya mencapai nilai standard KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Pada tahun 2014 sekitar 35% siswa memiliki nilai dibawah KKM dan 20% siswa memiliki skor tinggi pada mata pelajaran ini. Dari hasil wawancara juga guru menambahkan bahwa antara etnis Cina dan bukan etnis Cina hasil belajarnya cukup bervariasi. Berikut kutipan wawancara dengan guru bahasa Mandarin di SMA Methodist 2 Medan:

  “ Sebagian Cina memang ada yang hasil belajar Mandarin nya bisa dikatakan masih minim padahal yang diujikan juga adalah hal-hal yang sederhana. Padahal jauh lebih mudah bagi mereka mempelajarinya. Sementara yang non-

  Cina juga demikian ada yang tinggi ada yang minim” (Komunikasi Personal, Maret 2014) “ Bahasa sehari-hari yang paling banyak dipakai khususnya di Medan adalah Hokkien. Hokkien tidak punya struktur bahasa tertentu seperti Mandarin, juga tidak punya goresan tangan jadi lebih mudah belajar Hok kien dibandingkan Mandarin. “ (Komunikasi Personal, Maret 2014) “Hokkien secara umum hampir sama dengan bahasa Mandarin perbedaannya ada pada cara lafal dan intonasinya serta sedikit dalam kosa katanya

  

  Dari pernyataan guru tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar bahasa Mandarin siswa cukup bervariasi. Richard (2001) menjelaskan bahwa motivasi sebagai salah satu personal factor sifatnya sangat individual. Oleh karena itu, setiap pembelajar bahasa boleh jadi mempunyai motivasi yang berbeda walaupun mereka sama-sama sedang mempelajari bahasa yang sama.

  Untuk etnis bukan Cina yang belajar Mandarin di sekolahnya mengaku kalau bahasa Mandarin itu sulit, namun menyadari akan pentingnya bahasa Mandarin itu untuk kedepannya. Berikut kutipan wawancara dengan salah seorang siswa :

  “ Menurut saya Mandarin itu penting apalagi isuenya bakal jadi bahasa nomor 2, tapi lumayan sulit lah belajar Mandarin apalagi saya tidak terbiasa dengan bahasa itu

  ” (Komunikasi Personal, Maret 2014) Mengacu pada beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan berbahasa Mandarin siswa SMA Methodist 2 Medan masih cukup rendah sehingga motivasi belajar sangat dibutuhkan, khususnya dalam keberhasilan pembelajaran bahasa Mandarin. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk melihat bagaimana gambaran motivasi belajar bahasa Mandarin pada siswa tersebut.

  B. RUMUSAN MASALAH

  Masalah dalam penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan penelitian yaitu: ”Bagaimana motivasi belajar bahasa Mandarin siswa SMA Methodist 2 Medan?”

  C. TUJUAN PENELITIAN

  Mengetahui Gambaran Motivasi Belajar Bahasa Mandarin siswa SMA Methodist 2 Medan

  D. MANFAAT PENELITIAN

  1. Manfaat Teoritis

  a) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian dalam bidang psikologi pendidikan tentang motivasi belajar khususnya belajar bahasa

  Mandarin.

  b) Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan motivasi belajar bahasa Mandarin

  2. Manfaat praktis a.

Bagi Sekolah

  Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangsih masukan kepada pihak sekolah maupun guru sebagai masukan dalam upaya meningkatkan motivasi belajar bahasa Mandarin siswa b.

Bagi siswa

  Hasil penelitian ini diharapkan mampu melihat sejauh mana motivasi belajar siswa sehingga sehingga dapat meningkatkan kemampuan dalam berbahasa Mandarin. Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

  Bab I : PENDAHULUAN Berisikan latar belakang masalah diadakannya penelitian ini, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II : LANDASAN TEORI Berisikan mengenai tinjauan kritis yang menjadi acuan dalam pembahasan permasalahan, landasan teori yang mendasari variabel, variabel.

  Bab III: METODE PENELITIAN Berisikan mengenai metode-metode dasar dalam penelitian yaitu metode penelitian yang digunakan, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, populasi dan sampel penelitian, alat ukur yang digunakan, metode pengambilan data dan metode analisis data.

  Bab IV : ANALISIS DATA & PEMBAHASAN Berisikan mengenai analisis data dan pembahasan yang berisikan gambaran umum subjek penelitian, hasil penelitian, dan pembahasan hasil penelitian.

  Bab V : KESIMPULAN & SARAN Berisikan mengenai kesimpulan dan saran dari peneliti baik untuk penyempurnaan penelitian ini, penelitian yang berhubungan dengan variabel yang diteliti di masa mendatang, serta saran untuk organisasi.

Dokumen yang terkait

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja 2.1.1 Pengertian Remaja - Pengaruh Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Vulva Hygiene terhadap pH Organ Genitalia Internal pada Siswi SMAN 1 Tiga Panah Kabupaten Karo Tahun 2013

0 0 35

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Vulva Hygiene terhadap pH Organ Genitalia Internal pada Siswi SMAN 1 Tiga Panah Kabupaten Karo Tahun 2013

0 0 10

d) Penyuluhan e) Lampiran 1 - Perilaku Kader dalam Pemantauan Pertumbuhan Balita di Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung

0 0 26

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Balita - Perilaku Kader dalam Pemantauan Pertumbuhan Balita di Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung

0 0 21

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Perilaku Kader dalam Pemantauan Pertumbuhan Balita di Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung

0 1 8

Pemeriksaan Boraks Pada Bakso yang Dijual Pedagang Kaki Lima dan Warung Bakso di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2014

0 0 27

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Makanan - Pemeriksaan Boraks Pada Bakso yang Dijual Pedagang Kaki Lima dan Warung Bakso di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2014

0 1 32

Pemeriksaan Boraks Pada Bakso yang Dijual Pedagang Kaki Lima dan Warung Bakso di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2014

0 0 15

Gambaran Motivasi Belajar Bahasa Mandarin Siswa SMA Methodist 2 Medan

0 0 40

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. MOTIVASI BEALAJAR BAHASA MANDARIN 1. Definisi Motivasi Belajar - Gambaran Motivasi Belajar Bahasa Mandarin Siswa SMA Methodist 2 Medan

0 0 20