GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA P ERATURAN G UBERNUR D AERAH I STIMEWA Y OGYAKARTA
OMOR 20 T AHUN 2011
T ENTANG
R ENCANA K ERJA P EMBANGUNAN D ERAH
(RKPD) T AHUN
2012
TIM PENYUSUN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD)
TAHUN 2012
Bab IV Tema, Prioritas Dan Sasaran Pembangunan Daerah ..................... 106
4.1. Tema Pembangunan Daerah ...................................................... 106
4.2. Prioritas Pembangunan Daerah .................................................. 107
4.3. Sasaran Pembangunan Daerah .................................................. 110
Bab V Rencana Program Dan Kegiatan Prioritas Daerah ................................. 115
Bab VI Penutup .................................................................................................... 414
ii
LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
NOMOR
20 TAHUN 2011
TANGGAL
20 JUNI 2011
iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Rencana kerja pembangunan daerah yang selanjutnya disingkat RKPD
adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun atau disebut dengan rencana pembangunan tahunan daerah.
Sebagai dokumen rencana tahunan daerah, RKPD mempunyai kedudukan yang strategis dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah mengingat beberapa hal sebagai berikut :
1. RKPD merupakan dokumen yang secara substansial merupakan penerjemahan dari visi, misi dan program kepala daerah yang
ditetapkan dalam RPJMD kedalam program dan kegiatan pembangunan tahunan daerah.
2. RKPD memuat arahan operasional pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan tahunan bagi seluruh satuan kerja perangkat daerah dalam menyusun Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja- SKPD).
3. RKPD merupakan acuan Kepala Daerah dan DPRD dalam menentukan Kebijakan Umum APBD dan penentuan prioritas serta pagu anggaran yang selanjutnya digunakan sebagai acuan dalam penyusunan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
4. RKPD merupakan salah satu instrumen evaluasi kinerja
penyelenggaraan pemerintahan daerah. Melalui evaluasi terhadap pelaksanaan RKPD ini dapat diketahui sampai sejauh mana capaian kinerja RPJMD sebagai wujud dari kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah hingga tahun berkenaan.
Mengingat posisi strategis dokumen RKPD dalam penyelenggaraan pemerintahan sebagaimana telah dikemukakan di atas, maka perhatian yang besar pantas diberikan sejak awal tahapan penyusunan hingga penetapan dokumen RKPD sehingga dapat dihasilkan dokumen RKPD yang berkualitas. Berkualitas dalam hal ini adalah telah memenuhi kriteria sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan daerah antara lain :
1. Disusun berdasarkan evaluasi pelaksanaan RKPD tahun sebelumnya.
2. Program prioritas dalam RKPD harus sesuai dengan program prioritas sebagaimana tercantum dalam dokumen RPJMD pada tahun
berkenaan. -1-
3. Program dan kegiatan prioritas dalam RKPD harus konsisten dengan program dan kegiatan yang disepakati oleh seluruh pemangku kepentingan dalam forum Musrenbang.
4. Program dan kegiatan prioritas dalam RKPD harus dilengkapi dengan indikator kinerja hasil (outcome) untuk program dan indikator kinerja output untuk kegiatan, yang bersifat realistis dan terukur.
5. Program dan kegiatan dalam RKPD harus dilengkapi dengan pendanaan yang menunjukkan prakiraan maju.
Aspek penting yang perlu mendapat perhatian kita semua dalam upaya mewujudkan tujuan dan sasaran pembangunan nasional adalah keselarasan antara rencana pembangunan daerah dengan rencana pembangunan nasional. Terkait dengan hal tersebut maka pada tanggal 31 Maret 2010 telah dikeluarkan Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dan Menteri Keuangan Nomor 28 Tahun 2010, Nomor 0199/MPPN/04/2010 dan Nomor PMK 95/PMK 07/2010, tentang Penyelarasan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010 –2014.
RKPD disusun melalui proses panjang selama kurang lebih 4 (empat) bulan dengan tahapan sebagai berikut:
1. Persiapan penyusunan RKPD. Pada tahap persiapan ini serangkaian aktivitas yang dilakukan meliputi:
a. Penyusunan rancangan keputusan kepala daerah tentang pembentukan tim penyusun RKPD;
b. Orientasi mengenai RKPD oleh tim penyusun RKPD;
c. Penyusunan agenda kerja tim penyusun RKPD;
d. Penyiapan data dan informasi perencanaan pembangunan daerah.
2. Penyusunan rancangan awal RKPD. Pada tahap penyusunan rancangan awal RKPD aktivitas yang dilakukan
terdiri atas perumusan dan penyajian rancangan awal RKPD.
a. Perumusan rancangan awal RKPD. Dilakukan melalui serangkaian kegiatan berikut:
1) Pengolahan data dan informasi.
2) Analisis gambaran umum kondisi daerah.
3) Analisis ekonomi dan keuangan daerah.
4) Evaluasi kinerja tahun lalu.
5) Penelaahan terhadap kabijakan pemerintah nasional.
6) Penelaahan pokok-pokok pikiran DPRD provinsi.
7) Perumusan permasalahan pembangunan daerah provinsi.
8) Perumusan rancangan kerangka ekonomi dan kebijakan keuangan daerah.
9) Perumusan prioritas dan sasaran pembangunan daerah beserta pagu indikatif.
10) Perumusan program prioritas beserta pagu indikatif.
11) Pelaksanaan forum konsultasi publik.
12) Penyelarasan rencana program prioritas daerah beserta pagu indikatif.
b. Penyajian rancangan awal RKPD. Rancangan awal RKPD disajikan dengan sistematika paling sedikit sebagai berikut:
1) Pendahuluan.
2) Evaluasi pelaksanaan RKPD tahun lalu.
3) Rancangan kerangka ekonomi daerah beserta kerangka pendanaan.
4) Prioritas dan sasaran pembangunan.
5) Rencana program prioritas daerah.
3. Penyusunan rancangan RKPD. Penyusunan rancangan RKPD merupakan proses penyempurnaan rancangan awal RKPD menjadi rancangan RKPD berdasarkan hasil verifikasi Renja SKPD. Verifikasi sebagaimana dimaksud, adalah mengintegrasikan program, kegiatan, indikator kinerja dan dana indikatif pada setiap rancangan Renja SKPD provinsi sesuai dengan rencana program prioritas pada rancangan awal RKPD provinsi.
4. Pelaksanaan musrenbang RKPD. Musrenbang RKPD dilaksanakan untuk penajaman, penyelarasan, klarifikasi dan kesepakatan terhadap rancangan RKPD. Penajaman,
penyelarasan, klarifikasi dan kesepakatan sebagaimana dimaksud, mencakup:
a. Program dan kegiatan prioritas pembangunan daerah provinsi dengan arah kebijakan, prioritas dan sasaran pembangunan nasional serta usulan program dan kegiatan hasil musrenbang kabupaten/kota.
b. Usulan program dan kegiatan yang telah disampaikan masyarakat kepada pemerintah daerah provinsi pada musrenbang RKPD kabupaten/kota dan/atau sebelum musrenbang RKPD provinsi
dilaksanakan.
c. Indikator dan target kinerja program dan kegiatan pembangunan provinsi.
d. Prioritas pembangunan daerah serta rencana kerja dan pendanaan.
e. Sinergi dengan RKP.
5. Perumusan rancangan akhir RKPD. Berita acara hasil kesepakatan musrenbang RKPD dijadikan sebagai bahan penyusunan rancangan akhir RKPD.
6. Penetapan RKPD. RKPD ditetapkan dengan Peraturan Gubernur setelah RKP ditetapkan.
Rancangan awal RKPD disusun berpedoman pada RPJMD dan mengacu pada RPJMN. Berpedoman pada RPJMD dilakukan melalui penyelarasan:
1. Prioritas dan sasaran pembangunan tahunan daerah provinsi dengan program pembangunan daerah yang ditetapkan dalam RPJMD provinsi.
2. Rencana program serta kegiatan prioritas tahunan daerah provinsi dengan indikasi rencana program prioritas yang ditetapkan dalam RPJMD provinsi.
Sedangkan mengacu pada RPJMN dilakukan melalui penyelarasan program dan kegiatan pembangunan daerah provinsi dengan prioritas pembangunan nasional. Penyusunan RKPD Tahun 2012 merupakan penjabaran tahun ke-4 dari RPJMD 2009-2013. RKPD yang telah ditetapkan digunakan sebagai landasan penyusunan KUA dan PPAS dalam rangka penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
Gambar I.1
Bagan Alir Perumusan Awal Prioritas dan Program Pembangunan Daerah
pada Tahap Penyusunan Rancangan Awal RKPD
RKP RPJPD
Pembangunan Nasional th..(n) Prioritas (Program)
Arah Kebijakan Pembangunan
Penyusunan Ranc.
Lima Tahunan Periode ..(N)
Awal RKPD
kebijakan Telaahan nasional
Indikasi Program Prioritas th..(n)
RPJMD Prioritas Pemb.,
prioritas dan sasaran Kegiatan th …(n) program RPJMD Program, & pembangunan
Review prioritas
Perumusan
dan target
evaluasi RKPD Review hasil tahun lalu
Forum Konsultasi Pelaksanaan Publik
Program & Kegiatan Rancangan Prioritas
Program & Kegiatan Rancangan Prioritas MUSRENBANG RKPD PENYELENGGARAAN
Renstra
SKPD Prioritas Program &
Program & Kegiatan th..(n)
Penyusunan
Renja-SKPD
Kegiatan th …(n)
RKPD yang telah ditetapkan dengan peraturan kepala daerah digunakan sebagai bahan evaluasi rancangan Peraturan Daerah tentang APBD guna
memastikan APBD telah disusun berlandaskan RKPD.
1.2. Dasar Hukum Penyusunan RKPD Provinsi DIY Tahun 2012 mendasarkan pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku, yaitu:
1. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Istimewa Yogyakarta sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1955;
2. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
3. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;
4. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang- undang Nomor 12 Tahun 2008;
5. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025;
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1950 tentang Berlakunya Undang-undang Nomor 2, 3, 10 dan 11 Tahun 1950;
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah;
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan;
9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional;
10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;
11. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;
12. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan;
13. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;
14. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014;
15. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2011 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2012;
16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;
17. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 5 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah dan Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 3 Tahun 2009;
18. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 4 Tahun 2007 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah Provinsi DIY sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 11 Tahun 2008;
19. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 7 Tahun 2007 tentang Urusan Pemerintahan yang menjadi Kewenangan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta;
20. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 2005-2025;
21. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 4 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2009-2013;
22. Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 30 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Program/Kegiatan di Lingkungan Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta;
1.3. Hubungan antar Dokumen Perencanaan pembangunan daerah merupakan satu kesatuan dalam
sistem perencanaan pembangunan nasional. Ruang lingkup perencanaan pembangunan daerah meliputi tahapan, tata cara penyusunan, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah, yang terdiri atas RPJPD, RPJMD, Renstra SKPD, RKPD, dan Renja SKPD. Perencanaan pembangunan daerah juga mengintegrasikan rencana tata ruang dengan rencana pembangunan daerah.
Gambar I.2
Hubungan dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional, Daerah, dan
SKPD
20 TAHUN
1 TAHUN RPJPN
5 TAHUN
PEDOMAN
RPJM
DIJABARKAN
RKP
RTRWN
NASIONAL
DIACU/DISERASIKAN RPJPD
DIACU
DIPERHATIKAN
PEDOMAN
RPJPM
DIJABARKAN
RKPD
RTRWD
DAERAH
DIACU
PEDOMAN
RENSTRA
PEDOMAN
RENJA
SKPD
SKPD
Perencanaan pembangunan daerah dilakukan pemerintah daerah bersama para pemangku kepentingan berdasarkan peran dan kewenangan masing- masing, selain itu juga dilaksanakan berdasarkan kondisi dan potensi yang dimiliki daerah, sesuai dinamika perkembangan daerah dan nasional.
1.4. Sistematika Dokumen RKPD RKPD disajikan dengan sistematika sebagai berikut:
1. Bab I Pendahuluan. Berisi gambaran umum penyusunan RKPD yang meliputi latar belakang,
dasar hukum penyusunan, hubungan antar dokumen, sistematika dokumen RKPD, serta maksud dan tujuan penyusunan RKPD agar substansi pada bab-bab berikutnya dapat dipahami dengan baik.
2. Bab II Evaluasi Pelaksanaan RKPD Tahun Lalu dan Capaian Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan.
Bab ini menguraikan tentang gambaran umum kondisi daerah, evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan RKPD sampai tahun berjalan dan realisasi RPJMD, serta permasalahan pembangunan daerah.
3. Bab III Rancangan kerangka ekonomi daerah beserta kerangka pendanaan.
Memuat penjelasan tentang kondisi ekonomi tahun lalu dan perkiraan tahun berjalan, yang antara lain mencakup indikator pertumbuhan ekonomi daerah, sumber-sumber pendapatan dan kebijakan pemerintah daerah yang diperlukan dalam pembangunan perekonomian daerah meliputi pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah.
4. Bab IV Prioritas dan sasaran pembangunan. Mengemukakan secara eksplisit perumusan prioritas dan sasaran
pembangunan daerah berdasarkan hasil analisis terhadap hasil evaluasi pelaksanaan RKPD tahun lalu dan capaian kinerja yang direncanakan dalam RPJMD, identifikasi isu strategis dan masalah mendesak ditingkat daerah dan nasional, rancangan kerangka ekonomi daerah beserta kerangka pendanaan.
5. Bab V Rencana program dan kegiatan prioritas daerah. Mengemukakan secara eksplisit rencana program dan kegiatan prioritas
daerah yang disusun berdasarkan evaluasi pembangunan tahunan, kedudukan tahun rencana (RKPD) dan capaian kinerja yang direncanakan dalam RPJMD.
1.5. Maksud dan Tujuan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) yang memuat rancangan
kerangka ekonomi daerah, program prioritas pembangunan daerah, rencana kerja, pendanaan dan prakiraan maju, adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun yang disusun dengan maksud untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang dimiliki guna peningkatan kesejahteraan masyarakat yang nyata, baik dalam aspek pendapatan, kesempatan kerja, lapangan berusaha, akses terhadap pengambilan kebijakan, berdaya saing, maupun peningkatan indeks pembangunan manusia dalam kurun waktu 1 (satu) tahun kedepan.
Adapun tujuannya adalah untuk acuan bagi seluruh Instansi/Kantor Wilayah/Lembaga Teknis Daerah/Dinas Daerah/Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dalam menyusun program dan kegiatan yang dianggarkan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada Tahun Anggaran 2012.
Gambar I.3
Bagan Alir Tahapan dan Tatacara Penyusunan RKPD Provinsi
BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN
2.1. Gambaran Umum Kondisi Daerah
2.1.1. Aspek Geografi dan Demografi
2.1.1.1 . Karakteristik dan batas wilayah administrasi 2.1.1.1.1. Luas dan batas wilayah administrasi
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satu provisi dari 33 provinsi di wilayah Indonesia dan terletak di pulau Jawa bagian tengah, mempunyai luas wilayah 3.185,80 km² atau 0,17 persen dari luas Indonesia (1.860.359,67 km²), merupakan provinsi terkecil setelah provinsi DKI Jakarta, yang terdiri dari :
- Kabupaten Kulonprogo dengan luas 586,27 km² (18,40 persen) - Kabupaten Bantul dengan luas 506,85 km² (15,91 persen) - Kabupaten Gunungkidul dengan luas 1.485,36 km² (46,63 persen) - Kabupaten Sleman dengan luas 574,82 km² (18,04 persen) - Kota Yogyakarta dengan luas 32,50 km² (1,02 persen)
Gambar II.1
Sumber : BPS (Daerah Dalam Angka 2010)
Daerah Istimewa Yogyakarta di bagian selatan dibatasi Lautan Indonesia, sedangkan di bagian timur laut, tenggara, barat, dan barat laut dibatasi oleh wilayah provinsi Jawa Tengah yang meliputi :
- Kabupaten Klaten di sebelah timur laut - Kabupaten Wonogiri di sebelah Tenggara - Kabupaten Purworejo di sebelah Barat - Kabupaten Magelang di sebelah Barat Laut
2.1.1.1.2. Letak dan Kondisi Geografis
Berdasarkan posisi astronomis, Provinsi DIY terletak antara 7°.33 - 8°.12 Lintang Selatan dan 110°.00 - 110°.50 Bujur Timur. Dari sisi geostrategik, Provinsi DIY sangat diuntungkan karena terletak dibagian tengah pulau jawa yang dikelilingi oleh wilayah administratisi provinsi Jawa Tengah dan provinsi Jawa Timur.
Berdasarkan satuan fisiografis, sebagian besar wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terletak pada ketinggian antara 100 m – 999 m sebesar 5,04 persen dan ketinggian di atas 1000 m sebesar 0,47 persen, selanjutnya secara rinci Daerah Istimewa Yogyakarta terdiri dari :
- Pegunungan Selatan, dengan luas ± 1.656,25 km² dengan ketinggian 150 – 700 m - Gunung berapi Merapi, dengan luas ± 582,81 km² dengan ketinggian 80 – 2.911 m
- Dataran rendah antara pegunungan Selatan dan Pegunungan Kulonprogo, dengan luas ± 215,62 km² dengan ketinggian 0 – 80 m
- Pegunungan Kulonprogo dan Daetaran Rendah Selatan dengan luas 706,25 km² dengan ketinggian 0 – 572 m
Kondisi atau kawasan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tidak terdapat kawasan pedalaman dan kawasan yang terpencil. Pada wilayah pesisir terdapat 33 desa yang berada di sepanjang wilayah selatan Kabupaten Kulonprogo, Bantul sampai dengan Kabupaten Gunungkidul. Untuk wilayah daratan yang datar terdapat 305 desa atau 69,6 persen dari seluruh desa di DIY. Sedangkan desa yang terdapat di lereng maupun punggung bukit sebanyak 100 desa, sementara di DIY ditengarai tidak ada desa yang berada di lembah atau daerah aliran sungai. Namun sesuai dengan hasil rapat verifikasi dari Tim Nasional Pembakuan Nama Rupabumi yang dilaksanakan pada tanggal 10 Juli 2007 di Yogyakarta, telah dihasilkan daftar pulau di wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu sebanyak 28 pulau, yang kesemuanya masuk dalam wilayah Kabupaten Gunungkidul sebagaimana tersebut di bawah ini :
Tabel II.1
No Kecamatan
Desa
Nama Pulau
1 Purwosari
Giricahyo
Gunungsemar
2 Panggang
Giriwungu
Payung
3 Tanjungsari
Kemadang
Ngrawe Jumpina Lawang
Banjarejo
Drini
Ngestirejo
Watupayungsiratan
4 Tepus
Sidoharjo
Watulawang
Tepus
Timang
Purwodadi
Ngondo Watupayungsiyung Watupanjang Watunglambor Watuganten Lor Watuganten Kidul Watubebek
No Kecamatan
Desa
Nama Pulau
5 Girisubo
Jepitu
Watutogog Jungwok Watutopi Ngusalan
Tileng
Kalong Amben
Pucung
Watugrek
Songbanyu
Gungunggandul Godeg Baron Layar Krokoh
Sumber : Dirjen Pemerintahan Umum (Depdagri)
2.1.1.1.3. Topografi
Sebagian besar wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta atau sebesar 65,65% wilayah terletak pada ketinggian antara 100 —499 m dari permukaan laut, 28,84% wilayah dengan ketinggian kurang dari 100 meter, 5,04% wilayah dengan ketinggian antara 500 —999 m, dan 0,47% wilayah dengan ketinggian di atas 1000 m. Berdasarkan satuan fisiografis, Daerah Istimewa Yogyakarta terdiri atas:
- Satuan Pegunungan Selatan, seluas ± 1.656,25 km², ketinggian 150 – 700 m, terletak di Kabupaten Gunungkidul (Pegunungan Seribu), yang merupakan wilayah perbukitan batu gamping (limestone) yang kritis, tandus, dan selalu kekurangan air. Pada bagian tengah berupa dataran Wonosari basin. Wilayah ini merupakan bentang alam solusional dengan bahan batuan induk batu gamping, yang mempunyai karakteristik lapisan tanah dangkal dan vegetasi penutup yang relatif jarang;
- Satuan Gunung Berapi Merapi, seluas ± 582,81 km², ketinggian 80 – 2.911 m, terbentang mulai dari kerucut gunung api hingga dataran fluvial Gunung Merapi, meliputi daerah Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, dan sebagian Kabupaten Bantul, serta termasuk bentang alam vulkanik. Daerah kerucut dan lereng Gunung Merapi merupakan hutan lindung dan sebagai kawasan resapan air;
- Dataran rendah antara Pegunungan Selatan dan Pegunungan Kulon Progo seluas ± 215,62 km², ketinggian 0 – 80 m, merupakan bentang alam fluvial yang didominasi oleh dataran Alluvial. Membentang di bagian selatan DIY mulai Kabupaten Kulon Progo sampai Kabupaten Bantul yang berbatasan dengan Pegunungan Seribu. Daerah ini merupakan wilayah yang subur.
- Bentang alam lain yang belum digunakan adalah bentang alam marine dan aeolin yang merupakan satuan wilayah pantai yang terbentang dari Kabupaten Kulon Progo sampai Bantul. Khusus Pantai Parangtritis, terkenal dengan laboratorium alamnya berupa gumuk pasir. Pegunungan Kulon Progo dan Dataran Rendah Selatan seluas ± 706,25 km², ketinggian 0 –572 m, terletak di Kabupaten Kulon Progo. Bagian utara merupakan lahan struktural denudasional dengan topografi berbukit yang mempunyai kendala lereng yang curam dan potensi air tanah yang kecil.
Daerah Istimewa Yogyakarta beriklim tropis dengan curah hujan berkisar antara 2 mm —402,2 mm yang dipengaruhi oleh musim kemarau dan musim hujan. Menurut Stasiun Geofisika Yogyakarta, suhu udara minimum DIY 19,69º C, sedangkan suhu maksimum 33,43º C. Kelembaban udara rata - rata terendah 42,21º C, tertinggi 95,75 º C. Tekanan udara rata - rata 1010 mbs dengan tekanan rata - rata terendah 1008 mbs pada bulan Februari dan rata - rata tertinggi pada bulan Juli sampai dengan Oktober, yakni 1012 mbs.
Tabel II.2
Tekanan dan Kelembaban Udara di Provinsi DIY, 2010
Kelembaban
Curah
Tekanan Udara
Suhu Udara
Bulan
(persen)
C)
Hujan
Rata - rata (Mbs)
Rata - rata
(mm)
227,00 Februari
Januari
173,90 Maret
259,30 April
150,70 Mei
208,10 Juni
80,90 Juli
87,20 Agustus
107,10 September
396,20 Oktober
321,90 November
342,40 Desember
Rata - rata
Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Geofisika Yogyakarta, 2010
Dilihat dari jenis tanah, dari 3.185,80 km² luas Daerah Istimewa Yogyakarta, 33,04% merupakan jenis tanah Lithosol, 27,08% merupakan tanah Regosol, 12,38% tanah Lathosol, 10,96% tanah Grumusol, 10,84% tanah Mediteran, 3,22% Alluvial dan 2,47% adalah tanah jenis Rensina.
2.1.1.1.4. Geologi Berdasarkan informasi dari Badan Pertanahan Nasional, dari 3.185,80 km² luas DI Yogyakarta, 33,05 persen merupakan jenis tanah Lithosol, 27,09 persen Regosol, 12,38 persen Lathosol, 10,97 persen Grumosol, 10,84 persen Mediteran, 3,19 persen Alluvial, dan 2,48 persen adalah tanah jenis Rensina.
2.1.1.1.5. Hidrologi 2.1.1.1.5.1. Klimatologi Daerah Istimewa Yogyakarta beriklim tropis yang dipengaruhi oleh musim kemarau dan musim penghujan. Menurut catatan Stasiun Meteorologi Bandara Adisucipto, suhun udara rata-rata di Yogyakarta tahun 2009 menunjukkan angka 26,66° C lebih tinggi dibandingkan rata-rata suhu udara pada tahun 2008 yang tercatat sebesar 26,11° C. Curah hujan berkisar antara 0 mm – 316,5 mm dengan hari hujan per bulan antara 0,0 kali – 24,0 kali. Sedangkan kelembaban udara tercatat antara 22 persen – 96 persen, tekanan udara natara 1.004 mb – 1.014,8 mb, dengan arah angin antara 0,0 knot sampai dengan 43 knot.
2.1.1.1.6. Penggunaan lahan Penggunaan lahan di Provinsi DIY didasarkan pada kawasan budidaya yang dibedakan menjadi lahan sawah (basah) dan bukan sawah (kering). Sesuai dengan data tahun 2009 bahwa luas sawah di Provinsi DIY sebesar 56.712 hektar, lahan kering seluas 170.998 hektar dan lahan bukan pertanian seluas 90.870 hektar. Sedangkan luas hutan di DIY adalah 18.715,06 hektar yang terdiri dari hutan produksi 13.411,70 ha; hutan lindung 2.312,80 ha; hutan konversi 2.990,56 ha.
2.1.1.1.7. Potensi pengembangan wilayah 2.1.1.1.7.1. Wilayah Rawan Bencana Berdasarkan kondisi geografis, geologis, hidrologis, dan demografis, wilayah DIY memiliki kondisi yang memungkinkan terjadinya bencana, baik yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non-alam maupun faktor manusia yang menyebabkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis yang dalam keadaan tertentu dapat menghambat pembangunan.
Potensi bencana yang disebabkan oleh faktor alam yang mengancam wilayah DIY meliputi:
a. Bencana alam Gunung Merapi, mengancam wilayah Kabupaten Sleman bagian utara dan wilayah-wilayah sekitar sungai yang berhulu di puncak
Merapi.
b. Gerakan tanah/batuan dan erosi, berpotensi terjadi pada lereng Pegunungan Kulon Progo yang mengancam di wilayah Kulon Progo bagian utara dan barat,
serta pada lereng Pengunungan Selatan (Baturagung) yang mengancam wilayah Kabupaten Gunungkidul bagian utara dan bagian timur wilayah Kabupaten Bantul.
c. Banjir, terutama berpotensi mengancam daerah pantai selatan Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Bantul.
d. Bahaya kekeringan berpotensi terjadi di wilayah Kabupaten Gunungkidul bagian selatan, khususnya pada kawasan bentang alam karst.
e. Tsunami, berpotensi terjadi di daerah pantai selatan Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Gunungkidul, khususnya pada pantai dengan elevasi (ketinggian) kurang dari 30m dari permukaan air laut.
f. Bencana alam akibat angin, berpotensi terjadi di wilayah pantai selatan Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Bantul, dan daerah-daerah Kabupaten
Sleman bagian utara, serta wilayah perkotaan Yogyakarta.
g. Gempa bumi, baik gempa bumi tektonik maupun vulkanik. Gempa bumi tektonik berpotensi terjadi karena wilayah DIY berdekatan dengan kawasan tumbukan lempeng (subduction zone) di dasar Samudra Indonesia yang berada di sebelah selatan DIY. Selain itu secara geologi di wilayah DIY terdapat beberapa patahan yang diduga aktif. Wilayah dataran rendah yang tersusun oleh sedimen lepas, terutama hasil endapan sungai, merupakan wilayah yang rentan mengalami goncangan akibat gempa bumi.
Potensi bencana yang disebabkan oleh faktor non-alam yang mungkin tejadi di wilayah DIY antara lain, gagal teknologi, epidemi, wabah penyakit, dampak industri dan pencemaran lingkungan. Sedangkan potensi bencana yang disebabkan oleh faktor manusia/sosial yang mengancam antara lain konflik antar kelompok masyarakat dan terorisme. Namun demikian terjadinya bencana yang disebabkan oleh faktor non-alam dan manusia/sosial, baik frekuensi maupun kerawanannya selama ini relatif kecil.
Gambar II.2
Kerangka Pemikiran Potensi Pengembangan Kawasan Budidaya
2.1.1.2. Demografi 2.1.1.2.1. Penduduk
Berdasarkan hasil Proyeksi SUPAS 2005, tahun 2009 jumlah penduduk Provinsi DIY tercatat 3.501.869 jiwa, dengan persentase jumlah penduduk laki-laki 48,87 persen dan penduduk perempuan 51,13 persen. Menurut daerah, persentase penduduk kota mencapai 64,48 persen dan penduduk desa mencapai 35,52 persen (Susenas Juli 2009).
Pertumbuhan penduduk pada tahun 2009 sebesar 0,96 persen relatif lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan tahun sebelumnya. Kabupaten Bantul, Kabupaten Sleman, dan Kota Yogyakarta memiliki angka pertumbuhan di atas angka provinsi, masing-masing sebesar 1,40 persen, 1,28 persen dan 1,26 persen. Dengan luas wilayah 3.185,80 km², kepadatan penduduk di Provinsi DIY tercatat 1.099 jiwa per km². Kepadatan tertinggi terdapat di Kota Yogyakarta yakni 14.236 jiwa per km² dengan luas wlayah hanya sekitar 1 persen dari luas provinsi DIY. Sedangkan Kabupaten Gunungkidul yang memiliki wilayah terluas mencapai 46,63 persen mamiliki kepadatan penduduk terendah yang dihuni rata-rata 463 jiwa per km².
Komposisi kelompok umur penduduk DIY didominasi oleh kelompok usia dewasa yaitu 25-29 tahun sebesar 10,81 perse. Kelompok umur 0-24 tahun tercatat 34,55 persen, kelompok umur 25-49 tahun 52,66 persen dan lanjut usia yaitu umur 60 tahun ke atas sebesar 12,79 persen. Besarnya proporsi mereka yang berusia lanjut mengisyaratkan tingginya usia harapan hidup penduduk DIY. Berikut grafik jumlah penduduk menurut SUPAS (Sensus Penduduk Antar Sensus, 2005) :
Gambar II.3
Sumber : BPS (DDA 2010)
Sedangkan jumlah penduduk hasil SENSUS Penduduk Tahun 2010 sebesar 3.452.390 jiwa dengan rincian jumlah laki-laki 1.705.404, perempuan 1.746.986, sex rasio 97,62 persen, laju pertumbuhan 1,02 dan tingkat kepadatan penduduk 1.084 orang per km². adapun secara rinci sebagaimana tabel dibawah ini :
Tabel II.3
Jumlah Penduduk Hasil Sensus Penduduk 2010 menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota di Provinsi D.I. Yogyakarta
Kepadatan Kulonprogo
Kabupaten/ Kota
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Sex
laju
Rasio
Pertumbuhan
663 Bantul
1,797 Gunungkidul
454 Sleman
1,897 Kota
94.61 -0,22
DI. Yogyakarta
Sumber : BPS (DDA 2010)
Gambar II.4
Sumber : BPS (Daerah Dalam Angka, 2010)
Jumlah pemeluk agama menurut golongan di Provinsi DIY tahun 2009 adalah : 1) Islam 3.255.659 jiwa; 2) Kristen 95.462 jiwa; 3) Katholik 174.741 jiwa; 4) Hindu 6.061 jiwa; 5) Budha 5.399 jiwa dan 6) lainnya adalah 36 jiwa. Adapun secara lengkap seperti tabel di bawah ini :
Tabel II.4 Jumlah Pemeluk Agama
Menurut Golongan dan Kabupaten/Kota di Provinsi DIY Tahun 2009
Kabupaten/ Kota
Islam
Kristen
Katholik
Hindu Budha Lainnya
Jumlah
Kulonprogo
Bantul
Gunungkidul
Sleman
Yogyakarta
Provinsi DIY 3,255,658
Sumber : Kanwil Departemen Agama Provinsi DIY
2.1.1.2.2. Tenaga Kerja Pelaksanaan kegiatan pemerintahan di Provinsi DIY pada tahun 2009 didukung oleh 93.864 orang pegawai negeri sipil. Ditinjau menurut level pemerintahan, pegawai pemerintahan tersebar pada 5 Kabupaten/kota di DIY. Menurut golongan, dari total PNS DIY, 2,82 persen menduduki golongan I, golongan II sebesar 22,69 persen, 47,63 persen menduduki golongan III, dan selebihnya golongan IV sebesar 26,86 persen.
Berdasarkan data Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, mencatat jumlah pencari kerja pada tahun 2009 sebanyak 135.207 orang, turun sekitar 2,24 persen dibanding tahun sebelumnya yang sebesar 138.311 orang. Mereka terdiri dari 54,63 persen laki-laki dan 45,37 persen perempuan. Dari jumlah tersebut 40,32 persen berpendidikan SLTA, 15,38 persen Diploma I-III, 40,90 persen Diploma IV-S1, serta 0,76 persen S2-S3, 2,86 persen adalah SLTP dan sisanya 0,57 persen berpendididkan SD. peresentase lowongan pekerjaan yang tersedia dan penempatan masing-masing adalah 15,47 persen dan 12,29 persen dari total pencari kerja.
Berdasarkan hasil Sakernas Agustus 2009, persentase penduduk DIY umur 15 tahun ke atas menurut kegiatan adalah 70,23 persen merupakan angkatan kerja (66,01 persen bekerja dan 4,22 persen pengangguran), sedangkan sisanya sebesar 29,77 persen merupakan bukan angkatan kerja (sekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya masing-masing adalah 10,74 persen, 16,05 persen dan 2,98 persen). Sedangkan berdasarkan lapangan usaha utama, penduduk yang bekrja bergerak pada sektor pertanian 30,10 persen, perdagangan 24,02 persen, jasa 17,69 persen, industri 12,51 persen dan sisanya 15,67 persen di sektor-sektor lainnya. Adapun secara rinci jumlah penduduk berumur 15 tahun ke atas menurut kegiatan di Provinsi DIY tahun 2007 sampai dengan 2010 adalah sebagai berikut :
Tabel II.5 Penduduk Berumur 15 Tahun Ke atas
Menurut Kegiatan di Provinsi DI. Yogyakarta Tahun 2007 - 2010
Tahun
Kegiatan
Angkatan Kerja 1,954,419 1,983,532 2,048,602 2,067,143
1. Bekerja 1,835,542 1,863,747 1,925,630 1,942,764
124,379 Prosensentase Pengangguran
2. Pengangguran
6.08 6.04 6.00 6.02 Sumber : BPS (DIY Dalam Angka)
2.1.1.2.3. Transmigrasi Sebagai upaya melakukan pemerataan penyebaran penduduk antar wialyah di Indonesia, pemerintah melakukan transmigrasi penduduk. Jumlah transigran dari DIY pada tahun 2009 tercatat sebanyak 336 KK atau sebanyak 1.119 jiwa. Jumlah KK transmigran terbanyak berasal dari Kabupaten Bantul serta daerah penempatan terbanyak adalah Provinsi Sumatera Selatan.
2.1.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat
2.1.2.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi Daerah Pertumbuhan ekonomi Provinsi DIY tertinggi dan terendah masing-masing yaitu
5,02% (2008) dan 3,7% (2006), sedangkan pada tahun 2007 sebesar 4,31%. Pada tahun 2009 realisasi pertumbuhan ekonomi mencapai 4,47%. Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDB) atas dasar harga konstan pada tahun 2009 mencapai Rp. 2.177,0 trilyun, sedangkan pada tahun 2008 dan 2007 masing- masing sebesar Rp. 2.082,3 trilyun dan Rp. 1.963,1 trilyun. Bila dilihat berdasarkan harga berlaku, PDB tahun 2009 naik sebesar Rp. 662,0 trilyun, yaitu dari Rp. 4.951,4 trilyun pada tahun 2008 menjadi sebesar Rp. 5.613,4 trilyun pada tahun 2009. Nilai PDRB Provinsi DIY berdasarakan lapangan usaha dengan harga konstan tahun 2000, untuk kondisi tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 adalah sebagai berikut :
Tabel II.6
Nilai PDRB Provinsi DIY Tahun 2006 - 2009 Berdasarkan Lapangan Usaha (Harga Konstan Tahun 2000) dalam juta rupiah
Lapangan Usaha
Tahun
3,599,888 3,629,780 Pertambangan dan Penggalian
Pertanian
Industri Pengolahan
2,656,739 2,599,260 Listrik, Gas dan Air Bersih
Konstruksi
1,673,111 1,923,720 Perdagangan, Hotel dan Restoran
3,914,271 4,193,540 Transportasi dan Komunikasi
1,994,241 2,118,670 Keuangan-Real Estat- Jasa Perusahaa
Jasa-jasa
PDRB
Gambar II.5
Pertumbuhan ekonomi Provinsi DIY atas dasar harga konstan pada tahun 2010 naik sebesar 4,87% terhadap tahun 2009 (BRS BPS 7 Pebruari 2011). Pertumbuhan tertinggi di sektor keuangan sebesar 7,87 persen dan terendah di sektor pertanian - 0,7%. Sumber utama pertumbuhan dari sektor jasa-jasa 1,08 persen, diikuti sektor perdagangan, hotel dan restoran 1,06 persen, sektor industri pengolahan 0,91 persen serta sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan 0,75%. Sasaran PDRB Provinsi DIY pada tahun 2010 atas dasar harga berlaku mencapai Rp. 45,59 triliun, sedangan atas dasar harga konstan tahun 2000 mencapai Rp. 21,04 triliun.
Tabel II.7
Nilai dan Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi DIY Menurut Lapangan Usaha
Tahun 2009 dan 2010
Laju Atas Dasar Harga Berlaku
Atas Dasar Harga Konstan
Pertumbuhan
(Persen) Lapangan Usaha
(Miliar Rupiah)
(Miliar Rupiah)
2009 2010 Pertanian
3.617,08 3,37 -0,7 Pertambangan dan Penggalian
139,97 0,30 0,88 Industri Pengolahan
2.793,58 1,88 7,00 Listrik, Gas dan Air Bersih
193,03 6,10 4,00 Konstruksi
2.040,31 4,64 6,06 Perdagangan, Hotel dan Restoran
4.373,85 5,43 5,09 Transportasi dan Komunikasi
2.245,70 5,96 5,50 Keuangan-Real Estat-Jasa Perusahaan
Laju Atas Dasar Harga Berlaku
Atas Dasar Harga Konstan
Pertumbuhan
(Persen) Lapangan Usaha
(Miliar Rupiah)
(Miliar Rupiah)
2009 2010 Jasa-jasa
PDRB
PDRB menurut penggunaan provinsi DIY tahun 2010 jika dirinci menurut komponen- komponen pengeluaran : konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB), dan komponen loainnya (gabungan dari ekspor, impor, konsumsi lembaga nirlaba, perubahan inventori, dan diskrepansi statistik) adalah seperti tabel di bawah ini :
Tabel II.8
Nilai dan Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi DIY Menurut Penggunaan Tahun
2009 dan 2010
Atas Dasar
Atas Dasar Harga
Harga
Laju
Sumber
Lapangan
Pertumbuhan Usaha
Berlaku
Konstan
Pertumbuhan
2010 Konsumsi rumah tangga
3,34 Konsumsi pemerintah
0,58 Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)
0,91 Lainnya
-3.957,42 -4.344,77
PDRB 41.407,05
ICOR sektoral pada tahun 2009 Provinsi DIY berada pada kisaran angka 6,11 yang berarti bahwa untuk mengasilkan output Rp. 1,- diperlukan investasi sebesar Rp. 6,11,- lebih tinggi dibandingkan dengan ICOR pada tahun 2008 sebesar 5,12. Hal ini berarti tingkat produktifitas investasi dan perekonomian di DIY menurun, hingga menunjukkan pelambatan pertumbuhan ekonominya. Kondisi investasi di Provinsi DIY yang tercermin pada angka pembentukan modal (investasi) bruto pada tahun 2009 sebesar 5.378.100,00 juta rupiah lebih tinggi dari tahun 2008 sebesar 4.934.009,00 juta rupiah, yang berarti meskipun mengalami pelambatan tapi tetap terjadi pertumbuhan ekonomi sebesar 9%. Perkembangan investasi di Provinsi DIY baik PMA maupun PMDN sejak tahun 2006 – 2009 menunjukkan arah peningkatan. Berturut-turut angka investasi Provinsi DIY sejak tahun 2006 sebagai berikut : Rp. 4,02 trilyun (2006), Rp. 4,08 trilyun (2007), Rp. 4,22 trilyun (2008), Rp. 4,39 trilyun (2009) dan sementara pada bulan September 2010 telah mencapai Rp. 4,49 trilyun. Berikut tabel perkembangan ICOR Provinsi DIY sampai dengan tahun 2009:
Tabel II.9
Perkembangan ICOR Provinsi DIY sampai dengan Tahun 2009
PDRB
Modal (Investasi) Bruto
Pertumbuhan
Tahun Juta (Rp)
Ekonomi (%)
ICOR
Juta (Rp)
% PDRB
1. Inflasi
Berdasarkan Berita Resmi Statistik, bahwa tingkat inflasi Provinsi DIY pada tahun 2009 mencapai 3,42% yang jauh menurun tajam dibandingkan pada tahun 2008 namun masih sedikit lebih tinggi dari tingkat inflasi nasional sebesar 2,78% (terendah sepanjang dekade sebelumnya). Dari tujuh kelompok pengeluaran konsumsi yang dihitung Indeks Harga Konsumen (IHK)nya, lima kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan angka indeks yaitu : kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau naik 0,34 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar naik sebesar 0,08 persen; kelompok sandang naik 1,00 persen; kelompok kesehatan naik sebesar 0,19 persen dan kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan naik sebesar 0,99 persen. Sebaliknya kelompok bahan makanan turun sebesar 0,31 persen serta kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga turun sebesar 0,03 persen.
Komoditas yang mengalami kenaikan harga sehingga memberikan sumbangan terhadap inflasi umum antara lain : angkutan udara memberikan andil 0,14 persen; beras memberikan andil 0,10 persen, telur ayam ras memberi andil 0,06 persen, gula pasir dan emas perhiasan masing-masing memberikan andil sebesar 0,05 persen, wortel dan upah pembantu rumahtangga masing-masing memberikan andil inflasi 0,02 persen. Berikut adalah tabel perkembangan inflasi Provinsi DIY Tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 dan proyeksi tahun 2010 :
Tabel II.10
Perkembangan Inflasi Provinsi DIY Tahun 2006 - 2009
Tahun
Angka Inflasi
Sumber : Bank Indonesia dan BPS Provinsi DIY
Terkait dengan kondisi pertumbuhan ekonomi sangat memberikan warna terhadap perkembangan angka kemiskinan dimana sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 mengalami penurunan sebagaimana data tersebut di bawah ini :
2. Investasi Perkembangan investasi baik penanaman modal dalam negeri (PMDN) dan penanaman modal asing (PMA) di Provinsi DIY pada tahun 2006 – 2010
- 22 - - 22 -
Tabel II.11
Perkembangan Investasi di Provinsi DIY Tahun 2006 - 2010 Tahun
Angka Investasi
Pertumbuhan
Total
PMA (Rp)
PMDN (Rp)
(Rp)
(Persentase
Gambar II.6
Sumber : BPS Prov. DIY (DDA 2010)
Penurunan angka kemiskinan tersebut di atas disertai dengan penurunan ketimpangan pendapatan. Hal ini tercermin dari Indeks Gini yang cenderung menurun, dan masuk pada kategori moderat dengan angka indeks antara 0,3 – 0,5. Indeks Gini yang tertinggi terjadi pada tahun 2007 sebesar 0,37 dan terendah pada tahun 2009 sebesar 0,30. Berikut adalah kondisi Indeks Gini di Provinsi DIY, Tahun 2006 – 2009 :
Tabel II.12
Indeks Gini di Provinsi DIY Tahun 2006 - 2009
Tahun
Indeks Gini
Sumber BPS (Beberapa tahun, diolah)
2.1.2.2 Fokus Kesejahteraan Sosial
Analisis kinerja atas fokus kesejahteraan sosial dilakukan terhadap indikator angka melek huruf, angka rata-rata lama sekolah, angka partisipasi kasar, angka pendidikan yang ditamatkan, angka partisipasi murni, angka kelangsungan hidup bayi, angka usia harapan hidup, persentase penduduk yang memiliki lahan dan rasio penduduk yang bekerja.
a. Angka Melek Huruf
Tabel II.13
Perkembangan Angka Melek Huruf Tahun 2006 s/d 2010
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
No Uraian
1 Jumlah Penduduk Usia di atas 15
tahun yang bisa membaca dan menulis
2 Jumlah Penduduk Usia di atas 15 tahun
2,894,561 Ke atas
3 Angka Melek Huruf
Sumber : BPS (Daerah Dalam Angka) Keterangan : s.d tahun 2009 diambil data bulan Agustus, sedangkan 2010 data bulan Pebruari
- 24 - - 24 -
Tabel II.14
Rata-rata Lama Sekolah Tahun 2006 s/d 2010
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun
Wilayah o
8.5 8.5 8.7 8.7 12.2 Sumber : Dikpora
1 Provinsi DIY
c. Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK)
Angka partisipasi Murni provinsi DIY memperlihatkan kecenderungan meningkat Hal ini menunjukkan bahwa anak usia sekolah yang tidak sekolah semakin menurun jumlahnya, artinya pembinaan terhadap masyarakat dalam rangka penerapan program wajib belajar memberikan hasil yang cukup baik. Namun apabila dicermati dari Jenjang Pendidikan SD/MIPaket A kearah jenjang pendidikan menengah angkanya cenderung menurun, artinya untuk jenjang pendidikan menengah masih perlu menjadi perhatian. Adapun secara rinci APM, APK dan APS seperti tercantum pada tabel di bawah ini :
Tabel II.15
Angka Partisipasi Murni (APM) Semua Jenjang Pendidikan
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
N0 Jenjang Pendidikan
1 SD/MI/Paket A
2 SMP/MTs/Paket B
55.92 57.31 60.00 61.50 Sumber : Dinas Pendidikan Prov. DIY
3 SMA/SMK/MA/Paket C
Tabel II.16
Angka Partisipasi Kasar (APK) Semua Jenjang Pendidikan
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
N0 Jenjang Pendidikan
1 SD/MI/Paket A 109.24 109.22 112.00 112.00
2 SMP/MTs/Paket B 100.92 114.09 116.00 116.00
77.45 78.27 80.00 80.00 Sumber : Dinas Pendidikan Prov. DIY
3 SMA/SMK/MA/Paket C
Tabel II.17
Angka Partisipasi Sekolah (APS) Semua Jenjang Pendidikan
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
N0 Jenjang Pendidikan
1 SD/MI/Paket A
2 SMP/MTs/Paket B
3 SMA/SMK/MA/Paket C
Sumber : Dinas Pendidikan Prov. DIY - 25 -
Tabel II.18
Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah Tahun 2009/2010 Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
No Kabupaten/
SD/MI
SMP/MTs
Kota
Jumlah
Jumlah
Rasio
Jumlah
Jumlah
Rasio
Gedung
Penduduk
Gedung
Penduduk
Sekolah
Usia 7 - 12
Sekolah
Usia 13 -
tahun
15 tahun
1 Bantul
2 Sleman
3 Gunungkidul
4 Kulonprogo
30.59 Jumlah
5 Yogyakarta
Sumber : BPS (DIY Dalam Angka diolah
Tabel II.19
Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar
Tahun 2006 – 2009 Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Jenjang No
Pendidikan
1 SD/MI
1.1 Jumlah Guru
1.2 Jumlah Murid 296,476.00 294,511.00 295,304.00 294,740.00
1.3 Rasio
2 SMP/MTs
2.1 Jumlah Guru
2.2 Jumlah Murid 127,608.00 127,366.00 128,288.00 129,285.00
90.12 87.79 84.88 84.70 Sumber : BPS ( DDA 2010, diolah)
2.3 Rasio
- 26 - - 26 -
Gambar II.7
2.1.2.3 Fokus Seni Budaya dan Olahraga
Tabel II.20
Perkembangan Seni dan Budaya Tahun 2006 s/d 2010
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
No Capaian Pembangunan
1 Jumlah Group Kesenian
4,225 Jumlah Gedung
92 92 92 Sumber : Dinas Kebudayaan
2 Kesenian
2.1.3. Aspek Pelayanan Umum Kinerja pembangunan pada aspek pelayanan umum merupakan gambaran dan hasil
dari pelaksanaan pembangunan selama periode tertentu terhadap kondisi pelayanan umum. Kondisi dan perkembangan aspek pelayanan umum Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dilihat dalam capaian pembangunan berikut ini.
Tabel II.21
No Capaian Pembangunan
2010 Rasio jumlah perpustakaan terhadap jumlah
1 penduduk
perPerpustakaan Rasio jumlah pemustaka terhadap jumlah
perPerpustakaan
2000 PerPemustaka penduduk
2500 PerPemustaka
Peningkatan mutu layanan pendidikan di semua
300 Orang jenjang
150 Orang
Rasio gedung seni budaya terhadap 10.000
92 per 10.000
94 per 10.000
4 jumlah penduduk
penduduk
penduduk
No Capaian Pembangunan
77.5 % Persentase proporsi jaringan jalan berkondisi
5 Rasio akseptor KB
83% mantap (baik dan sedang)
Persentase luasan daerah irigasi (DI) yang
65% terlayani air irigasi
Persentase penanganan banjir terhadap daerah
60% potensi banjir
Persentase penduduk berakses air minum di
68% pedesaan
Persentase peningkatan ketersediaan rumah
1% layak huni per tahun
Persentase luasan daerah irigasi (DI) yang
65% terlayani air irigasi
Persentase penduduk yang terlayani pengelolaan
22% sampah
Persentase layanan jaringan air limbah terpusat
15% (APY)
Load factor penumpang angkutan umum
28% perkotaan
Prosentase Pemenuhan Kebutuhan Air di Daerah
6% Sulit Air
Persentase cakupan penanganan Penyandang
1.99 % Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)
Persentase Cakupan Peningkatan Kapasitas
49.01 % Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial
18 Prosentase peningkatan layanan DGS
19 Prosentase layanan informasi publik
20 Jumlah tempat ibadah yang mendapat bantuan
346 buah
515 buah
2.1.4. Aspek Daya Saing Daerah Daya saing merupakan kemampuan sebuah daerah untuk menghasilkan barang dan
jasa untuk mencapai peningkatan kualitas hidup masyarakat.
Tabel II.22
No Capaian Pembangunan
1 Nilai Tukar Petani (%)
2 Persentase pertumbuhan investasi
3 Jumlah wisatawan (nusantara & asing)
1456 Orang Rata-rata lama tinggal wisatawan (nusantara &
1426 Orang
1 Hari asing)
2 Hari
Jumlah Meeting, Incentive, Convention, and
4950 Kali Exhibition (MICE)
4500 Kali
6 Prosentase kawasan yang dikembangkan
7 V/C rasio kendaraan yang melintas di perkotaan
8 Persentase rasio elektrifikasi
No Capaian Pembangunan
9 Persentase peningkatan kapasitas energi listrik
0.3 % Persentase penyusunan rencana tata ruang
40% wilayah, kawasan strategis, kawasan perbatasan
Prosentase penanganan pemanfaatan ruang di
1% Prov.DIY
Prosentase pengendalian pemanfaatan ruang di
15% wilayah Provinsi DIY
Besaran tenaga kerja yang mendapatkan
48.98 % pelatihan berbasis kompetensi
Besaran tenaga kerja yang mendapat pelatihan
40% berbasis masyarakat
Besaran tenaga kerja yang mendapatkan
25.87 % pelatihan kewirausahaan
Besaran tenaga kerja yang mendapatkan
48.98 % pelatihan berbasis kompetensi
Prosentase realisasi PAD terhadap anggaran
58.05 % pendapatan
2.2. Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD sampai Tahun Berjalan dan Realisasi RPJMD
Bagian ini merupakan telaah terhadap hasil evaluasi status dan kedudukan pencapaian kinerja pembangunan daerah. Telaah dilakukan dengan melakukan rekapitulasi terhadap hasil evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan tahun 2010. Berikut adalah telaah hasil evaluasi yang dimaksud:
1. Realisasi program/ kegiatan yang tidak memenuhi target kinerja hasil atau keluaran yang direncanakan.
Tahun Anggaran 2010 memiliki beberapa kegiatan yang realisasinya tidak mencapai keluaran yang direncanakan. Pelaksanaan program/kegiatan (diluar program 1-6) TA 2010, dari 480 program yang terdiri dari 2851 kegiatan, terdapat 45 kegiatan yang realisasi fisiknya di bawah 100% dan 3 kegiatan yang tidak dilaksanakan atau 0%.
Berikut adalah rincian dari realisasi program-program tersebut:
a. Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga
1. Pembinaan Minat, Bakat dan Kreativitas Siswa SMP. Realisasi