RESIKO KONTIJENSI PADA BANK PENGKREDITAN

RESIKO KONTIJENSI PADA BANK PENGKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA

NAJIR MUHAMMAD
UNIVERSITAS TRILOGI

A. Latar belakang masalah
BPR atau Bank Perkreditan Rakyat sudah jamak kita temui di kota kecil hingga pelosok kecamatan,
sedangkan di kota besar popularitas BPR masih kalah jauh dengan Bank Umum. Peran bank masih
signifikan di dalam kehidupan masyarakat. Sesuai dengan tujuan pendirian, BPR lebih fokus pada layanan
masyarakat dengan jangkauan relatif terbatas. BPR hanya melayani di tingkat kecamatan atau kabupaten
tidak seperti bank umum yang memiliki jangkauan tak terbatas, hingga memiliki jaringan internasional.
Walaupun lingkup BPR lebih kecil dibandingkan Bank Umum, resiko-resiko yang dihadapi tetap sama
dalam menjalani kegiatan perbankan. Salah satu resiko yang akan dihadapi oleh bank yaitu Resiko dibidang
kontinjen.
Kontijensi atau lebih dikenal dengan peristiwa atau transaksi yang mengandung syarat merupakan transaksi
yang paling banyak ditemukan dalam kegiatan Bank sehari-hari. Kontijensi yang dimiliki suatu bank dapat
berakibat tagihan atau kewajiban bagi bank yang bersangkutan.
istilah kewajiban bersyarat digunakan untuk menyatakan kewajiban yang kemungkinan timbulnya
tergantung pada terjadi atau tidaknya suatu peristiwa di masa yang akan datang. Dengan demikian pada
tanggal neraca belum terdapat kepastian mengenai ada tidaknya kewajiban tersebut
transaksi yang bersifat kontijensi (bersyarat) ini belum mengikat bank untuk melakukan tagihan ataupun

kewajiban riil saat ini, akan tetapi secara antisipatif kontijensi tersebut akan menjadi kewajiban atau tidak
sangat tergantung terjadi atau tidak terjadinya yang berkaitan dengan kontijensi ini di masa yang akan
datang
Mengingat manajemen resiko secara utuh di Indonesia masih dalam proses persiapan untuk penerapannya,
tentu masih banyak para praktisi perbankan masih perlu pemahaman secara lebih mendalam berkaitan
dengan risk management terutama risiko dibidang kontijen .

B. Tujuan penulisan
1. Makalah ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara umum tentang risiko perbankan di
bidang kontijen pada Bank Pengkreditan Rakyat dan cara mengatasinya.
2. Memberikan referensi kepada mahasiswa-mahasiswi dalam pembuatan makalah tentang risiko
perbankan di bidang kontijensi.

C. PEMBAHASAN
A.

Mengapa Manajemen Resiko Diperlukan?
Dalam setiap usaha tentunya bertujuan untuk mendapatkan keuntungan (return) dengan mengeluarkan biaya
seminimal mungkin. Namun terdapat beberapa faktor yang sulit untuk dikendalikan untuk memaksimalkan
keuntungan dan meminimalkan biaya. Dalam penerapannya terdapat beberapa kendala :


1. Kontrak antara nasabah dan Bank itu mengikat dalam jangka waktu yang relatif lama, sehingga dapat terjadi
bahwa return secara jangka pendek baik namun secara jangka waktu yang relatif panjang perlu diprediksi
dari awal seberapa jauh kemungkinan return tersebut sulit diperoleh kembali di masa mendatang.
2. Terdapat moral hazard dari counterparties untuk tidak memenuhi kewajibannya di masa mendatang.
3. Bank tidak mempunyai kemampuan untuk selalu memantau secara ketat kondisi counterparties
4. Terdapat constraint dari internal management Bank untuk melakukan pengendalian secara comprehensive
terhadap seluruh komponen yang dapat merugikan Bank.
5. Terdapat moral hazard dari business unit untuk selalu mengutamakan return dan mengesampingkan risk.
Kondisi tersebut di atas terasa sekali terutama terdapat pada Bank-bank yang belum secara formal
menerapkan risk management, akibatnya sering sekali terjadi bahwa Bank menyadari adanya kerugian
setelah keuntungan Bank menurun atau tersedianya modal Bank berkurang. Manajemen resiko diharapkan
dapat mendeteksi maksimum kerugian yang mungkin timbul di masa mendatang serta kebutuhan tambahan
modal apabila dampak proyeksi kerugian dimaksud dapat mengakibatkan jumlah modal di bawah ketentuan
minimum yang dipersyaratkan otoritas pengawasan.
Bagi pengelolaan Bank yang dilakukan secara konvensional umumnya belum secara formal melakukan
proyeksi maksimum kerugian yang mungkin timbul di masa mendatang, sehingga kerugian-kerugian yang
timbul benar-benar disadari setelah terjadi serta belum secara efektif dikendalikan sebelum kerugian benarbenar terjadi.

B. PENGERTIAN MANAJEMEN ASSET DAN LIABILITAS (ALMA)


Asset / Liability Management adalah serangkaian tindakan dan prosedur yang dirancang untuk mengontrol
posisi keuangan. Isu-isu keamanan dan kesehatan merupakan bagian penting dari definisi ini. Dengan
demikian tujuan dari ALMA adalah untuk menjaga kesehatan bank yang dapat diukur dengan CAMEL
serta melakukan antisipasi terhadap perubahan eksternal yang berkaitan dengan inflasi dan tingkat suku
bunga serta perubahan atas nilai tukar mata uang, selain itu ALMA dimaksudkan agar bank memperoleh
net income yang optimal bagi bank dengan pengendalian yang tepat atas aktiva dan pasiva bank diharapkan
bank dapat memperoleh pendapatan dari kegiatannya tersebut.
Dalam mempelajari ALMA terdapat beberapa kategori risiko, salah satunya adalah resiko di bidang kontijen
(resiko akibat transaksi kontijen)

Agar resiko tersebut dapat diminimalkan, diperlukan kerangka proses ALMA yang dirancang sedemikian
rupa sehingga dapat memaksimumkan keuntungan sekaligus membatasi resiko aset dan liabilitas dengan
mematuhi ketentuan kebijakan moneter dan pengawasan bank.
Oleh karena itu perlu dibentuk semacam kerangka ALMA dengan urutan sebagai berikut : a.

Adanya

penetapan kebijakan dan strategi ALMA oleh organisasi yang memiliki kewenangan formal dan dan
personel yang profesional.

b. Adanya tujuan/arah bagi manajemen dan petugas pelaksanan dalam proses pelaksanaan tugas dengan
cara menetapkan standar-standar tertentu.
c. Adanya pengumpulan data internal/eksternal yang menjamin bahwadata yang terkumpultersebut sudah
cukup menunjang untuk keputusan ALMA baik untuk jangka waktu pendek maupun panjang. d. Adanya
analisis yang mengembangkan skenario untuk menguji berbagai alternatif strategiALMA sebelum
keputusan diambil serta petugas memantau efektifitas pelaksanaan tersebut e.

Adanya manajemen

likuditas yang ampu mengelola dana dengan baik pada suatu tingkat bungayang wajar, agar dapat
memenuhi setiap kewajiban dan memanfaatkan kesempatan baru.
f. Adanya manajemen gap yang bertujuan untuk memaksimalkan pedapatan dan memperkecilresiko, yang
dihubungkan dengan besarnya gap/mistmatch g.

Adanya manajemen valuta asing yang mengelola

besarnya gap tiap-tiap mata uang dan antarmata uang yang tercantum dalam pembukuan bank untuk
menghasilkan keuntungan maksimum dalam batasbatas risiko tertentu.
Adanya manajemen pricing yang menjamin bahwa strategi penetapan tingkat bunga dapat menunjang
proses pelaksanaan manajemen gap, likuiditas dan manajemen valuta asing. Kemudian untuk melaksanakan


ALMA framework diatas, perlu dibentuk organisasi ALMA pada suatu bank. Organisasi ALMA bank pada
umumnya terdiri dari Asset Liability Committe (ALCO) atau unit organisasi lainnya yang mempunyai hak
formal yang sama dengan ALCO dan ALCO Support Group (ASG). Dalam organisasi tersebut ditetapkan
tanggung jawab ALCO, yaitu menetapkan tujuan, membuat keputusan ALMA, mementau kegiatan dan
menelaah hasil kebjakan ALMA. Sedangkan tanggung jawab ASG adalah mengumpulkan data internal dan
eksternal, emnyusun analisis, mengembangkan strategi dan scenario, membuat laporan, mengajukan saransaran untuk rapat ALCO dan memantau pelaksanaannya. Proses pembuatan kebijakan ALMA dilakukan
olh direksi bank. Kebijakan yang dimaksud antara lain berupa penetapan limit dan target setiap bidang,
rasio-rasio strategi pendanaan dan penenaman dana,struktur neraca, kebijakan harga, kebutuhan modal, dll.

D. . Rekomendasi pada Bank BPR tentang Manajemen Resiko
Dengan dikeluarkannya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) nomor 13/POJK.03/2015 ini diharapkan
dapat menciptakan sektor keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil serta memiliki daya saing
yang tinggi.
OJK mewajibkan semua BPR menerapkan manajemen risiko paling sedikit meliputi:
1. Pengawasan Direksi dan Dewan Komisaris.
2. Kecukupan kebijakan, prosedur, dan limit yaitu:
1) kebijakan Manajemen Risiko; 2) prosedur Manajemen
Risiko; dan 3) penetapan limit Risiko.
3. Kecukupan proses dan sistem yaitu:

1) proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan
pengendalian Risiko; dan 2) sistem informasi Manajemen
Risiko.
4. Sistem pengendalian intern yang menyeluruh.

E. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa penerapan manajemen risiko merupakan salah
satu upaya memperkuat kelembagaan dan meningkatkan reputasi industri Bank Perkreditan Rakyat
sesuai dengan arah kebijakan pengembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Persaingan bisnis yang
semakin ketat dan meningkatnya aktivitas bisnis yang makin kompleks tentu saja tingkat potensi risiko
yang dihadapi oleh perbankan, khususnya BPR juga semakin meningkat. Salah satunya resiko dibidang
kontijensi, namun BPR dapat meminimalisir resiko tersebut dengan membuat kerangka ALMA agar
bank memperoleh net income yang optimal bagi bank dengan pengendalian yang tepat atas aktiva dan
passiva bank, bank dapat menerapkan diharapkan bank dapat memperoleh pendapatan dari kegiatannya
tersebut.

F. DAFTAR PUSTAKA
Kisman, Z., & Shintabelle Restiyanita, M. The Validity of Capital Asset Pricing Model (CAPM)
and Arbitrage Pricing Theory (APT) in Predicting the Return of Stocks in Indonesia Stock
Exchange. American Journal of Economics, Finance and Management Vol. 1, No. 3, 2015, pp.


184-189

Anisa Fitri, 2010, Akuntansi kontijensi dan komitmen, [online],
(http://anisafitriblue.blogspot.co.id/2010/06/akuntansi-kontijensi-dan-komitmen.html, diakses tanggal 10
Desember 2017)

Nur Roham, 2012, Manajemen aset dan liabilitas, [online]
(https://sithobil.wordpress.com/2012/10/28/manajemen-aset-dan-liabilitas, diakses tanggal 10 Desember
2017)

http://www.tugasmakalah.com/2016/03/makalah-manajemen-resiko-perbankan.html,

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA

11 131 124