SIKLUS HIDUP AEDES AEGYPTI PADA SKALA LABORATORIUM
SEL Vol. 2 No. 1 Juli 2015: 22-28
SIKLUS HIDUP AEDES AEGYPTI PADA SKALA
LABORATORIUM
Yulidar & Veny Wilya Loka Penelitian dan Pengembangan Biomedis Aceh
Jln. Bandara Soeltan Iskandar Muda Lorong Tgk.Dilangga No.9-Lambaro, Aceh Besar. email :
ABSTRAK
Nyamuk Aedes aegypti adalah nyamuk yang sudah terkonfirmasi sebagaivektor penyakit demam berdarah dengue (DBD).Salah satu upaya yang dilakukan
dalam pengendalian penyakit DBD adalah mengendalikan vektornya.Langkah awal
pengendalian vektor adalah dengan mempelajari siklus hidup Aedes aegypti.Tujuan penelitan ini untuk mempelajari bagaimana siklus hidup Aedes
aegypti pada skala laboratorium.Aspek siklus hidup yang diamatiadalah lama hidup
dan fekunditas.Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimental rancangan
acak lengkap dimana pengamatan dilkaukan pada 300 larva instar 3 (100 larva 3
kali ulangan).Parameter yang diamati adalah siklus hidupdan fekunditas. Siklus
hidup mencakup lama waktu hidup larva menjadi pupa, pupa menjadi dewasa dan
lama hidup dewasa, sedangkan aspek fekunditas yang diukur adalah jumlah
kelompok telur (batch), jumlah telur (butir), daya tetas telur, ekdisis dan eksklosi.Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata waktu yang diperlukan sekali siklus hidup Aedes aegypti dari larva instar 3 (L 3 ) menjadi pupa yaitu 45 jam 54
menit dan pupa menjadi dewasa 32 jam 41 menit. Lama hidup dewasa adalah 54
hari 4 jam 48 menit untuk betina dan jantan 42 hari 14 jam 24 menit. Sedangkan
untuk aspek fekunditas, Aedes aegyptibetina selama hidupnya rata-rata bertelur 16
kali dengan rata-rata jumlah telur yang dihasilkan mencapai 744 butir, tingkat daya
tetas telur mencapai 80,09 (%) dengan kemampuan ekdisis 75,95% dan eksklosi
90,67%. Ratio jantan dengan betina dalam satu siklus bertelur adalah 54,54%
banding 45,42%.Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil penelitian yaitu informasi
tentang siklus hidup vektor DBD tersebut dapat digunakan sebagai bahan acuan
untuk merencanakan waktu pengendalian vektor yang tepat Kata kunci :Aedes aegypti, siklus hidup, fekunditas.
ABSTRACT
Aedes aegyptiwas the contaminated mosquito as disease vector of denguefever. It was a contagious disease caused by virus through the mosquitos. One of the
efforts which had been made to control the disease was by controlling the vector.To
understand how to control Aedes aegypti.Thus, a research on the life cycle of Aedes aegypti at the laboratory scale had been conducted. Aspects of the life cycle is observed longevity and fecundity.
Siklus Hidup Aedes Aegyptipada Skala Laboratorium (Yulidar, Veny Wilya)
The method used was completely randomized quasi-experimental design inwhich the observations were made at 300 3rd instar larvae (100 larvae 3
repetitions). The parameters measured were the life cycle and fecundity. Life cycle
includes a long life time larvae become pupae, pupae become adults and adults live
longer, whereas fecundity measured aspect is the number of groups of eggs (batch),
The results showed that it took 45 hours and 54 minutes for aedes aegyptylarva to turn into pupae and it took 32 hours, 41 minutes for pupa to turn into
adult.The female mosquito lived for 54 days 4 hours 48 minutes while the male one
lived for 42 days 14 hours 24 minutes. FemaleAedes aegypti had spawned 16 times
during its lifetime produced 774 eggs at the average number. The level hatchability
of eggs reached 80,09 % while the ability of ecdysiast was 75,95% and eksklosi was
70,67% with female and male ratio was 54,54% to 45,42%.dan 25x25x25 cm
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Entomologi Kesehatan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, Bogor (PEK-
Tempat dan waktu penelitian.
stopwatch digital Hi-tech H38, kertas label, dan alat tulis.
,pipet plastik, lumpang penghancur pelet, kaca pembesar, senter, kamera kodak smart capture 12,1 megapixell,
3
dan 20x14x4 cm
3
, botol kecil 15 ml, mikroskop stereo, aspirator, timbangan elektronik OHAUS GA200 buatan Jerman yang memiliki ketelitian sampai dengan 0,1 mg, wadah plastik berukuran 30x25x4 cm
3
3
The conclusion that can be drawn based on the results of research that is
information about the life cycle of the dengue vector can be used as reference
material for planning a proper vector control. Key words :Aedes aegypti, Life cycle, fecundity PENDAHULUANAlat-alat yang digunakan dalam Penelitian ini adalah : oven merek maemert, timbangan, kandang nyamuk berukuran 40x40x40cm
Bahan yang digunakan dalam penelitianini adalah : kain kasa, kapas, kertas saring, karet gelang, gelas plastik, larutan sukrosa 10%,air, dan pelet ikan, temefos formulasi granul, larva Aedes aegypti.
Bahan dan Metoda Bahan dan alat.
. Siklus hidup, perilaku ataupun bionomik nyamuk Aedes aegypti perlu dipelajari untuk mendapatkan informasi sebagai pertimbangan menentukan waktu yang tepat pengendalian vektor dilakukan.
(2)
Salah satu upaya yang dilakukan untuk pemberantasan penyakit demam berdarah dengue adalah mengendalikan vektornya dengan mempelajari siklus hidup Aedes a. pradewasa dan dewasa
terhadap penyakit ini, anak-anak biasanya menunjukkan gejala lebih ringan dibandingkan dengan individu dewasa.
albopictus di daerah perkotaan Yogyakarta.
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan masalah cukup besar yang menyangkut kesehatan masyarakat di negara beriklim tropis dan sub tropis. Penyakit ini disebabkan oleh virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk yang infektif. Nyamuk yang sudah terkonfirmasi sebagai vektor DBD adalah Aedes aegypti di daerah perkotaan seluruh Indonesia dan Aedes
1 Setiap individu rentan
SEL Vol. 2 No. 1 Juli 2015: 22-28
Pengamatan jumlah kelompok telur selama hidup seiring dengan pengamatan lama hidup nyamuk dewasa (menggunakan nyamuk yang sama). Aedes aegyptidewasa jantan dan betina diambil dengan ratio 1 : 2 dimasukkan ke dalam kandang berukuran 20x20x20 cm
Kemampuan eksklosi (%) dan ratio kelamin jantan dan betina.
yang berisi air 500 ml. Pakan larva adalah pelet yang dihaluskan, pergantian media air dilakukan setiap dua hari sekali.
3
Persentase kemampuan ekdisis dihitung berdasarkan larva yang berhasil menjadi pupa dibandingkan dengan jumlah larva yang sudah menetas dari satu kelompok yang sama, dipelihara di dalam wadah berukuran 20x14x4 cm
Kemampuan ekdisis (perubahan dari larva menjadi pupa) (%).
.Daya tetas telur dihitung berdasarkan jumlah telur yang diperoleh sampai menetas menjadi larva.Larva yang telah muncul dihitung dan disisihkan.Telur dianggap tidak menetas apabila sejak darari pertama dimasukkan ke dalam wadah penetasan sampai melewati waktu 15 hari tidak menjadi larva.
(7)
Persentase daya tetas telur dihitung berdasarkan persentase telur yang menetas dibandingkan dengan jumlah telur dari setiap nyamuk dewasa betina yang berhasil oviposisi
Daya tetas telur (%).
Pemberian pakan darah manusia setiap empat hari sekali sesuai dengan siklus gonotropik, setelah itu dipasang tempat peletakan telur dan telur diambil kembali setelah empat hari darah kembali dan seterusnya diulang sampai nyamuk mati. Setiap sekali panen dihitung sebagai satu kelompok telur.Telur yang telah terkumpul dari setiap kelompok telur (batch) dihitung jumlahnya sehingga dapat diketahui jumlah telur keseluruhan yang dapat dihasilkan oleh seekor Aedes aegypti betina dewasa selama hidupnya.
dan selalu disediakan larutan glukosa 10%.
3
2. Fekunditas yaitu jumlah kelompok telur (batch), jumlah telur (butir), daya tetas telur, ekdisis, eksklosi dan ratio jantan dan betina).
FKHIPB) dari bulan November 2010 sampai dengan Juni 2011.
yang telah menjadi pupa dipindahkan ke dalam gelas plastik.setiap gelas plastik diisi seekor pupa, untuk memudahkan pengamatan. Pengamatan dilakukan setiap jam dan penggantian media air dilakukan setiap hari. Sedangkan lama hidup dewasa (hari) dibedakan menurut jenis kelaminnya. Pengamatan dilakukan setiap dua hari sekali.
3 berubah menjadi pupa. Larva
menjadi pupa dilakukan setiap jam sampai semua L
3
berubah menjadi pupa. Pengamatan terhadap stadium larva L
3
Lama hidup yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lamanya waktu yang diperlukan oleh larva L
1. Lama hidup
Parameter yang diamati adalah :
insektariumsampai mencapai jumlah yang dibutuhkan untuk penelitian. Jumlah Aedes aegypti yang dibutuhkan untuk penelitian ini adalah 300 larva instar 3 (100 larva dengan 3 kali ulangan).
Aedes aegypti secara massal di
Tahap penelitian dimulai dari
Cara kerja.
Persentase kemampuan eksklosi (pupa menjadi dewasa) dihitung
Lama hidup 2. Fekunditas :
1 1.
F
LARVA L 3 (F )
- Jumlah kelompok telur
- Persentase kemmapuan eksklosi (%) dan ratio kelamin jantan dan betina
- Persentase kemampuan ekdisis (%)
Hasil penelitian untuk kemampuan eksklosi mencapai 90,67% dengan ratio jantan dengan betina adalah 54,54 berbanding 45,42.Sedangkan pendapat Gunandini (2002), bahwa dalam sekali eksklosi persentase keberhasilan mencapai 91% dengan ratio jantan dengan betina
, rata-rata persentase ekdisis pada Aedes aegypti yang tidak terintervensi faktor lain adalah 91%.
(7)
. Sedangkan menurut Gunandini (2002)
(6)
Tingkat rata-rata daya tetas telur mencapai 80, 09 (%). Rata-rata persentase ekdisis mencapai 75,95% keseluruhan jumlah telur. Menurut Perez (2007) rata-rata persentase ekdisis pada Aedes aegypti dalam satu pergiliran ketururnan mencapai 73,43%
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah kelompok telur yang dihasilkan oleh nyamuk betina selama hidupnya adalah 16 batch dengan rata-rata jumlah telur dihasilkan setiap batch adalah 744 butir.
2. Fekunditas
jam 54 menit dan pupa menjadi dewasa memerlukan waktu 32 jam 41menit. Sedangkan, rata-rata lamanya waktu hidup betina yaitu 54 hari 4 jam 48 menit dan jantan mencapai 42 hari 14 jam 24 menit.
3 ) sampai menjadi pupa yaitu 45
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata lama hidup larva instar 3 (L
1.Lama hidup
Skema Kerja : HASIL
Desain penelitianini adalah quasi lengkap.Data hasil pengamatan dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk narasi.
Desain penelitian
berdasarkan pupa yang berhasil menjadi dewasa dari satu kelompok yang sama, pupa dimasukkan ke dalam gelas plastik bervolume 200 ml dengan tinggi + 10 cm, diameter + 7 gelas plastik berisi 25 pupa, bagian atas gelas ditutup dengan kain kasa sehingga rasio kelamin dewasa yang ekslosi dapat diamati.
Siklus Hidup Aedes Aegyptipada Skala Laboratorium (Yulidar, Veny Wilya)
(batch) dan jumlah telur (butir).
SEL Vol. 2 No. 1 Juli 2015: 22-28
mencapai 45 berbanding 54. Menurut
Adanan et al kemampuan eksklosi
Aedes aegypti mencapai 99,19%
(8)
, sedangkan menurut Braga et al (2005), pada penelitian yang pernah dilakukan mencapai 96,20%
(9) . PEMBAHASAN
Larva akan berubah menjadi pupa yang berbentuk bulat gemuk menyerupai tanda koma.uhu untuk perkembangan pupa yang optimal adalah sekitar 27-30
.Hal ini yang dilakukan oleh larva Aedes aegypti lingkungan yang normal maupun lingkungan yang terganggu.
(10)
1. Lama hidup
aegypti pernah dikemukakan juga oleh
(11) .
buah-buahan dan bunga. Setelah berkopulasi, Aedes aegypti betina menghisap darah dan tiga hari kemudian akan bertelur sebanyak kurang lebih 125 butir dan rata-rata 100 butir, kemudian akan menghisap darah lagi. Lama hidup Ae.aegypti
aegypti jantan hanya makan cairan
darah sebagai makanannya untuk pematangan telur, sedangkanAedes
Aedes aegypti betina dewasa menghisap
telur (batch), jumlah telur (butir), daya tetas telur, persentase ekdisis (larva menjadi pupa) dan persentase eksklosi (pupa menjadi dewasa). Aedes aegypti dewasa yang baru keluar dari selongsong pupa akan diam beberapa saat di selongsong pupa untuk mengeringkan sayapnya.
aegypti mencakup jumlah kelompok
Fekunditas nyamuk Aedes
2. Fekunditas
C. Pada pupa terdapat kantong udara yang terletak diantara bakal sayap dewasa dan terdapat sepasang sayap pengayuh yang saling menutupi sehingga memungkinkan pupa untuk menyelam cepat dan mengadakan serangkaian gerakan sebagai reaksi terhadap rangsang.Stadium pupa tidak memerlukan makanan.Stadium pupa selama 2-3 hari kemudian berubah menjadi dewasa dengan sobeknya selongsong pupa akibat gelembung udara dan gerakan aktif pupa
Reyes-Villanuela (1992)
Lama hidup Aedes aegypti merupakan lamanya hidup larva Aedes
aegypti pada tahap instar 3 (L
3
Menurut Uvarou setiap organisme hidup memiliki suatu kemampuan untuk menyesuaikan diri melalui perubahan fisiologis dan kemampuan adaptasi dengan lingkungan yang sifatnya reversibel, keadaan demikian memberikan pengaruh yang besar terhadap dinamika populasi
) sampai berubah menjadi pupa dan pupa menjadi dewasa dalam satuan waktu (jam, menit dan detik). Pendapat mengenai lama hidup Aedes
(4) .
, bahwa secara normal Siklus hidup larva mencapai 3,21 hari. Sedangkan menurut Sudjatmiko (2002), apabila tanpa intervensi dari luar maka secara normal Siklus hidup larva mencapai 64 jam 9 menit (3,147 hari) pada nyamuk Anopheles aconitus
(3)
Berdasarkan hasil pengamatan terdapat perbedaan lama hidup pradewasa dan dewasa bila dibandingkan dengan beberapa hasil penelitian yang lain. Perbedaan ini tidak diuji lebih lanjut untuk mendapatkan informasi apakah signifikan atau tidak. Berdasarkan hasil analisa, dapa dikatakan bahwa perbedaan jangka waktu tersebut bisa disebabkan oleh berbagai faktor terutama faktor lingkungan tempat penelitian dilaksanakan. Faktor lingkungan yang dimaksud adalah sumber air tanah, sumber makanan yaitu pelet dengan komposisi zat yang dibuat tidak diketahui secara pasti. Pelet merupakan makanan larva.
Siklus Hidup Aedes Aegyptipada Skala Laboratorium (Yulidar, Veny Wilya)
UCAPAN TERIMAKASIH
Dengan selesainya penelitian dan penulisan artikel ini, penulis menyampaikan rasa terimakash kepada Kepala Loka Litbang Laboratorium Parasitologi dan Entomologi Kesehatan FKH- IPB, Bogor.
Aedes aegypti dapat hidup pada suhu
20 C dengan kelembaban 70% akan mati bila berada pada suhu 6 C selama 24 jam.
(11)
Pengetahuan atau inforasi tentang bionomik, perilaku dan kemampuan hidup Aedes aegypti merupakan kunci strategi pengendalian vektor DBD. Pengendalian yang utama sekali dilakukan dengan sanitasi lingkungan yang bertujuan untuk megurangi habitat vektor. Selain itu, penggunaan insektisida dalam pengendalian Aedes
juga tergantung kepada tinggi rendahnya suhu, kelembaban udara, persediaan air, makanan dan predator.
DAFTAR PUSTAKA 1.
Rata-rata waktu yang diperlukan oleh larva menjadi pupalebih lama dari pada dari pupa menjadi dewasa dan lama hidup betina lebih lama dari yang jantan tetapi jumlah yang jantan lebih banyak dari yang betina.
2002. Pengaruh Konsentrasi Subletal Insektisida BPMC Terhadap Biologi
aegypti sebagai vektor DBD juga
Spinosad a Naturally Derived Insectiside for Control of Aedes
. 65 (2) : 323-326 6. Perez CM, Marina CF, Rojas JC, Valle J, Willimas T. 2007.
Mngt, Sci
5. Antonio GE, Daniel S, Trevoer W, Carlos FM. 2009. Paradoxial Effects of Sublethal Exposure to The Naturally Derived Insecticide Spinosad in The Dengue Vector Mosguito, Aedes aegypti. J. Pest
Bogor.
Anopheles aconitus Donitz (Diptera :Culicidae). Tesis. IPB.
4. udjatmiko.
SARAN
3. Reyes-Villanueva, Juarez-Eguia M, Flores-Leal A. 1992. Efectode Concentraciones Subletales de Abate Sobre Algunos Parametrso Biologicos de Aedes aegypti J.Mex.Salud.Publ. 34 (4) : 406- 412.
Terjemah oleh : Dr. I. Nyoman. Kandun, MPH. Infomedika, Jakarta. 168-169.
2. Chin, J. 2006. Manual Pemberantasan Penyakit Menular.
sudah umum dilakukan. Penggunaan insektisida berupa larvasida sebaiknya digunakan sesuai anjuran yang ditentukan yaitu pada tempat-tempat penampungan air dan memperkirakan waktu-waktu populasi larva sedang meningkat yaitu pasca musim hujan dengan memperkirakan waktu peletakan telur sampai mencapai tahap larva.
Hadi, U.K., Koesharto, F.X. 2006.
KESIMPULAN
Pengendalian pada tahap pradewasa/larva sangat dianjurkan karena periode dari pupa ke larva cukup lama dan lebih mudah Perlu dilakukan penelitianlebih lanjut mengenai waktu-waktu pemaparan insektisida yang tepat sesuai dengan perilaku dan bionomik Aedes aegypti baik berskala laboratorium atau aplikasi lingkungan.
[Nyamuk] Hama Pemukiman Indoesia. UKPHP. FKH. IPB Bogor. Hal : 38-39.
SEL Vol. 2 No. 1 Juli 2015: 22-28 aegypti
aegypti (L) the yellow fever mosquito, its life history, bionomics and structure .
aegypti with implications for
Heritability and adaptive phenotypie plasticity of adult body size in the mosquito Aedes
Schneider, J.R., Dave, D.C., Akio, M., Jeafnne, R., David W.S. 2011.
(Linnaeus). J.Trop Biomed. 23 (2) : 220-223 14.
aegypti larvae (Stegomyia)
1.0 G (temephos) against Aedes
Laboratory bioefficacy of CREEK
13. Chen, C.D., Lee, H.L. 2006.
12. Yan G, Chadee DD, Severson DW, !998. Molecular Population Genetics of The Yellow Fever Mosquito : Evidence forGenetic Hitch Hiking Effects Associated with Insecticide Resistance. J.Inf, Gen, Evol. 148 (2) : 793-800.
Cambridge Univ Press.
11. Christophers, S.S.R., 1960. Aedes
(Diptera : Culicidae) Efficacy, Persitence and Elicited Oviposition Response. J. Med.
Proc. R. Entomol. Soc. London. Sec, C . 25 (1): 52-59.
10. Uvarov, B.P. 1961. Quantity and quality in insects population.
Development in Laboratory Conditions. Mem, Inst Oswaldo Cruz, Rio de Janeiro. 100 (4) : 435-440.
aegypti (Diptera : Culicidae)
9. Braga IA, Mello CM, Peixoto AA, Denise V. 2005. Evaluation of Methoprene Effect on Aedes
(Diptera : Culicidae). Prof Fifth Internat Conf Urban Pests. Malaysia. 265-269.
aegypti andCulex quinquefasciatus
Efficacy and Sublethal Effects of Mosguito Mats on Ae.
8. Adanan CR, Zairi J. 2005.
Kemampuan hidup populasi alami nyamuk (Linn) yang diseleksi malathion pada stadium larva. [Disertasi]. ITB. Bandung.
Entomol. 44 (4) : 631-638. Gunandini,
dengue vector competence. J. Inf, Gen, Evol . 11 (1) : 11-16.