BAB II URAIAN TEORITIS 2.I Kerangka Teori - Persepsi Masyarakat Terhadap Upaya Pendukung Pemenangan Komodo (P2K) Sebagai Tujuh Keajaiban Dunia Alam Baru (Studi Deskriptif Mengenai Persepsi Masyarakat Kelurahan Sei Agul Terhadap Upaya Pendukung Pemenangan

BAB II URAIAN TEORITIS

2.I Kerangka Teori

  Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan untuk memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian itu akan disoroti (Nawawi,1995 :39). Dengan adanya kerangka teori, maka akan mempunyai landasan untuk menentukan tujuan dan arah penelitian. Kerangka teori terdiri dari teori-teori yang mendukung dan menjelaskan masalah yang akan diteliti.

  Teori yang digunakan haruslah berkaitan dan relevan sesuai dengan masalah yang diteliti. Teori adalah sistem konsep abstrak yang menjelaskan adanya hubungan diantara konsep-konsep tersebut yang membantu kita memahami sebuah fenomena atau masalah. Teori menjelaskan hubungan antar variabel sehingga pandangan yang sistematik dari fenomena yang diterangkan variabel-variabel tersebut dapat jelas. Adapun teori-teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini adalah Persepsi, Komunikasi Massa, Media Masyarakat, Teknologi komunikasi.

2.2 Persepsi

2.2.1 Definisi Persepsi

  Persepsi merupakan istilah dari dunia Psikologi. Istilah tersebut dalam perkembangannya memiliki arti yang bermacam-macam mulai dari yang sederhana hingga sampai yang kompleks. Dalam kajian etimologis, persepsi (dalam Bahas Inggris perception) berasal dari Bahasa Latin perception, dari

  

percipere , yang memiliki makna menerima atau mengambil. Dalam arti sempit,

persepsi sebagai penglihatan atau bagaimana cara seseorang melihat sesuatu.

  Sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu (Sobur, 2003:445).

  Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan- hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli). Hubungan sensasi dengan persepsi sudah jelas. Walaupun begitu, menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi (Rakhmat, 2007:51). Persepsi adalah inti komunikasi, sedangkan penafsiran (interpretasi) adalah inti persepsi yang identik dengan penyandian-penyandian baik (decoding) dalam proses komunikasi. Persepsi disebut inti komunikasi, karena jika persepsi tidak akurat, tidak mungkin dapat berkomunikasi efektif. Persepsilah yang menentukan kita memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lain. Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi individu, semakin mudah dan semakin sering mereka berkomunikasi, dan sebagai konsekuensinya semakin cenderung membentuk kelompok budaya atau kelompok identitas (Mulyana, 2005:167). Persepsilah yang menentukan untuk menyeleksi proses dan mengabaikan pesan yang lain. Semakin tinggi derajat kesamaan individu, semakin mudah dan semakin sering mereka berkomunikasi, dan sebagai konsekuensinya semakin cenderung membentuk kelompok budaya atau kelompok identitas (Mulyana, 2005:180). Menurut McMahon (dalam Adi, 1994:55) persepsi diartikan sebagai proses menginterperetasikan rangsangan (input) dengan menggunakan alat penerima informasi (sensory information).

  Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi merupakan suatu hal penting yang dialami oleh setiap orang. Setiap orang akan menerima segala sesuatu informasi ataupun segala rangsangan yang datang dari lingkungannya, dalam batas-batas kemampuannya, segala rangsangan yang di terimanya tersebut diolah, dan selanjutnya diproses.

2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

  Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia. Persepsi merupakan keadaan integrasi dari individu terhadap stimulus yang diterimanya. Apa yang ada dalam diri individu, pikiran, perasaan, pengalaman-pengalaman individu akan ikut aktif berpengaruh dalam proses persepsi sehingga persepsi seseorang akan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang menyebabkan seseorang memberikan interpretasi berbeda saat melihat sesuatu.

  Perhatian (Attention) Perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada stimuli lainnya melemah. Demikian definisi yng diberikan oleh Kenneth E. Andersen (1972:46) dalam buku yang ditulisnya sebagai pengantar pada teori komunikasi. Perhatian terjadi bila kita mengkonsentrasikan diri pada salah satu alat indera kita, dan mengesampingkan masukan-masukan melalui alat indera yang lain.

  Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi, yakni perhatian, faktor-faktor fungsional, faktor-faktor struktural (Rakhmat, 2004:52) yaitu : a.

1. Faktor eksternal Penarik Perhatian

  Apa yang kita perhatikan ditentukan oleh faktor-faktor situasional dan personal. Faktor situasional disebut sebagai determinan perhatian yang bersifat eksternal atau penarik perhatian (attention getter). Stimulis diperhatikan karena mempunyai sifat-sifat yang menonjol, antara lain : gerakan, intensitas stimuli, kebaruan, dan perulangan.

  • Gerakan. Seperti organisme yang lain, manusia secara visual tertarik pada objek-objek yang bergerak. Contoh, pada saat kita melihat running text pada berita disebuah acara televisi.
  • Intensitas Stimuli. Kita akan memperhatikan stimuli yang menonjol dari stimuli yang lain. Contoh, seseorang yang berada di antara orang berpasangan.
  • Kebaruan (Novelty). Hal-hal yang baru, yang luar biasa, yang berbeda, akan menarik perhatian. Beberapa eksperimen juga membuktikan stimuli yang luar biasa lebih mudah dipelajari atau diingat. Contoh, detik.com terkenal karena menyajikan berita yang terbaru. Detik.com tidak akan bisa terkenal seperti sekarang apabila hanya menyajikan berita-berita basi.
  • Perulangan. Hal-hal yang disajikan berkali-kali, bila disertai dengan sedikit variasi, akan menarik perhatian. Disini, unsur “familiarity” (yang sudah kita kenal) berpadu dengan unsur “novelty” (yang baru kita kenal).

  Perulangan juga mengandung unsur sugesti yakni mempengaruhi bawah sadar kita. Contoh, iklan Pepsodent yang menampilkan adegan seorang ayah yang mengajarkan cara menyikat gigi. Sebenarnya menyikat gigi adalah kegiatan yang membosankan bagi anak kecil tapi pada iklan tersebut anak diajarkan dengan cara menarik hingga menyikat gigi tidak menjadi kegiatan yang membosankan bagi mereka.

2. Faktor Internal Penaruh Perhatian

  Contoh faktor internal yang mempengaruhi perhatian : Faktor-faktor Biologis

  • Dalam keadaan sedih, seseorang akan merasa bahwa dirimya adalah orang yang paling menderita di dunia ini.
  • Tunjukkan sebuah ruangan yang penuh dengan buku-buku. Reaksi setiap orang akan berbeda-beda apabila ditanyakan jumlah buku didalam ruangan buku tersebut.

  Faktor-faktor Sosiopsikologis

  • Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal- hal lain yang termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor-faktor personal. Yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberikan respons pada stimuli itu. Dalam suatu eksperimen, Levine, Chein, dan Murphy memperlihatkan gambar- gambar yang tidak jelas kepada dua kelompok mahasiswa. Gambar tersebut lebih ditanggapi sebagai makanan oleh kelompok mahasiswa yang lapar daripada oleh kelompok mahasiswa yang kenyang. Persepsi yang berbeda ini tidak disebabkan oleh stimuli, karena gambar yang disajikan sama pada kedua kelompok. Jelas perbedaan itu bermula pada kondisi biologis mahasiswa.

  Faktor-faktor Fungsional

  • Faktor –faktor fungsional yang mempengaruhi persepsi lazim disebut sebagai kerangka rujukan. Mula-mula konsep ini berasal dari penelitian psikofisik yang berkaitan dengan persepsi objek. Para psikolog sosial

  Kerangka Rujukan (Frame of Reference) menerapkan konsep ini untuk menjelaskan persepsi sosial. Dalam kegiatan komunikasi, kerangka rujukan mempengaruhi bagaimana orang memberi makna pada pesan yang diterimanya. Contohnya, berbicara tentang agenda setting, uses and gratification, spin

  doctor, spiral of silence kepada mahasiswa sastra. Mereka tidak akan

  mengerti pada saat ditanyakan istilah-istilah tersebut karena tidak memiliki kerangka rujukan.

  3. Faktor-faktor Struktural Faktor-faktor struktural berasal semata-mata dari sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkannya pada sistem saraf individu.

  Sedangkan menurut (Siagian, 1989:101) secara umum, terdapat tiga faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang :

  1. Diri orang yang bersangkutan sendiri Apabila seorang melihat sesuatu melihat dan berusaha memberikan interpretasi tentang apa yang dilihatnya itu, ia di pengaruhi oleh karakteristik individu yang turut mempengaruhi seperti sikap, motivasi, kepentingan, minat pengalaman dan harapannya.

  2. Sasaran persepsi tersebut Sasaran itu mungkin berupa orang, benda atau peristiwa. Sifat-sifat sasaran itu biasanya berpengaruh terhadap persepsi orang yang melihatnya. Dengan perkataan lain, gerakan, suara, ukuran, tindak tanduk dan ciri-ciri lain dari sasaran persepsi itu turut menentukan cara pandang orang melihatnya.

  3. Faktor situasi Persepsi harus dapat dilihat secara kontekstual yang berarti dalam situasi mana persepsi itu timbul perlu pula mendapat perhatian. Situasi merupakan faktor yang turut berperan dalam pertumbuhan persepsi seseorang.

  Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Siagian dapat dijelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi antara lain adalah dari diri individu yang bersangkutan, sasaran-sasaran persepsi dan faktor situasi. Ketiga faktor ini saling mempengaruhi satu sama lain dan tidak dapat dipisahkan.

  Sejalan dengan ini, ada faktor-faktor yang juga menentukan persepsi yaitu latar belakang budaya, pengalaman masa lalu, nilai-nilai yang dianut, berita-berita yang berkembang (Kasali, 1994:23).

2.2.3 Proses Persepsi

  Proses adalah urutan pelaksanaan atau kejadian yang terjadi secara alami dan sistematis yang menggunakan waktu, ruang, keahlian atau sumber daya lainnya untuk mencapai suatu hasil. Suatu proses mungkin dikenali oleh perubahan yang diciptakan terhadap sifat-sifat dari satu atau lebih objek di bawah pengaruhnya.

  Proses persepsi terdiri dari tiga tahap, yaitu : 1. Seleksi, yakni proses penyaringan oleh indra terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.

  2. Interpretasi, yakni proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Dalam fase ini rangsangan yang diterima selanjutnya diorganisasikan dalam suatu bentuk, interpretasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi, kepribadian dan kecerdasan. Namun, persepsi juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengkategorian informasi yang kompleks menjadi sederhana.

3. Reaksi, yaitu tingkah laku setelah berlangsung proses seleksi dan interpretasi (Sobur, 2003:446).

  Menurut John R. Wenburg dan William W. Wilmot proses terjadinya persepsi dapat dijelaskan sebagai berikut : Persepsi meliputi pengindraan (sensasi) melalui alat-alat indra kita (yakni indra peraba, indra penglihat, indra pencium, indra pengecap dan indra pendengar), atensi, dan interpretasi. Sensasi merujuk pada pesan yang dikirimkan ke otak lewat penglihatan, pendengaran, sentuhan, penciuman, dan pengecapan. Reseptor indrawi mata, telinga, kulit, otot, hidung, dan lidah adalah penghubung antara otak manusia dan lingkungan sekitar. Mata bereaksi terhadap gelombang cahaya, telinga terhadap gelombang suara, kulit terhadap temperature dan tekanan, hidung terhadap bau-bauan dan lidah terhadap rasa. Lalu rangsangan- rangsangan ini dikirimkan ke otak.

  Makna pesan yang dikirimkan ke otak harus dipelajari. Seseorang tidak lahir untuk kemudian mengetahui bahwa rasa gula itu manis dan api itu membakar. Semua indra itu punya andil bagi berlangsungnya komunikasi manusia. Penglihatan menyampaikan pesan nonverbal ke otak untuk diinterpretasikan. Oleh karena otak menerima kira-kira dua pertiga pesan melalui rangsangan visual, penglihatan mungkin merupakan indra yang paling penting. Pendengaran juga menyampaikan pesan verbal ke otak untuk ditafsirkan. Tidak seperti pesan visual yang menuntut mata mengarah pada objek, suara diterima dari semua arah. Penciuman, sentuhan, dan pengecapan terkadang memainkan peran penting dalam komunikasi, seperti lewat bau parfum yang menyengat, jabatan tangan yang kuat, dan rasa air garam di pantai.

  Persepsi terdiri dari tiga aktivitas, yaitu seleksi, organisasi, dan interpretasi. Yang dimaksud seleksi sebenarnya mencakup sensasi dan atensi, sedangkan organisasi melekat pada interpretasi, yang dapat didefinisikan sebagai meletakkan suatu rangsangan bersama rangsangan lainnya sehingga menjadi suatu keseluruhan yang bermakna. Sebenarnya sulit membedakan sensasi dan persepsi. Misalnya, apa yang terjadi ketika membaui bunga warna, apakah terlebih dahulu merasakan sensasi fisiologis (bau) dan kemudian persepsi psikologis (aroma menyenangkan yang berkaitan dengan bunga mawar). Kedua hal itu sebenarnya terjadi secara serempak.

  Atensi tidak terelakkan karena sebelum merespons atau menafsirkan kejadian atau rangsangan apapun, harus terlebih dahulu memperhatikan kejadian atau rangsangan tersebut. Ini berarti bahwa persepsi mensyaratkan kehadiran suatu objek untuk dipersepsi, termasuk orang lain dan juga diri sendiri.

  Tahap terpenting dalam persepsi dalam persepsi adalah interpretasi atas informasi yang diperoleh melalui salah satu atau lebih indra kita. Namun tidak dapat menginterpretasikan makna setiap objek secara langsung melainkan menginterpretasikan makna informasi yang dipercayai mewakili objek tersebut. Jadi pengetahuan yang diperoleh melalui persepsi bukan pengetahuan mengenai objek yang sebenarnya, melainkan pengetahuan mengenai bagaimana tampaknya objek tersebut (Mulyana, 2005:168).

  Dari penjelasan diatas, persepsi merupakan bagian dari keseluruhan proses yang menghasilkan tanggapan setelah rangsangan ditetapkan kepada manusia. Subproses psikologis lain adalah pengenalan, penalaran, perasaan, dan tanggapan. Secara singkat, persepsi didefinisikan sebagai cara manusia menangkap rangsangan. Kognisi adalah cara manusia memberi arti terhadap rangsangan. Penalaran adalah proses sewaktu rangsangan dihubungkan dengan rangsangan lainnya pada tingkat pembentukkan psikologis. Perasaan adalah konotasi emosional yang dihasilkan oleh rangsangan baik diri sendiri atau bersama-sama dengan rangsangan lain pada tingkat kognitif atau konseptual.

2.2.4 Objek Persepsi

  Objek adalah suatu sasaran atau target yang diteliti untuk mendapatkan jawaban dari suatu masalah. Objek yang dipersepsi sangat banyak, yaitu segala sesuatu yang ada disekitar manusia. Manusia itu sendiri dapat menjadi objek persepsi. Orang yang menjadikan dirinya sendiri sebagai objek persepsi, ini yang disebut sebagai persepsi diri (self perception). Karena banyaknya objek yang dapat dipersepsi, maka pada umumnya objek persepsi diklasifikasikan. Objek persepsi dapat dibedakan atas objek yang nonmanusia dan manusia. Objek persepsi yang berwujud manusia ini disebut person perception atau juga ada yang menyebutnya sebagai social perception, sedangkan persepsi yang berobjekan nonmanusia, hal ini sering disebut sebagai nonsocial perception atau juga disebut sebagai things perception.

  Apabila yang dipersepsi itu manusia dan yang non manusia, maka adanya kesamaan tetapi juga adanya perbedaan dalam persepsi tersebut. Persamaannya yaitu apabila manusia dipandang sebagai objek benda yang terikat pada waktu dan tempat seperti benda-benda lain. Namun perbedaannya, apabila yang dipersepsi itu manusia maka objek persepsi mempunyai aspek-aspek yang sama dengan yang mempersepsi dan hal ini tidak terdapat apabila yang dipersepsi itu nonmanusia. Pada objek persepsi manusia, manusia yang dipersepsi mempunyai kemampuan- kemampuan, perasaan, ataupun aspek-aspek lain seperti halnya pada orang yang mempersepsi. Orang yang dipersepsi akan dapat mempengaruhi pada orang yang mempersepsi, dah hal ini tidak akan dijumpai apabila persepsi itu nonmanusia. Karena itu objek persepsi, yaitu manusia yang dipersepsi, lingkungan yang melatarbelakangi objek persepsi, dan perseptor sendiri akan sangat menentukan dalam hasil persepsi (Walgito, 2002:76).

2.2.5 Kekeliruan dan Kegagalan Persepsi

  Persepsi kita sering tidak cermat. Salah satu penyebabnya adalah asumsi atau pengharapan kita. Kita mempersepsi sesuatu atau seseorang sesuai dengan pengharapan kita. Sehingga tidak jarang asumsi yang kita berikan terhadap sesuatu objek tidak sesuai dengan kejadian yang sebenarnya.

  Ada beberapa bentuk kekeliruan dan kegagalan dalam pembentukan persepsi (Mulyana, 2005:211), yakni : a.

  Kesalahan Atribusi Atribusi adalah proses internal dalam diri kita untuk memahami penyebab perilaku orang lain. Dalam usaha mengetahui orang lain, kita menggunakan beberapa sumber informasi. Misalnya, kita mengamati penampilan fisik mereka, karena faktor-faktor seperti usia, gaya pakaian, dan daya tarik dapat memberikan isyarat mengenai sifat-sifat utama mereka. Kita dapat menduga sifat-sifat pria setengah baya yang berambut gondrong dan sebelah telinganya beranting, seorang wanita yang gemar mengenakan rok mini, atau seorang eksekutif yang sering mengenakan jas dan dasi. Namun dugaan kita tidak selalu benar mengenai sifat- sifat mereka. b.

  Efek Halo Kesalahan persepsi yang disebut efek halo (halo effects) merujuk pada fakta bahwa begitu membentuk suatu kesan menyeluruh mengenai seseorang, kesan yang menyeluruh ini cenderung menimbulkan efek yang kuat atas penilaian kita akan sifat-sifat yang spesifik. Misalnya, gagasan yang dianggap biasa bahkan using bila dikemukakan oleh orang awam dianggap brilliant atau kreatif bila hal itu dikemukakan oleh tokoh nasional, sehingga cepat diliput oleh pers.

  Efek halo ini sangat berpengaruh kuat sekali pada diri dalam menilai orang-orang yang bersangkutan bila kita sangat terkesan oleh seseorang, karena kepemimpinannya atau keahliannya dalam suatu bidang, kita cenderung memperluas kesan awal kita. Kemudian kita kecewa karena ternyata setelah ia menduduki jabatan tersebut kinerjanya tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan.

  c.

  Stereotip Kesulitan komunikasi akan muncul dari penstereotipan (stereotyping), yakni menggeneralisasikan orang-orang berdasarkan sedikit informasi dan membentuk asumsi mengenai mereka berdasarkan keanggotaan mereka dalam suatu kelompok. Dengan kata lain, penstereotipan adalah proses menempatkan orang-orang dan objek-objek ke dalam kategori-kategori yang mapan, atau penilaian mengenai orang-orang atau objek-objek berdasarkan kategori-kategori yang dianggap sesuai, berdasarkan karakteristik individual mereka.

  Stereotip berasal dari buku Public Opinion Walter Lippman (1922) yang berarti pictures in our head. Larry A. Samovar dan Richard E. Porter mendefinisikan stereotip sebagai persepsi atau kepercayaan yang kita anut mengenai kelompok-kelompok atau individu-individu berdasarkan pendapat ydan sikap yang lebih dulu terbentuk. Menurut Robert A. Baron dan Paul B. Paulus, stereotip adalah kepercayaan hampir selalu salah bahwa semua anggota suatu kelompok tertentu memiliki ciri-ciri atau menunjukkan perilaku-perilaku tertentu. Ringkasnya stereotip adalah kategorisasi atas suatu kelompok secara serampangan dengan mengabaikan perbedaan-perbedaan individual. Kelompok-kelompok ini mencakup kelompok ras, keompok etnik, kaum tua, berbagai pekerjaan dan profesi atau dengan orang penampilan fisik tertentu. Contohnya, orang padang pelit, orang batak kasar, orang jawa halus pembawaan dan sebagainya.

  Menurut Baron dan Paulus, beberapa faktor tampaknya berperan terjadinya stereotip. Pertama, kita cenderung membagi dunia ini ke dalam dua kategori kita dan mereka lebih jauh, orang-orang yang kita persepsi sebagai di luar kelompok kita dipandang sebagai lebih mirip satu sama lain dari pada orang-orang dalam kelompok kita sendiri. Kedua, setereotip bersumber dari kecenderungan untuk melakukan kerja kognitif sedikit mungkin, dalam berpikir mengenai orang lain. Kita dapat mengasumsikan bahwa kita mengetahui banyak tentang sifat-sifat utama mereka dan bagaimana kecenderungan perilaku mereka. Padahal kita tidak mengenal mereka bahkan tidak pernah bertemu dengan seorang anggota pun dari kelompok itu, meskipun pernah mendapat informasi dari kenalan atau media massa. d.

  Prasangka Suatu kekeliruan persepsi terhadap orang yang berbeda adalah prasangka, suatu konsep yang sangat dekat dengan stereotip. Istilah prasangka (prejudice) berasal dari kata latin praejudicium yang berarti suatu penilaian berdasarkan keputusan dan pengalam terdahulu. Prasangka ini bermacam-macam, yang populer adalah prasangka rasial, prasangka kesukuan, prasangka gender, dan prasangka agama. Wujud prasangka yang nyata dan ekstrim adalah diskriminasi, yakni pembatasan atas peluang atau akses sekelompok orang terhadap sumber daya semata-mata karena keanggotaan mereka dalam kelompok ras, suku, gender, pekerjaan dan sebagainya.

  e.

  Gegar Budaya Menurut Kalvero Oberg, gegar budaya ditimbulkan oleh kecemasan karena hilangnya tanda-tanda yang sudah dikenal dan simbol-simbol sosial.

  Lundstedt mengatakan gegar budaya adalah suatu bentuk ketidakmampuan menyesuaikan diri yang merupakan suatu reaksi terhadap upaya sementara yang gagal untuk meyesuaikan diri dengan lingkungan dan orang-orang baru sedangkan menurut P. Harris dan R. Moran, gegar budaya adalah suatu trauma umum yang dialami seseorang dalam suatu budaya yang baru dan berbeda karena harus belajar dan mengatasi begitu banyak nilai budaya dan pengharapan baru, sementara nilai budaya dan pengharapan budaya lama tidak lagi sesuai. Meskipun gegar budaya ini dikaitkan dengan fenomena memasuki suatu budaya asing, lingkungan budaya baru yang dimaksudkan disini sebenarnya bisa juga merujuk pada agama baru, lembaga pendidikan baru, lingkungan kerja baru, atau keluarga besar baru.

  Berdasarkan penjelasan di atas maka penyebab kekeliruan dan kegagalan dari persepsi seseorang pada dasarnya disebabkan oleh kekuranglengkapan informasi mengenai objek yang dipersepsikan, sehingga menimbukan kesan-kesan inderawi yang diterimanya. Jadi, tidak dapat disangkal bahwa persepsi seseorang tidak selamanya benar terkadang bisa saja keliru atau berbeda dengan orang lain.

2.3 Komunikasi Massa

2.3.1 Definisi Komunikasi Massa

  Dalam kehidupan masyarakat informasi sangat membutuhkan media massa sebagai alat dalam mendapatkan informasi. Seiring dengan perkembangan teknologi media massa juga kian berkembang, salah satunya adalah media internet. Penyampaian pesan atau informasi kepada masyarakat luas atau massa dikenal dengan istilah komunikasi massa.

  Definisi yang paling sederhana tentang komunikasi masa dirumuskan Bittner yaitu pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. Ahli komunikasi yang lain Gerbner mendefinisikan komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang berkelanjutan serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri.

  Maletzke menghimpun banyak definisi beberapa diantaranya : 1. Komunikasi massa kita artikan setiap bentuk komunikasi yang menyampaikan pernyataan secara terbuka melalui media penyebaran teknis secara tidak langsung dan satu arah pada publik yang tersebar.

  2. Komunikasi dibedakan bahwa dari jenis komunikasi lainnya dengan suatu kenyataan bahwa komunikasi massa dialamatkan kepada sejumlah populasi dari berbagai kelompok, dan bukan hanya satu atau beberapa individu atau sebagian populasi. Komunikasi massa juga mempunyai anggapan tersirat akan adanya alat-alat khusus untuk menyampaikan komunikasi agar supaya komunikasi itu dapat mencapai pada saat yang sama semua orang yang mewakili berbagai lapisan masyarakat.

  3. Bentuk baru komunikasi dapat dibedakan dari corak-corak yang lama karena memiliki karakteristik utama sebagai diarahkan pada khalayak yang relatif besar, heterogen, dan anomin; pesan disampaikan secara terbuka, seringkali dapat mencapai kebanyakan khalayak secara serentak, bersifat sekilas; komunikator cenderung berada atau bergerak dalam organisasi yang kompleks yang melibatkan biaya besar (Rakhmat, 2007:188). Komunikasi massa juga dapat didefinisikan sebagai pengguna sebuah medium massa untuk mengirim massa untuk mengirim pesan kepada audiens yang luas dengan tujuan untuk memberi informasi, menghibur atau membujuk (Vivian, 2008:450). Komunikasi massa adalah proses komunikasi yang dilakukan melalui media massa dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas (Bungin, 2007:71).

  Berdasarkan pengertian tentang komunikasi massa yang sudah dikemukakan oleh para ahli komunikasi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa dalam penyampaian informasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak atau komunikan heterogen dan anonim sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak

2.3.2 Unsur-Unsur Komunikasi Massa

  Bagian-bagian terpenting yang membentuk dan mendukung terjadinya suatu sistem disebut unsur. Dalam melakukan proses komunikasi diperlukan unsur-unsur untuk mendukung kelancaran proses pertukaran pesan antara komunikator dan komunikan. Unsur dalam komunikasi massa tidak sesederhana unsur bentuk komunikasi yang lainnya. Proses komunikasi massa lebih kompleks karena setiap unsur memiliki karakteristik tertentu.

  Unsur-unsur penting komunikasi massa adalah : a. Komunikator

  Komunikator dalam komunikasi massa adalah : 1.

  Pihak yang mengandalkan media massa dengan teknologi telematika modern sehingga dalam menyebarkan suatu informasi, maka informasi ini dengan cepat ditangkap oleh publik.

  2. Komunikator dalam penyebaran informasi mencoba berbagi informasi, pemahaman, wawasan, dan solusi-solusi dengan jutaan massa yang tersebar di mana tanpa diketahui dengan jelas keberadaan mereka.

  3. Komunikator juga berperan sebagai sumber pemberitaan yang mewakili institusi formal yang sifatnya mencari keuntungan dari penyebaran informasi itu.

  b.

  Media massa Media massa adalah media komunikasi dan informasi yang melakukan penyebaran informasi secara missal dan dapat diakses oleh masyarakat secara massal pula.

  c.

  Informasi (pesan) massa Informasi massa adalah informasi yang diperuntukkan kepada masyarakat secara missal, bukan informasi yang hanya boleh dikonsumsi oleh pribadi.

  Dengan demikian, maka informasi massa adalah milik publik, bukan ditujukan kepada individu masing-masing.

  d.

  Gatekeeper adalah penyeleksi informasi. Sebagaimana diketahui bahwa

  Gatekeeper

  komunikasi massa dijalankan oleh beberapa orang dalam organisasi media massa dijalankan oleh beberapa orang dalam organisasi media massa, mereka inilah yang menyeleksi setiap informasi yang akan disiarkan atau tidak disiarkan. Bahkan mereka memiliki kewenangan untuk memperluas, membatasi informasi yang akan disiarkan tersebut. Seperti, wartawan, desk surat kabar, editor dan sebagainya. Bahkan penerima telepon di sebuah institusi media massa memiliki kesempatan untuk menjadi gatekeeper ini.

  e.

  Khalayak (publik) Khalayak adalah massa yang menerima informasi massa yang disebarkan oleh media massa, mereka terdiri dari publik pendengar atau pemirsa sebuah media massa. f.

  Umpan balik Umpan balik dalam media massa berbeda dengan umpan balik dalam komunikasi antarpribadi. Umpan balik dalam komunikasi massa umumnya bersifat tertunda sedangkan umpan balik tertunda dalam komunikasi massa ini telah dikoreks karena semakin majunya media teknologi, maka proses penundaan umpan balik menjadi sangat tradisional. Saat ini media massa juga telah melakukan berbagai komunikasi interaktif antara komunikator dan publik, dengan demikian maka sifat umpan balik yang tertunda ini sudah mulai ditinggalkan seirama dengan perkembangan teknologi telepon dan internet serta berbagai teknologi media yang mengikutinya (Bungin, 2007: 72).

2.3.3 Karakteristik komunikasi massa

  Komunikasi massa berbeda dengan komunikasi lainnya, seperti komunikasi antarpersona dan komunikasi kelompok. Perbedaan itu meliputi komponen-komponen yang terlibat didalamnya, juga proses berlangsung komunikasi tersebut. Namun, agar karakteristik komunikasi massa itu tampak jelas, maka peembahasannya perlu dibandingkan dengan komunikasi antarpersona.

  Karakteriksitik komunikasi massa dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Komunikator dalam komunikasi massa melembaga

  Komunikator dalam komunikasi massa itu bukan satu orang, tetapi kumpulan orang-orang. Artinya, gabungan antar berbagai macam unsur dan bekerja satu sama lain.

  b.

  Komunikan dalam komunikasi massa bersifat heterogen Komunikan terdiri dari beragam pendidikan, umur, jenis kelamin, status sosial ekonomi, punya jabatan yang beragam, punya agama atau kepercayaan yang tidak sama pula.

  c.

  Pesannya bersifat umum Pesan-pesan dalam komunikasi massa itu tidak ditujukan kepada satu orang atau satu kelompok masyarakat tertentu. Karena, pesan ditujukan dan untuk dinikmati oleh orang banyak.

  d.

  Komunikasi massa menimbulkan keserempakan Keserempakan ialah kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator , dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah. e.

  Komunikasi massa mengandalkan peralatan teknis Alat utama dalam menyampaikan pesan kepada khalayaknya sangat membutuhkan bantuan peralatan teknis. Misalnya, pemancar untuk media elektronik.

  f.

  Komunikasi massa dikontrol oleh Gatekeeper

  Gatekeeper adalah orang yang sangat berperan dalam penyebaran

  informasi melalui media massa. Gatekeeper berfungsi sebagai orang yang ikut menambah atau mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar semua informasi yang disebarkan lebih mudah dipahami (Nurudin, 2003:61).

  Dari karakteristik diatas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi masssa adalah proses penyampaian pesan dari komunikator dimana komunikator adalah sebuah lembaga atau institusi terhadap komunikan dalam jumlah yang besar (massa) dan heterogen.

2.3.4 Fungsi Komunikasi Massa

  Komunikasi massa adalah suatu proses penyampaian pesan dari komunikator atau media kepada khalayak melalui suatu alat informasi. Komunikasi massa berfungsi menyampaikan informasi baik positif atau negatif kepada masyarakat luas.

  Fungsi komunikasi massa awalnya dicetuskan oleh Harold D Lasswell pada tahun 1948. Tokoh ilmu komunikasi yang mendalami komunikasi politik ini menyebutkan, fungsi komunikasi massa secara umum adalah untuk pengawasan lingkungan hidup, pertalian dan penyebaran warisan sosial (Effendy, 2003:28). Dalam kajian komunikasi massa, ada beberapa fungsi komunikasi massa tersebut yakni : a.

  Fungsi Pengawasan Media massa merupakan sebuah medium di mana dapat digunakan untuk pengawasan terhadap aktivitas masyarakat pada umumnya. Fungsi pengawasan ini bisa berupa peringatan dan kontrol sosial maupun kegiatan persuasive. Pengawasan dan kontrol sosial dapat dilakukan untuk aktivitas preventif untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Seperti, pemberitaan bahaya narkoba bagi kehidupan manusia yang dilakukan melalui media massa dan ditujukan kepada masyarakat, maka fungsinya untuk kegiatan preventif agar masyarakat tidak terjerumus dalam pengaruh narkoba. Sedangkan fungsi persuasif sebagai upaya memberi reward dan punishment kepada masyarakat sesuai dengan apa yang dilakukannya. Media massa dapat memberikan reward kepada masyarakat yang bermanfaat dan fungsional bagi anggota masyarakat lainnya, namun sebagainya akan memberikan punishment apabila aktivitasnya tidak bermanfaat bahkan merugikan fungsi-fungsi sosial lainnya di masyarakat.

  b.

  Fungsi Sosial Learning Fungsi utama dari komunikasi massa melalui media massa adalah melakukan guiding dan pendidikan sosial kepada seluruh masyarakat.

  Media massa bertugas untuk memberikan pencerahan-pencerahan kepada masyarakat di mana komunikasi massa itu berlangsung. Komunikasi massa yang dimaksudkan agar proses pencerahan itu berlangsung efektif dan efisien dan menyebar secara bersamaan di masyarakat luas. Fungsi komunikasi massa ini merupakan sebuah andil yang dilakukan untuk menutupi kelemahan fungsi-fungsi paedagogi yang dilaksanakan melalui komunikasi tatap muka, di mana karena sifatnya, maka fungsi paedagogi hanya dapat berlangsung secara eksklusif antara individu tertentu saja.

  c.

  Fungsi Penyampaian Informasi Komunikasi massa mengandalkan media massa, memiliki fungsi utama, yaitu menjadi proses penyampaian informasi kepada masyarakat luas.

  Komunikasi massa memungkinkan informasi dari institusi public tersampaikan kepada masyarakat secara luas dalam waktu cepat sehingga fungsi informative tercapai dalam waktu cepat dalam singkat.

  d.

  Fungsi Transformasi Budaya Fungsi informatif adalah fungsi-fungsi yang bersifat statis, namun fungsi- fungsi lain yang lebih dinamis adalah fungsi transformasi budaya.

  Komunikasi massa sebagaimana sifat-sifat budaya massa, maka yang terpenting adalah komunikasi massa menjadi proses transformasi budaya yang dilakukan bersama-sama oleh semua komponen komunikasi massa, terutama yang didukung oleh media massa. Fungsi transfomasi budaya ini menjadi sangat penting dan terkait dengan fungsi-fungsi lainnya terutama fungsi social learning, akan tetapi fungsi transformasi budaya lebih kepada tugasnya yang besar sebagai bagian dari budaya global. Sebagaimana diketahui bahwa perubahan-perubahan budaya yang disebabkan karena perkembangan telematika menjadi perhatian utama semua masyarakat di dunia, karena selain dapat dimanfaatkan untuk pendidikan juga dapat dipergunakan untuk fungsi-fungsi lainnya, seperti politik, perdagangan, agama, hukum, militer, dan sebagainya. Jadi, tidak dapat dihindari bahwa komunikasi massa memainkan peran penting dalam proses ini di mana hampir semua perkembangan telematika mengikutsertakan proses-proses komunikasi massa terutama dalam proses transformasi budaya.

  e.

  Fungsi Hiburan Fungsi lain dari komunikasi adalah hiburan, bahwa seirama dengan fungsi- fungsi lain, komunikasi massa juga digunakan sebagai medium hiburan, terutama karena komunikasi massa menggunakan media massa, jadi fungsi-fungsi hiburan yang ada pada media massa juga merupakan bagian dari fungsi komunikasi massa. Tranformasi budaya yang dilakukan oleh komunikasi massa mengikutsertakan fungsi hiburan ini sebagai bagian penting dalam komunikasi massa. Hiburan tidak terlepas dari fungsi media massa itu sendiri dan juga tidak terlepas dari tujuan transformasi budaya. Dengan demikian, maka fungsi hiburan dari komunikasi massa saling mendukung fungsi-fungsi lainnya dalam proses komunikasi massa (Bungin, 2007:78). Fungsi komunikasi massa adalah memberi informasi, mendidik, mempersuasi, menghibur (Nurudin, 2003:63). Sedangkan fungsi komunikasi massa bagi masyarakat menurut Dominick (2001), terdiri dari surveillance (pengawasan), interpretation (penafsiran), linkage (keterkaitan), transmission of values (penyebaran nilai) dan entertainment (hiburan).

2.3.5 Proses Komunikasi Massa

  Komponen pada proses komunikasi antarpersona atau komunikasi kelompok mudah diketahui. Namun apabila komunikasi tersebut dilakukan media massa maka komponen maupun prosesnya tidak akan sesederhana sebagaimana pada proses bentuk komunikasi yang lainnya. Komunikasi massa merupakan proses komunikasi dengan menggunakan media massa seperti internet, televisi, radio, suratkabar, majalah. Dari uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa komunikasi massa merupakan suatu proses bagaimana komunikator menggunakan teknologi media massa secara proporsional guna menyebarluaskan pesannya melampui jarak untuk memengaruhi khalayak dalam jumlah banyak.

  Proses komunikasi massa terlihat beberapa dalam bentuk : 1. Melakukan distribusi dan penerimaan informasi dalam skala besar. Jadi proses komunikasi massa melakukan distribusi informasi kemasyarakatan dalam skala besar, sekali siaran, pemberitaan yang disebarkan dalam jumlah yang luas, dan diterima oleh massa yang besar pula.

  2. Proses komunikasi massa juga dilakukan melalui satu arah, yaitu dari komunikator ke komunikan, kalau terjadi interaktif di antara mereka, maka proses komunikasi (balik) yang disampaikan oleh komunikan ke komunikator sifatnya sangat terbatas, sehingga tetap saja didominasi oleh komunikator.

  3. Proses Komunikasi massa berlangsung secara asimetris di antara komunikator dan komunikan, menyebabkan komunikasi di antara mereka berlangsung datar dan bersifat sementara. Kalau terjadi kondisi emosional disebabkan karena pemberitaan yang sangat agitatif, maka sifatnya sementara dan tidak berlangsung lama dan tidak permanen.

  4. Proses komunikasi massa juga berlangsung impersornal (non pribadi) dan tanpa nama. Proses ini menjamin, bahwa komunikasi massa akan sulit diidentifikasi siapa penggerak dan menjadi motor dalam sebuah gerakan massa di jalan.

  5. Proses komunikasi massa juga berlangsung berdasarkan pada hubungan- hubungan kebutuhan (market) di masyarakat. Seperti, televisi dan radio melakukan penyiaran karena adanya kebutuhan masyarakat tentang pemberitaan-pemberitaan massa yang ditunggu-tunggu. Dengan demikian, maka agenda acara televisi dan radio juga sangat ditentukan oleh rating, yaitu bagaimana masyarakat menonton atau mendengar acara itu, apabila tidak ada pendengar atau pemirsanya, maka acara tersebuta akan dihentikan karena dianggap merugi dan tidak disponsori oleh pasar (Bungin, 2007:74).

2.3.6 Tujuan Komunikasi Massa

  Dalam terjadinya komunikasi pasti komunikator memiliki tujuan yang ingin disampaikan kepada komunikan setelah mendapatkan pesan. Tujuan-tujuan tersebut dapat berupa perubahan persepsi, pendapat dan sikap.

  Adapun tujuan dari komunikasi massa yakni : 1. Untuk menjelaskan pengaruh-pengaruh komunikasi massa. Pengaruh ini mungkin yang diharapkan seperti pemberitaan kepada masyarakat selama pemilihan, atau yang tidak diharapkan, seperti menyebabkan peningkatan kekerasan dalam masyarakat.

  2. Untuk menjelaskan manfaat komunikasi massa yang digunakan masyarakat. Dalam beberapa hal, melihat manfaat komunikasi massa oleh masyarakat menjadi lebih bermakna daripada melihat pengaruhnya. Pendekatan ini mengakui adanya peranan yang lebih aktif pada audiens komunikasi. Setidaknya, ada dua faktor yang digabung untuk memberikan tekanan yang lebih besar pada aktivitas audiens dan penggunaan komunikasi massa daripada pengaruhnya. Salah satu faktornya adalah bidang psikologi kognitif dan pemrosesan informasi. Faktor lain adalah perubahan teknologi komunikasi yang bergerak menuju teknologi yang semakin tidak tersentralisasi, pilihan pengguna yang lebih banyak, diversitas isi yang lebih besar, dan keterlibatan yang lebih aktif dengan isi komunikasi oleh pengguna individual.

3. Untuk menjelaskan pembelajaran dari media massa.

  4. Untuk menjelaskan peranan media massa dalam pembentukan pandangan- pandangan dan nilai-nilai masyarakat. Para politisi dan tokoh masyarakat sering memahami pentingnya peran komunikasi massa dalam pembentukan nilai-nilai dan pandangan dunia seperti, mengkritik acara- acara dan film yang didasarkan oleh spekulasi (Severin dan Tankard, 2008:13).

2.3.7 Hambatan Komunikasi Massa

  Dalam konteks komunikasi, pasti akan menemukan hambatan dalam proses penyampaian pesan sehingga mengakibatkan pesan yang diterima oleh komunikaan tidak sempurna. Efektivitas komunikasi merupakan faktor penentu untuk mengetahui seberapa besar hambatan komunikasi yang terjadi. Semakin efektif komunikasi yang berlangsung maka hambatan komunikasi semakin kecil dan begitu sebaliknya.

  Adapun hambatan-hambatan dalam komunikasi massa adalah : a. Gangguan

  Jika pembicara menyampaikan pesan dengan suara seperti menggerutu maka efektivitas pesannya akan terganggu. Ketidakjelasan ucapan dan hambatan lain dalam proses komunikasi sebelum pesan mencapai audiens dinamakan gangguan (noise). Dalam komunikasi massa, yang didasarkan pada peralatan mekanik dan elektronik yang kompleks, peluang terjadinya gangguan adalah tak terbatas karena ada banyak hal yang bisa berjalan secara keliru. Gangguan terjadi dalam bentuk : ganguan semantik, gangguan saluran, dan gangguan lingkungan.

  1. Gangguan Semantik, komunikasi massa itu sendiri dapat mengganggu kesuksesan pesannya jika disusun dengan buruk. Ini dinamakan gangguan semantik. Susunan kata yang buruk adalah salah satu contohnya. Bicara seperti orang ngedumel juga termasuk penghambat komunikasi.

  2. Gangguan Saluran, ketika sedang mendengar siaran radio AM tapi suaranya terputus-putus berarti sedang mengalami gangguan saluran

  (channel noise). Bentuk gangguan saluran lainnya adalah tinta yang blobor di halaman majalah, dan mikrofon yang tidak berbunyi saat

  penyiar membaca berita.

  3. Gangguan Lingkungan, intrusi yang terjadi di tempat penerimaan disebut gangguan lingkungan misalnya, saat membaca tiba-tiba bel pintu suara anak menjerit-jerit, yang mengganggu proses decoding yang sedang lakukan dalam membaca.

  b.

  Filter Orang-orang yang menerima pesan media massa mungkin secara tak sadar melakukan intervensi yang mengganggu kesuksesan proses komunikasi. Penyebab intervensi ini dikenal sebagai filter.

1. Filter Informasional, jika seseorang tidak memahami bahasa atau simbol yang dipakai komunikator, proses komunikasi menjadi cacat.

  Orang tidak punya informasi untuk menguraikan pesan, dan kekurangan ini dinamakan filter informasional. Filter sebagaian datang dari pihak komunikator, yang kosakatanya tidak cocok dengan kosakata yang dimiliki audiens. Tetapi kebanyakan merupakan kekurangan di pihak aundiens.

  2. Filter Fisik, ketika pikiran penerima sedang kelelahan, maka filter fisik akan mengganggu proses komunikasi massa. Orang mabuk merupakan salah satu contoh dari adanya filter fisik. Komunikasi massa tidak punya banyak control atas filter fisik ini.

  3. Filter Psikologis, jika penerima adalah pejuang hak-hak asasi binatang, maka filter psikologis kemungkinan besar akan memengaruhi penerimaannya terhadap informasi atau berita tentang riset yang menggunakan hewan. Pandangan yang berbeda bisa berpengaruh. Misalnya ada dua cewek bersahabat bersama-sama nonton film Fatal Attraction. Salah satu cewek sudah menikah dan istri setia, yang satunya selingkuh dengan pria yang sudah bersuami. Karena punya gagasan dan pengalaman hidup yang berbeda dalam hal kesetiaan perkawinan, yang merupakan tema utama film itu, maka kedua wanita itu melihat dan mendengar kata-kata yang sama tapi seperti melihat dua film yang “berbeda” (Vivian, 2008:460).

2.3.8 Hasil Komunikasi Massa

  Proses dari berlangsungnya komunikasi massa selalu menghasilkan dampak positif maupun negatif di dalam masyarakat terhadap pesan yang disampaikan. Adapun hasil dari komunikasi massa yang diperoleh adalah : a.

  Amplifikasi Teknologi media massa memberi komunikator massa semacam megafon. Ini adalah sesuatu yang tidak dimiliki komunikator jenis lain. Sumber surat, misalnya, umumnya memuat satu pesan kepada satu orang lain. Sebaliknya, penulis di majalah, punya kemampuan untuk menjangkau ribuan, atau mungkin jutaan orang melalui majalah cetaknya. Penyiar punya peralatan transmitter. Peralatan media massa membuat komunikator massa mampu untuk “memperbesar” (to amplify) pesan dengan cara yang tidak mungkin dilakukan dengan komunikasi interpersonal atau kelompok.

  b.

  Tanggapan Penerima pesan setelah memahami pesan, memberi respons. Si penerima ini menjadi pengirim, mengkodekan tanggapan dan mengirimkannya melalui medium ke pengirim pertama, yang kini menjadi tujuan baru yang mendekodekan pesan. Proses pembalikan ini disebut umpan balik atau tanggapan (feedback).

  c.

  Efek Tujuan utama dari penyampaian pesan adalah menimbulkan efek. Seorang pelawak bertujuan agar setidaknya ada penonton yang tersenyum. Seorang ahli pidato mungkin agar orang tertarik. Seorang cheerleader mungkin bertujuan membangkitkan semangat tim. Luasnya audiens komunikasi massa dapat memperkuat efek potensial pesan. Karena efek potensial ini amat besar, kita perlu memahami proses-proses yang menimbulkan efek-efek tersebut (Vivian, 2008:462).

2.3.9 Komunikasi Massa sebagai Sistem Sosial

  Kata sistem berasal dari bahasa Yunani, yaitu systema. Artinya sehimpunan dari bagian atau komponen yang saling berhubungan satu sama lain secara teratur dan merupakan suatu keseluruhan. Dalam tradisi ilmu sosial penggunaan istilah sistem lebih sering digunakan untuk merujuk pada sebuah sistem organik, yaitu sebuah sistem yang di dalamnya terdiri dari beberapa komponen yang lebih kecil yang memiliki kehidupan (animate). Istilah ini digunakan untuk membedakan penggunaan istilah yang sama pada ilmu-ilmu eksakta, di mana sebuah sistem anorganik terdiri dari beberapa komponen yang lebih kecil yang tak berjiwa (in-animate). Walaupun demikian, kedua istilah sistem itu mengarah kepada pengertian sistem sebagai sebuah himpunan kehidupan sosial yang terdiri dari komponen-komponen yang saling berhungungan satu dengan lainnya secara teratur dan sistematis serta membentuk suatu kehidupan yang menyeluruh.

  Di masyarakat, sistem digunakan untuk beberapa pengertian sebagai berikut : a.

  Sistem ditujukan sebagai gagasan atau ide yang tersusun, teorganisir dan membentuk suatu kesatuan yang sistematis dan logis, umpamanya adalah filsafat, nilai, pemerintahan, demokrasi, kekerabatan, dan sebagainya.

  b.

  Sistem yang merujuk pada pengertian sebuah kesatuan, kelompok, sebuah himpunan dari beberapa unit atau komponen yang terpisah-pisah, memiliki hubungan –hubungan khusus sehingga membentuk sebuah keseluruhan yang utuh, seperti pesawat terbang, komputer, arloji, dan sebagainya.

  c.

  Sistem ditujukan untuk menyebutkan sebuah metode, cara, teknik yang digunakan, seperti sistem belajar, sistem pelatihan, sistem bertindak, dan sebagainya Talcott Parson membagi karakter sistem sosial menjadi dua : a. Karakter himpunan, yaitu sistem terdiri dari beberapa komponen yang terdapat dalam kehidupan masyarakat keseharian.

  b.

  Karakter ekuilibrium, yaitu sistem merupakn sebuah kehidupan yang seimbang diatur oleh norma dan aturan-aturan dalam masyarakat tersebut.

  Hal-hal dapat dimanfaatkan dari teori sistem adalah ; a. Sistem sebgai suatu teori dapat digunakan untuk semua ilmu-ilmu sosial. b.

  Sistem mengandung banyak tingkatan dan dapat diaplikasikan pada aspek dunia sosial berskala besar maupun kecil, ke aspek ruang paling subjektif dan objektif.

  c.

Dokumen yang terkait

Persepsi Masyarakat Tentang Kinerja Perawat Puskesmas Sei Agul

2 41 71

Persepsi Masyarakat Terhadap Upaya Pendukung Pemenangan Komodo (P2K) Sebagai Tujuh Keajaiban Dunia Alam Baru (Studi Deskriptif Mengenai Persepsi Masyarakat Kelurahan Sei Agul Terhadap Upaya Pendukung Pemenangan Komodo (P2K) Sebagai Tujuh Keajaiban Dunia

1 94 92

Figur Surya Paloh dan Persepsi Pendukung Nasional Demokrat (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Pendukung Organisasi Massa Nasional Demokrat Terhadap Surya Paloh Sebagai Figur Sentral Dalam Bingkai Komunikasi Politik).

1 85 226

Persepsi dan Perilaku Masyarakat Bantaran Sungai Deli Terhadap Pemanfaatan Jasa Lingkungan Sungai Deli (Studi Kasus Masyarakat Kelurahan Deli Tua Barat, Kelurahan Sukaraja, Kelurahan Sei Agul dan Kelurahan Labuhan Deli – Sumatera Utara)

6 105 78

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori - Fungsi Media Massa dalam Pembentukan Opini Masyarakat (Studi Deskriptif Tentang Fungsi Media Massa dalam Pembentukan Opini Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Terhadap Pemberitaan Kebijakan Pemerint

0 0 20

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1. Pengertian Bank - Persepsi dan Tingkat Pemahaman Masyarakat Kota Medan Terhadap Produk-Produk Perbankan (Financial Inclusion)

0 1 31

BAB II GAMBARAN UMUM - Persepsi Masyarakat Desa Parbutaran Terhadap Pendidikan Formal (Studi Etnografi Mengenai Persepsi Masyarakat Terhadap Pendidikan Formal di Desa Parbutaran Kec. Bosar Maligas Kab. Simalungun)

0 1 27

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori. - Persepsi Mahasiswa Komunikasi FISIP USU Terhadap Proses Komunikasi Dalam Bimbingan Skripsi (Studi Deskriptif Kuantitatif Mengenai Persepsi Mahasiswa Komunikasi FISIP USU Terhadap Proses Komunikasi Dalam Bimbing

0 0 19

BAB II URAIAN TEORITIS 2. 1 Kerangka Teori - Persepsi Siswa Terhadap Nilai Budaya Pada Iklan Fastfood (Studi Deskriptif Kuantitatif Persepsi Siswa SMP Negeri 7 Medan Terhadap Nilai Budaya Yang Terkandung Dalam Iklan Produk KFC Pokkits)

0 0 34

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori - Fungsi Media Massa Dalam Pembentukan Opini Publik (Studi Deskriptif Tentang Fungsi Media Massa Dalam Pembentukan Opini Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Terhadap Pemberitaan Kebijakan Pemerintah T

0 0 20