BAB II GAMBARAN UMUM - Persepsi Masyarakat Desa Parbutaran Terhadap Pendidikan Formal (Studi Etnografi Mengenai Persepsi Masyarakat Terhadap Pendidikan Formal di Desa Parbutaran Kec. Bosar Maligas Kab. Simalungun)

  BAB II GAMBARAN UMUM

2.1 Sejarah Desa Parbutaran

  Menurut sejarah dahulu kala sekitar tahun 1800-an ada seorang yang bernama Mandis Purba yang berasal dari Pematang Raya ke daerah yang sekarang disebut Parbutaran. Kedatangan Tuan Mandis ke daerah tersebut dikarenakan perkelahiannya dengan saudara tirinya sehingga Tuan Mandis memutuskan untuk pergi ketempat lain untuk mencari rotan dan damar. Akhirnya sampailah beliau ke daerah yang sekarang bernama Parbutaran. Ketika Tuan Mandis masuk ke daerah tersebut beliau membuat rumah yang beratapkan bambu (atap butar).

  Lambat laun Tuan Mandis Purba pun mengajak kawan-kawannya yang bermarga Saragih, Sinaga, Sitorus dan Manurung untuk datang ke daerah tersebut dan orang-orang mulai memanggil daerah tersebut dengan Parbutaran (asal mula atap bambu = butar). Awal mula dibentuknya Parbutaran terdiri dari anak kampung Halagoi (sekarang kampung Lalang), Batu Hopit, Turunan, Marihat Tanjung (sekarang Tanjungan), Butar Lembu (sekarang Marihat Butar).

  Pada zaman dulu Parbutaran disebut kerajaan dengan Tuan Mandis sebagai rajanya. Tuan Mandis sangat suka berkawan sehingga beliau sangat senang kalau di Parbutaran banyak orang sehingga pada masa penjajahan Belanda Tuan Mandis sering mengajak orang Jawa yang bekerja dengan Belanda untuk tinggal di Parbutaran. Orang Jawa pun banyak yang melarikan diri ke Parbutaran dan Belanda tidak akan berani mengambil kembali orang yang lari ke Parbutara Karena takut pada Tuan Mandis. Barang siapa yang sudah menetap di Parbutaran maka tidak akan ada yang berani mengusiknya karena mitosnya Tuan Mandis ini mempunyai kekuatan gaib sehingga orang Belanda pun tidak berani.

  Tapi ada 1 hal yang menarik, Tuan Mandis hanya menerima orang Simalungun dan orang Jawa untuk menetap di Parbutaran karena orang Jawa dianggap sebagai orang yang patuh sehingga ada sebutan Pak enggeh untuk orang Jawa yang artinya

  “Pak iya”. Di luar kedua suku bangsa itu tidak akan diterima masuk ke

  Parbutaran. Tuan Mandis menganggap orang suku Jawa itu baik. Setiap orang yang mau memasuki Parbutaran harus melapor terlebih dahulu pada Tuan Mandis dan apabila tidak melapor atau diam-diam masuk akan diberi sangsi dan apabila tetap tidak mau pergi maka resikonya akan bertarung dengan salah seorang warga Parbutaran dan biasanya akan berakhir dengan kematian dan itu sudah terjadi sekitar 5 kali.

  Pada tahun 1920 Tuan Mandis pun meninggal dan kemudian posisinya digantikan oleh anaknya yang bernama Imbang Purba. Setelah merdeka maka Parbutaran menjadi sebuah Kelurahan dan pada masa orde baru ada peraturan yang mengatakan apabila di suatu wilayah sudah ada 400 kepala keluarga maka harus dibuat sebuah Desa sehingga jadilah Desa Parbutaran dan terpisah dari Marihat Butar.

2.2. Sistem Pemerintahan

  Parbutaran adalah salah satu Desa yang dikepalai oleh seorang Kepala desa. Dalam menjalankan tugasnya Lurah dibantu oleh perangkat- perangkat pemerintahan kelurahan dan kepal-kepala lingkungan. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat kedudukan, tugas, dan fungsi kepala keluparan dan perangkat kelurahan sebagai berikut:

KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI KEPALA DESA DAN PERANGKAT DESA A.

  Kedudukan Kepala Desa Kepala Desa berkedudukan sebagai alat pemerintah yang berada langsung di bawah Camat.

  B.

  Tugas Kepala Desa Tugas kepala Desa adalah sebagai penyelenggara dan penanggung jawab utama dibidang pemerintahan dan kemasyrakatan.

  C.

  Fungsi Kepala Desa: 1.

  Menggerakkan partisipasi masyarakat 2. Melaksanakan tugas dari pemerintah 3. Melaksanakan koordinasi terhadap jalannya pemerintahan Desa 4. Melaksanakan tugas yang menjadi tanggungjawabnya dibidang pembangunan dan kemasyarakatan

  5. Melaksanakan tugas-tugas dalam rangka pembinaan dan ketertiban D.

  Kedudukan Sekretaris Desa Sekretaris Desa berkedudukan sebagai staf yang membantu kelancaran pelaksanaan tugas Kepala Desa.

  E.

  Tugas Sekretaris Desa Sekretaris Desa adalah menyelenggarakan pembinaan pemerintahan Desa dan memberikan pelayanan staf kepada kepada Kepala Desa.

  F.

  Fungsi Sekretaris Desa 1.

  Melaksanakan urusan surat-menyurat, kearsipan dan pelaporan.

  2. Melaksanakan urusan keuangan, urusan pemerintahan, urusan pembangunan dan urusan kemasyarakatan.

  3. Melaksanakan tugas dan fungsi kepala Desa apabila kepala Desa berhalangan.

  G.

  LPM (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat) Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) adalah perubahan nama dan Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) sesuai dengan keputusan temu LKMD tingkat nasional tanggal 21 Juli 2001. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) adalah Lembaga Kemasyarakatan yang tumbuh dari, oleh, dan untuk masyarakat, merupakan wahana partisipasi dan aspirasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan yang bertumpu pada masyarakat. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) berkedudukan di Desa / Kelurahan.

  H.

  Tugas LPM 1. Menyusun rencana pembangunan yang berpartisipatif 2. Menggerakkan swadaya gotong royong masyarakat 3. Melaksanakan pengedalian pembangunan I.

  Fungsi LPM 1.

  Penanaman dan pemupukan rasa persatuan dan kesatuan masyarakat desa / kelurahan

2. Pengkoordinasian perencanaan pembangunan 3.

  Sebagai wadah partisipasi masyarakat dalam perencanaan pelaksanaan dan pengendalian pembangunan

  4. Menggali serta memanfaatkan potensi dan menggerakkan swadaya gotong royong masyarakat untuk pembangunan

  5. Sebagai media komunikasi antara masyarakat dengan pemerintah dan antar masyarakat itu sendiri

  6. Memberdayakan dan menggerakkan potensi pemuda dalam pembangunan

  7. Mendorong mendirikan dan memberdayakan peran wanita dalam mewujudkan kesejahteraan keluarga

  8. Membangun kerjasama antar lembaga yang ada di masyarakat dalam rangka meningkatkan pembangunan ekonomi kerakyatan untuk meningkatkan taraf hidup J.

  Maujana Maujana adalah tokoh masyarakat yang berkedudukan di Desa.

  Maujana adalah orang yang memang disegani dan memang mempunyai karakter yang baik.

  K.

  Maujana mempunyai tugas mengayomi warganya.

  L.

  Fungsi Maujana 1.

  Sebagai panutan yang mampu merekatkan hubungan antar sesama masyarakat di suatu wilayah atau hubungan dengan masyarakat di luar wilayah tersebut.

2. Menuangkan pikiran, tenaga dan meluangkan waktunya masyarakatnya.

  M.

  Kedudukan Gamot/ Kepala Dusun Kepala Dusun berkedudukan sebagai perangkat pembantu Kepala Desa dan unsur pelaksana penyelenggaraan Pemerintah Desa di wilayah Dusun. N.

  Tugas Gamot/ Kepala Dusun Kepala Dusun mempunyai tugas membantu Kepala Desa dalam menyelenggarakan pemerintahan ,pembangunan , kemasyarakatan diwilayah kerjanya sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.

  O.

  Fungsi Gamot/ Kepala Dusun 1. kegiatan pemerintahan, pembangunan

  Melaksanakan ,kemasyarakatan,ketentraman dan ketertiban diwilayah kerjanya.

  2. Membantu Kepala Desa dalam kegiatan penyuluhan,pembinaan dan kerukunan diwilayah kerjanya .

  3. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Desa.

  P.

  Kedudukan Kaur (Kepala Urusan) Kaur berkedudukan sebagai unsur pembantu Sekrekatis Desa dalam bidang tugasnya.

  Q.

  Tugas Kaur (Kepala Urusan) Kaur bertugas menjalankan kegiatan Sekretaris Desa dalam bidang tugasnya.

  R.

  Fungsi Kaur (Kepala Urusan) Melaksanakan kegiatan-kegiatan urusan pembangunan, kesehjateraan dan umum sesuai bidang tugasnya masing-masing.

  STRUKTUR PEMERINTAHAN NAGORI : PARBUTARAN KECAMATAN : BOSAR MALIGAS KABUPATEN : SIMALUNGUN PANGULU Waljino

  MAUJANA SEKRETARIS Suriani Samiadi Manurung LPM

  Sumarwan Saragih KAUR PEMERINTAH & KEMASYARAKATAN Siti Hazizah

  KAUR PEMBANGUNAN & PEREKONOMIAN Suzanna Damanik KAUR ADMINISTRASI &

  KEUANGAN Adelia Pratiwi Purba GAMOT HUTA I GAMOT HUTA II GAMOT HUTA III PENGKOLAN LORONG BAKTI TANJUNGAN I

  Radiman Moses Sirait Ibin Hardani Purba GAMOT HUTA IV HUTA V HUTA VI TANJUNGAN II TURUNAN AFD. V MAYANG Sarwono Harun Panjaitan Baringin Tambunan

  Sumber : Kantor Kelurahan Parbutaran (2014)

2.3. Lokasi dan Lingkungan Alam

  Desa Parbutaran berada di Kecamatan Bosar Maligas Kabupaten Simalungun dengan luas dan batas wilayah sebagai berikut:

  : Nagori Marihat Butar Sebelah utara

  • : Nagori Marihat Mayang Sebelah selatan
  • : Kecamatan Hutabayu Raja Sebelah timur
  • : Nagori Marihat Tanjung Sebelah barat
  • Desa Parbutaran dibagi menjadi 6 Huta sebagai berikut: 1.

  Huta I Pengkolan 2. Huta II Lorong Bakti 3. Huta III Tanjungan I 4. Huta IV Tanjungan II 5. Huta V Turunan 6. Huta VI AFD. V Mayang

  Orbitasi (jarak dari pusat pemerintahan desa/ kelurahan) adalah sebagai berikut: : 180 KM

  • : 20.000 KM

  Jarak dari ibukota DATI I

  • Dari Medan untuk sampai langsung ke Desa Parbutaran kita dapat menggunakan alat transportasi mini bus yaitu Bayu. Ada juga alternatif transportasi lain menuju Parbutaran yaitu mini bus KUPJ akan tetapi tidak sampai di Desa Parbutaran, sehingga kalau naik KUPJ harus ada yang

  Jarak dari ibukota Negara menjemput di Maligas yang berjarak sekitar 10 km dari Desa Parbutaran karena tidak ada angkutan umum masuk ke Parbutaran.

  Desa Parbutaran terletak di tengah-tengah Siantar dan Perdagangan sehingga untuk menuju ke Parbutaran bisa dari Siantar atau dari Perdagangan dengan lama perjalanan 5 jam. Oleh sebab itu, kita bisa naik mini bus KUPJ dan berhenti di Maligas Sebenarnya untuk sampai ke Desa Parbutaran hanya dibutuhkan waktu 4 jam akan tetapi karena kondisi jalan yang rusak sehingga perjalanan bisa 5 jam atau terkadang lebih.

  Pada tahun 1990-an ada angkutan umum menuju Siantar yang biasanya disebut Ganda yang memasuki Parbutaran dan kebetulan pemiliknya adalah orang Parbutaran, akan tetapi semakin lama masyarakat Parbutaran semakin sedikit yang naik Ganda karena mereka lebih memilih naik kendaraan motor pribadi yang dirasa lebih hemat dan lebih cepat. Sehingga pada tahun 2000- an Ganda tidak lagi jalan karena bangkrut. Itulah sebabnya di Parbutaran tidak ada angkutan umum.

  Kondisi jalan yang rusak membuat akses ke Parbutaran agak melelahkan ditambah lagi tidak adanya lampu jalan membuat suasana malam di Parbutaran sangat seram karena gelap, hanya mengandalkan lampu teras rumah warga.

  Luas daerah Parbutaran adalah 1380 Ha. Sebagian besar wilayah ini adalah untuk pemukiman warga. Penggunaan tanah lain adalah untuk perkebunan Negara, jalan dan tanah wakaf atau perkuburan. Suhu udara rata-rata di Parbutaran sekitar 20-30 derajat. Panasnya udara di Parbutaran membuat para warga lebih memilih dirumah pada siang hari. Hanya sedikit pohon-pohon rindang di Parbutaran tidak seperti dulu karena sudah banyak ditebang untuk dijadikan rumah sehingga membuat desa ini agak sedikit gersang.

2.4 Pola Pemukiman

  Pola pemukiman di Parbutaran cukup padat. Banyak rumah warga yang jaraknya hanya 1 meter dengan rumah warga lainnya bahkan ada juga yang tanpa pemisah, namun ada juga yang jarak antar rumah agak jauh.

  Bila ditinjau dari bangunan, banyak rumah warga yang tergolong semi permanen, permanen dan masih ada juga yang menggunakan papan.

  Bangunan rumah di Desa Parbutaran bisa menggambarkan tingkat ekonomi seseorang. Sekitar kurang lebih 10 tahun lalu masih ada beberapa rumah warga yang beratapkan daun rumbia sebagai atap dan anyaman bambu atau yang sering disebut gedek sebagai dinding rumahnya. Namun sekarang sebagian rumah warga bangunannya bergaya mewah dan biaya yang dikeluarkan tidaklah murah, akan tetapi bangunan semi permanen masih lebih mendominasi di Desa Parbutaran.

  Gambar 1 Rumah di Parbutaran Dokumentasi pribadi

2.5 Jumlah Penduduk

  Menurut data yang diperoleh dari kantor Kepala Desa Parbutaran jumlah penduduk Parbutaran adalah 3233 jiwa. Dari jumlah penduduk tersebut yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dari pada jenis kelamin perempuan dengan perincian penduduk laki-laki yang berjumlah 1622 jiwa, sedangkan penduduk perempuan berjumlah 1611 jiwa.

  Keseluruhan penduduk merupakan Warga Negara Indonesia. Untuk lebih jelas tentang keadaan penduduk Desa Parbutaran, dibawah ini akan dipaparkan tentang jumlah penduduk berdasarkan agama, tingkat umur, tingkat dan pendidikan.

  2.5.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama Hanya agama Islam dan Kristen yang ada di Desa Parbutaran.

  Penduduk Desa Parbutaran mayoritas memeluk agama Islam. Jumlah penganut agama Islam mencapai 3024 jiwa dari keseluruhan jumlah penduduk. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut:

  TABEL 1 PENDUDUK MENURUT AGAMA YANG DIANUT

  No. Agama Jumlah (jiwa) Persentase

  1. Islam 3024 93,54 2. 209 6,46

  Kristen Protestan Jumlah 3233 100

  Sumber : Kantor Kelurahan Parbutaran (2014)

  2.5.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Umur

  Penduduk Desa Parbutaran terbagi lagi dalam beberapa kelompok umur. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

  TABEL 2 JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN TINGKAT UMUR

  N Tingkat Umur Jumlah Persentase 1. 00-04 Tahun 286

  8.85 2. 05-09 Tahun 252

  7.79 3. 10-14 Tahun 224

  6.93

  4. 15-19 Tahun 293

  Sumber : Kantor Kelurahan Parbutaran (2014)

  3. Tamat SMA 358 12,49

  2. Tamat SMP 1521 53,05

  1. Tamat SD 939 32,75

  No. Tamatan Jumlah Persentase

  TABEL 3 JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN

  Tingkat pendidikan penduduk Desa Parbutaran tergolong rendah. Hal ini terlihat dari banyaknya penduduk yang hanya menamatkan sekolah sampai jenjang SD dan SMP . Untuk lebih jelas tentang jumlah penduduk Desa Parbutaran berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

  7.08 Jumlah 3233 100

  9.06 5. 20-24 Tahun 256

  13.24 11. 50 ke atas 229

  9.90 10. 45-49 Tahun 428

  11.04 9. 40-44 Tahun 320

  8.69 8. 35-39 Tahun 357

  9.50 7. 30-34 Tahun 281

  7.92 6. 25-29 Tahun 307

2.5.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

  4. Tamat Diploma 32 1,12

  5. Tamat Perguruan Tinggi 17 0,52 Total 2867 100

  Sumber : Kantor Kelurahan Parbutaran (2014)

  Dari tabel tersebut terlihat bahwa banyak warga Desa Parbutaran yang hanya menamatkan pendidikan sampai jenjang SD dan SMP. Setelah menamatkan SMP hanya sedikit orang yang mau melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi lagi.

2.6 Mata Pencaharian

  Sebagian besar masyarakat Desa Parbutaran bermata pencaharian sebagai petani. Mereka bertani kelapa sawit yang terletak sedikit jauh dari Desa Parbutaran bahkan ada yang menanamkan aset kelapa sawitnya sampai ke luar Provinsi misalnya saja Pekanbaru karena banyak lahan yang baru buka dan harga yang sedikit murah karena letak lahan yang agak pedalaman.

  Selain bertani masyarakat Desa Parbutaran juga bermata pencaharian sebagai PNS, karyawan perkebunan, buruh lepas, pekerja serabutan,

  32

  berdagang dan operator . Sedikitnya lapangan pekerjaan di Desa Parbutaran membuat penduduk yang berpendidikan rendah memilih pergi merantau sebagai operator ke luar kota maupun provinsi dengan alasan 32 guna memenuhi kebutuhan hidup. Biasanya para laki-laki lebih memilih

  Seseorang yang mengoperasikan alat berat untuk memotong atau memindahkan kayu- kayu besar merantau ke Pekanbaru dan para perempuan memilih bekerja sebagai pembantu dan pelayan di rumah makan di kota besar seperti Kota Medan.

2.7 Sarana dan prasarana

2.7.1 Sarana Pendidikan

  Sarana pendidikan di Desa Parbutaran belum cukup lengkap karena hanya ada TK,SD dan SMP yang letaknya tidak jauh dari pemukiman penduduk. Hanya ada 1 TK yaitu TK Albayan di Desa ini yang letaknya sama dengan SD dan Tsanawiyah. TK ini baru berdiri sekitar 5 tahun yang terdiri dari 1 kelas karena jumlah muridnya yang lumayan banyak, maka ada yang masuk pagi dan ada yang masuk siang . Biasanya anak-anak diantar jemput oleh orang tuanya menuju TK atau jika orang tuanya sibuk maka biasanya si anak akan dititipkan kepada tetangga yang kebetulan anaknya TK juga. Tak jarang orang tua menunggu si anak selama 3 jam apabila si anak menangis karena tidak mau ditinggal.

  Gambar 2 Taman Kanak Albayan Dokumentasi Pribadi

  Berbeda dengan TK pada umumnya yang memiliki banyak mainan atau pun gambar-gambar kartun yang lucu yang ditempelkan di dinding bangunannya untuk menambah daya tarik anak-anak, di TK Albayan ini bisa dilihat tidak ada mainan maupun gambar kartun lucu.

  Terdapat beberapa SD di Parbutaran ini yaitu ada 5 yang meliputi SD Negeri Afd V Mayang, SD Negeri 1, SD Negeri 2, SD Inpres dan SD Al- Wasliyah. Letak SD Negeri Afd V Mayang cukup jauh dari ke empat SD lainnya. Anak SD biasanya memilih sekolah yang dekat dengan tempat tinggal mereka sehingga mereka bisa pergi sekolah dengan berjalan kaki. Ada juga yang diantar jemput oleh orang tuanya, bahkan ada anak SD yang mengendarai sendiri sepeda motornya ke sekolah. Untuk SD terdiri dari 6 kelas.

  Gambar 3 Sekolah Dasar Alwasliyah Dokumentasi pribadi

  Gambar 4 Anak SD pulang sekolah Dokumentasi pribadi

  Gambar 5 Sekolah menengah Pertama Negeri 2 Bosar maligas Dokumentasi Pribadi

  Gambar 6 Madrasah Tsanawiyah Albayan Dokumentasi Pribadi Sekolah tingkat SMP ada 2 yaitu SMP Negeri 2 Bosar Maligas dan Madrasah Tsanawiyah Albayan yang letaknya berdekatan. Untuk tingkat SD 1 guru mengajar 1 kelas. Sedangkan untuk SMP guru mengajar sesuai dengan mata pelajaran masing-masing. Di SMP Negeri 2 Bosar Maligas sudah ada fasilitas seperti komputer walaupun ada 2 unit dan laboratorium.

  SMP Negeri 2 Bosar Maligas terdiri dari 10 kelas.

  Bukan hanya anak Desa Parbutaran saja yang bersekolah di desa ini melainkan dari desa lain juga. Untuk menuju sekolah biasanya anak-anak naik sepeda motor, dan berjalan kaki bagi murid yang rumahnya dekat dengan sekolah. Untuk lebih jelasnya tentang jumlah sarana pendidikan di Desa Parbutaran dapat dilihat pada tabel berikut ini:

  TABEL 4 SARANA PENDIDIKAN DI DESA PARBUTARAN

  No. Jenis Sekolah Jumlah

  1. TK

  1

  2. SD

  5

  3. SMP

  2 4.

  • SMA
  • 5. Perguruan Tinggi Jumlah

  8 Sumber : Kantor Kelurahan Parbutaran (2014)

2.7.2 Sarana Ibadah

  Bagi pemeluk agama di Desa Parbutaran tidak ada kendala untuk menjalankan ibadah menurut agamanya masing-masing. Di desa ini sarana ibadah tiap-tiap agama tersedia dengan lengkap. Untuk tempat beribadah penduduk yang beragama Islam terdapat 6 Mesjid serta 1 Musholla. Untuk yang beragama Kristen Protestan dan Kristen Katolik terdapat 1 Gereja.

  Mesjid sebagai sarana beribadah bagi umat Islam, mereka pergunakan terutama untuk melaksanakan ibadah sholat lima waktu. Hal yang sama juga terjadi untuk Musholla. Perbedaanya hanyalah dalam pelaksanaan sholat jumat. Musholla tidak pernah digunakan untuk melaksanakan sholat jumat.

  Pelaksanaan sholat jumat dipusatkan di mesjid-mesjid yang ada. Selain itu mesjid juga digunakan untuk melaksanakan pengajian, terutama untuk mendengarkan ceramah-ceramah tentang keagamaan. Seluruh mesjid dan musholla ini dibangun dan dikelola dengan dana swadaya masyarakat sendiri.

  Hanya terdapat 1 gereja di desa ini karena memang tidak banyaknya penduduk yang beragama Kristen di Desa Parbutaran ini. Bukan hanya penduduk Parbutaran saja yang datang untuk beribadah di gereja akan tetapi ada juga beberapa orang dari desa seberang yang juga beribadah di gereja ini.

2.7.3 Sarana Kesehatan

  Untuk sarana kesehatan terdapat 1 Puskesmas yang dikelola beberapa Bidan akan tetapi penduduk lebih memilih berobat ke tempat praktek Bidan dirumahnya dari pada ke Puskesmas yang disebabkan kurang aktifnya kegiatan di Puskesmas. Jika penyakitnya cukup parah maka Bidan akan merujuk ke RS yang ada di Siantar yang jaraknya kurang lebih 2 jam.

  Sebenarnya ada juga 1 RS di Perdagangan yang jaraknya lebih dekat yaitu kurang lebih 1 jam, akan tetapi Bidan dan masyarakat Desa Parbutaran lebih percaya pada RS yang di Siantar.

  Ada 3 Posyandu di desa ini dengan kegiatan seperti penimbangan bayi, penyuntikan imunisasi, pemberian obat dan pemberian vitamin pada balita. Posyandu biasanya berada di rumah Kepala Dusun dan hampir sebulan sekali Bidan yang bertugas datang dengan jadwal yang tidak tentu dan sebagai tanda Posyandu dimulai biasanya akan ada bedug di Mesjid/Musholla di kampung tempat Posyandu akan dilaksanakan.

  Walaupun sudah ada Bidan dan Puskesmas masih ada warga yang bersalin dengan menggunakan jasa dukun beranak. Padahal biaya yang digunakan tidak jauh beda akan tetapi sebagian masyarakat masih mempercayakan proses persalinan pada dukun beranak.

2.7.4 Sarana Transportasi dan komunikasi

  Selain mini bus tidak ada lagi angkutan umum di desa ini karena masyarakat Desa Parbutaran lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi miliknya dengan alasan lebih hemat dan cepat kecuali apabila mereka ingin ke Medan atau luar provinsi baru mereka menggunakan transportasi umum.

  Jalan di desa cukup rusak karena banyak jalan yang berlubang dan berbatu dan sangat menyusahkan warga yang hendak pergi. Hanya huta IV Tanjungan II yang jalannya disemen itu pun karena adanya PNPM Mandiri. PNPM Mandiri adalah program nasional yang berbasis pemberdayaan masyarakat. Dana PNPM diberikan secara bergilir di Desa Parbutaran ini, sedangkan huta lain menggunakan dana PNPM untuk membuat parit dan sebagainya.

  Sumber informasi yang utama di Parbutaran adalah TV yang dapat menghibur dengan segala macam acara dan berita yang ditawarkan di tengah melepas penat setelah bekerja seharian. Hampir setiap rumah warga terdapat TV. Siaran yang paling sering ditonton adalah RCTI dan MNCTV karena banyak sinetron yang digemari para orang tua dan anak-anaknya. Siaran yang menjadi favorit warga Parbutaran adalah Tukang Bubur Naik Haji, Anak-anak Manusia dan Raden Kian Santang. Alasan mereka lebih menyukai siaran tersebut karena di anggap peran yang dimainkan pemain sinetron tersebut seperti kehidupan sehari-hari, enak ditonton, lucu, dan tidak seperti sinetron yang lainnya yang bercerita tentang percintaan remaja.

  Tidak banyak warga yang suka menonton berita kalau pun itu ada hanya beberapa orang saja. Mereka malas menonton berita karena terlalu sering pemberitaan tentang pejabat yang korupsi.

  Selain TV masyarakat Parbutaran masih ada juga yang memakai radio untuk mendengarkan lagu ketika mereka sedang masak pagi ataupun sedang santai. Lagu yang sering didengarkan adalah lagu dangdut dan biasanya penikmatnya adalah orang tua. Tidak jarang orang tua dan anak mereka agak berselisih paham ketika akan memutar lagu karena si anak yang cenderung memilih aliran musik pop.

  Sumber informasi lain yang digunakan di Desa Parbutaran adalah koran. Walaupun ada pengantar koran tapi tidak banyak masyarakat Parbutaran yang berlangganan koran biasanya hanya warung makan atau warung tuak yang berlangganan koran itu pun karena pembeli yang mengusulkannya karena sambil minum tuak biasanya mereka menghabiskan waktu dengan mengobrol dan ada juga yang membaca. Biasanya mereka suka membaca berita kriminal dari pada berita tentang permasalahan di negeri ini. Tidak banyak warga yang suka membaca koran karena memang budaya membaca di desa ini sangat kurang.

  Masyarakat Desa Parbutaran juga tidak terlepas dari penggunaan HP baik orang tua maupun anak SD. Penggunaan Hp di desa ini sudah menjadi hal yang sangat biasa karena anak SD pun sudah memiliki Hp pribadi walaupun pemakaiannya tidak terlalu sering. Para anak SD biasanya menggunakan HP ketika ingin bertanya PR kepada temannya selebihnya mereka jarang memakainya. Jaringan di desa tidak terlalu bagus karena posisi tower yang agak jauh, hanya kartu tertentu yang memiliki sinyalnya cukup bagus yaitu AS dan Simpati.

2.8 Hubungan Sosial dan Organisasi Sosial Hubungan sosial penduduk di Desa Parbutaran ini cukup baik.

  Terkadang terjadi juga perselisihan antara warga yang satu dengan warga yang lainnya, akan tetapi tidak butuh waktu lama untuk kembali berdamai.

  Apabila ada pertengkaran yang sudah sangat parah yaitu sudah mengancam nyawa maka biasanya masalah itu akan di musyawarahkan dengan Kepala Desa dan Maujana, kemudian membuat perjanjian dengan menggunakan materai, sehingga suatu saat apabila ada pihak yang masih mengancam maka akan dibawa ke kantor Polisi.

  Ibu-ibu di Desa Parbutaran ini sering berkumpul dengan para tetangga yang lain sambil menghabiskan waktu luang. Biasanya kegiatan ini mereka lakukan setelah mereka selesai membereskan pekerjaan rumah yaitu disiang dan sore hari. Biasanya topic cerita adalah tentang orang lain. Bahasa yang dipakai adalah bahasa Jawa, Indonesia, dan Batak. Akan tetapi banyak orang Batak yang juga menggunakan bahasa Jawa karena lingkungan mereka memang banyak yang memakai bahasa Jawa.

  Sedangkan para bapak biasanya berkumpul di warung tuak yang ada.

  33

  34 Ada yang memesan tuak, teh,kopi, pudar , holat sambil berbincang- bincang.

33 Pudar adalah makanan yang terbuat dari daging ayam atau daging bebek yang dimasak dengan dicampur darah ayam atau bebek tersebut.

  Gambar 7

Suasana di Warung Tuak

Dokumentasi pribadi

  Dari aktifitas ibu-ibu dan bapak-bapak inilah yang terkadang tanpa mereka sadari menjadi penyebab timbulnya perselisihan. Cerita yang awalnya dianggap biasa kemudian bisa menjadi bumerang untuknya dilain waktu. Sehingga ada sebagian orang yang jarang berkumpul-kumpul karena mereka merasa nantinya akan menimbulkan dosa karena membicarakan orang lain.

  Organisasi sosial di Desa ini cukup beragam. Ada perkumpulan

  35

  marga, STM, perwiritan, partaiangan . Akan tetapi tidak semua penduduk 34 Holat adalah makanan yang terbuat dari ayam yang dibakar yang dipotong kecil-kecil 35 yang diberi santan yang sudah dibumbui.

  Perwiritan untuk orang Batak yang beragama Kristen aktif dalam organisasi sosial, biasanya warga yang tidak aktif tidak dikenakan sangsi tetapi akan jadi bahan pembicaraan orang.

2.9 Sistem Kekerabatan

  Di Desa Parbutaran ini mayoritas penduduknya adalah suku Jawa kemudian menyusul Batak Simalungun, Batak Toba, Mandailing, dan Karo.

  Untuk orang jawa biasanya sistem kekerabatannya bersifat bilineal sedangkan untuk Batak bersifat Patrilineal.

  Dalam suku Jawa sistem kekerabatannya lebih mudah. Apabila sama- sama orang Jawa mereka biasanya akan merasa sama dalam arti sama-sama orang Jawa. Lain halnya dengan suku Batak Simalungun, dalam suku Batak Simalungun ada istilah martutur (sebutan kekerabatan) yaitu cara untuk mengetahui jalur hubungan antara kita dengan pihak lain. Atau diketahui posisi saling hormat menghormati (mar sihamatan) sesama. Martutur ini sangat utama bagi masyarakat Simalungun karena dengan begitu mereka akan tahu yang mana kerabatnya. Misalnya saja seseorang yang bermarga Damanik, maka yang termasuk kerabatnya adalah yang bermarga Harahap dan Pasaribu.

  Tidak jauh berbeda dengan Batak Simalungun, di Batak Toba juga ada istilah martarombo (sebutan kekerabatan) untuk mengetahui hubungan kekerabatan mereka. Misalnya seseorang yang bermarga Butar-butar, maka yang termasuk kerabatnya adalah bermarga Sirait, Sitorus, dan Manurung.

Dokumen yang terkait

Persepsi Masyarakat Desa Parbutaran Terhadap Pendidikan Formal (Studi Etnografi Mengenai Persepsi Masyarakat Terhadap Pendidikan Formal di Desa Parbutaran Kec. Bosar Maligas Kab. Simalungun)

8 111 119

Persepsi Keluarga Pemulung Terhadap Pendidikan Formal Anak (Studi Deskriptif Terhadap Keluarga Pemulung di Daerah Pinang Baris, Medan)

14 168 105

Pengaruh Ujian Nasional Terhadap Mutu Pendidikan (Studi Eksplanatif di SMAN 1 Bandar Perdagangan Kec. Bandar Kab. Simalungun)

2 47 113

Pengaruh Tingkat Pendidikan Formal Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Kesehatan Masyarakat (Studi Kantor kelurahan Kendana Kabupaten Labuhan Batu)

15 92 101

Persepsi dan Partisipasi Masyarakat Terhadap Program Pembangunan Hutan Tanaman Rakyat (Studi Kasus di Desa Securai Selatan, Kecamatan Babalan dan Desa Bintang Maria, Kecamatan Panombean Pane, Kabupaten Simalungun)

5 61 83

Persepsi Masyarakat Terhadap Pelayanan PLN (Studi pada Desa Pasar Lumban Julu, Kec. Lumban Julu, Kab. Toba Samosir).

16 125 100

Perkawinan Semerga (Studi Etnografi Mengenai Merga Silima Masyarakat Karo di Desa Sugau, Kec. Pancur Batu, Kab. Deli Serdang)

3 72 153

Persepsi Masyarakat Tentang Pentingnya Pendidikan Formal 12 Tahun (Studi kasus kp.pejamuran, Ds.Pasilian, Kec.Kronjo, Kab.Tangerang)

2 47 111

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Persepsi Masyarakat Mengenai Filariasis di RW 03 Desa Cimanggis

0 5 157

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Sejarah, Letak, dan Kondisi Geografis - Keberadaan Pertambangan Timah Di Dairi (Studi Etnografi Mengenai Tanggapan Masyarakat Desa Sopokomil Kecamatan Silima Punggapungga Dairi)

0 0 17