GAMBARAN STATUS GIZI PADA ANAK BALITA DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) DI DESA LAMDOM KECAMATAN LUENG BATA KOTA BANDA ACEH TAHUN 2015

  GAMBARAN STATUS GIZI PADA ANAK BALITA DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) DI DESA LAMDOM KECAMATAN LUENG BATA KOTA BANDA ACEH TAHUN 2015 1 1 Muhibbullah Ali Puteh

  Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Bina Nusantara

  (email : muhib_cnd@yahoo.co.id)

  ABSTRACT

  Nutritional status is a state of the body that is the end result of the balance of nutrients that enter the body and its utilization. Nutritional status is important because it is a risk factor for the occurrence of morbidity and mortality. Acute respiratory infections (ARI) is a major health problem in Indonesia because of the high incidence of respiratory infection, especially in children under five. In developing countries, morbidity and mortality due to acute lower respiratory infection reaches 25%-50%. This research aimed to figuring out the descriptio of the nutritional status of children under five with Acute respiratory infections (ARI) at Lamdom Village in Lueng Bata sub district of Banda Aceh in 2012. This research employed descriptive explorative research design. Population is the children under five with Acute respiratory infections (ARI). This research used total sampling tecnique to collect the samples, amounting to 37 respondents who lived at Lamdom Village in Lueng Bata sub district of Banda Aceh. In collecting data, the research used mearsurement and interview technique. The instruments are portable weigh scale and gauge. Data were analyzed descriptively by determining percentage with nutritional status. The result showed that the children under five with ARI comprised of 20 famale (54.04%) and 17 male (45.95%) with good nutritional status of 25 children (67.57%), nutritional medium of10 children (27.03%), and malnutrition of 2 children (5.41%). Based on the results of the study are expected to better nutritional status of children under five in order to be maintained so as to avoid infectious diseases, especially respiratory infections, and to improve the nutritional status and malnutrition being.

  Keywords : Nutritional Status, Toddler, ARI References : 25 Books (2001-2010), 7 Material Internet, 1 Journal, 2 Thesis.

A. PENDAHULUAN

  MDGs (Millenium Development

  Goals ) merupakan sebuah program yang

  dijalankan oleh pemerintah Indonesia untuk menempatkan manusia sebagai faktor utama pembangunan yang mencakup semua komponen kegiatan yang tujuan akhirnya ialah kesejahteraan masyarakat. Program ini mencakup semua bidang sebagai wujud dari tujuan pembangunan milenium (MDGs, 2010, p.iii).

  Dalam MDGs (Millenium

  Development Goals ) mempunyai sasaran yang telah dicapai maupun akan tercapai.

  Ada beberapa sasaran yang bergerak dibidang kesehatan yang telah menunjukkan kemajuan yang signifikan salah satunya adalah prevalensi balita kekurangan gizi yang telah berkurang sehingga Indonesia diperkirakan dapat mencapai MDGs (Millenium Development

  Goals ) pada tahun 2015 (MDGs, 2010, p.5).

  Keadaan gizi masyarakat telah menunjukkan kecenderungan yang semakin membaik, hal ini didukung dengan menurunnya angka prevalensi kekurangan gizi pada anak balita atau balita dengan berat badan rendah yang sudah mencapai angka 18,4 persen hingga saat ini, namun di beberapa provinsi masih memerlukan penanganan yang lebih efektif. Pemerintah Indonesia mempunyai komitmen untuk memperbaiki status gizi terutama pada anak balita walaupun banyak faktor yang dapat menyebabkan rendahnya status gizi balita ini (MDGs, 2010, p. 29-32).

  Status gizi adalah keadaan tubuh yang merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dan utilisasinya (Sediaoetama, 2010 dalam Suparyanto,2012). Status gizi ini menjadi penting karena merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadinya kesakitan dan kematian. Status gizi yang baik pada seseorang akan berkontribusi terhadap kesehatannya dan juga terhadap kemampuan dalam proses pemulihan (FKM UI, 2008, p.275). Menurut Natoadmodjo (2007, p.229 dan 231) balita merupakan salah satu kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit.

  Menurut Yuswianto (2007) dalam Saftari (2009) Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang utama di Indonesia karena masih tingginya angka kejadian ISPA terutama pada balita. Di negara berkembang kesakitan dan kematian akibat

  ISPAbagian bawah mencapai 25% - 50%. Di sisi lain Rasmaliah (2004) menjelaskan bahwa

  ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode

  ISPA setiap tahunnya. 40 % -60 % dari kunjungan diPuskesmas adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh ISPA mencakup 20 % -30 %. Kematian yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia dan pada bayi berumur kurang dari 2 bulan. Hingga saat ini angka mortalitas ISPA yang berat masih sangat tinggi. Kematian seringkali disebabkan karena penderita datang untuk berobat dalam keadaan berat dan seringdisertai penyulit-penyulit dan kurang gizi.

  Berdasarkan Riskesdas (2010) prevalensi masalah gizi pada balita yaitu gizi buruk sebesar 4,9% dan gizi kurang 13%. Di provinsi Aceh prevalensi gizi pada balita (BB/U) yaitu gizi buruk 7,1% dan gizi kurang16,6%.

  Berdasarkan hasil penelitian mengenai Gambaran Status Gizi Pada Anak Balita Dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Di Desa Lamdom Kecamatan Lueng Bata Kota Banda Aceh terhadap 37 orang balita sebagai responden, diperoleh data sebagai berikut :

  Dari hasil wawancara dengan Bidan Desa Lamdom Kecamatan Lueng Bata diperoleh data yaitu angka kejadian penyakit Infeksi Saluran Penapasan Akut (ISPA) di Puskesmas Batoh sebesar 6855 kasus dan menduduki urutan penyakit pertama dari perhitungan 20 penyakit terbesar. Sedangkan di Desa Lamdom angka kejadian penyakit Infeksi Saluran Penapasan Akut (ISPA) yaitu sebanyak 37 balita. Lebih lanjut Bidan Desa Lamdom menjelaskan tingginya penyakit Infeksi Saluran Penapasan Akut (ISPA) dipengaruhi oleh faktor pengetahuan ibu, faktor ekonomi, serta sosial-budaya yang sudah menjadi tradisi di masyarakat aceh.

  Data demografi dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara dengan responden yang meliputi identitas balita antara lain : umur dan jenis kelamin balita. Gambaran data demografi tersebut dapat dilihat pada tabel distribusi frekuensi berikut :

  1. Data Demografi

  Pengumpulan data dilakukan dengan tehnik pengukuran dan wawancara. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah dacin dan meteran. Dacin digunakan untuk menimbang berupa dacin dengan kapasitas maksimum 25 kg dengan angka ketelitian 0,1 kg. Sedangkan meteran digunakan untuk mengukur tinggi badan dengan panjang maksimum 150 cm.

  C. HASIL PENELITIAN

B. METODE PENELITAN

  adalah seluruh anak balita yang menderita Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang tinggal di Desa Lamdom Kecamatan Lueng Bata Kota Banda Aceh yang berjumlah 37 orang balita. Tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling, yaitu pengambilan sampel dengan mengambil seluruh jumlah populasi.

  eksploratif . Populasi dalam penelitian ini

  Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

  10

  27.03 2 24 Bulan - 37 Bulan

  8

  21.62 3 > 37 Bulan - 50 Bulan

  11

  29.73 4 > 50 Bulan - 60 Bulan

  8

  21.62 Jumlah

  37 100

  a. Umur Tabel 1 Distrubusi Frekuensi RespondenBerdasarkan Umur di Desa Lamdom Kecamatan Lueng Bata Kota Banda Aceh Tahun 2015 No Umur Frekuensi Persentase 1 12 Bulan - 24 Bulan

  No Status Gizi Frekuensi Persentase

  Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa sebagian besar umur

  1 Gizi Baik

  25

  67.57

  responden berada antara usia > 37 - 50

  2 Gizi Sedang

  10

  27.03

  bulan dengan frekuensi sebanyak

  3 Gizi Kurang

  2

  5.41

  11orang (29,73%), dan frekuensi terendah berada antara usia > 24 - 27

  4 Gizi Buruk

  bulan dan > 50 - 60 bulan yang

  37 100 Jumlah

  masing-masing sebanyak 8 orang Berdasarkan tabel diatas didapatkan (masing-masing persentase 21,62%). bahwa distribusi frekuensi status gizi pada anak balita dengan Infeksi Saluran

b. Jenis Kelamin

  Pernapasan Akut (ISPA) di Desa Lamdom

  Tabel 2

  Kecamatan Lueng Bata Kota Banda Aceh

  Distribusi Frekuensi Responden

  Tahun 2015 berada pada katagori status

  Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Lamdom Kecamatan Lueng Bata Kota gizi baik yaitu 25 orang (67,57%). BandaAcehTahun 2015

  D. PEMBAHASAN No Umur Frekuensi Persentase

  Berdasarkan hasil analisis penulis

  Laki - laki

  17

  45.95

  1

  dalam pengolahan data yang gizi pada

2 Perempuan

  20

  54.05

  anak balita dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di Desa Lamdom

  37 100 Jumlah

  Kecamatan Lueng Bata Kota Banda Aceh Tahun 2015 mayoritasnya berada pada

  Berdasarkan diatas, dapat katagori status gizi baik (67,57%) diketahui bahwa sebagian besar jenis walaupun terdapat juga status gizi kurang kelamin responden adalah perempuan (5,41%). dengan frekuensi sebanyak 20 orang

  Menurut analisa peneliti balita (54,05%) sedangkan laki-laki berjumlah yang mempunyai status gizi pada 17 orang (45,95%). katagori baik dikarenakan balita yang menderita infeksi saluran pernapasan akut

2. Pengukuran Status Gizi Pada

  (ISPA) langsung mendapatkan pengobatan

  Anak Balita Berdasarkan Berat

  baik dari Puskesmas maupun Polindes

  Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)

  yang ada di desa tersebut sehingga tidak mengalami defisiensi zat gizi karena anoreksia. Anoreksia dapat mempengaruhi

  Tabel 3

  status gizi anak yang menderita penyakit

  Distribusi Frekuensi Status Gizi Pada Anak Balita Dengan Infeksi Saluran

  infeksi(Proverawati&Kusumawati,2010,p.1

  Pernapasan (ISPA) Di Desa Lamdom

  67). Gizi buruk dapat dipengaruhi oleh

  Kecamatan Lueng Bata Kota Banda

  nafsu makan, kehilangan bahan makanan

  Aceh Tahun 2015

  misalnya melalui muntah serta metabolisme makanan pada anak. Selain itu juga dapat diketahui bahwa infeksi menghambat imunologis yang normal dengan menghabiskan sumber energi tubuh (Proverawati & Kusumawati, 2010,p.61). Status gizi yang baik terjadi bila tubuh memperoleh asupan zat gizi yang cukup sehingga dapat digunakan oleh tubuh untuk pertumbuhan fisik, perkembangan otak dan kecerdasan, produktivitas kerja serta daya tahan tubuh terhadap infeksi secara optimal (Sjahmien Moehji, 2003:14). Dari uraian diatas dapat di gambarkan bahwa keadaan gizi anak balita yang menderita penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di Desa Lamdom Kota Banda Aceh Tahun 2015 mayoritasnya berada pada status gizi yang baik. Hal ini menunjukkan perbedaan dengan teori yang telah dikemukakan, penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) cenderung menyebabkan balita mengalami status gizi kurang akan tetapi pada penelitian ini balita dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) mayoritas memiliki status gizi baik. Infeksi saluran napas akut adalah infeksi yang disebabkan oleh mikro organisme yang dapat merubah keadaan pasien seperti gangguan kekebalan tubuh (Sudoyo.dkk,. 2007, p.238). Namun bila balita Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) cepat mendapatkan pertolongan anoreksia yang terjadi saat ISPA tidak berlangsung lama sehingga balita masih berada dalam status gizi baik (UNICEF, 2006, p.103).

  Pada penelitian ini juga ditemukan 2 balita (5,41%) Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dengan status gizi kurang, dari hasil wawancara orang tua mengatakan bahwa anak balita mengalami Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) berulang, kondisi ini mengganggu nafsu makan anak sehingga intake nutrisi berkurang dan terlihat anak berada pada status gizi kurang. Anak yang sering terserang ISPA akan mempengaruhi status gizi seseorang (terutama anak) karena zat-zat gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya justru digunakan untuk membantu penyembuhan penyakit (Sriwahyanti, 2012) .

  E. PENUTUP

  1. Kesimpulan

  Melalui hasil pemaparan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa, Gambaran Status Gizi Pada Anak Balita Dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di Desa Lamdom Kecamatan Lueng Bata Kota Banda Aceh Tahun 2015 yang diukur dengan penilaian antropometri berdasarkan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) mayoritasnya berada pada katagori status gizi baik (67,57%), gizi sedang (27,03%), dan gizi kurang (5,41%).

  2. Saran

  a. Orang tua balita agar mempertahankan status gizi balita yang sudah baik agar terhindar dari penyakit infeksi terutama penyakit infeksi saluran pernapasan serta meningkatkan asupan nutrisi bagi balita yang status gizinya masih kurang baik.

  b. Orang tua balita diharapkan aktif mengikuti kegiatan posyandu yang diadakan setiap bulan sehingga perkembangannya dapat diketahui dengan mudah melalui Kartu Menuju Sehat

  (KMS)

  Notoadmodjo. (2010). Metodelogi

  EGC Kamil,H. Dkk (2011). Buku Panduan

  Penyusunan Proposal dan Skripsi. Banda Aceh : Program

  Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Lusa. (2009). Konsep Dasar Ilmu Gizi. http://www.lusa.web.id/konse p- dasar-ilmu-gizi/ diakses tanggal

  02 April 2012 MDGs. (2010). Laporan Pencapaian

  Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia 2010 . Jakarta :

  Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional / Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)

  Penelitian Kesehatan. Edisi

  Kusnanto. (2004). Pengantar Profesi

  Revisi. Jakarta : Rineka Cipta . (2007).

  Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Seni.

  Jakarta : Rineka Cipta Nursalam. (2003). Konsep & penerapan

  Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian. Edisi

  Pertama. Jakarta : Salemba Medika UNICEF. (2006). Pedoman Hidup Sehat.

  Jakarta : UNICEF untuk Departemen Kesehatan Republik Indonesia Pusat Data Dan Informasi (2011).

  Profil Kesehatan Indonesia 2010. Jakarta : Kementerian

  & Praktik Keperawatan Profesional. Cetakan I. Jakarta :

  Edisi I. Yogyakarta : Penerbit ANDI Yogyakarta

  c. Bagi peneliti lain, agar dapat melanjutkan penelitian yang lebih spesifik mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi pada anak balita dengan

  UntukKedokteran dan Kesehatan Masyarakat . Jakarta:

  ISPA yang ditujukan kepada keluarga.

  Daftar pustaka

  Agnesa. (2011). Faktor Risiko Kejain

  Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Pada Balita.

  http://kesmas- unsoed.blogspot.com/2011/03/fakto r-risiko-kejadian-infeksi- saluran.html diakses pada tanggal

  1 April 2012 Budiarto, Eko. (2003). Biostatistika

  EGC. Corwin.E.J. (2001). Buku Saku

  Jakarta : Salemba Medika Irianto. (2006). Panduan Gizi Lengkap Keluarga Dan Olahragawan.

  Patofisiologi . Cetakan I. Jakarta :

  EGC Direktorat Jenderal Bina Kesehatan

  Masyarakat. (2010). Pedoman

  Pelaksanaan Surveilans Gizi Di Kabupaten/Kota. Jakarta :

  Kementerian Kesehatan R.I Ery Erza, (2009). ISPA Pada Balita. http://eredza.multiply.com/jou rnal/item/2/ISPA-PADA- BALITA diakses pada tanggal 15 Juli 2012 Gusliyana (2009). Gizi Balita. http://linabormed.multiply.co m/ journal/item/6/GIZI_BALITA diakses pada tanggal 23 Maret

  2012 Hidayat. A. (2007). Metode Penelitian

  Keperawatan Dan Teknik Analisis Data. Edisi Pertama.

  Kesehatan Indonesia

  . (2009).

  Sudoyo.dkk. (2007). Buku Ajar Ilmu

  Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

  Kedokteran EGC Supartini, (2004). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak .

  Anak. Jakarta : Penerbit Buku

  Jakarta: Papas Sinar Sinanti Soetjiningsih, (1995). Tumbuh Kembang

  29 Maret 2012 Sjahmien Moehji. (2003). Ilmu Gizi dan Penanggulangan Gizi Buruk .

  suparyanto.blogspot.com/201 2/02/konsep-dasar-status-gizi- balita.html diakses pada tanggal

  Dasar Status Gizi Balita. http://dr-

  29 Maret2002 . (2012). Konsep

  : EGC Suparyanto. (2012). Konsep Balita. http://dr- suparyanto.blogspot.com/ 2012/01/konsep-balita.html diakses pada tanggal

  Status Gizi . Cetakan I. Jakarta

  . (2008). Penilaian

  Penilaian Status Gizi . Cetakan I. Jakarta : EGC.

  IV. Cetakan kedua. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Kedokteran Universitas Indonesia Supariasa. Bakri. & Fajar. (2002).

  Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi

  Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

  Profil Kesehatan Indonesia 2008.

  Rasmaliah (2004), Infeksi Saluran

  Jakarta : Departemen Kesehatan R.I Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi.

  (2010). Profil Kesehatan

  Indonesia 2009. Jakarta :

  Kementerian Kesehatan R.I Proverawati & Kusmawati. (2010).

  Ilmu Gizi Untuk Keperawatan & Gizi Kesehatan

  . Yogyakarta : Nuha Medika

  Pernapasan Akut (ISPA) Dan Pananggulangannya.

  5 Tahun. Surakarta : Fakultas

  http://repository.usu.ac.id/bits tream/123456789/ 3775/1/fkm-rasmaliah9.pdf diakses pada tanggal 01 April 2012

  Riduwan & Akdon. (2010). Rumus

  Dan Data Dalam Analisis Statistika . Untuk Penelitian ( Administrasi Pendidikan- Bisnis-Pemerintahan-Sosial- Kebijakan-Ekonomi-Hukum- Manajemen-Kesehatan) . Cetakan

  Keempat. Bandung : Alfabeta Riskesdas (2010). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta : Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan R.I. Saftari, D. (2009). Hubungan Antara

  Faktor Usia Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Bagian Bawah Pada Anak Usia

  1 Bulan Sampai

  Sriwahyanti. (2012). Sekilas Pandang Tentang ISPA. http://sriwahyanti. wordprees.com/2012/03/31/se kilas-pandang-tentang-ispa/ diakses pada tanggal 13Oktober 2012.