JAROG DAN KOJA, KANTONG KHAS BADUY MAMPU MENINGKATKAN EKONOMI PENGRAJINNYA
JAROG DAN KOJA, KANTONG KHAS BADUY MAMPU MENINGKATKAN EKONOMI PENGRAJINNYA JAROG AND KOJA, THE TRADITIONAL POUCH OF BADUY, IN INCREASING THE CRAFTSMEN’ ECONOMY ABILITY
Yudi Putu Satriadi
Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat Jl. Cinambo No. 136 Ujungberung-Bandung e-mail: yuputsatriadi@gmail.com
Naskah Diterima: 4 Januari 2016
Naskah Direvisi:10 Februari 2016
Naskah Disetujui:19 Februari 2016
Abstrak
Penelitian mengenai jarog dan koja, kantong khas Baduy ini membahas tentang sistem ekonomi pengrajin jarog dan koja. Penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang proses produksi sampai dengan peran aspek budaya dalam pembuatan jarog dan koja. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan metode kualitatif, dengan tahapan kerja meliputi: studi pustaka, wawancara, dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pembuatan jarog dan koja seluruhnya masih menggunakan pola tradisional sesuai dengan yang diwariskan oleh para orang tua sebagai pendahulu pembuatan jarog dan koja. Bahan yang digunakan berupa kulit pohon teureup yang dikeringkan dan dipilin menjadi tali kecil untuk dijalin menjadi kantong. Terjadi perluasan fungsi jarog dan koja. Kini, jarog dan koja bukan sekadar kantong untuk membawa keperluan sehari-hari orang Baduy melainkan menjadi cinderamata yang memiliki nilai ekonomis karena dibeli oleh orang luar Baduy.
Kata kunci: jarog, koja , kantong baduy, ekonomi, pengrajin.
Abstract
Research on the Jarog and Koja, typical Baduy pouch, is about the economic system of Jarog and Koja craftsmen. This research carries out to get an overview of the production process up to the role of cultural aspects in the Jarog and Koja manufacture. It is a descriptive study with qualitative methods with the phases of work includes literature review, interviews, and observations. The results showed that the entire manufacturing process of Jarog and Koja still use the traditional pattern in accordance with ancestors’ inherit as a precursor of Koja and Jarog manufacture. The material used is dried teureup bark (Artocarpus elasticus) and twisted into small a rope and woven become bags. There is an expansion of Jarog and Koja function. Now, Jarog and Koja are not only a bag to carry groceries but also souvenir of Baduy that has economic value because it was purchased by the outer of Baduy.
Keywords: jarog, koja, baduy pouch, economic, craftsmen.
karya budaya Indonesia sebagai bentuk Salah
A. PENDAHULUAN
satu misi Kementerian kecintaan pada produk-produk dalam Pendidikan dan Kebudayaan, Dirjen negeri;
dan melestarikan, Kebudayaan
dan memanfaatkan melestarikan
Tahun
dalam mengembangkan,
dan mengembangkan warisan budaya sebagai gambaran jati diri kebudayaan dan kebahasaan melakukan
memanfaatkan untuk upaya peningkatan apresiasi pada seni dan
bangsa
serta
kesejahteraan rakyat.
22 Patan j al a Vol. 8 No. 1 Maret 2016: 21 - 36 Tampak jelas arah misi Kementerian
Sebagai sebuah warisan budaya, Pendidikan
dan Kebudayaan, yaitu kerajinan jarog dan koja masih bertahan mengarah pada pemberdayaan produk- dengan segala kekhasannya dan telah produk dalam negeri yang merupakan
menjadi salah satu aktivitas ekonomi warisan budaya. Pemberdayaan memiliki
penduduk Baduy Panamping. Hal itulah makna
menjadikan alasan dilakukan penyejahteraan
yang mengarah
pada yang
penelitian tentang jarog dan koja dikaitkan peningkatan nilai ekonomi pada produk- dengan sistem ekonomi. produk dalam negeri yang merupakan
masyarakat
melalui
mengarahkan penelitian warisan budaya. Warisan budaya Indonesia
Untuk
tersebut diperlukan kerangka berpikir yang merupakan salah satu potensi Indonesia
konsep-konsep tentang yang perlu diberdayakan. Di Indonesia
berupa
kebudayaan, wujud kebudayaan, kerajinan produk dalam negeri yang sekaligus
tradisional, dan sistem ekonomi. Konsep- merupakan warisan budaya sangat banyak
konsep tersebut diharapkan dapat menjadi jumlahnya, hampir diwakili oleh setiap
pedoman dalam melakukan analisis pada suku bangsa atau komunitas adat yang
penelitian ini.
tersebar di seluruh di Indonesia.
kebudayaan yang Salah satu komunitas adat yang dikemukakan oleh Melville J. Herkovits memiliki warisan budaya di Indonesia,
Konsep
dan Bronislaw Malinowski menyebutkan yakni di Provinsi Banten yaitu penduduk
bahwa kebudayaan adalah segala sesuatu Kanekes Panamping atau dikenal juga
yang terdapat pada masyarakat ditentukan dengan
oleh kebudayaan yang dimiliki oleh menyebutkan bahwa komunitas adat selalu
Baduy Luar.
Ade
M.K
masyarakat itu atau yang disebut dengan terkait dengan kekentalan tradisi untuk
cultural-determinism, yaitu kepastian melangsungkan tatanan kehidupan. Konsep
kebudayaan pada masyarakat tertentu. dan kriteria komunitas adat adalah: Suatu
Kebudayaan dipandang sebagai sesuatu kesatuan yang dalam melangsungkan
yang turun-temurun dari satu generasi ke interaksi sosialnya melibatkan hubungan
generasi lain, yang kemudian disebut yang intensif dengan frekuensi yang sangat
sebagai superorganik. Mengenai wujud tinggi sehingga hubungan sosialnya
kebudayaan, disebutkan memiliki empat bersifat tatap muka (face to face), kuat dan
unsur pokok, yaitu: (a) alat-alat teknologi; kokoh menjalankan tradisi; hubungan
(b) sistem ekonomi; (c) sistem keluarga; sosial berdasarkan ikatan kekeluargaan,
dan (d) sistem kekuasaan politik (Saebani, ikatan persahabatan yang erat, mengarah
2012: 162-163).
wujud kebudayaan warganya, dan motivasinya bercorak dikemukakan oleh Koentjaraningrat paling afektif; serta terdapat penyeragaman sedikit berupa tiga wujud, yaitu: kesatuan tempat tinggal, fisik rumah, dan
pada perasaan “kekitaan” bagi segenap
Konsep
1. Wujud kebudayaan sebagai suatu aturan (Intani, 2013: 69).
kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai- Warisan budaya yang mereka miliki
nilai, norma-norma, peraturan-peraturan yaitu kantong khas bernama jarog dan
dan sebagainya.
koja. Semula kantong ini mereka gunakan 2. Wujud kebudayaan sebagai suatu sendiri sebagai alat untuk menyimpan
kompleks aktivitas kelakuan berpola barang dan makanan saat pergi ke kebun
dari manusia dalam masyarakat. atau huma, atau ke tempat lain. Jarog dan
3. Wujud kebudayaan sebagai benda- koja
memiliki kelebihan yakni dapat benda hasil karya manusia (1990: 5). membawa barang atau makanan yang
Wujud pertama dari kebudayaan cukup banyak. Jalinan tali yang terdapat
sifatnya abstrak, tidak dapat diraba atau pada jarog dan koja membuatnya dapat
difoto. Wujud kedua dari kebudayaan yang berlaku elastis.
sering disebut sistem sosial, mengenai
Jarog dan Koja..... (Yudi Putu Satriadi) 23 kelakuan berpola dari manusia itu sendiri.
yang ketat. Biantoro menyebutkan bahwa Wujud ketiga dari kebudayaan disebut
benda kriya atau craft adalah benda yang kebudayaan
fisik, dan memerlukan dibuat dengan keterampilan dan ketekunan keterangan banyak, karena merupakan
tinggi, dengan menitikberatkan pada aspek seluruh total dari hasil fisik dari aktivitas
keindahan objek dan fungsi objek. perbuatan, dan karya semua manusia
Keterampilan yang diterapkan pada objek dalam masyarakat, maka sifatnya paling
merupakan hasil dari konkret
atau
karya
dan berupa benda-benda pengulangan secara terus menerus bahkan (Koentjaraningrat, 1990: 5).
sampai diturunkan kepada generasi Pendekatan kebudayaan yang dinilai setelahnya. Keterampilan dalam membuat memiliki relevansi dengan penelitian
objek kriya dapat diturunkan karena mengenai sistem ekonomi pengrajian jarog
sebuah objek kriya memiliki keajegan pada dan koja adalah pendekatan fungsional.
setiap proses pembuatan maupun hasil Ade M. K. berpendapat bahwa pendekatan
A. Darminto fungsional adalah pendekatan yang melihat
akhir
menyebutkan seni kriya tiada lain adalah kebudayaan sebagai benda-benda hasil
terapan. Penciptaannya karya manusia, alat-alat, benda-benda atau
karya
seni
dilakukan dengan kesadaran, dengan ide dan simbol. Dalam konteks ini,
pada keindahan, kebudayaan adalah proses dinamis dan
menitikberatkan
dikerjakan oleh perorangan secara telaten produk yang dihasilkan dari diri manusia
untuk dipakai atau dipergunakan dalam dan
lingkungannya untuk mencapai kehidupan sehari-hari (1987: 1). pemenuhan hidup dan keselarasan sosial di
menghasilkan sesuatu, dalam masyarakat (Andayani, 2013: 7).
Dalam
manusia tidak lepas dari penggunaan alat Pendekatan
fungsional pun dan cara yang disebut dengan teknologi. dikemukakan oleh Malinowski bahwa
Cateora menyebutkan bahwa teknologi fungsi
cara-cara atau teknik kebutuhan (needs), karena fungsi menjadi
diwajibkan untuk
memenuhi menyangkut
memproduksi, memakai serta memelihara sesuatu yang melayani kehidupan dan
peralatan dan perlengkapan. kelanjutan hidup (Rusnandar, 2015: 85).
segala
Masyarakat kecil yang berpindah-pindah Kerajinan
tradisional adalah atau masyarakat pedesaan yang hidup dari kerajinan atau hasil karya yang cara
pertanian paling sedikit mengenal delapan pengerjaannya dilakukan oleh seseorang
macam teknologi tradsional, yaitu: (a) alat- atau satu kelompok masyarakat melaui
alat produksi; (b) senjata; (c) wadah; (d) keterampilan tangan, dengan pewarisan
alat-alat menyalakan api; (e) makanan; (f) keterampilan disampaikan secara turun- pakaian; (g) tempat berlindung dan temurun dan diterima oleh umum. Dalam
perumahan; dan (h) alat-alat transportasi Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
(Saebani, 2012: 174-175). disebutkan bahwa kerajinan adalah barang
Kerajinan tradisional seperti jarog yang dihasilkan melalui keterampilan
dan koja, sekalipun masih bertahan di tangan (2013: 1134). Dari berbagai
zaman modern ini, teknologi yang penggunaan kata “tradisional” ketika
masih berupa teknologi digunakan
digunakan
dalam berbagai konteks, tradisional. Menurut Ahimsa-Putra, kata “tradisional” dapat berarti (a) diwarisi; (b)
tradisional dalam teknologi tradisional lama; (c) dari masa lampau; (d) dari nenek
maknanya dengan makna moyang; (e) sederhana; (f) tidak formal
sama
“tradisional” dalam “kesenian tradisional”. (Ahimsa-Putra, 2007: 11).
Teknologi tradisional biasanya juga Hampir semua kerajinan tradisional diartikan sebagai “teknologi lama” dari diklasifikasikan
kriya. suatu masyarakat, “teknologi dari para Penentuan satu benda menjadi satu seni
sebagai
seni
nenek moyang”. Oleh karena jenis kriya harus memenuhi beberapa kriteria
teknologi seperti ini umumnya belum
24 Patan j al a Vol. 8 No. 1 Maret 2016: 21 - 36 kompleks, maka “teknologi tradisional”
seperti asal-usul jarog dan koja, bahan juga sering dikatakan senagai “teknologi
pembuat jarog dan koja, pola produksi, sederhana”. Istilah ini sebenarnya kurang
pola distribusi, dan pola konsumsi para tepat, karena teknologi lama ada juga yang
pembuat jarog dan koja; serta aspek-aspek sudah kompleks, dan “kompleksitas” itu
budaya yang menyertai ketiga aktivitas sendiri bersifat relatif, namun dalam
tersebut. Ruang lingkup wilayah dibatasi di wacana sehari-hari penyamaan tersebut
wilayah Kanekes Panamping. sering kita temukan (2007: 11). Berbeda dengan teknologi modern, Ahimsa-Putra
B. METODE PENELITIAN menyebutkan bahwa modern berarti masa
Penelitian tentang sistem ekonomi kini, kontemporer. Sesuatu yang modern
pengrajin jarog dan koja di Kanekes diartikan sesuai dengan masa kini atau
Panamping merupakan jenis penelitian berasal dari masa kini (Intani, 2013: 187).
kualitatif. Metode penelitian kualitatif Kaitannya
dengan pertahanan adalah metode penelitian yang digunakan ekonomi pengrajin jarog dan koja, perlu
untuk meneliti pada kondisi objek yang diuraikan pula tentang konsep sistem
(sebagai lawannya adalah ekonomi. R.Firth mendefinisikan sistem
alamiah
eksperimen). Bahwa peneliti adalah ekonomi atau sistem mata pencaharian
instrumen kunci, teknik sebagai seluruh perilaku manusia dalam
sebagai
pengumpulan data secara triangulasi organisasi dan pranata yang mengatur
(gabungan). Analisis data bersifat induktif, penggunaan sumber-sumber yang terbatas
dan hasil penelitian kualitatif lebih untuk memenuhi kebutuhan dalam suatu
menekankan makna daripada generalisasi masyarakat tertentu (Koentjaraningrat, (Saebani, 2012: 73). 1990: 175). Sistem ekonomi adalah satu
bersifat deskriptif. aturan atau tata cara untuk mengatur
Penelitian
Menurut Sutrisno Hadi, pada taraf perilaku masyarakat dalam melakukan
deskriptif, peneliti hanya melukiskan kegiatan ekonomi untuk meraih satu
keadaan objek atau peristiwanya tanpa tujuan 1. M.J. Herskovits menyebutkan mengambil kesimpulan yang berlaku bahwa
sistem ekonomi atau mata secara umum (Saebani, 2012: 66). Teknik pencaharian hidup tidak semata-mata
pengumpulan informasi dilakukan dengan ditinjau dari segi teknologinya melainkan
wawancara mendalam terhadap tokoh dari pola-pola aktivitas dan interaksi yang
masyarakat lokal dan para pengrajin menguasai proses produksi, distribusi, dan
(Rusnandar 2015: 99). Metode pengamatan konsumsi (Harsojo, 1982: 235).
juga tepat digunakan untuk sasaran Permasalahan dalam penelitian ini penelitian mengenai perilaku/tindakan dan adalah (1) Bagaimana pola produksi, pola
benda (Kasnodihardjo, 1992: 18). distribusi, dan pola konsumsi pengrajin
Tinjuan pustaka dilakukan untuk jarog dan koja di Kanekes Panamping, menunjukkan adanya perbedaan antara Banten; (2) Aspek budaya apa yang
tulisan ini dengan tulisan lain yang juga menyertai
aktivitas-aktivitas tersebut. membahas tentang sistem ekonomi. Adapun tujuan penelitian adalah (1) untuk
Dengan demikian melalui tinjauan pustaka mengetahui tentang pola produksi, pola
dapat menunjukkan kelayakan mengapa distribusi, dan pola konsumsi para pembuat
tulisan ini diangkat. Salah satu yang jarog dan koja; dan (2) untuk mengetahui ditinjau adalah tulisan tentang “Sistem aspek budaya yang menyertai ketiga
Ekonomi Pengrajin Kelom Geulis di aktivitas tersebut.
Gobras, Kota Tasikmalaya, Provinsi Jawa Ruang lingkup penelitian meliputi Barat” oleh Ria Andayani Somantri, yang ruang lingkup materi dan wilayah. Ruang
juga menjadi referensi untuk penelitian ini. lingkup materi dibatasi pada berbagai
Tulisan tersebut menyampaikan aspek yang melatarbelakangi penelitian,
beberapa hal, yakni bahwa gagasan kelom
Jarog dan Koja..... (Yudi Putu Satriadi) 25 geulis muncul di Tasikmalaya sekitar
C. HASIL DAN BAHASAN
tahun 1950-an atas inisiatif seorang buruh Masyarakat Urang Tangtu/Urang sandal yang bekerja di Bandung. Bahan
Kajeroan yang disebut oleh masyarakat utama kelom geulis yaitu beberapa jenis
luar sebagai Baduy Dalam dan Urang kayu tertentu yang sudah tua. Kini jenis- Panamping yang disebut oleh orang luar jenis kayu tua sudah jarang didapat.
sebagai Baduy Luar menempati wilayah Kebanyakan pohon kayu ditebang selagi
Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar muda untuk kebutuhan bangunan. Lain
Kabupaten Lebak Provinsi Banten. Urang halnya dengan jarog dan koja. Bahan
Tangtu, menempati tiga kampung yakni 1) utama jarog dan koja adalah kulit pohon
Kampung Cikeusik, 2) Kampung Cibeo, teureup yang tersedia di lingkungan sekitar dan 3) Kampung Cikertawana. Urang mereka.
Panamping, menempati wilayah-wilayah Tahapan panjang yang dilakukan di luar ketiga kampung tersebut. dalam pembuatan kelom geulis mulai dari
Kedua kelompok masyarakat Baduy kayu gelondongan hingga menjadi kelom
tersebut memiliki peran dan fungsi yang geulis menyebabkan ketidakseimbangan berbeda. Termasuk dalam tugas hidup antara penghasilan dari hasil penjualan
yang terimplikasi pada pola perilaku dengan waktu yang diperlukan dalam
anggota kelompoknya. Masyarakat Urang pembuatan satu kelom geulis. Kondisi ini
Tangtu dikatakan sebagai orang yang menyebabkan kaum muda jarang meminati
diberi tugas untuk bertapa, tentu memiliki bidang pengerjaan kelom geulis. Hal ini
sifat tersendiri sesuai dengan tugas yang pula yang menyebabkan keberadaan
kehidupan mereka kelom geulis tidak sebanyak masa lalu.
diberikan.
Tata
sepenuhnya bertumpu pada filosofis tetap Hingga saat ini jarog dan koja pada peninggalan para leluhur yang telah keberadaannya masih dapat disaksikan
teruji dan mendarah daging. Lain halnya pada masyarakat Kanekes, terutama dengan
Panamping, mereka Kanekes Panamping. Kehadiran jarog dan
Urang
ditugaskan oleh adat untuk menjaga orang koja hingga saat ini tidak lepas dari fungsi yang sedang bertapa (Urang Tangtu). Tata jarog dan koja yang erat dalam kehidupan kehidupan mereka sedikit berbeda dengan mereka. Mengingat kekuatan fungsi dari
Urang Tangtu. Ikatan adat mereka lebih jarog dan koja dalam kehidupan mereka, longgar dibandingkan dengan Urang maka setiap anggota keluarga diharuskan
Tangtu.
mampu membuat jarog dan koja. Kini, Tugas Urang Panamping tersebut jarog dan koja bukan hanya kebutuhan berpengaruh
pada berbagai aspek keluarga sebagai alat untuk membawa
kehidupannya, terutama dalam aspek makanan dan
peralatan ke huma , perilaku serta sistem sosialnya. Mereka melainkan memiliki nilai jual kepada
lebih terbuka dibandingkan dengan Urang orang di luar Kanekes Panamping yang
Tangtu. Sikap ini terbentuk karena mereka mereka beli sebagai cenderamata.
berhadapan langsung dengan faktor-faktor Tampak bahwa penelitian ini yang datang dari luar setiap saat. Faktor- berbeda dengan tulisan Andayani, yang
faktor tersebut antara lain, semakin ditunjukkan secara jelas pada fungsi kriya
pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan bagi masyarakat pendukungnya masing- dan teknologi. masing. Persoalan fungsi ini memiliki
Tangtu lebih sering keterkaitan yang erat dengan gagasan awal,
Urang
membawa peralatan atau barang lainnya dengan pengadaan bahan, dan dengan
dengan menggunakan kain segi empat keberlangsungan kriya itu sendiri. Dengan
(iket) yang diikatkan ujung-ujungnya demikian baik itu sistem produksi, hingga menjadi kantong yang disandang. distribusi, maupun konsumsinya akan
Berbeda dengan Urang Tangtu, Urang sangat berbeda.
Panamping kerapkali menggunakan jarog
26 Patan j al a Vol. 8 No. 1 Maret 2016: 21 - 36 atau koja sebagai alat untuk membawa
Kelebihan uang yang diperoleh dari barang atau peralatan, baik ke huma atau
hasil penjualan jarog dan koja tidak ke tempat lain bahkan dapat juga
mereka gunakan untuk digunakan sebagai tempat membawa ikan
mungkin
membangun rumah dengan bahan dan kala mereka mengambil ikan di sungai.
bentuk yang berbeda dengan rumah Pemberdayaan jarog dan koja serta lainnya, atau digunakan untuk membeli cinderamata lainnya khas Baduy dari
pakaian dan perhiasan yang berbeda kebutuhan
alat sehari-hari menjadi dengan pakaian dan perhiasan penduduk cinderamata telah mampu mengangkat
pada umumnya. Hal tersebut merupakan perekonomian
dalam kehidupan khususnya pengrajin jarog dan koja,
masyarakat
Baduy, yang
ditabukan
masyarakat Baduy.
kebanyakan orang Baduy Panamping. Gambaran kemampuan ekonomis para
1 . Asal-usul Jarog dan Koja
pengrajin tersebut dilihat dari jumlah Menurut Suhada, kerajinan tangan kepemilikan leuit beserta isinya. Uang
yang dibuat oleh Urang Panamping adalah yang diperoleh dari hasil penjualan
jarog dan koja, menenun kain untuk cinderamata tersebut, berupa keuntungan
(celana Urang Tangtu ), bersih karena tidak dipotong modal kerja
samping
selendang, kain sarung khas Baduy, tempat dan bahan baku. Uang tersebut dapat
air dari buah kukuk yang dikeringkan, serta digunakan untuk berbagai keperluan yang
peralatan pertanian seperti parang, golok, tidak bertentangan dengan ketentuan adat,
pisau, kored, dan yang lainnya. Hasil di antaranya untuk menyewa huma.
kerajinan tangan tersebut mereka jual di Dengan panambahan luas huma yang
pasar terdekat atau dijajakan di depan digarap akan memperoleh hasil padi yang
rumah pada saat wisatawan berkunjung, lebih
dengan harga yang bervariasi (2003: 25). menanam padi di huma miliknya. Selain
banyak dibandingkan
hanya
Bahkan dari cara menjalin bahan kulit untuk menyewa huma, uang tersebut dapat
pohon teureup, muncul modifikasi digunakan untuk membeli beras untuk
kerajinan lain, seperti tempat botol air memenuhi kebutuhan makan sehari-hari,
mineral, dompet telepon genggam, dan sehingga padi di leuit tidak cepat habis
hiasan lainnya.
bahkan diusahakan tetap bertahan dalam Tas atau kantong khas Baduy yang jumlah tetap. Tidak mengherankan, saking
dibuat dengan cara dijalin ada dua macam, hematnya seorang pemilik leuit, memiliki
yakni jarog dan koja . Hal yang padi yang berusia puluhan tahun. Kapasitas
membedakan kedua barang tersebut adalah leuit yang terbatas akibat padi yang bentuk talinya. Tali untuk menyandang tersimpan tidak pernah berkurang karena
pada koja hanya satu sedangkan tali tidak digunakan, dapat memaksa seorang
penyandang pada jarog berjumlah dua. penduduk Baduy
Panamping, yakni Dengan jumlah tali yang berbeda, kekuatan pengrajin jarog dan koja
untuk saat disandang antara kedua tas tersebut mendirikan leuit baru. Penambahan jumlah
berbeda. Jarog memiliki kekuatan lebih leuit yang dimiliki penduduk tersebut serta kuat dibanding koja saat disandang. penuhnya terisi padi tiap-tiap leuit Penampang atau ruangnya pun dibuat lebih mencerminkan jumlah kekayaan yang
besar daripada koja. Oleh sebab itu, jarog dimiliki seseorang. Kelak, ketika pemilik
dapat digunakan untuk membawa barang leuit meninggal dapat mewariskan leuit yang banyak dan berat. yang terisi penuh oleh padi kepada anak-
Barang-barang hasil kerajinan anaknya sebanyak mungkin. Cara-cara
tangan tersebut mereka kenal, mereka mewariskan leuit beserta isinya merupakan
miliki dan mereka pakai dalam kehidupan cita-cita para orang tua dalam menjamin
sehari-hari sesuai dengan peruntukannya. kesejahteraan anak-anak mereka.
Namun mereka, tidak tahu tentang asal-
Jarog dan Koja..... (Yudi Putu Satriadi) 27 usul atau riwayat keberadaan barang-
2 . Pola Produksi
barang tersebut, selain cara perolehannya.
a. Tenaga Kerja
Mereka hanya mengetahui bahwa jarog Berbicara pola produksi tidak dapat dan koja sudah ada sejak dulu. Sejak
aspek-aspek yang mereka kecil sudah melihat jarog dan koja
dilepaskan
dari
menentukan munculnya satu barang. yang dipakai oleh orang-orang di Baduy
Aspek-aspek tersebut adalah tenaga kerja, Panamping.
peralatan dan bahan baku, serta proses Jika melihat bahan yang digunakan,
pengerjaan barang tersebut. proses pengadaan bahan baku, dan waktu
Dalam menghasilkan jarog atau pembuatannya, dapat diperkirakan bahwa
koja , tenaga kerja atau pembuatnya adalah jarog dan koja sudah ada sejak orang penduduk Baduy Panamping yang berada Baduy ada, khususnya orang Baduy
di Kanekes. Tidak diketahui pasti Baduy Panamping. Bahan yang dipergunakan
Tangtu membuat jarog atau koja tersebut. untuk membuat jarog dan koja berupa kulit
Penduduk Baduy Tangtu kelihatannya pohon teureup. Pohon teureup merupakan
lebih meminati membawa barang-barang pohon yang tumbuh liar dan banyak
dengan menggunakan iket atau kain segi terdapat di sekitar hutan tempat tinggal
empat lainnya yang diikatkan ujung- mereka. Proses pengadaan bahan baku
ujungnya daripada menggunakan jarog dengan cara dikeringkan menggunakan
atau koja.
sinar matahari lalu disuwir (disobek-sobek Tenaga kerja yang terlibat dalam menjadi bagian kecil) dan selanjutnya
pembuatan jarog dan koja biasanya satu dipilin menjadi tali-tali kecil. Kebiasaan
keluarga dengan melibatkan anggota atau keterampilan memilin merupakan
keluarga inti. Dari anggota keluarga yang keterampilan yang sudah dikuasai oleh
terlibat, biasanya hanya satu atau dua orang-orang dahulu, sama halnya seperti
memiliki keterampilan memilin rokok yang terbuat dari daun enau
orang
yang
membuat jarog dan koja, anggota yang kering.
lainnya jika bisa pun tidak terampil. Dikaitkan dengan waktu pembuatan Keterampilan membuat jarog dan koja jarog dan koja, Dinas Inkosbudpar Lebak yang tidak merata di seluruh anggota menuliskan bahwa pembuatan jarog dan
disebabkan penurunan koja dibuat sambil menunggu datangnya keterampilan kepada anak-anaknya tidak waktu panen (biasanya 6 bulan), selain
keluarga
berdasarkan paksaan. Anak-anak yang menenun dari hasil panenan kapas yang
meminati membuat jarog atau koja akan ditanam sendiri dengan warna hitam, biru
diajari secara sungguh-sungguh oleh orang tua dan putih untuk bahan baju dan untuk
tuanya. Hasilnya, tentu saja akan memiliki kain sarung (2004: 42). Artinya jarog dan
keterampilan yang lebih dibandingkan koja sudah dibuat oleh penduduk Baduy dengan anak-anak yang tidak meminati. bersamaan
Dalam satu proses pembuatan jarog menanam padi di huma.
dan koja hampir dipastikan seluruh Mereka memperkirakan keberadaan anggota
keluarga terlibat dengan jarog dan koja tersebut karena dorongan pembagian kerja yang berbeda-beda. Tiap- kebutuhan orang-orang, khususnya Baduy
tiap bidang pekerjaan yang dipegang oleh Panamping
bekal setiap anggota keluarga memerlukan makanan atau peralatan saat mereka
dalam
membawa
pengetahuan dan keterampilan khusus. bepergian atau pergi ke huma. Para
Bapak atau anak laki-laki yang sudah penduduk dan bahkan pengrajin jarog dan
dewasa biasanya bertugas mengumpulkan koja pun tidak pernah menanyakan kulit pohon teureup. Pekerjaan mengambil mengenai asal-usul jarog dan koja baik
kulit pohon teureup dikerjakan oleh laki- kepada orang tua mereka atau kepada kolot
laki dewasa. Sebabnya, jarak antara yang lain.
pemukiman
dengan hutan tempat
28 Patan j al a Vol. 8 No. 1 Maret 2016: 21 - 36 tumbuhnya pohon teureup yang relatif jauh
Pekerja yang menyobek kulit pohon hanya bisa ditempuh oleh laki-laki dewasa.
teureup dari lembaran yang panjang Gangguan dan bahaya binatang buas serta
menjadi bagian-bagian lebih kecil dapat binatang lainnya yang ada dalam hutan
dilakukan oleh seluruh anggota keluarga. kerapkali mengancam pengambil kulit
Tetapi untuk menghasilkan sobekan yang pohon teureup. Laki-laki dewasa dianggap
tidak terlalu kecil atau terlalu pendek akan mampu menanggulangi semua gangguan
dilakukan oleh anggota keluarga yang dan ancaman dari binatang ini.
mengerti ukuran sobekan yang bagus. Jika Pekerjaan mengambil kulit pohon ukuran sobekan terlalu kecil dan pendek teureup memerlukan pengetahuan khusus
atau terlalu besar dan panjang akan dalam menentukan usia satu pohon teureup
menyulitkan dalam memilin kulit pohon yang sudah cukup untuk diambil kulitnya.
teureup menjadi tali. Jika terdapat anak- Rata-rata pohon teureup yang cukup umur
anak yang masih kecil ikut serta dalam untuk diambil kulitnya kali pertama
menyobek kulit pohon, maka akan berusia kira-kira satu setengah tahun.
dibimbing tentang cara menyobek yang Begitu juga untuk pengambilan kulit
benar oleh kakak-kakaknya atau orang pohon
teureup selanjutnya.
Untuk tuanya.
mengajarkan cara-cara mengambil kulit Pekerja yang ngarara (memilin) pohon teureup, seorang bapak atau kakak
sobekan kulit pohon teureup harus laki-laki dewasa sesekali mengajak pula
memiliki keterampilan dalam memilin. anak atau adik laki-lakinya untuk ikut serta
Tali yang dihasilkan dari memilin harus mengambil kulit pohon teureup.
rata besar bulatannya, tersambung kuat, Pohon teureup yang sudah diambil, serta terselesaikan secara cepat. Hanya begitu sampai di rumah, apabila sinar
orang-orang yang sudah terbiasa yang matahari cukup terik, maka akan langsung
dapat dengan cepat dan benar mengerjakan dijemur. Dengan cara seperti itu kulit
pekerjaan ini. Biasanya yang dapat pohon teureup akan cepat mengering dan
mengerjakan pekerjaan ini secara benar dapat diproses ke tahapan selanjutnya.
dan cepat adalah bapak, ibunya atau anak- Tugas untuk mengangkat kulit anak
sudah dewasa. Untuk pohon teureup yang dijemur dapat menghasilkan tali kulit yang rata besarnya dilakukan oleh anggota keluarga yang lain,
yang
maka diperlukan tekanan ibu jari pada kulit tidak terbatas oleh usia dan jenis kelamin.
pohon yang dipilin. Hasil pekerjaan anak- Pekerjaan mengangkat kulit pohon teureup
anak dalam memilin, biasanya besaran yang dijemur cukup mudah dan tidak
talinya kurang merata serta sambungannya mengandung resiko apapun. Caranya
tidak kuat, dan kurang cepat dalam tinggal diangkat untuk disimpan di dalam
penyelesaian. Pekerja yang memilin akan rumah, dan siap untuk dijemur kembali
langsung menggulung tali hasil pilinan esok harinya apabila masih belum kering.
manakala hasilnya sudah panjang. Apabila sudah kering dan tidak akan
Pekerja yang membuat jarog dan dijemur lagi, maka kulit pohon teureup
koja biasanya merupakan orang yang tersebut digulung memanjang dan diikat
punya ketekunan dalam mengerjakan agar tidak berantakan. Mungkin pekerjaan
sesuatu. Penduduk Baduy Panamping yang ini tidak dapat dilakukan oleh anak-anak
dinilai dapat membuat jarog dan koja yang yang masih kecil. Tugas mengikat ini
bagus biasanya kaum ibu. Rata-rata biasanya dilakukan oleh anak-anak yang
Baduy Panamping dapat sudah besar, ibunya, atau bapaknya. Tugas
penduduk
membuat jarog dan koja, hanya ada yang mengangkat dan menggulung ini lebih
biasa mengerjakan dan tidak biasa. Hasil diutamakan kepada anggota keluarga yang
yang diperoleh antara orang yang terbiasa pada saat itu sedang senggang.
membuat dengan yang tidak, tentu saja akan berbeda. Buatan orang yang tidak
Jarog dan Koja..... (Yudi Putu Satriadi) 29 terbiasa membuat jarog dan koja hasilnya
tiang-tiang ini, karena tiang-tiang atau tidak terlalu bagus. Oleh sebab itu, hasil
kusen pintu rumah dinilai kuat untuk buatannya digunakan untuk keperluan
menahan bentangan tali kulit pohon sendiri.
Bagi orang yang terbiasa teureup pada saat memilin atau membuat membuat, dia akan membuat sebanyak- jarog dan koja. Selain itu, pada tiang banyaknya. Hasilnya untuk dijual kepada
bagian serambi serta tiang pada kusen orang yang membutuhkan, baik penduduk
pintu merupakan tempat yang paling Baduy sendiri atau para tamu yang
terang terkena sinar matahari. Pekerjaan- berkunjung ke daerah Baduy.
pekerjaan
memilin dan menjalin memerlukan penerangan sinar matahari
yang cukup agar tidak terjadi kesalahan, Pembuatan jarog dan koja masih terutama pada saat menjalin. Tempat yang menggunakan
b. Peralatan dan Bahan Baku
teknologi tradisional. cukup terang adalah bagian luar rumah Peralatan yang digunakan berasal dari
atau bagian yang menghadap ke arah luar. bahan bambu yang didapat dengan dibuat
Bagian dalam rumah di Baduy pada sendiri. Cara penggunaan alat tidak rumit,
umumnya agak gelap sekalipun pada siang sehingga setiap orang dalam waktu singkat
hari karena tidak menggunakan alat dapat menguasai penggunaan alat tersebut.
penerangan. Penggunaan listrik untuk Latihan yang terus-menerus diperlukan
penerangan merupakan hal yang tabu di hanya untuk melatih kecepatan dalam
wilayah Baduy.
penyelesaian jarog dan koja, bukan untuk
pengait, ini sebenarnya kemahiran dalam penguasaan alat.
Paku
mempunyai beberapa fungsi lain selain Peralatan yang digunakan dalam menjadi tempat pengait sewaktu memilin seluruh proses pembuatan koja dan jarog
dan menjalin. Paku pengait yang berada di adalah:
bagian serambi depan rumah sering
1) Tiang untuk menancapkan paku digunakan untuk memajang koja atau pengait;
jarog atau barang lainnya yang akan dijual.
2) Golongan untuk menggulung tali
dikatakan golongan kulit pohon teureup yang sudah karena sesuai dengan fungsinya untuk dipilin;
Golongan ,
menggulung tali kulit pohon teureup yang
3) Corokan, alat untuk menyimpan tali sudah dipilin. Jika tidak digulung, tali yang kulit pohon teureup yang akan
panjangnya bermeter-meter bisa kusut dijeujeut (dijalin), sekaligus alat tidak beraturan. Dengan golongan, tali untuk menjalin; dan
akan tersusun rapi, termasuk saat
4) Handepang, bilah kayu tipis yang melepaskan tali untuk dijalin. Golongan digunakan untuk mengukur jarak dapat terbuat dari bahan apa saja, seperti jalinan.
kaleng kosong, botol, kayu, atau bambu. Paku pengait diperlukan untuk Para pengrajin lebih suka untuk membuat mengaitkan tali kulit pada saat ngarara
golongan dari bahan kayu atau bambu (memilin). Tali kulit perlu dikaitkan karena
karena bahannya banyak tersedia dan cara tali hasil memilin harus terus terbentang,
sangat mudah. Cara tidak boleh kendur. Selain digunakan saat
membuatnya
membuatnya yaitu dua bilah bambu atau memilin kulit pohon menjadi tali, paku
kayu pipih berukuran panjang kurang lebih pengait ini pun digunakan pada saat
dua puluh sentimeter diikat atau dipaku ngajeujeut (menjalin) tali kulit pohon tengah-tengahnya, sehingga membentuk teureup menjadi sebuah jarog dan koja. alat seperti tanda tambah (+) atau tanda Paku pengait ini ditancapkan pada tiang di
kali ( x ). Ujung tali awal hasil pilinan bagian serambi depan rumah, dapat pula
disimpan di tengah-tengah dan terus pada kusen pintu untuk keluar masuk
digulung jengkal demi jengkal. Dengan rumah. Maksud menancapkan paku pada
30 Patan j al a Vol. 8 No. 1 Maret 2016: 21 - 36 cara demikian tali hasil memilin tidak
kering, maka akan disuwir (disobek) terjurai dan bisa kusut.
menjadi bagian-bagian kecil. Bagian- Corokan merupakan alat untuk
bagian kulit kayu teureup yang bentuknya menjalin tali kulit pohon teureup saat
kecil-kecil akan disambungkan dengan membuat jarog dan koja. Terbuat dari
bagian tali yang sudah terpilin yang berada bambu pipih tebal dengan lebar sekitar 3-4
di atasnya. Cara menyambungkan yaitu sentimeter dan panjang sekitar 10 dengan menempelkan serpihan kulit kayu
sentimeter. Alat ini dibuat sendiri oleh pada tali yang sudah terpilin sambil terus pengrajin jarog dan koja. Selintas, bentuk
dipilin. Hasil sambungan dan pilinan akan corokan ini menyerupai ketepel dari bahan
menjadi tali-tali kecil berdiameter kurang bambu. Ujung corokan bagian atas
lebih satu milimeter. Jika tali-tali hasil berbentuk lancip agak tumpul. di memilin sudah cukup panjang, jengkal tengahnya diberi cowak, sedangkan ujung
demi jengkal akan digulung pada bawahnya memiliki rongga dan memiliki
golongan. Jika tidak digulung, tali yang cowak . Melalui cowak-cowak itulah
mengganggu proses dimasukkan dan digulungkan tali kulit
terjurai
akan
pemilinan. Dengan tali-tali kecil itulah pohon teureup. Bentuk lancip agak tumpul,
jarog dan koja dibuat dengan cara berguna untuk memudahkan memasukkan
menjalinkan satu tali dengan tali lainnya. tali kulit pada rongga tali di sampingnya atau di atasnya. Pada saat menjalin, tali dari cowak-cowak itu dilepaskan dan dijalin dengan jalinan yang sudah ada. Tali-tali yang berada di corokan adalah hasil pemindahan dari golongan.
Handepang, merupakan alat ukur untuk jarak jalinan bagian atas dengan bawahnya. Alat ini terbuat dari bambu tipis
bagian sembilu bambu dengan ukuran Gambar 1. Kulit Kayu Teurep Kering panjang sekitar dua puluh sentimeter dan
Sumber: Yudi P. Satriadi. lebar satu atau dua sentimeter. Cara penggunaannya adalah diletakkan pada bagian jarog dan koja yang sedang dijalin. Setiap akan menjalin, corokan akan dilintaskan melalui handepang. Dengan demikian jarak jalur pada koja dan handepang akan sama besarnya mengikuti ukuran
handepang. Jika
pengrajin
menginginkan ukuran jarak yang lebih Gambar 2. Kulit Kayu Hasil Disuwir lebar atau lebih kecil, maka handepang
Sumber: Yudi P. Satriadi. akan ditukar bergantian sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Handepang dibuat sendiri dengan cara membelah bambu sesuai dengan ukuran lebarnya, memotong bambu sesuai panjang yang diinginkan dan selanjutnya diratakan dengan cara diraut menggunakan pisau atau pisau raut.
Bahan baku pembuatan jarog dan koja hanya kulit kayu teureup yang
Gambar 3. Proses Memilin dikeringkan. Setelah kulit kayu teureup
Sumber: Yudi P. Satriadi.
Jarog dan Koja..... (Yudi Putu Satriadi) 31
Gambar 4. Tali Hasil Memilin Sumber : Yudi P. Satriadi
Gambar 8. Menjalin Jarog, Koja Sumber: Yudi P. Satriadi.
Gambar 5. Corokan Sumber: Yudi P. Satriadi.
Gambar 9. Jarog,Koja Sumber: Yudi P. Satriadi.
Gambar 6. Handepang Sumber: Yudi P. Satriadi.
Gambar 10. Cara Menggunakan Jarog/Koja Sumber: www.biem.co/read/2015/05/18/98/seba- baduy-2015-menjaga-lingkungan-dengan- budaya.
Gambar 7. Membuat Pegangan
Sumber: Yudi P. Satriadi.
c. Proses Pembuatan
Proses pembuatan jarog dan koja tidak lain menjalinkan tali-tali kulit kayu
bagian vertikal dengan bagian horizontal.
32 Patan j al a Vol. 8 No. 1 Maret 2016: 21 - 36 dapat disamakan dengan posisi benang lusi
selanjutnya adalah pada kain tenun dan bagian horizontal
Pekerjaan
membuat bagian badan jarog dan koja. dapat disamakan dengan kain pakan pada
Cara membuat bagian ini masih dengan kain tenun. Untuk selanjutnya, guna
cara menjalinkan antara tali lusi dan mempermudah
uraian tulisan, akan pakan. Bedanya antara jalinan untuk digunakan istilah tali lusi dan tali pakan.
bagian pegangan dengan bagian badan Proses awal pembuatan jarog dan adalah pada tali pakan yang berada pada koja adalah menyediakan beberapa utas corokan tidak diputuskan. Tali pakan terus tali lusi kulit kayu. Tali yang disediakan
dijalinkan pada tali lusi mulai dari bagian diperuntukkan bagi bagian atas jarog dan
atas sampai kepada bagian bawah badan koja yang berfungsi sebagai pegangan atau jarog dan koja dengan menggunakan selendang. Jumlah utas tali kulit kayu yang
pembatas handepang. Handepang yang disediakan rata-rata berjumlah lima belas
digunakan merupakan pembatas ukuran utas. Setiap utas berukuran panjang sedepa
lebar rongga sekaligus untuk meluruskan orang dewasa. Jumlah ini menentukan
tiap jalinan. Apabila akan memperbesar kekerapan rongga pada badan jarog dan
memperkecil rongga jalinan koja .
atau
Secara tidak langsung akan digunakan ukuran handepang yang menentukan besar dan kecilnya bentuk
berbeda. Semakin besar lebar handepang jarog dan koja. Jumlah utas tali pada jarog yang digunakan, rongga yang dihasilkan akan lebih banyak daripada koja, karena
akan semakin besar dan badan jarog dan pegangan untuk jarog berjumlah dua buah
koja akan semakin besar pula. sedangkan pada koja satu.
Akhir jalinan tali pakan dan lusi Utas-utas
tali lusi disamakan dilakukan pada bagian bawah badan jarog panjangnya dan dilipat menjadi dua bagian
dan koja. Jalinan akan dimatikan pada sama panjang. Agar tidak terberai, di
semua bagian jalinan akhir apabila bentuk tengah tali-tali diikat kuat menggunakan
badan jarog dan koja yang diinginkan telah tali kulit yang pendek. Ikatan tali yang
tercapai. Untuk menghasilkan bentuk jarog merupakan posisi tengah-tengah dari dua
dan koja yang bagus, yaitu melebar di bagian tali dikaitkan pada paku pengait.
bagian bawah, maka kerapatan rongga Pembuatan awal jarog dan koja jalinan semakin bawah dibuat semakin dimulai dengan membuat bagian pegangan
melebar. Jika ukuran kerapatan rongga atau bagian yang akan diselendang. Proses
mulai dari bagian atas sampai dengan pembuatan bagian ini dilakukan dengan
bawah sama, maka bentuk jarog dan koja cara menjalinkan tali kulit pakan yang
akan lurus. Bentuk demikian dinilai berada dalam corokan dengan tali lusi
kurang artistik dan kurang bagus. Untuk yang dikaitkan pada paku pengait. Jalinan
memperindah bentuk jarog dan koja pada yang dibuat sangat rapat masing-masing
ujung kiri-kanan bawah dibuat hiasan berjarak setengah sentimeter. Setiap selesai
berupa rumbai-rumbai dengan variasi yang menjalin, tali pakan akan diputus dengan
menarik. Hiasan dapat berupa jalinan kulit gunting atau pisau. Hasil pekerjaan ini
kayu itu sendiri atau dari batok kelapa berupa kumpulan tali yang terikat dan
yang sudah dibentuk dan dihaluskan. mencirikan bagian sebuah pegangan atau
Pembuatan jarog memerlukan bagian
yang diselendangkan. Cara waktu lebih lama dibandingkan dengan menjalin serupa terus dilakukan ke bagian
koja karena jumlah tali lusi lebih banyak. bawah tali lusi sampai panjang tali
Begitu juga bentuk jarog lebih besar pegangan
Untuk daripada koja. Sebuah jarog dan koja jika “mematikan” bagian pegangan dengan
dianggap
cukup.
dikerjakan terus-menerus akan selesai bagian ini, dijalin kembali tali pakan dan
dalam beberapa jam. Namun jarang terjadi lusi yang tidak terputus secara rapat.
seorang pembuat jarog dan koja
mengerjakan
secara terus-menerus.
Jarog dan Koja..... (Yudi Putu Satriadi) 33 Pekerjaan membuat jarog dan koja sering
Jumlah jarog dan koja yang dibuat diselingi dengan mengerjakan pekerjaan
cukup banyak tersimpan di rumah rumah,
atau mereka menghentikan pengrajin. Apabila tamu yang menginap pembuatan jarog atau koja karena rasa
tidak ada, sebagian akan dititipkan kepada jenuh dan bosan. Lain halnya jika
tetangga yang menjual aneka cinderamata pembuatan jarog dan koja berdasarkan
dan beberapa buah akan dititipkan ke pesanan. Mereka akan mengerjakannya
pedagang cinderamata di pasar Ciboleger. secara sungguh-sungguh untuk memenuhi
Pembayaran jarog dan koja tersebut waktu pemesanan.
dilaksanakan apabila jarog dan koja laku dijual. Terdapat pula penjualan jarog dan
koja berdasarkan pesanan. Pemesan akan Para pengrajin jarog dan koja memesan jarog dan koja lama sebelumnya. membuat jarog dan koja selain untuk
3 . Pola Distribusi
Pesanan akan diambil pada saat pemesan digunakan sendiri, mereka pun membuat
datang ke Baduy. Pembayaran akan jarog dan koja untuk dijual. Penjualan dilaksanakan pada saat penyerahan jarog jarog dan koja hasil buatan sendiri dan koja kepada pemesan. Pemesan jarog terdorong
adanya peluang. Peluang dan koja biasanya para pedagang barang- tersebut berupa orang-orang di luar Baduy
barang antik dan cinderamata. yang datang ke Baduy Panamping dan
Dengan cara pendistribusian jarog meminati tas tersebut sebagai cinderamata.
dan koja seperti terurai pada penjelasan Selain itu di daerah Baduy Panamping,
sebelumnya, tidak terdapat pedagang khususnya
yang berdekatan dengan kolektor yang menampung jarog dan koja Ciboleger terdapat beberapa penduduk
sebanyak-banyaknya. Peran yang ada yang rumahnya dijadikan galeri tempat
berupa perantara antara penjual dan menjual kerajinan khas Baduy.
pembeli jarog dan koja. Peran ini tidak Terdapat
beberapa cara yang bersifat permanen melainkan terjadi dilakukan oleh pengrajin jarog dan koja
sesekali ketika pedagang atau pengrajin dalam menjual hasil karyanya. Para
kehabisan persediaan. Peran perantara ini pengrajin jarog dan koja yang rumahnya
biasanya dipegang oleh suami atau sering dijadikan tempat menginap oleh
istrinya. Mereka akan berkeliling mencari tamu, akan menyimpan jarog dan koja di
jarog dan koja pada pengrajin atau rumahnya.
Jarog dan koja akan pedagang yang memiliki jarog dan koja dikeluarkan atau ditawarkan jika tamu
berkualitas baik. Perantara tidak terlibat yang menginap membutuhkan jarog dan
dalam transaksi jual-beli. Keuntungan koja. Terjadi transaksi tawar-menawar, yang diperoleh adalah kelebihan antara apabila harga sudah sepakat maka harga jual dari pengrajin dan pembeli. pembayaran akan dilakukan setelah
aturan mengenai transaksi selesai. Jika rumah pengrajin
Tidak
terdapat
keuntungan yang diperoleh, namun mereka jarang atau tidak pernah diinapi oleh tamu,
sudah kenal betul etika berjualan dengan maka jarog dan koja buatannya akan
membagi keuntungan kepada penjual dan dipajang di depan rumahnya dengan
perantara. Harga jarog lebih mahal harapan terdapat tamu yang melewati
dibandingkan koja. Harga jarog sekarang rumahnya dan tertarik untuk membeli
yakni sekitar 150-200 ribu rupiah jarog dan koja yang dipajang. Jika masih sedangkan koja antara 75-100 ribu rupiah tidak laku, jarog dan koja akan dititipkan ke rumah tetangga yang menjual aneka
4 . Pola Konsumsi
Kini, orang Baduy Panamping, dititipkan akan dibayar jika sudah laku
cinderamata. Jarog dan koja yang
termasuk pengrajin jarog dan koja telah terjual.
mengenal transaksi jual-beli menggunakan alat tukar uang. Uang yang mereka peroleh
34 Patan j al a Vol. 8 No. 1 Maret 2016: 21 - 36 dari berbagai usaha yang tidak ditabukan
sistem ekonomi pada pekerjaan yang (seperti menjual beras dan nasi) akan
dilakukan, tetapi terdapat pertahanan digunakan untuk memperoleh berbagai
kebiasaan secara turun-temurun dan telah kebutuhan yang dibolehkan oleh adat.
berlangsung lama.
Mereka dibolehkan menjual kerajinan dan Orang-orang di luar Baduy yang aneka barang khas Baduy kepada para
baru pertama kali melihat jarog dan koja tamu dari luar Baduy yang berkunjung ke
akan langsung bertanya tentang asal Baduy, seperti aneka pakaian khas Baduy,
kantong tersebut. Kepenasaran tersebut iket kepala, kaos bergambar Baduy,
karena bentuk jarog dan koja yang unik. selendang khas Baduy, tempat minum,
Orang yang sudah mengetahui kantong hiasan tangan khas Baduy, gula merah, dan
tersebut akan langsung mengetahui bahwa durian. Khusus kepada sesama pengrajin
kantong tersebut merupakan kantong khas jarog dan koja, mereka pun terkadang buatan orang Baduy. Hal ini menunjukkan menjual tali kulit pohon teureup.
bahwa jarog dan koja merupakan “trade Uang yang mereka peroleh dari mark ” Baduy yang mungkin tidak dimiliki penjualan aneka barang akan disimpan
oleh suku bangsa lainnya di Indonesia. untuk digunakan berbagai keperluan.
Sekalipun demikian, orang-orang Baduy Keperluan yang biasa mereka beli adalah
tidak mengklaim bahwa jarog dan koja beras,
lauk-pauk, pakaian, telepon merupakan milik mereka yang tidak genggam, dan pulsanya. Uang hasil
terdapat di daerah lain. Mereka hanya penjualan jarog dan koja bisa juga
patuh untuk membuat jarog dan koja digunakan
untuk membekali atau berdasarkan kebiasaan dan pola-pola yang membantu saudara-saudaranya baik yang
diturunkan oleh pendahulu mereka. berada di dalam atau di luar perkampungan
Sikap untuk terus melanjutkan Baduy. Jika bahan baku berupa tali kulit
pembuatan jarog dan koja dari para teurep kurang karena persediaan habis, pendahulu mereka merupakan kepatuhan maka uang hasil penjualan akan dibelikan
terhadap hal-hal baik yang disampaikan juga tali kulit teureup kepada pengrajin
oleh para orang tuanya. Dalam menerima lain. Mereka pun mengenal menabung
sesuatu dari para pendahulu mereka, dengan cara menyimpan uang sisa belanja
mereka tidak pernah mengkritisi berupa di rumah.
pertanyaan atau tanggapan. Mereka sangat percaya bahwa sesuatu yang disampaikan
5 . Aspek Budaya
dalam
Sistem
oleh para pendahulu merupakan hal yang
baik yang tidak perlu diragukan lagi Kebudayaan adalah segala sesuatu kebenarannya, apalagi jika hal tersebut yang terdapat pada masyarakat ditentukan
Ekonomi Pembuat Jarog dan Koja