FAKTOR PENYEBAB KECURANGAN PADA PROSES S

FAKTOR PENYEBAB KECURANGAN
PADA PROSES SELEKSI BESERTA SOLUSINYA

MAKALAH
Disusun Untuk Mata Kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia
Politeknik Negeri Sriwijaya

Oleh:
Dwi Cahyati
Kay Rachma Ulimaz
Maria Selviana
Nesya Reintia

JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2013

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya jualah sehingga makalah dengan judul “Faktor Penyebab

Kecurangan Pada Proses Seleksi Beseta Solusinya” ini dapat diselesaikan.
Penulisan makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Manajemen
Sumber Daya Manusia tahun akademik 2013. Dalam penulisan makalah ini,
penulis mendapatkan banyak sekali masukan dan bimbingan dari dosen yang
bersankutan. Untuk itu pada kesempatan ini, kami menyampaikan terima kasih
kepada dosen dan rekan-rekan yang telah membantu dalam penulisan makalah ini.
Semoga Allah SWT memberikan pahala bagi kebaikan yang telah diberikan.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Palembang, Juli 2013
Penulis,

RINGKASAN

Kecurangan merupakan suatu tidakan tidak jujur, culas, tidak lurus hati dan
tidak adil. Kecurangan juga bisa diartikan sebagai suatu ketidakberesan, atau
penipuan secara sengaja dengan tujuan tertentu sehingga merugikan satu pihak
dan menguntungkan pihak yang lainnya, baik di dalam suatu organisasi maupun
di luar organisasi. Berdasarkan tinjauan, ada 4 (empat) macam aspek yang dapat
menjadi faktor dilakukannya kecurangan, yaitu: a) Aspek Ekonomi, b) Aspek

Kebudayaan, c) Aspek Teknik, dan d) Aspek Peradaban.
Berbagai upaya telah diberikan dan dilaksanakan, serta dapat dilakukan, oleh
pihak-pihak yang berkepentingan. Adapun beberapa upaya yang dapat diberikan,
dilaksanakan dan dapat dilakukan, yaitu: a) Memilih penyeleksi yang memiliki
moral serta integritas yang tinggi, b) Meciptakan lingkungan organisasi yang baik
dan kondusif, c) Menyediakan tim pengawas yang jujur dan tegas, d) Memberikan
sanksi yang tegas terhadap pelaku kecurangan, dan e) Kerjasama dari masyarakat.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Karyawan yang

baik dan berkualitas merupakan faktor penting dalam

menjalankan proses operasional untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai oleh
suatu perusahaan atau organisasi. Salah satu peran dari MSDM yaitu mencari,
mendapatkan, serta memelihara karyawan itu. Karyawan sangat menentukan

berhasil atau tidaknya suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya.
Untuk mendapatkan karyawan yang kompeten dan qualified maka
diadakanlah proses seleksi. Proses seleksi merupakan hal yang sangat penting bagi
perusahaan maupun calon karyawan yang akan mengisi lowongan yang kosong
tersebut.
Pada dasarnya proses seleksi hendaknya berpedoman kepada dasar tertentu
yang digariskan oleh internal maupun eksternal perusahaan supaya hasilnya dapat
dipertanggungjawabkan.
Namun pada kenyataannya proses seleksi yang terjadi pada saat ini tidak
sesuai dengan prosedur atau pedoman yang telah ditetapkan oleh perusahaan yang
berkepentingan. Sehingga hasil dari seleksi itu tidak sesuai dengan yang
diharapkan. Banyak terjadi kecurangan pada prakteknya misalnya: seleksi UN,
seleksi CPNS, Seleksi Karyawan, Seleksi Polisi dan lain-lain.
Maka dari itu perlu diketahui apa faktor penyebab dari kecurangan yang tidak
diharapkan pada proses seleksi itu sendiri. Supaya dapat diketahui apa saja hal
yang dapat kita lakukan untuk mengurangi hal-hal kecurangan yang terjadi dalam
lingkungan kita.

1.2 RUMUSAN MASALAH
Permasalahan yang akan dibahas pada makalah ini adalah sebagai berikut:

a. Apa saja faktor penyebab kecurangan pada proses seleksi?
b. Bagaimana cara mengatasi kecurangan pada proses seleksi?
1.3 TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu:
a. Untuk mengetahui apa saja faktor yang menyebabkan terjadinya
kecurangan di dalam proses seleksi.
b. Untuk mengetahui apa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi
kecurangan di dalam proses seleksi.
1.4 MANFAAT
Dalam penulisan makalah ini terdapat beberapa manfaat yang ingin dicapai,
yaitu:
a. Bagi penulis diharapkan makalah ini mampu menjadi wadah atau tempat
untuk mengembangkan ide-ide dan pemikiran baru mengenai kecurangan
pada proses seleksi beserta solusinya.
b. Bagi pembaca diharapkan makalah ini bisa menjadi sumber-sumber ide
dan referensi dalam mengembangkan pola pikir agar terciptanya solusisolusi baru mengenai kecurangan pada proses seleksi beserta solusinya .
Dan bagi masyarakat diharapkan karya ilmiah ini bisa menjadi acuan
untuk mengambil tindakan atau kontribusi yang nantinya dapat digunakan
perihal kecurangan di dalam proses seleksi beserta solusinya.


BAB II
PEMBAHASAN

Kecurangan atau curang identik dengan ketidakjujuran atau tidak jujur, dan
sama pula dengan licik, meskipun tidak serupa benar. Curang atau kecurangan
artinya apa yang diinginkan tidak sesuai dengan hati nuraninya atau orang itu
memang dari hati nuraninya sudah berniat curang dengan maksud memperoleh
keuntungan dari suatu hal tertentu.
Kecurangan menyebabkan orang menjadi serakah, tamak, ingin menimbun
kekayaan yang berlebihan dengan tujuan agar dianggap sebagai orang yang paling
hebat, paling kaya, dan senang bila masyarakat disekelilingnya hidup menderita.
Kecurangan yang terjadi di setiap negara mempunyai jenis yang berbeda-beda
karena praktik kecurangan antara lain sangat dipengaruhi oleh kondisi hukum di
negara yang bersangkutan. Negara dengan penegakan hukum yang sudah berjalan
baik dan kondisi ekonomi masyarakat secara umum cukup atau lebih dari cukup,
memiliki lebih sedikit modus operandi praktik kecurangan (Karni, 2000:33).
Adapun contoh-contoh kasus kecurangan yang sering terjadi khususnya pada
proses seleksi yaitu sebagai berikut:
1. Kecurangan Pada Seleksi PNS
Kecurangan pada seleksi CPNS yang terjadi di 47 daerah. Dan lebih

dari 50% adalah karena permainan uang. Hal itu diungkapan oleh Deputi
SDM bidang aparatur kementrian pendayagunaan aparatur Negara dan
reformasi birokrasi, Ramli Naibaho (april 26, Klik saya.com)
2. Kecurangan Pada UN
Menurut Komunitas Air Mata Guru, sejak awal dilaksanakan ujian
nasional kecurangan demi kecurangan terus dilakukan. Tidak hanya oleh
murid, namun juga turut dilakukan oleh oknum guru yang tidak

menginginkan masa depan anak didiknya terganjal oleh tiga hari ujian
nasional dengan sedikit mata pelajaran yang diujikan saja.
Menurut Komunitas ini sampai kapanpun dilaksanakan UN sebagai
sebagai penentu kelulusan, semakin canggih cara sekolah dan siswa agar
lulus dalam pelaksanaan UN (Metronews.com)
3. Kecurangan Pada Proses seleksi Polisi
KULON PROGO – Kapolres Kulon Progo, DIY, AKBP Yohanes
Setiawan Widjanarko mengakui anggotanya diduga melakukan tindakan
kecurangan dalam ujian seleksi Sekolah Inspektur Polisi atau setingkat
sekolah calon perwira.
“Awal terbongkarnya kasus kecurangan itu bermula saat ujian seleksi
Sekolah Inspekstur Polisi (SIP) berlangsung di salah satu ruangan, di mana

peserta dengan nomor ujian 0817 atas nama Asep anggota Satlantas Polres
Kulon Progo keluar lebih cepat dari ruangan ujian,” kata Setiawan, Senin
(18/2/2013).
Menurut dia ada anggota Polres Kulon Progo yang melakukan tindakan
kecurangan dalam ujian untuk SIP atau sekolah calon perwira (Secapa).
“Namun, kasus ini sudah diambil alih oleh Polda Daerah Istimewa
Yogyakarta (DIY) dalam penanganannya,” katanya. (Bisnis-Jateng.com)

2.1

Faktor Penyebab Kecurangan Pada Proses Seleksi
Dalam proses seleksi banyak terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan

prosedur yang ada sehingga banyak terjadi kecurangan. Bermacam-macam
faktor yang menyebabkan orang melakukan kecurangan dapat ditinjau dari
hubungan manusia dengan alam sekitarnya, ada 4 aspek, yaitu:
1. Aspek Ekonomi
Teori ekonomi neoklasik mengasumsikan bahwa manusia selalu
berusaha memaksimalisasikan fungsi utilitas yang dimilikinya. Hal ini
membuktikan bahwa pada dasarnya setiap manusia akan terus bergerak

untuk mencapai tujuan atau targetnya atau memenuhi kebutuhannya.
Terjadinya kecurangan pada proses seleksi berhubungan dengan usaha
manusia di dalam mencapai tujuannya dan memenuhi kebutuhannya.
Keterbatasan kemampuan ekonomi, membuat manusia tergiur untuk
melakukan tindakan yang secara sengaja menguntungkan dirinya dan
merugikan orang lain.
Misalnya saja pada seleksi calon pegawai negeri sipil. Tim penyeleksi
yang memiliki integritas dan moral yang rendah akan tergoda untuk
meloloskan peserta seleksi yang mampu memberi sogokan, hadiah, atau
berbagai macam bentuk pemberian yang akan memuaskan serta
menunjang kegiatan ekonominya. Hal ini juga berkaitan dengan sifat
manusia yang tidak pernah puas dengan apa yang telah dicapai.
Selain itu, dengan adanya globalisasi menyebabkan taraf hidup dan
pengeluaran masyarakat akan semakin naik dan meningkat. Sehingga
aspek ekonomi seringkali dijadikan alasan untuk melakukan kecurangan.
2. Aspek Kebudayaan
Kecurangan juga dapat dipicu oleh sifat dan budaya masyarakat yang
masih tradisional yang dikenal dengan extended family system. Berbeda
dengan masyarakat maju, dimana norma kehidupan seseorang didasarkan


pada nucleus family system. Hal yang masih biasa dilakukan oleh
masyarakat kita yaitu menggunakan anggapan yang mengatas namakan
rasa kekeluargaan. Misalnya merasa tidak enak untuk tegas karena masih
memiliki hubungan keluarga atau teman.
Francis Fukuyama, dalam Guncangan Besar: Kodrat Manusia dan Tata
Sosial Baru (The Great Disruption: Human Nature and the Reconstitution
of Social Order), memaparkan bahwa muara atau rahim lahirnya budaya
nepotisme adalah familisme. Yakni, ketergantungan yang terlalu besar
pada ikatan keluarga, yang kemudian melahirkan kebiasaan menempatkan
keluarga dan ikatan kekerabatan pada kedudukan yang lebih tinggi
daripada kewajiban sosial lainnya. Dan pada tahap lanjutannya, familisme
mengarah ke nepotisme (Fukuyama,1999:45).
Dalam lingkungan birokrasi di sekitar kita, familisme kerap menjadi
landasan utama dalam proses rekrutmen. Akibatnya, ketika ada seseorang
yang hendak melamar menjadi pegawai negeri sipil (PNS), ia barangkali
akan berujar: “Kalau mau lulus dengan mudah, harus ada `orang dalam’
yang bersedia menolong.” Kalau sudah begini, ujian resmi atau tes masuk
calon pegawai negeri sipil (CPNS) hanya sekadar formalitas belaka untuk
menutupi kebusukan nepotisme.
Sebuah falsafah Cina mengatakan bahwa tidak ada tembok yang tidak

dapat ditembus dengan peluru :"emas". Artinya tidak ada benteng yang
kokoh yang tidak dapat ditembus dengan peluru : "emas". Semuanya bisa
luluh dengan peluru : "emas". Sekuat apapun pertahanan akan hancur dengan
tembakan peluru : "emas".
Itulah falsafah yang dipraktekan diberbagai negara, termasuk di
Indonesia. Tentu, yang dimaksud dengan peluru : "emas"itu, tak lain, sogok
dan suap. Sekarang, praktek sogok dan suap sudah menjadi budaya, dan
bahkan sudah menjadi aqidah, atau menjadi agama baru. Mungkin perlu
sogok dan suap itu, dimasukkan ke dalam undang-undang, sebagai agama

yang ketujuh. Karena, ajaran dan falsafah orang Cina tentang sogok dan
suap itu, sudah mendarah-daging,sampai ke sungsum-sungsum, terutama
dikalangan para pejabat dan pemimpin di negeri ini.
Urusan apapun semuanya harus melalui sogok dan suap. Tidak ada lagi
urusan yang tidak terkait dengan sogok dan suap. Mulai dari urusan KTP
sampai

urusan

proyek


negara

yang

nilainya

triliun,

semuanya

menggunakan methode sogok dan suap. Sampai urusan orang matipun
harus dengan sogok, dan bahkan belakangan al-Qur'an pun dikaitkan
dengan sogok dan suap.
Setiap urusan yang ada pasti akan berurusan dengan sogok dan suap.
Istilah yang sekarang sudah menjadi lazim itu, disebutkan dengan :
"succes fee". Bahasa lain dengan kata :"uang pelicin". Itu dipraktekan oleh
para kalangan pimpinan partai sampai pejabat. Semua hanya bisa terjadi
dengan sistem transaksional yang ujungnya duwit, dan tidak terlepas
dengan sogok dan suap.
3. Aspek Teknis
Aspek ini juga sangat dapat menentukan arah kebijakan bahkan
keadilan itu sendiri sehingga dari segi aspek ini juga dapat menyebabkan
kecurangan.

Terkadang

untuk

dapat

bersikap

adil,

kita

pun

mengedepankan aspek perasaan atau kekeluargaan sehingga sangat sulit
sekali untuk dilakukan. Atau bahkan mempertahankan keadilan kita
sendiri harus bersikap salah dan berkata bohong agar tidak melukai
perasaan orang lain.
4. Aspek Peradaban
Aspek peradaban sangat mempengaruhi dari sikap dan mentalitas
individu yang terdapat didalamnya “system kebudayaan” meski terkadang
halini tidak selalu mutlak. Keadilan dan kecurangan merupakan sikap
mental yang membutuhkan keberanian dan sportifitas. Pergeseran moral

saat ini memicu terjadinya pergeseran nurani hampir pada setiap individu
didalamnya sehingga sangat sulit sekali untuk menentukan dan bahkan
menegakan keadilan.
Apabila keempat aspek tersebut dilaksanakan secara wajar, maka segalanya
akan berjalan sesuai dengan norma-norma moral atau norma hukum. Akan tetapi,
apabila manusia dalam hatinya telah digerogoti jiwa tamak, iri, dengki, maka
manusia akan melakukan perbuatan yang melanggar norma tersebut dan jadilah
kecurangan.
2.2

Cara Mengatasi Kecurangan Pada Proses Seleksi
Setelah membahas mengenai faktor penyebab atas terjadinya kecurangan itu

maka kelompok kami memberikan beberapa cara yang dapat digunakan untuk
mengatasi kecurangan tersebut:
1. Moral dan Integritas pada Penyeleksi
Orang yang menyeleksi haruslah memiliki moral yang baik karena orang
yang bermoral dan berintegritas akan bertindak konsisten sesuai dengan
nilai-nilai yang berlaku walaupun dalam keadaan yang sulit untuk
melakukan ini. Jika orang tersebut telah memiliki moral yang baik maka ia
tidak akan mau disogok atau melakukan hal-hal yang negative seperti
nepotisme, korupsi, dan lain-lain.
2.

Lingkungan Organisasi yang Baik dan Kondusif
Lingkungan merupakan hal yang penting dan mendasar yang dapat

mempengaruhi sikap dan perilaku manusia. Linkungan yang baik akan
mendukung sikap seseorang menjadi baik juga. Begitupun dengan
lingkungan perusahaan atau organisasi, lingkungan pada organisasi juga
akan mendukung baik atau tidaknya karyawan atau orang-orang yang
bekerja pada organiasasi tersebut.

3.

Adanya Tim pengawas Yang Jujur dan Tegas
Dalam pelaksanaan seleksi harusnya memiliki pengawas yang betul-

betul dapat dipercaya dan mempertanggungjawabkan kepercayaan tersebut.
4.

Memberi Sanksi yang Tegas Pada Pelaku Kecurangan
Pada setiap kecurangan yang dilakukan maka harusnya diberi sanksi

yang tegas kepada para pelakunya maka orang yang melakukan kecurangan
tersebut tidak mengulangi kembali aksi kecurangannya. Contohnya seperti
yang dilakukan oleh pemimpin negeri Cina yang memberi hukuman berat
terhadap pelaku korupsi.
5.

Kerjasama dari Masyarakat
Perlu adanya kerjasama dari masyarakat untuk mengawasi tindak

kecurangan yang sering terjadi. Masyarakat dapat mengawasi serta
melakukan apabila adanya tidakan atau hal-hal yang curang pada berbagai
seleksi yang diadakan.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1

Kesimpulan
Dari keseluruhan isi makalah ini, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:

a. Faktor yang menyebakan kecurangan dalam proses seleksi yaitu:
1. Aspek ekonomi
Terjadinya kecurangan pada proses seleksi berhubungan dengan usaha
manusia di dalam mencapai tujuannya dan memenuhi kebutuhannya.
Keterbatasan kemampuan ekonomi, membuat manusia tergiur untuk
melakukan tindakan yang secara sengaja menguntungkan dirinya dan
merugikan orang lain.
2. Aspek kebudayaan
Kecurangan juga dapat dipicu oleh sifat dan budaya masyarakat yang
masih tradisional yang dikenal dengan extended family system. Berbeda
dengan masyarakat maju, dimana norma kehidupan seseorang
didasarkan pada nucleus family system. Hal yang masih biasa dilakukan
oleh masyarakat kita yaitu menggunakan anggapan yang mengatas
namakan rasa kekeluargaan.
3. Aspek teknis
Aspek ini juga sangat dapat menentukan arah kebijakan bahkan
keadilan itu sendiri. Terkadang untuk dapat bersikap adil, kita pun
mengedepankan aspek perasaan atau kekeluargaan sehingga sangat sulit
sekali untuk dilakukan, hal inilah yang dapat menyebabkan kecurangan.
4. Aspek peradaban
Peradaban sangat mempengaruhi dari sikap dan mentalitas
individu yang terdapat didalamnya “system kebudayaan” meski
terkadang halini tidak selalu mutlak. Keadilan dan kecurangan
merupakan sikap mental yang membutuhkan keberanian dan
sportifitas.

Pergeseran

moral

saat

ini

memicu

terjadinya

pergeseran nurani hampir pada setiap individu didalamnya
sehingga sangat sulit sekali untuk menentukan dan bahkan
menegakan keadilan.

b. Cara yang bisa digunakan untuk mengatasi kecurangan di dalam proses
seleksi, yaitu: 1) Memilih penyeleksi yang memiliki moral serta integritas
yang tinggi, 2) Meciptakan lingkungan organisasi yang baik dan kondusif,
3) Menyediakan tim pengawas yang jujur dan tegas, 4) Memberikan sanksi
yang tegas terhadap pelaku kecurangan, dan 5) Kerjasama dari masyarakat.
3.2

Saran
Adapun saran yang dapat diberikan oleh penulis terkait masalah yang
dituliskan di dalam makalah ini, yaitu: 1) Dibutuhkannya kerja sama yang
baik antara tim penyeleksi, orang yang diseleksi, dan juga masyarakat untuk
mengawasi dari seleksi tersebut, dan 2) Moral dan budaya dari para
penyeleksi maupun pelamar harus diperbaiki.

DAFTAR PUSTAKA

Siagian, Sondang. 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:
Bumi Aksara.
Grensing, Lin. 1997. Seleksi Karyawan. Jakarta: Arcan.
______________. 2013. Kecurangan pada UN. (http://metronews.com,
diakses pada 20 Mei 2013)
______________.

2013.

Kecurangan

pada

CPNS.

(http://www.kliksaya.com, diakses pada 26 April 2013)
______________. 2013. Kecurangan pada Proses Seleksi Polisi.
(http://bisnis-jateng.com, diakses pada 20 Mei 2013)
______________.

2013.

Pengertian

Kecurangan.

(http://toyalab.blogspot.com/2012/06/pengertian-kecurangan.html,

diakses

pada 2 Juli 2013)
______________. 2013. Manusia dan Keadilan (Kecurangan).
(http://agustinadewic.blogspot.com/2011/05/bab-7-manusia-dan-keadilankecurangan.html, diakses pada 2 Juli 2013)

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

PROSES KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM SITUASI PERTEMUAN ANTAR BUDAYA STUDI DI RUANG TUNGGU TERMINAL PENUMPANG KAPAL LAUT PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

97 602 2

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25