ANALISIS PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TER (1)

ANALISIS PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP
HARGA SAHAM PT. UNILEVER INDONESIA TBK

Mahmud (mahmud3090@gmail.com)
Dewi Anike Pertiwi (dewianike_p@yahoo.com)
Onih Amelia Putri (onihameliaputri@gmail.com)
Pungki Aprilia (pungkiaprilia7@gmail.com)
Sri Wahyuni (yuni_gitalovers@ymail.com)
Jurusan Manajemen Keuangan
STIE Pelita Bangsa

Abstrak : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variabel NPM, EPS,
PBV, ROA, dan ROE terhadap harga saham PT.Unilever Tbk. Pengujian hipotesis
menggunakan uji t dan uji F. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara parsial yang
berpengaruh signifikan positif terhadap harga saham PT.Unilever Tbk hanya ada tiga
variabel yakni EPS, BPV dan ROA untuk kedua variabel lainnya yakni NPM tidak
berpengaruh signifikan terhadap harga saham PT.Unilever Tbk dan ROE berpengaruh
signifikan negartif. Secara simultan kelima variabel yakni NPM, EPS, PBV, ROA, ROE
berpengaruh signifikan terhadap harga saham PT.Unilever Tbk.
Kata Kunci : Fundamental, Harga saham, NPM, EPS, PBV, ROA, dan ROE
Abstract : The purpose of this study was to determine the influence of fundamental factors

on stock prices PT.Unilever Indonesia Tbk. Hypothesis testing using the t test and F,
results showed that partially are only three variables, namely EPS, PBV and ROA affect
stock prices PT.Unilever Indonesia Tbk, for two other variables which NPM no significant
effect on stock prices PT.Unilever Indonesia Tbk and ROE significant negative effect.
Simultaneously the five variables, namely NPM, EPS, PBV, ROA, ROE significantly
influence stock prices PT.Unilever Indonesia Tbk.
KeyWords : Fundamental, Stocks Price, NPM, EPS, PBV, ROA, and ROE

1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Investasi saham merupakan penanaman
modal yang tidak hanya memberikan
keuntungan bagi pemodal atau investor tapi
juga memberikan kerugian. Keuntungan
yang dimaksud yaitu melalui dividen tunai
dan capital gain. Perubahan harga saham
yang terjadi setiap saat, mengharuskan
investor jeli dalam menganalisa atau
memprediksi harga


saham, hal ini didasari oleh tiga hal yaitu,
waktu yang tepat untuk membeli saham,
mendapatkan keuntungan dari capital gain,
serta menekan kerugian yang mungkin
muncul dalam investasi.
Analisa yang sering dipakai untuk
memprediksi harga saham ialah analisa
dengan pendekatan fundamental dan teknikal.
Menurut Susilawati (2012), pendekatan
fundamental merupakan salah satu cara yang
digunakan untuk menilai perusahan dengan
menggunakan alat ukur

yaitu rasio keuangan, dimana kondisi
keuangan masa lalu dapat menilai kinerja
perusahaan di masa yang akan datang.
Analisa fundamental adalah pendekatan
investasi dimana investor memilih saham
dengan mempelajari sejarah laba perusahaan,
neraca, manajemen, lini produk dan faktor –

faktor lainnya yang akan mempengaruhi
profitabilitas dan pertumbuhan Gururaj,
Anand (2013). Pendekatan fundamental dapat
memberikan informasi detail tentang kondisi
keuangan serta kebijakan manajemen suatu
perusahaan, sehingga para investor dapat
memproyeksikan kondisi tersebut dimasa
depan, hal ini memberikan alasan logis untuk
investor mengambil keputusan dalam
berinvestasi.
Menurut Suresh (2013), pendekatan
teknikal digunakan sebagai pelengkap
analisa
fundamental
bukan
menggantikannya. Dimana pergerakan harga
saham dipengaruhi oleh pemintaan dan
pernawaran dipasar. Tujuan dari pendekatan
teknikal menurut Petrusheva, Jordanoski
(2016) ialah untuk meramalkan harga saham

dalam rangka membangun momen yang
menguntungkan untuk membeli atau menjual
saham. Momen yang dibangun oleh analisa
teknikal dimanfaatkan oleh para trader untuk
membeli suatu saham dan menjualnya
kembali ketika harga saham tersebut naik
dalam waktu yang relatif singkat (short
term). Hal ini berbeda dengan analisa
fundamental yang digunakan investor yang
membeli saham dan menyimpannya dalam
waktu yang lama, karena mereka percaya
bahwa saham tersebut akan memberikan
keuntungan yang lebih besar di masa depan
(long term) dibandingkan jika menjualnya
dalam waktu yang singkat.
Dengan
demikian
pendekatan
fundamental merupakan alat yang digunakan
untuk menentukan atau memilih suatu saham

pada perusahaan yang mempunyai performa
baik dengan menilai harga wajarnya, dan
jika didukung oleh pendekatan teknikal
untuk menentukan waktu yang tepat dalam
membeli ataupun

menjual
saham,
investor
dapat
mengoptimalkan
keuntungan
dalam
investasinya, serta mengurangi tingkat resiko
yang mungkin timbul dari saham tersebut di
masa depan. Tiningrum (2011), Ada dua
pendekatan fundamental untuk menilai
saham, yaitu pendekatan laba dan
pendekatan nilai sekarang. Pendekatan laba
dapat dilakukan dengan analisis fundamental

terhadap Earning Per Share (EPS), Net
Profit Margin (NPM), Return On Assets
(ROA), Return On Equity (ROE), Dividen
Payout Rasio (DPR), dan Debt to Equity
Rasio (DER). Sedangkan pendekatan nilai
sekarang menggunakan analisis Price Book
Value (PBV).
Hingga kuartal ketiga tahun 2016 PT.
Unilever Indonesia Tbk menjadi perusahaan
keempat kapitalisasi terbesar di BEI dengan
nilai kapitalisasi pasar Rp. 339.916 Miliar.
Dengan nilai kapitalisasi tersebut PT.
Unilever Indonesia Tbk menjadi index mover
atau penggerak indeks dalam beberapa indeks
saham diantaranya, MBX (Main Board
Index), ISSI (Indeks Saham Syariah
Indonesia), JII (Jakarta Islamic Index),
MNC36, dan Kompas100. Hal ini membuat
penulis tertarik menjadikan PT. Unilever
Indonesia Tbk, sebagai objek penelitian

dengan
menggunakan
lima
variabel
fundamental yaitu NPM, EPS, PBV, ROA
dan ROE.
Hasil penelitian yang dilakukan Sari,
Safitri & Ekawati (2013) tentang pengaruh
faktor fundamental terhadap harga saham PT.
Unilever Indonesia Tbk, bahwa ada pengaruh
secara simultan antara PM, ROE, dan EPS
dengan harga saham, namun hanya EPS yang
berpengaruh signifikan terhadap harga
saham, sedangkan PM dan ROE tidak
berpengaruh terhadap harga saham. Hasil
yang sama juga ditunjukkan dari penelitian
yang dilakukan oleh Christera, Rini (2014),
bahwa hanya EPS yang berpengaruh terhadap
harga saham sedang PM dan ROE tidak
mempunyai pengaruh terhadap harga saham.

Penelitian – penelitian yang telah
dilakukan menunjukan hasil yang sama,

namun hanya menggunakan tiga variabel
bebas yang digunakan, sedangan faktor
fundamental tidak sebatas hanya tiga variabel
tersebut. Maka dari itu penulis tertarik untuk
melakukan penelitian lanjutan mengenai
“Analisis Pengaruh Faktor Fundamental
Terhadap Harga Saham PT. Unilever
Indonesia Tbk”.

di liquidasi. Pemegang saham tidak dapat
memperoleh dividen jika perusahaan tidak
mendapatkan laba dan pemegang saham
memiliki hak suara dalam RUPS tetapi
memiliki tangung jawab atas perusahaan
sesuai dengan saham yang di milikinya.
Saham biasa dapat
dipindah alihkan

kepemilikannya kepada orang lain.

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka
yang menjadi masalah dalam penelitian ini
adalah: Apakah Net Profit Margin (NPM),
EarningPer Share (EPS), Return On Assets
(ROA),Return On Rquity (ROE), Price Book
Value (PBV) berpengaruh terhadap harga
saham PT Unilever Indonesia Tbk ?

Preferred Stock (Saham Istimewa)
Preferred Stock (Saham Istimewa)
adalah saham gabungan dari obligasi dan
saham biasa. Saham preferen memiliki
keistimewan dalam pembagian hak dividen
yaitu pembagian dividen yang tetap. Saham
ini lebih aman dibandingkan dengan saham
biasa dikarenakan pemegang saham memiliki
klaim atas perusahaan yang mengeluarkan

saham tersebut.
Menurut Fahmi (2014:324), Preffered
Stock (saham istimewa) adalah suatu surat
berharga yang dijual oleh suatu perusahaan
yang menjelaskan nilai nominal (rupiah,
dolar, yen, dan sebagainya) dimana
pemegangmya akan memperoleh pendapatan
tetap dalam bentuk deviden yang akan
diterima setiap kuartal (tiga bulanan). Macam
dari saham preferen ini diantaranya adalah
saham preferen yang dapat dikonversikan ke
saham biasa (convertible preffered stock),
saham preferen yang dapat ditebus (callable
preffered stock) saham preferent dengan
tingkat deviden yang mengambang (floating
atau adjustable-rate preffered stock).

2 LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Saham
Saham adalah surat berharga yang

menunjukan kepemilikan modal pada suatu
perusahaan, yang tercantum jelas dengan nilai
nominal, nama perusahaan dan diikuti dengan
hak dan kewajiban yang dijelaskan kepada
pemegangnya. Jika perusahaan mendapatkan
keuntungan, maka pemilik saham berhak atas
keuntungan perusahaan dalam bentuk
dividen. Menurut Fahmi (2014:323) saham
adalah :
a. Tanda bukti penyertaan kepemilikan
modal/dana pada suatu perusahaan
b. Kertas yang tercantum dengan jelas nilai
nominal, nama perusahaan dan diikuti
dengan hak dan kewajiban yang
dijelaskan kepada setiap pemegangnya
c. Pesediaan yang siap dijual.
2.2 Jenis Saham
Jenis saham terbagi menjadi 2, yaitu :
1. Common Stock (Saham Biasa)
Common Stock (Saham biasa) adalah
saham yang berada di urutan paling terakhir
dalam pembagian dividen jika perusahaan

3

3.4 Harga Saham
Harga saham adalah suatu saham pada
pasar yang sedang berlangsung di bursa efek.
Harga saham dapat dipengaruhi oleh situasi
pasar antara lain harga saham dipasar
perdana ditentukan oleh penjamin emisi dan
perusahaan yang akan go public (emiten),
berdasarkan
analisis
fundamental
perusahaan. Peranan penjamin emisi pada
pasar perdana selain menentukan harga
saham, juga melaksanakan penjualan saham
kepada masyarakat sebagai calon modal.

Untuk menetukan harga saham yang
tepat, kita perlu mendasarkan diri atas
estimasi arus kas yang akan diterima oleh
pemilik saham tersebut. Arus kas tersebut
terdiri dari dua komponen, yaitu deviden dan
penjualan kembali saham tersebut.
Dengan demikian sejauh kita tidak
mampu menaksirkan arus kas dengan akurat
(dan tidak akan ada seorangpun yang bisa)
maka selalu ada kemungkinan analisis kita
salah dan karenanya kita selalu menanggung
risiko (Suad:2005:304). Harga saham dapat
dibedakan menjadi 3 (tiga) :
1. Harga Nominal
Harga yang tercantum dalam sertifikat
saham yang ditetapkan oleh emiten untuk
menilai setiap lembar saham yang
dikeluarkan. Besarnya harga nominal
memberikan arti penting saham karena
deviden minimal biasanya ditetapkan
berdasarkan nilai nominal.
2. Harga Perdana
Harga ini merupakan pada waktu harga
saham tersebut dicatat di bursa efek. Harga
saham pada pasar perdana biasanya
ditetapkan oleh penjamin emisi (underwriter)
dan emiten. Dengan demikian akan diketahui
berapa harga saham emiten itu akan dijual
kepada
masyarakat
biasanya
untuk
menentukan harga perdana.

diumumkan di surat kabar atau media lain
adalah harga pasar.
3.5 Teknik
Saham

Analisis

Penilaian

Ada beberapa pendekatan
digunakan untuk menilai harga
tetapi dua pendekatan berikut
banyak
digunakan,
yaitu
tradisional dan pendekatan
modern.

Harga

yang dapat
suatu saham
yang paling
pendekatan
portofolio

1. Pendekatan Tradisonal
Untuk menganalisis surat berharga
saham dengan pendekatan tradisional
digunakan dua analisis yaitu:
a. Analisis Teknikal
Analisis teknikal merupakan suatu
teknik analisis yang menggunakan data atau
catatan mengenai pasar itu sendiri untuk
berusaha
mengakses
permintaan
dan
penawaran suatu saham tertentu maupun
pasar secara keseluruhan.
Pendekatan analisis ini menggunakan
data pasar yang dipublikasikan seperti: harga
saham, volume perdagangan, indeks harga
saham gabungan dan individu, serta faktor –
faktor lain yang bersifat teknis. Oleh sebab
itu, pendekatan ini juga disebut pendekatan
analisis pasar (market analisys) atau analisis
internal (internal analisys).

3. Harga Pasar
Kalau harga perdana merupakan harga
jual dari perjanjian emisi kepada investor,
maka harga pasar adalah harga jual dari
investor yang satu dengan investor yang lain.
Harga ini terjadi setelah saham tersebut
dicatatkan di bursa efek. Transaksi disini
tidak lagi melibatkan emiten dari penjamin
emisi harga ini yang disebut sebagai harga di
pasar skunder dan harga inilah yang benarbenar
mewakili
harga
perusahaan
penerbitnya, karena pada transaksi di pasar
sekunder, kecil sekali terjadi negosiasi harga
investor dengan perusahaan penerbit. Harga
yang setiap hari

b. Analisis Fundamental
Pendekatan ini didasarkan pada suatu
anggapan bahwa setiap saham memiliki nilai
intrinsik. Nilai intrinsik inilah yang diestimasi
oleh para investor atau analisis. Nilai intrinsik
merupakan suatu fungsi dari variabel-variabel
perusahaan yang dikombinasikan untuk
menghasilkan suatu return (keuntungan) yang
diharapkan dan suatu resiko yang melekat
pada saham tersebut. Hasil estimasi nilai
intrinsik kemudian dibandingkan dengan
harga pasar yang sekarang (current market
price). Harga pasar saham merupakan refleksi
dari rata-rata nilai intrinsiknya.
Analisis
fundamental
mencoba
memperkirakan harga saham di masa yang

akan datang dengan mengestimasikan nilai
faktor-faktor
fundamental
yang
mempengaruhi harga saham di masa yang
akan datang, dan merupakan hubungan
variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh
taksiran harga saham. Dengan, demikian,
karena dipergunakan nilai-nilai estimasi,
maka taksiran harga saham dapat saja
berbeda antara satu analis dengan analis yang
lain, apabila estimasi yang dipergunakan
berbeda (Suad:2005: 307).
2

Pendekatan Portofolio Modern
Pendekatan
portofolio
modern
menekankan pada aspek psikologi bursa
dengan asumsi hipotesis mengenai bursa,
yaitu hipotesis pasar efisien. Pasar efisien
diartikan bahwa harga-harga saham yang
terefleksikan secara menyeluruh pada seluruh
informasi yang ada di bursa.
2.5 Faktor-Faktor Fundamental
Untuk melakukan penilaian harga
saham
dengan
menggunakan
teknik
fundamental, diperlukan rasio keuangan.
Berikut adalah rasio – rasio keuangan :
1. Net Profit Margin (NPM)
Menurut Hutami (2012) Net Profit
Margin (NPM) adalah rasio yang digunakan
untuk mengukur laba bersih yang dihasilkan
oleh setiap penjulaan.
2. Earning Per Share (EPS)
Earning Per Share (EPS) atau
pendapatan perlembar saham adalah bentuk
pemberian keutungan yang diberikan kepada
para pemegang saham dari setiap lembar
saham yang dimiliki (Fahmi:2014:335).
3. Return On Assets (ROA)
Menurut Raharjo & Muid (2013)
Return On Assets (ROA) adalah rasio yang
mencerminkan
kemampuan
perusahaan
dalam memperoleh laba bersih setelah pajak
dari total aktiva yang digunakan untuk
operasional perusahaan. Rasio ini digunakan
untuk mengukur tingkat efisiensi perusahaan
memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan
operasional perusahaan.

4. Return On Equity (ROE)
Menurut Fahmi (2014:338) Return On
Equity (ROE) disebut juga dengan laba atas
equity. Dibeberapa referensi disebut juga
dengan rasio total asset turnover atau
perputaran total asset. Rasio ini mengkaji
sejauh
mana
suatu
perushaan
mempergunakan sumber daya yang dimiliki
untuk mampu memberikan laba atas ekuitas.
5. Price Book Value (PBV)
Rasio harga saham terhadap nilai buku
perusahaan atau Price Book Value (PVB),
menunjukkan
tingkat
kemampuan
perusahaan menciptakan nilai relatif terhadap
jumlah modal yang diinvestasikan. PVB
yang tinngi menceriminkan harga saham
yang tinggi dibandingkan nilai buku
perlembar saham. Semakin tinggi harga
saham, semakin berhasil perusahaan
menciptakan nilai bagi pemegang saham.
Keberhasilan
perusahaan
menciptakan
harapan kepada pemegang saham berupa
keuntungan yang lebih besar pula.
Secara sederhana menyatakan bahwa
price book value (PVB) merupakan rasio
pasar yang digunakan untuk mengukur
kinerja harga pasar saham terhadap nilai
bukunya.
2.6 Penelitian Dahulu yang Relevan
Berdasarkan penelitian sejenis yang
pernah dilakukan sebelumnya maka penulis
mendapatkan gambaran penelitian terdahulu
yang dipaparkan sebagai berikut:
Putu Dina Aristya Dewi, I.G.N.A.
Suaryana (Universitas Udayana) (2013)
melakukan penelitian tentang Pengaruh
EPS,DER,dan PVB Terhadap Harga Saham.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pengaruh
EPS, PBV terhadap harga saham adalah
signifikan positif, sedangkan pengaruh DER
terhadap harga saham adalah signifikan
negatif pada perusahaan Food and Beverage
yang teregister di BEI dengan tahun
pengamatan pada 2009-2011. Ketiga variabel
independen yang digunakan

pada penelitian ini EPS, DER, dan PBV
bersama-sama berpengaruh signifikan bagi
harga saham perusahaan di bidang Food
and Beverage yang terdaftar di BEI dengan
periode pengamatan pada 2009-2011.
Christera Kuswahyu Indira, Rini
Dwiastutiningsih/ Universitas Gunadarma
(Fakultas Ekonomi) (2014), melakukan
penelitian tentang Pengaruh Faktor-Faktor
Fundamental Terhadap Harga Saham PT.
Unilever Indonesia Tbk Tahun 2004-2013.
Hasil penelitian menunjukan bahwa secara
parsial faktor-faktor fundamental berupa
profit margin dan return on equity tidak
berpengaruh terhadap harga saham PT.
Unilever Indonesia Tbk. Secara simultan,
faktor-faktor fundamental berpengaruh
terhadap harga saham PT. Unilever
Indonesia Tbk.
Anggun Kartika Wati/ Universitas
Gunadarma 2014), melakukan penelitian
tentang Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental
Internal Terhadap Harga Saham. Hasil
penelitian menunjukan bahwa pengaruh DER
(Debt to Equipment Ratio), EPS (Earning Per
Share), NPM (Net Profit Margin), PBV
(Price to Book Value), ROA (Return On
Assets), ROE (Return On Equity) terhadap
harga saham pada perusahaan rokok yang go
public di BEI (Bursa Efek Indonesia).
3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis gunakan
adalah
pendekatan
kuantitatif
yang
merupakan
proses
analisa
terhadap
permasalahan yang ada dengan menggunakan
ilmu statistik memanfaatkan program
komputer yaitu SPSS 16.0.

yang telah dibahas, serta hipotesis yang telah
diutarakan sebelumnya, maka penulis dapat
menggambarkan kerangka pemikiran sebagai
berikut:
Diagram 3.1 Kerangka Pemikiran
Net
Prof
Earning
Per
Price

Harga
Saham

Boo
Return
On
Return
On
3.2.2 Definisi Operasional Variabel
Penelitian ini menggunakan dua macam
variabel penelitian, yaitu variabel terikat
(dependen) dan variabel bebas (independen).
Variabel dependen adalah variabel output,
merupakan variabel yang dipengaruhi atau
menjadi akibat karena adanya variabel bebas.
Variabel dependen pada penelitian ini adalah
harga saham (Y).
Variabel independen adalah variabel
stimulus, atau variabel yang mempengaruhi
atau yang menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya variabel dependen. Pada penelitian
ini variabel independen yang digunakan
ialah, Net Profit Margin / NPM (X1), Earning
Per Share / EPS (X2), Price Book Value /
PBV (X3), Return On Assets / ROA (X4),
Return On Equity / ROE (X5).

3.3 Populasi dan Sample
Populasi dalam penelitian ini adalah
3.2 Kerangka Konsep
perusahaan manufaktur yang terdaftar di
3.2.1 Desain/ Rancangan Penelitian
Bursa Efek Indonesia. Dengan menggunakan
metode purposive sampling maka peneliti
Berdasarkan pokok permasalahan yang
menentukan PT. Unilever Indonesia Tbk
telah dirumuskan, beberapa kajian teori
sebagai sampel dalam penelitian, hal ini
dikarenakan:
a. PT. Unilever Indonesia Tbk.

merupakan penggerak index untuk sektor
manufaktur
b. PT. Unilever Indonesia Tbk merupakan
salah satu perusahaan dengan likuditas
dan kapitalisasi pasar tersebar di
Indonesia, dan secara konsisten masuk ke
daftar LQ45.
c. Laporan keuangan PT. Unilever Indonesia
Tbk periode 2007 – 2016 kuartal ketiga
yang sudah tersedia.
2.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam
penelitian ini ialah menggunakan metode
dokumentasi data sekunder. Dimana data
sekunder yang dimaksud adalah laporan
keuangan PT. Unilever Indonesia Tbk Tahun
2011 – 2016 kuartal ketiga yang diperoleh
dari www.idx.co.id, serta histori harga saham
PT. Unilever Indonesia Tbk periode 2011 –
2016 kuartal ketiga yang diperoleh dari
www.finance.yahoo.com.
2.5 Metode Analisis Data
Untuk mengetahui pengaruh variabel
bebas yaitu faktor fundamental berpengaruh
terhadap variabel terikat yaitu harga saham
maka peneliti melakukan uji asumsi klasik,
analisa regresi berganda dan uji hipotesis.
2.5.1 Uji Asumsi Klasik
2.5.1.1 Uji Normalitas
Pengujian regresi yang bertujuan untuk
mengetahui apakah variabel bebas dan terikat
terdistribusi normal atau tidak, dimana hasil
yang diharapkan dalam pengujian ini adalah,
model regresi terdistribusi normal atau
mendekati normal. Salah satu cara untuk
menguji normalitas adalah dengan cara uji
Kolmogorov
Smirnov.
Dimana
hasil
pengujian
Kolmogorov
Smirnov
jika
signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka data
yang diuji tidak normal, sebaliknya jika
signifikansi lebih besar dari 0,05 maka data
yang diuji normal dan dapat digunakan .
2.5.1.2Uji Autokorelasi

Suatu pengujian yang bertujuan untuk
mengetahui apakah terjadi korelasi antara
deret waktu, dimana data pada periode
tertentu
berkorelasi
dengan
periode
sebelumnya. Model regresi yang baik adalah
yang tidak terjadi autokorelasi, jika terjadi
autokorelasi maka data tidak layak untuk
dipakai prediksi. Uji Durbin-Watson adalah
salah satu cara untuk mengetahui autokorelasi
dalam regresi yang diuji. Dengan jumlah T =
39 dan k = 6 maka nilai dL = 1,21 dan dU =
1,78. Dengan demikian ketentuan dalam
pengujian Durbin Watson sebagai berikut:


1,21 < DW < 2,22 ; tidak terjadi
autokorelasi



1,21 < DW < 1,78 atau 2,22 < DW < 2,79
; tidak dapat disimpulkan.



DW < 1,21 atau DW > 2,79 ; terjadi
autokorelasi

3.5.1.1 Uji Heterokedastisitas
Uji heterokodastisitas untuk mengetahui
apakah ada ketidaksamaan varian residual
satu pengamatan ke pengamatan lainya,
dimana hasil yang diharapkan dari pengujian
ini
adalah
terjadi
homokedastisitas.
Homokedastisitas adalah model regresi yang
ada kesamaan varian residual satu
pengamatan ke pengamatan lainnya.
Pengujian
heterokedastisitas
dapat
dilakukan dengan metode scatterplot,
dimana prinsip dari metode ini adalah
melihat grafik scatterplot antara nilai
prediksi (ZPRED) dengan nilai residu nya
(SPESID). Homokedastisitas terjadi jika
hasil dari grafik yang ditampilkan tidak ada
pola yang jelas, seperti titik – titik yang
menyebar.
3.5.1.4 Uji Multikolinearitas
Uji multikorelasi yang dimaksud ialah
suatu pengujian untuk melihat apakah
diantara variabel bebas saling berkolerasi
atau tidak. Hasil yang diharapkan dalam
pengujian ini adalah dari masing – masing
variabel tidak terjadi

korelasi. Untuk mendeteksi ada tidaknya 1. Menentukan tingkat signifikasi (α).
gejala multikorelasi dalam model regresi
Tingkat signifikansi ialah nilai kesalahan
dapat dilihat dari nilai tolerance dan
dimana α = 5%, yang selanjutnya
Variance Inflation Factor (VIF), dimana
digunakan untuk mencari nilai ttabel
nilai tolerance < 0,1 dan nilai VIF > 10.
2. Menghitung nilai thitung
Untuk mengetahui nilai thitung dapat
2.5.2 Analisis Model Linier Regresi dilakukan dengan menggunakan SPSS 16.
Berganda
3. Mengambil Kesimpulan
Setelah nilai ttabel dan thitung diketahui,
Untuk mengetahui pengaruh antara
maka
dapat diambil kesimpulan dari hipotesis
variabel bebas yaitu faktor fundamental yang
terdiri dari lima variabel dengan satu yang telah dirumuskan dengan syarat sebagai
variabel bebas yaitu harga saham, maka berikut :
dilakukan analisa model linear regresi
Ho diterima jika, ttabel > thitung
berganda dengan menggunakan SPSS 16,
Ho ditolak jika, ttabel < thitung
analisa tersebut dapat memberikan gambaran
yang objektif dari masalah yang dianalisis.
Dimana persamaan dari model linear regresi 1.5.3.2 Uji f
Uji f dalam pengujian hipotesis
berganda yang dimaksud sebagai berikut:
bertujuan untuk mengetahui apakah ada atau
tidaknya pengaruh secara simultan antara
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5
variabel
independen
dengan
variabel
dependen. Langkah – langkah uji f setelah di
Keterangan :
bab sebelumnya dirumuskan hipotesisnya
Y: Harga Saham (Closing Price)
sebagai berikut:
α: Konstanta
1.
Menentukan tingkat signifikasi (α)
β1, β2... β5: Koefisien regresi dari masing – Tingkat signifikansi ialah nilai kesalahan
masing variabel bebas
dimana α = 5%, yang selanjutnya digunakan
untuk mencari nilai ftabel.
X1: Net Profit Margin
2.
Menghitung nilai fhitung
X2: Earning Per Share
Untuk mengetahui nilai fhitung dapat dilakukan
X3: Price Book Value
dengan menggunakan SPSS 16.
X4: Return On Assets
3.
Mengambil Kesimpulan
X5: Return On Equity
Setelah nilai ftabel dan fhitung diketahui, maka
dapat diambil kesimpulan dari hipotesis yang
2.5.3 Uji Hipotesis
telah dirumuskan dengan syarat sebagai
Uji
hipotesis
dilakukan
untuk berikut :
menjawab hipotesis yang telah dibuat Ho diterima jika, f > f
tabel
hitung
sebelumnya, pengujiannya melalui dua
Ho ditolak jika, ftabel < fhitung
metode berikut.
2.5.3.1Uji t
Tujuan dari uji t ialah untuk
mengetahui apakah ada atau tidaknya
pengaruh secara parsial dari masing –
masing variabel independen terhadap
variabel dependen. Langkah – langkah uji t
setelah di bab sebelumnya dirumuskan
hipotesisnya sebagai berikut:

4 HASIL PENELITIAN
5.1 Gambaran Umum Objek Peneliti
PT Unilever Indonesia Tbk (perusahaan)
didirikan pada 5 Desember 1933 sebagai
Zeepfabrieken N.V. Lever dengan akta No.
33 yang dibuat oleh Tn.A.H. van Ophuijsen,
notaris di Batavia.

Akta ini disetujui oleh Gubernur
Jenderal van Negerlandsch-Indie dengan
surat No. 14 pada tanggal 16 Desember 1933,
terdaftar di Raad van Justitie di Batavia 1933
dan diumumkan dalam Javasche Courant
pada tanggal 9 Januari 1934 Tambahan No. 3.

Dari data diatas, nilai DW adalah 2,26
dimana nilai tersebut lebih besar dari 1,21
dan lebih besar dari 2,22 (4-dL). Dengan
demikian bahwa model regresi tidak dapat
disimpulkan. Untuk menanggulangi masalah
autokorelasi ini peneliti melakukan uji
autokorelasi dengan Run Test, dimana
menghasilkan data sebagai berikut:

4.2 Pembahasan dan Analisis
4.2.1 Hasil analisa dan Uji Hipotesis
Untuk menguji kesalahan regresi yang
digunakan dalam penelitian, maka harus
dilakukan pengujian asumsi klasik dan
analisa model linear regresi berganda sebagai
berikut.
1. Uji Normalitas
Untuk menguji apakah data dalam
penelitian terdistribusi normal atau tidak,
dengan pengujian Kormogoro Smirnov
Dari hasil pengujian menggunakan
Tabel 4.2. Hasil uji Normalitas dengan
metode Run Test didapatkan nilai Asymp. Sig.
Kormogoro Smirnov.
(2-Tailed) sebesar 0,328. Dimana nilai
tersebut lebih besar dari 0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa data yang dipergunakan
dalam penelitian tidak terjadi masalah
autokorelasi.
Sumber hasil SPSS, 2016 (Data Diolah)
Berdasarkan
data
diatas,
dapat
diketahui nilai Asymp sig (2-Tailed) dari
masing – masing variabel NPM, EPS, PBV,
ROA, ROE dan Harga Saham lebih besar dari
0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
pengujian normalitas mempunyai nilai residu
yang terdistribusi normal, dan data dapat
digunakan dalam penelitian.
2. Uji Autokorelasi
Berikut hasil data uji autokorelasi
dengan pengujian Durbin-Watson dengan
menggunakan SPSS:
Tabel 4.3 Hasil uji Autokorelasi DurbinWatson
model

R

R Square

Adjusted
Square

1

.989A

.979

.975

Sumber hasil SPSS, 2016

R

Durbin watson
2.260

3.Uji Heterokosiditas

Berdasarkan gambar diatas, dapat
disimpulkan bahwa model regresi tidak
mengalami heterokedasitas melainkan terjadi
homokedasitas, hal ini dikarenakan titik –
titik pada scatterplot menyebar atau tidak
membentuk pola yang jelas.
4.Uji Multikolinieritas
Berikut hasil pengujian multikolinieritas
terhadap model regresi

Berdasarkan data diatas, diketahui
hanya dua variabel independen tidak
mengalami multikolinearitas, yakni NPM dan
PBV hal ini dikarenakan nilai Toleransi dan
VIF dari masing – masing variabel lebih
besar dari 0,1 dan lebih besar dari 10 yaitu
0,84 dan 0,19 serta 1,19 dan 5,18. Dengan
demikian tiga variabel lainnya mengalami
multikolinearitas yang disebabkan karena
pada varibel NPM, EPS, ROA, dan ROE
memiliki unsur laba bersih pada rasio – rasio
tersebut.
5.Analisa Regresi Linear Berganda
Analisa Regresi bertujuan untuk
mengetahui pengaruh NPM, EPS, PBV,
ROA, dan ROE terhadap harga saham.
Berikut
hasil
perhitungan
dengan
menggunakan SPSS 16.

Dari tabel diatas maka dapat ditentukan
persamaan regresi linear berganda sebagai
berikut:
Y = 1952 + (-273) X1 + 47 X2 + 738 X3 + 374X4 + (-442)
X5

Dari persamaan diatas diketahui nilai
konstanta sebesar 1952. Dengan demikian
bahwa harga saham dapat dipengaruhi oleh
NPM, EPS, PBV, ROA, ROE, dimana
apabila tidak ada variabel – variabel tersebut
maka harga saham bernilai konstan yaitu
sebesar Rp. 1.952.

Variabel NPM bernilai -273 yang berarti
jika NPM turun sebesar 1% maka akan
diikuti dengan kenaikan harga saham sebesar
sebesar Rp. 272 dan sebaliknya, kondisi ini
berlaku jika variabel lainnya diasumsikan
bernilai konstan.
Variabel EPS sebesar 47, dimana jika
EPS naik sebesar Rp. 1 akan diikut dengan
kenaikan harga saham sebesar Rp. 47 dan
sebaliknya, kondisi ini berlaku jika variabel
lainnya diasumsikan bernilai konstan.
Variabel PBV sebesar 738, dimana jika
PBV mengalami kenaikan sebesar Rp. 1
maka harga saham akan mengalami kenaikan
sebesar Rp. 738 dan sebaliknya, kondisi ini
berlaku jika variabel lainnya diasumsikan
bernilai konstan.
Variabel ROA sebesar 374, dimana jika
terdapat kenaikan sebesar 1% pada variabel
ROA akan diikuti dengan kenaikan harga
saham sebesar Rp. 374 dan sebaliknya,
kondisi ini berlaku jika variabel lainnya
diasumsikan bernilai konstan.
Variabel ROE sebesar -442, dimana jika
terjadi penurunan ROE sebesar 1% maka
akan diikuti oleh kenaikan harga saham
sebesar Rp. 442 dan sebaliknya, kondisi ini
berlaku jika variabel lainnya diasumsikan
bernilai konstan.
6. Uji Parsial (Uji t)
Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah
dalam model regresi variabel independen
secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen. Berikut data
hasil pengujian menggunakan SPSS:

Dari data diatas
maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
a. Uji regresi antara NPM dan harga saham
diperoleh thitung sebesar -1,247 < ttabel sebesar
2,032 dengan tingkat signifikasi 0,221 > 0,05
maka Ho1 diterima, bahwa tidak ada
pengaruh signifikan antara NPM dengan
harga saham.
b. Uji regresi antara EPS dan harga saham
diperoleh thitung sebesar 8,558 > ttabel sebesar
2,032 dengan tingkat signifikasi 0,00 < 0,05
maka Ho2 ditolak, bahwa ada pengaruh
positif yang signifikan antara EPS dan harga
saham.
c. Uji regresi antara PBV dan harga saham
diperoleh thitung sebesar 15,781 > ttabel sebesar
2,032 dengan tingkat signifikasi 0,00 < 0,05
maka Ho3 ditolak, bahwa ada pengaruh
positif yang signifikan antara PBV dan harga
saham.
d. Uji regresi antara ROA dan harga saham
diperoleh thitung sebesar 3,412 > ttabel sebesar
2,032 dengan tingkat signifikasi 0,02 < 0,05
maka Ho4 ditolak, bahwa ada pengaruh positif
yang signifikan antara ROA dan harga
saham.
e. Uji regresi antara ROE dan harga saham
diperoleh thitung sebesar -9,692 < ttabel sebesar
2,032 dengan tingkat signifikasi 0,00 < 0,05
maka Ho5 ditolak, bahwa ada pengaruh
negatif antara ROE dan harga saham.
7. Uji Simultan (Uji f)
Uji f dilakukan untuk mengetahui
apakah variabel independen berpengaruh
secara simultan (bersama – sama) terhadap
variabel dependen. Berikut data hasil
pengujian dengan SPSS:

Berdasarkan data diatas diperoleh nilai
fhitung sebesar 300,735 > ftabel sebesar 2,641
dengan tingkat sigifikasi 0,00 < 0,05. Maka
dapat disimpulkan bahwa NPM, EPS, PBV,
ROA dan ROA secara simultan (bersama –
sama) berpengaruh signifikan terhadap harga
saham.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji
pengaruh factor fundamental terhadap harga
saham PT.Unilever Tbk. Penelitian ini
menguji 5 variable independen yaitu NPM,
EPS, PBV, ROA dan ROE serta variable
dependen berupa harga saham.
Berdasarkan hasil analisis data dan
pengujian hipotesis pada penelitian ini maka
dapat diambil kesimpulan, yaitu :
1. NPM tidak berpengaruh dan tidak
signifikan
terhadap
harga
saham
PT.Unilever Indonesia Tbk.
2. EPS berpengaruh positif dan signifikan
bagi harga saham PT.Unilever Indonesia
Tbk
3. PBV berpengaruh positif dan signifikan
bagi harga saham PT.Unilever Indonesia
Tbk
4. ROA berpengaruh positif dan signifikan
bagi harga saham PT.Unilever Indonesia
Tbk
5. ROE berpengaruh negatif dan signifikan
bagi harga saham PT.Unilever Indonesia
Tbk
Secara parsial bahwa hanya NPM yang
tidak berpengaruh signifikan terhadap harga
saham PT. Unilever Indonesia Tbk dan hanya
ROE yang berpengaruh negative signifikan
terhadap harga saham PT. Unilever Indonesia
Tbk. EPS,BPV dan ROA
ketiga rasio
tersebut berpengaruh positif signifikan
terhadap harga saham PT. Unilever Indonesia
Tbk.
Secara simultan NPM, EPS, PBV, ROA
dan ROA berpengaruh signifikan terhadap
harga saham PT. Unilever Indonesia Tbk.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini Kulkarni, Keerti Gururaj dan Kulkarni,
Gururaj Anand. 2013. Fundamental
sebaiknya para investor lebih memperhatikan
Analysis vs Technical: A Choice Of
faktor-faktor seperti EPS, PBV dan ROA
Sectoral Analysis. International
yang mempunyai pengaruh terhadap harga
Journal of Engineering and
saham
Management Sciences , Vol 4 No. 2,
Dan untuk memprediksi harga saham
April 2013: 234 – 236
juga perlu memperhatikan faktor-faktor lain
yang dapat mempengaruhi harga saham
Petrusheva, Nada dan Jordanoski, Igor. 2016.
tersebut seperti faktor internal, yaitu modal
Comparative Analysis Between the
dan perlu di perhatikan lagi kondisi sosial,
Fundamental
and
Technical
politik
dan
ekonomi
yang
dapat
Analysis of Stocks. Journal of
mempengaruhi.
Process Management – New
Diharapkan
untuk
penelitian
Technologies, International, Vol 4
selanjutnya dapat menggunakan periode
No. 2, 2016
pengamatan yang lebih panjang dengan
tujuan memperoleh hasil yang lebih baik lagi. Raharjo, Daniarto dan Muid, Dul. 2013.
Analisis Pengaruh Faktor – Faktor
Fundamental
Rasio
Keuangan
DAFTAR PUSTAKA
Terhadap Perubahan Harga Saham.
Dewi, Putu Dina Aristya dan Suaryana
Diponegoro Journal Of Accounting,
I.G.N.A. 2013. Pengaruh EPS, DER
Vol 2 No. 2, Tahun 2013
dan PBV Terhadap Harga Saham. EJurnal
Akuntansi
Universitas Sappar, Bidiosta, Suhada dan Hidayat, Raden
Udayana, Vol 4 No. 1, Juli 2013:
Rustam. 2015. Analisis Pengaruh
215 – 229
Faktor – Faktro Fundamental dan
Teknikal
Terhadap
Nilai
Ginting, Suriani. 2013. Analisis Faktor –
Perusahaan. Penelitain. Surabaya:
Faktor yang Mempengaruhi Harga
Universitas Brawijaya
Saham Pada Perusahaan Manufaktur
di BEI. Jurnal Wira Ekonomi Sari, EI. 2013. Pengaruh Faktor – Faktor
Mikroskil, Vol 3 No. 2, Oktober
yang Mempengaruhi Harga Saham
2013
PT. Unilever Indonesia Tbk.
Penelitian. Palembang: STIE MDP
Hutami, Rescyana Putri. 2012. Pengaruh
Dividen Per Share, Return On Suresh. 2013. A Study on Fundamental and
Equity Dan Net Profit Margin
Technical Analysis. International
terhadap Harga Saham Perusahaan
Journal of Marketing, Finance
Industri Manufaktur Yang Tercatat
Service and Management Research ,
Di
Bursa
Efek
Indonesia.
Vol 2 No. 5, Mei 2013
Diponegoro Journal Of Accounting,
Susilawati,
Christine.
2012.
Analisis
Vol 2 No. 2, Tahun 2013
Pebandingan Pengaruh Likuiditas,
Kartika Wati, Anggun. 2014. Pengaruh
Solvibilitas
dan
Profitabilitas
Faktor – Faktor Fundamental
Terhadap Harga Saham Pada
Internal Tehadap Harga Saham.
Perusahaan
LQ
45.
Jurnal
Penelitian. Jakarta: Universitas
Akuntansi, Vol 4 No.2, November
Gunadarma
2012 : 165 – 174

Tiningrum, Erna. 2011. Pengaruh Faktor
Fundamental dan Resiko Sistematik
Terhadap Harga Saham Perusahaan
Manufaktur
di
BEI.
Jurnal
Akuntansi dan Keuangan, Vol 1 No.
7, Agustus 2011