4 KEMISKINAN DAN KESENJANGAN rilis

KEMISKINAN DAN KESENJANGAN
Masalah.
1. Permasalahan Pokok.
Masalah pokok Negara berkembang Kesenjangan ekonomi atau ketimpangan
distribusi pendapatan atau tingkat kemiskinan atau jumlah orang yang hidup dibawah
garis kemiskinan

Kesejahteraan:
Pendapatan perkapita
Distribusi pendapatan

Meningkat dan
merata

Pemerintah
berhasil

Menurun
Meningkat dan
tidak merata
Tidak berubah dan

tidak merata

Pemerintah
Gagal

Kebijakan dan perencanaan pembangunan Orde Baru adalah pembangunan
dipusatkan di Jawa (khususnya diJakarta) dengan harapan akan terjadi “Trickle Down
Effect” dengan orientasi pada pertumbuhan yang tinggi.
2. Strategi Pembangunan.
Pada awal pemerintah orde baru percaya bahwa proses pembangunan ekonomi akan
menghasilkan Trikle down effect Hasil pembangunan akan menetes ke sectorsektor lain dan wialayah Indonesia lainnya.
Fokus pembangunan ekonomi pemerintah Mencapai laju pertumbuhan ekonomi yg
tinggi dalam waktu yang singkat melalui pembangunan pada:
a. Wilayah yang memiliki fasilitas yang relative lengkap (pelabuhan, telekomunikasi,
kereta api, kompleks industri, dll) yakni di P. Jawa khsususnya Jawa Barat.
b. Sektor-sektor tertentu yang memberikan nilai tambah yang tinggi.
3. Hasil strategi pembangunan Kurang efektif.
a. 1980 – 1990 Laju pertumbuhan ekonomi (PDB) tinggi
b. Kesenjangan semakin besar (jumlah orang miskin semakin banyak)
4. Perubahan strategi pembangunan

Berdasarkan hasil pembangunan tsb, mulai PELITA 3 pemerintah merubah tujuannya
menjadi mencapai pertumbuhan dan kesejahteraan masyarakat.

1

Strategi

a. Konsentrasi pembangunan diseluruh Indonesia
b. Pembangunan untuk seluruh sektor pengembangan sektor
pertanian melalui berbegai program seperti transmigrasi, industri
padat karya, industri rumah tangga

Konsep dan Difinisi.
Pengukuran Kemiskinan
a. Kemiskinan relatif
Konsep yg mengacu pada garis kemiskinan yakni ukuran kesenjangan dalam
distribusi pendapatan. Kemiskinan relatif proporsi dari tingkat pendapatan
rata-rata.
b. Kemiskinan absolute (ekstrim)  Konsep yg tidak mengacu pada garus
kemiskinan yakni derajad kemiskinan dibawah dimana kebutuhan minimum untuk

bertahan hidup tidak terpenuhi.

Pertumbuhan, Kesenjangan dan Kemiskinan.
Data 1970 – 1980 menunjukkan ada korelasi positif antara laju pertumbuhan dan
tingkat kesenjangan ekonomi.
Semakin tinggi pertumbuhan PDB/pendapatan perkapita, semakin besar perbedaan
sikaya dengan simiskin.
Penelitian di Asia Tenggara oleh Ahuja, dkk (1997) menyimpulkan bahwa selama
periode 1970an dan 198an ketimpangan distribusi pendapatan mulai menurun dan
stabil, tapi sejak awal 1990an ketimpangan meningkat kembali di LDC’s dan DC’s
seperti Indonesia, Thaliland, Inggris dan Swedia.
Janti (1997) menyimpulkan  semakin besar ketimpangan dalam distribusi
pendapatan disebabkan oleh pergeseran demografi, perubahan pasar buruh, dan
perubahan kebijakan publik. Perubahan pasar buruh ini disebabkan oleh kesenjangan
pendapatan dari kepala keluarga dan semakin besar saham pendapatan istri dalam
jumlah pendapatan keluarga.
Hipotesis Kuznets ada korelasi positif atau negatif yang panjang antara tingkat
pendapatan per kapita dengan tingkat pemerataan distribusi pendapatan.
Dengan data cross sectional (antara negara) dan time series, Simon Kuznets
menemnukan bahwa relasi kesenjangan pendapatan dan tingkat pendapatan

perkapita berbentuk U terbalik.
Tingkat Kesenjangan

Periode

2

Tingkat Pendapatan Per Kapita
Hasil ini menginterpretasikan: Evolusi distribusi pendapatan dalam proses transisi
dari ekonomi pedesaan ke ekonomi perkotaan (ekonomi industri)  Pada awal
proses pembangunan, ketimpangan distribusi pendapatan naik sebagai akibat proses
urbanisasi dan industrialisasi dan akhir proses pembangunan, ketimpangan menurun
karena sektor industri di kota sudah menyerap tenaga kerja dari desa atau produksi
atau penciptaan pendapatan dari pertanian lebih kecil.
Banyak studi untuk menguji hipotesis Kuznets dengan hasil:
a. Sebagian besar mendukung hipotesis tersebut, tapi sebagian lain menolak
b. Hubungan positif pertumbuhan ekonomi dan distribusi pendapatan hanya dalam
jangka panjang dan ada di DC’s
c. Kurva bagian kesenjangan (kiri) lebih tidak stabil daripada porsi kesenjangan
menurun sebelah kanan.

Deininger dan Squire (1995) dengan data deret waktu mengenai indeks Gini dari 486
observasi dari 45 LDC’s dan DC’s (tahun 1947-1993) menunjukkan indeks Gini
berkorelasi positif antara tahun 1970an dengan tahun 1980an dan 1990an.
Anand dan Kanbur (1993) mengkritik hasil studi Ahluwalia (1976) yang mendukung
hipotesis Kuznets. Keduanya menolak hipotesis Kuznets dan menyatakan bahwa
distribusi pendapatan tidak dapat dibandingkan antar Negara, karena konsep
pendapatan, unit populasi dan cakupan survey berbeda.
Ravallion dan Datt (1996) menggunakan data India:
 proxy dari pendapatan perkapita dengan melogaritma jumlah produk domestik
(dalam nilai riil) per orang (1951=0)
 proxy tingkat kesenjangan adalah indeks Gini dari konsumsi perorang (%)
Hasilnya menunjukkan tahun 1950an-1990an rata-rata pendapatan perkapita
meningkat dan tren perkembangan tingkat kesenjangan menurun (negative).
Ranis, dkk (1977) untuk China menunjukkan korelasi negative antara pendapatan dan
kesenjangan.
Hubungan Pertumbuhan dan Kemiskinan.
Hipotesis Kuznets: Pada tahap awal pembangunan tingkat kemiskinan meningkat dan
pada tahap akhir pembangunan tingkat kemiskinan menurun.
Faktor yang berpengaruh pada tingkat kemiskinan:
a) Pertumbuhan

b) Tingkat pendidikan
c) Struktur ekonomi
Wodon (1999) menjelaskan hubungan pertumbuhan output dengan kemiskinan
diekspresikan dalam:
Log Gkt = α + βLog Wkt + αt + ∑kt
Dimana:
 Gkt : Indeks gini untuk wilayah k pada periode t

3





Wkt : Rata-rata konsumsi/pendapatan riil (rasio kesejahteraan) diwilayah k pada
periode t
αt
: Efek lokasi yang tetap
∑kt : Term kesalahan


Dalam persamaan tersebut, elastisitas ketidakmerataan distribusi pendapatan
terhadap pertumbuhan merupakan komponen kunci dari perbedaan antara efek bruto
(ketimpangan konstan) dan efek neto (efek dari perubahan ketimpangan) dari
pertumbuhan pendapatan terhadap kemiskinan.





g : efek bruto (ketimpangan konstan)
l : efek neto (efek dari perubahan ketimpangan)
b : elatisitas ketimpangan terhadap pertumbuhan
d : elastisitas kemiskinan terhadap ketimpangan

Pertumbuhan

Ketimpangan

Kemiskinan


maka,
Λ = γ + βδ
Elatisitas ketimpangan terhadap pertumbuhan dan elastisitas kemiskinan terhadap
ketimpangan diperoleh dengan persamaan:
Log Pkt = w + Log Wkt + Log Gkt + wk + vkt
Dimana:
 Pkt : Kemiskinan diwilayah k pada periode t
 Gkt : Indeks gini untuk wilayah k pada periode t
 Wkt : Rata-rata konsumsi/pendapatan riil (rasio kesejahteraan)
diwilayah k pada periode t
 Wk : efek-efek yang tetap
 vkt :term kesalahan
Studi empiris di LDC’s menunjukkan ada korelasi yang kuat antara pertumbuhan
ekonomi dengan kemiskinan. Studi lain menunjukkan bahwa kemiskinan berkorelasi
dengan pertumbuhan output (PDB) atau Pendapatan nasional baik secara agregat
maupun disektor-sektor ekonomi secara individu.
a) Ravallion dan Datt (1996) dengan data dari India menemukan bahwa
pertumbuhan output disektor-sektor primer khususnya pertanian jauh lebih
efektif terhadap penurunan kemiskinan dibandingkan dengan sector sekunder.
b) Kakwani (2001) untuk data dari philipiana menunjukkan hasil yang sama

dengan Ravallion dan Datt. Peningkatan output sektor pertanian 1%
mengurangi jumlah kemiskinan 1% lebih sedikit. Peningkatan output sektor
industri 1% mengurangi jumlah kemiskinan 0,25 saja.
c) Mellor (2000) menjelaskan ada tendensi partumbuhan ekonomi (terutama
pertanian) mengurangi kemiskinan baik secara mangsung maupun tidak
langsung.
d) Hasan dan Quibria (2002) menyatakan ada hubungan antara pertumbuhan
dengan kemiskinan

4

e) ADB (1997) untuk NIC’s Asia Tenggara (Taiwan, Korsel, dan Singapura)
menunjukkan pertumbuhan output di sector industri manufaktur berdampak
positif terhadap peningkatan kesempatan kerja dan penurunan kemiskinan
f) Dolar dan Kraay (2000) menunjukkan elastisitas pertumbuhan PDB
(pendapatan) perkapita dari kelompok miskin adalah 1% (pertumbuhan ratarata 1% meningkatkan pendapatan masyarakat miskin 1%).
g) Timmer (1997) menyimpulkan bahwa elastisitas pertumbuhan PDB
(pendapatan) perkapita dari kelompok miskin adalah 8% artinya kurang dari
proporsional keuntungan bagi kelompok miskin dari pertumbuhan ekonomi
Untuk mengukur pengaruh pertumbuhan sektoral terhadap tingkat kemiskinan

digunakan:
Ln P= a + b1 Ln Y1 + b2 Ln Y2 + b3 Ln Y3 + u + R
Dimana:
P : Fraksi dari jumlah populasi dengan pengeluaran konsumsi dibawah pengeluaran
minimum yang telah ditetapkan sebelumnya (garis kemiskinan)
Y : Tingkat output per kapita untuk sector pertanian, inustri pengolahan, dan jasa
u dan R:term kesalahan
Ada korelasi yang negative antara tingkat pendapatan dan kemiskinan (semakin
tinggi tingkat pendapatan perkapita, semakin rendah tingkat kemiskinan). Nilai
koefisien korelasi untuk 4 wilayah.

INC
LnY
Adj. R2
Observasi

Asia Timur

Amerika Latin


Asia Selatan

-0,03
(-0,03)
-1,60
(-9,36)
0,84
70

0,26
(1,79)
-1,13
(-6,11)
0,68
107

0,31
(3,31)
-0,82
(-10,12)
0,83
67

Asia Timur

Amerika Latin

Asia Selatan

0,05
(0,6)
0,40
(0,66)
-1,31
(-4,28)
0,02
(0,08)
0,84
70

0,3
(2,32)
-0,33
(-1,47)
0,28
(1,21)
-1,21
(-4,88)
0,71
107

0,36
(3,95)
-1,17
(-4,29)
-0,03
(-0,2)
-0,22
(-1,3)
0,87
67

Afrika
Sahara
0,17
(1,72)
-0,71
(-4,53)
0,93
48

Sub-

Afrika
Sahara
0,08
(0,78)
-0,32
(-3,05)
-0,03
(-0,31)
-0,16
(-1,55)
0,93
48

Sub-

Hasil penelitian per sector:

INC
LnYpertanian
LnYindustri
LnYjasa
Adj. R2
Observasi

Indikator Kesenjangan dan Kemiskinan.
Cara untuk mengukur tingkat kesenjangan dalam distribusi pendapatan dengan:

5

1. Pendekatan Asiomatic mencakup:
a) The Generalied Entropy (GE)

GE(

) = (1/(α2-α)

n=jumlah individu/orang dalam sampel

yi=pendapatan individu (i=1,2,…n)
= (1/n)

adalah ukuran rata-rata pendapatan

Nilai GE terletak 0 sampai ∞. Nilai GE 0 berarti distribusi pendapatan merata dan
GE bernilai 4 berarti kesenjangan yang sangat besar.

α

= mengukur besarnya perbedaan antara pendapatan dari kelompok yang
berbeda didalam distribusi tersebut dan mempunyai nilai riil
b) Ukuran Atkinson

A=1ϵ=parameter ketimpangan, 0