PENGUKURAN KADAR NH3 DI KAMAR MANDI PRIA

PENGUKURAN KADAR NH3 DI KAMAR MANDI PRIA
DENGAN METODE INDOFENOL MENGGUNAKAN
SPEKTROFOTOMETER
MEASUREMENTS LEVELS NH3 IN THE MAN BATHROOM
WITH THE METHOD INDOFENOL USING
SPEKTROFOTOMETER
Amir Hamzah1, AnditaDwi Sefiani2, Eman Serius Waruwu3
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor, Jln. Kamper Kampus IPB
Dramaga, Bogor, 16680
Email: amirhamzahsil49@gmail.com1, anditadwisefiani@rocketmail.com2,
waruwu15.ew@gmail.com3
Abstrak : Penurunan nilai darah dapat menganggu proses fisiologis manusia, terutama yang lebih
lama terpapar dengan gas amoniak tersebut. Adanya paparan gas amoniak pada kamar mandi juga
dapat menimbulkan ketidaknyamanan pengguna kamar mandi. Jika hal ini diabaikan akan
menimbulkan dampak negatif yang akhirnya dapat menurunkan produktivitas manusia. Tujuan dari
penelitian ini adalah menentukan konsentrasi NH 3 di udara ambien dengan menggunakan metode
Indofenol. Pengukuran dilakukan pada tanggal 8 November 2014 di toilet pria FEM, IPB. Prinsip
pengukuran yang digunakan menggunakan metode indofenol. Hasil yang diperoleh dari pengujian
contoh uji adalah sebesar 202.6005 µg/m3 atau 0.3 ppm. Berdasarkan baku mutu Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup No.50 Tahun 1996 Tentang Baku Tingkat Kebauan, kandungan
maksimum konsentrasi ammonia (NH 3) yang mengganggu kesehatan manusia adalah sebesar 2

ppm. Jika dibandingkan dari hasil penelitian yang diperoleh, kadar ammonia (NH 3) masih dibawah
baku mutu sehingga tolilet tersebut dalam kategori aman digunakan. Teknik biofilter merupakan
salah satu alternatif teknologi penghilangan bau ammonia. Keuntungan dari penghilangan bau
dengan teknik biofilter adalah mekkanisme proses yang sederhana, menggunakan biaya investasi
yang rendah, stabil pada penggunaan dalam waktu yang relatif lama, dan memiliki daya penguraian
atau pengolahan yang tinggi serta metode ini tidak menimbulkan masalah baru.
Kata kunci : kandungan ammonia (NH 3), Toilet FEM, metode Indofenol, teknik indofilter
Abstract: Decline of the value blood may disrupt vital physiologic process people, especially that
the longer exposed to gas ammonia. A description of The gas ammonia to a bathroom can also cause
discomfort users bathroom. If this was ignored will have negative impacts which was finally able to
lower productivity man. The aim of this research is to determine NH3 concentration in the air
ambien by using this method Indofenol. The assessment is conducted on November 8, 2014 in the
bathroom man, FEM, IPB. The principle measurements used methods indofenol. Results obtained
from testing example trial was 202.6005 µg/m3 or 0.3 ppm. Based on Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup No.50 Tahun 1996 about Standard high Kebauan, contains a maximum
concentration ammonia (NH3) that affect human health was 2 ppm. From the result of the resea rch
If it is compared to that ammonia levels (NH3) is still below quality standard so toilets/bathrooms
mentioned in the category safe to use. Biofilter technique is one of the alternative technology
disappearances smell ammonia. Profits from disappearing odor and techniques biofilter
mekkanisme process is a simple, using the cost of investment that low, stable at the same time using

a relatively long time, with a flair parsing or processing, and this method does not cause new
problems.
Key words : contains ammonia (NH3), Toilet FEM, the method Indofenol, the technique indofilter

PENDAHULUAN
Pencemaran udara di dalam ruangan maupun di udara ambien, menjadi masalah
kesehatan lingkungan utama di dunia, khususnya di negara berkembang.
Pencemaran udara dapat berasal dari aktivitas pembakaran sampah, kendaraan
bermotor, industri ataupun gas amoniak dari penimbunan sampah (Basri 2008).

Sampah dan kotoran yang ditimbun secara terus-menerus akan mengalami
dekomposisi secara anaerobik yang menghasilkan gas amoniak (NH3), metana
(CH4), hidrogen sulfida (H2S) dan senyawa toksik lainnya sehingga dapat
mencemari lingkungan sekitarnya. Gas amoniak tersebut merupakan salah satu gas
rumah kaca yang dapat menyebabkan global warming (Martono 1996).
Amoniak bersifat sangat toksik bahkan dalam konsentrasi rendah. Nilai ambang
batas gas amoniak di udara untuk 8 jam kerja adalah 25 ppm (Surat Edaran Menaker
1978). Toksisitas akut amoniak pada kadar >500 ppm dapat menyebabkan
kematian, sedangkan efek kronis pada kadar >35 ppm dapat menimbulkan
kerusakan ginjal, kerusakan paru-paru, mereduksi pertumbuhan dan malfungsi otak

serta penurunan nilai darah (Rahmawati 2000).
Penurunan nilai darah dapat menganggu proses fisiologis manusia, terutama
yang lebih lama terpapar dengan gas amoniak tersebut. Adanya paparan gas
amoniak pada kamar mandi juga dapat menimbulkan ketidaknyamanan pengguna
kamar mandi. Jika hal ini diabaikan akan menimbulkan dampak negatif bagi
pelayanan suatu gedung perkuliahan ataupun perkantoran yang akhirnya dapat
menurunkan produktivitas mahasiswa ataupun pekerja. Untuk itu penelitian
mengenai konsentrasi gas amoniak perlu dilakukan. Tujuan dari penelitian ini
adalah menentukan konsentrasi NH3 di udara ambien dengan menggunakan metode
Indofenol.

TINJAUAN PUSTAKA
Amonia merupakan persenyawaan kimia anorganik yang berbentuk gas, tidak
berwarna, berbau spesifik yang sangat menyengat. Sangat mudah larut dalam air
membentuk amonia cair. Selain larut dalam air, amonia juga larut dalam etil
alkohol, etil eter dan pelarut organik lainnya. Sifat amoniak adalah gas yang tidak
berwarna, lebih ringan dibandingkan udara, mempunyai titik lebur -75oC dan titik
didih -33,7oC. Amoniak terkenal dengan sifat kelarutannya, dengan logam alkali
akan mudah membentuk larutan berwarna dan mengalirkan elektrik dengan baik.
Mudah terbakar, bila bercampur dengan oksigen akan menyala hijau kekuningan

dan dapat meledak jika tercampur udara. Pada industri, amoniak banyak digunakan
sebagai pendingin dan di produk-produk seperti pupuk, peledak dan plastik
(Ferdianto 2012).
Pemantauan ambang batas amoniak di lingkungan kerja untuk mengetahui kadar
amonia udara di lingkungan kerja maka perlu dilakukan pengukuran dengan metode
tertentu sesuai dengan standar yang ditetapkan, dan selanjutnya dilakukan analisis
di laboratorium. Metode yang digunakan untuk pengukuran kadar ammonia di
udara adalah Indofenol dengan menggunakan alat spektofotometer pada panjang
gelombang 630 nm. Hasil penelitian ini kemudian dapat dibandingkan dengan SNI
19-7119.1-2005 agar diketahui batas ambang amoniak yang diperbolehkan.
Ammonia dapat dianalisa dengan metode titrasi bila kadarnya tinggi. Bila
kadarnya rendah seperti 0,1 mg/L – 0,6 mg/L dapat menggunakan metode indofenol
dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 630 nm. Prinsip metode ini
adalah ammonia bereaksi dengan hipoklorit dan fenol membentuk senyawa biru
indofenol. Reaksi terjadi dua tahap. Penambahan hipoklorit pada sampel ammonia
menghasilkan mono-chloroamina. Fenol bereaksi dengan mono-chloroamina
membentuk senyawa biru indofenol (Duka dan Cullaj 2005).

METODE PRAKTIKUM
Hasil pengukuran yang valid (yang representatif) dapat diperoleh dengan

pengambilan contoh udara (sampling) sampai dengan analisis di laboratorium.
Pengujian sampel dilakukan kamar mandi pria. Penelitian ini menggunakan metode
Indofenol. Berdasarkan SNI 19-7119.1-2005 prinsip penelitian dengan metode
Indofenol, yaitu amoniak dari udara ambien yang telah dijerap oleh larutan penjerap
asam sulfat akan membentuk ammonium sulfat, lalu direaksikan dengan fenol dan
natrium hipoklorit dalam suasana basa sehingga membentuk senyawa komplek
indofenol yang berwarna biru. Intensitas warna biru yang terbentuk kemudian
diukur dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 630 nm.
Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah midget impinger , pompa
vakum, flow meter , labu ukur, gelas ukur, pipet volumetrik, pipet ukur, pipet mikro,
bulb, gelas piala, tabung uji, spektrofotometer, termometer, dan barometer.
Sedangkan bahan yang digunakan adalah larutan standar amoniak 10 ppm, larutan
penyerap, larutan fenol, larutan natrium hipoklorit, larutan penyangga, dan air
suling.
Metode yang pertama dilakukan adalah pembuatan kurva kalibrasi amoniak
dengan menyiapkan enam tabung uji 25 ml. Kemudian, masing-masing tabung uji
diisi dengan 0,0; 0,2; 0,4; 0,6; 1,0; dan 1,5 ml larutan standar amoniak dengan
menggunakan pipet volumetrik. Setelah itu, masing-masing tabung uji ditambahkan
larutan penyerap sebanyak 10 ml. Larutan penyangga sebanyak 2 ml, larutan fenol
sebanyak 5 ml dan larutan natrium hipoklorit sebanyak 2.5 ml ditambahkan ke

dalam masing-masing tabung uji dan didiamkan selama 30 menit hingga
membentuk warna yang sempurna. Setelah itu, masing-masing tabung uji diatur
volumenya menjadi 25 ml dengan menambahkan air suling yaitu sampai tanda batas
tera tabung uji. Larutan kemudian dihomogenkan dengan baik. Setiap larutan dalam
tabung uji diukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang
630 nm. Kemudian, hasil pembacaan dari spektrofotometer diplotkan pada grafik
konsentrasi versus absorbansi, sehingga diperoleh kurva kalibrasi amoniak.
Metode kedua yang dilakukan adalah pembuatan larutan blanko dengan
memasukkan 10 ml larutan penyerap. Larutan penyangga sebanyak 2 ml, larutan
fenol sebanyak 5 ml dan larutan natrium hipoklorit sebanyak 2.5 ml kemudian
ditambahkan ke dalam tabung uji 25 ml dan didiamkan selama 30 menit hingga
membentuk warna yang sempurna. Setelah itu, masing-masing tabung uji diatur
volumenya menjadi 25 ml dengan menambahkan air suling yaitu sampai tanda batas
tera tabung uji. Larutan kemudian dihomogenkan dengan baik. Larutan dalam
tabung uji diukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang
630 nm.
Metode ketiga yang dilakukan adalah pengambilan contoh uji di kamar mandi
sekitar IPB. Pengambilan contoh uji dilakukan selama 30 menit. Langkah pertama,
larutan penyerap sebanyak 10 ml dimasukkan ke dalam impinger. Impinger diatur
agar terlindung dari hujan dan sinar matahari langsung. Kemudian, impinger

dihubungkan dengan erlenmeyer asah tertutup yang berisi serat kaca (glass woll)
dan flowmeter . Setelah itu, pompa penghisap dihidupkan dan kecepatan aliran udara
diatur sebesar 1– 2 liter/menit. Kecepatan aliran udara selalu dikontrol agar tetap
konstan hingga akhir periode pengambilan contoh uji. Kemudian, contoh uji
dipindahkan ke dalam tabung uji 25 ml.

Metode kelima yang dilakukan adalah penentuan konsentrasi NH3. Setelah
dilakukan penyerapan amoniak selama 30 menit, hasil sampling di masukkan ke
dalam tabung uji 25 ml. Larutan penyangga sebanyak 2 ml, larutan fenol sebanyak
5 ml dan larutan natrium hipoklorit sebanyak 2.5 ml kemudian ditambahkan ke
tabung uji dan didiamkan selama 30 menit hingga membentuk warna yang
sempurna. Setelah itu, tabung uji diatur volumenya menjadi 25 ml dengan
menambahkan air suling yaitu sampai tanda batas tera tabung uji. Larutan kemudian
dihomogenkan dengan baik. Larutan dalam tabung uji diukur absorbansinya dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 630 nm. Kemudian, hasil pembacaan
dimasukkan kedalam fungsi yang telah diperoleh dari kurva kalibrasi sehingga
diperoleh nilai a dan konsentrasi amoniak pun dapat dihitung setelah diketahui nilai
Vr. Tahapan perhitungan adalah sebagai berikut.
Qc = Qs


Tr
Ta

...........................................................(1)

Keterangan :
Qc = koreksi laju aliran udara (liter/menit)
Qs = laju aliran sampling (liter/menit)
Tr = temperatur ruang saat pengukuran (K)
Ta = temperatur alat (K)
Setelah itu dilakukan penentuan volume sampel udara
V=Qc x t .............................................................. (3)
Keterangan :
V = volume sampel udara (liter)
t = waktu sampling (menit)
setelah itu dicari volume udara pada suhu 250C dan tekanan 760 mmHg
298
P
x
............................................. (4)

Vr =V x
T+273
760
Keterangan :
V = volume sampel udara (m3)
P = tekanan atmosfer (mmHg)
T = suhu ruang (0C)
Lalu ditentukan konsentrasi NH3
a
konsentrasi NH3 = ............................................. (5)
Vr
Keterangan :
a
= jumlah NH3 pada sampel yang diperoleh dari kurva kalibrasi (µg)
Vr
= volume relative (m3)
1 ppm = 694.728 μg/ m3

HASIL DAN PEMBAHASAN
Ammonia (NH3) adalah salah satu indikator pencemar udara dalam bentuk kebauan.

Gas ammonia merupakan gas yang tidak berwarna dengan bau yang menyengat. Biasanya,
ammonia berasal dari aktifitas mikroba, industri ammonia, pengolahan limbah, dan
pengolahan batu bara. Pada atmosfer, NH3 bereaksi dengan nitrat dan sulfat sehingga
membentuk garam ammonium yang sangat korosif. Senyawa ini dapat dibuat di
laboratorium dengan mereaksikan garam amonium dengan basa seperti kalsium hidroksida,
atau dengan menghidrolisis suatu nitrida. Secara industri, amonia dibuat melalui proses

haber . Kegunaan utama dari amonia adalah untuk membuat asam nitrat, amonium nitrat,
urea, bahan peledak, zat warna dan resin (Dwina F 2004).
Amonia cair memiliki kesamaan dengan air dalam hal dapat berikatan hidrogen dan
mempunyai tetapan dielektrik sedang yang membuatnya dapat berfungsi sebagai pelarut
pengion. Cairan amonia juga melarutkan logam elektropositif menghasilkan larutan biru,
yang diyakini mengandung elektron tersolvasi. Amonia sangat larut dalam air
menghasilkan larutan basa yang mengandung molekul NH3 tersolvasi dan sejumlah kecil
ion NH4+ dan OH-. Pembakaran amonia di udara menghasilkan nitrogen dan air. Dengan
adanya katalis, dihasilkan juga NO, NO2 dan air; reaksi terakhir ini merupakan penerima
proton yang baik dan memberikan sejumlah garam amonia. Amonia juga suatu zat
pereduksi (Banon C 2008).
Penelitian ini dilakukan untuk pengujian kadar ammonia yang terkandung pada udara
di toilet Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor (IPB). Pengujian

dilakukan dalam toilet karena didalam toilet banyak mengandung endapan ammonia yang
menempel pada dinding dan saluran pembuangan urin. Bau yang menyengat didalam toilet
terjadi karena toilet jarang dibersihkan. Udara yang berada di toilet diserap oleh alat
impinger selama 30 menit. Analisa penentuan kadar ammonia menggunakan metode
indofenol, didasarkan pada pembentukan senyawa komplek indofenol yang berwarna biru,
untuk selanjutnya ditentukan kadar ammonia secara spektrofotometri pada panjang
gelombang 630 nm. Ammonia sulfat yang terbentuk direaksikan dengan fenol dan natrium
hipoklorit dalam suasana basa sehingga dapat terbentuk senyawa komplek indofenol
berwarna biru. Warna biru yang terbentuk dikarenakan terdapat adanya peristiwa transisi
elektromagnetik oleh elektron terluar yang mengisi orbital kosong dari unsur lain dalam
proses mencapai keadaan stabil. Intesitas warna biru yang dihasilkan pada masing-masing
contoh uji sangat spesifik. Semakin pekat warna yang terbentuk maka transisi
elektromagnetik yang terjadi semakin tinggi, sehingga tingkat absorbansinya semakin
tinggi pula. Apabila absorbansi tinggi, maka konsentrasi ammonia didalam contoh uji
semakin tinggi pula. Data-data pengukuran kurva kalibrasi NH3 terdapat pada Tabel 1
dibawah ini.

Larutan Standar

Tabel 1. Pembuatan kurva kalibrasi
Vb
Ca
Cb
Va (ml)
(ml)
(µg/ml)
(µg/ml)

abs

1

0

0

0

2

0.2

0.08

0.293

3

0.4

0.16

0.523

4

0.6

0.24

0.441

5

1

0.4

0.537

6

1.5

0.6

0.824

25

10

Pembuatan kurva kalibrasi menggunakan larutan 2 ml larutan penyangga, 5 ml larutan
pereaksi fenol, dan 2.5 ml larutan pereaksi natrium hipoklorit dengan kandungan yang
berbeda pada ke-6 titik contoh uji. Setelah dihomogenkan dan didiamkan selama 30 menit,
maka nilai absorbansi dapat diperoleh dengan menggunakan spektrofotometer pada
panjang gelombang 630 nm. Nilai absorbansi yang diperoleh dari kandungan larutan
tersebut secara berbeda yakni 0, 0.2, 0.4, 0.6, 1, 1.5 ml, diperoleh nilai absorbansi secara
berurutan sebesar 0, 0.293, 0.523, 0.441, 0.537, 0.824.

1
0,9
0,8
0,7
0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0

y = 0,6051x
R² = 0,6668

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,2

1,4

1,6

Gambar 1. Kurva kalibrasi antara absorban dan jumlah NH3

Berdasarkan kurva yang tertera pada Gambar 1, dari perbandingan antara volume
larutan terhadap nilai absorbansi, sehingga diperoleh nilai y seperti yang tertera pada grafik
y=0.605x. Adapun hasil pengukuran di lapangan terhadap kandungan NH3 terdapat pada
tabel dibawah ini.
Tabel 2. Hasil pengukuran kandungan NH3 di lapangan
Waktu (menit)

Tr
(Ruang)

Ta (Alat)

Qs (m3/menit)

0

28

28

0.001

10

28

28

0.001

20

28

27

0.001

30

27

27

0.001

Rata-Rata

27.75

27.5

0.001

Berdasarkan Tabel 2, dari pengukuran yang dilakukan selama 30 menit diperoleh hasil
rata-rata Truang dan Talat sebesar 27.75 oC dan 27.5 oC. Pada proses pengukuran terjadi
kenaikan temperatur maupun penurunan baik alat maupun ruang. Nilai rataan laju aliran
udara sampling yang didapat sebesar 0.001 l/menit. Nilai konsentrasi ammonia (NH3)
didapat dengan perhitungan sebagai berikut.
µg
m3

=

. 4
.

x 25

= 202.6005 µg/m3 ≈ 0.3 ppm

Hasil yang diperoleh dari pengujian contoh uji adalah sebesar 202.6005 µg/m3 atau 0.3
ppm. Berdasarkan baku mutu Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.50 Tahun 1996
Tentang Baku Tingkat Kebauan, batas maksimum konsentrasi ammonia (NH3) yang tidak
mengganggu kesehatan manusia adalah sebesar 2 ppm. Jika dibandingkan dari hasil
penelitian yang diperoleh, kadar ammonia (NH3) pada toilet Fakultas Ekonomi dan
Manajemen (FEM) Institut Peranian Bogor masih dibawah baku mutu, maka toilet FEM
tidak begitu berbahaya kadar ammonianya dan belum mencapai titik yang berbahaya.
Manfaat dan kegunaan amonia umumnya digunakan sebagai bahan pembuat obatobatan. Amonia yang dilarutkan dalam air dapat digunakan untuk membersihkan berbagai
perkakas rumah tangga. Zat ini juga digunakan sebagai campuran pembuat pupuk untuk
menyediakan unsur nitrogen bagi tanaman. Namun diperlukan kehati-hatian karena

konsentrasi tinggi amonia bisa sangat berbahaya bila terhirup, tertelan, atau tersentuh.
Namun, amonia umumnya jarang terhirup dalam jumlah besar karena baunya yang
menyengat sudah akan membuat orang menghindar. Adapun dampak yang ditimbulkan
oleh amoniak ini adalah amoniak pada konsentrasi rendah dapat dikenali karena baunya
menyengat, dalam kondisi konsentrasi tinggi sangat berpengaruh terhadap alat pernafasan.
Gejala-gejala keracunan amoniak yaitu amoniak dalam bentuk uap atau gas menyebabkan
rangsangan dengan membentuk gelembung-gelembung gas berisi air pada selaput lendir
alat pernafasan. Amoniak dalam keadaan pekat dapat menimbulkan radang mata, racang
tenggorokan, dan tubuh lemas. Dan jika kontak dengan kulit menimbulkan luka bakar dan
kulit melepuh. Larutan amoniak yang tertelan atau terminum dapat menimbulkan gejala
gangguan patologis yaitu gangguan terhadap organ-organ dalam seperti hati, ginjal, dan
menimbulkan komplikasi (Dwina F. 2004).
Salah satu teknik dalam penanangan penghilangan bau ammonia adalah dengan teknik
biofilter. Teknik biofilter merupakan salah satu alternatif teknologi penghilangan bau
ammonia. Keuntungan dari penghilangan bau dengan teknik biofilter adalah mekkanisme
proses yang sederhana, menggunakan biaya investasi yang rendah, stabil pada penggunaan
dalam waktu yang relatif lama, dan memiliki daya penguraian atau pengolahan yang tinggi
serta metode ini tidak menimbulkan masalah baru. Penelitian teknik biofilter telah
dilaporkan untuk penghilangan bau ammonia menggunakan serat arang aktif (Yani et al
1998).

SIMPULAN
Kadar ammonia (NH3) yang terdapat pada toilet Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor termasuk pada angka yang tidak berbahaya karena berada dibawah
batas aman sesuai dengan Peraturan Pemerintah Lingkungan Hidup N0.50 Tahun 1996
Tentang Baku Tingkat Kebauan. Angka pengukuran sebesar 0.3 ppm, sedangkan angka
batas aman sebesar 2 ppm. Maka toilet FEM tidak berbahaya kadar ammonianya dan belum
mencapai titik yang berbahaya.

DAFTAR PUSTAKA
Banon C, Suharto. 2008. Adsorpsi Amoniak Oleh Adsorben Zeolit Alam Yang Diaktivasi
Dengan Larutan Amonium Nitrat. Jurnal Gradien Vol. 4 No.2 Juli 2008 : 354-360.

Basri. 2008. Pencemaran udara dalam antisipasi teknis pengelolaan sumberdaya
lingkungan, Palu. SMARTek, vol. 8, no. 2, hal. 120-129,
BSN. 2005. Standarisasi Nasional Indonesia No 19-7119.1, 2005, Udara ambien –
bagian 1: cara uji kadar amoniak (NH3) dengan metode indofenol
menggunakan spektrofotometer. Badan Standarisasi Nasional.
Duka, Sonila dan Cullaj, Alqi.2005. An Optimal Procedure for Ammonical
Nitrogen Analysis in Natural Waters Using Indophenol Blue Method . Natura
Montenegrina, Podgorica, 9 (3): 743-751.
Dwina F. 2004. Pencemaran Gas Ammonia dan Dampaknya Terhadap Pekerja dan
Masyarakat Sekitar. Jakarta : Universitas Indonesia.

Ferdianto, Hengki. 2012. Praktikum Pengukuran Kadar Debu, Amonia, Timbal dan
Karbondioksida . [Terhubung berkala] www.slideshare.net (diakses tanggal 6
November 2014).
Martono, DH, 1996, Pengendalian air kotor (Leachat) dari tempat pembuangan
akhir (TPA) sampah, Analisis Sistem, No. 5, hal. 42-49.
Rachmawati, S, 2000. Upaya pengelolaan pengelolaan lingkungan usaha
peternakan ayam, Wartazoa , vol. 9, no. 2, hal. 73-80.

Surat Edaran Menaker Tahun 1978 Nomor 2 tentang Nilai ambang batas faktor
kimia di udara lingkungan kerja.
Yani M, Hirai M, dan Shoda M., 1998. Ammonia Removal Characteristic By Biofilter
Using Activated Carbon Fibers as Carrier . Jurnal : Environmental Engineering
19:709-715.

LAMPIRAN 1 Peraturan Pemerintah Lingkungan Hidup N0.50 Tahun 1996 Tentang
Baku Tingkat Kebauan