KTI KONSEPSI KEHIDUPAN MANUSIA DALAM ISL
KARYA TULIS ILMIAH
“KONSEPSI KEHIDUPAN MANUSIA DALAM ISLAM”
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mandiri Akhir Semester Mata Kuliah Materi
al-Qur’an II
Dosen Pengampu: Hayati Nufus, MA. Pd.
Oleh:
Nama :Safitriana Bey
NIM
:160301005
Kelas : PAI A
Semester : IV (empat)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) AMBON
2018
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahiim…
Segala puji dan Syukur bagi Allah yang Maha Kuasa karena atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nyalah penulis diberi kesehatan jasmani-rohani, kesempatan
waktu dan kemampuan untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan baik
dengan judul “Konsepsi Kehidupan Manusia dalam Islam” yang menjadi
tulisan untuk mata kuliah Materi II, dosen pengampu: Hayati Nufus MA,Pd. Tak
luput juga salawat dan salam untuk junjungan Nabi besar kita, Nabiyallah
Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat, dan para tabi’-tabi’innya.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini tidak akan terwujud bila
tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
ucapkan banyak terima kasih kepada keluarga, sahabat dan teman-teman yang
turut mendukung dan membantu penulis dalam proses penulisan yang tak dapat
penulis sebutkan satu-persatu.
Tak ada gading yang tak retak.Tak ada pula manusia yang luput dari
kesalahan.Dengan segala kerendahan hati, penulis sadar masih banyak
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif untuk perbaikan pada masa yang
akan datang.
Ambon, 23 Juni 2018
Safitriana Bey
KONSEPSI KEHIDUPAN MANUSIA DALAM ISLAM
Safitriana Bey
Nim : 160301005
Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan
Institut Agama Islam Ambon
Email :[email protected]
[email protected]
Abstrak: Penulisan karya ilmiah ini memiliki tiga fokus masalah yakni pertama,
melihat gambaran konsep manusia dalam perpektif Islam dan kedua, memahami
proses penciptaan manusia serta fungsi dan tujuan eksistensi kehidupannya.
Metode penelitian yang penulis gunakan adalah library researh (kajian
kepustakaan) untuk mengkaji informasi tentang konsepsi manusia dalam perpektif
Islam dan mengkaji ayat–ayat al–Qur’an dengan tafsirannya yang memuat pesanpesan dalam mengembalikan hakekat kehidupan manusia. Hasil yang didapatkan
yakni pertama, dalam Islam manusia dikategorikan menjadi tiga yaitu alBasyar,al-Insan,dan an-Nas.Kedua, penciptaan manusia dibagi menjadi tahap
primordial dan tahap biologis.Penciptaan manusia bukanlah semata-mata tanpa
beralasan, namun memiliki fungsi dan tujuan yang mulia.Adapun fungsinya
menjadi ‘Abd Allah dan Khilafah fil ardhi dengan tujuan mencari ridha Allah dan
menjadi rahmat bagi alam semesta.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan mahluk paling menakjubkan, mahluk yang unik multi
dimensi,
serba
meliputi,
sangat
terbuka
dan
mempunyai
potensi
agung.Sebagaimana yang dikatakan Toto Suharto “Manusia adalah mahluk paling
mulia dialam ini. Allah telah membekalinya dengan keistimewaan yang
menyebabkan ia berhak mengungguli mahluk lain.1Kesempurnaan manusia
dengan mahluk lainnya berpangkal dari manusia itu sendiri yang memang
sempurna fisik, akal pikiran, kemampuan dan karya-karyanya.
Namun tak dapat dipungkuri dibalik kesempurnaan sebagai mahluk yang
dimuliakan, manusia seringkali lalai atas tujuan dan fungsi ia hadir di dunia.
Bahkan tak sedikit pun dari manusia tidak mengetahui arti sebenarnya ia hidup.
Mengikuti arus globalisasi dengan perkembangan IPTEK yang maju menjadikan
hidup lebih praktis dengan kesenangan yang menjanjikan yang terkadang
membuat manusia terperdaya dengan kesenangan duniawi yang fana dan
melupakan kehidupan akhirat yang kekal abadi.
Pada kenyataannya, kemudahan, kesenangan dan kenyamanan lahiriyah
yang diberikan oleh ilmu dan teknologi tidak selalu membahagiakan umat
manusia, malah ada yang memandangnya sebagai pembawa banyak bencana
daripada rahmat.Pemikir Islam kontemporer, Sayyid Hossain Nasr dari Iran
melihat bahwa masyarakat modern yang telah mencapai tingkat kemakmuran
material sedemikian rupa dengan seperangkat teknologi yang serba mekanik dan
otomatis, bukannya semakin mendekati kebahagiaan hidup, melainkan sebaliknya,
kian dihinggapi rasa cemas akibat kemewahan hidup yang diraihnya. 2Dari
sinilah bangkit suatu kesadaran bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi belum
dapat menjamin kebahagiaan hidup manusia selama nilai-nilainya tidak
1
Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, (Yogyakarta: ar-Ruzz Media, 2011), hlm. 79.
Asmaran As, Pengantar Studi Tasawuf, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 1.
Dalam Skripsi Sarjana.Endang Rifngati, Konsepsi Kehidupan Manusia dalam alQur’an.TulungAgung: IAIN Tulung Agung, 2015.
2
tundukdi bawah nilai-nilai spiritual.3Dunia bukanlah abadi bahkan kesenangan
yang memperdaya.Sebagaimana dalam penghujung QS ali-‘Imran: 185,
“…..Kehidupan dunia hanyalah kesenangangan yang memperdaya.”4
Banyak manusia yang telah terperdaya dengan kehidupan dunia yang tak
lebih hanyalah sebuah permainan dan perhiasan yang melalaikan bahkan
kesenangan yang palsu, sebagaimana Allah berfirman dalam QS al-Hadid:
20dan melupakan akan adanya kehidupan sesudah di dunia ini. Padahal
kehidupan di dunia ini bersifat sementara dan begitu cepat lenyap.Sedangkan
kehidupan di akhirat adalah kekal dan abadi.
“Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan di dunia itu hanyalah permainan
dan senda gurauan, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta
berlomba dalam kakayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanamtanamannya mengangumkan para petani, kemudian (tanaman) itu menjadi
kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di
akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta
keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang
palsu.”5
Islam sendiri merupakan ajaran yang universal.Al-Qur’an sebagai sumber
utama ajaran Islam tentulah mengatur segala aspek kehidupan.tak hanya
mengatur hubungan manusia dengan sang pencipta-Nya namun juga dengan
sesama manusia, hewan, tumbuhan, lingkungan dan alam semesta.
Perlu ditegaskan kembali, Islam tidak hanya mengatur dan menyuruh
umatnya
untuk
mencari
kebahagiaan
akhirat,
tapi
juga
menyuruh
untukmemikirkan kehidupannya di dunia, karena dunia merupakan sarana untuk
menuju akhirat, “Dunia adalah tanaman (untuk) akhirat”.6
Islam sebagai agama yang membawa keselamatan manusia tentunya
menawarkan konsep hidup manusia di dunia secara berkualitassembari
3
224.
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1998), Cet. XVII, hlm.
QS. Ali-‘Imran: 185. Kementerian Agama RI, Bukhara-al-Qur’an Tajwid dan Terjemah,
(Bandung: Sygma Examedia Arkanleema. t.th.), hlm. 74.
5
QS. Al-Hadid: 20. Kementerian Agama RI, Bukhara,…,hlm. 540.
6
Endang Rifngati, Skripsi Sarjana: Konsepsi Kehidupan Manusia dalam al-Qur’an.
TulungAgung: IAIN Tulung Agung, 2015.
4
mengingatkan manusia supaya tidak lengah dan selalu waspada terhadapgangguan
yang bisa memalingkan tujuan utama eksistensi hidupnya.
Pentingnya mengenal manusia dengan segala karakternya adalah untuk
pengenalan terhadap kehidupan dan untuk mencapai kebahagiaan manusia itu
sendiri. Hal ini diperkuat dengan pendapat Ali Syari’ati bahwa:
“…..Penyebab paling mendasar bagi gagalnya seluruh usaha ilmiah, sosial,
dan ideologis di zaman modern yang dikerahkan dengan sungguh-sungguh untuk
memberikan kebahgiaan atau minimal “perasaan kebahagiaan” kepada jenis
mahluk yang bernama manuisa ini, seluruhnya bermuara pada ketidaktahuan
mereka terhadap mausia itu sendiri, atau dalam bentuk tertentu dilupakan”.7
Berpijak pada uraian yang telah disampaikan, penulis termotivasi untuk
menulis tentanghakekat eksistensi manusia yang sesungguhnya dalam islam,
mengingatkan kembali fungsi dan tujuan kehidupan manusia demi tercapainya
kebahagian manusia di dunia dan di akhirat dengan mengangkat judul “Konsepsi
Manusia dalam Islam”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah:
1. Bagaimanakah gambaran manusia perspektif Islam ?
2. Bagaimana proses penciptaan manusia dalam al-Qur’an ?
3. Apa tujuan dan fungsi hidup manusia dalam al-Qur’an ?
C. Tujuan Makalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dalam
penulisan ini adalah:
1.
Mengetahui gambaran manusia dalam al-Qur’an.
2.
Mengetahui proses penciptaan manusia dalam al-Qur’an.
3.
Mengetahui tujuan dan fungsi hidup manusia dalam al-Qur’an.
7
Ali Syaria’ati, al-Insan al-Islma wa Madaris al-Gharb, Terj. Afir Muhammad (Jakarta:
Pustaka Hidayah, 1992), dalam Buku Pengantar: Azyumardi Azra, editor: Abuddin Nata. Tematema Pokok al-Qur’an tentang Ketuhanan, (Bandung: Penerbit Angkasa dan Press UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2010) hlm. 57-58.
METODE PENELITIAN
Beberapa hal yang perlu dibahas mengenai metode penelitian ini, yaitu:
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah jenis penelitian kepustakaan atau studi pustaka (library
research), yaitu penelitian yang menggunakan bahan-bahan tertulis. Nanang
Murtono menggunakan bahwa: “Studi pustaka merupakan sebuah proses mencari
berbagai literatur, hasil kajian atau studi yang berhubungan dengan penelitian
yang akan dilakukan. Pada dasarnya, semua sumber tertulis dapat dimanfaatkan
sebagai sumber pustaka, baik buku teks, surat kabar, majalah, brosur, tabloid, dan
sebagainya”.Meliputi pengidentifikasian secara sistematis, analisis dokumendokumen yang memuat informasi yang berkaitan dengan masalah kajian.8
B. Metode Pengumpulan Data
Karena kajian ini bersifat library research, maka di sini penulis
menggunakan metode dokumentasi, yaitu “mencari data mengenai hal atau
variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
notulen rapat, agenda, dan sebagainya”. 9 Penulis mencari dan mengumpulkan
berbagai informasi yang membahas dan berkaitan dengan topik bahasan baik
dari buku, jurnal maupun yang lain. Penulis juga melakukan penelusuran internet
dalam rangkamemperoleh data yang terbaru yang sesuai dengan permasalahan yang
dibahas.
C. Teknik Pengelolahan Data
Data yang diperoleh atau terkumpul, baik dari sumber data primer maupun
sumber data sekunder, kemudian dikelola agar menjadi sebuah teori yang
matang dan siap dipakai.Untuk mengelola data tersebut, penulis menggunakan
metode content analysisatau kajian isi.Weber berpendapat sebagaimana yang
dikutip Moleong, bahwa content analysis adalah suatu metode penelitian yang
8
Consello G. Sevilla, Pengantar Metode Penelitian, (Jakarta: UI Press, 1993), Cet. I, hlm.
9
Iskandar, Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Gaung Persada Press, 2009. hlm. 134.
31.
memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan yang shoheh
dari sebuah buku atau dokumen.10
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Manusia Perspektif Islam
What is a man ?demikianlah sebuah pertanyaan yang dikemukakan Jujun S.
Suriasumantri
ketika
mulai
membahas
bidang
telaah
filsafat.11Ketika
membicarakan manusia, muncul banyak sekali pertanyaan. Apa itu manusia ?,
dari mana ia berasal ?, bagaimana ia hidup ?, dan lain sebagainya.
Manusia dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah mahluk yang berakal
budi; insan; orang,12
Dalam Wikipedia,13 defenisi manusia tak bisa dilihat pada salah satu aspek
saja, namun defenisi manusia dilihat dari segi biologis, rohani, antropologi
kebudayaan, disiplin ilmu, atau secara campuran.
Socrates mengatakan bahwa hakekat manusia adalah yang ingin tahu dan
membutuhkan orang lain untuk membantunya keluar dari ketidaktahuannya.
Sedangkan Plato, salah satu murid Socrates mengatakan bahwa hakekat manusia
itu ada tiga, yaitu; roh, rasio (akal), dan kesenangan (nafsu). Dalam
pandangannya, berdasarkan ketiga unsur tersebut maka manusia dapat dibedakan
tiga jenis; Pertama, manusia yang didominasi oleh rasio yang hasrat utamanya
meraih ilmu pengetahuan; Kedua, manusia yang didominasi oleh roh yang hasrat
utamanya meraih prestasi; Ketiga, manusia yang didominasi nafsu yang hasrat
utamanya pada materi. Tugas rasio di sini adalah mengontrol ruh dan nafsu.14
Menurut Immanuel Kant, manusia adalah mahluk rasional, manusia bebas
bertindak sesuai alasan moral dan bukan hanya untuk kepentingannya sendiri.15
10
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1998), hlm. 103
11
Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam,…,hlm. 78.
12
Departemen Pendidikan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 2008),
Ed. IV, hlm. 877.
13
http://id.wikipedia.org/wiki/manusia.
14
Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis al-Qur’an, (Jakarta: Rajawali Pers,
2014), Ed. I, Cet. II, hlm. 15.
15
Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter,…, hlm. 16.
Dalam Islam memahami eksistensi manusia yaitu akal manusia yang
dibimbing dan dituntun oleh otoritas wahyu, yaitu al-Qur’an dan Hadits
Rasulullah saw. maka, eksistensi manusia yang sesungguhnya dibaca melalui
informasi wahyuyang diimani dan dipahami oleh akal.
Banyak sekali ilmuan Muslim memberikan pandangannya tentang eksistensi
manusia, seperti; Fahruddin Ar-Razi mengemukakan bahwa “Manusia memiliki
beberapa karakteristik yang khas. Manusia berbeda dengan mahluk yang lain,
termasuk dengan malaikat, iblis dan juga binatang, adalah karena manusia
memilikih akal dan hikmah serta tabiat dan nafsu”.16Selain itu, Ibn ‘Arabi
melukiskan hakikat manusia dengan mengatakan bahwa “Tak ada makhluk Allah
yang lebih bagus daripada manusia, yang memiliki daya hiup, mengetahui,
berkehendak, melihat, berbicara, mendengar, berfikir dan memutuskan.Manusia
adalah makhluk kosmis yang sangat penting, karena dilengkapi dengan semua
pembawaan dan syarat-syarat yang diperlukan bagi mengemban tugas dan
fungsinya sebagai mahluk Allah di muka bumi.”17
Dalam al-Qur’an ada tiga term pokok dalam menunjukkan makna eksistensi
manusia, yaitu:
1. al-Basyar
Muhammad Fu’ad ‘Abdul Baqi dalam kitab al-Mu’jam al-Mufahras li alAlfazh al-Qur’an al-Karim pada buku karangan Samsul Nizar menuliskan, kata
al-Basyar dinyatakan dalam al-Qur’an sebanyak 36 kali dan tersebar dalam 26
surat. Secara etimologi al-Basyar berarti kulit kepala, wajah, atau tubuh yang
menjadi temapt tumbuhnya rambut.Makna etimologis dapat dipahami bahwa
manusia merupakan makhluk yang memiliki segala sifat kemanusiaan dan
keterbatasan, seperti makan, minim, seks, kebahagiaan, keamanan, dan lain
sebagainya.Penunjukkan kata al-Basyar ditujukan Allah kepada manusia tanpa
terkecuali.Demikian pula halnya untuk menjelaskan eksistensi Nabi dan Rasulrasul-Nya.18
Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter,…, hlm. 17-18.
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam-Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis,
(Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 1.
18
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam,…, hlm. 1-3.
16
17
2. al-Insan
Kata al-Insan berasal dari kata al-Uns,dinyatakan dalam al-Qur’an
sebanyak 73 kali dan tersebar dalam 43 surat.19Secara etimologi, al-Insan
diartikan harmonis, lemah-lembut, tampak, atau pelupa.Kata al-Insan digunakan
al-Qur’an untuk menunjukkan totalitas manusia sebagai mahluk jasmani dan
rohani. Selain itu, digunakan al-Qur’an untuk menjelaskan sifat umum, serta sisisisi kelebihan dan kelemahan manusia dan juga menunjukkan proses kejadian
manusia sesudah Adam.20
3. An-Nas
Kata an-Nas dinyatakan dalam al-Qur’an sebanyak 240 kali dan tersebar
dalam 53 surat.21Kata an-Nas menunjukkan pada eksistensi manusia sebagai
makhluk sosial secara keseluruhan, tanpa melihat status keimanan dan
kekafirannya.Kata an-Nas dalam al-Qur’an untuk menunjukkan bahwa sebagian
besar manusia tidak memiliki ketetapan keimanan yang kuat. Kadangkala ia
beriman, sementara pada waktu lain ia munafik.22Dengan kata lain, term ini kerap
berbicara tentang aspek keagamaan manusia.23
Dari uraian di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa manusia
menurut pandangan Islam adalah mahluk ciptaan Allah yang mulia, dibekali
dengan fisik sempurna, akal, dan hati (perasaan) serta menanggung tugas dan
fungsinya yang akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak.
B. Proses Penciptaan Manusia dalam al-Qur’an
Dilihat dari proses penciptaanya, al-Qur’an menyatakan proses penciptaan
manusia dalam dua tahapan yang berbeda, yaitu: Pertama, disebut dengan tahapan
primordial. Kedua, disebut dengan tahapan biologi.
Sebelum membicarakan mengenai mekanisme penciptaan diri kita sekarang,
terlebih dahulu renungkan mekanisme penciptaan Kakek-Moyang manusia, Adam
Muhammad Fu’ad ‘Abdul Baqi,al-Mu’jam al-Mufahras li al-Alfazh al-Qur’an al-Karim,
(Qahirah: Dar al-Hadits, 1988), hlm. 119-120.
20
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam,…, hlm. 5-12.
21
Muhammad Fu’ad ‘Abdul Baqi,al-Mu’jam,…,hlm. 895-899.
22
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam,…, hlm. 12-13.
23
Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter,…, hlm. 22.
19
a.s. Adam diciptakan dari tanah (ath-Thin), kemudian tanah itu dibasahi dan
menjadi tanah yang keras (at-Turab). Tanah keras itu lalu dibasahi dan
mengumpal. Tanah keras itu pun menjadi tanah liat (min shal), dengan tangan
Allah Swt, tanah liat itu berbentuk hingga menjadi tanah kering lantaran banyak
air yang membasahi tanah itu ketika tanah kering ini dibentuk, tanah itu pun
menghitam lalu menjadi tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi bentuk
oleh Allah dengan seindah-indahnya (min hamain masnun), kemudian Allah
meniupkan ruh dari-Nya ke dalamnya.24Tersebut dalam QS. Shad: 71,75,al-Hajj:
5, Al-An’aam: 2, Ash-Shaffat: 11, Al-Hijr: 26, 28, 29, al-Mu’minuun:12, ar-Rum:
20, ar-Rahman:14.25
Penciptaan manusia selanjutnya adalah proses biologi yang dapat difahami
secara sains-empirik. Di dalam proses ini, manusia diciptakan dari inti sari tanah
yang dijadikan air mani (muftah) yang tersimpan dalam tempat kokoh (rahim).
Kemudian muftah itu dijadikan darah beku (‘alaqah) yang menggantung dalam
Rahim.‘Alaqah tersebut kemudian dibalut dengan tulang belulang lalu ditiupkan
ruh kepadanya.26
Musa Asy’aric menyebutkan empat tahap proses penciptaan manusia yaitu:
tahap jasad, tahap hayat, tahap ruh, dan tahap nafs. Adapun penjelasannya sebagai
berikut:
1. Tahap Jasad
al-Qur’an menjelaskan permulaan penciptaaan manusia adalah dari tanah.
Tepatnya adalah sari patinya atau sulalah.Penciptaan dari tanah ini bermakna
simbolik, yaitu sari pati yang membentuk tumbuhan atau binatang yang kemudian
menjadi bahan makanan bagi manusia.
2. Tahap Hayat
Awal mula kehidupan manusia menurut al-Qur’an adalah air sebagaimana
tumbuhan dan binatang.Maksud air kehidupan di sini air yang hina atau
24
Hisyam Thalbah, dkk. Ensiklopedia Mukjizat al-Quran dan Hadis; Kemukjizatan
Penciptaan Manusia, Jilid II (Jakarta: Sapta Sentosa, 2009), Cet. III, hlm. 31-34.
25
Kementerian Agama RI, Bukhara-al-Qur’an Tajwid dan Terjemah, (Bandung: Sygma
Examedia Arkanleema. t.th.).
26
QS. Al-Mu’minuun: 12-14. Kementerian Agama RI, Bukhara,…,hlm. 342.
sperma.Sperma ini kemudian membuahi sel telur yang ada salam Rahim seorang
ibu. Sperma inilah merupakan awal kehidupan (hayat) manusia.
3. Tahap Ruh
Ruh yang dimaksudkan adalah sesuatu yang diembuskan Allah dalam diri
manusia dan kemudian menjadi bagian dari diri manusia. Adanya proses peniupan
ruh yang ditiupkan kemudian diiringi dengan pemberian pendengaran, penglihatan
dan hati merupakan bukti bahwa yang menjadi pimpinan dalam diri manusia
adalah ruh. Ruh kiranya yangdapat membimbing hati.Pendengaran, dan
penglihatan untuk memahami kebenaran.
4. Tahap Nafs
Kata nafs mempunyai empat pengertian yaitunafsu, nafas, jiwa, dan diri
(keakuan).al-Qur’an lebih sering menggunakan kata nafs untuk pengertian diri
(keakuan). Diri (keakuan) adalah dinamik kesatuan dari jasad, hayat, dan
ruh.Dinamikanya terletak pada aksi atau kegiatannya.Kesatuannya bersifat
spiritual yang tercermin dalam aktifitas kehidupan manusia.27
C. Fungsi danTujuan Hidup Manusia dalam Al-Qur’an
Dalam al-Qur’an dinyatakan bahwa Allah SWT menciptakan manusia
bukan secara main-main, melainkan dengan suatu tujuan dan fungsi. Firman
Allah:
⬧⬧☺
◼⧫⧫◆◆⬧
⧫❑➔➔
“Maka, apakah kamu mengira bahwa Kami menciptakan kamu main-main
(tanpa ada maksud) dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami”.28
Sebagai mahluk Tuhan yang diciptakan dengan bentuk raga yang sebaikbaiknya dengan rupa yang seindah-indahnya dilengkapi berbagai organ psikofisik
yang istimewa seperti panca indera hati agar manusia bersyukur kepada Allah
yang telah menganugerahi keistimewaan-keistimewaan itu. Sebagaimana dalam
Firman-Nya:
27
Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam,…,hlm. 81-83.
QS. Al-Mu’minuun: 115. Kementerian Agama RI, Bukhara,…,hlm. 349.
28
⬧⬧◆◼
❑⬧
“Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaikbaiknya.”29
Serta,
⧫◼◆❑☺◆◆
⧫◆▪❑◆
⬧◆◆❑⬧◆
☺
“Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar, Dia
membentuk rupamu lalu memperbagus rupamu, dan kepada-Nya tempat
kembali.”30
Lalu dengan Kemurahan-Nya,
◆⧫❑
❑☺◼➔⬧
➔◆⬧☺⧫
◆◼◆➔
⬧⬧
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut Ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati
nurani, agar kamu bersyukur.”31
Tentunya dilengkapi dengan keistimewaan akal untuk berfikir akan TuhanNya. Salah satunya:
◆❑➔◆⧫◆➔
◆◆◆
◆◆⧫☺➔
✓✓◆
◆
⬧⧫❑⬧⧫
⧫⧫
QS. At-Tin: 4. Kementerian Agama RI, Bukhara,…,hlm. 597.
QS. At-Tagabun: 3. Kementerian Agama RI, Bukhara,…,hlm. 556.
31
QS.an-Nahl: 78. Kementerian Agama RI, Bukhara,…,hlm. 275.
29
30
“Dan Dia yang mengahamparkan bumi dan menjadikan gunung-gunug dan
sungai-sungai di atasnya.Dan padanya Dia menjadikan semua buah-buahan
berpasang-pasangan; Dia menutup malam kepada siang.Sungguh, pada yang
demikian itu, terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang
berfikir.”32
1. Fungsi Hidup Manusia
a. ‘Abd (Pengabdi Allah)
Salah satu ayat yang terkesan singkat namun mendalam sekali
makna dan isyarat penting bagi manusia.Esensi utama manusia hidup di
dunia untuk beribadah kepada Tuhan-Nya.Sebagai wujud keimanan
sekaligus kewajiban dari Sang Khalik kepada makhluk-Nya.Allah berFirman dalam QS. Adz-Dzariyat: 56.
⧫◆→◼▪
◆➔◆
“Aku tidak menciptakan Jin dan Manusia melainkan agar mereka
beribadah kepada-Ku.”33Beberapa menafsirkan dengan, “…agar mereka
menyembah-Ku.”
Ali Ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a.:
“melainkan supaya mereka menyembah-Ku” yakni agar mereka
mengakui kehambaan mereka kepada-Ku, baik dengan sukarela maupun
terpaksa.34
Konsep ‘Abd mengacu pada tugas-tugas individual manusia
sebagai hamba Allah.Tugas ini diwujudkan dalam bentuk pengabdian
ritual kepada Allah SWT dengan penuh keikhlasan.Pemenuhan fungsi ini
memerlukan penghayatan agar seorang hamba sampai pada tingkat
religiusitas dimana tercapainya kedekatan diri dengan Alla SWT. Bila
tingkat ini berhasil diraih, maka seorang hamba akan bersikap tawadhu’,
tidak arogan dan akan senantiasa pasrah pada semua titah perintah-Nya
(tawaqqal).
QS. Ar-Ra’d: 3. Kementerian Agama RI, Bukhara,…,hlm. 249.
QS. Adz-Dzariyat: 56. Kementerian Agama RI, Bukhara,…,hlm. 523.
34
Muhammad Nasib ar-Rifa’I, Kemudahan dari Allah-Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir,
(Jakarta: Gema Insani, 1999), Jilid I.
32
33
Secara luas, konsep ‘Abd sebenarnya meliputi seluruh aktivitas
manusia dalam kehidupannya.Islam menggariskan bahwa seluruh
aktivitas seorang hamba di dunia dapat dinilai ibadah manakala aktivitas
itu memang ditujukan semata-mata hanya mencari ridha Allah SWT.
Pada dasarnya konsep ini merupakan makna sesungguhnya ibadah
manakala dipahami, dihayati, dan diamalkan, maka seoarng muslim akan
menemukan jati dirinya sebagai insan paripurna (al-insan al-kamil).35
Istilah Sayyid Qutb, “Manusia yang melakukan tugas-tugas
ibadah dan menunaikannya dengan baik berarti ia telah dapat
membuktikan dan melaksanakan tujuan-tujuan eksistensinya, tujuantujauan keberadaannya”.36 Begitupun sebaliknya apabila manusia
selama hidupnya melakukan aktivitas maksiat, jauh dari kesan tugas
ibadahnya, lalai dan tak peduli bahkan menjauhi diri dari ibadah, maka
sesungguhnya ia telah merusak fungsi dan tujuan hidupnya sendiri.
b. Khalifah fi al-ardl (Khalifah di muka Bumi)
Manusia diciptakan bukan tanpa sebab, ia hidup dengan mengemban
tugas dan amanat Allah. Karena amat mulianya manusia sebagai
pengemban amanat Allah, maka manusia diberikan kedudukan sebagai
khalifah-Nya di muka bumi. Sebagaimana Firman Allah:
⧫⧫⬧⧫⧫◼⧫
◆❑◆◆⧫
◆✓⧫⬧⬧☺⧫⬧
◆◼◆❑
◆⧫
❑➔⬧❑
“Sesungguhnya kami Telah mengemukakan amanat 37 kepada langit,
bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul
amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam,…, hlm. 19-20.
Sayyid Quthb, Tafsir fi Dzilalil Qur’an, Pent. As’ad Yasin dkk.,(Jakarta: Gema
Insani, 2004), Jilid 21, hlm. 67-68.
37
Yang dimaksud dengan amanat di sini ialah tugas-tugas keagamaan.
35
36
amanat itu oleh manusia.Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan
amat bodoh”.38
◆⧫⬧◆⬧◼☺
❑⬧➔
⧫→◆◆
⧫⧫◆
☺⧫⬧◆⬧⧫⬧
◼⧫⧫❑☺◼➔⬧
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:
‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.’
mereka berkata: ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di
bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji
Engkau dan mensucikan Engkau?’Tuhan berfirman: ’Sesungguhnya Aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui’.”39
Kata khalifah di dalam al-Qur’an disebutkan sebanyak 10
kali.Banyak pengertian yang dimaksudkan al-Qur’an dengan kata ini
diantaranya adalah mereka yang datang kemudian, sesudah karena
dipersilihsihkan, silih berganti, dan pengganti.40
Menurut Ahmad Musthafa al-Maraghi, kata khalifah dalam ayat ini
memiliki dua makna.Pertama, adalah pengganti, yaitu pengganti Allah
SWT untuk melaksanakan titah-Nya di muka bumi.Kedua, manusia
adalah pemimpin yang kepadanya diserahi tugas untuk memimpin diri
dan mahluk lainnya sera memakmurkan dan mendayagunakan alam
semesta bagi kepentingan manusia secara keseluruhan.41
Manusialah yang menjadi tulang punggung di permukaan bumi
ini. Allah menciptakan segala sesuatu yang ada di bumi ini untuk
QS.al-Ahzab: 72. Kementerian Agama RI, Bukhara,…,hlm. 427.
QS. Al-Baqarah : 30. Kementerian Agama RI, Bukhara,…,hlm. 6.
40
Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam,…,hlm. 84.
41
Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, (Semarang: Toha Putra, 1985) Juz 1
dan 2, hlm. 131.
38
39
kepentingan manusia:air, udara, bintang-bintang penunjuk arah di
kegelapan, matahari, bulan, siang dan malam,
semuanya disediakan
untuk kepentingan manusia. Manusialah yang ditakdirkan Allah
mensejahterakan, memperbaiki keadaan dan menguasai bumi.Untuk itu
Allah menciptakan segala sesuatu yang ada di bumi bagi kepentingan
manusia.42Bahkan menjadi lebih mulia dari pada malaikat.
2. Tujuan Hidup Manusia
Salah satu implikasi terpenting dari kekhalifaan manusia di muka bumi ini
adalah pentingnya kemampuan untuk memahami alam semesta tempat ia hidup
dan menjalankan tugasnya.
Tujuan merupakan suatu hal yang ingin dicapai.43Tujuan hidup manusia
pastilah tak terlepas dari fungsi kehadirannya di dunia.Manusia ditentukan oleh
cara dirinya menetapkan tujuan. Perilakunya ditentukan apa yang diinginkannya.
Arah tindakannya, sikap dan bentuk keseluruhan dari manusia itu sangat
ditentukan apa yang dijadikannya sebagai tujuannya. Oleh karenanya,
menentukan dan mengerti apa sebenarnya tujuan hidup di dunia ini menjadi
sangat penting.44
Adapun tujuan hidup manusia dalam al-Qur’an yakni:
a. Mencari Ridha Allah
Pembahasan pada point ini akan penulis awali dengan sebuah firman
Allah : Q.S. At-Taubah ayat 72,
⧫◆✓⬧☺
⬧☺◆
⧫⧫
⧫◆⧫⬧
⧫◆❑◆
⧫⬧◆❑➔❑
→➔
42
Endang Rifngati, Skripsi Sarjana: Konsepsi Kehidupan Manusia dalam al-Qur’an.
TulungAgung: IAIN Tulung Agung, 2015.
43
Departemen Pendidikan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 2008),
Ed. IV, hlm. 922.
44
Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja Islami, (Jakarta: Gema Insani, 2002), hlm. 187
“Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin, lelaki dan perempuan,
(akan mendapat) surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, kekal
mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga
'Adn.dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan
yang besar”. 45
Mengenai
ayat
ini,
Imam
Ghazali
dalam
kitab
Ihya’ ‘Ulum al-Din, memberikan penjelasan bahwa Allah lebih
meninggikan Ridla-Nya daripada surga, sebagaimana Tuhan lebih
meninggikan dzikir/mengingat-Nya dari pada sholat.Dari ayat tersebut
bisa dipahami bahwa mencari ridha Tuhan yang memiliki surga, lebih
diutamakan daripada mencari surga itu sendiri. Padahal surga adalah
puncak
dari
apa
yang
diinginkan
tiap
orang
dan
senantiasa
didambakannya. 46
al-Qur’an menyuruh umat manusia agar meng orientasikan
seluruh kegiatan, seluruh gerak dalam hidupnya untuk mendapatkan
ridha Tuhan. Bukan diorientasikan untuk mendapat surga.
Banyak ayat-ayat al-Qur’an yang mendukung hal ini. Di antaranya:
⧫◆…..❑→➔◆
.....⧫◆
“…Dan janganlah kamu berinfak melainkan karena mencari Ridlo Allah
semata….”47
◼⧫⧫◼◆
◆❑➔◆⧫➔⬧⬧◼
◼◆◆❑
◼⧫◆➔⧫❑⧫⧫⬧
“Barang siapa yang menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, dan di
berbuat baik, maka dia mendapat pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada
QS. At-Taubah: 72. Kementerian Agama RI, Bukhara,…,hlm.198.
Imam Al-Ghazali, Ihya’ ‘Ulum Al-Din, (Semarang: Maktabah Karya Toha Putra, t.t.),
Juz IV, hlm. 334
47
QS. Al-Baqarah: 272. Kementerian Agama RI, Bukhara,…,hlm. 46.
45
46
rasa takut pada mereka dan mereaka tidak bersedih hati”.48 (Q.S. AlBaqarah: 112).
Dalam ayat di atas juga dijelaskan akan dihilangkan rasa takut
dan kesedihan di hati orang yang manakala menyerah diri sepenuhnya
kepada Allah, taka da kerugian dalam menyembah Allah bahkan pahala
yang akan mengalir padanya.
Surat al-Baqarah : 148,
◆◆❑➔
◆❑❑→⧫⬧◆
⧫⧫❑❑⬧⧫
➔☺◼
⧫⬧
“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap
kepadanya.Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan.di mana
saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada
hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”49
b. Menjadi Rahmat Bagi Seluruh Alam
Betapa Allah SWT sangat memuliakan manusia, terlebih dengan
diberikannya akal sebagai pembeda dengan makhluk yang lain. Akal
digunakan untuk berfikir maupunbelajar dan mengajar menggunakan
pancaindra dan alat piker dengan kecanggihannya.
Tugas manusia bukanlah hanya membangun hubungan dengan Allah
tapi juga kepada alam semesta ini.
◆❑➔◼⬧
➔☺▪➔◆❑⧫
◼☺▪❑⬧
◆❑☺◆❑➔◆
⧫
“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan
dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit.dan
dia Maha mengetahui segala sesuatu.”50
QS. Al-Baqarah: 112. Kementerian Agama RI, Bukhara,…,hlm. 17.
QS. Al-Baqarah: 148. Kementerian Agama RI, Bukhara,…,hlm. 23.
50
QS. Al-Baqarah: 29. Kementerian Agama RI, Bukhara,…,hlm. 5.
48
49
Dalam surat Al-Anbiya’ ayat 105-107 disebutkan :
⧫◆⧫
❑✓☺◼➔
“Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat
bagi semesta alam”51
Allah telah menetapkan dalam ayat ini bahwa hamba-hamba yang
mewarisi bumi itu ialah hamba-hamba yang sanggup mengolah bumi dan
memakmurkannya, selama dia mengikuti petunjuk Allah. 52
Orang-orang yang dijadikan Allah sebagai penguasa di bumi ini
ialah orang-orang yang sanggup mengatur dan memimpin masyarakat,
mengolah
bumi ini untuk kepentingan umat manusia, sanggup
mempertahankan diri dariserangan luar dan dapat mengokohkan persatuan
rakyat yang ada di negaranya. Pemberian kekuasaan oleh Allah kepada
mereka bukanlah berarti Allah telah meridhai tindakan mereka, karena
kehidupan duniawi lain halnya dengan kehidupan ukhrawi. Ada orang
yang bahagia hidup di akhirat saja, dan ada pula yang bahagia hidup di
dunia saja. Sedangkan yang dicita-citakan orang muslim adalah bahagia
di dinia dan di akhirat.53
Apabila orang muslim ingin hidup bahagia di dunia dan di
akhirat, mereka harus mengikuti sunnatullah di atas, yaitu taat beribadah
kepada Allah, sanggup memimpin umat manusia dengan baik, sanggup
mengelola bumi ini untuk kepentigan manusia, menggalang persatuan
dan
kesatuan
yang
kuat
di antara mereka sehingga tidak mudah dipecah belah oleh musuh agar
mencapai kebahagian dunia dan akhirat.
QS. Al-Anbiya’: 107. Kementerian Agama RI, Bukhara,…,hlm. 331.
DepagRI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jilid VI, (Jakarta: Lentera Abadi, 2010), hlm.334
53
Depag RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya,…,hlm.334
51
52
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Dalam al-Qur’an, gambaran tentang manusia dapat diklasifikasikan
menjadi tiga kategori besar
: Pertama, al-Basyar. Kedua, al-Insan.
Ketiga, an-Nas.
2. Dilihat dari proses penciptaanya, al-Qur’an menyatakan proses penciptaan
manusia dalam dua tahapan yang berbeda, yaitu: Pertama, disebut dengan
tahapan primordiaI, yakni tahap penciptaan Adam. Kedua, disebut dengan
tahapan biologi, yakni tahap penciptaan kita. Selain itu, Musa Asy’aric
menyebutkan empat tahap proses penciptaan manusia yaitu: tahap jasad,
tahap hayat, tahap ruh, dan tahap nafs.
3. Hidup manusia di dunia tidaklah semata-mata tanpa arti dan permainan
belaka. Akan tetapi manusia hidup juga memiliki fungsi yang harus
dikerjakannya dan beberapa tujuan yang harus diraihnya. Berdasarkan
nash-nash al-Qur’an, fungsi hidup manusia ada dua, pertama sebagai
‘abdullah
(hamba
Allah).
Dimana dengan
fungsi
ini, manusia
diperintahkan untuk senantiasa beribadah kepada-Nya. Beribadah di sini,
tidak hanya dalam arti sempit, yakni pelaksanaan simbol-simbol
keagamaan, akan tetapi lebih dalam arti luas, yakni adanya pengabdiaan
seorang hamba kepada Rabbnya secara kaffah. Kedua, sebagai
khalifatullah fi al-ard( wakil Allah di bumi). Dengan fungsi ini, manusia
diberi tugas oleh Tuhan untuk menjadi penggantinya di bumi. Pengganti
dalam arti, memimpin, dan menguasai bumi serta memelihara,
mensejahterakan, memperbaiki keadaan dan melestarikan bumi. Tujuan
hidup manusia pada hakekatnya ada dua, pertama tujuan secara vertikal,
yakni mencari ridha Allah dan yang kedua tujuan secara horizontal,
yakni menjadi rahmat bagi seluruh alam.
DAFTAR PUSTAKA
‘Abdul Baqi, Muhammad Fu’ad. 1988. al-Mu’jam al-Mufahras li al-Alfazh alQur’an al-Karim, Qahirah: Dar al-Hadits.
al-Maraghi, Ahmad Musthafa. 1985. Tafsir al-Maraghi. Semarang: Toha Putra.
ar-Rifa’I, Muhammad Nasib. 1999. Kemudahan dari Allah-Ringkasan Tafsir
Ibnu Katsir, Jakarta: Gema Insani.
As, Asmaran.Pengantar Studi Tasawuf. 2002. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Dalam Skripsi Sarjana. Endang Rifngati. 2015. Konsepsi Kehidupan
Manusia dalam al-Qur’an. TulungAgung: IAIN Tulung Agung,
Departemen Pendidikan RI. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta:
Gramedia.
Imam Al-Ghazali. t.th. Ihya’ ‘Ulum Al-Din. Semarang: Maktabah Karya Toha
Putra.
Iskandar. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Gaung Persada Press.
Kementerian Agama RI. Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahannya. Bandung: Sygma
Examedia Arkanleeme.
Moleong, Lexy J. 1998. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Nizar, Samsul. 2002. Filsafat Pendidikan Islam-Pendekatan Historis, Teoritis dan
Praktis. Jakarta: Ciputat Pers.
Press UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pengantar: Azyumardi Azra, editor:
Abuddin Nata. 2010. Tema-tema Pokok al-Qur’an tentang Ketuhanan.
Bandung: Penerbit Angkasa.
Rifngati, Endang. 2015. Skripsi Sarjana: Konsepsi Kehidupan Manusia dalam alQur’an. TulungAgung: IAIN Tulung Agung,
Sayyid Quthb. Pent. As’ad Yasin dkk. 2004. Tafsir fi Dzilalil Qur’an. Jakarta:
Gema Insani.
Sevilla, Consello G. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: UI Press.
Shihab, M. Quraish. 1998. Membumikan Al-Qur’an, Bandung: MizanEndang.
Suharto, Toto. 2011. Filsafat Pendidikan Islam.Yogyakarta: ar-Ruzz Media.
Syafri, Ulil Amri.2014. Pendidikan Karakter Berbasis al-Qur’an. Jakarta:
Rajawali Pers.
Syaria’ati, Ali.1992. al-Insan al-Islam wa Madaris al-Gharb, Terj. Afir
Muhammad. Jakarta: Pustaka Hidayah.
Tasmara, Toto. 2002. Membudayakan Etos Kerja Islami. Jakarta: Gema Insani.
Thalbah, Hisyam. dkk. 2009. Ensiklopedia Mukjizat al-Quran dan Hadis;
Kemukjizatan Penciptaan Manusia. Jakarta: Sapta Sentosa.
Wikipedia. Manusia. (online) http://id.wikipedia.org/wiki/manusia. di akses pada
tanggal 21 Juni 2018.
“KONSEPSI KEHIDUPAN MANUSIA DALAM ISLAM”
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mandiri Akhir Semester Mata Kuliah Materi
al-Qur’an II
Dosen Pengampu: Hayati Nufus, MA. Pd.
Oleh:
Nama :Safitriana Bey
NIM
:160301005
Kelas : PAI A
Semester : IV (empat)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) AMBON
2018
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahiim…
Segala puji dan Syukur bagi Allah yang Maha Kuasa karena atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nyalah penulis diberi kesehatan jasmani-rohani, kesempatan
waktu dan kemampuan untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan baik
dengan judul “Konsepsi Kehidupan Manusia dalam Islam” yang menjadi
tulisan untuk mata kuliah Materi II, dosen pengampu: Hayati Nufus MA,Pd. Tak
luput juga salawat dan salam untuk junjungan Nabi besar kita, Nabiyallah
Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat, dan para tabi’-tabi’innya.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini tidak akan terwujud bila
tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
ucapkan banyak terima kasih kepada keluarga, sahabat dan teman-teman yang
turut mendukung dan membantu penulis dalam proses penulisan yang tak dapat
penulis sebutkan satu-persatu.
Tak ada gading yang tak retak.Tak ada pula manusia yang luput dari
kesalahan.Dengan segala kerendahan hati, penulis sadar masih banyak
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif untuk perbaikan pada masa yang
akan datang.
Ambon, 23 Juni 2018
Safitriana Bey
KONSEPSI KEHIDUPAN MANUSIA DALAM ISLAM
Safitriana Bey
Nim : 160301005
Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan
Institut Agama Islam Ambon
Email :[email protected]
[email protected]
Abstrak: Penulisan karya ilmiah ini memiliki tiga fokus masalah yakni pertama,
melihat gambaran konsep manusia dalam perpektif Islam dan kedua, memahami
proses penciptaan manusia serta fungsi dan tujuan eksistensi kehidupannya.
Metode penelitian yang penulis gunakan adalah library researh (kajian
kepustakaan) untuk mengkaji informasi tentang konsepsi manusia dalam perpektif
Islam dan mengkaji ayat–ayat al–Qur’an dengan tafsirannya yang memuat pesanpesan dalam mengembalikan hakekat kehidupan manusia. Hasil yang didapatkan
yakni pertama, dalam Islam manusia dikategorikan menjadi tiga yaitu alBasyar,al-Insan,dan an-Nas.Kedua, penciptaan manusia dibagi menjadi tahap
primordial dan tahap biologis.Penciptaan manusia bukanlah semata-mata tanpa
beralasan, namun memiliki fungsi dan tujuan yang mulia.Adapun fungsinya
menjadi ‘Abd Allah dan Khilafah fil ardhi dengan tujuan mencari ridha Allah dan
menjadi rahmat bagi alam semesta.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan mahluk paling menakjubkan, mahluk yang unik multi
dimensi,
serba
meliputi,
sangat
terbuka
dan
mempunyai
potensi
agung.Sebagaimana yang dikatakan Toto Suharto “Manusia adalah mahluk paling
mulia dialam ini. Allah telah membekalinya dengan keistimewaan yang
menyebabkan ia berhak mengungguli mahluk lain.1Kesempurnaan manusia
dengan mahluk lainnya berpangkal dari manusia itu sendiri yang memang
sempurna fisik, akal pikiran, kemampuan dan karya-karyanya.
Namun tak dapat dipungkuri dibalik kesempurnaan sebagai mahluk yang
dimuliakan, manusia seringkali lalai atas tujuan dan fungsi ia hadir di dunia.
Bahkan tak sedikit pun dari manusia tidak mengetahui arti sebenarnya ia hidup.
Mengikuti arus globalisasi dengan perkembangan IPTEK yang maju menjadikan
hidup lebih praktis dengan kesenangan yang menjanjikan yang terkadang
membuat manusia terperdaya dengan kesenangan duniawi yang fana dan
melupakan kehidupan akhirat yang kekal abadi.
Pada kenyataannya, kemudahan, kesenangan dan kenyamanan lahiriyah
yang diberikan oleh ilmu dan teknologi tidak selalu membahagiakan umat
manusia, malah ada yang memandangnya sebagai pembawa banyak bencana
daripada rahmat.Pemikir Islam kontemporer, Sayyid Hossain Nasr dari Iran
melihat bahwa masyarakat modern yang telah mencapai tingkat kemakmuran
material sedemikian rupa dengan seperangkat teknologi yang serba mekanik dan
otomatis, bukannya semakin mendekati kebahagiaan hidup, melainkan sebaliknya,
kian dihinggapi rasa cemas akibat kemewahan hidup yang diraihnya. 2Dari
sinilah bangkit suatu kesadaran bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi belum
dapat menjamin kebahagiaan hidup manusia selama nilai-nilainya tidak
1
Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, (Yogyakarta: ar-Ruzz Media, 2011), hlm. 79.
Asmaran As, Pengantar Studi Tasawuf, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 1.
Dalam Skripsi Sarjana.Endang Rifngati, Konsepsi Kehidupan Manusia dalam alQur’an.TulungAgung: IAIN Tulung Agung, 2015.
2
tundukdi bawah nilai-nilai spiritual.3Dunia bukanlah abadi bahkan kesenangan
yang memperdaya.Sebagaimana dalam penghujung QS ali-‘Imran: 185,
“…..Kehidupan dunia hanyalah kesenangangan yang memperdaya.”4
Banyak manusia yang telah terperdaya dengan kehidupan dunia yang tak
lebih hanyalah sebuah permainan dan perhiasan yang melalaikan bahkan
kesenangan yang palsu, sebagaimana Allah berfirman dalam QS al-Hadid:
20dan melupakan akan adanya kehidupan sesudah di dunia ini. Padahal
kehidupan di dunia ini bersifat sementara dan begitu cepat lenyap.Sedangkan
kehidupan di akhirat adalah kekal dan abadi.
“Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan di dunia itu hanyalah permainan
dan senda gurauan, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta
berlomba dalam kakayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanamtanamannya mengangumkan para petani, kemudian (tanaman) itu menjadi
kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di
akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta
keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang
palsu.”5
Islam sendiri merupakan ajaran yang universal.Al-Qur’an sebagai sumber
utama ajaran Islam tentulah mengatur segala aspek kehidupan.tak hanya
mengatur hubungan manusia dengan sang pencipta-Nya namun juga dengan
sesama manusia, hewan, tumbuhan, lingkungan dan alam semesta.
Perlu ditegaskan kembali, Islam tidak hanya mengatur dan menyuruh
umatnya
untuk
mencari
kebahagiaan
akhirat,
tapi
juga
menyuruh
untukmemikirkan kehidupannya di dunia, karena dunia merupakan sarana untuk
menuju akhirat, “Dunia adalah tanaman (untuk) akhirat”.6
Islam sebagai agama yang membawa keselamatan manusia tentunya
menawarkan konsep hidup manusia di dunia secara berkualitassembari
3
224.
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1998), Cet. XVII, hlm.
QS. Ali-‘Imran: 185. Kementerian Agama RI, Bukhara-al-Qur’an Tajwid dan Terjemah,
(Bandung: Sygma Examedia Arkanleema. t.th.), hlm. 74.
5
QS. Al-Hadid: 20. Kementerian Agama RI, Bukhara,…,hlm. 540.
6
Endang Rifngati, Skripsi Sarjana: Konsepsi Kehidupan Manusia dalam al-Qur’an.
TulungAgung: IAIN Tulung Agung, 2015.
4
mengingatkan manusia supaya tidak lengah dan selalu waspada terhadapgangguan
yang bisa memalingkan tujuan utama eksistensi hidupnya.
Pentingnya mengenal manusia dengan segala karakternya adalah untuk
pengenalan terhadap kehidupan dan untuk mencapai kebahagiaan manusia itu
sendiri. Hal ini diperkuat dengan pendapat Ali Syari’ati bahwa:
“…..Penyebab paling mendasar bagi gagalnya seluruh usaha ilmiah, sosial,
dan ideologis di zaman modern yang dikerahkan dengan sungguh-sungguh untuk
memberikan kebahgiaan atau minimal “perasaan kebahagiaan” kepada jenis
mahluk yang bernama manuisa ini, seluruhnya bermuara pada ketidaktahuan
mereka terhadap mausia itu sendiri, atau dalam bentuk tertentu dilupakan”.7
Berpijak pada uraian yang telah disampaikan, penulis termotivasi untuk
menulis tentanghakekat eksistensi manusia yang sesungguhnya dalam islam,
mengingatkan kembali fungsi dan tujuan kehidupan manusia demi tercapainya
kebahagian manusia di dunia dan di akhirat dengan mengangkat judul “Konsepsi
Manusia dalam Islam”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah:
1. Bagaimanakah gambaran manusia perspektif Islam ?
2. Bagaimana proses penciptaan manusia dalam al-Qur’an ?
3. Apa tujuan dan fungsi hidup manusia dalam al-Qur’an ?
C. Tujuan Makalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dalam
penulisan ini adalah:
1.
Mengetahui gambaran manusia dalam al-Qur’an.
2.
Mengetahui proses penciptaan manusia dalam al-Qur’an.
3.
Mengetahui tujuan dan fungsi hidup manusia dalam al-Qur’an.
7
Ali Syaria’ati, al-Insan al-Islma wa Madaris al-Gharb, Terj. Afir Muhammad (Jakarta:
Pustaka Hidayah, 1992), dalam Buku Pengantar: Azyumardi Azra, editor: Abuddin Nata. Tematema Pokok al-Qur’an tentang Ketuhanan, (Bandung: Penerbit Angkasa dan Press UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2010) hlm. 57-58.
METODE PENELITIAN
Beberapa hal yang perlu dibahas mengenai metode penelitian ini, yaitu:
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah jenis penelitian kepustakaan atau studi pustaka (library
research), yaitu penelitian yang menggunakan bahan-bahan tertulis. Nanang
Murtono menggunakan bahwa: “Studi pustaka merupakan sebuah proses mencari
berbagai literatur, hasil kajian atau studi yang berhubungan dengan penelitian
yang akan dilakukan. Pada dasarnya, semua sumber tertulis dapat dimanfaatkan
sebagai sumber pustaka, baik buku teks, surat kabar, majalah, brosur, tabloid, dan
sebagainya”.Meliputi pengidentifikasian secara sistematis, analisis dokumendokumen yang memuat informasi yang berkaitan dengan masalah kajian.8
B. Metode Pengumpulan Data
Karena kajian ini bersifat library research, maka di sini penulis
menggunakan metode dokumentasi, yaitu “mencari data mengenai hal atau
variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
notulen rapat, agenda, dan sebagainya”. 9 Penulis mencari dan mengumpulkan
berbagai informasi yang membahas dan berkaitan dengan topik bahasan baik
dari buku, jurnal maupun yang lain. Penulis juga melakukan penelusuran internet
dalam rangkamemperoleh data yang terbaru yang sesuai dengan permasalahan yang
dibahas.
C. Teknik Pengelolahan Data
Data yang diperoleh atau terkumpul, baik dari sumber data primer maupun
sumber data sekunder, kemudian dikelola agar menjadi sebuah teori yang
matang dan siap dipakai.Untuk mengelola data tersebut, penulis menggunakan
metode content analysisatau kajian isi.Weber berpendapat sebagaimana yang
dikutip Moleong, bahwa content analysis adalah suatu metode penelitian yang
8
Consello G. Sevilla, Pengantar Metode Penelitian, (Jakarta: UI Press, 1993), Cet. I, hlm.
9
Iskandar, Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Gaung Persada Press, 2009. hlm. 134.
31.
memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan yang shoheh
dari sebuah buku atau dokumen.10
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Manusia Perspektif Islam
What is a man ?demikianlah sebuah pertanyaan yang dikemukakan Jujun S.
Suriasumantri
ketika
mulai
membahas
bidang
telaah
filsafat.11Ketika
membicarakan manusia, muncul banyak sekali pertanyaan. Apa itu manusia ?,
dari mana ia berasal ?, bagaimana ia hidup ?, dan lain sebagainya.
Manusia dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah mahluk yang berakal
budi; insan; orang,12
Dalam Wikipedia,13 defenisi manusia tak bisa dilihat pada salah satu aspek
saja, namun defenisi manusia dilihat dari segi biologis, rohani, antropologi
kebudayaan, disiplin ilmu, atau secara campuran.
Socrates mengatakan bahwa hakekat manusia adalah yang ingin tahu dan
membutuhkan orang lain untuk membantunya keluar dari ketidaktahuannya.
Sedangkan Plato, salah satu murid Socrates mengatakan bahwa hakekat manusia
itu ada tiga, yaitu; roh, rasio (akal), dan kesenangan (nafsu). Dalam
pandangannya, berdasarkan ketiga unsur tersebut maka manusia dapat dibedakan
tiga jenis; Pertama, manusia yang didominasi oleh rasio yang hasrat utamanya
meraih ilmu pengetahuan; Kedua, manusia yang didominasi oleh roh yang hasrat
utamanya meraih prestasi; Ketiga, manusia yang didominasi nafsu yang hasrat
utamanya pada materi. Tugas rasio di sini adalah mengontrol ruh dan nafsu.14
Menurut Immanuel Kant, manusia adalah mahluk rasional, manusia bebas
bertindak sesuai alasan moral dan bukan hanya untuk kepentingannya sendiri.15
10
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1998), hlm. 103
11
Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam,…,hlm. 78.
12
Departemen Pendidikan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 2008),
Ed. IV, hlm. 877.
13
http://id.wikipedia.org/wiki/manusia.
14
Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis al-Qur’an, (Jakarta: Rajawali Pers,
2014), Ed. I, Cet. II, hlm. 15.
15
Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter,…, hlm. 16.
Dalam Islam memahami eksistensi manusia yaitu akal manusia yang
dibimbing dan dituntun oleh otoritas wahyu, yaitu al-Qur’an dan Hadits
Rasulullah saw. maka, eksistensi manusia yang sesungguhnya dibaca melalui
informasi wahyuyang diimani dan dipahami oleh akal.
Banyak sekali ilmuan Muslim memberikan pandangannya tentang eksistensi
manusia, seperti; Fahruddin Ar-Razi mengemukakan bahwa “Manusia memiliki
beberapa karakteristik yang khas. Manusia berbeda dengan mahluk yang lain,
termasuk dengan malaikat, iblis dan juga binatang, adalah karena manusia
memilikih akal dan hikmah serta tabiat dan nafsu”.16Selain itu, Ibn ‘Arabi
melukiskan hakikat manusia dengan mengatakan bahwa “Tak ada makhluk Allah
yang lebih bagus daripada manusia, yang memiliki daya hiup, mengetahui,
berkehendak, melihat, berbicara, mendengar, berfikir dan memutuskan.Manusia
adalah makhluk kosmis yang sangat penting, karena dilengkapi dengan semua
pembawaan dan syarat-syarat yang diperlukan bagi mengemban tugas dan
fungsinya sebagai mahluk Allah di muka bumi.”17
Dalam al-Qur’an ada tiga term pokok dalam menunjukkan makna eksistensi
manusia, yaitu:
1. al-Basyar
Muhammad Fu’ad ‘Abdul Baqi dalam kitab al-Mu’jam al-Mufahras li alAlfazh al-Qur’an al-Karim pada buku karangan Samsul Nizar menuliskan, kata
al-Basyar dinyatakan dalam al-Qur’an sebanyak 36 kali dan tersebar dalam 26
surat. Secara etimologi al-Basyar berarti kulit kepala, wajah, atau tubuh yang
menjadi temapt tumbuhnya rambut.Makna etimologis dapat dipahami bahwa
manusia merupakan makhluk yang memiliki segala sifat kemanusiaan dan
keterbatasan, seperti makan, minim, seks, kebahagiaan, keamanan, dan lain
sebagainya.Penunjukkan kata al-Basyar ditujukan Allah kepada manusia tanpa
terkecuali.Demikian pula halnya untuk menjelaskan eksistensi Nabi dan Rasulrasul-Nya.18
Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter,…, hlm. 17-18.
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam-Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis,
(Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 1.
18
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam,…, hlm. 1-3.
16
17
2. al-Insan
Kata al-Insan berasal dari kata al-Uns,dinyatakan dalam al-Qur’an
sebanyak 73 kali dan tersebar dalam 43 surat.19Secara etimologi, al-Insan
diartikan harmonis, lemah-lembut, tampak, atau pelupa.Kata al-Insan digunakan
al-Qur’an untuk menunjukkan totalitas manusia sebagai mahluk jasmani dan
rohani. Selain itu, digunakan al-Qur’an untuk menjelaskan sifat umum, serta sisisisi kelebihan dan kelemahan manusia dan juga menunjukkan proses kejadian
manusia sesudah Adam.20
3. An-Nas
Kata an-Nas dinyatakan dalam al-Qur’an sebanyak 240 kali dan tersebar
dalam 53 surat.21Kata an-Nas menunjukkan pada eksistensi manusia sebagai
makhluk sosial secara keseluruhan, tanpa melihat status keimanan dan
kekafirannya.Kata an-Nas dalam al-Qur’an untuk menunjukkan bahwa sebagian
besar manusia tidak memiliki ketetapan keimanan yang kuat. Kadangkala ia
beriman, sementara pada waktu lain ia munafik.22Dengan kata lain, term ini kerap
berbicara tentang aspek keagamaan manusia.23
Dari uraian di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa manusia
menurut pandangan Islam adalah mahluk ciptaan Allah yang mulia, dibekali
dengan fisik sempurna, akal, dan hati (perasaan) serta menanggung tugas dan
fungsinya yang akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak.
B. Proses Penciptaan Manusia dalam al-Qur’an
Dilihat dari proses penciptaanya, al-Qur’an menyatakan proses penciptaan
manusia dalam dua tahapan yang berbeda, yaitu: Pertama, disebut dengan tahapan
primordial. Kedua, disebut dengan tahapan biologi.
Sebelum membicarakan mengenai mekanisme penciptaan diri kita sekarang,
terlebih dahulu renungkan mekanisme penciptaan Kakek-Moyang manusia, Adam
Muhammad Fu’ad ‘Abdul Baqi,al-Mu’jam al-Mufahras li al-Alfazh al-Qur’an al-Karim,
(Qahirah: Dar al-Hadits, 1988), hlm. 119-120.
20
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam,…, hlm. 5-12.
21
Muhammad Fu’ad ‘Abdul Baqi,al-Mu’jam,…,hlm. 895-899.
22
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam,…, hlm. 12-13.
23
Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter,…, hlm. 22.
19
a.s. Adam diciptakan dari tanah (ath-Thin), kemudian tanah itu dibasahi dan
menjadi tanah yang keras (at-Turab). Tanah keras itu lalu dibasahi dan
mengumpal. Tanah keras itu pun menjadi tanah liat (min shal), dengan tangan
Allah Swt, tanah liat itu berbentuk hingga menjadi tanah kering lantaran banyak
air yang membasahi tanah itu ketika tanah kering ini dibentuk, tanah itu pun
menghitam lalu menjadi tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi bentuk
oleh Allah dengan seindah-indahnya (min hamain masnun), kemudian Allah
meniupkan ruh dari-Nya ke dalamnya.24Tersebut dalam QS. Shad: 71,75,al-Hajj:
5, Al-An’aam: 2, Ash-Shaffat: 11, Al-Hijr: 26, 28, 29, al-Mu’minuun:12, ar-Rum:
20, ar-Rahman:14.25
Penciptaan manusia selanjutnya adalah proses biologi yang dapat difahami
secara sains-empirik. Di dalam proses ini, manusia diciptakan dari inti sari tanah
yang dijadikan air mani (muftah) yang tersimpan dalam tempat kokoh (rahim).
Kemudian muftah itu dijadikan darah beku (‘alaqah) yang menggantung dalam
Rahim.‘Alaqah tersebut kemudian dibalut dengan tulang belulang lalu ditiupkan
ruh kepadanya.26
Musa Asy’aric menyebutkan empat tahap proses penciptaan manusia yaitu:
tahap jasad, tahap hayat, tahap ruh, dan tahap nafs. Adapun penjelasannya sebagai
berikut:
1. Tahap Jasad
al-Qur’an menjelaskan permulaan penciptaaan manusia adalah dari tanah.
Tepatnya adalah sari patinya atau sulalah.Penciptaan dari tanah ini bermakna
simbolik, yaitu sari pati yang membentuk tumbuhan atau binatang yang kemudian
menjadi bahan makanan bagi manusia.
2. Tahap Hayat
Awal mula kehidupan manusia menurut al-Qur’an adalah air sebagaimana
tumbuhan dan binatang.Maksud air kehidupan di sini air yang hina atau
24
Hisyam Thalbah, dkk. Ensiklopedia Mukjizat al-Quran dan Hadis; Kemukjizatan
Penciptaan Manusia, Jilid II (Jakarta: Sapta Sentosa, 2009), Cet. III, hlm. 31-34.
25
Kementerian Agama RI, Bukhara-al-Qur’an Tajwid dan Terjemah, (Bandung: Sygma
Examedia Arkanleema. t.th.).
26
QS. Al-Mu’minuun: 12-14. Kementerian Agama RI, Bukhara,…,hlm. 342.
sperma.Sperma ini kemudian membuahi sel telur yang ada salam Rahim seorang
ibu. Sperma inilah merupakan awal kehidupan (hayat) manusia.
3. Tahap Ruh
Ruh yang dimaksudkan adalah sesuatu yang diembuskan Allah dalam diri
manusia dan kemudian menjadi bagian dari diri manusia. Adanya proses peniupan
ruh yang ditiupkan kemudian diiringi dengan pemberian pendengaran, penglihatan
dan hati merupakan bukti bahwa yang menjadi pimpinan dalam diri manusia
adalah ruh. Ruh kiranya yangdapat membimbing hati.Pendengaran, dan
penglihatan untuk memahami kebenaran.
4. Tahap Nafs
Kata nafs mempunyai empat pengertian yaitunafsu, nafas, jiwa, dan diri
(keakuan).al-Qur’an lebih sering menggunakan kata nafs untuk pengertian diri
(keakuan). Diri (keakuan) adalah dinamik kesatuan dari jasad, hayat, dan
ruh.Dinamikanya terletak pada aksi atau kegiatannya.Kesatuannya bersifat
spiritual yang tercermin dalam aktifitas kehidupan manusia.27
C. Fungsi danTujuan Hidup Manusia dalam Al-Qur’an
Dalam al-Qur’an dinyatakan bahwa Allah SWT menciptakan manusia
bukan secara main-main, melainkan dengan suatu tujuan dan fungsi. Firman
Allah:
⬧⬧☺
◼⧫⧫◆◆⬧
⧫❑➔➔
“Maka, apakah kamu mengira bahwa Kami menciptakan kamu main-main
(tanpa ada maksud) dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami”.28
Sebagai mahluk Tuhan yang diciptakan dengan bentuk raga yang sebaikbaiknya dengan rupa yang seindah-indahnya dilengkapi berbagai organ psikofisik
yang istimewa seperti panca indera hati agar manusia bersyukur kepada Allah
yang telah menganugerahi keistimewaan-keistimewaan itu. Sebagaimana dalam
Firman-Nya:
27
Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam,…,hlm. 81-83.
QS. Al-Mu’minuun: 115. Kementerian Agama RI, Bukhara,…,hlm. 349.
28
⬧⬧◆◼
❑⬧
“Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaikbaiknya.”29
Serta,
⧫◼◆❑☺◆◆
⧫◆▪❑◆
⬧◆◆❑⬧◆
☺
“Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar, Dia
membentuk rupamu lalu memperbagus rupamu, dan kepada-Nya tempat
kembali.”30
Lalu dengan Kemurahan-Nya,
◆⧫❑
❑☺◼➔⬧
➔◆⬧☺⧫
◆◼◆➔
⬧⬧
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut Ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati
nurani, agar kamu bersyukur.”31
Tentunya dilengkapi dengan keistimewaan akal untuk berfikir akan TuhanNya. Salah satunya:
◆❑➔◆⧫◆➔
◆◆◆
◆◆⧫☺➔
✓✓◆
◆
⬧⧫❑⬧⧫
⧫⧫
QS. At-Tin: 4. Kementerian Agama RI, Bukhara,…,hlm. 597.
QS. At-Tagabun: 3. Kementerian Agama RI, Bukhara,…,hlm. 556.
31
QS.an-Nahl: 78. Kementerian Agama RI, Bukhara,…,hlm. 275.
29
30
“Dan Dia yang mengahamparkan bumi dan menjadikan gunung-gunug dan
sungai-sungai di atasnya.Dan padanya Dia menjadikan semua buah-buahan
berpasang-pasangan; Dia menutup malam kepada siang.Sungguh, pada yang
demikian itu, terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang
berfikir.”32
1. Fungsi Hidup Manusia
a. ‘Abd (Pengabdi Allah)
Salah satu ayat yang terkesan singkat namun mendalam sekali
makna dan isyarat penting bagi manusia.Esensi utama manusia hidup di
dunia untuk beribadah kepada Tuhan-Nya.Sebagai wujud keimanan
sekaligus kewajiban dari Sang Khalik kepada makhluk-Nya.Allah berFirman dalam QS. Adz-Dzariyat: 56.
⧫◆→◼▪
◆➔◆
“Aku tidak menciptakan Jin dan Manusia melainkan agar mereka
beribadah kepada-Ku.”33Beberapa menafsirkan dengan, “…agar mereka
menyembah-Ku.”
Ali Ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a.:
“melainkan supaya mereka menyembah-Ku” yakni agar mereka
mengakui kehambaan mereka kepada-Ku, baik dengan sukarela maupun
terpaksa.34
Konsep ‘Abd mengacu pada tugas-tugas individual manusia
sebagai hamba Allah.Tugas ini diwujudkan dalam bentuk pengabdian
ritual kepada Allah SWT dengan penuh keikhlasan.Pemenuhan fungsi ini
memerlukan penghayatan agar seorang hamba sampai pada tingkat
religiusitas dimana tercapainya kedekatan diri dengan Alla SWT. Bila
tingkat ini berhasil diraih, maka seorang hamba akan bersikap tawadhu’,
tidak arogan dan akan senantiasa pasrah pada semua titah perintah-Nya
(tawaqqal).
QS. Ar-Ra’d: 3. Kementerian Agama RI, Bukhara,…,hlm. 249.
QS. Adz-Dzariyat: 56. Kementerian Agama RI, Bukhara,…,hlm. 523.
34
Muhammad Nasib ar-Rifa’I, Kemudahan dari Allah-Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir,
(Jakarta: Gema Insani, 1999), Jilid I.
32
33
Secara luas, konsep ‘Abd sebenarnya meliputi seluruh aktivitas
manusia dalam kehidupannya.Islam menggariskan bahwa seluruh
aktivitas seorang hamba di dunia dapat dinilai ibadah manakala aktivitas
itu memang ditujukan semata-mata hanya mencari ridha Allah SWT.
Pada dasarnya konsep ini merupakan makna sesungguhnya ibadah
manakala dipahami, dihayati, dan diamalkan, maka seoarng muslim akan
menemukan jati dirinya sebagai insan paripurna (al-insan al-kamil).35
Istilah Sayyid Qutb, “Manusia yang melakukan tugas-tugas
ibadah dan menunaikannya dengan baik berarti ia telah dapat
membuktikan dan melaksanakan tujuan-tujuan eksistensinya, tujuantujauan keberadaannya”.36 Begitupun sebaliknya apabila manusia
selama hidupnya melakukan aktivitas maksiat, jauh dari kesan tugas
ibadahnya, lalai dan tak peduli bahkan menjauhi diri dari ibadah, maka
sesungguhnya ia telah merusak fungsi dan tujuan hidupnya sendiri.
b. Khalifah fi al-ardl (Khalifah di muka Bumi)
Manusia diciptakan bukan tanpa sebab, ia hidup dengan mengemban
tugas dan amanat Allah. Karena amat mulianya manusia sebagai
pengemban amanat Allah, maka manusia diberikan kedudukan sebagai
khalifah-Nya di muka bumi. Sebagaimana Firman Allah:
⧫⧫⬧⧫⧫◼⧫
◆❑◆◆⧫
◆✓⧫⬧⬧☺⧫⬧
◆◼◆❑
◆⧫
❑➔⬧❑
“Sesungguhnya kami Telah mengemukakan amanat 37 kepada langit,
bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul
amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam,…, hlm. 19-20.
Sayyid Quthb, Tafsir fi Dzilalil Qur’an, Pent. As’ad Yasin dkk.,(Jakarta: Gema
Insani, 2004), Jilid 21, hlm. 67-68.
37
Yang dimaksud dengan amanat di sini ialah tugas-tugas keagamaan.
35
36
amanat itu oleh manusia.Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan
amat bodoh”.38
◆⧫⬧◆⬧◼☺
❑⬧➔
⧫→◆◆
⧫⧫◆
☺⧫⬧◆⬧⧫⬧
◼⧫⧫❑☺◼➔⬧
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:
‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.’
mereka berkata: ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di
bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji
Engkau dan mensucikan Engkau?’Tuhan berfirman: ’Sesungguhnya Aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui’.”39
Kata khalifah di dalam al-Qur’an disebutkan sebanyak 10
kali.Banyak pengertian yang dimaksudkan al-Qur’an dengan kata ini
diantaranya adalah mereka yang datang kemudian, sesudah karena
dipersilihsihkan, silih berganti, dan pengganti.40
Menurut Ahmad Musthafa al-Maraghi, kata khalifah dalam ayat ini
memiliki dua makna.Pertama, adalah pengganti, yaitu pengganti Allah
SWT untuk melaksanakan titah-Nya di muka bumi.Kedua, manusia
adalah pemimpin yang kepadanya diserahi tugas untuk memimpin diri
dan mahluk lainnya sera memakmurkan dan mendayagunakan alam
semesta bagi kepentingan manusia secara keseluruhan.41
Manusialah yang menjadi tulang punggung di permukaan bumi
ini. Allah menciptakan segala sesuatu yang ada di bumi ini untuk
QS.al-Ahzab: 72. Kementerian Agama RI, Bukhara,…,hlm. 427.
QS. Al-Baqarah : 30. Kementerian Agama RI, Bukhara,…,hlm. 6.
40
Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam,…,hlm. 84.
41
Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, (Semarang: Toha Putra, 1985) Juz 1
dan 2, hlm. 131.
38
39
kepentingan manusia:air, udara, bintang-bintang penunjuk arah di
kegelapan, matahari, bulan, siang dan malam,
semuanya disediakan
untuk kepentingan manusia. Manusialah yang ditakdirkan Allah
mensejahterakan, memperbaiki keadaan dan menguasai bumi.Untuk itu
Allah menciptakan segala sesuatu yang ada di bumi bagi kepentingan
manusia.42Bahkan menjadi lebih mulia dari pada malaikat.
2. Tujuan Hidup Manusia
Salah satu implikasi terpenting dari kekhalifaan manusia di muka bumi ini
adalah pentingnya kemampuan untuk memahami alam semesta tempat ia hidup
dan menjalankan tugasnya.
Tujuan merupakan suatu hal yang ingin dicapai.43Tujuan hidup manusia
pastilah tak terlepas dari fungsi kehadirannya di dunia.Manusia ditentukan oleh
cara dirinya menetapkan tujuan. Perilakunya ditentukan apa yang diinginkannya.
Arah tindakannya, sikap dan bentuk keseluruhan dari manusia itu sangat
ditentukan apa yang dijadikannya sebagai tujuannya. Oleh karenanya,
menentukan dan mengerti apa sebenarnya tujuan hidup di dunia ini menjadi
sangat penting.44
Adapun tujuan hidup manusia dalam al-Qur’an yakni:
a. Mencari Ridha Allah
Pembahasan pada point ini akan penulis awali dengan sebuah firman
Allah : Q.S. At-Taubah ayat 72,
⧫◆✓⬧☺
⬧☺◆
⧫⧫
⧫◆⧫⬧
⧫◆❑◆
⧫⬧◆❑➔❑
→➔
42
Endang Rifngati, Skripsi Sarjana: Konsepsi Kehidupan Manusia dalam al-Qur’an.
TulungAgung: IAIN Tulung Agung, 2015.
43
Departemen Pendidikan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 2008),
Ed. IV, hlm. 922.
44
Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja Islami, (Jakarta: Gema Insani, 2002), hlm. 187
“Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin, lelaki dan perempuan,
(akan mendapat) surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, kekal
mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga
'Adn.dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan
yang besar”. 45
Mengenai
ayat
ini,
Imam
Ghazali
dalam
kitab
Ihya’ ‘Ulum al-Din, memberikan penjelasan bahwa Allah lebih
meninggikan Ridla-Nya daripada surga, sebagaimana Tuhan lebih
meninggikan dzikir/mengingat-Nya dari pada sholat.Dari ayat tersebut
bisa dipahami bahwa mencari ridha Tuhan yang memiliki surga, lebih
diutamakan daripada mencari surga itu sendiri. Padahal surga adalah
puncak
dari
apa
yang
diinginkan
tiap
orang
dan
senantiasa
didambakannya. 46
al-Qur’an menyuruh umat manusia agar meng orientasikan
seluruh kegiatan, seluruh gerak dalam hidupnya untuk mendapatkan
ridha Tuhan. Bukan diorientasikan untuk mendapat surga.
Banyak ayat-ayat al-Qur’an yang mendukung hal ini. Di antaranya:
⧫◆…..❑→➔◆
.....⧫◆
“…Dan janganlah kamu berinfak melainkan karena mencari Ridlo Allah
semata….”47
◼⧫⧫◼◆
◆❑➔◆⧫➔⬧⬧◼
◼◆◆❑
◼⧫◆➔⧫❑⧫⧫⬧
“Barang siapa yang menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, dan di
berbuat baik, maka dia mendapat pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada
QS. At-Taubah: 72. Kementerian Agama RI, Bukhara,…,hlm.198.
Imam Al-Ghazali, Ihya’ ‘Ulum Al-Din, (Semarang: Maktabah Karya Toha Putra, t.t.),
Juz IV, hlm. 334
47
QS. Al-Baqarah: 272. Kementerian Agama RI, Bukhara,…,hlm. 46.
45
46
rasa takut pada mereka dan mereaka tidak bersedih hati”.48 (Q.S. AlBaqarah: 112).
Dalam ayat di atas juga dijelaskan akan dihilangkan rasa takut
dan kesedihan di hati orang yang manakala menyerah diri sepenuhnya
kepada Allah, taka da kerugian dalam menyembah Allah bahkan pahala
yang akan mengalir padanya.
Surat al-Baqarah : 148,
◆◆❑➔
◆❑❑→⧫⬧◆
⧫⧫❑❑⬧⧫
➔☺◼
⧫⬧
“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap
kepadanya.Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan.di mana
saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada
hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”49
b. Menjadi Rahmat Bagi Seluruh Alam
Betapa Allah SWT sangat memuliakan manusia, terlebih dengan
diberikannya akal sebagai pembeda dengan makhluk yang lain. Akal
digunakan untuk berfikir maupunbelajar dan mengajar menggunakan
pancaindra dan alat piker dengan kecanggihannya.
Tugas manusia bukanlah hanya membangun hubungan dengan Allah
tapi juga kepada alam semesta ini.
◆❑➔◼⬧
➔☺▪➔◆❑⧫
◼☺▪❑⬧
◆❑☺◆❑➔◆
⧫
“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan
dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit.dan
dia Maha mengetahui segala sesuatu.”50
QS. Al-Baqarah: 112. Kementerian Agama RI, Bukhara,…,hlm. 17.
QS. Al-Baqarah: 148. Kementerian Agama RI, Bukhara,…,hlm. 23.
50
QS. Al-Baqarah: 29. Kementerian Agama RI, Bukhara,…,hlm. 5.
48
49
Dalam surat Al-Anbiya’ ayat 105-107 disebutkan :
⧫◆⧫
❑✓☺◼➔
“Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat
bagi semesta alam”51
Allah telah menetapkan dalam ayat ini bahwa hamba-hamba yang
mewarisi bumi itu ialah hamba-hamba yang sanggup mengolah bumi dan
memakmurkannya, selama dia mengikuti petunjuk Allah. 52
Orang-orang yang dijadikan Allah sebagai penguasa di bumi ini
ialah orang-orang yang sanggup mengatur dan memimpin masyarakat,
mengolah
bumi ini untuk kepentingan umat manusia, sanggup
mempertahankan diri dariserangan luar dan dapat mengokohkan persatuan
rakyat yang ada di negaranya. Pemberian kekuasaan oleh Allah kepada
mereka bukanlah berarti Allah telah meridhai tindakan mereka, karena
kehidupan duniawi lain halnya dengan kehidupan ukhrawi. Ada orang
yang bahagia hidup di akhirat saja, dan ada pula yang bahagia hidup di
dunia saja. Sedangkan yang dicita-citakan orang muslim adalah bahagia
di dinia dan di akhirat.53
Apabila orang muslim ingin hidup bahagia di dunia dan di
akhirat, mereka harus mengikuti sunnatullah di atas, yaitu taat beribadah
kepada Allah, sanggup memimpin umat manusia dengan baik, sanggup
mengelola bumi ini untuk kepentigan manusia, menggalang persatuan
dan
kesatuan
yang
kuat
di antara mereka sehingga tidak mudah dipecah belah oleh musuh agar
mencapai kebahagian dunia dan akhirat.
QS. Al-Anbiya’: 107. Kementerian Agama RI, Bukhara,…,hlm. 331.
DepagRI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jilid VI, (Jakarta: Lentera Abadi, 2010), hlm.334
53
Depag RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya,…,hlm.334
51
52
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Dalam al-Qur’an, gambaran tentang manusia dapat diklasifikasikan
menjadi tiga kategori besar
: Pertama, al-Basyar. Kedua, al-Insan.
Ketiga, an-Nas.
2. Dilihat dari proses penciptaanya, al-Qur’an menyatakan proses penciptaan
manusia dalam dua tahapan yang berbeda, yaitu: Pertama, disebut dengan
tahapan primordiaI, yakni tahap penciptaan Adam. Kedua, disebut dengan
tahapan biologi, yakni tahap penciptaan kita. Selain itu, Musa Asy’aric
menyebutkan empat tahap proses penciptaan manusia yaitu: tahap jasad,
tahap hayat, tahap ruh, dan tahap nafs.
3. Hidup manusia di dunia tidaklah semata-mata tanpa arti dan permainan
belaka. Akan tetapi manusia hidup juga memiliki fungsi yang harus
dikerjakannya dan beberapa tujuan yang harus diraihnya. Berdasarkan
nash-nash al-Qur’an, fungsi hidup manusia ada dua, pertama sebagai
‘abdullah
(hamba
Allah).
Dimana dengan
fungsi
ini, manusia
diperintahkan untuk senantiasa beribadah kepada-Nya. Beribadah di sini,
tidak hanya dalam arti sempit, yakni pelaksanaan simbol-simbol
keagamaan, akan tetapi lebih dalam arti luas, yakni adanya pengabdiaan
seorang hamba kepada Rabbnya secara kaffah. Kedua, sebagai
khalifatullah fi al-ard( wakil Allah di bumi). Dengan fungsi ini, manusia
diberi tugas oleh Tuhan untuk menjadi penggantinya di bumi. Pengganti
dalam arti, memimpin, dan menguasai bumi serta memelihara,
mensejahterakan, memperbaiki keadaan dan melestarikan bumi. Tujuan
hidup manusia pada hakekatnya ada dua, pertama tujuan secara vertikal,
yakni mencari ridha Allah dan yang kedua tujuan secara horizontal,
yakni menjadi rahmat bagi seluruh alam.
DAFTAR PUSTAKA
‘Abdul Baqi, Muhammad Fu’ad. 1988. al-Mu’jam al-Mufahras li al-Alfazh alQur’an al-Karim, Qahirah: Dar al-Hadits.
al-Maraghi, Ahmad Musthafa. 1985. Tafsir al-Maraghi. Semarang: Toha Putra.
ar-Rifa’I, Muhammad Nasib. 1999. Kemudahan dari Allah-Ringkasan Tafsir
Ibnu Katsir, Jakarta: Gema Insani.
As, Asmaran.Pengantar Studi Tasawuf. 2002. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Dalam Skripsi Sarjana. Endang Rifngati. 2015. Konsepsi Kehidupan
Manusia dalam al-Qur’an. TulungAgung: IAIN Tulung Agung,
Departemen Pendidikan RI. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta:
Gramedia.
Imam Al-Ghazali. t.th. Ihya’ ‘Ulum Al-Din. Semarang: Maktabah Karya Toha
Putra.
Iskandar. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Gaung Persada Press.
Kementerian Agama RI. Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahannya. Bandung: Sygma
Examedia Arkanleeme.
Moleong, Lexy J. 1998. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Nizar, Samsul. 2002. Filsafat Pendidikan Islam-Pendekatan Historis, Teoritis dan
Praktis. Jakarta: Ciputat Pers.
Press UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pengantar: Azyumardi Azra, editor:
Abuddin Nata. 2010. Tema-tema Pokok al-Qur’an tentang Ketuhanan.
Bandung: Penerbit Angkasa.
Rifngati, Endang. 2015. Skripsi Sarjana: Konsepsi Kehidupan Manusia dalam alQur’an. TulungAgung: IAIN Tulung Agung,
Sayyid Quthb. Pent. As’ad Yasin dkk. 2004. Tafsir fi Dzilalil Qur’an. Jakarta:
Gema Insani.
Sevilla, Consello G. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: UI Press.
Shihab, M. Quraish. 1998. Membumikan Al-Qur’an, Bandung: MizanEndang.
Suharto, Toto. 2011. Filsafat Pendidikan Islam.Yogyakarta: ar-Ruzz Media.
Syafri, Ulil Amri.2014. Pendidikan Karakter Berbasis al-Qur’an. Jakarta:
Rajawali Pers.
Syaria’ati, Ali.1992. al-Insan al-Islam wa Madaris al-Gharb, Terj. Afir
Muhammad. Jakarta: Pustaka Hidayah.
Tasmara, Toto. 2002. Membudayakan Etos Kerja Islami. Jakarta: Gema Insani.
Thalbah, Hisyam. dkk. 2009. Ensiklopedia Mukjizat al-Quran dan Hadis;
Kemukjizatan Penciptaan Manusia. Jakarta: Sapta Sentosa.
Wikipedia. Manusia. (online) http://id.wikipedia.org/wiki/manusia. di akses pada
tanggal 21 Juni 2018.