KOLONIALISME EROPA DI ASIA TENGGARA.docx
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
2
A.
Latar Belakang
2
B.
Rumusan Masalah
2
C.
Tujuan
3
BAB II : KEDATANGAN BANGSA EROPA DI ASIA TENGGARA
4
A.
Latar Belakang Kedatangan Bangsa Eropa di Asia Tenggara
4
B.
Kronologi Kedatangan Bangsa Eropa di Asia Tenggara
5
BAB III : KEBIJAKAN-KEBIJAKAN KOLONIAL EROPA DAN
PENGARUHNYA DI ASIA TENGGARA
10
A.
Bidang Politik dan Ekonomi
10
B.
Bidang Pendidikan
11
C.
Bidang Sosial dan Budaya
12
BAB IV : PERLAWANAN TERHADAP KOLONIAL EROPA DI ASIA
TENGGARA
14
A.
Reaksi Penguasa
14
B.
Gerakan Sosial Pedesaan
14
BAB V : PENUTUP
16
A.
Kesimpulan
16
B.
Saran-saran
16
DAFTAR PUSTAKA
17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kolonialisme memiliki arti penguasaan oleh suatu negara atas daerah atau bangsa
lain.1 Kolonialisme berasal dari kata colony. Kata ini diambil dari bahasa latin yaitu colon,
yang ditujukan untuk petani, penanam atau penduduk yang tinggal di suatu daerah baru.
Dalam konteks pembahasan makalah ini, kolonialisme adalah pengembangan kekuasaan
sebuah negara atas wilayah dan manusia di luar batas negaranya, seringkali untuk mencari
dominasi ekonomi dari sumber daya, tenaga kerja, dan pasar wilayah tersebut.
Memasuki abad ke-15, Eropa mengalami masa Renaissance, yang ditandai dengan
munculnya berbagai teori dan pemikiran serta revolusi sosial. Bangsa Eropa melakukan
pelayaran untuk menemukan kejayaan pada wilayah-wilayah di belahan dunia lain.
Revolusi Industri pada penghujung abad ke-18 semakin mendorong kegiatan pelayaran ini.
Bangsa Eropa membutuhkan lebih banyak bahan baku dan tenaga kerja untuk menunjang
kegiatan perekonomian mereka, yang tersedia di Asia Tenggara.
Asia Tenggara adalah sebuah kawasan yang mencakup Indocina dan Semenanjung
Malaya serta kepulauan di sekitarnya. Sebelum kedatangan Bangsa Eropa, Asia Tenggara
telah dikenal sebagai jalur pelayaran internasional. Pelabuhan-pelabuhannya selalu ramai
disinggahi para pedagang. Negara-negara berbentuk monarch (kerajaan) telah berdiri. Asia
Tenggara dipengaruhi oleh kebudayaan asli, Hindu-Buddha dan Islam. Tatanan tersebut
mengalami pergeseran setelah kedatangan Bangsa Eropa yang membawa serta nilai-nilai
kolonial mereka.
B. Rumusan Masalah
1.Bagaimana latar belakang dan kronologi kedatangan Bangsa Eropa di Asia
Tenggara?
2.Apa saja pengaruh yang dihasilkan dari penerapan kebijakan-kebijakan kolonial
Eropa di Asia Tenggara?
1 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
Nasional, 2008), hlm. 741.
2
3. Apa reaksi yang diberikan penduduk Asia Tenggara terhadap kolonialisme
Bangsa Eropa?
C. Tujuan
1. Menjelaskan latar belakang dan kronologi kedatangan Bangsa Eropa di Asia
Tenggara
2. Mengetahui penerapan kebijakan kolonial Eropa dan pengaruhnya di Asia
Tenggara
3. Mengetahui bentuk perlawanan yang diberikan penduduk Asia Tenggara terhadap
kolonialisme Bangsa Eropa
3
BAB II
KEDATANGAN BANGSA EROPA DI ASIA TENGGARA
A.
Latar Belakang Kedatangan Bangsa Eropa di Asia Tenggara
Jatuhnya Konstantinopel (1453) ke tangan Turki Usmani menyebabkan terputusnya
jalur perdagangan di Laut Tengah antara Eropa dan Asia Barat. 2 Bangsa Eropa kemudian
beralih ke daerah Timur untuk mencari rempah-rempah, komoditi yang paling disukai dan
dihargai mahal di Eropa.
Selain itu, sejak abad ke-15 hingga 17, Bangsa Eropa mengalami sebuah gerakan
budaya yang disebut Renaissance. Kegiatan intelektual mendapatkan perhatian khusus
sehingga para pemikir dan petualang bermunculan. Atas restu penguasa Spanyol,
Christopher Columbus melakukan pelayaran dan sampai di Benua Amerika pada tahun
1492. Sementara itu, pada tahun 1498 Vasco de Gama berhasil menemukan jalan ke Timur
melalui Tanjung Harapan.3 Kedua penjelajahan tersebut mengilhami para penguasa Eropa
lainnya untuk mencari kejayaan di belahan dunia lain.
Meletusnya
Revolusi
Industri
(1750-1850)
turut
mendorong
terjadinya
kolonialisme. Bangsa Eropa berlomba-lomba melakukan perluasan daerah-daerah sebagai
tempat pemasaran hasil industri, mencari bahan mentah, penanaman modal, dan
mendapatkan tenaga buruh yang murah.
Selain itu, dibukanya terusan Suez membuat jalur perdagangan Eropa bergerak
sangat cepat. Terusan Suez yang dibangun atas praksara insinyur Perancis yang bernama
Ferdinand Vicomte de Lesseps dan diresmikan pada tahun 1869 ini menghubungkan Eropa
dan Asia tanpa mengelilingi Afrika, melainkan langsung melewati Mesir dan melintasi
selatan Asia. Kemudahan tersebut menjadi faktor pendukung pelayaran kapal-kapal Bangsa
Eropa ke Asia Tenggara.
2 Anthony Reid, Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680: Jaringan Perdagangan Global
Asia Tenggara, diterjemahkan oleh R.Z. Leirissa dan P. Soemitro, (Jakarta: Yayasan pustaka Obor
Indonesia, cet. II, 2011), hlm. 14.
3 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, cet XXV, 2014), hlm.
174.
4
B.
Kronologi Kedatangan Bangsa Eropa di Asia Tenggara
1.Indonesia
Kepercayaan yang lebih dahulu berkembang di Indonesia adalah animisme dan
dinamisme dengan pemerintahan tertinggi berada di tangan ketua adat. Masuknya
Hindu – Budha pada abad ke – 7 M bersamaan dengan masuknya kebudayaan
India, salah satunya adalah sistem pemerintahan berbentuk kerajaan. Sistem
kerajaan masih terus berlangsung setelah masuknya Islam pada abad ke – 13 M.
Masyarakat Indonesia bermata pencaharian sebagai petani, pedagang dan pelaut.
Letak Indonesia yang berada di tengah-tengah lalu lintas perdagangan dunia telah
memudahkan terjadinya kontak dengan kebudayaan luar.4
Gambar 1
Jalur Kedatangan Bangsa Eropa di Asia Tenggara
Kolonialisme Bangsa Eropa di Asia Tenggara bermula ketika Vasco de Gama yang
sedang mencari sumber rempah baru di wilayah Timur mendengar tentang
kemasyhuran Malaka. Ia kemudian mengirim utusan ke Malaka dan diterima
dengan baik oleh Sultan Ahmad Syah (1488-1528 M). Pada tahun 1511, pasukan
Portugis yang dipimpin oleh Alfonso d’Albuquerque dengan kekuatan sebanyak
1200 orang dan 18 buah kapal berhasil menaklukan Malaka.
4 Marwati Djono Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia, (Jakarta :
Balai Pustaka, 1984), hlm 34.
5
Kedatangan Spanyol di Kepulauan Maluku (1523) yang dipimpin oleh Juan
Sebastian del Cano tidak diharapkan oleh Portugis. Dengan memanfaatkan dua
kerajaan yang sedang berseteru, yaitu Ternate dan Tidore, Spanyol dan Portugis
saling menggempur satu sama lain. Pertikaian tersebut diakhiri dengan perjanjian
Saragosa. Portugis tetap berkuasa di Maluku sedangkan Spanyol pindah ke Filipina.
Pada tahun 1579, Inggris di bawah pimpinan Sir Francis Drake singgah di Ternate
kemudian terus ke Pulau Jawa, sebelum akhirnya berlayar meninggalkan Nusantara.
Cornellis de Houtman tiba di Banten pada tahun 1596. Pada tahun 1598, para
pedagang Belanda yang dipimpin Van Verre datang ke Indonesia. Belanda
mendirikan VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie) pada tanggal 20 Maret
16025 untuk melanggengkan kepentingan kolonial di Indonesia sekaligus menyaingi
firma dagang EIC (East Indies Company) milik Inggris.
2. Indocina (Vietnam, Laos, Kamboja)
Kawasan Indocina adalah suatu kawasan yg mayoritas dihuni oleh etnis Lao (juga
mendiami sebagian daratan Siam) dan Dao. Perekonomian di kawasan ini bertumpu
pada sektor agraris. Wilayah ini mendapatkan pengaruh agama Buddha dari India
dan Thailand.6 Selain sistem keagamaan, India juga membawa pengaruh dalam
bidang sosial kemasyarakatan, hal ini terlihat dari sistem kasta dan pemerintahan
yang berbentuk kerajaan.
Pierre Caunay dikenal sebagai orang pertama dari Perancis yang berhasil mencapai
Hindia-Timur, tepatnya di Aceh. Perancis kemudian berlayar ke arah utara dan
mendarat di Kepulauan Vietnam. Wilayah Vietnam bagian selatan (1880) dan utara
(1886) yang berhasil dikuasai kemudian disatukan dengan Kamboja dan Laos.
Wilayah ini disebut sebagai Indocina dengan Hanoi sebagai ibukotanya.
3. Filipina
Suku pertama yang mendiami Filipina adalah Suku Negrito, kemudian terusir oleh
orang-orang Austronesia yang dikenal sebagai pemburu ulung. Mereka tumbuh
menjadi kerajaan maritim sejak abad ke-10 M. Kerajaan-kerajaan yang pernah
berkuasa di Filipina antara lain Kerajaan Butuan, Cebu, Tondo. Sebagian besar
5Ibid., hlm. 234.
6Grant Evans, Budaya dan Masyarakat Laos, (Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 2005), hlm 13.
6
Masyarakat Filipina melakukan perdagangan dengan berbagai negara seperti Cina,
Thailand, India, Jepang, dan Indonesia.
Sebagai konsekuensi perjanjian Saragosa, Spanyol hengkang dari Maluku dan
menuju ke Filipina. Orang Spanyol pertama yang menginjakkan kaki di Filipina
adalah Ferdinand Magellan. Miguel Lopez de Legazpi mendirikan pemukiman dari
Pulau Cebu (1565) hingga Teluk Manila di Pulau Luzon (1571).7
Pada tahun 1896 Amerika yang dipimpin oleh presiden Mc Kinely berhasil
menaklukan daerah jajahan Spanyol yang berujung pada penandatanganan
perjanjian damai pada tanggal 10 Desember 1899 di Paris. Pada tahun 1901
Amerika resmi mendirikan kekuasaan di Filipina dan terus berkuasa hingga tahun
1942.
4. Malaysia
Malaka sebagai cikal bakal Malaysia merupakan suatu kerajaan yg didirikan oleh
Parameswara pada abad ke – 14 M dengan Islam sebagai agama resmi. Mayoritas
masyarakatnya berprofesi sebagai petani. Penduduk yang tinggal di pesisir dan
pelabuhan berprofesi sebagai pedagang. Pada masa kejayaanya, Malaka berperan
sebagai pusat penyebaran Islam dan mampu menangkal serangan dari Siam.
Inggris mendirikan daerah koloni di Semenajung Malaya pada tahun 1786.
Sebelumnya, tanah melayu pernah dikuasai Belanda pada tahun 1641. Traktat
London yang ditandatangani pada tahun 1824 membagi kekuasaan Inggris dan
Belanda. Nusantara menjadi milik Belanda sementara daerah Melayu dikuasai oleh
Inggris.
Pada tahun 1867 Inggris dipercaya untuk menengahi konflik antara Raja Melayu
dan Cina. Akhirnya, Perjanjain Pangkor ditandatangani dan mengakibatkan
perluasaan kekusaan Inggris ke negeri-negeri Melayum yaitu Perlak, Pahang,
Selangor dan Negeri Sembilan.
7Agusniyarni, Filipina dari Masa Kerajaan sampai Masa Kolonialisme dan Kemerdekaan,
http://wartasejarah.blogspot.co.id/2014/07/filipina-dari-masa-kerajaan-sampai-masa.html, diakses
pada 8 November 2017.
7
5. Myanmar
Myanmar sebelum kedatangan Bangsa Eropa di Asia Tenggara adalah sebuah
kerajaan dengan nama Burma. Burma mencapai puncak kejayaannya pada masa
Anawratha.8 Kebanyakan masyarakat Burma adalah penganut Hindu dengan mata
pencaharian sebagai petani.
Kolonialisme Bangsa Eropa di Myanmar terjadi akibat kekalahan perang Burma
melawan Inggris pada 1824–1885. Myanmar dijadikan salah satu provinsi wilayah
kolonial Inggris dengan Yangoon sebagai ibukotanya (1886). Memasuki abad ke20, kesadaran nasional mulai terbentuk dengan didirikannya perkumpulan pemuda
Buddhis. Pada tahun 1942 Myanmar jatuh ke tangan Jepang sebagai dampak dari
Perang Pasifik.
6. Singapura
Singapura sebelum penjajahan Eropa merupakan bagian dari kerajaan Sriwijaya
yang dikembangkan sebagai kota laut. Selanjutnya, Singapura berada dalam
gengaman Kesultanan Malaka.9 Mayoritas penduduk Singapura adalah bangsa Cina
yang awalnya datang untuk berdagang, sebagian dari mereka memeluk Islam
karena pengaruh dari Kesultanan Malaka, sementara yang lainnya tetap
mempertahankan agama Konghuchu.
Setelah kedatangan Bangsa Eropa di Asia Tenggara, Singapura menjadi wilayah
yang secara sengaja dikembangkan oleh Inggris sebagai pelabuhan. EIC (East
Indies Company) mendanai pembangunan tersebut. Raffles tiba di Singapura pada
tanggal 29 Januari 1819. Ia menjumpai sebuah perkampungan Melayu kecil di
muara Sungai Singapura yang diketuai oleh seorang Temenggung Johor. Pulau itu
dikelola oleh Kesultanan Johor tetapi keadaan politiknya tidak stabil. Pewaris
Sultan Johor, Tengku Abdul Rahman dikendalikan oleh Belanda dan Bugis. Pada
8 George Coedas , Asia Tenggara Masa Hindu Budha, terj. Winarsih, (Jakarta : Kepustakaan
Populer Gramedia, 2010), hlm. 208.
9Risa Rosa, Sejarah Singapura, https://risarosa.wordpress.com/2014/06/19/sejarah-singapura/ ,
diakses pada 09/12/2017.
8
tanggal 15 Februari 1942 Singapura jatuh ke tangan Jepang setelah Arthur Ernest
Perchival menyerah terhadap Jepang.
7. Brunei Darussalam
Pada abad ke-6 M, Brunei dikenal sebagai tempat persinggahan para pelaut dari
Cina, India dan Arab. Brunei yg dalam catatan Cina dikenal dengan Po – lo Po –
Ling merupakan daerah taklukan Majapahit dan kemudian pada tahun 1369
memproklamirkan diri sebagai kerajaan yg merdeka.10 Brunei kemudian bergabung
dengan kesultanan Johor. Mayoritas penduduk Brunei berprofesi sebagai pedagang
dan tinggal di pesisir, sebagiannya lagi berprofesi sebagai petani. Islam merupakan
agama yang dipeluk oleh mayoritas rakyat Brunei.
Penjajahan Inggris di Brunei dimulai ketika James Brooke menduduki Serawak dan
menyerang Brunei pada tahun 1839 sehingga Brunei kehilangan kekuasaannya atas
Serawak. Pada tanggal 19 Desember 1846, pulau Labuan dan sekitarnya diserahkan
kepada James Brooke.
Brunei menyatakan berkuasa penuh atas wilayahnya dan mendirikan kerajaan
berdaulat pada tahun 1959, namun urusan luar negeri tetap diserahkan kepada
Inggris. Setelah menandatangani perjanjian persahabatan pada 4 Januari 1979
dengan Inggris, Brunei menyatakan kemerdekaanya pada tanggal 1 Januari 1984.
10Kerajaan
Nusantara,
“Kesultanan
Brunei
Darussalam”,
diakses
http://www.kerajaannusantara.com/id/brunei-darussalam/sejarah , pada 09/12/2017.
9
dari
BAB III
KEBIJAKAN-KEBIJAKAN KOLONIAL EROPA DAN PENGARUHNYA DI ASIA
TENGGARA
A.
Bidang Politik dan Ekonomi
1. Penetapan Undang-Undang
Bangsa Eropa enggan mematuhi peraturan yang telah ditetapkan oleh kerajaankerajaan di Asia Tenggara. Sebaliknya, mereka berusaha mengalahkan kerajaan
tersebut atau membuat undang-undang yang harus diikuti oleh wilayah jajahannya.
Contohnya adalah serangan yang dilakukan Belanda kepada kerajaan Buleleng
setelah kapalnya dirampas dalam hukum tawan karang (1844).
2. Pendirian Kongsi Dagang
Umumnya Kerajaan Eropa mengumpulkan para wirausahawan dalam sebuah
kongsi dagang. Perkumpulan ini dapat berperan sebagai tangan kanan pemerintah
kolonial dalam pelaksanaan kegiatan ekonomi dan penyedia kas. Kongsi dagang
Belanda, VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie) bersitegang dengan EIC
(East Indies Company) milik Inggris dalam memperebutkan pengaruh di Asia
Tenggara.
Dalam rangka mengukuhkan kekuasaannya di Indonesia, VOC merumuskan dan
menetapkan berbagai kebijakan. Kebijakan-kebijakan tersebut antara lain:
a. Menguasai
pelabuhan-pelabuhan
dan
mendirikan
benteng
untuk
melaksanakan monopoli perdagangan
b. Melaksanakan politik devide et impera11dalam rangka untuk menguasai
kerajaan-kerajaan di Indonesia
c. Untuk memperkuat kedudukannya, perlu mengangkat seorang Gubernur
Jenderal
11Dikenal juga sebagai politik pecah belah atau siasat adu domba. Praktik ini dijalankan oleh
pemerintah kolonial untuk mengurangi kekuatan penguasa lokal.
10
d.
Melaksanakan sepenuhnya Hak Oktroi12 yang diberikan pemerintah
Belanda.
e. Membangun pangkalan/markas VOC yang semula di Banten dan Ambon,
dipindah ke Jayakarta (Batavia)
f. Melaksanakan Hongitochten13
g. Adanya verplichte leverantie (penyerahan wajib) dan cultuurstelsel (tanam
paksa)
Adapun dampak yang dihasilkan dari penerapan kebijakan-kebijakan tersebut
adalah:
a. Berkurangnya Wibawa dan Pengaruh Penguasa Lokal
Pemerintah kolonial menetapkan Gubernur Jenderal sebagai pemimpin tertinggi
di Hindia-Belanda sehingga para penguasa lokal menjadi bawahan dari Bangsa
Eropa. Pegawai-pegawai Eropa terus ditambahkan dalam jajaran pemerintahan
dan bupati digaji dengan uang.
14
Hal tersebut merupakan usaha pemerintah
kolonial untuk memangkas loyalitas vertikal antara penguasa lokal dan para
pegawainya. Selain itu, tubuh pemerintahan lokal semakin lemah akibat
perpecahan yang ditimbulkan oleh politik devide et impera kolonial.
b. Meningkatnya Kemiskinan di Kalangan Rakyat Jajahan
Pada masa pemerintahan Van den Bosch sejak 1830, dimulai suatu periode
yang disebut cultuurstelsel, pajak diharuskan dibayar dalam bentuk kerja di
perkebunan sebagai pengganti pajak tanah. Rakyat mengorbankan tanah
pertanian mereka dan bekerja keras untuk membayar pajak kepada pemerintah
kolonial di samping memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selain itu, rakyat masih
harus membagi hasil pertanian kepada mandor-mandor yang ditunjuk untuk
mengawasi pekerjaan mereka.
12 Hak-hak istimewa yang diberikan oleh pemerintah kolonial Belanda kepada VOC, yang terdiri
dari: a) monopoli perdagangan, b) mencetak dan mengedarkan uang, c) mengangkat dan
memberhentikan pegawai, d) mengadakan perjanjian dengan para raja, e) memiliki tentara untuk
mempertahankan diri, f) memiliki benteng, g) menyatakan perang dan damai, h) mengangkat dan
memberhentikan penguasa setempat.
13 Disebut juga sebagai Pelayaran Hongi, yaitu adalah suatu bentuk pelayaran yang dilakukan oleh
pemerintahan VOC Belanda yang bertujuan menjaga keberlangsungan monopoli rempah-rempah di
Kepulauan Maluku dan sekitarnya, dengan menggunakan armada perahu kora-kora mengejar pelaku
penyelundupan rempah-rempah dan menangkap kapal asing lainnya.
14 Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional ..., hlm. 348.
11
B.
Bidang Pendidikan
1. Sistem Pendidikan Formal
Bangsa Eropa memperkenalkan sistem laporan, absensi, jadwal harian, dan
pendidikan berjenjang.
2. Pengajaran Bahasa dan Pemikiran Eropa
Melalui sekolah-sekolah yang didirikan oleh Bangsa Eropa, penduduk Asia
Tenggara dididik dengan pengajaran ala Eropa dan berbagai pemikirannya.
Umumnya pengajaran diberikan dalam bahasa Eropa tersebut. Sebagai contoh pada
sekolah yang didirikan Belanda di Indonesia menggunakan bahasa pengantar
berupa Belanda serta Inggris. Sementara untuk bahasa pergaulan digunakan bahasa
Melayu atau bahasa daerah masing-masing.
C.
Bidang Sosial dan Budaya
1. Tersebarnya agama Kristen di Asia Tenggara
Penyebaran agama didukung oleh kolonial Eropa dengan pemberian bantuan
kepada misionaris dan subsidi untuk pembangunan sekolah-sekolah misi. Salah satu
negara yang mendapatkan pengaruh Kristen yang cukup kental di Asia Tenggara
adalah Filipina. Katolik adalah agama yang dipeluk oleh mayoritas penduduk
Filipina, mencapai 82,9% dari total 104,256,076 penduduk.15
2. Pembangunan Benteng dan Kota
Bangsa Eropa banyak mendirikan benteng sebagai strategi pertahanan di Asia
Tenggara, salah satunya Benteng Malborough yang merupakan peninggalan EIC
(East Indies Company) di Bengkulu. Bentuk penataan kota juga disesuaikan dengan
kepentingan kolonialisme. Kota Malang dan Magelang dimanfaatkan oleh kolonial
15Central
Intelligence
Agency
(US),
“PHILIPPINES”,
diakses
https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/rp.html pada 10/12/2017.
12
dari
Belanda sebagai Garnizun16, sementara Tawangmangu dijadikan sebagai tempat
peristirahatan.17
3. Stratifikasi Sosial
Bangsa Eropa mengelompokkan warga negara berdasarkan keturunan atau tempat
kelahiran. Sebagai contoh di Filipina terjadi pembagian warga negara sebagai
berikut: 1) Orang Spanyol yang lahir di Spanyol, 2) Orang Spanyol yang lahir di
Amerika atau Filipina, dan 3) Penduduk Filipina non-Spanyol. Sebagai
perbandingan, pemerintah kolonial Belanda membagi masyarakat Indonesia
menjadi tiga golongan, yaitu: 1) Orang Belanda dan Eropa lainnya, 2) Orang IndoEropa dan Timur Asing (Cina, Arab, India), dan 3) Orang Bumiputera, yang terdiri
dari pegawai pemerintahan Indonesia di bawah kolonial dan rakyat jelata. Sistem
stratifikasi sosial tersebut, selain dipengaruhi oleh keturunan juga berdasarkan
pembagian kerja dan kontribusi modal terhadap pemerintah kolonial.
16 ‘Garnizun’ secara harafiah berarti kelompok pasukan dalam jumlah besar yang menetap dalam
sebuah kota atau benteng. Jadi Kota Garnizun secara harafiah bisa berarti: sebuah kota dimana
terdapat kelompok pasukan dalam jumlah besar yang menetap di kota tersebut.
17 Handinoto, Kebijakan Politik dan Ekonomi Pemerintah Kolonial Belanda yang Berpengaruh
Pada Morfologi (Bentuk dan Struktur) Beberapa Kota di Jawa, (Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas
Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Kristen Petra), hlm. 26.
13
BAB IV
PERLAWANAN TERHADAP KOLONIAL EROPA DI ASIA TENGGARA
A.
Reaksi Penguasa
Campur tangan Bangsa Eropa seringkali menjadi penyulut perpecahan dalam badan
istana, sehingga kekuatan dan kewibawaan kerajaan berkurang. Tak jarang lebih dari satu
pemerintahan kolonial mengusik kedaulatan sebuah kerajaan. Hal ini menyulut perlawanan
dari kalangan penguasa lokal. Perlawanan ini contohnya terjadi pada saat kolonialisme
Inggris di Burma.
Inggris membantu Alaungpaya untuk menyatukan Burma dengan harapan agar
Burma bisa berfungsi sebagai benteng menghadapi Perancis di Indocina. Sewaktu
pemerintahan Raja Thibaw (1878), terjadi persekutuan antara Birma dengan Perancis.
Merasa memiliki cukup dukungan, Burma menasionalisasi firma dagang Inggris di
wilayahnya, sehingga Inggris mengancam Thibaw. Setelah Thibaw menolak ultimatum
Inggris, maka Inggris menyerbu Mandalay. Thibaw ditangkap dan diasingkan ke India.
Maka, sejak tahun 1886 Burma menjadi wilayah jajahan Inggris.
B.
Gerakan Sosial di Pedesaan
Bangsa Eropa memperkenalkan sistem mekanis yang mengatur pekerjaan setiap
orang berdasarkan undang-undang tertulis. Penerapan sistem administrasi modern diikuti
dengan sistem perpajakan. Dua kebijakan ini dinilai sebagai ancaman terhadap sistem
tradisional yang sudah berkembang di masyarakat, sehingga menimbulkan perlawanan dari
kalangan petani di pedesaan.
1. Pemberontakan Petani di Malaysia
Pemberontakan petani di Malaysia meletus pada tahun 1915 dipimpin oleh Tok
Janggut ( Haji Mat Hasan). Latar belakang dari pemberontakan tersebut adalah
ketika Tok Janggut dan pengikutnya merasa dirugikan dengan adanya sistem cukai
yang diperkenalkan oleh pemerintah kolonial Inggris di Malaysia. Dalam aksinya,
Tok Janggut menyerang tentara Inggris di Kelantan. Namun, Inggris dapat
14
menaklukkan perlawanan tesebut karena ketimpangan penggunaan teknologi dan
senjata antara kedua belah pihak.18
2. Pemberontakan Petani di Filipina
Pemberontakan petani di Filipina berkobar pada tahun 1890-an, dipimpin oleh
Guarda de Honor. Pusat pemberontakannya terletak di Barrio Cabaruan. Gerakan
Guarda ini berhasil mengumpulkan pengikut ribuan jumlahnya, dengan tujuan
untuk memperbaiki kehidupan ekonomi pada petani yang banyak diperlakukan
tidak adil oleh tuan tanah, yang dilindungi oleh Spanyol.
Pemberontakan petani di Filipina tersebut berakhir pada 1901 setelah pasukan
Amerika Serikat melumpuhkan kekuatan mereka. Sisa-sisa pengikut Guarda yang
masih sekitar 25.000 orang di Cabaruan dibubarkan oleh pemerintah kolonial
Amerika Serikat, yang menggantikan kekuasaan Spanyol di Filipina pada tahun
1898.
18 Nik Haslinda Nik Hussain, Sejarah Perjuangan Tok Janggut atau Haji Mat Hassan, 1915
diKelantan, (Pusat Pengajian Ilmu Kemanusiaan, Universiti Sains Malaysia), hlm. 2.
15
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kedatangan Bangsa Eropa dipicu oleh keadaan dunia Internasional dan dalam
negeri Eropa itu sendiri. Setelah Turki Usmani menguasai perdagangan Laut Tengah, maka
Bangsa Eropa harus mencari daerah lain untuk mendapatkan komoditi rempah-rempah.
Pandangan mereka tertuju pada dunia Timur, termasuk Asia Tenggara. Penjelajahan Bangsa
Eropa ini didasari oleh semangat Renaissance dan keinginan untuk mendapatkan kejayaan
di belahan dunia lain.
Kebijakan yang diterapkan pemerintah kolonial Eropa menggeser tatanan nilai yang
telah mapan di Asia Tenggara. Bangsa Eropa memperkenalkan corak pemerintahan yang
berbeda bahkan cenderung mengerdilkan wibawa penguasa lokal. Melalui pendidikan dan
pergaulan, bahasa dan agama yang dianut oleh Bangsa Eropa tersebar bahkan dijadikan
bahasa resmi dan agama mayoritas oleh beberapa negara di Asia Tenggara. Sejumlah
peninggalan fisik berupa benteng, peralatan perang, dan tata kota masih dapat disaksikan
hingga sekarang.
Pada awalnya, kedatangan kedatangan Bangsa Eropa disambut baik oleh raja-raja
yang berkuasa di Asia Tenggara. Mereka memandang Bangsa Eropa layaknya mitra
dagang. Namun akhirnya terjadi benturan kepentingan antara Bangsa Eropa dengan
penguasa-penguasa Asia Tenggara. Selain itu, muncul suara-suara yang menuntut
kesejahteraan hidup dari kalangan petani pedesaan.
B.
Saran-saran
1. Dalam mempelajari sejarah kolonialisme Bangsa Eropa di Asia Tenggara tidak
cukup berpedoman dengan satu referensi saja. Penulis mendorong pembaca untuk
mencari dan menelaah referensi lainnya agar mendapatkan wawasan yang lebih
luas.
2. Kritik dan saran konstruktif dari pembaca diharapkan untuk perbaikan makalah
ini ke depannya.
16
DAFTAR PUSTAKA
(US), Central Intelligence Agency. PHILLIPINES. [Online] [Cited: Desember 10, 2017.]
https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/rp.html.
Agusniyami. Filipina dari Masa Kerajaan sampai Masa Kolonialisme dan Kemerdekaan.
[Online] [Cited: November 8, 2017.] http://wartasejarah.blogspot.co.id/2014/07/filipinadari-masa-kerajaan-sampai-masa.html.
Evans, Grant. 2005. Budaya dan Masyarakat Laos. jakarta : Pustaka LP3ES Indonesia,
2005.
Handinoto. Kebijakan Politik dan Ekonomi Pemerintah Kolonial Belanda yang
Berpengaruh Pada Morfologi (Bentuk dan Struktur) Beberapa Kota di Jawa. Universitas
Kristen Petra : Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan .
Hussain, Nik Haslinda Nik. Sejarah Perjuangan Tok Janggut atau Haji Mat Hassan,
1915 di Kelantan. Universiti Sains Malaysia : Pusat Pengajian Ilmu Kemanusiaan.
Nusantara, Kerajaan. Kesultanan Brunei Darussalam. [Online] [Cited: Desember 9,
2017.] http://www.kerajaannusantara.com/id/brunei-darussalam/sejarah .
Poesponegoro, Marwati Djonoed and Notosusanto, Nugroho. 1984. Sejarah Nasional
Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka, 1984.
Reid, Anthony. 2011. Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680: Jaringan
Perdagangan Global Asia Tenggara. [trans.] R. Z. Leirissa and P. Soemitro. Cet. II.
Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2011.
Tim Penyusun. 2008. Kamus besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional, 2008.
Yatim, Badri. 2014. Sejarah Peradaban Islam. Cet. XXV. Jakarta : PT RajaGrafindo
Persada, 2014.
17
BAB I : PENDAHULUAN
2
A.
Latar Belakang
2
B.
Rumusan Masalah
2
C.
Tujuan
3
BAB II : KEDATANGAN BANGSA EROPA DI ASIA TENGGARA
4
A.
Latar Belakang Kedatangan Bangsa Eropa di Asia Tenggara
4
B.
Kronologi Kedatangan Bangsa Eropa di Asia Tenggara
5
BAB III : KEBIJAKAN-KEBIJAKAN KOLONIAL EROPA DAN
PENGARUHNYA DI ASIA TENGGARA
10
A.
Bidang Politik dan Ekonomi
10
B.
Bidang Pendidikan
11
C.
Bidang Sosial dan Budaya
12
BAB IV : PERLAWANAN TERHADAP KOLONIAL EROPA DI ASIA
TENGGARA
14
A.
Reaksi Penguasa
14
B.
Gerakan Sosial Pedesaan
14
BAB V : PENUTUP
16
A.
Kesimpulan
16
B.
Saran-saran
16
DAFTAR PUSTAKA
17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kolonialisme memiliki arti penguasaan oleh suatu negara atas daerah atau bangsa
lain.1 Kolonialisme berasal dari kata colony. Kata ini diambil dari bahasa latin yaitu colon,
yang ditujukan untuk petani, penanam atau penduduk yang tinggal di suatu daerah baru.
Dalam konteks pembahasan makalah ini, kolonialisme adalah pengembangan kekuasaan
sebuah negara atas wilayah dan manusia di luar batas negaranya, seringkali untuk mencari
dominasi ekonomi dari sumber daya, tenaga kerja, dan pasar wilayah tersebut.
Memasuki abad ke-15, Eropa mengalami masa Renaissance, yang ditandai dengan
munculnya berbagai teori dan pemikiran serta revolusi sosial. Bangsa Eropa melakukan
pelayaran untuk menemukan kejayaan pada wilayah-wilayah di belahan dunia lain.
Revolusi Industri pada penghujung abad ke-18 semakin mendorong kegiatan pelayaran ini.
Bangsa Eropa membutuhkan lebih banyak bahan baku dan tenaga kerja untuk menunjang
kegiatan perekonomian mereka, yang tersedia di Asia Tenggara.
Asia Tenggara adalah sebuah kawasan yang mencakup Indocina dan Semenanjung
Malaya serta kepulauan di sekitarnya. Sebelum kedatangan Bangsa Eropa, Asia Tenggara
telah dikenal sebagai jalur pelayaran internasional. Pelabuhan-pelabuhannya selalu ramai
disinggahi para pedagang. Negara-negara berbentuk monarch (kerajaan) telah berdiri. Asia
Tenggara dipengaruhi oleh kebudayaan asli, Hindu-Buddha dan Islam. Tatanan tersebut
mengalami pergeseran setelah kedatangan Bangsa Eropa yang membawa serta nilai-nilai
kolonial mereka.
B. Rumusan Masalah
1.Bagaimana latar belakang dan kronologi kedatangan Bangsa Eropa di Asia
Tenggara?
2.Apa saja pengaruh yang dihasilkan dari penerapan kebijakan-kebijakan kolonial
Eropa di Asia Tenggara?
1 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
Nasional, 2008), hlm. 741.
2
3. Apa reaksi yang diberikan penduduk Asia Tenggara terhadap kolonialisme
Bangsa Eropa?
C. Tujuan
1. Menjelaskan latar belakang dan kronologi kedatangan Bangsa Eropa di Asia
Tenggara
2. Mengetahui penerapan kebijakan kolonial Eropa dan pengaruhnya di Asia
Tenggara
3. Mengetahui bentuk perlawanan yang diberikan penduduk Asia Tenggara terhadap
kolonialisme Bangsa Eropa
3
BAB II
KEDATANGAN BANGSA EROPA DI ASIA TENGGARA
A.
Latar Belakang Kedatangan Bangsa Eropa di Asia Tenggara
Jatuhnya Konstantinopel (1453) ke tangan Turki Usmani menyebabkan terputusnya
jalur perdagangan di Laut Tengah antara Eropa dan Asia Barat. 2 Bangsa Eropa kemudian
beralih ke daerah Timur untuk mencari rempah-rempah, komoditi yang paling disukai dan
dihargai mahal di Eropa.
Selain itu, sejak abad ke-15 hingga 17, Bangsa Eropa mengalami sebuah gerakan
budaya yang disebut Renaissance. Kegiatan intelektual mendapatkan perhatian khusus
sehingga para pemikir dan petualang bermunculan. Atas restu penguasa Spanyol,
Christopher Columbus melakukan pelayaran dan sampai di Benua Amerika pada tahun
1492. Sementara itu, pada tahun 1498 Vasco de Gama berhasil menemukan jalan ke Timur
melalui Tanjung Harapan.3 Kedua penjelajahan tersebut mengilhami para penguasa Eropa
lainnya untuk mencari kejayaan di belahan dunia lain.
Meletusnya
Revolusi
Industri
(1750-1850)
turut
mendorong
terjadinya
kolonialisme. Bangsa Eropa berlomba-lomba melakukan perluasan daerah-daerah sebagai
tempat pemasaran hasil industri, mencari bahan mentah, penanaman modal, dan
mendapatkan tenaga buruh yang murah.
Selain itu, dibukanya terusan Suez membuat jalur perdagangan Eropa bergerak
sangat cepat. Terusan Suez yang dibangun atas praksara insinyur Perancis yang bernama
Ferdinand Vicomte de Lesseps dan diresmikan pada tahun 1869 ini menghubungkan Eropa
dan Asia tanpa mengelilingi Afrika, melainkan langsung melewati Mesir dan melintasi
selatan Asia. Kemudahan tersebut menjadi faktor pendukung pelayaran kapal-kapal Bangsa
Eropa ke Asia Tenggara.
2 Anthony Reid, Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680: Jaringan Perdagangan Global
Asia Tenggara, diterjemahkan oleh R.Z. Leirissa dan P. Soemitro, (Jakarta: Yayasan pustaka Obor
Indonesia, cet. II, 2011), hlm. 14.
3 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, cet XXV, 2014), hlm.
174.
4
B.
Kronologi Kedatangan Bangsa Eropa di Asia Tenggara
1.Indonesia
Kepercayaan yang lebih dahulu berkembang di Indonesia adalah animisme dan
dinamisme dengan pemerintahan tertinggi berada di tangan ketua adat. Masuknya
Hindu – Budha pada abad ke – 7 M bersamaan dengan masuknya kebudayaan
India, salah satunya adalah sistem pemerintahan berbentuk kerajaan. Sistem
kerajaan masih terus berlangsung setelah masuknya Islam pada abad ke – 13 M.
Masyarakat Indonesia bermata pencaharian sebagai petani, pedagang dan pelaut.
Letak Indonesia yang berada di tengah-tengah lalu lintas perdagangan dunia telah
memudahkan terjadinya kontak dengan kebudayaan luar.4
Gambar 1
Jalur Kedatangan Bangsa Eropa di Asia Tenggara
Kolonialisme Bangsa Eropa di Asia Tenggara bermula ketika Vasco de Gama yang
sedang mencari sumber rempah baru di wilayah Timur mendengar tentang
kemasyhuran Malaka. Ia kemudian mengirim utusan ke Malaka dan diterima
dengan baik oleh Sultan Ahmad Syah (1488-1528 M). Pada tahun 1511, pasukan
Portugis yang dipimpin oleh Alfonso d’Albuquerque dengan kekuatan sebanyak
1200 orang dan 18 buah kapal berhasil menaklukan Malaka.
4 Marwati Djono Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia, (Jakarta :
Balai Pustaka, 1984), hlm 34.
5
Kedatangan Spanyol di Kepulauan Maluku (1523) yang dipimpin oleh Juan
Sebastian del Cano tidak diharapkan oleh Portugis. Dengan memanfaatkan dua
kerajaan yang sedang berseteru, yaitu Ternate dan Tidore, Spanyol dan Portugis
saling menggempur satu sama lain. Pertikaian tersebut diakhiri dengan perjanjian
Saragosa. Portugis tetap berkuasa di Maluku sedangkan Spanyol pindah ke Filipina.
Pada tahun 1579, Inggris di bawah pimpinan Sir Francis Drake singgah di Ternate
kemudian terus ke Pulau Jawa, sebelum akhirnya berlayar meninggalkan Nusantara.
Cornellis de Houtman tiba di Banten pada tahun 1596. Pada tahun 1598, para
pedagang Belanda yang dipimpin Van Verre datang ke Indonesia. Belanda
mendirikan VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie) pada tanggal 20 Maret
16025 untuk melanggengkan kepentingan kolonial di Indonesia sekaligus menyaingi
firma dagang EIC (East Indies Company) milik Inggris.
2. Indocina (Vietnam, Laos, Kamboja)
Kawasan Indocina adalah suatu kawasan yg mayoritas dihuni oleh etnis Lao (juga
mendiami sebagian daratan Siam) dan Dao. Perekonomian di kawasan ini bertumpu
pada sektor agraris. Wilayah ini mendapatkan pengaruh agama Buddha dari India
dan Thailand.6 Selain sistem keagamaan, India juga membawa pengaruh dalam
bidang sosial kemasyarakatan, hal ini terlihat dari sistem kasta dan pemerintahan
yang berbentuk kerajaan.
Pierre Caunay dikenal sebagai orang pertama dari Perancis yang berhasil mencapai
Hindia-Timur, tepatnya di Aceh. Perancis kemudian berlayar ke arah utara dan
mendarat di Kepulauan Vietnam. Wilayah Vietnam bagian selatan (1880) dan utara
(1886) yang berhasil dikuasai kemudian disatukan dengan Kamboja dan Laos.
Wilayah ini disebut sebagai Indocina dengan Hanoi sebagai ibukotanya.
3. Filipina
Suku pertama yang mendiami Filipina adalah Suku Negrito, kemudian terusir oleh
orang-orang Austronesia yang dikenal sebagai pemburu ulung. Mereka tumbuh
menjadi kerajaan maritim sejak abad ke-10 M. Kerajaan-kerajaan yang pernah
berkuasa di Filipina antara lain Kerajaan Butuan, Cebu, Tondo. Sebagian besar
5Ibid., hlm. 234.
6Grant Evans, Budaya dan Masyarakat Laos, (Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 2005), hlm 13.
6
Masyarakat Filipina melakukan perdagangan dengan berbagai negara seperti Cina,
Thailand, India, Jepang, dan Indonesia.
Sebagai konsekuensi perjanjian Saragosa, Spanyol hengkang dari Maluku dan
menuju ke Filipina. Orang Spanyol pertama yang menginjakkan kaki di Filipina
adalah Ferdinand Magellan. Miguel Lopez de Legazpi mendirikan pemukiman dari
Pulau Cebu (1565) hingga Teluk Manila di Pulau Luzon (1571).7
Pada tahun 1896 Amerika yang dipimpin oleh presiden Mc Kinely berhasil
menaklukan daerah jajahan Spanyol yang berujung pada penandatanganan
perjanjian damai pada tanggal 10 Desember 1899 di Paris. Pada tahun 1901
Amerika resmi mendirikan kekuasaan di Filipina dan terus berkuasa hingga tahun
1942.
4. Malaysia
Malaka sebagai cikal bakal Malaysia merupakan suatu kerajaan yg didirikan oleh
Parameswara pada abad ke – 14 M dengan Islam sebagai agama resmi. Mayoritas
masyarakatnya berprofesi sebagai petani. Penduduk yang tinggal di pesisir dan
pelabuhan berprofesi sebagai pedagang. Pada masa kejayaanya, Malaka berperan
sebagai pusat penyebaran Islam dan mampu menangkal serangan dari Siam.
Inggris mendirikan daerah koloni di Semenajung Malaya pada tahun 1786.
Sebelumnya, tanah melayu pernah dikuasai Belanda pada tahun 1641. Traktat
London yang ditandatangani pada tahun 1824 membagi kekuasaan Inggris dan
Belanda. Nusantara menjadi milik Belanda sementara daerah Melayu dikuasai oleh
Inggris.
Pada tahun 1867 Inggris dipercaya untuk menengahi konflik antara Raja Melayu
dan Cina. Akhirnya, Perjanjain Pangkor ditandatangani dan mengakibatkan
perluasaan kekusaan Inggris ke negeri-negeri Melayum yaitu Perlak, Pahang,
Selangor dan Negeri Sembilan.
7Agusniyarni, Filipina dari Masa Kerajaan sampai Masa Kolonialisme dan Kemerdekaan,
http://wartasejarah.blogspot.co.id/2014/07/filipina-dari-masa-kerajaan-sampai-masa.html, diakses
pada 8 November 2017.
7
5. Myanmar
Myanmar sebelum kedatangan Bangsa Eropa di Asia Tenggara adalah sebuah
kerajaan dengan nama Burma. Burma mencapai puncak kejayaannya pada masa
Anawratha.8 Kebanyakan masyarakat Burma adalah penganut Hindu dengan mata
pencaharian sebagai petani.
Kolonialisme Bangsa Eropa di Myanmar terjadi akibat kekalahan perang Burma
melawan Inggris pada 1824–1885. Myanmar dijadikan salah satu provinsi wilayah
kolonial Inggris dengan Yangoon sebagai ibukotanya (1886). Memasuki abad ke20, kesadaran nasional mulai terbentuk dengan didirikannya perkumpulan pemuda
Buddhis. Pada tahun 1942 Myanmar jatuh ke tangan Jepang sebagai dampak dari
Perang Pasifik.
6. Singapura
Singapura sebelum penjajahan Eropa merupakan bagian dari kerajaan Sriwijaya
yang dikembangkan sebagai kota laut. Selanjutnya, Singapura berada dalam
gengaman Kesultanan Malaka.9 Mayoritas penduduk Singapura adalah bangsa Cina
yang awalnya datang untuk berdagang, sebagian dari mereka memeluk Islam
karena pengaruh dari Kesultanan Malaka, sementara yang lainnya tetap
mempertahankan agama Konghuchu.
Setelah kedatangan Bangsa Eropa di Asia Tenggara, Singapura menjadi wilayah
yang secara sengaja dikembangkan oleh Inggris sebagai pelabuhan. EIC (East
Indies Company) mendanai pembangunan tersebut. Raffles tiba di Singapura pada
tanggal 29 Januari 1819. Ia menjumpai sebuah perkampungan Melayu kecil di
muara Sungai Singapura yang diketuai oleh seorang Temenggung Johor. Pulau itu
dikelola oleh Kesultanan Johor tetapi keadaan politiknya tidak stabil. Pewaris
Sultan Johor, Tengku Abdul Rahman dikendalikan oleh Belanda dan Bugis. Pada
8 George Coedas , Asia Tenggara Masa Hindu Budha, terj. Winarsih, (Jakarta : Kepustakaan
Populer Gramedia, 2010), hlm. 208.
9Risa Rosa, Sejarah Singapura, https://risarosa.wordpress.com/2014/06/19/sejarah-singapura/ ,
diakses pada 09/12/2017.
8
tanggal 15 Februari 1942 Singapura jatuh ke tangan Jepang setelah Arthur Ernest
Perchival menyerah terhadap Jepang.
7. Brunei Darussalam
Pada abad ke-6 M, Brunei dikenal sebagai tempat persinggahan para pelaut dari
Cina, India dan Arab. Brunei yg dalam catatan Cina dikenal dengan Po – lo Po –
Ling merupakan daerah taklukan Majapahit dan kemudian pada tahun 1369
memproklamirkan diri sebagai kerajaan yg merdeka.10 Brunei kemudian bergabung
dengan kesultanan Johor. Mayoritas penduduk Brunei berprofesi sebagai pedagang
dan tinggal di pesisir, sebagiannya lagi berprofesi sebagai petani. Islam merupakan
agama yang dipeluk oleh mayoritas rakyat Brunei.
Penjajahan Inggris di Brunei dimulai ketika James Brooke menduduki Serawak dan
menyerang Brunei pada tahun 1839 sehingga Brunei kehilangan kekuasaannya atas
Serawak. Pada tanggal 19 Desember 1846, pulau Labuan dan sekitarnya diserahkan
kepada James Brooke.
Brunei menyatakan berkuasa penuh atas wilayahnya dan mendirikan kerajaan
berdaulat pada tahun 1959, namun urusan luar negeri tetap diserahkan kepada
Inggris. Setelah menandatangani perjanjian persahabatan pada 4 Januari 1979
dengan Inggris, Brunei menyatakan kemerdekaanya pada tanggal 1 Januari 1984.
10Kerajaan
Nusantara,
“Kesultanan
Brunei
Darussalam”,
diakses
http://www.kerajaannusantara.com/id/brunei-darussalam/sejarah , pada 09/12/2017.
9
dari
BAB III
KEBIJAKAN-KEBIJAKAN KOLONIAL EROPA DAN PENGARUHNYA DI ASIA
TENGGARA
A.
Bidang Politik dan Ekonomi
1. Penetapan Undang-Undang
Bangsa Eropa enggan mematuhi peraturan yang telah ditetapkan oleh kerajaankerajaan di Asia Tenggara. Sebaliknya, mereka berusaha mengalahkan kerajaan
tersebut atau membuat undang-undang yang harus diikuti oleh wilayah jajahannya.
Contohnya adalah serangan yang dilakukan Belanda kepada kerajaan Buleleng
setelah kapalnya dirampas dalam hukum tawan karang (1844).
2. Pendirian Kongsi Dagang
Umumnya Kerajaan Eropa mengumpulkan para wirausahawan dalam sebuah
kongsi dagang. Perkumpulan ini dapat berperan sebagai tangan kanan pemerintah
kolonial dalam pelaksanaan kegiatan ekonomi dan penyedia kas. Kongsi dagang
Belanda, VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie) bersitegang dengan EIC
(East Indies Company) milik Inggris dalam memperebutkan pengaruh di Asia
Tenggara.
Dalam rangka mengukuhkan kekuasaannya di Indonesia, VOC merumuskan dan
menetapkan berbagai kebijakan. Kebijakan-kebijakan tersebut antara lain:
a. Menguasai
pelabuhan-pelabuhan
dan
mendirikan
benteng
untuk
melaksanakan monopoli perdagangan
b. Melaksanakan politik devide et impera11dalam rangka untuk menguasai
kerajaan-kerajaan di Indonesia
c. Untuk memperkuat kedudukannya, perlu mengangkat seorang Gubernur
Jenderal
11Dikenal juga sebagai politik pecah belah atau siasat adu domba. Praktik ini dijalankan oleh
pemerintah kolonial untuk mengurangi kekuatan penguasa lokal.
10
d.
Melaksanakan sepenuhnya Hak Oktroi12 yang diberikan pemerintah
Belanda.
e. Membangun pangkalan/markas VOC yang semula di Banten dan Ambon,
dipindah ke Jayakarta (Batavia)
f. Melaksanakan Hongitochten13
g. Adanya verplichte leverantie (penyerahan wajib) dan cultuurstelsel (tanam
paksa)
Adapun dampak yang dihasilkan dari penerapan kebijakan-kebijakan tersebut
adalah:
a. Berkurangnya Wibawa dan Pengaruh Penguasa Lokal
Pemerintah kolonial menetapkan Gubernur Jenderal sebagai pemimpin tertinggi
di Hindia-Belanda sehingga para penguasa lokal menjadi bawahan dari Bangsa
Eropa. Pegawai-pegawai Eropa terus ditambahkan dalam jajaran pemerintahan
dan bupati digaji dengan uang.
14
Hal tersebut merupakan usaha pemerintah
kolonial untuk memangkas loyalitas vertikal antara penguasa lokal dan para
pegawainya. Selain itu, tubuh pemerintahan lokal semakin lemah akibat
perpecahan yang ditimbulkan oleh politik devide et impera kolonial.
b. Meningkatnya Kemiskinan di Kalangan Rakyat Jajahan
Pada masa pemerintahan Van den Bosch sejak 1830, dimulai suatu periode
yang disebut cultuurstelsel, pajak diharuskan dibayar dalam bentuk kerja di
perkebunan sebagai pengganti pajak tanah. Rakyat mengorbankan tanah
pertanian mereka dan bekerja keras untuk membayar pajak kepada pemerintah
kolonial di samping memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selain itu, rakyat masih
harus membagi hasil pertanian kepada mandor-mandor yang ditunjuk untuk
mengawasi pekerjaan mereka.
12 Hak-hak istimewa yang diberikan oleh pemerintah kolonial Belanda kepada VOC, yang terdiri
dari: a) monopoli perdagangan, b) mencetak dan mengedarkan uang, c) mengangkat dan
memberhentikan pegawai, d) mengadakan perjanjian dengan para raja, e) memiliki tentara untuk
mempertahankan diri, f) memiliki benteng, g) menyatakan perang dan damai, h) mengangkat dan
memberhentikan penguasa setempat.
13 Disebut juga sebagai Pelayaran Hongi, yaitu adalah suatu bentuk pelayaran yang dilakukan oleh
pemerintahan VOC Belanda yang bertujuan menjaga keberlangsungan monopoli rempah-rempah di
Kepulauan Maluku dan sekitarnya, dengan menggunakan armada perahu kora-kora mengejar pelaku
penyelundupan rempah-rempah dan menangkap kapal asing lainnya.
14 Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional ..., hlm. 348.
11
B.
Bidang Pendidikan
1. Sistem Pendidikan Formal
Bangsa Eropa memperkenalkan sistem laporan, absensi, jadwal harian, dan
pendidikan berjenjang.
2. Pengajaran Bahasa dan Pemikiran Eropa
Melalui sekolah-sekolah yang didirikan oleh Bangsa Eropa, penduduk Asia
Tenggara dididik dengan pengajaran ala Eropa dan berbagai pemikirannya.
Umumnya pengajaran diberikan dalam bahasa Eropa tersebut. Sebagai contoh pada
sekolah yang didirikan Belanda di Indonesia menggunakan bahasa pengantar
berupa Belanda serta Inggris. Sementara untuk bahasa pergaulan digunakan bahasa
Melayu atau bahasa daerah masing-masing.
C.
Bidang Sosial dan Budaya
1. Tersebarnya agama Kristen di Asia Tenggara
Penyebaran agama didukung oleh kolonial Eropa dengan pemberian bantuan
kepada misionaris dan subsidi untuk pembangunan sekolah-sekolah misi. Salah satu
negara yang mendapatkan pengaruh Kristen yang cukup kental di Asia Tenggara
adalah Filipina. Katolik adalah agama yang dipeluk oleh mayoritas penduduk
Filipina, mencapai 82,9% dari total 104,256,076 penduduk.15
2. Pembangunan Benteng dan Kota
Bangsa Eropa banyak mendirikan benteng sebagai strategi pertahanan di Asia
Tenggara, salah satunya Benteng Malborough yang merupakan peninggalan EIC
(East Indies Company) di Bengkulu. Bentuk penataan kota juga disesuaikan dengan
kepentingan kolonialisme. Kota Malang dan Magelang dimanfaatkan oleh kolonial
15Central
Intelligence
Agency
(US),
“PHILIPPINES”,
diakses
https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/rp.html pada 10/12/2017.
12
dari
Belanda sebagai Garnizun16, sementara Tawangmangu dijadikan sebagai tempat
peristirahatan.17
3. Stratifikasi Sosial
Bangsa Eropa mengelompokkan warga negara berdasarkan keturunan atau tempat
kelahiran. Sebagai contoh di Filipina terjadi pembagian warga negara sebagai
berikut: 1) Orang Spanyol yang lahir di Spanyol, 2) Orang Spanyol yang lahir di
Amerika atau Filipina, dan 3) Penduduk Filipina non-Spanyol. Sebagai
perbandingan, pemerintah kolonial Belanda membagi masyarakat Indonesia
menjadi tiga golongan, yaitu: 1) Orang Belanda dan Eropa lainnya, 2) Orang IndoEropa dan Timur Asing (Cina, Arab, India), dan 3) Orang Bumiputera, yang terdiri
dari pegawai pemerintahan Indonesia di bawah kolonial dan rakyat jelata. Sistem
stratifikasi sosial tersebut, selain dipengaruhi oleh keturunan juga berdasarkan
pembagian kerja dan kontribusi modal terhadap pemerintah kolonial.
16 ‘Garnizun’ secara harafiah berarti kelompok pasukan dalam jumlah besar yang menetap dalam
sebuah kota atau benteng. Jadi Kota Garnizun secara harafiah bisa berarti: sebuah kota dimana
terdapat kelompok pasukan dalam jumlah besar yang menetap di kota tersebut.
17 Handinoto, Kebijakan Politik dan Ekonomi Pemerintah Kolonial Belanda yang Berpengaruh
Pada Morfologi (Bentuk dan Struktur) Beberapa Kota di Jawa, (Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas
Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Kristen Petra), hlm. 26.
13
BAB IV
PERLAWANAN TERHADAP KOLONIAL EROPA DI ASIA TENGGARA
A.
Reaksi Penguasa
Campur tangan Bangsa Eropa seringkali menjadi penyulut perpecahan dalam badan
istana, sehingga kekuatan dan kewibawaan kerajaan berkurang. Tak jarang lebih dari satu
pemerintahan kolonial mengusik kedaulatan sebuah kerajaan. Hal ini menyulut perlawanan
dari kalangan penguasa lokal. Perlawanan ini contohnya terjadi pada saat kolonialisme
Inggris di Burma.
Inggris membantu Alaungpaya untuk menyatukan Burma dengan harapan agar
Burma bisa berfungsi sebagai benteng menghadapi Perancis di Indocina. Sewaktu
pemerintahan Raja Thibaw (1878), terjadi persekutuan antara Birma dengan Perancis.
Merasa memiliki cukup dukungan, Burma menasionalisasi firma dagang Inggris di
wilayahnya, sehingga Inggris mengancam Thibaw. Setelah Thibaw menolak ultimatum
Inggris, maka Inggris menyerbu Mandalay. Thibaw ditangkap dan diasingkan ke India.
Maka, sejak tahun 1886 Burma menjadi wilayah jajahan Inggris.
B.
Gerakan Sosial di Pedesaan
Bangsa Eropa memperkenalkan sistem mekanis yang mengatur pekerjaan setiap
orang berdasarkan undang-undang tertulis. Penerapan sistem administrasi modern diikuti
dengan sistem perpajakan. Dua kebijakan ini dinilai sebagai ancaman terhadap sistem
tradisional yang sudah berkembang di masyarakat, sehingga menimbulkan perlawanan dari
kalangan petani di pedesaan.
1. Pemberontakan Petani di Malaysia
Pemberontakan petani di Malaysia meletus pada tahun 1915 dipimpin oleh Tok
Janggut ( Haji Mat Hasan). Latar belakang dari pemberontakan tersebut adalah
ketika Tok Janggut dan pengikutnya merasa dirugikan dengan adanya sistem cukai
yang diperkenalkan oleh pemerintah kolonial Inggris di Malaysia. Dalam aksinya,
Tok Janggut menyerang tentara Inggris di Kelantan. Namun, Inggris dapat
14
menaklukkan perlawanan tesebut karena ketimpangan penggunaan teknologi dan
senjata antara kedua belah pihak.18
2. Pemberontakan Petani di Filipina
Pemberontakan petani di Filipina berkobar pada tahun 1890-an, dipimpin oleh
Guarda de Honor. Pusat pemberontakannya terletak di Barrio Cabaruan. Gerakan
Guarda ini berhasil mengumpulkan pengikut ribuan jumlahnya, dengan tujuan
untuk memperbaiki kehidupan ekonomi pada petani yang banyak diperlakukan
tidak adil oleh tuan tanah, yang dilindungi oleh Spanyol.
Pemberontakan petani di Filipina tersebut berakhir pada 1901 setelah pasukan
Amerika Serikat melumpuhkan kekuatan mereka. Sisa-sisa pengikut Guarda yang
masih sekitar 25.000 orang di Cabaruan dibubarkan oleh pemerintah kolonial
Amerika Serikat, yang menggantikan kekuasaan Spanyol di Filipina pada tahun
1898.
18 Nik Haslinda Nik Hussain, Sejarah Perjuangan Tok Janggut atau Haji Mat Hassan, 1915
diKelantan, (Pusat Pengajian Ilmu Kemanusiaan, Universiti Sains Malaysia), hlm. 2.
15
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kedatangan Bangsa Eropa dipicu oleh keadaan dunia Internasional dan dalam
negeri Eropa itu sendiri. Setelah Turki Usmani menguasai perdagangan Laut Tengah, maka
Bangsa Eropa harus mencari daerah lain untuk mendapatkan komoditi rempah-rempah.
Pandangan mereka tertuju pada dunia Timur, termasuk Asia Tenggara. Penjelajahan Bangsa
Eropa ini didasari oleh semangat Renaissance dan keinginan untuk mendapatkan kejayaan
di belahan dunia lain.
Kebijakan yang diterapkan pemerintah kolonial Eropa menggeser tatanan nilai yang
telah mapan di Asia Tenggara. Bangsa Eropa memperkenalkan corak pemerintahan yang
berbeda bahkan cenderung mengerdilkan wibawa penguasa lokal. Melalui pendidikan dan
pergaulan, bahasa dan agama yang dianut oleh Bangsa Eropa tersebar bahkan dijadikan
bahasa resmi dan agama mayoritas oleh beberapa negara di Asia Tenggara. Sejumlah
peninggalan fisik berupa benteng, peralatan perang, dan tata kota masih dapat disaksikan
hingga sekarang.
Pada awalnya, kedatangan kedatangan Bangsa Eropa disambut baik oleh raja-raja
yang berkuasa di Asia Tenggara. Mereka memandang Bangsa Eropa layaknya mitra
dagang. Namun akhirnya terjadi benturan kepentingan antara Bangsa Eropa dengan
penguasa-penguasa Asia Tenggara. Selain itu, muncul suara-suara yang menuntut
kesejahteraan hidup dari kalangan petani pedesaan.
B.
Saran-saran
1. Dalam mempelajari sejarah kolonialisme Bangsa Eropa di Asia Tenggara tidak
cukup berpedoman dengan satu referensi saja. Penulis mendorong pembaca untuk
mencari dan menelaah referensi lainnya agar mendapatkan wawasan yang lebih
luas.
2. Kritik dan saran konstruktif dari pembaca diharapkan untuk perbaikan makalah
ini ke depannya.
16
DAFTAR PUSTAKA
(US), Central Intelligence Agency. PHILLIPINES. [Online] [Cited: Desember 10, 2017.]
https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/rp.html.
Agusniyami. Filipina dari Masa Kerajaan sampai Masa Kolonialisme dan Kemerdekaan.
[Online] [Cited: November 8, 2017.] http://wartasejarah.blogspot.co.id/2014/07/filipinadari-masa-kerajaan-sampai-masa.html.
Evans, Grant. 2005. Budaya dan Masyarakat Laos. jakarta : Pustaka LP3ES Indonesia,
2005.
Handinoto. Kebijakan Politik dan Ekonomi Pemerintah Kolonial Belanda yang
Berpengaruh Pada Morfologi (Bentuk dan Struktur) Beberapa Kota di Jawa. Universitas
Kristen Petra : Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan .
Hussain, Nik Haslinda Nik. Sejarah Perjuangan Tok Janggut atau Haji Mat Hassan,
1915 di Kelantan. Universiti Sains Malaysia : Pusat Pengajian Ilmu Kemanusiaan.
Nusantara, Kerajaan. Kesultanan Brunei Darussalam. [Online] [Cited: Desember 9,
2017.] http://www.kerajaannusantara.com/id/brunei-darussalam/sejarah .
Poesponegoro, Marwati Djonoed and Notosusanto, Nugroho. 1984. Sejarah Nasional
Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka, 1984.
Reid, Anthony. 2011. Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680: Jaringan
Perdagangan Global Asia Tenggara. [trans.] R. Z. Leirissa and P. Soemitro. Cet. II.
Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2011.
Tim Penyusun. 2008. Kamus besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional, 2008.
Yatim, Badri. 2014. Sejarah Peradaban Islam. Cet. XXV. Jakarta : PT RajaGrafindo
Persada, 2014.
17