HERBMEDISIN ORANG ORYA DI KABUPATEN JAYA

HERBMEDISIN ORANG ORYA DI KABUPATEN JAYAPURA
Djekky R. Djoht
Abstract
The Orya people practicing 3 medical systems, that is physical, magic and supernatural.
Media used in their medical system are plants, magic spells and specific behaviour. Two
concepts related with sicknes are naturalistic and supranaturalistik. Therapy known by the
Orya are herbmedicine, massages, hydrotherapy, dirty blood released and magical spells.
The Orya knows 29 kind of plants that used to cure 18 diseases.
A. Pendahuluan
Etnobotani sangat penting karena di satu pihak masih banyak flora atau tumbuhan yang belum diketahui,
demikian juga pemanfaatan tardisioanal oleh suku-suku bangsa kita yang tersebar diseluruh Papua. Di
pihak lain kita dipacu untuk berlomba dengan hilangnya sumberdaya alam dan pengetahuan tradisional
yang begitu cepat sebelum mengkajinya serta rusaknya dan berubahnya lingkungan dimana mereka
tinggal karena pengaruh budaya modern dan pembangunan. Kita menyadari bahwa banyak sumberdaya
nabati telah punah sebelum sempat diteliti. Demikian juga halnya dengan pengetahuan tradisional dan
pemanfaatan tumbuhnan oleh masyarakat yang masih sederhana sudah hilang, sebelum informasi
pengetahuan tradisional dicatat karena pengetahuan ini sifatnya lisan dari mulut ke mulut, dari generasi
satu ke generasi lainnya. Dari sisi lain disadari pula bahwa teknologi maju telah menimbulkan banyak
dampak negatif terhadap lingkungan dan juga efek negatif terhadap kesehatan. Akhir-akhir ini timbul
gerakan untuk kembali ke alam atau yang disebut Back to Nature, diantaranya upaya untuk
memanfaatkan sumberdaya nabati alami misalnya, penggunaan obat tradisional. Dan yang lebih penting

lai adalah bagaimana pengetahuan tradisional dan pemanfaatan tumbuhan dapat diselamatkan dan
dilestarikan untuk dikaji kembali.
Dari urain di atas jelas bagaimana pentingnya dan sekaligus dapat membantu penentuan tempat asal dan
penyebaran tumbuhan dan manfaat dari masing-masing jenis tersebut. Kegunaan lain dari penelitian
etnobotani adalah etnobotani adalah dapat dipakai untuk mengetahui status sumber daya alam disuatu
daerah tertentu, mengetahui penyebaran tumbuhan dimasa lalu, dan dapat membantu untuk memberi
arahan usaha industri pertanian dimasa sekarang. Hasil penelitian ini akan sangat berguna bagi
pengembangan kesehatan guna meningkatkan kesejahteraan penduduk setempat.
Papua mempunyai keanekaragaman suku bangsa dan keadaan ekologis yang berbe-beda 4. Setiap suku
bangsa yang menempati daerah ekologis tertentu berusaha dengan pengetahuannya untuk memanfaatkan
44

A.F Tucker dalam bukunya “Ekosistem-ekosistem Tani Di Papua dan Arah Pembangunannya”, membagi keadaan ekologis
Papua dalam 8 ekosistem yaitu rawa air pasang, rawa air tawar, jalur pantai laut, sabana dan padang rumput, hutan basah tropik,
hutan montane bawah, hutan montane atas dan alpen.

tumbuhan yang terdapat di daerahnya. Dengan demikian di Papua terdapat beraneka ragam pengetahuan
dan pemanfaatan tumbuhanoleh penduduk setempat karena mereka tinggal di daerah ekosistem yang
beraneka ragam pula.
Untuk mengetahui keanekaragaman pengetahuan dan pemanfaatan tumbuh-tumbuhan dan mencegah

hilangnya pengetahuan tradisional di Papua maka artikel etnobotani medis pada suku bangsa Orya di
desa Santosa Jayapura Papua merupakan dokumen yang bertujuan melestarikan pengetahuan tradisional.
Orang Orya tinggal di kecamatan Unurumguay dan Kaureh kabupaten jayapura disepanjang jalan HPH
PT Youliemsari mulai dari KM 37 sampai KM 87 dan pesisir pantai Timur Jayapura. Daerah ini dapat
dilalui dengan kendaraan darat.
Suku bangsa ini adalah masyaraka peramu dan peladang berpindah-pindah. Orang Orya, aksesnya pada
modernisasi sudah cukup terbuka karena komunikasi dengan dunia luar cukup terbuka karena ada jalur
transportasi darat yang menghubungkan mereka dengan dunia luar.

B. Etnografi Orya
1. Nomenculture
Nama suku bangsa Orya adalah nama yang diberikan oleh para peneliti bahasa dari SIL (Summer Institute
of Language) Papua. Dalam bahasa Orya, kata “Orya” berarti Bahasa. Nama ini kemudian populer
dikalangan peneliti Antroologi, bahasa dan dikalangan pergruan tinggi. Sedangkan suku bangsa
tetangganya seperti Suku bangsa Nimboran (Orang Genyem) atau mereka sendiri menyebut dirinya
dengan sebutan Yapji.Yapji berasal dari kata “Yap” yang berarti “pertama” dan “Ji” yang berarti
“Manusia”. Dengan demikian Yapji berati “Manusia Pertama”. Dalam tulisan ini, penulisan memakai
kata Orya untuk menyebut suku bangsa ini karena nama ini sudah populer dikalangan peneliti dan
pemerintahan.


2. Ekologi Pangan.
Masyarakat Orya mempunyai beberapa sistem ekologi pangan yakni :
2.1.

Meramu sagu

Meramu sagu merupakan salah satu mata pecaharian hidup masyarakat di desa Santosa. Pohon palm
sagu (metroxylon spp) merupakan sumber daya yang amat penting dalam subsistensi penduduk. Pohon
sagu yang dalam bahasa setempat disebut len, masyarakat dapat memperoleh beberapa jenis bahan
makanan yakni, tepung sagu, sayur yang berasal dari pucuk daun pohon sagu, jamur (sengkong) , dan
ulat sagu ( dobe yon).
Penduduk asli di daerah ini mengenal 38 jenis pohon palm sagu, yang secara umum dapat
dikelompokkan ke dalam dua golongan besar yaitu yang berduri dan tidak berduri. Memang dalam
kenyataanya di masyarakat tidak semua jenis ini dapat diketahui dengan baik oleh semua anggota
masyarakat, namun umumnya jenis-jenis pohon sagu dapat dikenal dengan baik oleh kaum wanita
dewasa. Mereka (kaum wanita dewasa) ini umumnya dapat menguraikan ciri-ciri pohon sagu secara
lebih rinci dan luas. Kenyataan terjadi karena kaum wanita di wilayah ini lebih banyak bertindak
sebagai tenaga kerja dalam aktivitas meramu sagu.
Jenis-jenis Pohon Sagu Yang Dikenal Penduduk Desa Santosa
No

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35

Jenis
Azur
Buwo
Bwehe

Beik
Beneyo
Biribir
Bima
Bahla
Banam
Bagar
Doban
Donggwehen
Destan
Eirim
Hanlem
Jommua
Kwatar
Klinamos
Kwahe
Leri
Lenkaso
Mareh
Nanggu

Srogwe
Sibin
Siblen
Salma
Syabeli
Salen
Saban
Sruguer
Sebin
Tahela
Teliteli
Tibo

Ciri-ciri
Tidak berduri
Berduri, tepungnya banyak
Berduri, pelepahnya kuning
Tidak berduri
Tidak berduri
Tidak berduri

Tidak berduri, tepungnya tidak banyak dan merah
Tidak berduri, mempunyai buah
Tidak berduri
Tidak berduri
Berduri
Berduri
Tidak berduri, tepungnya banyak
Tidak berduri
Berduri
Tidak berduri
Tidak berduri
Tidak berduri
Tidak berduri, tepungnya merah
Tidak berduri
Tidak berduri, tepungnya banyak dan merah
Tidak berduri
Tidak berduri
Berduri
Berduri sedikit, daunnya tebal
Berduri

Berduri
Tidak berduri
Tidak berduri
Tidak berduri
Berduri panjang
Tidak berduri
Tidak berduri
Berduri pendek
Berduri

36
37

Wiyas
Yahlik

38

Ya


Tidak berduri
Yang tumbuh dengan tunas berduri, yang tumbuh dengan
buah tidak berduri
Tidak berduri

Adapun proses untuk memperoleh tepung sagu (dobe) meliputi tahap-tahap kegiatan mulai dari
memilih , menguji kadar pati, dan menebang pohon hingga sampai pada menumbuk/menghancurkan,
meramas dan mengendapkan pati tepung dari serat daging pohon sagu. Pada umumnya hampir semua
rangkaian meramu sagu dilakukan oleh kaum wanita. Laki-laki biasanya terlibat hanya sebatas
menebang pohon sagu yang akan diramu tepungnya. Sedangkan proses meramu sagu dari satu batang
pohon sagu dewasa dapat melibatkan satu atau dua orang perempuan dewasa dan aktivitas meramu ini
dapat berlangsung selama beberapa hari, bahkan beberapa minggu. Peramuan sagu yang membutuhkan
waktu yang cukup lama ini diakibatkan oleh adanya selingan aktivitas lainnya seperti, berkebun,
berburu, menangkap ikan, atau meramu hasil hutan lainnya misalnya sayur genemo.
Sedikit gambaran tentang aktivitas meramu sagu, sbb :
Pohon sagu dewasa yang diketahui dengan telah berbunga pohon tersebut ditebang. Kemudian tiga
helai pelepah dari pohon tersebut yang masih baik dan belum retak (rusak) dilepaskan. Satu helai
pelepah dijadikan wadah untuk menampung serat-serat sagu yang sudah ditokok, dan dua pelepah yang
lain dijadikan wadah untuk menampung air tepung sagu yang telah diramas. Setelah wadah yang
diperlukan untuk memproses tepung sagu siap batang pohon sagu yang telah roboh itu dibersihkan

durinya, lalu dipotong sesuai dengan keinginan sipenokok dengan ukuran kira-kira satu meter. Batang
pohon sagu ini dipotong setengahnya, kemudian dibelah dengan kampak. Setelah potongan batang itu
dibelah, maka si wanita dewasa akan menokok setengah bagian dari potongan pohon sagu tersebut.
Serat-serat sagu yang telah ditokok kemudian dibawa ke tempat peras sagu yang disiapkan di dekat
sumber air, agar mudah untuk mengambil air yang diperlukan untuk menyiram serta-serta sagu itu.
Setelah serat-serat sagu disiram air dan diperas, air tepung sagunya dapat mengendap. Kemudain tepung
sagu yang telah mengendap itu diambil dengan tangan lalu dimasukkan ke dalam wadah yang dibuat
dari pelepah pohon nibun (sejenis palm hutan) yang disebut “bayi” dibawa pulang untuk kemudian
disimpan dalam bakul yang terbuat dari kulit pohon “jok” yang diletakkan dalam rumah.
Selain memperoleh tepung sagu , hasil dari pohon sagu ini bisa diperoleh beberapa jenis bahan makanan
seperti, sayur pucuk daun sagu, jamur (sengkong), dan ulat sagu (dobe yon).

2.2. Berkebun/berladang.
Bercocok tanam di kebun atau diladang juga merupakan mata pencaharain pokok pada masyarakat di
desa Santosa. Kegiatan membuka dan mengerjakan kebun/ladang yang baru biasanya melibatkan semua
anggota dari satu atau lebih keluarga batih tertentu yang mempunyai akses pada dusun atau areal hutan

tertentu. Tahap-tahap pekerjaan yang mereka lakukan adalah sebagai berikut : Mula-mula pohon-pohon
kecil, semak belukar dan tali-tali yang melingkari batang-batang besar dibersihkan oleh kaum wanita
dan anak-anak, kemudian, pohon-pohon besar ditebang. Baik pohon-pohon besar atau kecil yang telah
ditebang dibiarkan hingga kering, kemudan dibakar. Untuk mengendalikan api dari pembakaran
tersebut sehingga tidak merambat ke hutan sekitarnya, maka pohon-pohon, semak belukar dan daundaun kering yang dibakar dikumpulkan terpisah dengan jarak kira-kira tiga sampai lima meter dari
lingkungan pohon-pohon dan belukar lainnya yang berada di sekitar areal kebun tersebut.
Sehari
setelah pembakaran kemudain kayu-kayu berhamburan di dalam kebun tersebut sebagai dikumpulkan
disuatu tempat khusus. Setelah lahan kebun dianggap sudah bersih dan layak untuk ditanami kemudaian
dengan menggunakan tugal bibit-bibit tanaman ditanam.
Adapun jenis-jenis tanaman yang biasanya ditanam antara lain, singkong, keladi, pisang, ubi jalar,
nangka, pepaya, serta sayuran seperti, bayam, tomat, gedi, kacang panjang, kacang tanah.
2.3. Berburu
Dahulu sebelum adanya jalan raya dan masyarakat belum pindah dari kampung tua ke wilayah
pinggiran jalan HPH Youlim Sari
yakni, sebelum tahun 1990-an, maka aktivitas berburu, masih
dianggap salah satu mata pencaharian yang sangat penting, karena aktivitas ini dilakukan baik secara
bersamaan dengan aktivitas meramu makanan maupun aktivitas ini dilakukan secara khusus pada waktu
malam atau pada musim-musim tertentu yang mereka kenal sebagai musim binatang buruan.
Namun dewasa ini mereka tidak lagi secara kontinu dan bahkan frekuensi melakukan aktivitas berburu
ini dianggap hanya sebagai sambilan, apabila mereka bekerja di kebun dan kebetulan ada binatang
buruan yang lewat, kesempatan ini dapat digunakan untuk mendapat bintang buruan tersebut. Cara yang
biasanya digunakan adalah mengejar binatang buruan dengan menggunakan beberapa ekor anjing. Si
pemburu akan mengejar binatang buruan dengan menggunakan busur (jenah) dan anak panah (guayab)
bersama-sama dengan anjing yang mengejar mangsanya sambil menggonggong .
Perburuan dengan model seperti ini, biasanya dilakukan untuk jenis binatang buruan seperti, babi hutan,
kuskus, kasuari, tikus tanah, rusa, kanguru, lao-lao. Sedangkan jenis-jenis burung seperti, kelelawar,
mambruk, kum-kum, dan lain-lain, cara yang biasa digunakan adalah dengan menggunakan busur dan
anak panah khusus, yakni, anak panah yang bagian penusuknya terbuat dari beberapa kawat yang
ditajami. Selain itu itu saat ini masyarakat sudah mengenal cara pembuatan kartapel yakni, alat pemburu
khusus untuk burung yang terbuat dari cabang kayu , karet dan kulit sepatu, yang digunakan untuk
memburu burung dengan menggunakan batu. Ada juga alat pemburu lain yang dianggap sudah
termasuk canggih yakni, senapan angin.
1.3. Menangkap Ikan

Menangkap ikan meruapakan salah satu mata pencaharian penduduk di desa Santosa, sekalipun tidak
dapat dikategorikan sebagai mata pencaharian pokok. Pekerjaan ini biasanya dilakukan ketika mereka
pergi kebun atau pada waktu mereka bekerja meramu sagu di dusun sagu. Penangkapan ikan ini bisa
dilakukan secara bersama-sama (kelompok) dan juga bisa secara perseorangan. Biasanya jika dilakukan
secara kelompok maka kelompok ini didasarkan atas kelompok kekerabatan yang juga mempunyai hak
ulayat atas sungai tempat di mana mereka melakukan penangkapan ikan.
Adapun cara-cara yang biasanya digunakan untuk menangkap ikan antara lain, dengan cara meracuni ikan
dengan akar tuba (somtok). Cara seperti ini biasanya dilakukan pada musim kemarau. Alasannya karena
pada musim kemarau disungai itu ada daerah-daerah yang airnya berkurang dan sirkulasi pergantian
airnya tidak terlalu cepat sehingga racun yang dimasukkan ke dalam air dapat membuat ikan-ikan yang
ada di dalam air menjadi pusing atau bahkan langsung mati.
Selain cara sebagaimana dijelaskan di atas, mereka juga menggunakan cara-cara lain utnuk menangkap
ikan dan udang, seperti, cara memancing ikan dengan menggunakan nelon dan mata kail, dan dengan
cara menombak/memanah ikan ikan tombak atau panah. Menombak biasanya dapat dilakukan dengan
cara melihat ikan dan menombak serta dengan cara menyelam kemudian menikam/menombak ikan.
Cara-cara lainnya adalah dengan menggunakan lampu atau obor pada malam hari. Dengan cara ini
bisanya pada malam hari ketika ikan atau udang melihat cahaya lampu atau obor biasanya keluar dari
tempat persembunyiannya dan kemudian ikan/udang ditombak atau ditikam.
Jenis-jenis ikan yang biasanya ditangkap adalah, ikan gete-gete, ikan mujair, ikan gurami, ikan lele,
ikan gabus/gastor (ophyre), ikan mas, serta udang.
1.4. Beternak
Beternak dalam konsep penduduk asli desa Santosa pada dasarnya tidak dikenal. Namun dengan
berkembangnya pembangunan ke daerah ini seperti, dengan adanya bantuan Bangdes, bantuan sosial,
bantuan Inpres Desa Tertinggal, misalnya babi, sapi, kambing, ayam, maka masyarakat secara lambat
laun mulai mengenal tentang cara beternak..
Cara beternak pada masyarakat ini pada umumnya binatang-binatang piaraan mereka tidak
dikandangkan, namun dilepaskan berkeliaran. Selain itu belum adanya penanganan secara profesional
dari masyarakat baik dari segi pemberian makanan maupun sampai pada pemeliharaannya.

2. KEPEMILIKAN
Kepemilikan tanah (okoma/lang) yang mencakup hutan dan sungai (eit), padang sagu (dobe ausu), dan
kampung/pemukiman (ae) dalam masyarakat Desa Santosa selalu dikaitkan dengan Suku. Masing-masing
suku/marga tersebut menguasai dan memiliki suatu wilayah yang secara umum batas-batasnya diketahui

dan diakui oleh masyarakat sekitarnya. Hampir semua penduduk, kecuali anak-anak kecil, dapat
menunjukkan suku mana yang memiliki bagian-bagian wilayah desa Santosa. Wilaayah pemilikan suku
yang dimanfaatkan sebagai lahan perburuan, kebun, dan padang sagu (dusun). Singkatnya, wilayah desa
Santosa terbagi dalam dusun-dusun yang dimiliki oleh suku-suku sebagai mana yang tersebut di atas.
Batas-batas
wilayah pemilikan suku
umumnya ditandai
oleh puncak-puncak gunung,
sungai-sungai/kali. Batas-batas dan nama-nama dusun yang dikuasai suku-suku di wilayah desa Santosa
ada di lingkungan sekitar mereka tinggal dan batas-batasnya cukup tegas dan jelas. Hal tersebut
disebabkan oleh :
1. Peperangan antar suku dahulu kala mempertegas batas-batas wilayah penguasaan.
2. Adanya patroli pemerintah Belanda membuat batas-batas wilayah penguasaan suku menjadi lebih
mantap lagi.
3. Orang tua secara turun temurun mengajak anak-anak mereka sebagai generasi baru untuk
berkunjung ke dusun-dusun mereka. Di perjalanan mereka diberitahukan tentang nama-nama tempat
dan siapa pemiliknya. (Ada juga waktu mengantar wanita ke pihak suaminya, perjalanan dari satu
kampung ke kampung lainnya, orang tua selaku yang mengatahui tentang batas-batas ulayatnya akan
menceritakan kepada anak-anak/ generasi baru yang ikut bersama dalam rombongan tersebut.
Pewaris hak milik (bina) atas dusun-dusun adalah anak laki-laki dari keturunan suku yang bersangkutan.
Anak perempuan tidak mewarisi hak milik tetapi hanyalah hak untuk memanfaatkan sumber daya yang
ada di dusun-dusun milik suku ayahnya.Anak laki-laki dari seorang janda yang kemudian menikah lagi
dengan laki-laki dari suku yang lain daripada suku mendiang atau mantan suaminya dapat menyandang
nama suku ayah tirinya. Dengan demikian yang bersangkutan dapat mewarisi hak milik dari dusundusun milik suku ayah tirinya, tetapi tidak atas dusun-dusun milik ayah kandungnya. Namun demikian
yang bersangkutan masih mempunyai hak untuk memanfaatkan dusun-dusun milik suku ayah
kandungnya.
Anak laki-laki dari keluarga suku lain yang diangkat sebagai anak sejak masih bayi oleh keluarga suku
tertentu, dapat menyandang nama keluarga suku ayahnya angkatnya, dan mewarisi hak milik atas
dusun-dusun keluarga suku ayahnya ankatnya. Tetapi apabila ketika diangkat sebagai anak, yang
bersangkutan sudah besar, maka yang bersangkutan tidak dapat memakai nama suku keluarga ayah
angkatnya; dan status yang bersangkutan hanya memperoleh hak untuk memanfaatkan dusun-dusun
milik keluarga suku ayah angkatnya.
Pengaturan pembagian hak untuk memanfaatkan dusun yang berlaku pada masyarakat di desa Santosa
memungkinkan ego (seseorang) dapat memanfaatkan dusun-dusun milik sukunya (yang dihitung
menurut garis keturunan ayah) ; keluarga atau suku isterinya, keluarga atau suku ibunya dan ibu

isterinya, keluarga atau suku ke dua nenek isterinya (baik dari pihak ayah atau ibunya). Akan tetapi anak
ego tidak boleh memanfaatkan lahan dan sagu milik nenek ego (nenek buyut dari anak ego).
Untuk mendapatkan ijin atau akses untuk memanfaatkan dusun milik suku tertentu, seseorang yang
menurut adat setempat tidak mempunyai hak milik atau hak pakai atas dusun milik orang lain, kecuali
atas ijin kepala suku pemilik dusun tersebut. Pertimbangan pemeberian ijin dari kepala suku-pun biasanya
didasarkan atas apakah tanah tersebut pernah atau tidak pernah terjadi konflik. Bila pernah terjadi konflik
atas tanah dimana hendak dimanfaatkan, maka kepala suku akan berusaha untuk menghindari dari
pemanfaatan tanah dimaksud, dengan memberikan alternatif tanah yang tidak menimbulkan konflik.
Beberapa syarat yang biasanya diajukan oleh kepala suku kepada mereka dari klen lain yang hendak
memanfaatkan tanah di wilayah tanah ulayat bukan klennya, adalah antara lain, tidak boleh menanam
tanaman jangka panjang seperti , pinang, sukun, kelapa,sagu. Kepala klen-pun tidak mengharuskan
adanya pembagian hasil atau sejenis imbalan dari si peminjam tanah ulayat.

3. ORGANISASI SOSIAL
3.1. Sistem kekerabatan.
Penduduk asli di desa Santosa mengenal sistem kekerabatan berdasarkan sistem Patrilineal ( Garis
Keturunan berdasarkan laki-laki/ayah).
Hubungan kekerabatan lainnya yang mereka anut adalah hubungan kerabat dengan pihak kerabat ibu.
Mencari jodoh/pasangan kawin harus dilakukan diluar klen atau menganut prisip eksogami klen.
Sedangkan prinsip tempat tinggal setelah menikah adalah bersifat patrilokal (tinggal di antara kerabat
suami/mengikuti suami).
3.2. Sistem istilah Kekerabatan.
Tipe sistem kekerabatan pada masyarakat asli di desa Santosa adalah, tipe Hawaii. Penggolongan ini
dapat dibuktikan berdasarkan istilah yang digunakan untuk menyapa saudara sepupu sama dengan
istilah yang digunakan untuk menyapa saudara sekandung. Istilah yang digunakan untuk menyapa
seorang individu akan digunakan juga untuk menyebut individu tersebut, misalnya ego menyapa ibu
kandungnya dengan istilah Anyah, juga menggunakan istilah yang sama (anyah) untuk menyebut.
Unsur lain lagi yang dimasukkan dalam sistem kekerabatan adalah prinsip seks, yaitu membedakan
istilah menyapa bagi kaum kerabat pria dan kaum kerabat wanita. Sebagai contoh, istilah anotane
untuk menyapa anak laki-laki dan wenamto untuk anak perempuan.
Daftar istilah kekerabatan penduduk desa Santosa

1. aya
2. anuwe
3. Oso
4. Somo
5. anotane
6. wenamto
7. Bian
8. anyan
9. aya
10. nirwa
11. baba
12. sowe
13. aza
14. Abu
15. aibo
16. bayam

:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:

ego
isteri ego
saudara perempuan ego
saudara laki-laki ego
anak laki-laki ego
anak perempuan ego
ayah ego
ibu ego
saudara laki-laki ayah ego.
saudara perempuan ayah ego.
saudara laki-laki ibu ego.
saudara perempuan ibu ego
kakek ego/nenek ego
cucu ego
isteri anak ego
anak laki-laki/perempuan saudara laki-laki/perempuan ego.
BAGAN KEKERABATAN

3.3. Perkawinan

Perkawinan yang berlangsung dikalangan anggota masyarakat, umumnya merupakan hasil perjodohan
yang diatur oleh kedua belah pihak keluarga (laki-laki dan perempuan). Perkawinan yang terjadi tentunya
karena eksogami klen, maka jodoh tentunya berasal dari klen yang berbeda.
Penduduk asli di desa Santosa menganggap bentuk perkawinan yang ideal adalah apa yang dinamakan
sebagai perkawinan tukar (lidik son hwe we), di mana dua keluarga dari suku berbeda terlibat dalam
pertukaran anak perempuan. Pihak keluarga/suku pertama memberikan anak perempuannya untuk
dikawini oleh anak laki-laki dari pihak keluarga/suku kedua. Kemudian pada waktu yang lain pihak
keluarga/suku kedua akan membalas kembali dengan memberikan kembali anak perempuannya untuk
dikawinkan dengan anak laki-laki dari pihak keluarga/suku pertama.
Dalam upacara perkawinan ini, juga berlangsung pertukaran barang. Pihak keluarga mempelai laki-laki
harus membayar mas kawin (wertabim) yang kini berupa uang air susu dan peralatan/perabotan rumah
tangga kepada pihak keluarga mempelai perempuan. Biasanya, bila mempelai perempuan dari
keluarga/suku yang berdiam di kampung yang berbeda dengankeluarga mempelai laki-laki, maka mas
kawin tidak hanya ditanggung oleh keluarga-keluarga dari suku mempelai laki-laki saja, tetapi juga dari
keluarga-keluarga suku lain yang tinggal di kampung yang sama. Sedangkan apabila kedua mempelai
berasal dari kampung yang sama, maka mas kawin ditanggung oleh pihak keluarga/suku mempelai lakilaki saja.
Dengan adanya ikatan perkawinan ini, seorang suami atau isteri dapat memperoleh akses pada dusundusun milik suku dari kerabat isteri ataupun suami. Demikian juga kedua belah pihak orang tua dapat
memperoleh akses pada dusun-dusun milik suku dari keluarga anak mantu mereka. Selain itu dengan
adanya ikatan perkawinan , seorang perempuan mempunyai akses pada dusun-dusun keluarga
suaminya. Lebih dari pada itu, orang tua perempuan itu juga dapat turut bersama keluarga anak
mantunya berburu dan meramu sagu di dusun-dusun milik suku anak mantunya.
4. SISTEM RELIGI
Penduduk asli di desa Santosa sekalipun secara resmi telah memeluk agama kristen protestan. Namun
demikian mereka hingga saat ini masih belum meninggalkan kepercayaan tradisonal tersebut, karena
dianggap mempunyai pengaruh yang kuat dalam kehidupan masyarakat.
Kepercayaan mereka berpusat pada roh-roh orang mati yang mereka kenal sebagai roh-roh nenek
moyang. Selain itu kepercayaan mereka juga kepada roh-roh yang ada di alam semesta yang bagi
mereka terdapat pada pohon-pohon besar, batu-batu besar, goa-goa serta gunung-gunung diwilayah
tempat tinggal mereka.
Bagi mereka dewalah yang memelihara dan menjaga kehidupan mereka serta mengendalikan alam
semesta. Roh-roh leluhur juga ditempatkan memainkan peranan penting dalam kehidupan mereka sebagai
pelindung dari segala macam mara-bahaya khususnya yang bersumber dari alam supernatural.

Penduduk asli ditempat ini juga mengenal dan mempraktekkan kepercayaan mereka yang identik dengan
ajaran mesianik, yang disebut pergerakan tongkat. Ajaran yang ditekankan pada pergerakan ini adalah
kepercayaan akan harapan mereka akan datangnya seorang tokoh yang membawa kebahagiaan dan
kemakmuran bagi pengikutnya. Pergerakkan ini dalam aktivitasnya menempatkan aspek kebebasan
seks sebagai pusat kebaktian demi harapan, penopang, pegangan hidup mereka. Jadi istilah tongkat ini
hanyalah sebuah simbol untuk menyebut alat kelamin pria dan wanita. Alat-alat kelamin dilambangkan
dalam ungkapan kata tongkat sebagai sepotong kayu.
Alat kelamin manusia dianggap dapat menolong manusia dari berbagai tantangan hidup yang riil yang
dihadapi di dunia. Sebab seks dianggap sebagai sumber dan kunci segala kebahagiaan hidup dan
disitulah mereka mempertaruhkan tumpuan harapannya akan masa depan mereka yang lebih baik.
Selain kepercayaan akan gerakan tongkat, mereka juga masih teguh memegang kepercayaan akan ilmu
gaib dalam kehidupannya. Praktek ilmu gaib itu hingga sekarang msih tetap dipraktekkan misalnya,
dalam hal untuk memperoleh hasil buruan yang banyak sesuai keperluan; dan dalam hal menolak
penyakit/bala atau menyembukan penyakit. Di samping itu ada juga ilmu gaib yang digunakan untuk
maksud-maksud jahat, seperti membuat orang sakit, membunuh orang, dan tau juga sebagi alat untuk
mencegah pencuri, persinahan, dan sebagainya.
Adapun kegiatan religi ini seringkali dibuat dalam berbagai acara seperti, doa, menyanyi, membuat
sesajian, kurban, dan tari-tarian keramat yang disebut Taar, Syan-syan, jitan pada upacara-upacara
keagamaan secara nyata yang berkaitan dengan upacara-upacara yang dilaksanakan untuk menobatkan
ondoafi yang disebut, Tambane Yawala. Aktivitas-aktivitas kepercayaan tradisional ini mulai berkurang,
sejak masuknya injil lewat para zeendeling/missionaris yang masuk ke daerah Genyem (Maribu) sekitar
tahun 1933.
C. KONSEP ETIOLOGY PENYAKIT ORANG ORYA
Dalam tulisan ini, konsep etiology penyakit dilihat dari dua aspek yaitu: Definisi sakit dan Penyebab sakit
1. Definisi Sakit
Ada beberapa macam persepsi orang Orya tentang sakit, persepsi ini tergantung dari sudut pandang
masing-masing, dari sudut mana mereka melihatnya. Secara umum dapat disimpulkan bahwa sakit adalah
keadaan yang tidak seimbang, baik terhadap keadaan fisik individu, maupun terhadap keadaan sosial dan
mental karena disebabkan oleh agen berupa mahkluk halus, roh nenek moyang dan berupa pengaruh
lingkungan alam. Ketidakseimbangan merupakan keadaan yang tidak normal karena tidak sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya, dan kalau hal ini berjalan terus akan menimbulkan kepincangan yang akan
merugikan dirisendiri dan lingkunganya.

Definisi sakit tersebut diatas berkaitan erat dengan fungsi mekanistik tubuh yang tidak seimbang dan
kemampuan untuk membuat dan mempertahankan hubungan dengan orang lain yang tidak seimbang.
Sebagai contoh; orang Orya mengidentifikasi seseorang sakit apabila terdapat ganguan fisik seperti
demam, kepala sakit, muntah, atau kena benda keras dan menyebabkan gangguan fisik. Selain itu
Hubungan sosial antara individu yang tidak harmonis dan menimbulkan konflik seperti perbuatan magic,
dikategori sebagai penyakit.
Dilihat dari aspek budaya masyarakat setempat, penyakit adalah pengakuan sosial bahwa seseorang itu
tidak bisa menjalankan peran normalnya secara wajar, dan bahwa harus dilakukan sesuatu terhadap
situasi tersebut. Dengan demikian konsep penyakit menurut orang Orya sebagai konsep Ilness (sakit) dan
bukan sebagai konsep patologi. Artinya, seseorang yang diberi lebel sakit oleh kelompok sosialnya seperti
keluarga, dukun, atau masyarakat pada umumnya bukan karena telah terserang agen (penyebab sakit
seperti virus, parasit, dll seperti dalam kesehatan modern) tetapi karena gejala-gejala klinis yang nampak
dan penyebab supranatural atau dicap/lebel bahwa individu tersebut sakit.
2. Penyebab penyakit
Pengertian sakit dan manifestasi penyakit mempunyai bentuk artian dan evaluasi berbeda pada setiap
lapisan masyarakat. Pada masyarakat tradisional, orang menganggap menderita penyakit kalau tidak dapat
bekerja, apakah karena gangguan gerakan alat tubuh, atau gangguan fungsi normal dalam kehidupan
sehari-hari. Konsep kuman, apalagi hormonal, ataupun imunitas tidak dikenal. Penyakit banyak
dihubungkan dengan penyebab yang berasal dari kekuatan supranatural.
Menurut orang Orya ada tiga penyebab seseorang dinyatakan sakit, yaitu:
1) Penyebab fisik
2) Penyebab Magic
3) Penyebab Supranatural.
a) Penyebab fisik
Penyebab fisik adalah penyakit disebabkan oleh gangguan-gangguan fisik seperti lelah bekerja, tertimpa
benda keras, benda tajam, kecelakaan seperti jatuh dari tempat tinggi, tenggelam, digigit ular atau
binatang buas, keracunan, salah makan dan lain-lain. Penyebab-penyebab fisik ini biasanya menimbulkan
gangguan fisik seperti panas, demam, kepala pening, lemah, luka, bisul, dan lain-lain.
Orang Orya mengkategori penyakit akibat penyebab fisik adalah luka, bisul, patah tulang, demam, kepala
pening, batuk, lemas. Umumnya penyakit-penyakit ini jika diobati tidak sembuh baru mereka
mengkategori penyebabnya sebagai penyebab magic atau penyebab supranatural.

“ … Penyakit-penyakit yang diobati tanpa menggunakan mantra-mantra atau tanpa meminta
bantuan mahkluk gaib adalah luka, tulang patah, kepala pening, batuk, lemas dan demam
tetapi kalau diobati tidak sembuh-sembuh seperti batuk maka biasanya itu sebagai penyebab
magic (guna-guna orang lain)…”
b) Penyebab Magic
Penyebab magic adalah penyakit yang diderita seseorang akibat dimagic oleh orang lain. Orang yang
memberi lebel bahwa suatu penyakit disebabkan oleh magic adalah dukun. Umumnya penyakit itu setelah
diobati tidak sembuh, kemudian sipenderita akan pergi kedukun meminta penyembuahan. Dukun akan
mendiagnosa penyakit tersebut dengan cara menanya kesalahan-kesalahan apa yang pernah dibuat oleh
penderita seperti mencuri, menghina orang, mengganggu istri atau anak gadis, dan pelanggaranpelanggaran sosial lainnya.
Orang Orya mengkategori penyakit akibat magic cukup banyak tergantung pemberian lebel “akibat
magic” dari dukun. Jadi semua penyakit dapat dikategori “penyebab magic”. Penyakit yang pasti akibat
magic adalah penyakit mata seperti mata buta, katarak, perut bengkak, susah buang air besar dan kencing,
susah makan, panas dan gelisah dan kaki menjadi bisul dan lambat laun menjadi luka besar dan bisa putus
kakinya. Sebagai kasus penyakit akibat magic seperti ungkapan informan dibawah ini.
..” anak perempuan kepala desa, sering mencuri telur ayam ayahnya. Oleh ayahnya tempat bertelur
ditaruh kapur makan pinang dan kemudian tempat itu dimantrai (diberi magi). Ketika anak
perempuanya mencuri telur ayam lagi, ia mendapat musibah mata sebelah kanannya menonjol keluar
dan terdapat bintik putih di kelopak matanya sampai sekarang”.
“… Buat lubang pada sarang rayap tanah, kemudian masukan ampas makanan dari orang yang hendak
dimagic, korban akan menderita perut bengkak, tidak bisa buang air besar dan kencing dan tidak bisa
makan. Cara lain, potong bambu, masukan ampas makanan dari orang yang menjadi sasaran magic,
kemudian tancapkan bambu itu kedalam ampas hasil tokok sagu, korban akan menderita perut
bengkak, tidak bisa buang air besar dan kencing dan badan panas dan gelisah. Cara lain lagi,
mengambil bekas kaki sasaran korban magic, kemudian bekas kaki/tananya itu ditaruh diantara dua
batang pohon yang merapat dan terus bergesekan. Kaki orang yang dimagic akan menjadi bisul dan
lambat laun akan timbul luka besar bahkan kakinya bisa putus”.

c) Penyebab Supranatural
Penyebab supranatural adalah penyakit yang diderita seseorang disebabkan oleh kekuatan-kekuatan gaib
berupa mahkluk-mahkluk halus (bukan roh orang mati). Kekuatan gaib penyebab penyakit ini disebut
dengan istilah Doal. Doal adalah mahkluk halus yang mempunyai sifat-sifat jahat dan baik. Mereka dapat
menolong manusia dan dapat menyusahkan manusia. Bentuk doal bermacam-macam mulai dari bentuk
manusia sampai bentuk binatang.

Orang Orya mengkategori penyebab penyakit akibat kekuatan Doal menjadi 8 jenis, yaitu:
1) Orayang
Orayang adalah nama mahkluk halus yang berasal dari kampung Taja, berbentuk seperti buaya besar.
Ciri-ciri penyakit akibat perbutan Orayang adalah mencret dan kejang-kejang. Ia juga dapat membuat
manusia mati tiba-tiba tanpa sakit terlebih dulu. Orayang dapat menyerang anak-anak, orang dewasa,
laki-laki maupun perempuan.
2) Kwebi
Kwebi adalah nama mahkluk halus yang berasal dari kampung Uria, berbentuk seperti babi memakai
tanduk. Ciri-ciri penyakit akibat perbuatan Kwebi adalah Ibu susah melahirkan, panas tinggi dan
mengigil. Kwebi hanya mengganggu orang dewasa, dan ibu yang hendak melahirkan.

3) Balala
Balala adalah nama mahkluk halus yang berasal dari kampung Nimbontong, berbentuk seperti
manusia yang seluruh tubuhnya berwarna hitam gelap dan memakai tanduk dikepalanya. Ia selalu
membawa busur-panah. Ciri-ciri penyakit akibat perbuatan Balala adalah Sudah melahirkan masih
merasa mau melahirkan lagi. Kwebi hanya menyerang perempuan melahirkan.
4) Kasodoal
adalah nama mahkluk halus yang berasal dari kampung Buasum, berbentuk seperti batu besar. Ciriciri penyakit akibat perbuatan Kasodoal adalah ibu yang melahirkan panas tinggi dan orang sakit pans
tinggi. Kasodoal dapat menyerang orang dewasa, laki-laki maupun perempuan dan perempuan yang
hendak melahirkan.
5) Autbuem
adalah nama mahkluk halus yang berasal dari kampung Sausuma, berbentuk seperti burung malam.
Ciri-ciri penyakit akibat perbuatan Autbuem adalah tulang-tulang sakit, luka-luka borok yang susah
sembuh dan orang menjadi pinjang atau lumpuh. OAutbuem dapat menyerang anak-anak, orang
dewasa, laki-laki maupun perempuan.
6) Kuebsobab
adalah mahkluk halus yang berasal dari kampung Santosa, berbentuk seperti burung garuda. Ciri-ciri
penyakit akibat perbuatan Kuebsobab adalah serampah dan kurus tinggal tulang. Ia hanya menyerang
orang yang membuat kesalahan seperti mencuri, memperkosa, orang yang buat magic. OKuebsobab
dapat menyerang anak-anak, orang dewasa, laki-laki maupun perempuan.

7) Doardoar
adalah nama mahkluk halus yang berbentuk seperti manusia kerdil dan berwarna hitam pekat.
Doardoar biasanya bergerombol jika pergi kemana-mana. Mereka mempunyai pemimpin yang
disebut dengan istilah Doarbi. Ciri-ciri penyakit akibat perbuatan Doardoar adalah susah tidur,
gelisah, badan sakit dan sering berteriak, kalau siang hari nampak sehat setelah malam hari ia sakit
dan gelisah. Ia juga dapat membuat manusia mati tiba-tiba tanpa sakit terlebih dulu. Doardoar hanya
menyerang orang dewasa baik laki-laki maupun perempuan.
8) Wenamtol Yawal
adalah nama mahkluk halus yang berbentuk seperti Kasuari dan muncul pada malam hari. Wenamtol
Yawal mempunyai anggota-anggota seperti Drik (hidup dibatu-batu dan berbentuk kasuari),
Tearadoar (hidup di pohon-pohon dan berbentuk seperti kasuari). Ciri-ciri penyakit akibat perbuatan
wenamtol Yawal adalah anak kejang dan pinsan, bicara sembarang seperti orang gila dan jalan
sempoyongan. wenamtol Yawal dapat menyerang anak-anak, orang dewasa, laki-laki maupun
perempuan. Ia hanya menyerang orang yang berbuat kesalahan seperti mencuri, memperkosa, orang
yang membuat magic, orang yang mengganggu perempuan dengan magic.
Melihat konsep sakit orang Orya seperti tersebut di atas, maka ada dua sistem medis yang bisa
dikategorikan berdasarkan orientasi kognitif orang Orya, yaitu:
1) Sistem medis non-supranatural
Kategori-kategori etiologi yang bersifat non-supranatural adalah penjelasan yang seluruhnya
didasarkan atas hubungan sebab akibat yang dapat diobservasi, lepas dari persoalan apakah hubungan
yang terbentuk itu keliru atau tidak, disebabkan oleh observasi yang tidak lengkap atau keliru.

2) Sistem medis supranatural
Kategori-kategori etiologi supranatural merujuk pada penjelasan yang menempatkan asal-usul
penyakit pada kekuatan-kekuatan yang terasa dasyat, atau tindakan-tindakan yang tidak dapat
diobservasi secara langsung.
MATRIKS ETIOLOGI PENYAKIT
KONSEP SAKIT
Keadaan tidak

PENYEBAB PENYAKIT
Penyebab Fisik adalah

SISTEM MEDIS
YANG
DIKENAL
Sistem medis non-

TEHNIK PENGOBATAN
Herbmedicine: pengobatan

seimbang baik
terhadap fisiologi
maupun terhadap
keadaan sosial akibat
gangguan agen seperti
kekuatan alam dan
supranatural

penyakit yang disebabkan
oleh gangguan-gangguan
fisik seperti lelah bekerja,
tertimpa benda keras, benda
tajam, kecelakaan seperti
jatuh, tenggelam, digigit
ular, keracunan, salah
makan dan lain-lain.
Penyebab Magic penyakit
yang diderita seseorang
akibat dimagic oleh orang
lain. Dukun yang memberi
lebel seseorang sakit magic
atau bukan.
Penyebab Supranatural
adalah penyakit yang
disebakan oleh keuatankekuatan gaib.

supranatural

dengan menggunakan
tanaman obat

Sistem Medis
Supranatural

Massage: Pengobatan
dengan cara mengurut,
Mantra, Jimat,
Menggunakan perantara
mahkluk halus
Hidroteraphy: pengobatan
dengan menggunakan bahan
utama air seperti mandi uap
dan mandi air yang
dicampur tanaman.
Pengobatan dengan cara
pengeluaran darah kotor
Pengobatan dengan
menggunakan mantra

D. PENGOBATAN PENYAKIT
Pengobatan penyakit orang Orya berhubungan erat dengan cara mereka menentukan penyebab penyakit
seperti tersebut pada point A. Oleh karena itu, pengobatan penyakit masyarakat Orya dikategori
berdasarkan tiga penyebab penyakit seperti tersebut pada point A.
1. Pengobatan penyakit penyebab fisik
Pengobatan penyakit akibat penyebab fisik, umumnya dilakukan oleh individu yang sakit atau keluarga
dan kerabatnya. Pengobatan umumnya dilakukan dengan tehnik herb medicine, massage dan
hidrotherapy.
Herb medicine dilakukan dengan memakai tumbuh-tumbuhan yang ada disekitar tempat tinggal orang
Orya, baik dari akar, daun, buah maupun kulit batang dan batang pohonnya. Jenis tumbuh-tumbuhan
tersebut diambil sesuai dengan jenis penyakit penderita yang telah diketahui. Kemudian tumbuhan itu
diramu dan diberikan pada penderita.
Massage dilakukan terutama pada gangguan fisik kelelahan dengan menggunakan jenis tumbuhan yang
tersentuh tubuh akan terasa gatal atau dilakukan dengan menggunakan tangan sebagai alat massage.
Hidrotherapy juga dikenal orang Orya dalam sistem medisnya. Hidrotherapy yang dikenal adalah dengan
mandi uap dari air yang telah dididihkan dengan campuran daun-daunan dari berbagai jenis tumbuhan.

2. Pengobatan Penyakit Penyebab Magic
Seperti telah disebutkan di atas pada point penyebab penyakit akibat magic mengenai media yang dipakai
untuk magic seperti sisa makanan, tanah bekas kaki dan tempat mencuri yang dapat menimbulkan korban
jatuh sakit. Pada bagian ini, akan diuraikan cara-cara menyembuhkan penyakit akibat perbuatan magic.
Penyakit akibat magic hanya bisa disembuhkan oleh dukun. Dukun akan mendiagnosa penderita dengan
cara:
1) Mencaritahu tempat sakit dan gejala-gejala sakit;
2) Menanyakan penderita tentang perbuatan-perbuatannya yang lalu dengan pelanggaran-pelanggaran
sosial yang dilakukannya seperti mencuri,bersinah, menipu, bermusuhan. Penderita harus
menceritakan secara jujur apa yang dia lakukan dimasa laku;
3) Setelah dukun mengetahui cerita penderita. Ia dapat menentukan atau mengambil kesimpulan siapa
yang melakukan magic dan cara apa yang dipakai untuk membuat penderita jatuh sakit.
4) Dukun melakukan pengobatan.
Ada dua cara melakukan pengobatan pada penderita:
1) Dukun mengisi air putih ditempurung kelapa, kemudian membaca mantra. Air dalam tempurung
kelapa yang telah dimantrai dipercik ke seluruh tubuh penderita dengan menggunakan setangkai daun
jenis apa saja beberapa kali. Sisa air dalam tempurung dituangkan lewat kepala penderita terus
mengalir lewat belakang kepala.
2) Pembuat magic disuruh dukun untuk mengambil kembali sisa makan yang dipakai sebagai media
mencelakakan penderita dan ditanam dalam tanah atau media sisa makan yang dimasukan dalam
bambu yang ditancapkan dalam ampas totok sagu harus dicabut. Kalau pembuat magic tidak mau
maka penderita akan meninggal tetapi kemudian akan diikuti oleh pembuat magic.
3. Pengobatan Penyakit Penyebab Supranatural
Seperti telah disebutkan di atas pada point penyebab penyakit akibat supranatural bahwa ada 8 jenis
mahkluk gaib yang menyebabkan orang sakit dengan gejala-gejala khas. Menurut orang Orya, penyakit
dengan gejala khas ini hanya dapat disembuhkan oleh dukun karena dukun mempunyai kemampuan
berkomunikasi dengan mahkluk gaib.
Tehnik pengobatan penyakit akibat kekuatan supranatural yang utama adalah dengan menggunakan katakata mantra pada penderita, media lain seperti tehnik massage, hidroterapi dan menggunakan tanaman
obat merupakan pelengkap dalam pengobatan ini. Ada beberapa jenis penyakit yang tidak bisa

disembuhkan seperti cacat kaki, tetapi hanya bisa mengusir kekuatan supranatural agar penderita tidak
sengsara seperti susah jalan atau sakit-sakitan.
4. Profesi pengobatan
Profesi pengobatan dalam suku Orya disebut dengan istilah Audana. Orang Orya mengkonsepsikan
Audana sebagai orang-orang tertentu yang mempunyai keahlian khusus untuk menyembuhkan penyakit
yang dianggap berat (bukan penyakit lasim di masyarakat). Ia memiliki pengetahuan luas tentang jenisjenis obat tradisional, cara-cara tradisional penyembuhan penyakit, juga diyakini mempunyai ketrampilan
atau kemampuan berhubungan dengan supranatural power.
Karena hanya orang-orang tertentu yang memiliki kemampuan mengobati penyakit yang dianggap berat,
maka biasanya kemampuan itu diturunkan dari orang tua kepada anaknya terutama anak tertua atau anak
yang lebih dekat atau disayangi orang tuanya. Caranya lewat sosialisasi orang tua secara terus-menerus
kepada anaknya, terutama keterlibatan anaknya dalam membantu orang tua menangani kasus-kasus
penyakit dimasyarakat. Seperti yang diungkapkan Isbor.
"… Saya punya keahlian mengobati orang sakit ini saya dapati atau saya pelajari dari bapak saya. Sejak
kecil dia sudah ajari saya tanaman-tanaman yang dipakai untuk mengobati penyakit dan cara-cara
mengobati, setelah saya sudah besar sedikit dia ajarkan saya berhubungan dengan setan-setan (Mahkluk
Gaib - red) dengan menggunakan fui-fui (kata-kata magic) dengan cara setiap dia mengobati orang dia
membawa saya membantunya agar saya bisa lihat sendiri dan juga ia memberitahu saya cara-cara
pengobatannya. Tapi saya juga belajar sendiri dari pengalaman-pengalaman saya mengobati orang dan
mendengar cerita-cerita orang…"

Seseorang dapat menjadi Audana atau diakui sebagai Audana apabila memiliki syarat-syarat; memiliki
ketrampilan menyembuhkan penyakit, menjadi panutan dalam masyarakat seperti jujur, tidak bersinah,
tidak mencuri, penuh kesabaran, baik hati (mau menolong siapa saja tanpa memandang muka), tidak
boleh marah pada orang lain, tidak boleh pukul istri dan anak-anak.
Menurut Isbor, Audana sangat dihormati dalam masyarakat Orya karena ia memiliki ketrampilan
menyembuhkan penyakit yang tidak semua orang miliki sehingga banyak orang yang datang meminta
bantuan Audana. Oleh karena itu Audana mendapat kedudukan yang berwibawa dalam tatanan sosial
masyarakat. Ia dihargai karena jasanya menolong masyarakat yang mengalami krisis dalam kehidupanya
seperti sakit, menolong orang dalam keadaan tidak berdaya seperti ibu hamil, menolong masyarakat,
membina atau menjalin relasi yang baik dengan kekuatan-kekuatan supranatural seperti roh leluhur, roh
orang meninggal dan mahkluk-mahkluk gaib.
Audana juga mendapat imbalan dari individu-individu atau keluarga yang ditolongnya baik berupa barang
maupun berupa uang. Hal ini terungkap atas informasi Yahsri.

"…. Jika ada ibu-ibu yang tidak mau mempunyai anak lagi atau yang belum dapat anak, ia bisa panggil
dukun untuk tidak dapat anak lagi dengan membaca mantra-mantra, tetapi harus dengan imbalan
kepada dukun, bisa dengan 500.000, gula, beras, dan lain-lain…"

Menurut informasi dari Yahsri bahwa Audana di desa Santosa mempunyai daerah pelayanan tidak hanya
di dalam desa tetapi sampai di desa Taja, Sausuma, dan Nimbontong. Daerah-daerah ini masih merupakan
desa-desa wilayah suku Orya karena menggunakan bahasa yang sama.
5. Herbmedicine
a) Tehnik Meracik tanaman obat menjadi obat
Hasil penelitian menemukan bahwa orang Orya mengenal 9 tehnik meracik tanaman menjadi, yaitu
dengan cara direbus dengan air, ditumbuk atau diparut, diperas, diasapi, dihirup, dikunyah,
ditempelkan, ditetesi dan diuapi. Matriks berikut ini menjelaskan tehnik meracik obat dan jenis taman
yang digunakan.
MATRIKS TEHNIK MERACIK TANAMAN OBAT MENJADI OBAT
b)

NO
1.

RACIKAN OBAT
Direbus dengan air dan
diminum

JENIS TANAMAN
Tegar,Nyong, Orja, endang, Bagar,
Genemo, Daun pepaya

2.

Ditumbuk/diparut
ditempelkan

dan

Cocor bebek, Osia, Koble, Eirikin,
Disir, Hasum handan

3.

Diperas dan diminum
atau ditetesi
Diasapi dan ditempel
kan
Dihirup
Dikunyah
Diuapi

Lantir, Cocor bebek, Tembakau, Osia,
Godokot, Eing
Hasumhandam, Bula-bula, Bem,
Tembakau, cocor bebek
Kluartemule
Hisasban, Dunggu,Kuest
Tihuen,

4.
5.
6.
7.

JENIS PENYAKIT
Diare, kepala sakit, demam, batuk
pilek, asma, serampah, kekurangan
ASI, Cacingan
Bisul, Luka, Kudis, Tulang belakang
sakit, menghenti kan menstruasi
berlebihan
Diare, Kepala sakit, demam, Luka

Bagian

Bisul, Luka, Hernia
Batuk pilek
Sakit gigi, Asma
Sakit Mata

Tanaman dipakai Sebagai Obat
Bagian tanaman yang dipakai sebagai obat adalah daun, kulit akar, batang, getah dan umbi. Bunga dan
buah tidak dipakai sebagai bahan pembuatan obat. Bahan-bahan ini tidak dipakai terpisah, kadang daun
dan akar dipakai bersamaan.
c) Tanaman Obat budidaya dan Tanaman Obat Liar
Tanaman obat yang sudah dibudidaya orang Orya adalah Cocor bebek, Erikin (Jahe), Hisasban
(Serei), pepaya, sirih dan Gedi. Jenis tanaman ini kebanyakan ditanam di kebun. Hanya sere dan
cocor bebek yang ditanam dihalaman rumah. Sebagian besar tanaman obat yang sudah dikenal orang
Orya merupakan tanaman liar yang tumbuh di hutan-hutan sekitar desa.
DAFTAR TANAMAN OBAT ORANG ORYA

NO
1

NAMA LOKAL
ORYA
INDONESIA
Aulu
Daun gatal

Laporthea

2

Tegar

Kayu susu

-

3

Gues

Kayu lawang

-

4

Tali Nyong

Tali Kuning

-

5
6

Pohon Osia
-

Lunatzia amara
Kalanchoea

7
8

Eirikin
Sabuan

Zingiber officinale
Nicotaniana tabacum

Tulang belakang sakit.
Luka baru

9
10
11

Pohon Dunggu
Pohon Tihuen
Pohon Koble

Daun tumbuh
daun/cocor
bebek.
Guraka/jahe
Daun
Tembakau
-

Badan sakit, Tulang lutut sakit,
keseleo, demam.
Mencret, Perut masuk angin, batuk
sampai hosa.
Batuk sampai hosa, ibu hamil yang
sering rasa mual atau muntahmuntah.
Perut sakit, batuk, cacingan, malas
makan, kepala sakit.
Luka baru/lama
Sakit kepala, sakit perut, bisul.

Gigi sakit
Bisul
Kudis (klemes)

12
13
14
15

Tali rotan
Pisang hutan
Alang-alang
-

Neprolepis indica
Inperata cylindrica
Ipomoea prescapre
Sellaginella sp.

Luka baru/lama,batuk.
Kudis (klemes)
Bisul, kepala sakit.
Luka baru/lama

-

-

Gigitan ular.

-

22
23
24
25
26
27

Goddokod
Tua
Pohon Disir
Pohon
Kluartumule
Pohon Orja
Endang
Bula-bula
Pohon
Dengkling
Tanah dan daun
Tubuer
Pohon Hasum
handam
Pohon Eing
Lantir
Bem
Hisasban
Pohon Obaala
Bagar

Dryoptheris
Anthocephalus
cadamba
Calamus.Sp
Musa paradisae
Pleomele Sp.
Mauremia sp.

Bete hutan
Serei
Daun Gedi

Camnospermia
brevipetiolata.
Disoxylum molle
Amaranthus sp.
Andropgon cytratus
-

28

Gwes

Daun Gnemo

Genetum genemon

29
30
31
32
33
34
35
36
37
38

Jabakan
Guitir
Disir-disir
Eititi
Dig
Walman
Okawen
Sia
Jibul-jibul
Jimir

Daun pepaya
Pohon Paku
-

Carica papaya
-

-

-

Hernia (kontol bengkak), bisul,
menghentikan pendarahan wanita.
Luka, kudis.
Perut sakit.
Bisul
Gigi sakit/goyang.
Kadas
Menambah dan memperlancar air
susu ibu.
Menambah dan memperlancar air
susu ibu.
Cacingan
Sakit perut, kepala pening
Nyeri, tulang sakit
Gelisah dan menangis terus
Batuk
Batuk
Batuk
Batuk
Gelisah dan menangis terus
Kudis

16
17
18
19
20
21

-

NAMA LATIN

JENIS PENYAKIT

Batuk/hosa, luka lama-baru.
Luka baru
Belakang sakit
Batuk, beringus, hosa.

E. AKULTURASI DALAM ASPEK MEDIS
Akulturasi dalam etnobotany medicine pada orang Orya dapat terjadi karena masuknya unsur-unsur baru
kedalam kebudayaan orang orya secara langsung dengan intensif. Bentuk akulturasi dalam etnobotany

medicine orang Orya adalah bentuk Orijinasi 1. Perubahan situasi dalam akulturasi yang dimaksudkan
disini adalah :
1)
2)
3)
4)
5)

Perpindahan penduduk; dari kampung tua ke desa santosa;
Kemudahan transportasi;
Dibukanya puskesmas pembantu;
Kunjungan-kunjungan petugas pemerintahan;
Kunjungan penduduk ke kota Jayapura.

Agar orijinasi dapat dipahami lebih baik, perlu dijelaskan lebih detail perubahan situasi dalam perjalanan
kehidupan orang Orya masa lampau sampai sekarang.
1. Perpindahan Penduduk dan Kemudahan transportasi
Orang Orya sebelum menempati tempat sekarang (1990-sekarang), tinggal di kampung jadam. Daerah ini
merupakan hutan belantara dan diatas bukit. Tahun 1981 Departemen Sosial membangun pemukiman
masyarakat terasing di tempat. Sebelumnya, setiap clan membuat kampung-kampung kecil yang terdiri
dari 6-10 rumah tangga disetiap dusunnya. Sejak tahun 1981 mereka dikumpulkan dalam satu pemukiman
di kampung Jadam. Dikampung ini kontak dengan dunia luar sangat sulit, mereka hidup dengan
kebudayaannya sendiri. Pengenalan akan medis modern masih sangat kecil, karena kontak dengan dunia
luar seperti pendidikan, tenaga kesehatan hampir tidak ada. Kontak-kontak seperti itu, kalaupun ada
hanya dilakukan oleh beberapa orang ketika mereka harus ke kota Genyem dengan berjalan kaki selama
sebulan. Dan disana mereka berkenalan dengan medis modern seperti puskesmas dan sistem medisnya.
Ketika PT. Youliemsari membangun jalan HPH melewati KM 50 (tempat desa Santosa sekarang),
beberapa orang Orya mulai membangun rumahnya ditepi jalan tersebut dan kemudian diikuti oleh seluruh
penduduk. Sejak tahun 1990 terbentuklah desa Santosa.
Adanya jalan HPH PT Youliemsari membuat segalanya menjadi mudah dan terbuka baik dari penduduk
Orya sendiri seperti mendapat pekerjaan diperusahaan tersebut, bepergian ke kota jayapura dan daerahdaerah disekitarnya sehingga mendapat kesempatan menerima berbagai informasi yang berguna