MODEL KONSELING GIZI DI NEGARA MALAWI

TUGAS MAKALAH

MODEL KONSELING GIZI DI NEGARA MALAWI

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Gizi
Dosen Pengampu Mata Kuliah:
Dr. Suminah, M.Si

Oleh:
KELOMPOK 3
Anissa Soraya
Catur Retno L
Ezhaty Diah Riani
Nurdiana
Yuniars Renowening

S531708005
S531708009
S531708020
S531708035
S531708051


PROGRAM MAGISTER ILMU GIZI PASCASARJANA
PEMINATAN HUMAN NUTRITION
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2018

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gizi merupakan salah satu faktor yang paling penting yang mempengaruhi
status kesehatan dan kesejahteraan anak-anak. Malawi adalah salah satu negara
dengan prevalensi tertinggi stunting, dengan 47% stunting, 4% wasting, dan 13%
underweight (IFPRI 2016 ). Underweight dan kemiskinan merupakan masalah
kompleks yang berdampak pada meningkatnya permasalahan gizi, yang kemudian
meningkatkan kerentanan terhadap penyakit (Chiutsi-Phiri et al, 2017). Masalah
gizi merupakan faktor risiko terjadinya peningkatan prevalensi dan keparahan
infeksi yang mengakibatkan tingkat kematian tinggi pada bayi dan anak-anak di
Malawi (NSO dan ICF Macro 2011).
Kurang gizi pada wanita dan anak-anak tetap menjadi tantangan kesehatan

masyarakat di Malawi. Hampir separuh anak-anak menderita kekurangan gizi
kronis (stunting) dan defisiensi mikronutrien, termasuk zat besi dan vitamin A.
Anak-anak pedesaan lebih sering mengalami stunting (48%) dibandingkan anakanak perkotaan (41%). Pendidikan dan kekayaan keduanya berbanding terbalik
dengan tingkat stunting (NSO & ORC, 2010). Penyebab kekurangan gizi pada
anak antara lain praktek pemberian makan anak yang kurang optimal , diet yang
tidak memadai, sering timbulnya penyakit di kalangan anak-anak, dan rendahnya
status sosial ekonomi dan kondisi gizi yang buruk dari banyak ibu. Lebih dari 50%
dari kekurangan gizi akut di Malawi berkaitan dengan HIV (UNICEF, 2014).
Pendidikan gizi yang sesuai dengan budaya berbasis masyarakat dapat
mengurangi permasalahan gizi yang berdampak pada meningkatnya status
kesehatan anak-anak (Shi dan Zhang, 2011). Pada beberapa penelitian,
pendidikan gizi yang mungkin diterapkan di negara-negara miskin adalah
kombinasi dari strategi pendidikan disertai dengan dukungan lingkungan yang
dirancang untuk memfasilitasi pilihan makanan lokal, perilaku gizi dan pelayanan
kesehatan yang melibatkan kegiatan pada tingkat individu, masyarakat dan
pemerintahan (Negash et al. 2014). Menurut Majamanda et al (2014), tujuan
keseluruhan dari program perbaikan gizi adalah meningkatkan keamanan pangan
dan gizi. Intervensi pendidikan gizi secara khusus ditujukan untuk meningkatkan
asupan makanan bagi keluarga dan anak muda melalui pendidikan gizi dan
kesehatan dengan berbagai model, seperti konseling gizi. Berdasarkan uraian

tersebut, diperlukan kajian lebih lanjut terkait model konseling gizi di negara
Malawi.

A. Rumusan Masalah
Bagaimana model konseling gizi di negara Malawi?
B. Tujuan
Menganalisis model konseling gizi di negara Malawi.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Gambaran Masalah Gizi di Malawi
Malawi adalah negara yang terletak di Afrika Tenggara. Perekonomian
Malawi sebagian besar bergantung pada sektor pertanian. Sebagian besar
penduduk Malwai yaitu sekitar 80% dari total poulasi yang bekerja pada sektor
pertanian, dimana sektor ini merupakan menyumbang lebih dari sepertiga PDB
(FAO, 2010).
Kepadatan dan pertumbuhan populasi yang tinggi, juga musim hujan yang
hanya terjadi satu kali dalam setahun mengakibatkan sektor pertanian mengalami
kesulitan. Selain itu, kekeringan, banjir, inflasi, dan kurangnya pertanian yang

terdiversifikasi berdampak pada besarnya populasi yang kerawanan pangan,
disamping 10,6% prevalensi HIV yang juga mempengaruhi ketahanan pangan
rumah tangga. Diperkirakan 1,4 juta (9,5 persen dari total populasi) berada dalam
risiko kerawanan pangan yang parah pada tahun 2013, dengan 21 dari 28
kabupaten terkena dampak akibat musim kering yang ekstrim di wilayah Utara dan
Tengah (VAA, 2013).
Kurang gizi pada wanita dan anak-anak tetap menjadi tantangan kesehatan
masyarakat di Malawi. Hampir separuh anak-anak menderita kekurangan gizi
kronis (stunting) dan defisiensi mikronutrien, termasuk zat besi dan vitamin A.
Anak-anak pedesaan lebih sering mengalami stunting (48%) dibandingkan anakanak perkotaan (41%). Pendidikan dan kekayaan keduanya berbanding terbalik
dengan tingkat stunting (NSO & ORC, 2010). Penyebab kekurangan gizi pada
anak antara lain praktek pemberian makan anak yang kurang optimal , diet yang
tidak memadai, sering timbulnya penyakit di kalangan anak-anak, dan rendahnya
status sosial ekonomi dan kondisi gizi yang buruk dari banyak ibu. Lebih dari 50%
dari kekurangan gizi akut di Malawi berkaitan dengan HIV (UNICEF, 2014).
B. Model Konseling Gizi di Malawi
1. Model IFSN (Improving Food Security and Nutrition Policies and
Programme Outreach)
Sejak April 2011, the Flemish International Cooperation Agency (FICA)
mendanai proyek keamanan pangan FAO "Improving Food Security and

Nutrition Policies and Programme Outreach" (IFSN) di total enam wilayah
perencanaan perluasan di Kasungu dan Mzimba di Pusat dan Wilayah Utara
Malawi. Intervensi terdiri dari 2 kegiatan yaitu aktivitas pertanian dan
konseling gizi. Aktivitas pertanian dilakukan dengan melakukan pelatihan pada
ketua petani dan mendirikan sekolah lapangan petani serta mendistribusikan
bahan pertanian termasuk bibit, pupuk, bibit pohon buah dan ternak. Hal ini

ditujukan untuk meningkatkan ketersediaan dan keragaman pangan secara
keseluruhan.
Selain itu, IFSN mengembangkan program Nutrition Education (NE)
partisipatif "Kadyetsedwe Koyenela Ka Ana" mempertimbangkan kelayakan
dan penerimaan dari praktik pemberian makanan pelengkap yang
disempurnakan dan makanan untuk anak-anak usia 6-23 bulan. NE diuji di
lapangan dan menerapkan praktek Infant and Young Child Feeding (IYCF)
yang dapat diterima secara budaya dan layak. Program ini memulai kelompok
NE di mana rumah tangga didorong untuk memasukkan lebih banyak
makanan lokal dan musiman dengan penekanan pada sayuran, buah-buahan,
kacang-kacangan, dan makanan sumber hewani (telur, susu kambing, ikan
kecil, dll) untuk diet bayi dan anak-anak (Kuchenbeckeret al., 2017).
Pesan pendidikan gizi yang dapat diterima (pesan utama) dan resep

yang didasarkan pada makanan yang tersedia secara lokal dikumpulkan ke
dalam buku fasilitator dan peserta serta buku resep. Buku-buku tersebut
memiliki 18 ilustrasi pengasuhan dan bimbingan anak yang memadai untuk
pengasuh dan fasilitator tentang praktik pemberian makanan pelengkap yang
sesuai dengan usia. Buku fasilitator juga termasuk panduan konseling untuk
setiap pesan utama. Empat belas resep makanan lokal yang tersedia
berdasarkan enam kelompok makanan Malawi dikumpulkan ke dalam buku
resep. Empat peserta berbagi pesan kunci dari buku yang dikembalikan ke
fasilitator gizi masyarakat (CNF) setelah setiap sesi. Setiap sesi dilakukan oleh
dua CNF yang berbagi satu buku fasilitasi. Satu CNF berasal dari sektor
kesehatan sementara yang lain berasal dari sektor pertanian. Satu buku resep
dibagikan di antara para peserta selama sesi memasak.
Sesi pendidikan gizi untuk pengasuh biasanya dilakukan setiap dua
minggu, kadang-kadang mingguan, di 200 desa mulai dari Desember 2012
hingga April 2013, menargetkan hingga 15 pengasuh dengan anak-anak
mereka yang berusia 6-18 bulan. Selain itu, lima anggota masyarakat dalam
peran mereka sebagai pasangan, nenek, dan tokoh masyarakat diundang
untuk berpartisipasi dalam sesi pendidikan gizi. Intervensi termasuk 10 sesi
yang berfokus pada pesan-pesan kunci tentang menyusui, keamanan
makanan, dan kebersihan serta pemberian makanan tambahan sebagimana

disajikan pada Tabel 1. Sesi memasak termasuk dalam 5 dari 10 sesi
pendidikan gizi (Chiutsi-Phiriet al., 2017).
Tabel 1. Sesi Pendidikan Gizi

Sumber: Chiutsi-Phiriet al. (2017)

Tabel 2. Topik Pendidikan Gizi IFSN

Sumber: FAO (2014)
Intervensi NE dirancang sebagai rangkaian dari sepuluh sesi yang
difasilitasi Pasangan relawan terlatih memfasilitasi sesi NE di desa asal mereka
di antara kelompok 15 pengasuh dengan anak-anak berusia antara 5-18 bulan.
Bahan-bahan itu diadaptasi dari template kartu konseling IYCF berbasis
komunitas UNICEF (2010) untuk Afrika dan dimodifikasi berdasarkan hasil yang
diperoleh dari dua putaran uji coba peningkatan praktik (FAO, 2014).
Kartu konseling adalah ilustrasi berwarna yang menggambarkan konsep
dan praktik IYCF utama. Buku fasilitator pelengkap memberikan informasi
teknis tentang praktik IYCF, dan instruksi konseling penting. Sesi ini mencakup
topik tentang pemilihan makanan yang sesuai usia, nutrisi, diet, makan anak,
persiapan makanan (sesi memasak partisipatif), air, sanitasi, dan kebersihan.

Sepuluh sesi diadakan mingguan atau dua kali seminggu selama kurang lebih
2-3 jam selama periode sekitar lima bulan (Kuchenbecker et al., 2017).
Penelitian ini menguji dampak potensial dari NE berbasis masyarakat
pada pertumbuhan anak-anak usia 6-23 bulan melalui peningkatan Dietary
Diversity (DD). Sementara ada dampak positif dan signifikan dari NE pada

Child Dietary Diversity (CDD), panjang anak-anak tidak meningkat secara
signifikan. Pada awal tahun 2011, rata-rata CDD berada di bawah ambang
batas yang direkomendasikan WHO dari empat dari tujuh kelompok makanan
di kedua wilayah tersebut. Pada dendline, anak-anak di area intervensi secara
signifikan meningkatkan DD (p = 0,01) dibandingkan dengan anak-anak di area
kontrol. Hasil ini menunjukkan bahwa NE difasilitasi oleh relawan lokal terlatih
dalam sepuluh sesi efektif di tingkat komunitas. Penelitian oleh Waswa et al
2015 melaporkan efek intervensi yang lebih besar pada CDD dengan lebih
sedikit sesi NE (empat sesi). Namun, semua sesi difasilitasi oleh ahli gizi
profesional yang sama dan hanya peserta langsung dari NE yang dinilai. Dalam
penelitian ini, setiap desa sampel di daerah intervensi memiliki pasangan
individual relawan lokal, secara alami mempengaruhi fasilitasi dan kualitas sesi
NE dengan kepribadian dan kualifikasi mereka.
Perbaikan CDD yang signifikan terutama disebabkan oleh telur dan

kacang tanah. Namun, ketika memiliki tampilan rinci dari efek intervensi pada
konsumsi telur telah memperhatikan bahwa konsumsi sebenarnya menurun di
daerah kontrol oleh lebih dari 50% dari nilai dasar dan konsumsi telur
meningkat sedikit di daerah intervensi. Selanjutnya, telur relatif mahal dan
mungkin tidak terjangkau bagi sebagian besar rumah tangga secara teratur.
Dengan mengingat hal ini, NE masih memungkinkan rumah tangga di area
intervensi untuk meningkatkan konsumsi telur pada anak-anak usia 6-23 bulan
(BL = 13%, EL = 16%). Sementara telur adalah makanan yang sangat bergizi,
masih harus dipertimbangkan bahwa tidak ada jumlah yang dinilai dan itu
adalah praktik umum pencampuran telur dengan makanan lain dalam pot
keluarga. Akibatnya, anak itu mungkin hanya menerima sebagian kecil telur
(Iannotti et al, 2014).
Studi saat ini menganalisis efek dari intervensi NE pada CDD di antara
anak-anak usia 6-23 bulan di tingkat komunitas. Setelah disesuaikan untuk
kovariat, intervensi menunjukkan efek positif yang signifikan pada CDD.
Diversitas makanan stabil dan / atau meningkat di daerah intervensi sementara
itu menurun di area kontrol. Efek intervensi terutama didasarkan pada
konsumsi telur dan kacang tanah yang lebih tinggi di daerah intervensi. NE
harus menjadi bagian dari program dalam pengaturan rawan pangan yang
bertujuan untuk memperbaiki kerawanan pangan di antara masyarakat

(Kuchenbecker,et al, 2017).

2. Model Konseling BAN (Breastfeeding, Antiretroviral and Nutrition)
Pengembangkan protokol konseling dalam pemberian makan bagi balita
untuk perawat selama masa konsultasi mereka dengan ibu yang megidap HIV
yang mengikuti penelitian BAN. Protokol tersebut diperoleh dari Manual
training konseling menyusui dari WHO dan hasil penelitian formatiif (Corneli et
al, 2007 dan Piwoz et al, 2006) termasuk didalamnya elemen konseling verbal
dan nonverbal yang akan diimplementasikan pada masing masing sesi
konseling. Elemen nonverbal tetap sama untuk setiap sesi konseling, namun
untuk elemen verbal berbeda tergantung dari usia kehamilan ibu atau usia
balita. Tipe kunjungan ibu dibedakan menjadi kunjungan antenatal (minggu ke
1-18), postpartum awal (minggu 21, 24 dan 28), postpartum tengah atau
postpartum akhir (minggu ke 32-48). Kunci dari elemen nonverbal termasuk
mengangguk, tersenyum, kontak mata dengan ibu dan duduk dengan sikap
yang menunjukkan ketertarikan yang aktif pada apa yang ibu sampaikan
(WHO/ UNICEF 1993).

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Beberapa model konseling yang ada di Malawai antara lain
1. Model IFSN (Improving Food Security and Nutrition)
Aktivitas pertanian dilakukan dengan pelatihan pada ketua petani dan
mendirikan sekolah lapangan petani dan mendistribusikan bahan pertanian
termasuk bibit, pupuk, bibit pohon buah dan ternak, sedangkan konseling gizi
dilakukan dengan memberikan buku yang berisi pesan utama dan resep yang
didasarkan pada makanan yang tersedia secara lokal serta kartu koseling.
2. Model BAN (Breastfeeding, Antiretroviral and Nutrition)
Pengembangkan protokol konseling dalam pemberian makan bagi balita untuk
perawat selama masa konsultasi mereka dengan ibu yang megidap HIV.
Pengembangan protokol konseling mengandung elemen konseling verbal dan
nonverbal yang akan diimplementasikan pada masing-masing sesi konseling.
B. Saran
Model konseling gizi di Indonesia dapat mencontoh, mengembangkan dan
menyesuaikan dari model konseling di Malawi sesuai dengan kondisi di Indonesia
untuk mengatasi permasalahan yang sama atau mirip dengan kondisi di Malawi.

DAFTAR PUSTAKA
Chiutsi-Phiri G, Heil E, Kalimbira AA, Masangano C, Mtimuni BM, Krawinkel MB,
Jordan I. 2017. Reduced Morbidity Motivated Adoption of Infant and Young Child
Feeding Practices after Nutrition Education Intervention in Rural Malawi. Ecol
Food Nutr. 56(4):329-348.
Corneli, A., Piwoz, E., Bentley, M. E., Moses, A., Nkhoma, J.R., Tohill, B.C., et al. 2007.
Involving communities in the design of clinical trial protocols: The BAN Study in
Lilongwe, Malawi. Contemporary Clinical Trials, 28(1), 59-67.
FAO. 2010. Nutrition Country Profile: Malawi. [Online]
http://www.fao.org/ag/agn/nutrition/mwi_en.stm. Accessed April 4, 2018
FAO. 2014. What works at home? Improving complementary feeding based on locally
available foods— Learning from caregivers through Trials of Improved Practices
in Kasungu and Mzimba districts of Malawi [Internet]. Nutrition Education and
Consumer Awareness. [cited 2018 April 03].
IFPRI. 2016. Global Nutrition Report 2016 - From Promise to Impact Ending
Malnutrition by 2030 Washington, DC: International Food Policy Research
Institute. http://ebrary.ifpri. org/cdm/ref/collection/p15738coll2/id/130354. Diakses
3 April 2018.
Kuchenbecker J, Reinbott A, Mtimuni B, Krawinkel MB, Jordan I. 2017. Nutrition
education improves dietary diversity of children 6-23 months at community-level:
Results from a cluster randomized controlled trial in Malawi. PLoS One.
12(4):e0175216.
Iannotti LL, Lutter CK, Bunn DA, Stewart CP. 2014. Eggs: the uncracked potential for
improving maternal and young child nutrition among the world’s poor. Nutr Rev.
Jun; 72(6):355–68.
Majamanda J, D Maureen, T M Munkhondia,and J Carrier. 2014. The Effectiveness of
Community-Based Nutrition Education on the Nutrition Status of Under-five
Children in Developing Countries. A Systematic Review. Malawi Med J. 26(4):
115–118.
Negash, C., T. Belachew, C. J. Henry, A. Kebebu, K. Abegaz, and S. J. Whiting. 2014.
Nutrition education and introduction of broad bean-based complementary food
improves knowledge and dietary practices of caregivers and nutritional status of
their young children in Hula, Ethiopia. Food and Nutrition Bulletin 35: 480–86.
NSO, ORC. 2010. Malawi Demographic and Health Survey. Malawi: National Statistical
Office (NSO) Malawi & ORC Macro.
NSO and ICF Macro. 2011. Malawi Demographic and Health Survey 2010. Zomba,
Malawi, and Calverton, Maryland, USA: NSO and ICF Macro.
Piwoz. E., Ferguson, Y. O., Bentley, M., Corneli, A. L., Moses, A., Nkhoma, J., Tohill, B.
C., Adair, L., Mtimuni, B., Ahmed, Y., Jamieson, D., van der Horst, C., Kazembe,
P., & and the UNC Project BAN Study Team. 2006. Differences between
international recommendations on breastfeeding and HIV and health workers’

attitudes and counseling practices in Lilongwe, Malawi. International
Breastfeeding Journal, 1(2), 1-8.
Shi, L., and J. Zhang. 2011. Recent evidence of the effectiveness of educational
interventions for improving complementary feeding practices in developing
countries. Journal of Tropical Pediatrics 57:91–98.
UNICEF. 2014. Health and Nutrition: Malawi. [Online]
https://www.unicef.org/malawi/health_nutrition_14241.html. Accessed pril 4, 2018
VAA. 2013. Malawi Vulnerability Assessment Committee (MVAC) Report. Malawi: The
Malawi Vulnerability Assessment Committee
Waswa LM, Jordan I, Herrmann J, Krawinkel MB, Keding GB. 2015. Community-based
educational intervention improved the diversity of complementary diets in western
Kenya: results from a randomized controlled trial. Public Health Nutr. Dec;
18(18):3406–19.
World Health Organization. /UNICEF. 1993. Breastfeeding counselling: A training
course. (Report No. WHO/CDR/93.4). Geneva, Switzerland: Author.