MENANGIS DALAM PERSPEKTIF HADIS (TELAAH MA’ANI AL-H{ADIS|) - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Kesempurnaan Islam tertuang dalam dua pedoman utama agama Islam,
yaitu al-Qur’an dan hadis. Secara umum pengertian istilah hadis yaitu penuturan
sahabat tentang rasulullah, baik mengenai perkataan, perbuatan atau taqrirnya,
bahkan termasuk sifat-sifatnya.1 Ada juga yang menjelaskan bahwa hadis adalah
segala yang diperintahkan, dilarang, atau yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW
baik dalam bentuk perkataan, perbuatan, maupun persetujuan beliau terhadap
segala sesuatu yang dilakukan oleh para sahabat (taqri>r).2 Hadis merupakan
implementasi al-Qur’an secara nyata yang dicontohkan oleh Rasulillah SAW
sebagai orang yang paling dalam pemahamannya tentang al-Qur’an. Setiap yang
dikatakan dan dilakukan oleh Rasulullah SAW yang selanjutya tertuang dalam
hadis, merupakan aktualisasi dari ajaran yang terdapat dalam al-Qur’an.3
Sebagai sumber hukum utama dalam ajaran Islam yang selalu dijadikan
pedoman hidup oleh umatnya, al-Qur’an dan hadis tidak dapat dipisahkan antara
satu sama lain. Jika al-Qur’an berisi ajaran-ajaran yang masih bersifat global atau
umum, maka hadis berfungsi untuk memberikan penjelasan, keterangan, serta

1


M. Syuhudi Ismail, Pengantar Ilmu Hadis (Bandung: PT Angkasa, 1991), h. 3
M. Ajjaj al-Ka>tib, Us\u>l al-H}adis}/Pokok-Pokok Ilmu Hadis, terj. M.Qodirun Nur dan
Ahmad Musyafiq ( Jakarta: Gaya Media Pratama, 1998), h. 8
3
Yusuf al-Qardlawi, Bagaimana Memahami Hadis Nabi SAW.terj. Muhammad al Baqir (
Bandung: Penerbit: Karisma, 1997) cet. V, h. 17
2

1

2

perincian terhadap hal-hal yang belum jelas di dalam al-Qur’an.4 Secara rinci,
dilihat dari fungsinya terhadap al-Qur’an, hadis memiliki beberapa fungsi, yaitu:
Pertama, hadis berfungsi sebagai baya>n al-tafshi>l, yakni menjelaskan atau
merinci ke-mujmal-an al-Qur’an, sehingga dapat dipahami oleh umat Islam.
Misalnya, di dalam al-Qur’an terdapat perintah untuk melaksanakan shalat, zakat,
puasa, haji dan lain-lain. Karena di dalam al-Qur’an belum dijelaskan mengenai
tehnik untuk mengerjakannya, maka fungsi hadis di sini adalah untuk menjelaskan

dan menetapkan mengenai tehnik atau tata cara untuk mengerjakan perintahperintah tersebut.5
Kedua, hadis berfungsi sebagai baya>n al-ta’ki>d, yakni untuk memperkuat
hukum-hukum yang telah ditetapkan dalam al-Qur’an, sehingga bisa dikatakan,
hadis menjadi tambahan atas apa-apa yang terdapat dalam al-Qur’an. 6
Ketiga, hadis berfungsi sebagai baya>n al-mut}laq atau baya>n al-taqyi>d,
yakni

untuk memberikan batasan-batasan terhadap ayat-ayat yang bersifat

mutlak.
Keempat, hadis berfungsi sebagai baya>n al-takhs}i>s,}

yakni untuk

mengkhususkan ayat-ayat al-Quran yang masih bersifat umum (‘amm).7 Dan yang
terakhir, hadis berfungsi sebagai baya>n al-tasyri>’ atau ziya>dah, yakni untuk

4

Ibid., h. 53

Umi Sumbulah, Kajian Kritis Ilmu Hadis, (Malang: UIN- MALIKI Press, 2010), h. 26
6
Ibid,. h. 27
7
Misalnya, di dalam surat al-Nisa’ ayat 24. Dalam ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah
mengharamkan umat Islam untuk menikahi wanita-wanita yang bersuami, kecuali budak-budak
yang dimilikinya. Ayat tersebut juga menjelaskan bahwa Allah menghalalkan selain yang tertera
dalam surat al-Nisa’ ayat 23 dan awal ayat 24. Akan tetapi, kehalalan tersebut ditakhs}is} oleh
sebuah hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukha>ri> dan Muslim, yang di dalamnya menjelaskan
tentang Nabi mengharamkan untuk memadu istri dengan bibi, baik itu dari garis keturunan ayah
maupun ibu. Ibid., h. 28-29
5

3

menetapkan sebuah hukum (syari>’at) yang di dalam al-Qur’an tidak disebutkan
secara jelas.8
Hadis yang bersifat universal masih mempunyai relevansi hingga masa kini,
bahkan kebenaran suatu hadis kini bisa semakin kuat dengan adanya teknologi
yang bisa membuktikan kebenarannya. Sesuai dengan fungsinya sebagai penjelas

dari al-Qur’an yang meliputi semua aspek kehidupan manusia, seperti masalah
hukum, pemerintah, perekonomian, dan kesehatan, termasuk hal-hal yang terjadi
pada tubuh manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Tubuh manusia adalah setruktur yang rumit dan sangat mengagumkan.
Terdiri dari organ-organ yang bekerja secara kooperatif sehingga manusia dapat
hidup dengan baik tanpa mengalami gangguan kesehatan. Akan tetapi apabila
salah satu saja organ tubuh manusia itu mengalami gangguan sehingga tidak bisa
menjalankan fungsinya dengan baik, maka hal ini akan mempengaruhi kinerja
organ-organ yang lain.9 Organ-organ dalam tubuh manusia berdasarkan fungsinya
dibagi menjadi beberapa kelompok yang disebut sistem organ, di antaranya seperti
sistem pencernaan, sistem pernapasan, sistem transportasi, sistem reproduksi,
sistem gerak, sistem imun, dan sistem endroktin atau hormone. Seluruh sistem
organ yang terdapat dalam tubuh manusia juga memiliki ketergantungan yang erat
satu dengan yang lain. Bila tadi telah disebutkan bahwa apabila sebuah organ
mengalami gangguan maka akan mempengaruhi fungsi organ yang lain, dengan

8

Sebagian besar ulama berpendapat bahwa sunnah/ hadis berdiri sendiri sebagai dalil
hukum, akan tetapi ada juga sebagian lain berpendapat bahwa sunnah/ hadis menetapkan dalil

yang tersirat dalam secara implisit dalam al-Qur’an. Lihat: Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis
(Jakarta: Amzah, 2010), h. 19
9
Mac. V. Edds, “Struktur Tubuh Manusia” dalam ilmu pengetahuan populer jilid 8 (
Jakarta: Grolier Internasional, 2003), h. 67.

4

demikian jika suatu sistem organ tidak dapat bekerja dengan baik, maka bisa
mengurangi kinerja sistem kinerja sistem organ yang lain.
Salah satu organ yang sangat penting dalam hidup manusia adalah mata
yaitu organ penglihatan yang berguna untuk mendeteksi cahaya. Manusia melihat
dengan mata. Alat penglihatan terdiri atas bola mata, saraf penglihatan, dan alatalat tambahan mata.10 Mata manusia berbentuk agak bulat hampir seperti telur
ayam dan memiliki prinsip kerja hampir sama seperti kamera. Dalam proses kerja
mata ada cairan yang sangat penting untuk menunjang kegiatan mata yang disebut
air mata. Air mata normal adalah selaput tiga lapis yang melumasi mata. Lapisan
musin (glikoprotein yang dihasilkan sel selaput lendir) teratas dibuat dalam
kelopak mata dan di permukaan mata. Lapisan tengah yang berair adalah hasil
sekresi kelenjar lakrimal yang terletak di atas mata. Sementara lapisan berminyak
terluar dibuat di kelenjar meibomian dalam kelopak mata. Dalam bidang

kesehatan, keluarnya air mata atau bisa disebut dengan istilah “menangis”
bermanfaat untuk kesehatan tubuh di antaranya membantu penglihatan,
membunuh bakteri, mengeluarkan racun, mengurangi stress, dan mempercepat
penyembuhan radang sendi/reumatik.11
Dalam kehidupan manusia, mengeluarkan air mata telah menjadi aktivitas
yang begitu familiar, sehingga ini terkadang manusia memandang remeh pada
aktivitas tersebut. Sering pula di jumpai orang yang tidak pernah merasa
mendapatkan kenikmatan ketika mengeluarkan air mata. Kalau kita mencoba

10

Iriani Indri Hapsari dkk, Psikologi Faal, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2012). h. 66
Flullerena, Menangis Dalam Perspektif-Alquran-dan Kesehatan, dalam Http//Flullerena
Blogspot.Com/2012/08 Menangis Dalam Perspektif-Alquran-dan Kesehatan. Html diunduh 11
April 2015
11

5

membayangkan seumpama air mata kita tidak membasahi kelopak mata kita maka

bagaimana kita bisa menggerak-gerakkan mata kita? Karena air mata bagaikan
minyak pelumas yang berguna untuk melumasi mata kita.
Hal ini sangat berbeda apabila kita merujuk pada al-Qur’an dan hadis, air
mata yang keluar melalui mata bukan hal yang dipandang sebelah mata bahkan
memperoleh perhatian khusus dan mempunyai keistimewaan bila dibanding
aktivitas tubuh yang lain. Di antara ayat al-Qur’an yang menjelaskan kita supaya
memperbanyak menangis adalah Allah SWT berfirman:
         
Artinya: “Maka hendaklah mereka tertawa sedikit dan menangis banyak,
sebagai pembalasan dari apa yang selalu mereka kerjakan.” (Q.S. At Taubah : 82).
Di antara hadis yang menjelaskan keistimewaan keluarnya air mata melalui
mata seorang muslim adalah:
ْ ‫عن ح ْص بْن ع صم‬
ْ ‫ح ث ي خبيْب بْن ع ْب ال حْ ن‬
‫عن َبي ُ ْي‬
‫ه إم‬

َ‫ه يوْ َ ل إ‬

‫ْم َ تع ل في‬


‫سبْع ي‬

ْ
‫ح ث مس ح ث يحْ ي‬
‫عن عب ْي َ ق‬

‫َ ع يْه س م ق‬

‫جَ تح ب في َ اجْ ت ع ع يْه ت ق ع يْه‬

‫جل ق ْبه مع ق في ْال س ج‬

‫بص ق فأ ْخ ُ حت َ ت ْع م ش له‬

َ ‫إني َخ ف‬

‫جل تص‬

12


‫ف‬

ْ ‫ضي َ ع ْ ه‬
‫عن ال بي ص‬
َ

‫نشأ في عب‬

‫ش‬

ْ‫ع‬

‫جل ع ْته ا ْم َ ا م ْصب ج‬

ْ ‫جل ك َ خ لي ف ض‬
‫ت ع ْي‬

‫م تْقي يه‬


Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah menceritakan kepada kami
Yahya dari 'Ubaidullah berkata, telah menceritakan kepada saya Khubaib bin
'Abdurrahman dari Hafsh bin 'Ashim dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dari
Nabi Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Ada tujuh (golongan orang beriman)
yang akan mendapat naungan (perlindungan) dari Allah dibawah naunganNya
Abi ‘Abdillah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim Ibn al-Mugirah bin Bardzibah alBukha>>ri al-Ja’fi, Shahih Al-Bukhari , Kitab : Adzan, Bab : Orang yang duduk di dalam masjid
menunggu pelaksanaan shalat dan keutamaan berdiam di masjid No. Hadis : 620 (Semarang,
Karya Toha Putra, tt), h. 161
12

6

(pada hari qiyamat) yang ketika tidak ada naungan kecuali naunganNya. Yaitu;
Pemimpin yang adil, seorang pemuda yang menyibukkan dirinya dengan 'ibadah
kepada Rabnya, seorang laki-laki yang hatinya terpaut dengan masjid, dua orang
laki-laki yang saling mencintai karena Allah, keduanya bertemu karena Allah dan
berpisah karena Allah, seorang laki-laki yang diajak berbuat maksiat oleh seorang
wanita kaya lagi cantik lalu dia berkata, "aku takut kepada Allah", seorang yang
bersedekah dengan menyembunyikannya hingga tangan kirinya tidak mengetahui
apa yang diinfaqkan oleh tangan kanannya, dan seorang laki-laki yang berdzikir

kepada Allah dengan mengasingkan diri sendirian hingga kedua matanya basah
karena menangis.
Ada juga hadis nabi SAW yang menjelaskan bahwa air mata yang mengalir
dari hamba yang takut kepada Allah, maka mata hamba tersebut akan terbebas
dari api neraka.
‫اس ني‬

‫يْق َبو شيْب ح ث ع ء ْال‬

‫َتس‬

‫َ ع يْه س م ي و ع ْي‬

ْ ‫عن‬
ْ
‫عث‬

‫َبي‬

‫ح ث شعيْب بْن‬

‫في ْالب‬

‫س عْت سو َ ص‬

‫َبو عيس‬
13

‫ي ح ث ب ْش بْن ع‬
ْ
‫عن ابْن عب س ق‬

ْ ‫ح ث نصْ بْن ع ي ْال‬
ْ
‫عن ع ء بْن َبي ب‬

ْ ‫ت م ْن خ ْشي َ عيْن ب‬
ْ ‫عيْن ب‬
‫تت تحْ س في سبيل َ ق‬

‫ح يث ابْن عب س ح يث حسن غ يب َ ن ْع فه إَ م ْن ح يث‬

‫ال‬

‫يْح ن‬

Telah menceritakan kepada kami Nashr bin Ali Al Jahdhami berkata, telah
menceritakan kepada kami Bisyr bin Umar berkata, telah menceritakan kepada
kami Syu'aib bin Zuraiq Abu Syaibah berkata, telah menceritakan kepada kami
Atha Al Khurasani dari Atha bin Abu Rabah dari Ibnu Abbas ia berkata; "Aku
mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda; "Dua mata yang
tidak akan disentuh oleh api neraka; mata yang menangis karena takut kepada
Allah dan mata yang bergadang untuk berjaga di jalan Allah." Abu Isa berkata,
"Dalam bab ini juga ada hadis dari Utsman dan Abu Raihanah. Hadis Ibnu Abbas
derajatnya hasan gharib, dan kami tidak mengetahui hadis ini kecuali dari hadis
Syu'aib bin Zuraiq".

13

Imam Tirmidzi, Sunan al-Tirmidzi, Kitab : Keutamaan Jihad, Bab : Keutamaan Berjaga
Fi Sabilillah no. Hadis : 1563, h. 180

7

ْ ‫بْن ع ْب ال حْ ن‬
‫عن عيس‬
‫م ْن خ ْشي َ حت‬

‫جل ب‬

ْ
‫عن مح‬

ْ
‫عن ع ْب ال حْ ن بْن ع ْب َ ْال سْعو‬

‫َ ع يْه س م َ ي ج ال‬

‫َبو عيس ُ ا ح يث حسن صحيح‬

‫ج مق‬

‫خ‬

‫سو َ ص‬

َ ‫في سبيل‬
14

‫ْ ح م ني‬

‫ق‬

‫ح ث ابْن ْال ب‬
‫ق‬

‫َ ي ْ ت ع غب‬

ُ ‫حث‬

ْ
‫عن َبي ُ ْي‬
‫ْح‬
ْ

‫بْن‬

‫يعو ال بن في ال‬

‫مح بْن ع ْب ال حْ ن ُو موْ ل َبي‬

Telah menceritakan kepada kami Hannad berkata, telah menceritakan kepada
kami Ibnul Mubarak dari 'Abdurrahman bin Abdullah Al Mas'udi dari
Muhammad bin 'Abdurrahman dari Isa bin Thalhah dari Abu Hurairah ia berkata,
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak akan masuk ke dalam
neraka seorang laki-laki yang menangis karena takut kepada Allah hingga susu
kembali ke dalam kantungnya. Dan tidak akan berkumpul menjadi satu debu di
jalan Allah dengan asap api neraka." Abu Isa berkata, "Hadis ini derajatnya hasan
shahih, dan Muhammad bin 'Abdurrahman adalah mantan budak (yang telah
dimerdekakan oleh) Abu Thalhah, yang berasal dari madinah.

Dari penjabaran di atas menurut penulis merasa penting untuk mengungkap
rahasia dibalik keluarnya air mata, dengan didukung oleh temuan dari ilmu
kedokteran dan psikologi. Hal ini akan membangunkan kita agar kita bisa lebih
mengetahui apa saja hikmah yang bisa kita ambil dari hal tersebut .
Dalam penelitian ini dipilih ilmu kesehatan dan ilmu psikologi sebagai
alat bantu dengan alasan bahwa setiap manusia pasti menginginkan dirinya sehat
dan mempunyai kehidupan yang tenang dan bahagia. Sehingga orang akan
merasakan hikmah yang terkandung dalam hadis tersebut dan dengan penelitian
ini diharapkan peneliti sendiri pada khususnya dan masyarakat muslim pada
umumnya dapat lebih mensyukuri atas segala nikmat yang telah diberikan oleh
Allah SWT. Menangis itu adalah satu tabiat dari beberapa tabiat manusia, manusia
mahluk yang bisa senang dan bisa susah, karena susah dan senang itu adalah sifat
manusia. Dan sifat kesedihan manusia bisa kelihatan dengan menangis,
14

Ibid, bab :keutamaan debu fi sabilillah, hadis no. 1557, h. 190

8

selanjutnya kesenangan manusia bisa terlihat dengan tertawa dan tersenyum. Air
mata bukanlah hanya sebagai penjelas keadaan manusia atau satu sifat manusia
saja, tetapi air mata merupakan sesuatu yang bisa melegakan seseorang yang
sedang bersedih, pendingin panasnya musibah, dan peringan galaunya hati.
Menangis juga merupakan suatu obat bagi manusia. Menyembunyikan atau
menahan tangisan di waktu yang sangat diperlukan itu merupakan penyakit yang
sangat membahayakan. Banyak sekali menahan tangisan itu bisa menimbulkan
gangguan jiwa ataupun penyakit yang menghinggap di badan.15

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.

Bagaimana penjelasan terhadap hadis-hadis tentang hikmah menangis?

2.

Bagaimana kontekstualisasi pemahaman hadis-hadis tentang hikmah
keluarnya air mata dalam perspektif ilmu kesehatan dan ilmu psikologi?

C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian
Penelitian ini bertujuan:
1. Untuk memperoleh pemahaman yang tepat terhadap hadis-hadis tentang
hikmah menangis.

15

h. 187

Musa> Sya>hi>n La>hi>n, Fathul Mun’im Syarh Sahih Muslim, (Dar al-Syuruq, 2002 juz 4),

9

2. Untuk mengetahui kontekstualisasi pemahaman hadis-hadis tentang
hikmah dan keutamaan keluarnya air mata jika dikaitkan dengan ilmu
kesehatan dan ilmu psikologi.
Adapun kegunaan penelitian ini adalah:
1. Secara teoritis akademik, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi bagi perkembangan

pemikiran wacana keagamaan dan

menambah khazanah literatur studi hadis di Indonesia.
2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan berguna untuk menambah
pengetahuan umat Islam tentang hal-hal yang telah menjadi ajaran Islam.

E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari pemahaman yang meluas serta menghindari
kesalahfahaman pembaca dalam memahami istilah yang dipakai dalam skripsi ini,
maka perlu dibuat penjelasan terhadap istilah-istilah tersebut, yaitu:
1. Menangis: Dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” disebutkan bahwa
“tangis” atau “menangis” diartikan sebagai ungkapan perasaan sedih
(kecewa, menyesal, dan lain-lain) dengan mencucurkan air mata dan
mengeluarkan suara (tersedu-sedu, menjerit-jerit, dan sebagainya).16
2. Hadis: Segala sesuatu yang berasal dari Nabi selain al-Qur’an, baik
berupa perkataan, perbuatan, maupun ketetapan yang layak untuk dalil
hukum syar’i.17

16

1139

Tim Penyusun, Kamus Besar bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka 2002, Cet.II), h.

M. Ajjaj Al Katib, Us}u>l al-H}adi>s/\ Pokok-Pokok h. 16. Lihat juga Muh. Zuhri, Hadis Nabi:
Telaah Historis & Metodologis, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2011), h. 1
17

10

3. Ma’a>nil hadi>s\: Ilmu tentang bagaimana memahami teks hadis, yang selalu
mengkaitkan dengan tiga variabel, yaitu author (Nabi SAW), reader
(pembaca teks hadis), dan audience (pendengar).18
Judul secara keseluruhan dalam penelitian ini adalah Menangis dalam
Perspektif Hadis (Telaah Ma’a>ni al-H}adi>s\), maksudnya adalah penelitian ini ingin
mengungkap hadis tentang menangis yang keluar dari mata manusia sebagaimana
di sebutkan dalam hadis nabi, dengan menggunakan pendekatan ilmu kedokteran
dan psikologi. Penelitian ini difokuskan pada penjelasan hikmah dan manfaat atas
menangis yang dalam hal ini menggunakan pendekatan ilmu kedokteran, dan
psikologi.

F. Telaah Pustaka
Sejauh penelaahan penulis, belum ada penelitian ilmiah yang secara khusus
membahas tentang rahasia di balik keluarnya air mata dari segi pemaknaan
hadisnya. Meskipun sudah terdapat beberapa penelitian yang membahas tentang
air mata secara umum, akan tetapi penelitian tersebut lebih banyak terfokus pada
kajian ilmu kedokteran saja.
Seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Ni Made Ayu Surasmiati
mahasiswa Program Studi Ilmu Biomedik Program Pascasarjana Universitas
Udayana Denpasar yang berjudul “Hba1c19 Yang Tinggi Sebagai Faktor Resiko

Abdul Mustaqim, Ilmu Ma’anil Hadis, (Yogyakarta: IDEA Press, 2008). h. 10
Singkatan dari Haemoglobin Adult 1c (hemoglobin terglikasi). Hemoglobin adalah
molekul protein pada sel darah merah yang berperan penting dalam peningkatan kinerja fisik,
sebab hemoglobin memiliki fungsi untuk mengikat oksigen dan mengantarkan oksigen yang
dibutuhkan jaringan selama beraktifitas. Lihat: Anggota IKAPI, Kamus Saku Kedokteran Dorland,
(Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1998). h. 54
18

19

11

Rendahnya

Sekresi20

Air

Mata

Pasien

Diabetes

Melitus

Pasca

Fakoemulsifikasi21” dalam buku ini penulis menjelaskan Hba1c yang tinggi itu
merupakan faktor resiko rendahnya sekresi air mata pasien diabetes melitus pasca
fakoemulsifikasi.
Skripsi yang disusun oleh Tri Agus Subekti mahasiswa Jurusan Bimbingan
Dan Konseling Islam Fakultas Dakwah Dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga
dengan judul “Menangis sebagai Metode dalam Kesehatan Mental ( Study Kasus
Pada Tiga Orang Dewasa Di Watu Lawang, Kebumen)” dalam buku ini penulis
menjelaskan tentang usaha menjaga kesehatan mental dengan menggunakan
metode menangis. Selain itu, ada juga beberapa jurnal dan artikel yang telah
membahas tentang rahasia di balik keluarnya air mata. Seperti jurnal yang
berjudul

“Menangis dalam Persperktif Al-Qur’an dan Korelasinya Dengan

Kesehatan Mata” yang ditulis oleh Nur Abdillah Siddiq. Artikel yang berjudul
“Menangis ditinjau dari Sudut Agama dan Medical” yang ditulis oleh Alfreinco
Nhordeeniz Harwin.
Melihat hal tersebut, dalam penelitian ini penulis mencoba memberikan
nuansa baru dalam pembahasan yang terkait dengan rahasia di balik keluarnya air
mata dilihat dari segi makna hadis yang terkait.

20

Sekresi adalah proses untuk membuat dan melepaskan subtansi kimiawi dalam bentuk
lendir yang dilakukan oleh sel tubuh dan kelenjar. Lihat di https://id.wikipedia.org/wiki/Sekresi
diakses 22 Juni 2015
21
Fakoemulsifikasi yaitu teknik operasi mata katarak terbaru yakni operasi katarak dengan
sinar
ultrasonic
atau
bisa
disebut
juga
dengan
laser
katarak.
Lihat
di
http://health.liputan6.com/read/2055928/fakoemulsifikasi-teknik-terbaru-operasi-katarak diakses
22 Juni 2015

12

G. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research) yang
berfokus pada kajian Ilmu Ma’anil Hadis. Untuk mempermudah arah penelitian
ini, akan dilakukan beberapa langkah metodologis sebagai berikut:
1. Sumber data
Penelitian ini bersifat library murni, jadi semua sumber data diperoleh
dari bahan-bahan tertulis yang berkaitan dengan topik yang diteliti. Adapun
sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
a)

Sumber data primer, berupa kitab-kitab kutub al-tis’ah, kitab Tahz|i>b al-

Tahz|i>b karya Ibnu h}ajar al-Asqalani, dan kitab Tahdz|i>b al-Kama>l karya
Yu>suf bin al-Zaki> ‘Abdurrahman al-Mizi>, Za>dul Ma’a>d karya ibnu alQoyyim.
b) Sumber data sekunder meliputi kitab-kitab lain yang berkaitan dengan
pembahasan ini, seperti kitab-kitab syarah h}adi>s,\ sirah an-Nabawiyah
serta beberapa buku atau materi yang menjelaskan tentang teori dan
metode memahami hadis Nabi, di antaranya adalah Ilmu Ma’a>ni al-

Hadi>s (Berbagai teori dan metode memahami hadis Nabi) karya Abdul
Mustaqim, Metode Kontemporer Memahami Hadis Nabi karya Suryadi,
The Power Of Air Mata karya Muhammad Syukron Ma’mun.
Selanjutnya, juga tulisan-tulisan dari internet berupa artikel ataupun
jurnal yang menjelaskan tentang air mata.

13

2. Metode Pengumpulan Data
Sesuai dengan jenis penelitian, maka teknik pengumpulan data yang
penulis lakukan adalah merujuk terlebih dahulu software al-Maktabah al-

Sya>milah, software Jawa>mi’ al-Kalim untuk menemukan hadis yang akan
diteliti. Di samping itu juga dikumpulkan buku-buku dan tulisan ilmiah yang
terkait dengan penelitian ini, baik yang berhubungan dengan sanad hadis
maupun matannya.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Karena keterbatasan tenaga dan kemampuan, tidak semua hadis yang ada
diteliti. Peneliti hanya mengambil satu hadis yang diriwayatkan oleh imam alBukhari. Pemilihan hadis yang diriwayatkan oleh imam al-Bukhari ini karena
riwayat beliau lebih dipandang otentik di banding riwayat yang lain.
4. Metode Pengolahan Data dan Analisis
a) Penelitian Otentisitas
Penelitian otentisitas hadis yang diteliti berdasarkan metode
yang telah ditetapkan oleh M. Syuhudi Ismail, yaitu sebagai berikut:
1. Takhri>j al-H{adi>s\ bi al-alfaz\, yaitu penelusuran atau pencarian hadis
yang bersangkutan dengan menggunakan lafaz\,\ yang dalam sumber
itu dikemukakan secara lengkap mengenai sanad dan matan hadis,
dengan menelaah software al-Maktabah al-Sya>milah dan Jawa>mi’

al-Kalim yang dilacak melalui lafaz\ yang sesuai. Setelah diperoleh
informasi mengenai hadis tersebut, selanjutnya dilacak pada kitab
hadis yang bersangkutan.

14

2. Melakukan I’tiba>r
Setelah melakukan takhri>j sebagai langkah awal penelitian
hadis, maka langkah selanjutnya adalah melakukan i’tiba>r untuk
menghimpun dan mencatat seluruh sanad hadis. I’tiba>r yaitu
menyelidiki dengan menyertakan sanad-sanad yang lain, di mana
pada bagian mata rantai sanadnya ditemukan hanya ada seorang
perawi, dan dengan menyertakan mata rantai sanad hadis yang lain
tersebut akan dapat diketahui apakah terdapat perawi yang lain
ataukah tidak. Dengan melakukan i’tiba>r tersebut, maka akan
terlihat dengan jelas mengenai seluruh jalur sanad hadis yang akan
diteliti.22
3. Analisis sanad hadis, yaitu dengan meneliti ketersambungan sanad,
kualitas rawi (kapasitas keilmuan dan integritas para periwayat),
dan ada atau tidaknya sya>z,} dan ‘illat. Untuk meneliti integritas
para periwayat, digunakan teorinya Ibnu Hajar, karena Ibnu Hajar
mempunyai kriteria yang lebih rinci dari pada ulama lain. Selain itu
juga akan digunakan teori al-jarh} wa al-ta’di>l yang banyak
digunakan oleh ulama hadis, ulama fiqh dan ulama us}u>l fiqh yaitu

al-jarh} didahulukan atas al-ta’di>l (‫التع يل‬

‫ع‬

‫م‬

‫)ال‬. Perlu

ditegaskan bahwa sanad yang akan dianalisis adalah sanad hadis
yang menjadi sampel, bukan semua jalur sanad yang ada dalam

i’tiba>r.
Muhammad Ma’shum Zein, Ulumul Hadis & Musthalah Hadis, (Jombang: Darul
Hikmah, 2008), h. 190
22

15

4. Analisis matan hadis, yaitu dengan cara membanding-bandingkan
matan hadis yang ditemukan dan melakukan analisa terhadap
matan-matan yang ditemukan. Dalam kritik matan ini, tolak ukur
yang akan digunakan adalah pendapatnya Ibn al-Jauzi. Ibn al-Jauzi
(w. 597 H/1210 M) mengatakan dengan pernyataan yang begitu
singkat “setiap hadis yang bertentangan dengan dengan akal
maupun berlawanan dengan ketentuan pokok agama, maka
ketahuilah bahwa hadis tersebut adalah hadis palsu”.23
5. Mengambil simpulan (nati>jah) terhadap hasil penelitian kualitas
hadis baik dari segi sanad maupun matannya.

b) Pemahaman Hadis
Pemahaman atas hadis itu ada dua macam yaitu pemahaman
secara tekstual dan kontekstual. pemahaman secara tekstual dilakukan
bila hadis yang bersangkutan setelah dihubungkan dengan segi-segi
yang berkaitan dengannya, misalnya latar belakang terjadinya dan
selanjutnya menurut pemahaman telah sesuai dengan apa yang tertulis
dalam teks hadis yang bersangkutan.
Pemahaman dan penerapan hadis secara kontekstual dilakukan
bila di balik teks suatu hadis, ada petunjuk yang kuat yang
mengharuskan hadis yang bersangkutan dipahami dan diterapkan tidak

23

M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian … h. 127

16

sebagaimana maknanya yang tekstual (tersurat).24Dapat disimpulkan
bahwa pemahaman hadis secara tekstual adalah pengambilan informasi
atau pesan sesuai dengan intensitas informasi yang tersurat pada teks
hadis. Sedangkan pemahaman kontekstual adalah pengambilan
informasi atau pesan yang tidak hanya cukup dengan apa yang tersurat
pada teks hadis saja, sehingga perlu dilakukan penggalian informasi dan
pesan pendukung lain dari luar teks tersebut sehingga dapat
menyempurnakan informasi atau pesan yang diharapkan oleh sang
mutakallim (Nabi SAW).
Dan dalam penelitian ini penulis menggunakan semua metode
tersebut. Adapun pemahaman hadis secara tekstual penulis aplikasikan
pada bab III dan pemahaman kontekstualnya penulis aplikasikan pada
bab IV.

c) Pendekatan Kajian
Terjadinya hadis Nabi, ada yang didahului oleh sebab-sebab
khusus, sebagian ada pula yang tidak.25 Untuk hadis-hadis yang
memiliki sebab-sebab khusus, kita bisa menggunakan aspek asba>b al-

wuru>d26 untuk memahami maknanya. Sedangkan untuk memahami
makna hadis yang tidak memiliki sebab-sebab tertentu (asba>b al-wuru>d

M Suhudi Isma’il, Hadis Nabi Yang Tekstual Dan Kontekstual, ( Jakarta, PT Bulan
Bintang, 1994) h. 23
25
Ibid, h. 5
26
Asba>b al-wuru>d adalah sebab musabab atau latar belakang terjadinya suatu hadis. Lihat:
Said Agil Husin Munawwar dan Abdul Mustaqim, Asba>bul Wuru>d (Studi Kritik Hadis Nabi
Pendekatan Sosio-historis-kontekstual), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), h. 25
24

17

secara khusus), sebagai alternatifnya kita bisa menggunakan beberapa
pendekatan, di antaranya adalah pendekatan historis, sosiologis,
antropologis, sains atau bahkan psikologis. Hal ini mengingat bahwa
hadis yang disabdakan oleh Nabi Muhammad tidak dalam ruang yang
hampa sejarah, akan tetapi pasti terkait dengan keadaan atau realita
pada waktu itu.27
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan sains
dan psikologi untuk memahami makna hadis tentang rahasia di balik
air mata. Karena penulis ingin memahami apa saja hikmah dibalik
keluarnya air mata dari pandangan kedokteran dan pandangan
psikologi yang mungkin masih banyak belum terungkap dari hal
tersebut.

H. Sistematika Pembahasan
Pembahasan dalam skripsi ini disusun dalam beberapa bab yang diperinci
sebagai berikut:
Bab pertama, pendahuluan. Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, penegasan
masalah, telaah pustaka, metode penelitian, dan sistematika pembahasan dengan
tujuan agar penelitian ini terlaksana secara terarah.
Bab kedua, berupa tinjauan umum tentang air mata. Dalam bab ini akan
dibahas mengenai anatomi fisiologi mata, anatomi dan fisiologi lapisan air mata.

27

Ibid, h. 35

18

Bab ketiga, dalam bab ini akan dijelaskan tentang Teks hadis, Takhrij
hadis-hadis tentang air mata, I’tiba>r hadis, penelitian tentang kualitas hadis
tentang air mata, kesimpulan tentang kualitas sanad hadis.
Bab keempat membahas tentang penjelasan tentang pemaknaan terhadap
hadis tentang air mata, dalam bab ini akan dibahas analisis isi (matan hadis),
kajian linguistic, ayat-ayat al-Qur’an tentang tangisan dan hadis-hadis tentang
tangisan Rasulullah, hikmah menangis, relevansi hadis tentang air mata dengan
realitas kehidupan kekinian yang dalam hal ini dihubungkan dengan tinjauan ilmu
kesehatan dan psikologi. Sehingga diperoleh hikmah dari kandungan hadis-hadis
tersebut.
Bab kelima, merupakan Penutup, yang berisi kesimpulan hasil penelitian
yang telah dijabarkan dalam bab-bab sebelumnya. Kemudian dalam bab ini juga
terdapat saran dari penulis berkenaan dengan hasil penelitian.

19