Pengaruh kegiatan pramuka terhadap motivasi belajar mata pelajaran Aqidah Akhlak di MTs Al-Fatah Kedung Pandan Jabon Sidoarjo.

(1)

SKRIPSI Oleh :

DWI RISKYANA

NIM. D71213089

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Belajar Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Di MTs Al-Fatah Kedung Pandan Jabon Sidoarjo, Skripsi, Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci: kegiatan pramuka, motivasi belajar

Penelitian ini difokuskan pada pengaruh pendidikan pramuka terhadap motivasi belajar. Adapun tujuannya untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh kegiatan pramuka dengan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak di MTs Al-Fatah Kedung Pandan Jabon Sidoarjo.

Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan pendidikan pramuka sebagai variabel X dan motivasi belajar mata pelajaran aqidah akhlak sebagai variabel Y. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dokumentasi, dan angket. Hasil dari penelitian ini adalah kegiatan pramuka terhadap motivasi belajar di MTs Al-Fatah Kedung Pandan Jabon Sidoarjo sangat baik. Hal tersebut didasarkan kepada hasil observasi, wawancara, dan angket yang mencapai prosentase 67 % dan 78,86% yang tergolong kedalam kategori sangat baik. Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dan dibuktikan dengan teknik analisis regresi linear, diperoleh hasil r-hitung > r-tabel (3,691 > 2,000) dan signifikansi 0,001 < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa

ada pengaruh kegiatan pramuka dengan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak di MTs Al-Fatah Kedung Pandan Jabon Sidoarjo


(7)

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

DAFTAR TRANSLITERASI ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5


(8)

G. Definisi Istilah atau Definisi Operasional ... 8

H. Sistematika Pembahasan ... 9

BAB II LANDASAN TEORI A. Pembahasan tentang Kegiatan Pramuka ... 12

1. Pengertian Kegiatan Pramuka ... 12

2. Tujuan dan Sasaran Kegiatan Pramuka... 16

3. Klasifikasi Kegiatan Pramuka ... 19

B. Pembahasan tentang Motivasi Belajar dalam Mata Pelajaran Aqidah Akhlak ... 23

1. Tinjauan tentang Motivasi Belajar ... 23

2. Tinjauan tentang Aqidah Akhlak ... 37

C. Pengaruh Kegiatan Pramuka terhadap Motivasi Belajar ... 46

D. Hipotesis... 48

BAB III METODE PENELITIAN ... 50

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 51

B. Variabel, Indikator, dan Instrumen Penelitian ... 55

C. Populasi dan Sampel... 59

D.Teknik Pengumpulan Data ... 60


(9)

B. Penyajian Data ... 77

1. Data tentang Pendidikan Pramuka... 80

2. Data tentang Motivasi Belajar Mata Pelajaran Aqidah Akhlak ... 82

C. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 84

1. Analisis Data tentang Pendidikan Pramuka ... 84

2. Analisis Data tentang Motivasi Belajar Mata Pelajaran Aqidah Akhlak ... 89

3. Pengujian Hipotesis ... 93

BAB V PENUTUP ... 111

A. Kesimpulan ... 111

B. Saran ... 112

DAFTAR PUSTAKA ... 115 PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

DAFTAR LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP


(10)

Tabel Halaman

4.1 Data Guru MTs Al-Fatah Kedung Pandan Jabon Sidoarjo ... 71

4.2 Data Siswa MTs Al-Fatah Kedung Pandan Jabon Sidoarjo Tahun Pelajaran 2016/2017 ... 72

4.3 Keadaan Sarana dan Prasarana MTs Al-Fatah Kedung Pandan Jabon Sidoarjo ... 73

4.4 Hasil Angket Pendidikan Pramuka ... 80

4.5 Hasil Angket Motivasi Belajar ... 82

4.6 Prosentase Pendidikan Pramuka ... 85

4.7 Prosentase Motivasi Belajar ... 89

4.8 Pengaruh Pendidikan Pramuka Terhadap Motivasi Belajar di MTs Al- Fatah Kedung Pandan Jabon Sidoarjo ... 94


(11)

Gambar Halaman 3.1 Hubungan/ Korelasi Simetris... 53


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa.1

Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam mengembangkan potensi manusia. Hal ini sesuai dengan UU No.20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dalam Bab II Pasal 3 menyatakan bahwa:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis seta bertanggung jawab”.2

Tujuan untuk mengembangkan potensi manusia dilakukan melalui proses pendidikan. Di lingkungan pendidikan, terutama pendidikan tinggi

1

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000), h.7.

2

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Th. 2003 BAB II Pasal 3 Tentang Sistem


(13)

boleh dikatakan setiap waktu „ilmu’ diucapkan dan sesuatu ilmu

diajarkan.3

Dengan demikian, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok karena dengan belajar akan dapat meninggikan derajat kita sebagai manusia. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat al-Mujadalah ayat 11:

...

تاَجَرَد َمْلِعلا اْوُ تْوأ َنْيِذَلا َو مُكْنِم اْوُ نَمأ َنْيذَلا ُها ِعَفْرَ ي

“...niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman

diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”. (QS. Al-Mujadalah: 11).

Di bidang pendidikan, dikembangkan berbagai metode mengajar yang lebih sesuai, efektif dan efisien. Selanjutnya, sebagai imbangan dari adanya pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dikembangkan pula pendidikan kepanduan atau kepramukaan sebagai sarana pengembangan serta keterampilan pada diri siswa.

Tujuan gerakan pramuka adalah mendidik dan membina siswa guna mengembangkan keamanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT., sehingga menjadi manusia yang berwatak, berkepribadian, dan berbudi luhur sehingga memiliki ciri-ciri tinggi moral, spiritual, kuat mental, sosial, intelektual, emosional serta fisiknya.4

3

The Liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Liberty, 2004), h.85. 4


(14)

Jika kita cermati serta kita sadari tujuan dan diadakannya pramuka dengan tujuan pendidikan agama Islam adalah sama atau hampir sama, yakni mendidik siswa supaya berkepribadian muslim, yaitu suatu kepribadian seluruh aspeknya dijiwai oleh ajaran Islam.

Bukankah telah kita ketahui bahwa Islam adalah agama yang sempurna, didalamnya menghendaki agar pemeluknya menjadi insan kamil serta menjadi masyarakat madani, yakni manusia yang tau dan sadar akan hak dan kewajibannya dimana dia bertempat tinggal.

Dalam praktiknya, seorang pembina pramuka dituntut untuk menyeimbangkan antara teori dan praktek, serta harus bisa mengolah sebuah materi menjadi menyenangkan, sebagaimana sebuah prinsip bermain sambil belajar akan lebih membuat siswa merasa nyaman daripada sebuah materi yang monoton.

Sudah menjadi tujuan utama dari sebuah gerakan kepramukaan adalah meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. serta menanamkan rasa cinta tanah air. Bukankah sebuah sikap seperti ini yang didambakan oleh bangsa Indonesia sekarang yakni orang yang taat terhadap agamanya serta berbakti kepada negaranya.

Sering kita jumpai orang yang kurang religius, dia kurang cinta terhadap tanah airnya, hal itu terbukti dari banyaknya terorisme yang berkedok agama. Mereka lupa bahwa cinta tanah air adalah sebagian dari


(15)

iman, mereka juga lupa dalil yang mengatakan, taatilah Allah, taatilah Rosul dan pemimpin diantara kamu sekalian.

Bertolak dari pemikiran tentang besarnya pengaruh pendidikan pramuka terhadap keberhasilan siswa dalam pendidikan agama Islam, maka dipandang perlu dilakukan sebuah penelitian untuk mengkaji masalah tersebut secara ilmiah sehingga keberadaannya berguna ataukah hanya membuang waktu dan biaya saja.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik memilih judul: “PENGARUH KEGIATAN PRAMUKA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK DI MTS AL – FATAH KEDUNG PANDAN JABON SIDOARJO”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kegiatan pramuka di MTs Al-Fatah Kedung Pandan Jabon Sidoarjo?

2. Bagaimanakah motivasi belajar mata pelajaran aqidah akhlak di MTs Al-Fatah Kedung Pandan Jabon Sidoarjo?

3. Bagaimanakah pengaruh kegiatan pramuka terhadap motivasi belajar mata pelajaran aqidah akhlak di MTs Al-Fatah Kedung Pandan Jabon Sidoarjo?


(16)

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah diatas, maka peneliti mempunyai beberapa tujuan dari penelitian antara lain adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kegiatan pramuka di MTs Al-Fatah Kedung Pandan Jabon Sidoarjo.

2. Untuk mengetahui motivasi belajar mata pelajaran aqidah akhlak di MTs Al-Fatah Kedung Pandan Jabon Sidoarjo.

3. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kegiatan pramuka terhadap motivasi belajar mata pelajaran aqidah akhlak di MTs Al-Fatah Kedung Pandan Jabon Sidoarjo?

D. Manfaat Penelitian

Adapun penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

a) Penelitian ini berguna untuk memenuhi salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

b) Hasil penelitian ini dapat memberikan konstribusi pengetahuan tentang pengaruh pendidikan pramuka terhadap nilai aqidah akhlak di MTs Al-Fatah khususnya dan masyarakat pada umumnya.


(17)

c) Untuk menjadi masukan dan bahan rujukan dalam memotivasi peserta didik melalui pendidikan kepramukaan.

2. Secara Praktis

Menambah pengetahuan yang lebih matang dalam bidang pengajaran dan menambah wawasan dalam bidang penelitian, sehingga dapat dijadikan sebagai latihan dan pengembangan kepramukaan yang baik dalam membentuk akhlak peserta didik, juga sebagai konstribusi nyata bagi dunia pendidikan.

E. Kegunaan Penelitian

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memiliki kegunaan, antara lain:

1. Bagi Peneliti

Bagi penulis yang mengadakan penelitian sejenis ini dapat digunakan untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang pendidikan agama Islam melalui pendidikan kepanduan atau kepramukaan.

2. Bagi Siswa

Agar siswa mendapat keseimbangan antara teori dan praktik berdisiplin dan berwatak patriot yang religius yang cinta pada tanah airnya.


(18)

3. Bagi Guru

Sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui kebiasaan berdisiplin seorang guru agar bisa memberi contoh kepada anak didiknya.

4. Bagi Lembaga

Sebagai tolak ukur untuk mengetahui sejauh mana perkembangan dan prestasi peserta didik setelah diterapkannya pendidikan kepramukaan dalam sekolah tersebut.

F. Ruang Lingkup dan Batasan Masalah

Untuk memperoleh data yang relevan dan memberikan arah pembahasan pada tujuan yang telah dirumuskan, maka ruang lingkup penelitian akan diarahkan pada:

1. Pembahasan tentang Kegiatan Pramuka a. Pengertian kegiatan pramuka

b. Tujuan dan sasaran kegiatan pramuka c. Klasifikasi kegiatan pramuka

2. Pembahasan tentang Motivasi Belajar dalam Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Siswa

a. Tinjauan tentang motivasi belajar b. Tinjauan tentang aqidah akhlak c. Ruang lingkup materi aqidah akhlak


(19)

3. Pengaruh kegiatan kepramukaan terhadap motivasi belajar siswa

G. Definisi Istilah atau Definisi Operasional

Definisi operasional ini dimaksudkan untuk memperjelas dan mempertegas kata-kata atau istilah kunci yang diberikan dengan judul penelitian “PENGARUH KEGIATAN PRAMUKA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK

DI MTS AL – FATAH KEDUNG PANDAN JABON SIDOARJO”.

1. Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan.5 Jadi, yang dimaksud pengaruh adalah sesuatu yang terjadi sebagai akibat dari adanya dua hal yang saling berkaitan.

2. Satuan Karya Pramuka, disingkat SAKA, adalah satuan yang terdiri dari Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega, yang dibentuk dan dipimpin oleh Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega untuk dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang nyata sesuai dengan aspirasi pemuda Indonesia, demikian rupa sehingga menghasilkan tambahan pengetahuan, pengalaman, keterampilan dan kecakapan, yang dapat

5

Anton M. Moeliono, Dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Pembinaan dan


(20)

memberi kehidupan dan penghidupan kepada mereka untuk memberikan baktinya kepada masyarakat dan negara.6

3. Akidah akhlak adalah suatu disiplin ilmu agama Islam yang didalamnya diajarkan tentang keimanan dan akhlak, sehingga menjadi kebiasaan dan perbuatan itu dilakukan dengan kesadaran jiwa, bukan dengan paksaan atau tanpa kesenjangan.

H. Sistematika Pembahasan

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang tata urutan penelitian ini, maka peneliti mencantumkan sistematika laporan penulisan sebagai berikut:

Bab pertama berisikan pendahuluan, bab ini berisi tentang latar belakang masalah yang menguraikan tentang fenomena problematika pendidikan pramuka terhadap motivasi belajar dalam mata pelajaran aqidah akhlak. Selain itu, dalam bab pertama juga dipaparkan mengenai rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, ruang lingkup dan keterbatasan penelitian, definisi istilah atau definisi operasional, dan sistematika pembahasan.

Bab kedua berisikan landasan teori, bab ini merupakan uraian tentang kajian dari berbagai literatur dan beberapa teori dari para ahli yang

6

Gerakan Pramuka Petunjuk Penyelenggaraan Satuan Karya, (Jakarta: Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, 1977), h. 7.


(21)

relevan dengan judul penelitian. Landasan teori berfungsi sebagai gambaran umum latar belakang penelitian dan sebagai landasan pembahasan hasil penelitian. Selain itu, bab ini juga menjelaskan tinjauan tentang pendidikan pramuka yang melputi: pengertian kegiatan pramuka, tujuan dan sasaran pendidikan pramuka, klasifikasi kegiatan pramuka. Pembahasan tentang motivasi belajar aqidah akhlak yang meliputi: tinjauan tentang motivasi belajar, tinjauan tentang aqidah akhlak, dan ruang lingkup materi aqidah akhlak.

Bab ketiga berisikan metode penelitian, bab ini berisi tentang jenis dan rancangan penelitian, variabel, indikator, dan instrumen penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

Bab keempat berisikan hasil penelitian, bab ini membahas tentang jawaban sistematis rumusan masalah dari hasil temuan penelitian yang mencakup gambaran umum objek penelitian yang meliputi sejarah berdirinya, profil sekolah, letak geografis, struktur organisasi, keadaan guru, keadaan siswa, serta sarana dan prasana MTs Al-Fatah Kedung Pandan Jabon Sidoarjo. Selain itu, juga berisi tentang penyajian data, meliputi data tentang kegiatan pramuka dan motivasi belajar aqidah akhlak di MTs Al-Fatah Kedung Pandan Jabon Sidoarjo, serta analisis data dan pengujian hipotesis.

Bab kelima berisikan penutup, bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan masalah-masalah aktual dari temuan


(22)

penelitian yang dikemukakan pada bab terdahulu. Masalah-masalah tersebut dapat dijadikan bahan wacana, renungan atau bahan kajian penelitian selanjutnya. kemudian dilanjutkan dengan daftar pustaka, dan lampiran-lampiran.


(23)

BAB II

LANDASAN TEORI

Penelitian ini membahas masalah kegiatan pramuka dan motivasi belajar mata pelajaran aqidah akhlak di MTs Al-Fatah Kedung Pandan Jabon Sidoarjo serta pengaruhnya. Untuk itu, agar kita mendapatkan landasan yang kuat perlu digali teori dari para pakar terkait masalah tersebut. Berikut akan dijelaskan landasan teori dari pakar terkait masalah kegiatan pramuka dan motivasi belajar.

A. Pembahasan Tentang Kegiatan Pramuka

1. Pengertian Kegiatan Pramuka

Kegiatan adalah lingkungan atau keadaan yang umum yang memberikan kesempatan dan dukungan bagi perkembangan potensi-potensi peserta didik.

Kata "Pramuka" merupakan singkatan dari Praja Muda Karana, yang memiliki arti Jiwa Muda yang Suka Berkarya. Kepramukaan adalah sistem pendidikan kepanduan yang disesuaikan dengan keadaan, kepentingan, dan perkembangan masyarakat, dan bangsa Indonesia.7

7

https://id.wikipedia.org/wiki/Gerakan_Pramuka_Indonesia diakses pada tanggal 04 Februari 2017


(24)

Kepramukaan pada hakekatnya adalah suatu proses pendidikan yang menyenangkan bagi anak muda, dibawah tanggung jawab anggota dewasa yang dilaksanakan di luar lingkungan pendidikan sekolah dan keluarga, dengan tujuan, prinsip dasar dan metode pendidikan tertentu.

Gerakan pramuka adalah suatu gerakan pendidikan untuk kaum muda, yang bersifat sukarela, nonpolitik, terbuka untuk semua, tanpa membedakan asal-usul, ras, suku dan agama, yang menyelenggarakan kepramukaan melalui suatu sistem nilai yang didasarkan pada Satya dan Darma Pramuka.

Satuan Karya Pramuka, disingkat SAKA, adalah satuan yang terdiri dari Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega, yang dibentuk dan dipimpin oleh Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega untuk dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang nyata sesuai dengan aspirasi pemuda Indonesia, demikian rupa sehingga menghasilkan tambahan pengetahuan, pengalaman, keterampilan dan kecakapan, yang dapat memberi kehidupan dan penghidupan kepada mereka untuk memberikan baktinya kepada masyarakat dan negara.8

Meurut anggaran dasar gerakan pramuka pasal 5, pramuka singkatan dari Praja Muda Karana, maksudnya adalah suatu perkumpulan yang mendidik anak dan generasi muda Indonesia dengan prinsip-prinsip

8

Gerakan Pramuka, Petunjuk Penyelenggaraan Satuan Karya, (Jakarta: Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, 1977), h.7.


(25)

dasar metodik pendidikan kepramukaan yang pelaksanaannya diserasikan dengan keadaan, kepentingan dan perkembangan bangsa Indonesia supaya: a. Menjadi manusia yang berkepribadian dan berwatak luhur, tinggi mental-moral budi pekerti dan kuat keyakinan beragamanya, tinggi kecerdasan dan keterampilannya, serta kuat dan sehat fisiknya.

b. Menjadi warga negara yang ber-Pancasila setia dan patuh pada Negara Kesatuan Republik Indonesia sehingga menjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna, yang sanggup dan mampu menyelenggarakan bangsa dan Negara.

Pramuka sendiri pada umumnya adalah merupakan gerakan yang sifatnya internasional, yang mampu diterapkan diberbagai manca Negara, diluar Negara. Pramuka dikenal dengan istilah kepanduan.

Pendidikan kepramukaan adalah proses pembentukan kepribadian, kecakapan hidup, dan akhlak mulia pramuka melalui penghayatan dan pengamalan nilai-nilai kepramukaan.

Kegiatan pramuka memiliki dua nilai, yakni nilai formal atau nilai pendidiknya atau pembentukan karakter serta nilai materil atau nilai kegunaan praktisnya. Sementra itu nilai keprmukaan bagi peserta didik adalah permainan atau games yang menarik, meyenangkan dan menantang. Selain itu, bagi pembina pramuka atau anggota dewasa pramuka bernilai pengabdian atau karya bakti. Dan bagi masyarakat,


(26)

negara dan bangsa pramuka bernilai sebagai alat pembinaan dan pengembangan generasi muda.9

Sistem pendidikan keluarga yang dilakukan di alam terbuka dalam bentuk kegiatan yang menarik, menantang, menyenangkan, sehat, teratur, dan terarah, dengan menerapkan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan, agar terbentuk kepribadian dan watak yang berakhlak mulia, mandiri, peduli, cinta tanah air, serta memiliki kecakapan hidup.

Gerakan pramuka merupakan pelengkap pendidikan sekolah dan pendidikan dalam keluarga. Kepramukaan mengisi kebutuhan peserta didik yang tidak terpenuhi oleh kedua lingkungan pendidikan. Kepramukaan mengembangkan pengetahuan, minat serta bakat yang dimiliki peserta didik. Kepramukaan sebagai peroses pendidikan sepanjang hayat, menggunakan tata cara rekreatif dan edukatif dalam mencapai sasaran dan tujuan. Kegiatan harus dirasakan oleh peserta didik sebagai suatu yang menyenangkan, menarik, menantang dan tidak menjemukan, sehingga peserta didik akan berkembang kemantapan mental, fisik, pengetahuan keterampilan, pengalaman, rasa sosial, spiritual dan emosional.10

9

Soedarsono Mertoprawiro, Pembinaan Gerakan Pramuka dalam Membangun Watak dan

Bangsa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1992), h. 5.

10 Ibid.


(27)

Jadi pendidikan pramuka adalah lingkungan atau kesehatan umum yang memberikan kesempatan peserta didiknya untuk mengembangkan potensi serta keterampilannya agar menjadi masyarakat yang religious dan juga menjadi masyarakat madani, yang cinta pada tanah airnya serta patuh pada pemerintahnya,

Dengan demikian, dari pengertian tekstual yang ada pendidikan pramuka sangat cocok diterapkan disemua lapisan pendidikan, karena pendidikan berguna bagi bangsa dan negaranya, yakni masyarakat yang religious namun tidak radikal yang mengancam kehidupan bangsa dan bernegara, serta masyarakat yang penuh keterampilan dengan bermacam-macam potensi akan tetapi masih bisa memegang norma-norma yang diyakininya.

2. Tujuan dan Sasaran Kegiatan Pramuka

Tujuan dibentuknya SAKA bagi para Pramuka Penegak dan para Pramuka Pendega adalah untuk memberikan suatu wadah pendidikan bagi para Pramuka Penegak dan para Pramuka Pendega dimana mereka dapat membina dan mengembangkan kegiatan yang nyata dan produktif serta berguna baginya, masyarakatnya dan pembangunan.11

11


(28)

Gerakan Pramuka bertujuan untuk membentuk setiap pramuka agar menjadi :

a. Manusia yang memiliki :

1) Kepribadian yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin, dan menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa.

2) Kecakapan hidup sebagai kader bangsa dalam menjaga dan membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia.

3) Jasmani yang sehat dan kuat; dan 4) Kepedulian terhadap lingkungan hidup.

b. Warga negara Republik Indonesia yang berjiwa Pancasila, setia dan patuh kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta menjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna, yang dapat membangun dirinya sendiri secara mandiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa dan negara.

Anggaran dasar Gerakan Pramuka pasal 4 tentang tujuan menetapkan bahwa : Tujuan Gerakan Pramuka adalah mendidik anak Indonesia dan pemuda Indonesia dengan prinsip-prinsip dasar metodik pendidikan kepramukaan yang didalam bermaterikan ketangkasan, keterampilan, dan keagamaan yang didalam pelaksanaannya diserasikan dengan keadaan, kepentingan dan perkembangan bangsa Indonesia.


(29)

Mengacu Permendikbud RI Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum 2013, lampiran III dijelaskan bahwa tujuan kegiatan ekstrakurikuler Pramuka pada satuan pendidikan adalah untuk: 1) Meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor peserta

didik.

2) Mengembangkan bakat dan minat peserta didik dalam upaya pembinaan pribadi menuju pembinaan manusia seutuhnya.12

Adapun sasaran dari Gerakan Pramuka adalah anak-anak dan pemuda Indonesia menjadi masyarakat madani dan berketuhanan. Untuk mencapai sasaran tersebut Gerakan Pramuka menggunakan metodik system among dan prinsip dasar Gerakan Pramuka tersebut yang dimaksudkan untuk:

a. Memlihara norma-norma b. Mengembangkan karya kreasi

c. Memeberikan kebebasan kepada peserta didik untuk memimpin dan dipimpin, mengelola kegiatan, bertanggung jawab, disiplin, mengatur dirinya sendiri, kerjasama dan lain-lain.

Sasaran dibentuknya SAKA bagi para Pramuka Penegak dan Pramuka Pendega adalah agar setelah mengakami pendidikan dalam SAKA, mereka:

12

http://www.salamedukasi.com/2014/07/sejarah-pengertian-dan-dasar-gerakan.html diakses pada tanggal 04 Februaru 2017.


(30)

a. Memiliki tambahan pengetahuan, pengalaman, keterampilan dan kecakapan yang dapat memberi kehidupan bagi pengabdiannya kepada masyarakat dan Negara.

b. Meningkst kemampuan mental dan fisiknya.

c. Memiliki rasa bertanggung jawab kepada dirinya, masyarakat, ngaranya dan Tuhannya.

d. Memiliki sifat dan cara berpikir yang lebih matang dalam menghadapi segala tantangan dalam hidupnya.

e. Dapat melaksanakan kepemimpinan yang bertanggung jawab, efisien, dan efektif.

f. Bersedia menyelenggarakan proyek-proyek kegiatan yang positif efektif dan efisien, sesuai dengan minat dan bakatnya, sehingga memberikan kebahagiaan kepada orang lain.

g. Menjalankan secara nyata TRI SATYA dan DASA DARMA.13

3. Klasifikasi Kegiatan Pramuka

Klasifikasi pendidikan pramuka digolongkan sesuai usia para anggotanya, yaitu:14

13

Ibid., h.7-8. 14

Soedarsono Mertoprawiro, Pembinaan Gerakan Pramuka dalam Membangun Watak


(31)

a. Pramuka Siaga atau yang disebut juga perindukan siaga.

Usia para anggota perindukan siaga adalah usia 7-10 tahun. Kode kehorman perindukan siaga adalah dwi satya berbunyi:

Demi kehormatanku aku berjanji dan bersungguh-sungguh: 1) Menjalankan kewajibanku terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan

Negara Kesatuan Negara Indonesia. 2) Setiap hari berbuat kebaikan.

Dan juga dwi dharma yang berbunyi: 1) Siaga itu menurut ayah dan ibunda

2) Siaga itu berani dan tidah mudah putus asa

b. Pramuka Penggalang atau yang di sebut juga pasukan penggalang Pasukan penggalang berusia 11-15 tahun. Kode kehormatan pasukan penggalang adalah tri satya yang berbunyi:

Demi kehormatanku aku berjanji an bersungguh-sungguh: 1) Menjalankan kewajibanku terhadap Tuhan Yang Maha Esa,

Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Pancasila

2) Menolong Sesama Hidup dan Mempersiapkan diri membangun masyarakat

3) Menepati dasa dharma

Dan juga kode kehormatan dasa dharma yang berbunyi: 1) Takwa kepada Tuhan yang maha Esa


(32)

3) Patriot yang sopan dan kesatria 4) Patuh dan suka bermusyawarah 5) Rela menolong dan tabah 6) Rajin, gterampil, dan gembira 7) Hemat, cermat, dan bersahaja 8) Disiplin, berani dan setia

9) Bertanggung jawab dan dapat dipercaya 10) Suci dalam pikiran, perkataan dan perbuatan.15

c. Pramuka Penegak atau yang disebut juga ambalan penegak

Pramuka penegak atau yang disebut juga ambalan penegak, para anggotanya berusia 16-20 tahun. Makna romantime penegak adalah perjuangan menegakkan Indonesia merdeka yang diproklamirkan pada tanggal 17agustus 1945, sedangkan kode kehormatan ambalan penegak adalah dasa dharma dan tri satya.

Terdapat tiga jenjang dalam penegak, yaitu:

1) Tamu penegak : yaitu pramuka penggalang yang memasuki ambalan penegak atau pemuda yang belum pernah mengikuti pramuka antara usia 16-20 tahun, lamanya menjadi tamu penegak adalah 3 bulan.

2) Calon penegak : bagi anggota pramuka yang telah menjalani menjadi tamu penegak, yang jadi calon penegak adalah dia

15


(33)

yang mau dengan sukarela dan sanggup menaati peraturan dan adat ambalan.

3) Penegak : yaitu calon penegak yang telah mengisi dan lulus syarat kecakapan umum (SKU) untuk menjadi penegak.16

d. Pramuka Pendega atau yang disebut juga racana pandega

Racana pandega para anggotanya adala berusia antara 20-25 tahun. Adapun kode kehormatan pramuka pandega adalah sama dengan pramuka penegak, yaitu tri satya dan dasa dharma seperti yang terurai diatas.

Selain diklasifikasikan dengan usia, pendidikan pramuka juga diklasifikasikan dengan satuan karya, yaitu:17

a. Satuan Karya Bhayangkara

Yaitu satuan karya yang bekerja sama dengan kepolisian b. Satuan Karya Dirgantara

Yaitu satuan karya yang bekerja sama dengan TNI Angkatan Udara

c. Satuan Karya Bahari

Yaitu satuan karya yang bekerja sama dengan TNI Angkatan Laut

16

Gerakan Pramuka, Materi Praktis Pramuka, (SMP N 1 Bangil : Armada Patimura, 2017), h. 14-15.

17


(34)

d. Satuan Karya Taruna Bumi

Yaitu satuan karya yang bekerja sama dengan TNI Angkatan Darat

e. Satuan karya wira kartika

Yaitu satuan karya yang bekerja sama dengan dinas kehutanan dan lingkungan hidup

f. Satuan Karya Kencana

Yaitu satuan karya yang bekerja sama dengan Badan Ketahanan Keluarga Berencana Nasional

g. Satuan Karya Bhakti Husada

Yaitu satuan karya yang bekerja sama dengan dinas kesehatan

B. Pembahasan Tentang Motivai Belajar Dalam Mata Pelajaran Aqidah Akhlaq

1. Tinjauan Tentang Motivasi Belajar

a. Pengertian tentang Motivasi Belajar

Menurut Mc. Donald Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dengan pengertian ini, dapat dikatakan bahwa motivasi adalah sesuatu yang


(35)

kompleks.18 Motivasi dapat juga diartikan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelak perasaan tidak suka itu.19

Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu.

Hal ini didasarkan pada keterangan dalam al-Qur’an surat Yunus ayat 108 yang berbunyi:

ٓ

آهيٓأ

ٱ

ٓ اال

آ

مكٓء

ٱ

م ٓ

ٓمٓف

ٱ

ٓ ٓ

ٓي آم ٓف

ٓل ٓ

ٓ ٓ ٓي آم ٓف ٓ ٓ ٓ

آ

آ ٓ

آ ٓأ

ٓ ٓ

كٓ مك

٨

Katakanlah: "Hai manusia, sesungguhnya teIah datang kepadamu kebenaran (Al Quran) dari Tuhanmu, sebab itu barangsiapa yang mendapat petunjuk maka sesungguhnya (petunjuk itu) untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang sesat, maka sesungguhnya kesesatannya itu mencelakakan dirinya sendiri. Dan aku bukanlah seorang penjaga terhadap dirimu" (Q.S Yunus 108)

Jadi motivasi secara harafiah yaitu sebagai dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar, untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Sedangkan secara

18

Sadirman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), cet. Ke-20, h.73.

19


(36)

psikologi, berarti usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya, atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya.

Sedangkan belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dan lingkungannya.20

Belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia, dengan belajar manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup manusia tidak lain adalah hasil dari belajar, karena seseorang hidup dan bekerja menurut apa yang telah dipelajari. Belajar itu bukan hanya sekedar pengalaman, belajar adalah suatu proses, bukan suatu hasil. Oleh karena itu, belajar berlangsung aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai hasil.

Belajar adalah suatu proses perubahan kegiatan, reaksi terhadap lingkungan, perubahan tersebut tidak dapat disebut belajar apabila disebabkan oleh pertumbuhan atau keadaan sementara

20

Slameto, Belajar dan faktor - faktor yang mempengaruhinya. (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1995), edisi revisi. h. 2.


(37)

seseorang seperti kelelahan atau disebabkan obat-obatan. Perubahan kegiatan yang dimaksud mencakup pengetahuan, kecakapan, tingkah laku. Perubahan itu diperoleh melalui latihan (pengalaman) bukan perubahan yang dengan sendirinya karena pertumbuhan kematangan atau karena keadaan sementara seperti mabuk.21

Sedangkan menurut Moh. Surya belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Kesimpulan yang bisa diambil dari kedua pengertian di atas, bahwa pada prinsipnya, belajar adalah perubahan dari diri seseorang.

Belajar dapat didefinisikan menjadi suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan didalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasan, ilmu pengetahuan, keterampilan, cara berpikir dan lain sebagainya.

Dari uraian yang tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar siswa (dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu) yang

21

I.L. Pasaribu dan B. Simandjuntak, Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Tarsito, 1983), h. 59.


(38)

menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.

Motivasi belajar juga bisa diartikan sebagai sesuatu yang mendorong siswa untuk berperilaku yang berlangsung menyebabkan munculnya perilaku baik pada saat belajar maupun setelah ia belajar. Siswa akan melakukan suatu proses belajar betapapun beratnya jika ia mempunyai motivasi belajar yang tinggi. Motivasi memegang peranan penting dan cukup besar terhadap pencapaian hasil dari sebuah proses belajar pada diri seseorang, tanpa motivasi belajar maka seseorang tidak mempunyai daya dorong dari dalam dirinya untuk belajar, ataupun bahkan tidak belajar. Oleh karena itu bagi seorang siswa motivasi belajar pada umumnya timbul karena adanya rangsangan baik yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri maupun dari luar diri siswa itu sendiri.

b. Macam – Macam Motivasi

Motivasi tumbuh dan berkembang dalam diri seseorang, secara umum dengan jalan sebagai berikut:

1) Datang dalam diri individu itu sendiri (Motivasi Belajar Instrinsik). Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dan dorongan dari orang lain,


(39)

tetapi atas kemauan sendiri, misalnya siswa belajar karena ingin mengetahui seluk beluk suatu masalah selengkap-lengkapnya, ingin menjadi orang yang terdidik, semua keinginan itu berpangkal pada penghayatan kebutuhan dari siswa berdaya upaya, melalui kegiatan belajar untuk memenuhi kebutuhan itu. Namun, sekarang kebutuhan ini hanya dapat dipenuhi dengan belajar giat, tidak ada cara lain untuk menjadi orang terdidik atau ahli, lain belajar. Biasanya kegiatan belajar disertai dengan minat dan perasaan senang. W. S. Winke۠ ۡenُatakan baِwa: “Motivasi intrinsik adalah bentuk motivasi yang berasal dari dalam diri subyek yanُ be۠ajar”. Namun, terbentuknya motivasi intrinsik biasanya orang lain juga memegang peran, misalnya orang tua atau guru menyadarkan anak akan kaitan antara belajar dan menjadi orang yang berpengetahuan. Biarpun kesadaran itu pada suatu ketika mulai timbul dari dalam diri sendiri, pengaruh dari pendidik telah ikut menanamkan kesadaran itu. Kekhususan dari motivasi ekstrinsik ialah kenyataan, bahwa satu-satunya cara untuk mencapai tujuan yang ditetapkan ialah belajar. 2) Datang dari lingkungan (Motivasi Belajar Ekstrinsik).

Jenis motivasi ini timbul akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau belajar. Winkel ۡenُatakan “Motivasi ekstrinsik, aktivitas belajar dimulai dan


(40)

diteruskan berdasarkan kebutuhan dan dorongan yang tidak secara ۡut۠ak berkaitan denُan aktivitas be۠ajar sendiri”.

Perlu ditekankan bahwa dorongan atau daya penggerak ialah belajar, bersumber pada penghayatan atau suatu kebutuhan, tetapi kebutuhan itu sebenarnya dapat dipengaruhi dengan kegiatan lain, tidak harus melalui kegiatan belajar. Motivasi belajar selalu berpangkal pada suatu kebutuhan yang dihayati oleh orangnya sendiri, walaupun orang lain memegang peran dalam menimbulkan motivasi itu, yang khas dalam motivasi ekstrisik bukanlah ada atau tidak adanya pengaruh dari luar, melainkan apakah kebutuhan yang ingin dipenuhi pada dasarnya hanya dapat dipenuhi dengan cara lain. Berdasarkan uraian diatas maka motivasi belajar esktrinsik dapat digolongkan antara lain:

a) Belajar demi memenuhi kewajiban. b) Belajar demi menghindari hukuman.

c) Belajar demi memperoleh hadiah materi yang dijanjikan. d) Belajar demi meningkatkan gengsi sosial.

e) Belajar demi memperoleh pujian dari orang yang penting (guru dan orang tua).

f) Belajar demi tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau demi memenuhi persyaratan kenaikan jenjang/golongan administrasi.


(41)

c. Bentuk-bentuk Motivasi di Sekolah

Ada beberap bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah, antara lain:22

1) Memberi angka

Banyak siswa belajar yang utmama justru untuk mencapai nilai atau angka yang baik, sehingga siswa biasanya yang dikejar adalah nilai ulangan atau nilai-nilai pada raport angkanya baik baik. Angka-ankga yang baik itu bagi para siswa merupakan motivasi yang sangat kuat, tetapi ada juga banyak siswa yang bekerja atau belajar hanya ingin mengejar pokoknya naik kelas saja.

2) Hadiah

Hadiah akan dapat menumbuhkan gairah siswa untuk belajar, hal ini dapat juga dikaitkan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk suatu pekerjaan tersebut.

3) Kompetisi

Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan belajar siswa.

22


(42)

4) Ego/ Involvement

Sebagai salah satu motivasi yang cukup penting. Seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya. Penyelesaian tugas dengan baik adalah simbol kebanggan dan harga diri, begitu juga untuk siswa si subyek belajar.

5) Memberi ulangan

Memberi ulangan juga merupakan sarana motivasi yang harus diingat oleh para guru, adalah jangan terlalu sering (misalnya setiap hari) karena bisa membosankan dan bersifat rutinitis. Dalam hal ini guru juga harus membuka maksudnya, kalau akan ulangan harus diberitahukan kepada muridnya.

6) Mengetahui hasil

Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apabila kalau terjadi kemajuan akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka ada motivasi pada diri siswa untuk terus belajar.

7) Pujian

Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik. Oleh karena itu, supaya pujian ini merupakan motivasi, pemberiannya harus tepat. Dengan pujian


(43)

yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar.

8) Hukuman

Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak menjadi alat motivasi.

9) Hasrat untuk belajar

Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Hal ini akan lebih baik, bila dibandingkan segala sesuatu kegiatan tanpa maksud.

10) Minat

Motivasi muncul karena adanya minat sehingga tepatlah kalau minat merupakan alat motivasi yang pokok. Proses itu akan belajar lancar kalau disertai dengan minat :

a) Membankitkan adanya suatu kebutuhan

b) Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau c) Memberi kesempatan untuk hasil yang baik

d) Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar 11) Tujuan yang diakui

Tujuan yang diakui dan diterima dengan baik oleh siswa akan merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna dan menguntungkan maka akan timbul gairah akan belajar.


(44)

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Dalam proses belajar mengajar, ternyata banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi siswa, ada faktor-faktor internal dan ada pula faktor eksternal, berikut penjelasannya:

1) Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi Faktor-faktor fisiologis dan Faktor-faktor psikologis. a) Faktor Fisiologis

Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam. Pertama, keadaan jasmani. Keadaan jasmani pada umumnya sangat mempengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat mempengaruhi hasil belajar, terutama panca indera. Panca indera yang berfungsi


(45)

dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula.

b) Faktor Psikologis

Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap dan bakat.

(1) Kecerdasan siswa : Tingkat kecerdasan siswa sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini berarti, semakin tinggi kemampuan intelijensi siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses, sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelijensi siswa maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh kesuksesan. Setiap calon guru dan guru profesional sepantasnya menyadari bahwa keluarbiasaan intelijensi siswa , baik yang positif seperti superior maupun yang negatif seperti borderline, lajimnya menimbulkan kesuksesan belajar siswa yang bersangkutan. Disatu sisi siswa yang sangat cerdas akan merasa tidak mendapat perhatian yang memadai dari sekolah karena pelajaran yang disajikan terlampau mudah baginya. Akibatny dia enjadi bosan dan frustasi karena tuntutan kebutuhan keinginanya merasa dibendung secara tidak adil. Disisi lain,


(46)

siswa yang bodoh akan merasa payah mengikuti sajian pelajaran karena terlalu sukar baginya. Karenanya siswa itu sangat tertekan, dan akhirnya merasa bosan dan frustasi seperti yang dialami rekannya yang luar biasa positif.23

(2) Motivasi : Motivasi adalah kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dalal diri seseorang yang mendorong untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suat tujuan (kebutuhan).24 Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri individu tetapi memberikan pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib, teladan guru, orangtua, danlain sebagainya. Kurangnya respons dari lingkungan secara positif akan mempengaruhi semangat belajar seseorang menjadi lemah.

(3) Minat : Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai rasa senang. Jadi berbeda dengan perhatian, karena perhatian sifatnya sementara dan belum tentu diikuti dengan

23

Muhibbin Syah, Psikologi belajar, (Jakarta: PT. Raja Grafinda Persada, 2003), h.147-148.

24


(47)

rasa senang, sedangkan minat selalu diikuti dengan rasa senang dan dari situlah diperoleh kepuasan.25

(4) Sikap : Dalam proses belajar, sikap individu dapat mempengaruhi keberhasilan proses belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang mendimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dangan cara yang relatif tetap terhadap obyek, orang, peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun negative.26

(5) Bakat : Faktor psikologis lain yang mempengaruhi proses belajar adalah bakat. Bakat atau aptitude merupakan kecakapan potensial yang bersifat khusus, yaitu khusus dalam suatu bidang atau kemampuan tertentu.27

2) Faktor Eksternal

Selain karakteristik siswa atau faktor endogen, faktor-faktor eksternal juga dapat memengaruhi proses belajar siswa, yang meliputi:

a) Faktor sosial, yang terdiri dari lingkungn keluarga (adanya ayah, ibu, kaka, adik, dan anggota keluarga lainnya), lingkungan sekolah (adanya teman sekolah, guru, teman

25

Slameto, Belajar dan Faktor - faktor yang Mempengaruhinya, ibid, h.57. 26

Muhibbin Syah, Psikologi belajar, ibid, h.151. 27

Nana Syaodih.S, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), h.101.


(48)

sekelas, teman satu sekolah, dan para pegawai sekolah, dan lingkungan masyarakat (adanya tetangga, teman bermain dirumah dan lain sebagainya).

b) Faktor budaya, yakni adanya teman yang berbeda kebudayaan.

c) Faktor lingkungan fisik, yakni adanya gedung-gedung bertingkat di kota besar serta adanya persawahan di pedesaan. Mengingat begitu pentingnya motivasi bagi siswa dalam belajar, maka guru diharapkan dapat membangkitkan motivasi belajar siswa-siswinya. Dalam usaha ini banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru, untuk menciptakan kondisi-kondisi tertentu yang dapat membangkitkan motivasi serta membangkitkan gairah siswa dalam belajar.

2. Tinjauan Tentang Aqidah Akhlak

a. Pengertian Aqidah Akhlak

Secara etimologis (lughatan), aqidah berakar dari kata aqada ya‟qidu -„aqdan-aqidatan. Aqdan berarti simpul, ikatan, perjanjian, dan kokoh. Setelah terbentuk menjadi aqidah berarti keyakinan. Relevansi antara arti kata „aqdan dan „aqidah adalah keyakinanan itu


(49)

tersimpul dengan kokoh di dalam hati, bersifat mengikat dan mengandung perjanjian.28

Sedangkan aqidah menurut istilah adalah urusan-urusan yang harus dibenarkan oleh hati dan diterima dengan rasa puas serta terhujam kuat dalam lubuk jiwa yang tidak dapat digoncangkan oleh badai subhat (keragu-raguan). Dalam definisi yang lain disebutkan bahwa aqidah adalah sesuatu yang mengharapkan hati membenarkannya, yang membuat jiwa tenang tentram kepadanya dan yang menjadi kepercayaan yang bersih dari kebimbangan dan keraguan.

Berdasarkan pengertian diatas dapat dirumuskan bahwa aqidah adalah dasar-dasar pokok kepercayaan atau keyakinan hati seorang muslim yang bersumber dari ajaran Islam yang wajib dipegangi oleh setiap muslim sebagai sumber keyakinan yang mengikat.

Sedangkan pengertian akhlak secara istilah, akhlak diambil dari bahasa Arab, plural dari akar kata khuluq, yang menurut kamus Marbawi diartikan sebagai perangai, adat. Kemudian ditranskrip ke dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, akhlak dapat diartikan budi pekerti, kelakuan.29 Jadi, akhlak merupakan sikap yang telah melekat

28

Yunahar Ilyas, Kuliah Aqidah Islam, (Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam, 1993), h.1.

29

Idris Yahya, Telaah Akhlak Dari Sudut Teoritis, (Semarang : Badan Penerbit Fakultas Usuluddin IAIN Walisongo, 1983), h. 1.


(50)

pada diri seseorang dan secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan. Jika tindakan spontan itu baik menurut pandangan akal dan agama, maka disebut akhlak yang baik atau akhlaqul karimah, atau akhlak mahmudah. Akan tetapi apabila tindakan spontan itu berupa perbuatan-perbuatan yang jelek, maka disebut akhlak tercela atau akhlakul madzmumah.

Namun ada yang mengatakan bahwa secara bahasa kata akhlak merupakan isim jamid atau ghair mustaq, yaitu isim yang tidak mempunyai akar kata, melainkan kata tersebut memang sudah demikian adanya. Kata akhlak adalah jama‟ dari kata khilqun atau khuluqun yang artinya sama dengan arti akhlak sebagai mana telah disebutkan diatas. Baik kata akhlak atau khuluq keduanya dapat dijumpai pemakaiannya dalam Al-Qur’an Al-Sunnah, misalnya terdapat dalam surah Al-Qa۠aۡ ayat 4 yanُ ۡeۡpunyai arti “budi pekerti” dan surat A۠-Syu’ara ayat 137 yanُ ۡeۡpunyai penُertian “adat istiadat”.30

Ada beberapa pendapat para pemikir akhlak, untuk memberikan deskripsi akhlak secara bulat.31

1) Imam Al Ghazali berpendapat bahwa akhlak adalah gejala jiwa yang dari padanya lahir tingkah laku perbuatan dengan gampang

30

M.Sholihin dan M.Rasyid Anwar, Akhlak Tasawuf, (Bandung : Nuansa, 2005), h.17 31


(51)

dan mudah tanpa pemikiran dan pertimbangan. Apabila yang lahir dari jiwa itu perbuatan yanُ baik ۡenurut aka۠ dan syara’, ۡaka laku perbuatan itu baik. Akan tetapi apabila yang lahir dari gejala jiwa itu perbuatan buruk maka perbuatan buruk.

2) Syekh Mahmud Syaltut mengatakan bahwa akhlak ialah gejala kejiwaan yang realisasinya dengan keadaan yang pantas maka dikerjakan dan apabila keadaannya tidak pantas maka ditinggalkan.

3) Ahmad Amin berpendapat bahwa akhlak adalah kebiasaan kehendak dengan memenangkan keinginan secara terus-terusan. 4) Ibnu Maskawaih berpendapat bahwa akhlak ialah keadaan jiwa

yang dari padanya keluar perbuatan-perbuatan tanpa pikiran dan pertimbangan.

Kalau ditilik secara garis besarnya, maka ke semua pengertian sebagai contoh diatas nampak tidak adanya kesamaannya. Tetapi semua para pemikir akhlak mengakui bahwa semua pengertian itu mengandung unsur esensi yang sama ialah: tungkah laku perbuatan yang sadar terbiasa, yang berdasarkan norma baik buruk yang dijadikan standard dalam pergaulan.

Definisi diatas dapat diambil keputusan bahwa suatu perbuatan yang dilakukan berulang-ulang sehingga menjadikan suatu kebiasaan dan perbuatan itu dilakukan dengan kesadaran jiwa, bukan dengan


(52)

paksaan atau tanpa kesengajaan ataupun dengan coba-coba itulah yang dinamakan akhlak.

b. Dasar-dasar dan Tujuan Aqidah Akhlaq

1) Dasar Aidah Akhlak

Dasar aqidah akhlak adalah ajaran Islam itu sendiri yang merupakan sumber-sumber hukum dalam Islam yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits. A-Qur’an dan A۠ Hadits ada۠aِ pedoۡan ِidup dalam Islam yang menjelaskan kriteria atau ukuran baik buruknya suatu perbuatan manusia. Dasar aqidah akhlak yang pertama dan utama adalah Al-Qur’an dan. Ketika ditanya tentanُ aqidaِ akِ۠ak Nabi Muhammad SAW, Siti Aisyah berkata, “Dasar aqidah

akhlak Nabi Muhammad SAW adalah Al-Qur‟an.”

Islam mengajarkan agar umatnya melakukan perbuatan baik dan menjauhi perbuatan buruk. Ukuran baik dan buruk tersebut dikatakan dalam Al-Qur’an. Karena A۠-Qur’an ۡerupakan firman Allah, maka kebenarannya harus diyakini oleh setiap muslim.

Dalam Surat Al-Maidah ayat 15-16 disebutkan :

ٓ ٓأ

ٓ

ٱ

ٓ ك

ٓ

آ

مكٓء

ٓ ي آل ٓ

م ٓ

ي ٓك

منلك ام

ٓ ف

ٓ

ٱ

ٓ ك

ٓيٓ

ي ٓك ٓ ْ ف

ٓ

آ

ٓ مكٓء

ٱ

ٓ كٓ


(53)

ٓي

د

ٱ

ٓ

ٱ

ٓ ٓ

ٓ

ٓ

ٓ

ٱ

ٓ ل

يٓ

ٓ مه

ٱ

ٓم ل

ىٓ إ ت

ٱ

ل

ٓيٓ

مهيد

ىٓ إ

ٓي

م ٓ

“Sesungguhnya telah datang kepadamu rasul kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al-Kitab yang kamu sembunyikan dan banyak pula yang dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahayadari Allah dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan izinNya, dan menunjuki meraka ke jalan yang lurus.” (Q.S Al Maidah : 15-16).

Dasar aqidah akhlak yang kedua bagi seorang muslim adalah Al-Hadits atau Sunnah Rasul. Untuk memahami Al-Qur’an lebih terinci, umat Islam diperintahkan untuk mengikuti ajaran Rasulullah SAW, karena perilaku Rasulullah adalah contoh nyata yang dapat dilihat dan dimengerti oleh setiap umat Islam (orang muslim).

2) Tujuan Aqidah Akhlak

Setiap muslim wajib mempelajari ilmu mengenai segala etika (akhlak), seperti kedermawanan, kikir, takut, keberanian, kesombongan, kerendahan hati, menjaga diri dari dosa, berlebih-lebihan, irit, dan lain sebagainya.32

32

Syekh Al-Zarnuji, Etia Belajar Bagi Penuntut Ilmu, (Surabaya: Pelita Dunia, 1996), h. 8.


(54)

Aqidah akhlak harus menjadi pedoman bagi setiap muslim. Artinya setiap umat Islam harus meyakini pokok-pokok kandungan aqidah akhlak tersebut. Adapun tujuan aqidah akhlak itu adalah :

a) Memupuk dan mengembangkan dasar ketuhanan yang sejak lahir. Manusia adalah makhluk yang berketuhanan. Sejak dilahirkan manusia terdorong mengakui adanya Tuhan. Firman Allah dalam surah Al-A’raَ ayat 172-173 yang artinya “Dan (Ingatlah), ketika Tuhanmu menguluarkan kehinaan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka, seraya berfirman: “Bukankah Aku ini

Tuhanmu? “, mereka menjawab:“Betul (Engkau Tuhan kami),

kami jadi saksi” (Kami lakukan yang demikian itu), agar dihari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini

(Keesaan tuhan)” atau agar kamu tidak

mengatakan: “Sesungguhnya orang-orang tua kami telah

mempersekutukan Tuhan sejak dulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu?” Dengan naluri ketuhanan, manusia berusaha untuk mencari tuhannya, kemampuan akal dan ilmu yang berbeda-beda memungkinkan manusia akan


(55)

keliru mengerti tuhan. Dengan aqidah akhlak, naluri atau kecenderungan manusia akan keyakinan adanya Tuhan Yang Maha Kuasa dapat berkembang dengan benar.

b) Aqidah akhlak bertujuan pula membentuk pribadi muslim yang luhur dan mulia. Seseorang muslim yang berakhlak mulia senantiasa bertingkah laku terpuji, baik ketika berhubungan dengan Allah SWT, dengan sesama manusia, makhluk lainnya serta dengan alam lingkungan. Oleh karena itu, perwujudan dari pribadi muslim yang luhur berupa tindakan nyata menjadi tujuan dalam aqidah akhlak.

c) Menghindari diri dari pengaruh akal pikiran yang menyesatkan. Manusia diberi kelebihan oleh Allah dari makhluk lainnya berupa akal pikiran. Pendapat-pendapat atau pikiran-pikiran yang semata-mata didasarkan atas akal manusia, kadang-kadang menyesatkan manusia itu sendiri. Oleh karena itu, akal pikiran perlu dibimbing oleh aqidah akhlak agar manusia terbebas atau terhindar dari kehidupan yang sesat.

c. Ruang Lingkup Materi Aqidah Akhlak

Ulama telah membagi ruang lingkup pembahasan akidah ke dalam 4 (empat) pembahasan, yaitu:


(56)

1) Ilahiyat, yaitu pembahasan yang berkenaan dengan masalah ketuhanan utamanya pembahasan tentang Allah.

2) Nubuwwat, yaitu pembahasan yang berkenaan dengan utusan-utusan Allah, yaitu para nabi dan para rasul Allah.

3) Ruhaniyat, yaitu pembahasan yang berkenaan dengan makhluk gaib, seperti Jin, Malaikat, dan Iblis.

4) Sam’iyyat, yaitu pembahasan yang bekenaan dengan alam ghaib, seperti alam kubur, akhirat, surge, neraka, dan lain-lain.33

Pelajaran aqidah akhlak di Madrasah Tsanawiyah berisi bahan pelajaran yang dapat mengarahkan pada pencapaian kemampuan dasar peserta didik untuk dapat memahami rukun iman secara ilmiah, serta pengalaman dan pembiasaan berakhlak islami, untuk dapat dijadikan landasan dalam kehidupan sehari-hari, serta sebagai bekal untuk jenjang pendidikan berikutnya. Ruang lingkup akidah akhlak meliputi: 1) Aspek akidah, terdiri atas keimanan kepada sifat wajib, sifat mustahil, dan sifat jaiz, keimanan kepada kitab Allah, keimanan kepada Rasulullah, keimanan kepada hari kiamat, dan keimanan kepada hari akhir.

2) Aspek akِ۠ak terpuji yanُ terdiri atas kِouَ, raja, taibat, tawadِu’, ikhlas, bertaubat, inovatif, kreaif, percaya diri, tekad yang kuat,

33

http://www.kompasiana.com/masto/pengertian-dan-ruang-lingkup-akidah 552e33656ea834581d8b45d4 diakses pada tanggal 04 Februari 2017


(57)

ta’aruَ, ta’awun, tasaۡۡuِ, jujur, adil, amanah, dan bermusyawarah. Sedangkan aspek akhlak tercela meliputi kompetensi dasar tentang kufur, syirik, munafik, namimah, ghodob. 3) Aspek adab Islami, terdiri atas adab terhadap diri sendiri, adap

terhadap Allah, dan adab terhadap sesama.

4) Aspek kisah teladan, seperti kisah Nabi Ibrahim a.s mencari Tuhan, Nabi Sulaiman a.s dengan tentara semut, masa kecil Nabi Muhammad SAW, dan masa remaja Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.34

C. Pengaruh Kegiatan Pramuka Terhadap Motivasi Belajar Siswa

Dari segi proses bembelajaran di katakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidaknya sebagai peserta didik terlibat secara aktif baik fisik maupun sosial dalam proses pembelajaran.

Dalam proses belajar mengajar berhasil tidaknya seorang peserta didik tergantung pada proses itu di fasilitasi oleh seorang guru. Keberhasilan guru dalam menyampaikan materi sangat tergantung pada kelancaran berinteraksi dan berkomunikasi dengan siswa.

Dengan adanya pendidikan kepanduan atau pendidikan pramuka dalam lingkungan sekolah mempunyai arti yang cukup penting, dimana

34

http://www.abdimadrasah.com/2014/04/tujuan-dan-ruang-lingkup-mata-pelajaran-aqidah-akhlaq-mi.html. diakses pada tanggal 04 Februari 2017


(58)

seorang peserta didik tidak hanya diberikan ilmu, tetapi peserta didik dilatih untuk menjadi manusia indonesia seutuhnya, yaitu manusia indonesia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta menjadi masyarakat madani, yakni masyarakat yang mengerti hak dan kewajiban sebagai warga negara.

Pendidikan kepramukaan sangat dibutuhkan demi menjaga karakter bangsa yang sesungguhnya, bangsa indonesia yang adil dan beradab. Pendidikan pramuka mempunyai metodik tersendiri yang di sesuaikan dengan keadaan lingkungan tempat peserta didik tinggal. Pendidikan pramuka mengajarkan peserta didiknya untuk selalu memelihara kesehatan jasmani dan rohani, hal ini berarti sejalan dengan tujuan pendidikan aqidah dan akhlak, yang mana dalam Aqidah akhlak mengajarkan hubungan yang harmonis antara manusia dan Tuhan, serta manusia dengan manusia. Pendidikan pramuka pun juga demikian, hal ini tercantum dalam kode kehormatan pramuka yang disebut dengan dharma pramuka.

Dengan tetap menjalankan kode kehormatan Pramuka, maka pendidikan pramuka akan memberikan suatu motivasi tersendiri pada peserta didik, sehingga peserta didiknantinya akan menjaadi manusia yang seutuhnya, religius namun tidak radikal ataupun sebaliknya.

Memotivasi pada dasarnya merupakan dorongan yang muncul dari dalam tubuh diri sendiri untuk bertingkah laku. Dorongan tersebut diarahkan untuk mencapai suatu tujuan. Motivasi belajar adalah keseluruan daya


(59)

penggerak di dalam diri siswa yangmenimbulkan kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek itu sendiri dapat tercapai.

Motivasi dibagi menjadi 2 macam yaitu, motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang yang disebut motivasi intrinsik, serta motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang berasal dari luar diri seseorang.

Dari uraian singkat diatas diharapkan adanya pengaruh antara pendidikan pramuka dengan motivasi siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak, diharapkan nantinya bisa menumbuhkan motivasi belajar siswa sehingga nanti mereka dapat hidup dengan baik sebagai manusia pancasila yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa menurut ajaran agama.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.35

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Hipotesis kerja atau Hipotesis Alternatif (Ha)

Yaitu hipotesis yang menyatakan adanya pengaruh antara variabel X dan Y (Independent dan Dependent Variabel). Jadi hipotesis kerja (Ha) dalam penelitian ini adalah: Bahwa ada pengaruh pendidikan pramuka

35

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h.110.


(60)

terhadap prestasi belajar mata pelajaran aqidah akhlak di MTs Al – Fatah Kedung Pandan Jabon Sidoarjo.

2. Hipotesis Nol atau Hipotesis Nihil (Ho)

Yaitu hipotesis yang menyatakan tidak adanya pengaruh antara variabel X dan Y (Independent dan Dependent Variable). Jadi hipotesis nol dalam penelitian ini adalah: Bahwa tidak ada pengaruh pendidikan pramuka terhadap prestasi belajar mata pelajaran aqidah akhlak di MTs Al – Fatah Kedung Pandan Jabon Sidoarjo.


(61)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian adalah suatu metode studi yang dilakukan seseorang melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap sesuatu masalah, sehingga diperoleh pemecahan yang tepat terhadap masalah tersebut.36 Penelitian sangat erat hubungannya dengan metodologi. Metodologi adalah sebuah proses, prinsip, dan prosedur yang digunakan untuk mendekati suatu masalah dan mencari jawaban.37

Secara umum, metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitian juga dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah.38

Penelitian dipandang sebagai kegiatan yang dilakukan secara sistematis untuk menguji jawaban-jawaban sementara. Agar dapat dikatakan sistematis, maka diperlukan cara-cara yang dapat dipertanggung jawabkan secara alamiah.

36

Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h.2.

37

Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi

dan Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), h.145.

38

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, h.3.


(62)

Adapun dalam penelitian ini rencana pemecahan bagi persoalan yang akan diselidiki antara lain sebagai berikut:

A.Jenis dan Rancangan Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian merupakan suatu usaha untuk mengumpulkan, mencatat dan menganalisa sesuatu masalah. Selain itu juga dimaknakan sebagai suatu penyelidikan secara sistematis, atau dengan giat dan berdasarkan ilmu pengetahuan mengenai sifat-sifat dari pada kejadian atau keadaan-keadaan dengan maksud untuk menetapkan faktor-faktor pokok atau akan menemukan paham-paham baru dalam mengembangkan metode-metode baru.39

Penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif, yakni penelitian yang dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya, selain data yang berupa angka dalam penelitian kuantitatif, dalam penelitian kuantitatif juga ada data berupa informasi kualitatif.40

Penelitian kuantitatif ini digolongkan dalam penelitian korelasional, yakni penelitian yang bertujuan untuk melihat keterkaitan

39

Trianto, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2011), h.11. 40


(63)

dua atau lebih variabel dan berlanjut sampai pada tujuan untuk melihat korelasi suatu variabel terhadap variabel lain.41

Sebuah penelitian tentang “Pengaruh Pendidikan Pramuka Terhadap Motivasi Belajar Mata Pelajaran Aqidah Akhlaq di Mts Al-Fatah Kedung Pandan Jabon Sidoarjo” maka jenis penelitian yang peneliti gunakan adalah penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang menggunakan data kuantitatif.42

Jenis penelitian ini termasuk dalam penelitian lapangan (field research), yakni jenis penelitian yang berorientasi pada pengumpulan data empiris di lapangan dan penelitian pustaka (literery research), yakni telaah yang dilaksanakan untuk memecahkan suatu masalah yang pada dasarnya bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang relevan. Jenis penelitian ini menggunakan analisis statistik dengan teknik korelasi regresi linear.43

2. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian diartikan sebagai strategi mengatur latar penelitian agar peneliti memperoleh data yang valid sesuai dengan karakteristik variabel dan tujuan penelitian.

41

Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi, (Surabaya: Sunan Ampel Press, 2015), h.11-13.

42

Hamid Darmadi, Dimensi – Dimensi Metode Penelitian dan Sosial, (Bandung : Alfabeta, 2013), cet ke -1, h.156.

43

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), h.56.


(64)

Dalam penelitian ini rancangan yang dipakai adalah sebagai berikut:

a. Lapangan adalah sumber data yang diperoleh dari penelitian baik secara langsung atau tidak langsung.

b. Kepustakaan adalah sumber data yang berupa buku-buku atau literatur yang berkaitan dengan topik pembahasan.

Untuk mendapatkan data di lapangan, peneliti menggunakan rancangan sebagai berikut:

Peneliti menggunakan bentuk penelitian asosiatif yang berupa hubungan simetris. Dalam klasifikasi ini, penelitian tentang hubungan X terhadap Y dapat dikategorikan penelitian korelasional simetris. Uji korelasi menggunakan rumusan statistik korelasi, maka penelitian ini termasuk penelitian korelasi yang menghubungkan dua variabel.44

Secara lebih jelas, desain ini dapat digambarkan sebagai berikut:

X : Kegiatan pramuka

Y : Motivasi belajar mata pelajaran Aqidah Akhlak siswa

44

M. Musfiqon, Panduan Lengkap Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Prestasi Pustaka Raya, 2012), h.64.


(65)

Desain hubungan simetris ini, X tidak mempunyai hubungan dengan Y atau sebaliknya X mempunyai hubungan dengan Y. Dua kemungkinan ini terjadi dalam desain hubungan simetris variabel prediktornya diketahui setelah penelitian dilakukan.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:

a. Tahap Persiapan

1) Mengurus perizinan untuk melaksanakan penelitian di tempat yang telah ditentukan.

2) Menggali data tentang pendidikan pramuka dan motivasi belajar melalui koordinator.

3) Mempersiapkan instrumen penelitian yang berupa kuesioner/ angket.

b. Tahap Pelaksanaan

1) Mendata jumlah siswa di MTs Al-Fatah Kedung Pandan Jabon Sidoarjo.

2) Menentukan jumlah siswa sebagai obyek penelitian. 3) Mengamati cara belajar siswa dari pendidikan pramuka.


(66)

B. Variabel, Indikator, dan Instrumen Penelitian 1. Variabel

Variabel adalah besaran yang bisa diubah dan selalu berubah sehingga mempengaruhi kejadian dari hasil penelitian.45 Menurut Sumadi Suryabrata, variabel diartikan sebagai gejala yang menjadi obyek pengamatan penelitian. Atau juga dapat diartikan sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau segala yang akan diteliti.46

Dalam penelitian korelasional, terdapat variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). Penelitian ini menggunakan kedua variabel tersebut, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut:

a. Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).47 Dalam penelitian ini, variabel bebasnya adalah kegiatan pramuka.

b. Variabel Terikat (Dependent Variable)

45

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, h.159. 46

Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998), h.72.

47


(67)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas.48 Dalam penelitian ini, variabel terikatnya adalah motivasi belajar mata pelajaran Aqidah Akhlak di MTs Al-Fatah Kedung Pandan Jabon Sidoarjo.

2. Indikator

Indikator merupakan variabel yang mengindikasikan atau menunjukkan suatu kecenderungan situai, yang dapat dipergunakan untuk mengukur perubahan.

Adapun indikator dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: a. Indikator variabel X (kegiatan pramuka) yaitu :

Adapun indikator untuk pendidikan pramuka yaitu sebagai berikut:

1) Penguasaan guru terhadap materi yang diajarkan. 2) Penguasaan guru terhadap metode pembelajaran. 3) Penguasaan guru terhadap pengelolaan kelas. 4) Penggunaan media pembelajaran.

5) Menata latar (setting) pembelajaran.

6) Melakukan tindakan reflektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

7) Efektivitas komunikasi guru dalam pembelajaran.

48


(68)

8) Kegiatan guru yang selalu memotivasi siswa. 9) Ketepatan waktu guru dalam pembelajaran.

10) Kemampuan guru dalam memberikan bimbingan kepada siswa. b. Indikator variabel Y (motivasi belajar)

Adapun indikator untuk mengukur motivasi belajar siswa yaitu sebagai berikut:

1) Melatih keterampilan siswa.

2) Memahami perkembangan kognitif siswa dengan melibatkan interaksi aktif antara siswa dan lingkungannya.

3) Memahami perkembangan emosi siswa agar siswa bersemangat dalam pembelajaran.

4) Mengkonsentrasikan siswa terhadap aktivitas belajar.

5) Melatih siswa dalam berperilaku sosial yang selaras dengan norma moral agama, tradisi, dan hukum.

6) Mengembangkan fitrah beragama kepada siswa.

7) Menyeimbangkan antara pembatasan dan kebebasan siswa. 8) Memperlakukan siswa sebagai pribadi anak remaja.

9) Menghargai suara dan pilihan siswa.


(69)

3. Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan komponen kunci dalam suatu penelitian. Mutu instrumen akan menentukan mutu data yang digunakan dalam penelitian, sedangkan data merupakan dasar kebenaran empirik dari penemuan atau kesimpulan penelitian.49

Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah kuesioner/ angket. Kuesioner/ angket adalah suatu teknik atau cara memahami individu dengan mengadakan komunikais tertulis, yaitu dengan memberikan daftar pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh responden secara tertulis.50

Sebagai teknik untuk memahami individu, kuesioner/ angket dimaksudkan untuk merekam dan menggali informasi atau keterangan yang sesuai dengan kondisi individu dan bisa dijelaskan atau diterangkan oleh responden.

Dalam penelitian ini, kuesioner/ angket digunakan untuk mengetahui pengaruh pendidikan pramuka terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak.

Adapun pemberian skor pada tiap-tiap item pertanyaan dalam kuesioner/ angket adalah sebagai berikut:

49

Ine Amirman dan Zainal Arifin, Penelitian dan Statistik Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), h.53.

50

Susilo Rahardjo dan Gudnanto, Pemahaman Individu: Teknik Nontes, (Jakarta: Kencana, 2013), cet. Ke-1, h.95.


(70)

a. Kuesioner/ angket tentang pendidikan pramuka 1) Untuk jawaban selalu, skornya adalah 4. 2) Untuk jawaban sering, skornya adalah 3.

3) Untuk jawaban kadang-kadang, skornya adalah 2. 4) Untuk jawaban tidak pernah, skornya adalah 1. b. Angket tentang moyivasi belajar siswa

1) Untuk jawaban selalu, skornya adalah 4 2) Untuk jawaban sering, skornya adalah 3.

3) Untuk jawaban kadang-kadang, skornya adalah 2. 4) Untuk jawaban tidak, skornya adalah 1.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi diartikan sebagai keseluruhan subyek penelitian. Populasi juga dapat diartikan sebagai kumpulan kasus yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian.51 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII A yang berjumlah 43 siswa dan kelas VIII B yang berjumlah 23 siswa di MTs Al-Fatah Kedung Pandan Jabon Sidoaarjo. Jadi jumlah seluruh populasi dalam penelitian ini berjumlah 58 siswa sebagai populasi respondent.

51

Mardalis, Metode Penelitian Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h.53.


(71)

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Suharsimi Arikunto dalam bukunya Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, memberikan petunjuk sebagai berikut: “Apabila subyeknya kurang dari seratus, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subyeknya besar atau lebih dari seratus, maka dapat diambil antara 10 % -15 % atau 20 % - 25 % atau lebih”.52

Data yang diperoleh dari subyek penelitian ini bersifat kuantitatif. Berdasarkan pendapat diatas, karena jumlah populasi dalam penelitian ini berjumlah 66 siswa kurang dari 100 siswa maka dalam penelitian ini dinamakan penelitian populasi. Maksudnya yang menjadi respondent dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah siswa kelas VIII A dan kelas VIII B.

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang relevan, maka dalam penelitian harus menggunakan metode atau teknik yang tepat dan dapat menunjang penelitian tersebut. Adapun metode yang penulis gunakan untuk mengumpulkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

52


(1)

112

didapatksn hasil prosentase angket sebesar 78,86% dan prosentase tersebut berada pada interval 74% - 100% yang tergolong kedalam kategori sangat baik. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi belajar mata pelajaran Aqidah Akhlak di MTs Al-Fatah Jabon Sidoarjo tergolong sangat baik.

3. Pengaruh kegiatan pramuka terhadap motivasi belajar mata pelajaran Aqidah Akhlak di MTs Al-Fatah Kedung Pandan Jabon Sidoarjo bersifat positif. Artinya semakin tinggi kegiatan pramuka, maka akan diikuti dengan semakin tinggi pula motivasi belajar mata pelajaran Aqidah Akhlak di MTs Al-Fatah Kedung Pandan Jabon Sidoarjo. Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dan dibuktikan dengan analisis regresi linier, diperoleh t hitung > t tabel (3,691 > 2,000), dan signifikansi sebesar 0,001 < 0,05, H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya ada pengaruh antara

kegiatan pramuka dengan motivasi belajar mata pelajaran Aqidah Akhlak di MTs Al-Fatah Kedung Pandan Jabon Sidoarjo.

B. Saran

Sebagai pembahasan akhir dalam penulisan skripsi ini, penulis ingin memberikan beberapa saran sebagai bahan pertimbangan dan perbaikan dalam bidang pendidikan, diantaranya sebagai berikut :


(2)

1. Kepada Pendidik

Kegiatan pramuka yang diterapkan di MTs sudah baik. Akan tetapi, Guru harus tetap profesiaonal dalam memotivasi belajar peseta didik baik melalui pengajaran di dalam kelas maupun di luar kelas. Guru harus menerapkan Pendidikan Pramuka dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolah, agar tertanam jiwa yang berakhlak karimah yang sesuai dengan aturan agama Islam. Dan para guru hendaknya memberi motivasi pada siswa dan perlu kiranya pengetahuan tentang pentingnya belajar. Hal ini dapat ditempuh dengan jalan mengadakan berbagai kegiatan yang dapat mendorong siswa untuk giat belajar.

2. Kepada Peserta Didik

Kepada seluruh peserta didik MTs Al-Fatah hendaknya menyadari tentang pentingnya ilmu pengetahuan. Di zaman sekarang ini persaingan hidup sangat ketat, dimana peserta didik akan membutuhkan ilmu pengetahuan dan semangat yang kuat. Untuk itu belajar yang giat sangatlah tepat demi menyongsong masa depan.

3. Kepada Lembaga/ Sekolah

Mengadakan kegiatan yang merangsang motivasi belajar siswa dengan melengkapi buku-buku perpustakaan, mengadakan lomba karya ilmiah yang sudah sering diikuti, dan kegiatan ekstrakurikuler pramuka dapat meningkatkan ketaqwaan terhadap Allah SWT dan peduli terhadap


(3)

114

lingkungan serta berjiwa kemanusiaan seperti akhlak yang diajarkan dalam agama Islam.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Anas Sujiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1992).

Anton M. Moeliono, Dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa Depdikbud, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005). Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu

Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008).

Djali, Psikologi Pendidika, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008).

Gerakan Pramuka Petunjuk Penyelenggaraan Satuan Karya, (Jakarta: Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, 1977).

Gerakan Pramuka, Buku Saku Pramuka, (Solo: Sendang Ilmu).

Gerakan Pramuka, Materi Praktis Pramuka, (SMP N 1 Bangil: Armada Patimura, 2017).

Gerakan Pramuka, Petunjuk Penyelenggaraan Satuan Karya, (Jakarta: Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, 1977).

Hamid Darmadi, Dimensi – Dimensi Metode Penelitian dan Sosial, (Bandung: Alfabeta, 2013).

Hermawan Warsito, Pengantar Metodologi Penelitian, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005).

I.L. Pasaribu dan B. Simandjuntak, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Tarsito, 1983).

Idris Yahya, Telaah Akhlak Dari Sudut Teoritis, (Semarang: Badan Penerbit Fakultas Usuluddin IAIN Walisongo, 1983).

Ine Amirman dan Zainal Arifin, Penelitian dan Statistik Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993).


(5)

116

M. Musfiqon, Panduan Lengkap Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya, 2012).

M.Sholihin dan M.Rasyid Anwar, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Nuansa, 2005). Mardalis, Metode Penelitian Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995). Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2000).

Muhibbin syah, Psikologi belajar, (Jakarta: PT. Raja Grafinda Persada, 2003). Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2005).

Nana Syaodih.S, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005).

Sadirman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011).

Slameto, Belajar dan faktor - faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1995).

Soedarsono Mertoprawiro, Pembinaan Gerakan Pramuka dalam Membangun Watak dan Bangsa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1992).

Soffy Balgies, Wawancara: Teori dan Aplikasi dalam Psikodiagnostik, (Surabaya: Sunan Ampel Press, 2012).

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2016).

Sugiyono, Statistik untuk Penelitan, (Bandung: Alfabeta, 2010).

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010).

Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998).

Susilo Rahardjo dan Gudnanto, Pemahaman Individu: Teknik Nontes, (Jakarta: Kencana, 2013).


(6)

Syekh Al-Zarnuji, Etia Belajar Bagi Penuntut Ilmu, (Surabaya: Pelita Dunia, 1996).

The Liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu, (Liberty Yogyakarta: 2004).

Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi, (Surabaya: Sunan Ampel Press, 2015).

Trianto, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2011).

Yunahar Ilyas, Kuliah Aqidah Islam, (Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam, 1993).

Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012).

http://www.abdimadrasah.com/2014/04/tujuan-dan-ruang-lingkup-mata-pelajaran-aqidah-akhlaq-mi.html. diakses pada tanggal 04 Februari 2017.

http://www.kompasiana.com/masto/pengertian-dan-ruang-lingkup-akidah 552e33656ea834581d8b45d4. diakses pada tanggal 04 Februari 2017.

http://www.salamedukasi.com/2014/07/sejarah-pengertian-dan-dasar-gerakan.html diakses pada tanggal 04 Februaru 2017.

https://id.wikipedia.org/wiki/Gerakan_Pramuka_Indonesia diakses pada tanggal 04 Februari 2017.

Jasin, Kepala Sekolah MTs Al-Fatah Kedung Pandan Jabon Sidoarjo, wawancara pribadi, Sidoarjo, 17 Januari 2017.