Staff Site Universitas Negeri Yogyakarta SERI FISIKA DASAR

(1)

SERI FISIKA DASAR

GELOMBANG DAN BUNYI

Oleh

Bambang Ruwanto

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

PROGRAM STUDI FISIKA


(2)

PENDAHULUAN

Gelombang laut, suara musik, transmisi gelombang radio dan televisi, serta gempa bumi merupakan beberapa contoh fenomena gelombang. Gelombang dapat terjadi apabila suatu sistem diganggu dari posisi setimbangnya dan gangguan itu merambat dari satu tempat ke tempat lain. Gelombang memegang peranan penting dalam berbagai bidang kehidupan. Dalam Bab 1 kita akan membicarakan gelombang mekanik, yaitu gelombang yang merambat pada suatu bahan (material) yang dinamakan medium.

Ketika Anda berteriak di dekat dinding bangunan atau berteriak di pinggir jurang menghadap gunung, gelombang bunyi akan dipantulkan oleh permukaan tegar pada dinding atau gunung sehingga terjadi gema. Jika kalian menyentakkan salah satu ujung tali yang ujung lainnya diikatkan pada penopang, maka pulsa yang menjalar sepanjang tali akan dipantulkan kembali mendekati kalian. Peristiwa ini menunjukkan bahwa gelombang datang dan gelombang pantul saling berinteraksi dalam medium yang sama. Peristiwa semacam ini dinamakan interferensi. Interferensi gelombang merupakan salah satu sifat-sifat umum gelombang. Semua jenis gelombang, baik transversal maupun longitudinal, memiliki sifat-sifat yang sama. Dalam Bab 2 kita akan membahas beberapa sifat umum gelombang.

Salah satu gelombang mekanik, yaitu gelombang longitudinal, memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Gelombang longitudinal yang merambat dalam medium, biasanya udara, disebut sebagai gelombang bunyi. Telinga manusia sangat peka dan dapat mendeteksi gelombang bunyi meskipun intensitasnya sangat rendah. Di samping berguna untuk mendengarkan lawan bicara, telinga manusia mampu menangkap isyarat-isyarat dari lingkungan: dari suara binatang di malam hari hingga bunyi klakson mobil yang bergerak mendekati. Dalam Bab 3 kita akan membahas beberapa sifat penting dari gelombang bunyi, seperti frekuensi, amplitudo, dan intensitas. Telinga manusia sangat peka terhadap perubahan tekanan. Oleh karena itu, dalam membahas gelombang bunyi pembahasan perubahan tekanan seringkali sangat bermanfaat. Kita akan membahas hubungan antara pergeseran, perubahan tekanan, dan intensitas serta hubungan antara ketiga besaran ini dengan persepsi bunyi oleh manusia. Kita juga akan mempelajari interferensi dari dua gelombang bunyi yang frekuensinya berbeda sedikit sehingga menimbulkan fenomena layangan. Efek Doppler sebagai salah satu fenomena yang terjadi pada gelombang bunyi juga akan dibicarakan.

Kompetensi Dasar modul ini adalah mendeskripsikan gejala dan ciri-ciri gelombang secara umum dan mendeskripsikan gejala dan ciri-ciri gelombang bunyi serta penerapannya dalam teknologi. Setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan dapat menjelaskan


(3)

1. perbedaan antara gelombang transversal dan gelombang longitudinal, 2. persamaan gelombang,

3. laju gelombang transversal dan laju gelombang longitudinal, 4. prinsip superposisi gelombang,

5. interferensi gelombang,

6. refleksi dan transmisi gelombang, 7. dispersi gelombang,

8. difraksi gelombang,

9. gelombang berdiri pada dawai, 10. fungsi gelombang bunyi sinusoidal, 11. gelombang berdiri longitudinal, 12. getaran dawai,

13. getaran pipa organa, 14. layangan bunyi, 15. intensitas bunyi, dan 16. efek Doppler.


(4)

Bab 1

GELOMBANG MEKANIK

Sebuah batu yang dijatuhkan pada permukaan air akan menyebabkan pola berbentuk lingkaran, yaitu membentuk gelombang permukaan air. Jika diamati sepintas, tampak permukaan air bergerak bersama gelombang. Akan tetapi, jika diamati dengan seksama permukaan air tidak bergerak bersama gelombang. Sehelai daun yang terapung pada permukaan air yang membentuk gelombang tidak mengalami pergeseran horizontal. Daun hanya bergerak vertikal, mengikuti gerak gelombang.

Uraian di atas merupakan salah satu gejala gelombang yang sangat mudah diamati. Gelombang laut, suara musik, transmisi radio dan televisi, dan gempa bumi merupakan beberapa contoh fenomena gelombang. Gelombang dapat terjadi apabila suatu sistem diganggu dari posisi setimbangnya dan gangguan itu dapat merambat dari satu tempat ke tempat lain. Gelombang memegang peranan penting dalam berbagai bidang kehidupan.

Kita akan membicarakan gelombang mekanik, yaitu gelombang yang merambat pada suatu bahan (material) yang dinamakan medium. Di samping gelombang mekanik, dikenal pula gelombang elektromagnetik yaitu gelombang yang tidak memerlukan medium untuk merambat. Contoh gelombang elektromagnetik adalah cahaya, gelombang radio, radiasi ultraungu dan intramerah, sinar-x, dan sinar gamma.

A. Jenis-jenis Gelombang Mekanik

Gelombang mekanik adalah gangguan yang merambat melalui material atau zat yang dinamakan medium. Ketika gelombang mekanik merambat pada medium, partikel-partikel penyusun medium itu mengalami perpindahan (pergeseran) dan pergeseran ini bergantung pada sifat gelombang yang melaluinya.

Gambar 1.1 menunjukkan tiga jenis gelombang mekanik. Pada Gambar 1.1(a) mediumnya berupa dawai atau tali yang teregang. Jika ujung kiri dawai digoyang sedikit ke atas, maka goyangan itu akan merambat sepanjang tali. Secara berurutan, bagian-bagian dawai mengalami gerak yang sama seperti yang diberikan pada ujung dawai. Pada gelombang ini pergeseran medium (tali) tegak lurus terhadap arah rambat gelombang. Gelombang yang terjadi pada dawai dinamakan gelombang transversal.

Pada Gambar 1.1(b) mediumnya berupa zat cair atau gas dalam tabung yang memiliki dinding tegar di ujung kanan dan sebuah piston yang dapat bergerak bebas di ujung kiri. Jika


(5)

piston itu digerakkan satu kali bolak-balik, maka fluktuasi pergeseran dan fluktuasi tekanan berjalan sepanjang medium itu. Pada saat itu partikel-partikel medium bergerak bolak-balik searah dengan perambatan gelombang. Gelombang yang terjadi dinamakan gelombang longitudinal.

Pada Gambar 1.1(c) mediumnya berupa air dalam suatu saluran, misalnya parit atau kanal. Jika papan rata di ujung kiri digerakkan satu kali bolak-balik, maka gelombang akan merambat sepanjang saluran itu. Dalam kasus ini, pergeseran air memiliki dua komponen, yaitu komponen longitudinal dan komponen transversal.

(a)

(b)

(c)

Gambar 1.1 Proses terjadinya gelombang transversal dan gelombang longitudinal. (a) Tangan menggerakkan dawai ke atas, kemudian kembali, menghasilkan gelombang transversal. (b) Piston menekan zat cair atau gas ke kanan, kemudian kembali, menghasilkan gelombang longitudinal. (c) Papan mendorong air ke kanan, kemudian kembali, menghasilkan gelombang transversal dan gelombang longitudinal.

Ketiga contoh gelombang yang telah diuraikan di atas memiliki tiga sifat yang sama. Pertama, dalam setiap kasus gangguan itu merambat dengan laju tertentu. Laju ini dikenal sebagai laju gelombang, dengan simbol v. Laju ini ditentukan oleh sifat-sifat mekanik medium. Kedua, mediumnya sendiri tidak berjalan. Akan tetapi, partikel-partikel medium bergerak bolak-balik di sekitar posisi kesetimbangannya. Ketiga, untuk membuat sistem bergerak, kita harus memberikan energi dengan cara melakukan kerja mekanik pada sistem tersebut. Gerak gelombang ini membawa energi dari satu tempat ke tempat lain.


(6)

B. Gelombang Periodik

Gelombang traansversal pada dawai yang diregangkan seperti ditunjukkan pada Gambar 1.1(a) merupakan salah satu contoh pulsa gelombang yang berjalan sepanjang dawai. Apabila pada ujung bebas dawai digerakkan secara periodik ke atas dan ke bawah, setiap partikel pada dawai juga akan mengalami gerakan periodik sehingga diperoleh gelombang periodik. Jika kita menggerakkan dawai itu ke atas dan ke bawah dalam gerak harmonik sederhana dengan amplitudo A, frekuensi f, frekuensi sudut

ω

=2

πf ,

dan periode

T

=1

/

f

=2

π

/

ω ,

maka diperoleh gelombang periodik yang menyerupai fungsi sinus (sinusoidal). Oleh karena itu, gelombang periodik juga dikenal dengan istilah gelombang sinusoidal.

Gambar 1.2 menunjukkan bentuk dari sebagian gelombang sinusoidal pada dawai di ujung kiri pada setiap selang waktu

1

8 periode dari waktu total 1 periode. Bentuk gelombang itu bergerak ke kanan, seperti yang ditunjukkan oleh anak panah yang menunjuk puncak gelombang tertentu. Ketika gelombang itu bergerak, setiap titik pada dawai berosilasi ke atas dan ke bawah di sekitar posisi setimbangnya.

Gambar 1.2 Gelombang transversal yang merambat pada dawai.

Untuk gelombang periodik seperti ditunjukkan pada Gambar 1.2, bentuk dawai menunjukkan suatu pola berulang. Panjang gelombang, dengan simbol

λ,

didefinisikan sebagai jarak dari satu puncak ke puncak berikutnya atau dari satu lembah ke lembah berikutnya atau dari sembarang titik ke titik yang bersangkutan pada pengulangan berikutnya.


(7)

Pola gelombang ini merambat dengan laju konstan v dan bergerak maju sejauh satu panjang gelombang dalam selang waktu T. Jadi,

v

=

λ

/

T

.

Dengan mengingat

f

=1/

T ,

maka

v

=

.

(1-1)

Untuk memahami gelombang longitudinal, kita dapat menggunakan slinki (Gambar 1.3). Jika salah satu ujung slinki didorong sepanjang slinki, maka pulsa gelombang bergerak sepanjang slinki. Jika ujung slinki digerakkan bolak-balik sejajar dengan sumbu slinki, gerakan ini akan membentuk rapatan dan renggangan di sepanjang slinki. Untuk gelombang longitudinal, panjang gelombang adalah jarak dari satu rapatan ke rapatan berikutnya atau jarak dari satu renggangan ke renggangan berikutnya. Perlu diketahui, Persamaan (1-1) berlaku juga untuk gelombang longitudinal.

arah simpangan

arah simpangan

Gambar 1.3 Slinki Contoh Soal 1.1

Telinga manusia mampu menanggapi gelombang longitudinal pada jangkauan frekuensi sekitar 20 Hz – 20.000 Hz. Untuk gelombang bunyi di udara yang merambat dengan laju

v

=344 m/s,

hitunglah panjang gelombang yang bersesuaian dengan jangkauan frekuensi ini.

Penyelesaian

Laju gelombang bunyi di udara Dengan menggunakan Persamaan (1-1), untuk frekuensi

f

1

20

Hz

dan

f

2

=

20 .000 Hz,

diperoleh

λ

1

=

v

f

1

=

344 m/s

20 Hz

=

17

,

2 m,

λ

2

=

v

f

2

=

344 m/s

20 .000 Hz

=

0, 0172 m .

m/s.

344


(8)

C. Deskripsi Matematis Gelombang

Banyak karakteristik gelombang periodik yang dapat dijelaskan dengan menggunakan konsep laju gelombang, periode gelombang, dan panjang gelombang. Akan tetapi, seringkali kita memerlukan deskripsi yang lebih rinci mengenai posisi dan gerak partikel yang bergetar. Untuk maksud ini kita dapat menggunakan konsep fungsi gelombang, yaitu suatu fungsi yang menjelaskan posisi partikel yang bergetar pada sembarang waktu.

Kita akan meninjau gelombang pada dawai yang diregangkan. Pada posisi setimbang, dawai membentuk garis lurus. Kita menganggap bahwa garis lurus ini merupakan sumbu-x dalam sistem koordinat kartesius. Getaran dawai membentuk gelombang transversal sehingga selama geraknya seluruh partikel dengan posisi setimbang sepanjang sumbu-x digeser sejauh y yang arahnya tegak lurus sumbu-x ini. Nilai y bergantung pada posisi partikel yang ditinjau dan juga bergantung pada waktu. Secara matematis, y merupakan fungsi dari x dan t atau sering ditulis

y

=

y

(

x ,t

)

.

Ungkapan

y

(

x,t

)

disebut sebagai fungsi gelombang. Jika fungsi gelombang diketahui, kita dapat menentukan pergeseran partikel yang bergetar (diukur dari posisi setimbang) pada sembarang waktu.

Sekarang kita akan membicarakan bentuk fungsi gelombang untuk gelombang sinusoidal, yaitu gelombang sinusoidal yang berjalan dari kiri ke kanan sepanjang dawai. Diandaikan pergeseran partikel di ujung kiri dawai (

x

=

0

) dinyatakan dengan persamaan

y

(

0,

t

)=

A

sin

ωt

=

A

sin 2

π ft

=

A

sin

2

π

T

t

.

(1-2)

Artinya, partikel itu bergerak harmonik sederhana dengan amplitudo A, frekuensi f, dan frukuensi sudut

ω

=2

π ft

.

Pada

t

=

0

partikel di

x

=

0

memiliki pergeseran nol (

y

=0

) dan partikel sedang bergerak ke arah sumbu-y positif. Gelombang ini merambat dari

x

=

0

ke titik x di sebelah kanan titik asal dalam waktu

x

/

v ,

dengan v laju gelombang. Jadi, gerakan di titik x pada waktu t sama seperti gerakan di titik

x

=

0

pada waktu sebelumnya, yaitu


(9)

t

x

v

.

Dengan demikian, kita dapat menghitung pergeseran di titik x pada waktu t hanya

dengan mengganti t pada Persamaan (1-2) dengan

t

x

v

.

Jadi,

y

(

x, t

)=

A

sin

ω

(

t

x

v

)

=

A

sin 2

πf

(

t

x

v

)

.

(1-3)

Kita dapat menuliskan fungsi gelombang Persamaan (1-3) menjadi beberapa bentuk yang berbeda. Dengan mengingat

f

=1/

T

dan

λ

=

v

/

f

=

vT ,

Persamaan (1-3) menjadi

y

(

x, t

)=

A

sin 2

π

(

t

T

x

λ

)

.

(1-4)

Bilangan gelombang, dengan simbol k, didefinisikan sebagai

k

=

2

π

/

λ

.

(1-5)

Dengan substitusi

λ

=

2

π

/

k

dan

f

=

ω

/2

π

ke Persamaan (1-1), diperoleh

ω

=

vk

.

(1-6)

Dengan demikian, Persamaan (1-4) menjadi

y

(

x,t

)=

A

sin

(

ωt

kx

)

.

(1-7)

Kita dapat memodifikasi Persamaan (1-3) sampai dengan Persamaan (1-7) untuk menjelaskan gelombang yang merambat ke arah sumbu-x negatif. Dalam kasus ini, pergeseran di titik x pada saat t adalah sama seperti gerak di titik

x

=

0

pada waktu sesudahnya, yaitu


(10)

t

+

x

v

.

Dengan demikian, kita dapat mengganti t pada Persamaan (1-2) dengan

(

t

+

x

v

)

.

Jadi, untuk gelombang yang merambat ke arah sumbu-x negatif berlaku

y

(

x , t

)=

A

sin 2

πf

(

t

+

x

v

)

=

A

sin 2

π

(

t

T

+

x

λ

)

=

A

sin

(

ωt

+

kx

)

.

(1-7)

Secara umum, fungsi gelombang dapat dituliskan sebagai

y

(

x,t

)=

A

sin

(

ωt

±

kx

)

.

Tanda positif menunjukkan gelombang merambat ke arah sumbu-x negatif, sedangkan tanda negatif menunjukkan gelombang merambat ke arah sumbu-x positif. Besaran

(

ωt

±

kx

)

dinamakan sudut fase, dengan satuan derajat atau radian. Titik-titik yang pergeserannya maksimum, yaitu

y

=

A,

terjadi ketika

sin

(

ωt

±

kx

)

=

1.

Sudut fase pada saat pergeseran maksimum adalah

π

/2,

5

π

/2,

dan seterusnya. Titik-titik yang pergeserannya minimum, yaitu

y

=0,

terjadi ketika sudut fasenya adalah 0, π ,

2

π ,

dan seterusnya. Dua titik A dan B dikatakan memiliki fase sama apabila kedua titik ini memiliki beda sudut fase sebesar

2

π

atau

2

, dengan n bilangan bulat. Apabila dua titik memiliki fase yang sama, maka

kedua titik tersebut bergerak dalam arah yang sama.

Contoh Soal 1.2

Widya bermain dengan tali plastik yang biasa digunakan untuk menjemur pakaian. Ia melepaskan salah satu ujung tali dan memegangnya sehingga tali membentuk garis lurus mendatar. Selanjutnya, ia menggerakkannya ke atas dan ke bawah secara sinusoidal dengan frekuensi 2 Hz dan amplitudo 0,5 m. Laju gelombang pada tali adalah

v

=

12

m/s. Ketika

t

=

0

ujung tali memiliki pergeseran nol dan bergerak ke arah sumbu-y positif. (a) Hitunglah amplitudo, frekuensi sudut, periode, panjang gelombang, dan bilangan gelombang dari gelombang yang terbentuk pada tali. (b) Tulislah fungsi gelombangnya. (c) Tulislah fungsi gelombang dari sebuah titik yang terletak pada tali yang dipegang Widya. (d) Tulislah fungsi gelombang dari sebuah titik yang berjarak 3 m dari ujung tali yang dipegang Widya.


(11)

Penyelesaian

(a) Amplitudo gelombang sama dengan amplitudo gerakan tali. Jadi, amplitudo

A

=0,5 m.

Frekuensi sudut

ω

=

2

πf

=(

2

π

rad

)(

2 Hz

)=

4

π

rad/s

Periode

T

=

1

f

=

1

2 Hz

=

0,5 s.

Panjang gelombang dapat dihitung dengan Persamaan (1-1):

λ

=

v

f

=

12 m/s

2 Hz

=

6 m .

Bilangan gelombang k dapat dihitung dengan Persamaan (1-5) atau Persamaan (1-6). Diperoleh,

k

=

2

π

λ

=

2

π

rad

6 m

=

π

3

rad/m

atau

k

=

ω

v

=

4

π

rad

12 m/s

=

π

3

rad/m .

(b) Diandaikan ujung tali yang dipegang Widya adalah

x

=

0

dan gelombang merambat sepanjang tali ke arah sumbu-x positif. Oleh karena itu, fungsi gelombangnya dapat dinyatakan dengan Persamaan (1-4):

y

(

x,t

)=

A

sin 2

π

(

t

T

x

λ

)

=(

0,5 m

)

sin

(

2

π

)

(

t

0,5 s

x

6 m

)

=(

0,5 m

)

sin

[

(

4

π

rad/s

)

t

−(

π

/

3 rad/m

)

x

]

Hasil ini dapat juga diperoleh dengan menggunakan Persamaan (1-7), dengan

ω

=

4

π

rad/s

dan

k

=

π

3

rad/m .

(c) Fungsi gelombang dari sebuah titik yang terletak pada tali yang dipegang Widya, artinya x = 0, dapat diperoleh dengan substitusi x = 0 ke dalam jawaban (b). Diperoleh,


(12)

(d) Fungsi gelombang dari sebuah titik yang berjarak 3 m dari ujung tali yang dipegang Widya dapat diperoleh dengan substitusi x = 3 m ke dalam jawaban (b). Diperoleh,

y

(

x, t

)=(

0,5 m

)

sin

[

(

4

π

rad/s

)

t

−(

π

/

3 rad/m

)(

3 m

)

]

=(

0,5 m

)

sin

[

(

4

π

rad/s

)

t

π

rad

]

.

Kecepatan dan Percepatan Partikel dalam Gelombang Sinusoidal

Kita dapat menentukan kecepatan transversal sembarang partikel yang bergerak dalam gelombang transversal dengan menggunakan fungsi gelombang. Ada perbedaan antara cepat rambat gelombang dan kecepatan transversal. Untuk membedakan keduanya, cepat rambat gelombang diberi simbol v, sedangkan kecepatan transversal diberi simbol

v

y

.

Untuk menentukan kecepatan transversal

v

y di titik tertentu, kita mendiferensialkan parsial fungsi

gelombang

y

(

x,t

)

terhadap t. Jika fungsi gelombangnya berbentuk

y

(

x,t

)=

A

sin

(

ωt

kx

)

,

maka kecepatan transversal didefinisikan sebagai

v

y

(

x, t

)=

y

(

x ,t

)

t

=

ωA

cos

(

ωt

kx

)

.

(1-9)

Ungkapan

y

(

x ,t

)/∂

t

disebut diferensial parsial

y

(

x,t

)

terhadap t, yaitu diferensial

y

(

x,t

)

terhadap t dengan mempertahankan x tetap. Persamaan (1-9) menunjukkan bahwa

kecepatan transversal berubah terhadap waktu. Kecepatan transversal mencapai maksimum ketika

cos

(

ωt

kx

)

=

1,

sehingga

v

y, maks

=

ωA

.

Percepatan partikel dalam gelombang sinusoidal merupakan diferensial parsial kedua dari

y

(

x,t

)

terhadap t. Jadi,

a

y

(

x ,t

)=

2

y

(

x ,t

)

2

t

=−

ω

2

A

sin

(

ωt

kx

)=−

ω

2

y

(

x , t

)

.

(1-10)

Kita dapat juga menentukan diferensial parsial kedua

y

(

x,t

)

terhadap x. Jika hal ini dilakukan, diperoleh


(13)

2

y

(

x ,t

)

2

x

=−

k

2

A

sin

(

ωt

kx

)=−

k

2

y

(

x , t

)

.

(1-11)

Ungkapan

2

y

(

x,t

)/∂

x

2 menunjukkan kelengkungan dawai. Berdasarkan Persamaan (1-10) dan Persamaan (1-11) serta mengingat

ω

=

vk ,

diperoleh

2

y

(

x, t

)/∂

t

2

2

y

(

x ,t

)/∂

x

2

=

ω

2

y

(

x ,t

)

k

2

y

(

x ,t

)

=

ω

2

k

2

=

v

2

,

atau

2

y

(

x ,t

)

x

2

=

1

v

2

2

y

(

x , t

)

t

2

.

(1-12)

Persamaan (1-12) disebut persamaan gelombang yang merupakan salah satu persamaan yang sangat penting dalam fisika.

Gambar 1.4 menunjukkan arah kecepatan transversal

v

y dan percepatan transversal yang diberikan oleh Persamaan (1-9) dan Persamaan (1-10) untuk beberapa titik pada dawai. Titik-titik di mana dawai itu memiliki kelengkungan ke atas, maka percepatan di titik-titik itu berharga positif. Sebaliknya, titik-titik di mana dawai itu memiliki kelengkungan ke bawah, maka percepatan di titik-titik itu berharga negatif. Perlu ditegaskan lagi bahwa

v

y dan

a

y adalah

kecepatan dan percepatan transversal dari titik-titik pada dawai. Titik-titik bergerak sepanjang arah sumbu-y, bukan sepanjang arah perambatan gelombang.

y

x

Gambar 1.4 Arah kecepatan transversal

v

y dan percepatan transversal

a

y pada beberapa

titik dalam dawai. Contoh Soal 1.3


(14)

Fungsi gelombang transversal yang merambat sepanjang dawai diberikan oleh persamaan

y

(

x,t

)=

3sin

π

(

t

4

x

)

,

dengan x dan y dalam cm dan t dalam sekon. (a) Tentukan panjang

gelombang dan periode gelombang transversal ini. (b) Tentukan kecepatan transversal dan percepatan transversal pada saat t. (c) Hitunglah kecepatan transversal dan percepatan transversal pada titik

x

=0,25 cm

ketika

t

=

0.

(d) Hitunglah kecepatan transversal dan percepatan transversal maksimumnya.

Penyelesaian

(a) Jika fungsi gelombang

y

(

x,t

)=

3sin

π

(

t

4

x

)

dibandingkan dengan Persamaan

(1-7), yaitu

y

(

x,t

)=

A

sin

(

ωt

kx

)

=

A

sin

π

(

2

t

T

2

x

λ

)

,

diperoleh

 panjang gelombang:

4

=

2

λ

,

λ

=0,5

cm,

 periode:

1

=

2

T

,

T=2 sekon.

(b) Kecepatan transversal:

v

y

=

y

(

x , t

)

t

=

3

π

cos

π

(

t

4

x

)

.

Percepatan transversal

a

y

=

2

y

(

x , t

)

t

2

=−

3

π

2

sin

π

(

t

4

x

)

.

(c) Kecepatan transversal dan percepatan transversal pada

x

=0,25

cm ketika

t

=

0

dapat dihitung dengan substitusi

x

=0,25

cm dan t = 0 ke dalam jawaban (b):

v

y

=

3

π

cos

(−

π

)=−

3

π

cm/s,

a

y

=−

3

π

2

sin

(−

π

)=

0.

(d) Kecepatan transversal maksimum,

v

y, maks

=3

π

cm/s. Percepatan transversal maksimum,

a

y, maks

=−

3

π

2

cm/s2.

D. Laju Gelombang Transversal pada Dawai

Besaran fisika yang memengaruhi laju gelombang transversal pada dawai adalah tegangan dawai F dan massa per satuan panjang μ (kerapatan massa linear) dawai. Dengan menggunakan pendekatan analisis, dapat ditunjukkan bahwa hubungan antara laju


(15)

gelombang transversal, tegangan dawai, dan massa per satuan panjang dawai dirumuskan dengan persamaan

v

=

F

μ

.

(1-13)

Contoh Soal 1.4

Gelombang transversal dengan panjang gelombang 0,3 m merambat sepanjang kawat bermassa 15 kg dengan panjang 300 m. Jika tegangan kawat 1.000 N, berapakah laju gelombang transversal dan frekuensinya?

Penyelesaian

Panjang gelombang :

λ

=0,3

m Panjang kawat :

l

=

300

m Massa kawat :

m

=

15

kg Tegangan kawat :

F

=

1. 000

N

Jadi, massa per satuan panjang kawat

μ

=

m

l

=

15 kg

300 m

=

0, 05

kg/m. Dengan menggunakan Persamaan (1-13), diperoleh

v

=

F

μ

=

1.000 N

0,05 kg/m

=

20.000

m/s = 141 m/s.

Frekuansi gelombang dapat dihitung dengan Persamaan (1-1):

f

=

v

λ

=

141 m/s

0,3 m

=

470 Hz.

E. Laju Gelombang Longitudinal

Gelombang longitudinal merupakan salah satu pokok bahasan yang sangat penting. Apabila frekuensi gelombang longitudinal terletak dalam jangkauan pendengaran manusia, gelombang manusia dikenal sebagai bunyi. Jadi, bunyi merupakan gelombang longitudinal.


(16)

Semua alat musik tiup, misalnya seruling, akan menghasilkan gelombang longitudinal (bunyi) yang merambat dalam medium udara yang berada dalam pipa. Seperti pada pembahasan laju gelombang transversal, laju gelombang longitudinal juga bergantung pada sifat-sifat medium. Pada gelombang longitudinal pergeseran partikel-partikel yang bergetar tidak tegak lurus terhadap arah perambatan, tetapi searah dengan arah perambatan.

Kita akan membahas laju gelombang longitudinal dalam fluida yang berada di dalam pipa. Gambar 1.5 menunjukkan fluida, baik zat cair maupun gas, dengan kerapatan ρ yang berada dalam pipa yang luang penampangnya

A

.

Dalam keadaan setimbang, fluida ini memiliki tekanan tetap p. Pada Gambar 1.5(a), fluida dalam keadaan diam. Ketika

t

=0,

piston di ujung kiri digerakkan ke kanan dengan laju tetap

v

y

.

Hal ini menyebabkan

gelombang merambat ke kanan di sepanjang pipa. Gambar 1.5(b) menunjukkan keadaan fluida pada saat t. Bagian fluida di sebelah kiri titik P bergerak ke kanan dengan laju

v

y

,

sedangkan bagian fluida yang terletak di sebelah kanan titik P tetap diam. Batas antara bagian fluida yang bergerak dan bagian fluida yang diam berjalan ke kanan dengan kelajuan yang sama dengan laju gelombang, yaitu v. Pada saat t piston telah bergerak sejauh

v

y

t

dan

batas itu telah bergerak sejauh vt. Kita akan menentukan laju gelombang longitudinal ini dengan menggunakan teorema impuls-momentum.

Gambar 1.5 Laju gelombang longitudinal dalam fluida yang berada dalam pipa. (a) Fluida berada dalam keadaan setimbang. (b) Pada fluida yang bergerak terdapat gaya sebesar

(

p

+

Δp

)

A

pA

=

Δ pA

yang arahnya ke kanan.

Banyaknya fluida yang bergerak dalam waktu t sama dengan banyaknya fluida yang mula-mula menempati bagian pipa dengan panjang vt dan luas penampang

A

.

Oleh karena itu, fluida yang bergerak memiliki volume

Avt

dan massa

ρ Avt

.

Dengan mengingat


(17)

momentum adalah massa kali kecepatan, massa fluida ini memiliki momentum sebesar

(

ρ Avt

)

v

y

.

Selanjutnya, kita akan menghitung perubahan tekanan

Δp

dalam fluida yang bergerak. Fluida yang bergerak memiliki volume mula-mula

V

0

=

Avt

dan telah berkurang

sebanyak

ΔV

=−

Av

y

t

(tanda negatif menunjukkan bahwa volume fluida telah berkurang).

Untuk menghitung perubahan tekanan fluida

Δp,

kita akan menggunakan besaran modulus Bulk B yang didefinisikan sebagai nilai negatif dari perbandingan perubahan tekanan

Δp

Δp

terhadap fraksi perubahan volume

ΔV

/

V

0

.

Secara matematis, modulus Bulk

dirumuskan dengan persamaan

B

=−

Δp

ΔV

/

V

0

.

Akan tetapi,

V

0

=

Avt

dan

ΔV

=−

Av

y

t

sehingga

B

=−

Δp

Av

y

t

/

Avt

atau

Δp

=

B

v

y

v

.

Tekanan fluida yang bergerak adalah

p

+

Δp

dan gaya yang diberikan oleh piston pada fluida yang bergerak adalah

(

p

+

Δp

)

A

.

Jadi, pada fluida yang bergerak terdapat gaya sebesar

(

p

+

Δp

)

A

pA

=

Δ pA

(Gambar 1.5(b)). Jadi, fluida yang bergerak memiliki impuls sebesar

Δ pAt

=(

Bv

y

/

v

)

At

.

Dengan mengingat teorema impuls-momentum, diperoleh

B

v

y

v

At

=

ρ vtA

y

,

v

=

B


(18)

Jadi, laju gelombang longitudinal dalam fluida hanya bergantung pada modulus Bulk B dan massa jenis fluida.

Persamaan (1-14) merupakan perumusan gelombang longitudinal dalam pipa. Akan tetapi, Persamaan (1-14) berlaku untuk gelombang longitudinal secara umum. Laju gelombang bunyi di udara dan di air dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan (1-14).

Jika gelombang longitudinal merambat dalam zat padat, situasinya sedikit berbeda. Sebatang zat padat dapat berekspansi sedikit ke samping apabila penampang batang itu ditekan secara horisontal. Sebaliknya, fluida yang berada dalam pipa tidak dapat berekspansi ke samping apabila penampangnya ditekan secara horisontal. Kita dapat menunjukkan bahwa laju gelombang longitudinal dalam zat padat dapat dihitung dengan menggunakan rumus

v

=

Y

ρ

,

(1-15)

dengan Y adalah modulus Young zat padat, yaitu perbandingan antara tegangan dan regangan, dan ρ adalah massa jenis zat padat.

Perhatikan bahwa ada kemiripan bentuk Persamaan (1-13), (1-14), dan (1-15). Pada ketiga persamaan ini, pembilang di dalam tanda akar menunjukkan sifat elastik yang menjelaskan gaya pemulih dan penyebut menunjukkan sifat inersial medium yang bersangkutan.

Tabel 1.1 menunjukkan laju bunyi dalam beberapa macan medium. Gelombang bunyi merambat lebih lambat dalam medium timah daripada dalam medium alumininium, sebab timah memiliki modulus Bulk dan modulus geser lebih kecil dan massa jenis yang lebih besar.

Tabel 1.1 Laju Bunyi dalam Bahan Bahan Laju Bunyi (m/s) Gas

Udara (20oC)

Helium (20oC)

Hidrogen (20oC)

Zat Cair

Helium Cair (4 K) Raksa (20oC)

Air (0oC)

344 999 1.330 211 1.451 1.402


(19)

Air (20oC)

Air (100oC)

Zat Padat Aluminium Timah Baja

1.482 1.543 6.420 1.960 5.941 F. Gelombang Bunyi dalam Gas

Untuk menentukan laju perambatan bunyi dalam gas ideal dengan menggunakan Persamaan (1-14), kita harus mengetahui modulus Bulk gas ideal. Dalam frekuensi audio, antara 20 Hz – 20.000 Hz, perambatan bunyi dalam gas ideal sangat mendekati proses adiabatik. Oleh karena itu, untuk gelombang bunyi dalam gas ideal Persamaan (1-14) harus menggunakan modulus Bulk adiabatik,

B

ad

.

Dalam proses adiabatik berlaku

pV

γ

=

konstan, sehingga

dp

/

dV

=−

γp

/

V

.

Dengan menggunakan definisi modulus Bulk diperoleh

B

ad

=

γp

.

Dalam proses isotermal, pada gas ideal berlaku

pV

=

konstan, sehingga

dp

/

dV

=−

p

/

V

dan

B

ad

=

p

.

Dengan demikian, untuk gas ideal Persamaan (1-14)

menjadi

v

=

γp

ρ

.

(1-16)

Akan tetapi, massa jenis gas ideal adalah

ρ

=

pM

/

RT

sehingga Persamaan (1-16) menjadi

v

=

γ RT

M

,

(1-17)

dengan R tetapan gas umum, M massa molar, dan T suhu mutlak. Contoh Soal 1.5


(20)

Penyelesaian

Massa molar rerata udara adalah

M

=28

,

8×10

−3 kg/mol,

γ

=1,40

,

tetapan gas umum

R

=

8,315

J/mol.K dan

T

=

20

o

C

=

293 K .

Substitusi nilai-nilai ini ke Persamaan (1-17), diperoleh

v

=

344

m/s.

SOAL-SOAL

A. Pilihan Ganda

Pilihlah salah satu jawaban yang tepat!

1. Gelombang merambat dari sumber S ke kanan dengan kelajuan 8 m/s, frekuensi 16 Hz, dan amplitudo 4 cm. Gelombang itu melalui titik P yang berjarak 9

1

2 m dari S. Jika S telah bergetar 1

1

4 s dan arah getar pertamanya ke atas, simpangan titik P pada saat itu adalah ....

A. nol D. 3 cm

B. 1 cm E. 4 cm

C. 2 cm

2. Gelombang transversal merambat pada tali yang panjangnya 5 cm dan diregangkan dengan gaya 2 N. Jika laju perambatan gelombang itu 40 m/s, maka massa tali adalah ....

A. 6,25 g D. 6,85 g

B. 5,50 g E. 6,90 g

C. 6,75 g

3. Gelombang transversal merambat pada tali dengan persamaan simpangan

y

(

x,t

)=

0,02 sin

π

(

50

t

+

x

)

,

dengan x dan y dalam meter dan t dalam sekon.

Berdasarkan fungsi gelombang tersebut, maka (1) frekuensi gelombang 25 Hz

(2) panjang gelombang 2 m (3) laju gelombang 50 m/s

(4) dua titik yang berjarak 50 m sefase

Dari empat pernyataan di atas, yang benar adalah .... A. (1), (2), (3), dan (4)

B. (1), (2), dan (3) C. (1) dan (3)


(21)

D. (2) dan (4) E. (4)

4. Gelombang transversal merambat dengan persamaan simpangan

y

(

x,t

)=

0,2sin

π

(

8

t

2

x

)

,

dengan x dan y dalam meter dan t dalam sekon.

Laju perambatan gelombang tersebut adalah ....

A. 20 m/s D. 8 m/s

B. 16 m/s E. 4 m/s

C. 12 m/s

5. Laju perambatan bunyi dalam gas oksigen pada suhu 30oC adalah 335 m/s. Laju

perambatan bunyi dalam gas hidrogen pada suhu yang sama adalah ….

A. 168 m/s D. 1.340 m/s

B. 670 m/s E. 5.360 m/s

C. 900 m/s

6. Jika modulus bulk air

2,1×10

9 N/m2 dan massa jenis air 1 g/cm3, laju

gelombang bunyi dalam air adalah ….

A. 45.826 m/s D. 765 m/s

B. 4.583 m/s E. 335 m/s

C. 1.449 m/s

7. Seutas tali diregangkan dengan tegangan tertentu sehingga memberikan frekuensi 300 Hz. Jika tegangan dinaikkan 1 N, frekuensinya menjadi 320 Hz. Tegangan tali mula-mula adalah ….

A. 5,75 N D. 7,25 N

B. 6,00 N E. 8,25 N

C. 6,25 N

8. Gelombang transversal merambat ke kanan dengan laju 200 m/s, frekuensi 100 Hz, dan amplitudo 0,5 m. Jika arah getaran pertama ke atas, fungsi gelombangnya berbentuk ....

A.

y

(

x,t

)=

0,5sin

(

200

πt

πx

)

B.

y

(

x,t

)=

0,5sin

(

200

πt

+

πx

)

C.

y

(

x,t

)=

0,5sin

(

200

πx

πt

)

D.

y

(

x,t

)=

0,5sin

(

πt

200

πx

)

E.

y

(

x,t

)=

0,5sin

(

πt

+

200

πx

)


(22)

9. Salah satu ujung seutas tali digetarkan harmonik sederhana sehingga getarannya merambat ke kanan sepanjang tali dengan laju 20 m/s. Ujung tali itu mula-mula digetarkan ke atas dengan frekuensi 10 Hz dan amplitudo 10 cm. Laju partikel di titik P yang berjarak 40 cm pada saat ujung ujung tali telah bergetar selama 0,1 sekon adalah ....

A. 1,50 m/s D. 1,89 m/s

B. 1,67 m/s E. 1,94 m/s

C. 1,72 m/s

10. Laju perambatan bunyi di udara pada suhu 20oC adalah 340 m/s. Ketika suhu

udara naik menjadi 37oC, laju perambatan bunyi di udara menjadi ….

A. 629,0 m/s D. 349,7 m/s

B. 462,4 m/s E. 345,0 m/s

C. 349,7 m/s

B. Uraian

1. (a) Sinyal radio AM memiliki frekuensi antara 550 kHz dan 1.600 kHz. Sinyal ini merambat dengan laju

3,0×10

8 m/s. Berapakah panjang gelombang sinyal ini? (b) Radio FM rentang frekuensinya antara 88 MHz dan 108 MHz dan merambat dengan laju yang sama, yaitu

3,0×10

8 m/s. Berapakah panjang gelombang sinyal radio FM?

2. Persamaan gelombang transversal yang merambat sepanjang dawai dinyatakan dengan persamaan

y

(

x,t

)=

6 sin

(

4

πt

+

0,02

πx

)

,

dengan x dan y dinyatakan dalam cm dan t dalam sekon. Hitunglah (a) amplitudo, (b) panjang gelombang, (c) frekuensi, (d) laju

gelombang, dan (e) arah perambatan gelombang.

3. Gelombang dengan frekuensi 500 Hz merambat dengan laju 350 m/s. (a) Berapakah jarak antara dua titik yang berbeda fase

π

/

3

? (b) Berapakah beda fase di antara dua pergeseran pada suatu titik tertentu pada waktu

10

−3 s berselang?

4. Persamaan gelombang transversal yang merambat sepanjang dawai dinyatakan dengan persamaan

y

(

x,t

)=

15sin

[

(

π

/

6

)(

64

t

2

x

]

,

dengan x dan y dinyatakan dalam cm

dan t dalam sekon. (a) Hitunglah kecepatan transversal maksimum pada titik-titik sepanjang dawai. (b) Hitunglah kecepatan transversal sebuah titik pada jarak

x

=

6

cm ketika

t

=0,25

s.


(23)

5. Gelombang sinusoida merambat pada tali dengan laju 80 cm/s. Pergeseran partikel di

x

=

10

cm dinyatakan dengan persamaan

y

(

x,t

)=

5sin

(

1

4

t

)

,

dengan satuan cm.

Massa per satuan panjang tali 4 g/cm. (a) Berapakah frekuensi gelombang ini? (b) Berapakah panjang gelombangnya? (c) Tulislah fungsi gelombangnya. (d) Hitunglah tegangan tali.

6. Kita dapat mendengarkan kereta api yang sedang bergerak dengan cara menempelkan telinga pada rel kereta api. Jika modulus Young baja

Y

=

2

×

10

11 N/m2 dan massa jenis

baja 7,9 kg/m3, berapakah waktu yang diperlukan gelombang bunyi yang merambat

sepanjang rel baja ketika kereta api itu berjarak 1 km?

7. Laju gelombang bunyi yang merambat dalam gas hidrogen pada suhu 200 K adalah 1.220 m/s. Dengan menganggap bahwa hidrogen adalah gas ideal, berapakah laju bunyi dalam gas hidrogen apabila suhunya berubah menjadi 405 K?


(24)

Bab 2

SIFAT-SIFAT UMUM GELOMBANG

Ketika Anda berteriak di dekat dinding bangunan atau berteriak di pinggir jurang menghadap gunung, gelombang bunyi akan dipantulkan oleh permukaan tegar pada dinding atau gunung sehingga terjadi gema. Jika kalian menyentakkan salah satu ujung tali yang ujung lainnya diikatkan pada penopang, maka pulsa yang menjalar sepanjang tali akan dipantulkan kembali mendekati kalian. Peristiwa ini menunjukkan bahwa gelombang datang dan gelombang pantul saling berinteraksi dalam medium yang sama. Peristiwa semacam ini dinamakan interferensi.

Interferensi gelombang merupakan salah satu sifat-sifat umum gelombang. Semua jenis gelombang, baik transversal maupun longitudinal, memiliki sifat-sifat yang sama. Kita akan membahas beberapa sifat umum gelombang.

A. Superposisi Gelombang

Sekarang kita akan membahas apa yang terjadi apabila dua atau lebih gelombang yang sejenis merambat dalam medium yang sama, misalnya dua gelombang bunyi bersama-sama merambat di udara. Untuk memudahkan pembahasan, kita akan meninjau dua pulsa gelombang yang merambat pada tali. Gambar 2.1 menunjukkan dua pulsa gelombang pada tali yang merambat dalam arah berlawanan. Ketika kedua pulsa itu berinteraksi, pergeseran tali sama dengan jumlah aljabar dari pergeseran masing-masing pulsa. Setelah keduanya berinteraksi, kedua pulsa meneruskan perambatannya tanpa mengalami perubahan bentuk.


(25)

Gambar 2.1 Dua pulsa gelombang merambat pada arah berlawanan sepanjang tali yang teregang. Setelah berinteraksi, kedua pulsa meneruskan perambatannya tanpa mengalami perubahan bentuk.

Jadi, jika ada dua gelombang atau lebih menjalar dalam medium yang sama, maka pergeseran totalnya merupakan jumlah pergeseran dari masing-masing gelombang. Hal ini dikenal sebagai prinsip superposisi. Secara matematis, jika

y

1

(

x ,t

)

dan

y

2

(

x ,t

)

berturut-turut menunjukkan fungsi gelombang dari dua gelombang tali yang merambat dalam medium yang sama, maka pergeseran tali ketika dua gelombang itu berinteraksi memenuhi persamaan

y

(

x,t

)=

y

1

(

x,t

)+

y

2

(

x ,t

)

.

(2-1)

Prinsip superposisi merupakan konsekuensi logis dari persamaan gelombang yang bersifat linear untuk pergeseran transversal kecil. Dengan alasan ini pula prinsip superposisi juga sering disebut sebagai prinsip superposisi linear. Untuk sistem fisika yang mediumnya tidak memenuhi hukum Hooke, persamaan gelombangnya taklinear dan prinsip superposisi menjadi tidak berlaku.

Prinsip superposisi memegang peranan penting pada semua jenis gelombang. Apabila seorang teman berbicara dengan Anda yang sedang mendengarkan musik dari pengeras suara stereo, Anda dapat membedakan antara bunyi pembicaraan dan suara musik. Hal ini terjadi karena gelombang bunyi total yang sampai di telinga Anda merupakan jumlah aljabar dari gelombang yang dihasilkan oleh suara teman Anda dan gelombang yang dihasilkan oleh pengeras suara stereo. Jika dua gelombang bunyi tidak bergabung secara linear, suara yang Anda dengar menjadi campur-aduk dan kacau-balau. Prinsip superposisi juga memungkinkan kita dapat mendengarkan nada-nada yang dimainkan oleh setiap alat musik dalam pertunjukkan konser musik, meskipun gelombang bunyi dari seluruh alat konser yang sampai ke telinga itu sangat kompleks.

B. Interferensi Gelombang

Superposisi dua atau lebih gelombang sinusoidal disebut interferensi. Hasil interferensi gelombang sinusoidal ini bergantung pada beda fase di antara gelombang-gelombang yang berinterferensi. Kita akan membahas dua gelombang-gelombang yang frekuensi, amplitudo, dan laju sama yang merambat ke arah sumbu- x positif, tetapi kedua gelombang

itu memiliki beda fase

φ

.

Diandaikan dua gelombang itu berturut-turut memiliki fungsi gelombang


(26)

y

1

(

x ,t

)=

A

sin

(

kx

ωt

φ

)

,

(2-2)

dan

y

2

(

x ,t

)=

A

sin

(

kx

ωt

)

.

(2-3)

Persamaan (2-2) dapat dinyatakan dalam bentuk

y

1

(

x ,t

)=

A

sin

[

k

(

x

φ

k

)

ωt

]

(2-4a)

atau

y

1

(

x ,t

)=

A

sin

[

kx

ω

(

t

+

φ

ω

)

]

.

(2-4b)

Persamaan (2-4a) dan Persamaan (2-3) menunjukkan bahwa kedua gelombang itu mengalami pergeseran satu sama lain sepanjang sumbu- x yang jaraknya

φ

/

k

.

Persamaan (2-4a)

dan Persamaan (2-3) menunjukkan bahwa pada titik x tertentu kedua gelombang itu

menimbulkan gerak harmonik sederhana dengan beda waktu sebesar

φ

/

ω

.

Selanjutnya, kita akan menentukan gelombang resultan, yaitu jumlah dari Persamaan (2-2) dan Persamaan (2-3). Dengan menggunakan prinsip superposisi, diperoleh

y

(

x , t

)=

y

1

(

x , t

)+

y

2

(

x ,t

)=

A

[

sin

(

kx

ωt

φ

)+

sin

(

kx

ωt

)

]

.

Dengan menggunakan rumus trigonometri, yaitu

sinA+sinB=2 sin12(A+B)cos12(AB),

diperoleh

y(x , t)=A

[

2sin21(kxωtφ+kxωt)cos12(kxωtφkx+ωt)

]

y

(

x ,t

)=

A

[

2sin

(

kx

ωt

φ

2

)

cos

φ


(27)

atau

y

(

x,t

)=

(

2

A

cos

φ

2

)

sin

(

kx

ωt

φ

2

)

.

(2-5)

Gelombang resultan ini menunjukkan sebuah gelombang baru yang memiliki frekuensi dan bilangan gelombang yang sama dengan gelombang mula-mula, tetapi memiliki amplitudo

2

A

cos

(

φ

/

2

)

.

Jika beda fase

φ

antara

y

1

(

x ,t

)

dan

y

2

(

x ,t

)

sangat kecil dibandingkan dengan

180

o

,

maka amplitudo resultannya mendekati nilai

2

A ,

sebab untuk

φ

sangat kecil

cos

(

φ

/

2

)≃

cos0

o

=

1.

Jika

φ

=0

o maka kedua gelombang itu memiliki fase yang sama. Artinya, puncak gelombang

y

1

(

x ,t

)

akan bersesuaian dengan puncak gelombang

y

2

(

x ,t

)

dan lembah gelombang

y

1

(

x ,t

)

akan bersesuaian dengan lembah gelombang

y

2

(

x ,t

)

.

Jika hal ini terjadi, antara

y

1

(

x ,t

)

dan

y

2

(

x ,t

)

terjadi interferensi konstruktif dan amplitudo resultannya persis sama dengan dua kali amplitudo masing-masing gelombang. Sebaliknya, jika beda fase

φ

antara

y

1

(

x ,t

)

dan

y

2

(

x ,t

)

mendekati

180

o

,

maka

amplitudo resultannya hampir sama dengan nol. Hal ini terjadi karena untuk

φ

=180

o

,

cos

(

φ

/

2

)≃

cos90

o

=

0.

Jika

φ

=180

o

,

maka puncak gelombang

y

1

(

x ,t

)

akan bersesuaian dengan lembah gelombang

y

2

(

x ,t

)

dan lembah gelombang

y

1

(

x ,t

)

akan

bersesuaian dengan puncak gelombang

y

2

(

x ,t

)

.

Jika hal ini terjadi, antara

y

1

(

x ,t

)

dan

y

2

(

x ,t

)

terjadi interferensi destruktif dan amplitudo resultannya sama dengan nol. Gambar 2.2(a) menunjukkan superposisi dua gelombang dengan beda fase

φ

≃0

o

,

sedangkan Gambar 2.2(b) menunjukkan superposisi dua gelombang dengan beda fase

φ

≃180

o

.


(28)

Gambar 2.2 (a) Superposisi dua gelombang yang frekuensi dan amplitudonya sama serta (hampir) sefase menghasilkan sebuah gelombang yang amplitudonya (hampir) dua kali amplitudo masing-masing gelombang. (b) Superposisi dua gelombang yang frekuensi dan amplitudonya sama serta berbeda fase mendekati

180

o menghasilkan sebuah gelombang yang amplitudonya (hampir) sama dengan nol. Perhatikan bahwa panjang gelombang hasil superposisi dalam setiap kasus tidak berubah.

Kita dapat juga menjumlahkan gelombang-gelombang yang memiliki panjang gelombang sama, tetapi amplitudonya berbeda. Dalam kasus ini, resultan gelombangnya memiliki panjang gelombang yang sama dengan panjang gelombang komponen-komponennya, tetapi resultan amplitudonya tidak memiliki bentuk sederhana sebagaimana dirumuskan oleh Persamaan (2-5). Mengapa demikian? Jika dua gelombang yang dijumlahkan memiliki amplitudo

A

1 dan

A

2 dan kedua gelombang itu sefase, maka resultan amplitudonya

adalah

A

1

+

A

2

.

Sebaliknya, jika kedua gelombang itu berbeda fase

180

o , maka amplitudo

resultannya adalah

|

A

1

A

2

|

.

Gambar 2.3 menunjukkan contoh interferensi gelombang. Dua pengeras suara yang dijalankan sefase oleh penguat, memancarkan gelombang bunyi sinusoidal identik dengan frekuensi yang sama. Pada titik P ditempatkan mikrofon yang berjarak sama dari kedua pengeras suara. Puncak gelombang yang dipancarkan oleh dua pengeras suara pada waktu yang sama menempuh jarak yang sama, sehingga sampai di titik P pada waktu yang sama. Jadi, kedua gelombang itu sefase dan di P terjadi interferensi saling memperkuat (konstruktif). Amplitudo gelombang total di P adalah dua kali amplitudo gelombang komponennya.


(29)

Gambar 2.3 Dua pengeras suara dijalankan oleh penguat yang sama, sehingga gelombang yang dipancarkan oleh kedua pengeras suara itu sefase.

Sekarang mikrofon digerakkan ke titik Q di mana jarak dari kedua pengeras suara ke mikrofon berbeda sebesar

1

2λ. Jadi, kedua gelombang itu sampai di Q dengan beda lintasan sebesar setengah periode atau berlawanan fase. Artinya, puncak positif dari satu pengeras suara tiba pada waktu yang bersamaan dengan puncak negatif dari pengeras suara yang lain. Dalam hal ini di Q terjadi interferensi saling memperlemah (destruktif) dan amplitudo yang diukur mikrofon itu jauh lebih kecil daripada satu pengeras suara saja. Jika amplitudo dari kedua pengeras suara itu sama, kedua gelombang itu akan saling meniadakan di Q dan amplitudo totalnya sama dengan nol.

Interferensi konstruktif terjadi jika beda lintasan yang dilalui oleh kedua gelombang adalah

0,

λ,

2

λ,

3

λ,

...

atau

( n= bilangan cacah). Dalam hal ini kedua

gelombang sampai di mikrofon sefase. Jika beda lintasan yang dilalui oleh kedua gelombang adalah

1 2λ ,

3 2λ ,

5

2λ,. .. atau (n+ 1

2)λ ( n= bilangan cacah), maka gelombang-gelombang itu tiba di mikrofon berlawanan fase dan terjadi interferensi destruktif.

Contoh Soal 2.1

Gambar 2.4 menunjukkan dua pengeras suara A dan B yang dijalankan oleh penguat suara yang sama sehingga keduanya mampu memancarkan gelombang sinusoidal sefase. Laju perambatan bunyi di udara 350 m/s. Pada frekuensi berapakah supaya di P terjadi interferensi (a) konstruktif dan (b) destruktif?


(30)

Penyelesaian

Sifat interferensi di P bergantung pada beda lintasan dari titik A dan B ke titik P. Jarak dari pengeras suara A dan B ke titik P berturut-turut adalah

x

AP

=

(

2, 00 m

)

2

+(

4, 00 m

)

2

=

4, 47 m

x

BP

=

(

1,00 m

)

2

+(

4,00 m

)

2

=

4,12 m .

Dengan demikian, beda lintasan itu adalah

d

=

x

AP

x

BP

=

4,47 m

4, 12 m

=

0,35 m .

(a) Interferensi konstruktif terjadi apabila beda lintasan

d

=0,

λ,

2

λ

, ....

Akan tetapi,

λ

=

v

/

f

sehingga

d

=0,

v

/

f

, 2

v

/

f ,

.. .=

nv

/

f

.

Jadi, frekuensi yang mungkin supaya di P terjadi interferensi konstruktif adalah

f

n

=

nv

d

=

n

350 m/s

0,35 m

(

n

=

1, 2, 3, ...

)

f

n

=

1.000 Hz, 2.000 Hz, 3 .000 Hz, ...

(b) Interferensi destruktif terjadi jika beda lintasan

d

=

λ

/2, 3

λ

/

2, 5

λ

/2, ....

Akan tetapi,

λ

=

v

/

f

sehingga

d

=

v

/

2

f

, 3

v

/2

f ,

5

v

/2

f ,

...

Jadi, frekuensi yang mungkin supaya di P terjadi interferensi destruktif adalah

f

n

=

nv

2

d

=

n

350 m/s

2

(

0,35 m

)

(

n

=

1, 3, 5, .. .

)

f

n

=

500 Hz, 1.500 Hz, 2.500 Hz, ...

Contoh Soal 2.2

Gambar 2.5 menunjukkan dua pengeras suara yang dijalankan oleh penguat suara yang sama sehingga masing-masing pengeras suara mampu memancarkan gelombang sinusoidal dengan frekuensi 2.000 Hz. Dua pengeras suara itu terpisah sejauh 3 m satu sama lain. Seorang


(31)

pendengar mula-mula di O dan berada pada jarak 8 m, seperti ditunjukkan pada diagram. Titik C merupakan titik tengah di antara dua pengeras suara, dengan CO tegak lurus OP. Laju perambatan bunyi di udara pada saat itu adalah 330 m/s. Berapa jauhkah pendengar itu harus berjalan sepanjang garis OP supaya ia mendengar interferensi destruktif yang pertama?

P

3 m C O

r

Gambar 2.5 Contoh Soal 2.2.

Penyelesaian

Laju perambatan bunyi di udara adalah

v

=

330 m/s

dan frekuensi yang dipancarkan oleh pengeras suara adalah

f

=2.000 Hz,

sehingga panjang gelombangnya adalah

λ

=

v

f

=

330 m/s

2.000 Hz

=

0,165 m .

Interferensi destruktif yang pertama terjadi ketika beda lintasan kedua gelombang bunyi,

Δr=r2−r1= 1

2λ. Jadi,

Δr=r2−r1= 1 2λ=

1

2(0,165 m)=0,0825 m.

Berdasarkan Gambar 2.5 untuk sudut

θ

kecil, dua sudut

θ

pada diagram sama besar. Dengan demikian, untuk segitiga siku-siku kecil berlaku

sin

θ

=

Δr

3 m

=

0,0825 m

3 m

=

0, 0275

atau

θ

=1,58

o

.


(32)

y

=(

8 m

)

tan 1,58

o

=

0,22 m .

Oleh karena itu, pendengar akan mendengar interferensi destruktif yang pertama pada posisi

y

=0,22 m.

C. Refleksi dan Transmisi Gelombang

Untuk membahas refleksi dan transmisi gelombang serta peranan batas medium gelombang, kita akan membicarakan tentang gelombang transversal pada dawai yang

diregangkan. Apa yang terjadi jika pulsa gelombang atau gelombang sinusoidal sampai di ujung dawai?

Jika ujung dawai itu diikatkan erat pada penopang, maka ujung itu merupakan ujung tetap yang tidak dapat bergerak. Bila pulsa gelombang sampai di ujung tetap, maka pulsa gelombang memberikan gaya pada penopang itu. Akan tetapi, penopang tidak dapat bergerak. Menurut Hukum III Newton, penopang memberikan gaya yang sama besarnya berlawanan arah pada dawai. Gaya reaksi ini menghasilkan pulsa gelombang yang merambat sepanjang dawai dalam arah yang berlawanan dengan arah pulsa gelombang yang menuju penopang. Jadi, pulsa gelombang yang menuju penopang telah direfleksikan di titik ujung tetap dawai. Gambar 2.6 menunjukkan rangkaian peristiwa refleksi gelombang pada ujung tetap.


(33)

Gambar 2.6 (a) Refleksi gelombang pada ujung tetap dan (b) refleksi gelombang pada ujung bebas.

Jika suatu gelombang menuju titik ujung tetap, maka suatu gelombang lain akan dihasilkan di titik ini dengan cara yang sama. Pergeseran setiap titik pada dawai merupakan jumlah pergeseran-pergeseran yang disebabkan oleh gelombang yang menuju titik tetap dan gelombang yang direfleksikan. Karena ujung tetap, kedua gelombang itu harus selalu berinterferensi secara destruktif sehingga memberikan pergeseran nol di ujung tetap tersebut. Dengan demikian, gelombang yang direfleksikan selalu berbeda fase sebesar

180

o dengan gelombang yang menuju ujung tetap. Dengan kata lain, ketika terjadi refleksi di ujung tetap gelombang mengalami perubahan fase sebesar

180

o

.

Sekarang kita akan membahas refleksi pulsa gelombang di ujung bebas dari sebuah dawai yang diregangkan, yaitu ujung yang dapat bergerak bebas dalam arah tegak lurus terhadap panjang dawai. Hal ini dapat diperoleh dengan cara mengikatkan ujung dawai itu pada sebuah cincin yang sangat ringan sehingga dapat meluncur tanpa gesekan pada penopang, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.6(b). Ketika pulsa gelombang sampai di ujung bebas, cincin akan bergerak sepanjang penopang. Ketika cincin mencapai pergeseran maksimum, cincin diam sesaat. Akan tetapi, dawai menjadi teregang sehingga ujung bebas dawai ditarik kembali ke bawah dan diperoleh pulsa gelombang yang direfleksikan. Seperti pada peristiwa refleksi gelombang pada ujung tetap, pulsa yang direfleksikan ini bergerak berlawanan arah dengan pulsa mula-mula. Akan tetapi, pada ujung bebas arah pergeserannya sama seperti arah pergeseran pulsa mula-mula. Berbeda dengan refleksi pada ujung tetap, gelombang yang menuju titik ujung bebas dan gelombang yang direfleksikan harus berinterferensi konstruktif di titik itu. Jadi, gelombang yang direfleksikan harus selalu sefasa dengan gelombang datang. Dengan kata lain, pada ujung bebas gelombang yang direfleksikan tanpa mengalami perubahan fase.

Jika dawai kedua mempunyai massa per satuan panjang yang lebih besar daripada dawai pertama, seperti Gambar 2.7, maka gelombang yang direfleksikan kembali ke dawai pertama masih akan mengalami pergeseran fase sebesar

180

o

.

Ketika pulsa gelombang ini mencapai sambungan dawai, ada bagian pulsa gelombang yang direfleksikan dan simpangannya terbalik serta ada bagian pulsa gelombang yang ditransmisikan ke dawai kedua. Pulsa gelombang yang direfleksikan memiliki amplitudo yang lebih kecil daripada pulsa


(34)

gelombang datang, karena gelombang yang ditransmisikan akan terus berjalan sepanjang dawai kedua yang membawa sebagian energi yang datang. Simpangan pulsa gelombang refleksi yang terbalik ini sama seperti perilaku pulsa gelombang ketika sampai di ujung tetap.

Gambar 2.7 (a) Sebuah pulsa gelombang merambat ke kanan dari dawai yang massa per satuan panjangnya kecil ke dawai yang massa per satuan panjangnya lebih besar. (b) Sebagian pulsa gelombang ini direfleksikan dengan simpangan terbalik, dan sebagian lagi ditransmisikan ke dawai yang kedua.

Jika dawai kedua mempunyai massa per satuan panjang yang lebih kecil daripada dawai pertama, maka ada bagian pulsa gelombang yang direfleksikan dan ada pula bagian pulsa gelombang yang ditransmisikan. Akan tetapi, pulsa gelombang yang direfleksikan ini terjadi tanpa perubahan fase. Dalam kasus ini, pulsa gelombang yang direfleksikan tidak mengalami perubahan arah simpangan, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.8.

Gambar 2.8 (a) Sebuah pulsa gelombang merambat ke kanan dari dawai yang massa per satuan panjangnya besar ke dawai yang massa per satuan panjangnya lebih kecil. (b) Sebagian pulsa gelombang ini direfleksikan dengan simpangan searah dengan pulsa gelombang datang, dan sebagian lagi ditransmisikan ke dawai yang kedua.

Seperti telah diuraikan dalam Bab 1, laju gelombang transversal pada dawai bergantung pada massa per satuan panjang dan tegangan dawai, yaitu berdasarkan Persamaan (1-13). Untuk sambungan dua dawai, tegangan kedua dawai sama besar tetapi massa per satuan panjang μ tidak sama. Oleh karena itu, gelombang akan merambat lebih lambat pada dawai yang massa per satuan panjangnya besar. Seperti diketahui, frekuensi gelombang tidak


(35)

berubah. Artinya, gelombang datang, gelombang refleksi, dan gelombang transmisi memiliki frekuensi yang sama. Dengan demikian, gelombang-gelombang yang mempunyai frekuensi sama tetapi merambat dengan laju berbeda akan memiliki panjang gelombang yang berbeda. Dengan mengingat rumus umum gelombang,

λ

=

v

/

f ,

dapat disimpulkan bahwa pada dawai yang massa per satuan panjangnya besar, artinya laju gelombangnya kecil, panjang gelombangnya lebih pendek. Fenomena perubahan panjang gelombang ketika gelombang itu merambat dalam medium yang berbeda ini dijumpai pada gelombang cahaya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ketika pulsa gelombang merambat dari medium A ke medium B dan

v

A

>

v

B (artinya,

μ

B

>

μ

A

)

maka pulsa gelombang yang

direfleksikan akan terbalik. Ketika pulsa gelombang merambat dari medium A ke medium B dan

v

A

<

v

B (artinya,

μ

B

<

μ

A

)

maka pulsa gelombang yang direfleksikan tidak terbalik. D. Gelombang Berdiri pada Dawai

Kita telah membicarakan refleksi (pemantulan) pulsa gelombang pada dawai bila pulsa itu sampai di titik batas, baik ujung tetap maupun ujung bebas. Sekarang kita akan membicarakan apa yang terjadi apabila gelombang sinusoidal direfleksikan oleh ujung tetap dawai. Kita akan membahas persoalan ini dengan meninjau superposisi dari dua gelombang yang merambat sepanjang dawai: satu gelombang mengatakan gelombang datang dan gelombang yang lain menyatakan gelombang yang direfleksikan di ujung tetap.

Gambar 2.9 menunjukkan seutas dawai yang ujung kirinya diikatkan pada penopang (ujung tetap). Ujung kanan dawai itu digerakkan naik-turun dengan gerak harmonik sederhana sehingga menghasilkan gelombang berjalan ke kiri. Selanjutnya, gelombang yang direfleksikan di ujung tetap itu merambat ke kanan. Apa yang terjadi apabila kedua gelombang itu bergabung? Pola gelombang yang dihasilkan apabila kedua gelombang itu bergabung ternyata tidak lagi seperti dua gelombang yang berjalan dengan arah berlawanan, tetapi dawai itu tampak seperti terbagi-bagi menjadi beberapa segmen, seperti tampak pada foto yang ditunjukkan pada Gambar 2.9(a), 2.9(b), dan 2.9(c). Gambar 2.9(d) menunjukkan bentuk sesaat dawai pada Gambar 2.9(b). Pada gelombang yang merambat sepanjang dawai, amplitudonya tetap dan pola gelombang merambat dengan laju yang sama dengan laju gelombang. Untuk gelombang yang disajikan pada Gambar 2.9, pola gelombang tetap dalam posisi yang sama sepanjang dawai dan amplitudonya berubah-ubah. Ada titik-titik tertentu yang sama sekali tidak bergerak (amplitudo sama dengan nol). Titik-titik ini dinamakan simpul dan ditandai dengan S,


(36)

sedangkan di titik tengah di antara dua titik simpul terdapat titik perut dan ditandai dengan P (Gambar 2.9(d)). Di titik perut amplitudonya maksimum. Pada titik simpul terjadi interferensi destruktif, sedangkan pada titik perut terjadi interferensi konstruktif. Jarak antara dua titik simpul yang berurutan sama dengan jarak antara dua titik perut yang berurutan, yaitu

1

2λ. Bentuk gelombang seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.9 tidak bergerak sepanjang dawai, sehingga gelombang ini disebut gelombang berdiri (gelombang stasioner).

(a) (b) (c)

(d)

Gambar 2.9 (a)-(c) Gelombang-gelombang berdiri pada dawai yang diregangkan. Dari (a) ke (c) frekuensi getaran di ujung kanan bertambah, sehingga panjang gelombang dari gelombang berdiri itu berkurang. (d) Perbesaran gerak gelombang berdiri pada (b).

Kita dapat menurunkan fungsi gelombang berdiri dengan cara menjumlahkan fungsi gelombang

y

1

(

x ,t

)

dan

y

2

(

x ,t

)

yang memiliki amplitudo, periode, dan panjang

gelombang yang sama yang merambat dalam arah berlawanan. Fungsi gelombang

y

1

(

x ,t

)

menyatakan gelombang datang yang merambat ke kiri sepanjang sumbu-x positif dan ketika sampai di

x

=

0

direfleksikan, sedangkan fungsi gelombang

y

2

(

x ,t

)

menyatakan

gelombang yang direfleksikan yang merambat ke kanan dari

x

=

0.

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, gelombang yang direfleksikan pada ujung tetap akan terbalik. Dengan demikian,

y

1

(

x ,t

)=

A

sin

(

ωt

+

kx

)

(gelombang merambat ke kiri),


(1)

Gambar 3.6 Puncak-puncak gelombang yang dipancarkan oleh sumber bunyi yang bergerak. Di depan sumber bunyi puncak-puncak gelombang merapat, sedangkan di belakang sumber puncak-puncak gelombang merenggang.

Untuk menentukan frekuensi yang didengar oleh pendengar di belakang sumber, kita substitusi Persamaan (3-27) ke Persamaan (3-24) yang pertama. Diperoleh,

f

P

=

v

+

v

P

λ

=

v

+

v

P

(

v

+

v

S

)/

f

S

f

P

=

v

+

v

P

v

+

v

S

f

S

.

(3-28)

Persamaan (3-28) berlaku untuk semua kemungkinan gerak sumber bunyi dan pendengar (relatif terhadap medium udara) sepanjang garis yang menghubungkan sumber bunyi dan pendengar itu. Jika pendengar diam,

v

P

=

0.

Jika sumber bunyi dan pendengar keduanya diam atau memiliki kecepatan yang sama relatif terhadap medium,

v

P

=

v

S dan

f

P

=

f

S

.

Jika arak kecepatan sumber atau arah kecepatan pendengar berlawanan dengan

arah pendengar menuju sumber (yang telah didefinisikan bertanda positif), maka kecepatan sumber atau pendengar pada Persamaan (3-28) bertanda negatif.


(2)

Sebuah sirine mobil polisi memancarkan gelombang bunyi dengan frekuensi

f

S

=

300 Hz.

Laju gelombang bunyi di udara

v

=

340 m/s.

(a) Hitunglah panjang gelombang dari gelombang bunyi itu jika sirine diam. (b) Jika sirine bergerak dengan laju

108 km/jam,

hitunglah panjang gelombang di depan dan di belakang sirine. (c) Jika pendengar P berada dalam keadaan diam dan sirine bergerak menjauhi P dengan kelajuan yang sama, berapakah frekuensi yang didengar oleh pendengar P?

Penyelesaian

Laju sumber bunyi :

v

S

=

108 km/jam

=

30 m/s

Laju gelombang bunyi :

v

=

340 m/s

Frekuensi sumber :

f

S

=

300 Hz

(a) Jika sirine diam, maka

λ

=

v

f

S

=

340 m/s

300 Hz

=

1,13 m .

(b) Panjang gelombang di depan sirine dapat dihitung dengan Persamaan (3-26),

λ

=

v

v

S

f

S

=

340 m/s

30 m/s

300 Hz

=

1,03 m .

Panjang gelombang di depan sirine dapat dihitung dengan Persamaan (3-27),

λ

=

v

+

v

S

f

S

=

340 m/s

+

30 m/s

300 Hz

=

1, 23 m .

(c) Pendengar dalam keadaan diam, artinya

v

P

=

0 .

Laju sirine (sumber bunyi)

v

S

=

30 m/s

(laju sumber bunyi

v

S bertanda positif karena sirine bergerak dalam arah yang sama seperti arah dari pendengar menuju sumber bunyi). Dengan menggunakan Persamaan (3-28), diperoleh


(3)

f

P

=

v

v

+

v

S

f

S

=

340 m/s

340 m/s

+

30 m/s

(

300 Hz

)=

276 Hz .

SOAL-SOAL

F. Pilihan Ganda

Pilihlah salah satu jawaban yang tepat!

1. Jika dawai piano dengan panjang 0,5 m dan massa

10

−2 kg ditegangkan dengan gaya 200 N, maka piano akan menghasilkan nada dasar dengan frekuensi ....

A. 100 Hz D. 600 Hz

B. 200 Hz E. 800 Hz

C. 400 Hz

2. Pipa organa terbuka A dan pipa organa tertutup B memiliki panjang yang sama. Perbandingan frekuensi nada atas pertama antara pipa organa A dan pipa organa B adalah ….

A. 1 : 1 D. 3 : 2

B. 2 : 1 E. 4 : 3

C. 2 : 3

3. Jika pipa organa terbuka ditiup sehingga menghasilkan nada atas kedua, maka dalam pipa akan terbentuk pola ….

A. 3 perut 3 simpul D. 4 perut 4 simpul

B. 3 perut 4 simpul E. 4 perut 5 simpul

C. 4 perut 3 simpul

4. Suatu dawai menghasilkan nada dasar

f

.

Jika dawai dipendekkan 8 cm tanpa mengubah tegangan, dihasilkan frekuensi

1,25

f

.

Jika dawai dipendekkan 2 cm lagi, frekuensi yang dihasilkan adalah ….

A.

2,00

f

D.

1,25

f

B.

1,50

f

E.

1,00

f

C.

1,33

f

5. Taraf intensitas bunyi pada suatu jendela terbuka yang luasnya 1 m2 adalah 60 dB. Jika

harga ambang intensitas bunyi

10

−16

W/cm

2

,

daya akustik yang memasuki jendela adalah ….


(4)

A.

10

−4

W

D.

10

−12

W

B.

10

−6

W

E.

10

−16

W

C.

10

−10

W

6. Jika pada jarak 3 m dari sumber ledakan terdengar bunyi dengan taraf intensitas 50 dB, maka pada jarak 30 m dari sumber ledakan itu akan terdengar bunyi dengan taraf intensitas ….

A. 5 dB D. 35 dB

B. 20 dB E. 45 dB

C. 30 dB

7. Jika bunyi sebuah sepeda motor menghasilkan taraf intensitas bunyi 80 dB, maka taraf intensitas bunyi yang dihasilkan oleh bunyi 10 sepeda motor sekaligus adalah ….

A. 8 dB D. 90 dB

B. 70 dB E. 100 dB

C. 80 dB

8. Nada atas ketiga pipa organa terbuka menghasilkan 5 layangan per sekon dengan nada atas pertama pipa organa terbuka yang frekuensinya lebih rendah. Jika panjang pipa organa terbuka 150 cm dan laju gelombang bunyi di udara 320 m/s, maka panjang pipa organa tertutup adalah ….

A. 24 cm D. 124 cm

B. 48 cm E. 168 cm

C. 57 cm

9. Suatu sumber bunyi 1 kHz bergerak dengan kelajuan 0,9 kali kelajuan bunyi ke arah seorang pendengar yang diam. Frekuensi yang diterima pendengar adalah ….

A. 10,0 kHz D. 0,5 kHz

B. 1,9 kHz E. 0,1 kHz

C. 1,1 kHz

10. Seorang siswa SMA berdiri di samping sumber bunyi A yang frekuensinya 676 Hz. Sebuah sumber bunyi B yang frekuensinya 676 Hz bergerak mendekati siswa itu dengan laju 2 m/s. Jika laju gelombang bunyi di udara 340 m/s, maka siswa itu akan mendengar layangan dengan frekuensi ….

A. 0 D. 6 Hz

B. 2 Hz E. 8 Hz


(5)

B. Uraian

1. Kawat baja dengan massa 5 g dan panjang 1,5 m kedua ujungnya terikat kuat pada penopang sehingga memiliki tegangan 970 N. (a) Hitunglah laju gelombang transversal pada kawat baja itu. (a) Hitunglah panjang gelombang dan frekuensi nada dasar. (b) Hitunglah frekuensi harmonik kedua dan ketiga.

2. Jika laju gelombang bunyi di udara 345 m/s, hitunglah panjang pipa organa (a) terbuka dan (b) tertutup yang memiliki frekuensi dasar 240 Hz.

3. Sebuah sumber bunyi berbentuk titik memancarkan gelombang bunyi dengan daya keluaran 80 W. (a) Hitunglah intensitas bunyi pada jarak 3 m dari sumber bunyi itu. (a) Tentukan titik yang berjarak r dari sumber bunyi supaya titik itu memiliki taraf intensitas 40 dB.

4. Frekuensi peluit kereta api yang bergerak mendekati seorang pendengar yang diam di stasiun adalah 514 Hz. Setelah melewati stasiun, frekuensi yang terdengar adalah 474 Hz. Jika laju gelombang bunyi di udara 343 m/s, berapakah laju kereta api?

5. Dua dawai piano identik memiliki tegangan yang sama, sehingga menghasilkan nada dasar dengan frekuensi 500 Hz. Selanjutnya, tegangan salah satu dawai diubah sehingga jika kedua piano dibunyikan bersama-sama akan menimbulkan 5 layangan per sekon. Berapa persenkah perubahan tegangan dawai yang telah dilakukan?

DAFTAR PUSTAKA

Bambang Ruwanto. 2007.

Asas-Asas Fisika 3A

. Bogor: Yudhistira.

Giambattista, Alan, B. Richardson, B. McCarthy and Richardson, Robert C. 2004.

College Physics

. New York: McGraw-Hill.

Giancoli, Douglas C. 1996.

Physics

(3

rd

Edition). New York: Prentice Hall, Inc.

Hirose, A. and Karl E. Longreen. 1985.

Introduction to Wave Phenomena

. New York:


(6)

Serway, Raymond A. 2000.

Physics for Scientists and Engineers with Modern Physics

.

Virginia: Saunders College Publishing.

Young, H.D. and Freedman, Roger A. 2000.

University Physics

(Tenth Edition). New