HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI AKADEMIK DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMK WAHID HASYIM KEPOHBARU BOJONEGORO.
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN
KONSEP DIRI AKADEMIK DENGAN PRESTASI BELAJAR
SISWA SMK WAHID HASYIM KEPOHBARU BOJONEGORO
SKRIPSI
Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan
Program Strata Satu (S1) Psikologi (S.Psi)
Syamsuddin B07209080
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2016
(2)
(3)
(4)
(5)
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagaisivitasakademika UINSunanAmpel Surabaya, yang bertandatangan di bawahini, saya:
Nama : SYAMSUDDIN
NIM : B07209080
Fakultas/Jurusan : PSIKOLOGI DAN KESEHATAN/PSIKOLOGI E-mail address : elfikrubaid@gmail.com
Demi pengembanganilmupengetahuan, menyetujuiuntukmemberikankepadaPerpustakaanUIN SunanAmpel Surabaya, HakBebasRoyalti Non-Eksklusifataskaryailmiah :
Skripsi Tesis Disertasi Lain-lain (………) yang berjudul :
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI AKADEMIK DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMK WAHID HASYIM KEPOHBARU BOJONEGORO
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Ekslusif ini Perpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya berhak menyimpan, mengalih-media/format-kan, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikannya, dan menampilkan/mempublikasikannya di Internet atau media lain secarafulltext untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan atau penerbit yang bersangkutan.
Saya bersedia untuk menanggung secara pribadi, tanpa melibatkan pihak Perpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya, segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta dalam karya ilmiah saya ini.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Surabaya, September 2016 Penulis
( SYAMSUDDIN ) Nama terang dan tanda tangan
KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
PERPUSTAKAAN
Jl. Jend. A. Yani 117 Surabaya 60237 Telp. 031-8431972 Fax.031-8413300 E-Mail: perpus@uinsby.ac.id
(6)
INTISARI
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) hubungan antara dukungan sosial dan konsep diri akademik dengan prestasi belajar. (2) hubungan antara dukungan sosial dengan prestasi belajar (3) hubungan antara konsep diri akademik dengan prestasi belajar. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis deskriptif korelasional. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah dukungan sosial (X1), konsep diri akademik (X2) dan variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar (Y). Penelitian ini merupakan penelitian populasi karena seluruh populasi diambil sebagai subyek. Maka subyek penelitian berjumlah 60 subyek, yang terdiri dari siswa-siswi Kelas XI dan Kelas XII SMK Wahid Hasyim Kepohbaru. Pengumpulan data menggunakan dokumentasi yaitu raport atau nilai prestasi belajar dan skala dukungan sosial yang terdiri dari 50 item disusun oleh peneliti dengan mengacu pada teori sarafino (2006) dari uji validitas diperoleh 20 item valid dengan nilai reliabilitas cronbach`s Alpha sebesar 0,846, serta skala konsep diri akademik yang terdiri dari 50 item disusun peneliti dengan mengacu pada teori Marsh H.W (1990) serta memodifikasi skala SDQ II yang dikembangkannya. Validitias diuji dengan rumus product moment sehingga diperoleh 29 item valid , dan reliabilitas diuji dengan rumus Cronbach`s Alpha diperoleh nilai 0,833. Pengujian hipotesis menggunakan teknik analisis statistik regresi linier berganda dan korelasi product moment dengan bantuan program SPSS 16.0. Hasil dari penelitian ini diketahui koefisien korelasi parsial antara variabel dukungan sosial dengan prestasi belajar diperoleh nilai rx1y sebesar -0,164 dengan nilai signifikansi 0.215 > 0,05. Jadi tidak terdapat hubungan antara dukungan sosial dengan prestasi belajar. koefisien korelasi parsial antara variabel konsep diri akademik dengan prestasi belajar diperoleh nilai rx2y sebesar 0,936 dengan nilai signifikansi 0.000 < 0,05. Jadi terdapat hubungan antara konsep diri akademik dengan prestasi belajar dan koefisien korelasi antara variabel dukungan sosial dan konsep diri akademik dengan prestasi belajar diperoleh nilai F sebesar 201.875 dengan nilai signifikansi 0.000 < 0,05, maka menunjukkan bahwa secara simultan terdapat hubungan antara dukungan sosial dan konsep diri akademik dengan prestasi belajar.
(7)
Abstract
The purpose of this study was to determine (1) the relationship between social support and academic self-concept and academic achievement. (2) the relationship between social support and academic achievement (3) the relationship between academic self-concept and academic achievement. This study uses a quantitative approach with descriptive correlational. The independent variables in this study were social support (X1), academic self-concept (X2) and the dependent variable in this study is the academic achievement (Y). This study is a population because the entire population is taken as the subject. Then the research subjects were 60 subjects, which consisted of students of Class XI and Class XII of SMK Wahid Hasyim Kepohbaru. Collecting data using report cards or documentation that the value of academic achievement and social support scale consists of 50 items compiled by researchers with reference to the theory Sarafino (2006) on the validity of the test obtained 20 valid items with a value of 0.846 Alpha cronbach`s reliability, as well as the scale of the concept academic self which consists of 50 items composed of researchers with reference to the theory of HW Marsh (1990) and modified the SDQ scale II development. Validitias tested with the product moment formula thus obtained 29 valid items, and reliability were tested with Alpha Cronbach`s formula obtained value of 0,833. Hypothesis testing using statistical analysis techniques multiple linear regression and correlation product moment with SPSS 16.0. The results of this research note partial correlation coefficient between the variables of social support and academic achievement obtained rx1y value of -0.164 with a significance value 0215 > 0.05. So there is no relationship between social support and academic achievement. partial correlation coefficient between the variables of academic self-concept and academic achievement obtained rx2y value of 0.936 with 0.000 significance value <0.05. So there is a relationship between academic self-concept and academic achievement, and the correlation coefficient between the variables of social support and academic self-concept with academic achievement obtained F value of 201 875 with a significance value 0.000 < 0.05, then it shows that simultaneously there is a relationship between social support and concepts self-academic with academic achievement.
(8)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……… i
HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI ... ii
HALAMAN PERNYATAAN ………... iii
KATA PENGANTAR………. iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
INTISARI………..……... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian………... 6
D. Manfaat Penelitian... 7
E. Keaslian Penelitian... ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12
A. Prestasi Belajar ... 12
1. Definisi Prestasi Belajar ……... 12
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar... 14
3. Cara Mengukur Prestasi Belajar………... 19
B. Dukungan Sosial……...………..……..………. 21
1. Pengertian Dukungan Sosial…………..………...……….. 21
2. Aspek-Aspek Dukungan Sosial…………..………...………. 23
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Sosial………..…. 25
4. Sumber-Sumber Dukungan Sosial………..………... 26
C. Konsep Diri Akademik ... 27
1. Pengertian Konsep Diri Akademik ... 27
2. Struktur Konsep Diri Akademik ... 34
3. Aspek-aspek Konsep Diri Akademik ... 35
4. Bentuk dan Ciri-Ciri Konsep Diri ... 38
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri Akademik... 40
6. Pengukuran Konsep Diri………...………..… 43
7. Hubungan Konsep Diri Akademik dengan Prestasi Belajar …..….….. 45
D. Hubungan antara Dukungan Sosial dan Konsep Diri Akademik dengan Prestasi Belajar siswa….…... 47
E. Kerangka Teoritis ... 50
(9)
BAB III METODE PENELITIAN... 55
A. Variabel dan Definisi Operasional... 55
1. Identifikasi Variabel ... 55
2. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 55
a. Prestasi Belajar ... 55
b. Dukungan Sosial... 55
c. Konsep Diri Akademik ... 56
B. Populasi, Sampel, Dan Teknik Sampling ... 56
1. Populasi……...………...……….…. 56
2. Sampel, Dan Teknik Sampling ………...……….... 56
C. Teknik Pengumpulan Data……...……….57
1. Skala Dukungan Sosial………... 58
2. Skala Konsep Diri Akademik…………...……….. 63
3. Prestasi Belajar………... 65
D. Validitas dan Reliabilitas Data………...…... 66
1. Validitas Data……….. 66
2. Reliabilitas Data………... 66
3. Hasil Uji Skala………... 67
a. Hasil Uji Validitas Skala Dukungan Sosial……….……. 68
b. Hasil Uji Reliabilitas Skala Dukungan Sosial……….. 69
c. Hasil Uji Validitas Skala Konsep Diri Akademik………...… 70
d. Hasil Uji Reliabilitas Skala Konsep Diri Akademik………….…...… 72 E. Analisis Data... 73
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 74
A. Hasil Penelitian ... 74
1. Deskripsi Subjek Penelitian…….……... 74
2. Deskripsi Persiapan dan Pelaksanaan penelitian……….. 76
a. Penyusunan alat ukur……….. 77
b. Permohonan Perizinan……… 77
c. Uji Coba Alat ukur atau skala penelitian………. 78
d. Pelaksanaan Penelitian………. .. 79
3. Deskripsi Analisis Prosentase Subjek Penelitian……… 82
a. Deskripsi Dukungan Sosial Siswa SMK... 82
b. Deskripsi Konsep Diri Akademik Siswa SMK…...………... 83
B. Deskripsi Data dan Reliabilitas Data……...……… 84
1. Deskripsi Data statistik……..………. ...84
2. Reliabilitas Data………..………85
C. Hasil Penelitian……...………86
1. Hasil Analisis Korelasi product moment……..……….. 86
(10)
3. Hasil Koefisien Determinasi………... 88
4. Hasil Sumbangan Efektif………... 88
5. Hasil Uji Analisis Regresi Linier Ganda………... 89
6. Pengujian Hipotesis………....…... 90
a. Hubungan antara Dukungan Sosial dan Konsep Diri Akademik dengan Prestasi Belajar Siswa……….……. 90
b. Hubungan antara Dukungan Sosial dan Prestasi Belajar Siswa……... 90
c. Hubungan antara Konsep Diri Akademik dan Prestasi Belajar Siswa. 91 D. Pembahasan... 92
BAB V PENUTUP ...101
A. Simpulan ... 101
B. Saran ... 102
DAFTAR PUSTAKA ... 103
(11)
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kategori jawaban dan cara penskoran skala dukungan sosial ... 60
Tabel 3.2 Blueprint Uji Coba Skala Dukungan Sosial... 61
Tabel 2.3 Blueprint Hasil Uji Coba Skala Dukungan Sosial……….62
Tabel 3.4 Kategori Jawaban dan cara penskoran skala konsep diri akademik.... 64
Tabel 3.5 Blueprint Uji Coba Skala Konsep Diri Akademik... 64
Tabel 3.6 Blueprint Hasil Uji Coba Skala Konsep Diri Akademik... 65
Tabel 3.7 Hasil Uji Coba Validitas Skala Dukungan Sosial... 68
Tabel 3.8 Hasil Uji Coba Reliabilitas Skala Dukungan Sosial... 69
Tabel 3.9 Hasil Uji Coba Validitas Skala Konsep Diri Akademik…... 71
Tabel 3.10 Hasil Uji Reliabilitas Skala Konsep Diri Akademik... 72
Tabel 4.1 Deskripsi Responden atau Data Siswa Kelas XI SMK... 80
Tabel 4.2 Deskripsi Responden atau Data Siswa Kelas XII SMK…... 81
Tabel 4.3 Deskripsi Data Statistik Penelitian..…... 84
Tabel 4.4 Uji Reliabilitas Skala Dukungan Sosial dan Konsep Diri…... 85
Tabel 4.5 Hasil Uji Partial Korelasi…...……….………... 86
Tabel 4.6 Hasil Uji Simultan (Uji F)………. 87
Tabel 4.7 Hasil Koefisien Determinasi... 88
Tabel 4.8 Hasil Sumbangan Efektif……….. 89
(12)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Model Konsep Diri oleh Shavelson,Hubner……….…… 28 Gambar 2.1.Skema Hubungan Antara Dukungan Sosial dan Konsep Diri
Akademik dengan Prestasi Belajar ... 53 Gambar 4.1 Diagram Deskripsi Subjek berdasarkan Jenis Kelamin……….……74 Gambar 4.2 Diagram Deskripsi Subjek berdasarkan Usia .………..…… 75 Gambar 4.3 Diagram Deskripsi Subjek berdasarkan Daerah Asal………75 Gambar 4.4 Diagram Deskripsi Subjek berdasarkan Kategori Dukungan Sosial..82 Gambar 4.5 Diagram Deskripsi Subjek berdasarkan Kategori tingkat
(13)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Skala Dukungan Sosial... 107
Lampiran 2 Skala Dukungan Sosial Valid Acak……… 110
Lampiran 3 Skala Dukungan Sosial Valid Urut……… 112
Lampiran 4 Skala Konsep Diri Akademik... 114
Lampiran 5 Skala Konsep Diri Akademik Valid Acak...……… 117
Lampiran 6 Skala Konsep Diri Akademik Valid Urut……… 119
Lampiran 7 Tabulasi Jawaban Item Skala Dukungan Sosial… ... 121
Lampiran 8 Skoring Item Skala Konsep Diri Akademik ………... 126
Lampiran 9 Validitas dan Reliabilitas Skala Dukungan Sosial ... 152
Lampiran 10 Validitas dan Reliabilitas Skala Konsep Diri Akademik………. 133
Lampiran 11 Uji Korelasi dan Regresi Linier Ganda... 161
Kartu Konsultasi Skripsi... 167
(14)
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan sebuah proses dari perjalanan hidup manusia.
Melalui pendidikan manusia akan mengalami perubahan tingkah laku dari
yang sebelumnya tidak tahu menjadi tahu tentang suatu hal. pendidikan
sangatlah penting bagi setiap orang terutama peserta didik agar mampu
mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya melalui proses pembelajaran
ataupun dengan cara lain yang nantinya akan berguna bagi peserta didik
sendiri, keluarga, masyarakat dan Negara
Menurunnya1 kualitas pendidikan bukanlah hal yang baru lagi,
khususnya bagi masyarakat Indonesia. Kualitas pendidikan di Indonesia saat
ini sangat memprihatinkan. Hal ini dapat dilihat dari survei yang dilakukan
oleh Global Competitiveness Report tahun 2009/2010 yang menilai tingkat
persaingan global Indonesia dari kualitas pendidikan menempati peringkat
ke‐54 dari 133 negara, yaitu di bawah Singapura, Malaysia, Cina,Thailand,
serta India (dalam Latief, 2009). Kualitas pendidikan di Indonesia dapat
dilihat pada laporan penelitian yang telah dilakukan oleh The World Bank,
World Development Report ( 2007), yang menempatkan posisi Indonesia pada peringkat ke 39 dari 41 negara yang diteliti. Hal ini menunjukkan bahwa
kualitas pendidikan Indonesia tertinggal dengan negara-negara lain. Penyebab
(15)
2
internal yang berhubungan dengan faktor psikologis individu seperti motivasi,
efikasi diri, dan konsep diri.
Senada dengan hal di atas, Hasbullah (2005) juga menyatakan bahwa
kualitas pendidikan di Indonesia masih jauh tertinggal dengan negara-negara
lain. Bila dilihat dari data, kondisi pendidikan di Indonesia sangat
memprihatinkan. Menurut Hasbullah (2005) penyebab rendahnya mutu
pendidikan di Indonesia adalah berasal dari faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal meliputi motivasi, konsep diri, minat, kemandirian
belajar. Faktor eksternal seperti sarana prasarana, guru, orangtua.
Selain disekolah tempat utama anak mendapat pendidikan adalah dari
keluarga. Sutja (2011: 16) dalam buku Memahami Lingkungan Keluarga dan
Pendidikan Anak Keluarga menyatakan bahwa “Keluarga adalah lingkungan pertama dan utama bagi oleh anak. Bagi anak, keluarga adalah lingkungan
sosial pertama yang dimasukinya. Dalam keluarga anak melewati masa peka
sehingga pendidikan yang diterimanya sangat penting atau utama bagi
pendidikan pada masa-masa selanjutnya”. Dari pendapat tersebut terlihat
sangat jelas bahwa anak mendapat pendidikan pertama dari keluarga.
Dengan dukungan kondisi keluarga yang harmonis juga dapat
menstimulus siswa untuk meningkatkan aktifitasnya dalam belajar agar
prestasi belajarnya disekolah akan tercapai dengan baik. Namun jika kondisi
keluarganya tidak harmonis dan kurang mendapat dukungan dari keluarga bisa
saja mengakibatkan siswa kurang dalam kegiatan belajar dan akan
(16)
3
keluarga mempunyai peranan penting dalam menunjang anak untuk mencapai
prestasi belajarnya dengan baik.
Dukungan sosial merupakan suatu fenomena yang menarik dalam lingkup
ilmu psikologi karena secara potensial dapat membantu memahami hubungan
antara individu dengan lingkungan sosialnya. Hubungan ini melibatkan
berbagai aspek dukungan yang diterima individu atau komunitas sosial dari
orang lain atau lingkungan sosial lain yang lebih luas. Dengan demikian,
secara umum dukungan sosial telah dianggap sebagai sesuatu yang
menguntungkan baik langsung atau tidak langsung terhadap kualitas hubungan
sosial (Veiel & Baumann, 1992).
Selain itu, konsep diri juga merupakan salah satu konstruk yang dapat
memengaruhi pencapaian akademik siswa. Hasil penelitian terdahulu
menemukan bahwa terdapat pengaruh yang positif dari konsep diri terhadap
prestasi belajar siswa. Hasil penelitian Huang (2011) mengenai konsep diri
dan prestasi akademik menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki konsep
diri yang tinggi akan berdampak pada pencapaian prestasinya.
Menurut Matovu (2012), konsep diri seseorang dipengaruhi oleh jenis
kelamin dan berbagai karakteristik internal responden. Hasil penelitian
menunjukan bahwa terdapat hubungan dan pengaruh langsung antara konsep
diri dengan pencapaian akademik seseorang. Selain memengaruhi prestasi
akademik secara langsung, hasil penelitian memerlihatkan bahwa konsep diri
juga berpengaruh terhadap strategi pengaturan diri dalam belajar
(17)
4
memengaruhi prestasi belajar seseorang adalah dukungan sosial yang
diberikan oleh lingkungan sekitarnya baik dari sekolah maupun orang tua.
Dukungan sosial yang diberikan oleh keluarga dan guru memiliki pengaruh
terhadap prestasi akademik seseorang (Rensi & Sugiarti, 2010). Apabila
melihat pengaruh yang kuat dari masing-masing variabel dan diteliti secara
parsial maka menarik untuk mengetahui model penelitian ini dapat
memprediksi prestasi akademik siswa secara lebih akurat.
Konsep diri setiap individu terbentuk melalui pengalaman-pengalaman
yang diperoleh selama hidupnya (Agustiani, 2009: 185). Pengalaman hidup
yang berbeda dari setiap individu membentuk keragaman konsep diri. Konsep
diri merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkah laku. Memiliki
konsep diri yang positif akan membantu keberhasilan individu dalam
menjalani proses kehidupan sebagaimana yang diharapkan, baik dilingkungan
keluarga, sekolah maupun dimasyarakat.
Hal ini diperkuat dengan teorinya Desmita (2009:182) yang mengatakan
bahwa konsep diri mempengaruhi perilaku peserta didik yang tidak lain adalah
penyesuaian diri dan mempunyai hubungan yang sangat menentukan proses
pendidikan dan prestasi belajar mereka dalam artian yakni konsep diri
akademik. Secara garis besar hal-hal yang mempengaruhi prestasi belajar
dirangkum menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor-faktor internal
adalah faktor yang mempengaruhi prestasi belajar seseorang yang berasal dari
dirinya sendiri, meliputi keseluruhan keadaan fisik maupun psikis. Adapun
(18)
5
belajar seseorang yang sifatnya berasal dari luar diri seseorang tersebut,
meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan
masyarakat (Syah, 2008).
Dilapangan, khususnya di SMK Wahid Hasyim Kepohbaru, Berdasarkan
wawancara tanggal 20-28 februari 2016 dengan guru SMK Wahid Hasyim
Kepohbaru, diperoleh informasi bahwa pihak sekolah masih menghadapi
persoalan tentang prestasi belajar siswa yang rendah. Hal ini ditandai dengan
siswa yang mendapat nilai tidak mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM). Untuk mengatasi hal tersebut, pihak sekolah kemudian melakukan
upaya-upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, di antaranya dengan
melakukan kerjasama dengan orang tua siswa, selanjutnya siswa diberikan
tambahan jam pelajaran serta memberi kesempatan untuk melakukan ujian
ulang (HER).
Karena melihat adanya banyak faktor yang dapat berperan pada naik
turunnya prestasi belajar seorang siswa. Hal ini dapat berupa sesuatu yang
berasal dari dalam maupun dari luar diri siswa tersebut. Yaitu dukungan sosial
dan konsep diri yang dimiliki setiap siswa berbeda pula sehingga keadaan itu
menjadi faktor ekstern yang akan mempengaruhi prestasi belajar siswa, maka
penulis memandang perlu untuk mengadakan penelitian mengenai Hubungan
Dukungan Sosial dan Konsep Diri Akademik dengan Prestasi Belajar Siswa SMK Wahid Hasyim Kepohbaru Bojonegoro.
(19)
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka
perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dan
dengan prestasi belajar siswa SMK Wahid Hasyim Kepohbaru.
2. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara konsep diri akademik
dengan prestasi belajar siswa SMK Wahid Hasyim Kepohbaru.
3. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dan
konsep diri akademik dengan prestasi belajar siswa SMK Wahid Hasyim
Kepohbaru.
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari Penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan prestasi
belajar siswa SMK Wahid Hasyim Kepohbaru.
2. Untuk mengetahui hubungan antara konsep diri akademik dengan prestasi
belajar siswa SMK Wahid Hasyim Kepohbaru
3. Untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial dan konsep diri
(20)
7
D. Manfaat Penelitian
Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan dapat memberi manfaat
sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
Dilihat secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan ilmiah bagi khazanah ilmu psikologi khususnya psikologi
perkembangan, pendidikan serta sosial.
2. Manfaat praktis:
Selain dilihat dari kegunaan teoritis, penelitian ini juga diharapkan dapat
bermanfaat bagi:
a. Siswa
sebagai gambaran kondisi nyata atau informasi tentang diri siswa yang
bersangkutan dalam hal ini hasil belajar siswa dan secara langsung
dapat menunjang keberhasilan belajar siswa di SMK Wahid Hasyim.
b. Orang Tua
Sebagai bahan informasi bagi orang tua mengenai dukungan sosial
keluarga ada hubungannya dengan prestasi belajar siswa disekolah,
dalam hal ini memberikan pemahaman kepada orang tua untuk
mendukung proses pendidikan anak di sekolah.
c. Tenaga pendidik
Sebagai bahan masukan bagi guru pembimbing dalam hal ini
memberikan bantuan bimbingan belajar yang memadai guna
(21)
8
E. Keaslian Penelitian
Untuk mendukung penyusunan skripsi ini, penulis melakukan analisis
beberapa referensi kepustakaan untuk dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan, sehingga Dari hasil penelusuran penulis, sejauh ini banyak
penelitian tentang konsep diri yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya
namun fokusnya berbeda, diantaranya adalah sebagai berikut;
Jurnal karya Maslihah (2011), Mahasiswi Psikologi Universitas
Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Sampel penelitian adalah terdiri dari 92
siswa kelas VIII. Metode penelitian deskriptif dan teknik studi korelasional
(correlation study) dengan dua independent variable, yaitu dukungan sosial orang tua dan penyesuaian sosial di lingkungan sekolah serta satu dependent
variable, yaitu prestasi akademik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial orang tua dengan
prestasi akademik, yaitu sebesar 0.820. Artinya, semakin besar dukungan
sosial orang tua yang dipersepsi siswa, semakin baik prestasi akademik yang
dapat dicapai siswa.
Selanjutnya jurnal karya Anandari (2013), mahasiswi Psikologi
Universitas Airlangga, Penelitian ini dilakukan pada 175 remaja yang
duduk di kelas XI SMA. Alat pengumpul data menggunakan kuisioner
yang disusun sendiri oleh peneliti, yaitu skala dukungan sosial guru dan
skala self-efficacy matematika yang terdiri dari 49 aitem valid. Reliabilitas
skala dukungan sosial guru adalah sebesar 0,893 dan reliabilitas skala
(22)
9
korelasi Spearman's Rank (Rho) dengan menggunakan bantuan program
SPSS 16.0 memperoleh nilai korelasi (r) sebesar 0,265. Nilai korelasi
tersebut tergolong rendah dengan signifikansi (p) 0,001. Hal ini
menunjukkan bahwa Ha diterima. Hasil analisis data tersebut
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara dukungan sosial guru
dengan self-efficacy matematika pada siswa SMA Negeri 14 Surabaya.
Jurnal karya Prabadewi dan Widiasavitri (2014), Mahasiswi Program
Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Bali. Penelitian ini
menggunakan analisis korelasi product moment yang melibatkan 120 subjek
dengan teknik pengambilan sampel simple random sampling. Hasil yang
diperoleh adalah ada hubungan yang positif dan signifikan antara konsep diri
akademik dengan motivasi berprestasi, yang ditunjukkan dengan koefisien
korelasi (r) antara variabel konsep diri dan motivasi berprestasi adalah 0,588
dengan nilai p 0.000 (p < 0,05) yang berarti bahwa variabel konsep diri
akademik dan variabel motivasi berprestasi saling berkorelasi secara
signifikan dan positif dan berada pada intensitas sedang.
Jurnal karya Darminto dan Rohmatika (2014). Akademisi Bimbingan
Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya.Penelitian
korelasional yang meneliti hubungan antara dua variabel bebas terhadap satu
variabel terikat. Subjek penelitian adalah siswa kelas unggulan di SMP Negeri
1 Kalitengah, Lamongan. Populasi berjumlah 50 siswa. Pengumpulan data
menggunakan angket. Metode analisis data adalah analisis Chi-Square dan uji
(23)
10
signifikan dan positif antara persepsi terhadap dukungan sosial teman sebaya
dengan penyesuaian diri di sekolah, konsep diri dengan penyesuaian diri di
sekolah, dan persepsi terhadap dukungan sosial teman sebaya dengan konsep
diri. Nilai positif menunjukkan bahwa kenaikan variabel X diikuti pula oleh
kenaikan variabel Y.
Jurnal karya Pambudi dan Wijayanti (2012). Penelitian ini merupakan
penelitian kuantitatif non eksperimental. Pengambilan sampel secara total
sampling sejumlah 65 responden menggunakan kuesioner. Hasil uji chi square didapatkan p-value = 0,001 yang berarti terdapat hubungan signifikan antara
konsep diri dengan prestasi akademik. Jika konsep diri baik maka prestasinya
akan baik, demikian pula sebaliknya.
Dari beberapa pemaparan penelitian terdahulu dapat dijelaskan bahwa
memang telah ada penelitian yang membahas mengenai dukungan sosial,
konsep diri, serta prestasi belajar, penelitian terdahulu tersebut bersifat
mendukung dan menjadi acuan pertimbangan penelitian yang dilaksanakan
oleh peneliti serta terdapat beberapa perbedaan yang mendasar. Adapun
perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah metode
penelitian ini yaitu kuantitatif Penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif yaitu pendekatan penelitian yang menekankan analisisnya pada
data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika (Azwar,
2007). Dengan pendekatan kuantitatif-korelasional, penelitian ini akan
diperoleh signifikansi hubungan antar variabel yang diteliti, yakni didasari
(24)
11
yang meliputi dua variabel bebas yaitu dukungan sosial (X1) dan konsep diri
akademik (X2) dengan variabel terikat yaitu prestasi belajar (Y). sedangkan
perbedaan pada penelitian ini variabel dukungan sosial lebih mengacu pada
beberapa aspek, diantaranya meliputi; dukungan emosional, penghargaan,
instrumental, informasi serta jaringan sosial. juga menitik beratkan pada
dukungan dari teman, guru, orangtua dan keluarga atau secara umum.
Sedangkan konsep diri akademik mengacu pada beberapa aspek meliputi;
percaya diri, penerimaan diri, serta penghargaan diri. Lebih lanjut perbedaan
penelitian ini adalah mengenai lokasi penelitian dan subjek atau responden
yaitu siswa-siswi SMK Wahid Hasyim Kepohbaru Bojonegoro dengan jumlah
sampel 60 subjek, kemudian teknik pengambilan sampelnya adalah karena
ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka
penelitiannya merupakan penelitian populasi atau studi populasi. Adapun
seluruh anggota populasi terdiri dari siswa-siswi kelas XI dan XII SMK
Wahid Hasyim Kepohbaru. Selanjutnya pada penelitian ini menganalisis
secara simultan hubungan antara variabel dukungan sosial dan konsep diri
akademik dengan prestasi belajar, selain itu juga menganalisis secara parsial
mengenai hubungan antara variabel dukungan sosial dengan prestasi belajar,
serta mengenai hubungan antara variabel konsep diri akademik dengan
(25)
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Prestasi Belajar
1. Definisi Prestasi Belajar
Ada banyak sekali pengertian belajar yang diungkapkan oleh para ahli,
diantaranya adalah sebagai beikut:
Menurut Syah (Abdullah, 2008), prestasi belajar adalah taraf
keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang
dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai
sejumlah materi pelajaran tertentu. Sementara itu dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (2008) yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah
penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata
pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka yang diberikan
oleh guru.
Sementara menurut Bloom (Abdullah, 2008), mendefinisikan prestasi
belajar sebagai hasil akhir yang diharapkan dapat dicapai oleh seseorang
setelah melalui kegiatan belajar. Hasil belajar ini diklasifikasikan ke dalam
tiga ranah yaitu: ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif (affective
domain), dan ranah psikomotor (psychomotor domain).
Prestasi belajar menurut Djamarah (1994:24) adalah penilaian pendidikan
tentang kemajuan siswa dalam segala hal yang dipelajari di sekolah yang
(26)
13
sesudah penilaian. Purwanto (1978) Menyatakan prestasi belajar adalah
hasil-hasil belajar yang telah diberikan guru kepada murid-murid atau
dosen kepada mahasiswanya dalam jangka tertentu. (Habsari, 2005: 75).
Pengertian prestasi belajar atau prestasi akademik menurut Bloom
(dalam Azwar, 2005) adalah mengungkap keberhasilan seseorang dalam
belajar. Suryabrata (2002) menyatakan bahwa prestasi akademik adalah
seluruh hasil yang telah dicapai (achievement) yang diperoleh melalui
proses belajar akademik (academic achievement) maka menurut penulis
istilah yang dapat disimpulkan bahwa seluruh hasil yang telah dicapai
(achievement) atau diperoleh melalui proses belajar akademik (academic
achievement) yang dapat dipakai sebagai ukuran untuk mengetahui sejauh mana para siswa menguasai bahan pelajaran yang diajarkan dan dipelajari.
Beberapa ahli diatas sependapat bahwa prestasi belajar merupakan
penilaian hasil belajar yang dicapai dalam suatu usaha untuk mengadakan
perubahan yang telah diberikan guru kepada murid-murid dalam jangka
waktu tertentu.
Dari beberapa uraian di atas dapat di simpulkan definisi operasional
prestasi belajar adalah hasil dari kegiatan belajar untuk mengetahui
Penguasaan pengetahuan dan ketrampilan yang dicapai oleh seseorang
(27)
14
2. Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi belajar yang dicapai oleh siswa dapat dipengaruhi oleh
berbagai faktor. Menurut Slameto (2010) faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan ke dalam dua golongan
yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor
yang bersumber pada diri siswa dan faktor eksternal adalah faktor yang
bersumber dari luar diri siswa. Adapun secara terinci mengenai
factor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
a. Faktor Intern
Menurut Slameto (2010: 54) dalam membicarakan faktor intern ini,
akan dibahas menjadi tiga faktor yaitu faktor jasmani, faktor psikologi dan
faktor kelelahan. Secara lebih rinci adalah sebagai berikut:
a) Faktor Jasmani
Dalam faktor jasmaniah yang dapat mempengaruhi siswa dalam proses
belajarnya adalah kesehatan tentang kondisi tubuhnya, kurang
bersemangat ataupun cepat lelah, selain kondisi kesehatannya keadaan
jasmaniah siswa yang juga mempengaruhi proses belajarnya adalah cacat
anggota tubuh misalnya buta, tuli, patah kaki ataupun patah tangan.
b) Faktor psikologis
Ada beberapa faktor yang tergolong dalam faktor psikologis. Faktor-faktor
tersebut antara lain:
1) Intelegensi, Slameto (2010: 56) mengemukakan bahwa intelegensi atau
(28)
15
menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dan cepat efektif mengetahui
atau menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui
relasi dan mempelajarinya dengan cepat.
2) Perhatian, Menurut al-Ghazali dalam Slameto (2010: 56) bahwa perhatian
adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi jiwa itupun bertujuan semata-mata
kepada suatu benda atau sekumpulan obyek. Untuk menjamin belajar yang
lebih baik maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap pelajaranya.
3) Bakat, Menurut Hilgard dalam Slameto (2010: 57) adalah the capacity to
learn. Dengan kata lain, bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu akan terealisasi pencapaian kecakapan yang nyata sesudah
belajar atau terlatih.
4) Motif, menurut Slameto (2010: 58) bahwa motivasi erat sekali
hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai dalam belajar, di dalam
menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi untuk
mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab
berbuat adalah motivasi itu sendiri sebagai daya penggerak atau
pendorongnya.
5) Kematangan, menurut Slameto (2010: 58) bahwa kematangan adalah
sesuatu tingkah atau fase dalam pertumbuhan seseorang di mana alat-alat
tubuhnya sudah siap melaksanakan kecakapan baru.
6) Kesiapan, menurut James Drever seperti yang dikutip oleh Slameto (2010:
59) adalah preparedes to respon or react, artinya kesediaan untuk
(29)
16
c) Faktor Kelelahan
Ada beberapa faktor kelelahan yang dapat mempengaruhi prestasi belajar
siswa antara lain dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan
jasmani dan kelelahan rohani. Sebagaimana dikemukakan oleh Slameto
(2010: 59) sebagai berikut:
“Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecendrungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi karena ada substansi sisa pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah kurang lancar pada bagian tertentu. Sedangkan kelelahan rohani dapat terus menerus karena memikirkan masalah yang berarti tanpa istirahat, mengerjakan sesuatu karena terpaksa, tidak sesuai dengan minat dan perhatian”.
b. Faktor Ekstern
Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap prestasi belajar dapatlah
dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu faktor keluarga, faktor sekolah
dan faktor masyarakat (Slameto, 2010: 60).
1) Faktor keluarga
Faktor keluarga sangat berperan aktif bagi siswa. Menurut Slameto dalam
buku Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (2010: 60)
menyatakan bahwa siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari
keluarga berupa cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga,
keadaan keluarga, pengertian orang tua, keadaan ekonomi keluarga, latar
belakang kebudayaan dan suasana rumah.
a) Cara orang tua mendidik
Cara orang tua mendidik besar sekali pengaruhnya terhadap prestasi
(30)
17
61) mengemukakan bahwa keluarga adalah lembaga pendidikan yang
pertama dan utama. Keluarga yang sehat besar artinya untuk mendidik
dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan mutu pendidikan dalam
ukuran besar yaitu pendidikan bangsa dan negara.
b) Relasi antar anggota keluarga
Menurut Slameto (2010: 62) bahwa yang penting dalam keluarga
adalah relasi orang tua dan anaknya. Selain itu juga relasi anak dengan
saudaranya atau dengan keluarga yang lain turut mempengaruhi belajar
anak. Wujud dari relasi adalah apakah ada kasih sayang atau kebencian,
sikap terlalu keras atau sikap acuh tak acuh, dan sebagainya.
c) Suasana Rumah
Suasana rumah juga merupakan faktor yang tidak termasuk disengaja.
Suasana rumah yang gad ramai dan semrawut tidak akan memberi
ketenangan kepada anak yang belajar (Slameto, 2010: 63)
d) Pengertian orang tua
Slameto (2010: 64) bahwa anak belajar perlu dorongan dan pengertian
orang tua. Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas
rumah.
e) Keadaan ekonomi keluarga
Menurut Slameto (2010: 63) bahwa keadaan ekonomi keluarga erat
hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain
(31)
18
kesehatan, dan lain-lain, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang
belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis, dan sebagainya.
f) Latar belakang kebudayaan
Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi
sikap anak dalam belajar. Oleh karena itu perlu kepada anak ditanamkan
kebiasaan-kebiasaan baik, agar mendorong tercapainya hasil belajar yang
optimal.(Slameto, 2010: 64)
2) Faktor sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode
mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa,
disiplin sekolah, dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung,
metode belajar dan tugas rumah. (Slameto, 2010: 64).
3) Faktor Lingkungan Masyarakat
Terjadi karena keberadaan siswa didalam masyarakat. Dalam
lingkungan masyarakat yang menjadi pembahasannya tentang kegiatan
siswa didalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk
kehidupan masyarakat, yang semuanya mempengaruhi belajar
(Slameto:2010: 70).
Sedangkan menurut Sutrisno (1997) juga mengemukakan pendapat
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar terdiri dari faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari inteligensi, bakat,
minat, motivasi, dan kesehatan mental. Sedangkan faktor eksternal terdiri
(32)
19
Adapun Menurut Rola (2006), terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar, yaitu:
a. Pengaruh keluarga dan kebudayaan.
Besarnya kebebasan yang diberikan orang tua kepada anaknya, jenis
pekerjaan orang tua dan jumlah serta urutan anak dalam keluarga memiliki
pengaruh yang sangat besar dalam perkembangan prestasi. Produk-produk
kebudayaan pada suatu daerah seperti cerita rakyat, sering mengandung
tema prestasi yang bisa meningkatkan semangat.
b. Peranan konsep diri
Konsep diri merupakan bagaimana individu berpikir tentang dirinya
sendiri. Apabila individu percaya bahwa dirinya mampu untuk melakukan
sesuatu, maka individu akan termotivasi untuk melakukan hal tersebut
sehingga berpengaruh dalam tingkah lakunya.
c. Pengakuan dari prestasi
Individu akan berusaha bekerja keras jika dirinya merasa diperdulikan
oleh orang lain. Prestasi sangat dipengaruhi oleh peran orang tua, keluarga
dan dukungan lingkungan tempat di mana individu berada. Individu yang
diberi dorongan untuk berprestasi akan lebih realistis dalam mencapai
tujuannya.
3. Cara mengukur prestasi belajar
Selama ini digunakan adalah dengan mengukur tes-tes, yang biasa
disebut dengan ulangan. Tes dibagi menjadi dua yaitu; tes formatif dan tes
(33)
20
pelajaran berlangsung, sedangkan tes sumatif adalah tes yang
diselenggarakan pada saat keseluruhan kegiatan belajar mengajar, tes
sumatif merupakan ujian akhir semester.
Menurut Suharsimi Arikunto dalam bukunya Evaluasi Pendidikan
(2010) menyebutkan tes dibedakan menjadi tiga macam yaitu tes
diagnostik, tes formatif, dan tes sumatif. Secara rinci adalah sebagai
berikut:
a. Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk menentukan kelemahan
dan kelebihan siswa dengan melihat gejala-gejalanya sehingga diketahui
kelemahan dan kelebihan tersebut pada siswa dapat dilakukan perlakuan
yang tepat.
b. Tes formatif adalah untuk mengetahui sejauh mana siswa telah memahami
suatu satuan pelajaran tertentu. Tes ini diberikan sebagai usaha
memperbaiki proses belajar.
c. Tes sumatif dapat digunakan pada ulangan umum yang biasanya
dilaksanakan pada akhir catur wulan atau semester. Dari tes sumatif inilah
prestasi belajar siswa diketahui.
Dalam penelitian ini evaluasi yang digunakan adalah dalam jenis yang di
titik beratkan pada evaluasi belajar siswa di sekolah yang dilaksanakan
oleh guru untuk mengetahui prestasi belajar siswa.untuk mendeskripsikan
kemampuan belajar siswa, tingkat keberhasilan proses belajar dan
mengajar, menentukan tindak lanjut hasil penilaian, dan memberikan
(34)
21
B. Dukungan Sosial
1. Pengertian Dukungan Sosial
Ada beberapa definisi dukungan sosial yang dikemukakan oleh
beberapa ahli. Masing-masing ahli memberikan definisi yang berbeda
namun pada intinya memiliki kesamaan pengertian. Dukungan sosial
merupakan salah satu istilah yang digunakan untuk menerangkan
bagaimana hubungan sosial menyumbang manfaat bagi kesehatan mental
atau kesehatan fisik individu.
Menurut Jacobson (dalam Orford, 1992) dukungan sosial adalah suatu
bentuk tingkah laku yang menumbuhkan perasaan nyaman dan membuat
individu percaya bahwa ia dihormati, dihargai, dicintai dan bahwa orang
lain bersedia memberikan perhatian dan keamanan.
Sedangkan menurut Cooper & Watson (1991) dukungan sosial adalah
bantuan yang diperoleh individu secara terus-menerus dari individu lain,
kelompok dan masyarakat luas.
Gottlieb (dalam Smet, 1994 : 135) menyatakan dukungan sosial terdiri
dari informasi atau nasehat verbal maupun non verbal maupun non verbal,
bantuan nyata, atau tindakan yang didapat karena kehadiran orang lain dan
mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima.
Dukungan sosial didefinisikan oleh Cobb (dalam Kim, dkk., 2008:518)
sebagai berikut, “Social support has been defined as information from
others that one is loved and cared for, esteemed and valued, and part of a network ofcommunication and mutual obligations”. Pendapat tersebut
(35)
22
dapat didefinisikan bahwa dukungan sosial adalah informasi dari individu
lain bahwa seseorang dicintai dan diperhatikan, dihargai dan dinilai, dan
menjadi bagian dari jaringan sosial.
Pendapat senada juga diungkapkan oleh Sarason (dalam Smet 1994:135)
yang menyatakan bahwa dukungan sosial adalah adanya interaksi
interpersonal yang ditunjukkan dengan memberikan bantuan pada individu
lain, dimana bantuan itu umumnya diperoleh dari orang yang berarti bagi
individu yang bersangkutan. Dukungan sosial dapat berupa pemberian
informasi, bantuan tingkah laku, ataupun materi yang didapat dari
hubungan sosial akrab yang dapat membuat individu merasa diperhatikan,
bernilai dan dicintai.
Dukungan sosial merupakan cara untuk menunjukkan kasih sayang,
kepedulian, dan penghargaan untuk orang lain. Individu yang menerima
dukungan sosial akan merasa dirinya dicintai, dihargai, berharga, dan
merupakan bagian dari lingkungan sosialnya (Sarafino, 2006). Dukungan
sosial diperoleh dari hasil interaksi individu dengan orang lain dalam
lingkungan sosialnya, dan bisa berasal dari siapa saja, keluarga, guru,
teman, dan lain-lain. Lebih lanjut Menurut Sarafino (2006), dukungan
sosial adalah berbagai macam dukungan yang diterima oleh seseorang dari
orang lain, dapat berupa dukungan emosional, dukungan penghargaan
atau harga diri, dukungan instrumental, dukungan informasi atau
(36)
23
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan definisi operasional
bahwa dukungan sosial adalah suatu bentuk tingkah laku yang
menumbuhkan perasaan nyaman dan membuat individu percaya bahwa ia
dihormati, dihargai, dicintai oleh keluarga, pasangan, teman maupun orang
lain serta tenaga ahli yang terwujud dalam dukungan emosional,
penghargaan, instrumental, informasi dan jaringan sosial.
2. Aspek Dukungan Sosial
Menurut Sarafino (2006:103) ada lima bentuk aspek dukungan sosial,
yaitu sebagai berikut:
a. Dukungan emosional (emotional support).
Dukungan emosional mencakup ungkapan empati, kepedulian dan
perhatian terhadap orang yang bersangkutan. Dukungan emosional
merupakan ekspresi dari afeksi, kepercayaan, perhatian, dan perasaan
didengarkan. Kesediaan untuk mendengarkan keluhan seseorang akan
memberikan dampak positif sebagai sarana pelepasan emosi,
mengurangi kecemasan, membuat individu merasa nyaman, tenteram,
diperhatikan, serta dicintai saat menghadapi berbagai tekanan dalam
hidup mereka.
b. Dukungan penghargaan (esteem support).
Dukungan penghargaan terjadi lewat ungkapan penghargaan yang
positif untuk individu, dorongan maju atau persetujuan dengan
gagasan atau perasaan individu, dan perbandingan positif individu
(37)
24
orang yang kurang mampu atau lebih buruk keadaannya. Hal seperti
ini dapat menambah penghargaan diri. Individu melalui interaksi
dengan orang lain, akan dapat mengevaluasi dan mempertegas
keyakinannya dengan membandingkan pendapat, sikap, keyakinan,
dan perilaku orang lain. Jenis dukungan ini membantu individu merasa
dirinya berharga, mampu, dan dihargai.
c. Dukungan instrumental (instrumental support).
Dukungan instrumental mencakup bantuan langsung yang dapat
berupa jasa, waktu, atau uang. Misalnya pinjaman uang bagi individu
atau pemberian pekerjaan saat individu mengalami stres. Dukungan ini
membantu individu dalam melaksanakan aktivitasnya.
d. Dukungan informasi (informational support).
Dukungan informasi mencakup pemberian nasehat, petunjuk-petunjuk,
saran-saran, informasi atau umpan balik. Dukungan ini membantu
individu mengatasi masalah dengan cara memperluas wawasan dan
pemahaman individu terhadap masalah yang dihadapi. Informasi
tersebut diperlukan untuk mengambil keputusan dan memecahkan
masalah secara praktis.
e. Dukungan jaringan sosial (companionship support).
Dukungan jaringan sosial mencakup perasaan keanggotaan dalam
kelompok. Dukungan jaringan sosial merupakan perasaan keanggotaan
(38)
25
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Sosial
Menurut Sarafino (2006: 104) menyatakan tidak semua orang
mendapatkan dukungan sosial seperti yang diharapkannya. Setidaknya ada
tiga faktor yang menyebabkan seseorang menerima dukungan, yaitu:
a. Potensi Penerima Dukungan (Recipients)
Tidak mungkin seseorang memperoleh dukungan sosial seperti yang
diharapkannya jika dia tidak ramah, tidak pernah menolong orang lain,
dan tidak membiarkan orang lain mengetahui bahwa dia sebenarnya
membutuhkan bantuan. Beberapa orang tidak perlu assertive untuk
meminta bantuan orang lain, atau merasa bahwa mereka seharusnya
tidak tergantung dan menyusahkan orang lain.
b. Potensi Penyedia Dukungan (Providers)
Seseorang yang seharusnya menjadi penyedia dukungan bisa saja tidak
mempunyai sesuatu yang dibutuhkan orang lain, atau mungkin
mengalami stress sehingga tidak memikirkan orang lain, atau bisa saja
tidak sadar akan kebutuhan orang lain.
c. Komposisi dan Struktur Jaringan Sosial
Maksud dari jaringan sosial adalah hubungan yang dimiliki individu
dengan orang-orang dalam keluarga dan lingkungannya. Hubungan
ini dapat bervariasi dalam ukuran (jumlah orang yang sering
berhubungan dengan individu), frekuensi hubungan (seberapa sering
(39)
26
orang-orang tersebut keluarga, teman, rekan kerja, dan sebagainya),
dan kedekatan hubungan.
4. Sumber-Sumber Dukungan Sosial
Menurut Sarafino (2006:103) mengatakan bahwa setiap fungsi sosial
memiliki sumber-sumber dukungan yang berbeda. Misalnya, sumber
dukungan bagi individu untuk mendapatkan saran atau pendapat adalah
orang tua, teman, atau rekan kerja. Sedangkan sumber dukungan bagi
individu untuk memperoleh kedekatan adalah pasangan hidup, sahabat,
dan anggota keluarga. Agar fungsi dukungan sosial dapat berjalan dengan
baik, maka harus ada sumber bagi individu untuk mendapatkan dukungan
sosial. Orang yang memberikan dukungan sosial disebut sumber dukungan
sosial. Ketika seseorang menerima dukungan sosial akan bergantung pada
komposisi dan struktur jaringan sosialnya dan itu berarti seberapa besar
hubungan yang mereka miliki antara orang-orang dikeluarga dan
lingkungan sekitarnya.
Menurut Mitchell, dkk dalam Sarafino (1994:104) hubungan itu dapat
bervariasi pada masing-masing individu, tergantung pada siapa yang
memiliki hubungan terdekat, seperti :
(1) Frekuensi dari hubungan, seberapa sering individu bertemu dengan
orang tersebut.
(2) Komposisinya, apakah orang tersebut termasuk dalam keluarga,
(40)
27
(3) Kedekatan (keintiman) adalah hubungan seseorang dengan adanya
keinginan untuk bersama dan untuk percaya antara satu dengan yang
lainnya.
Dukungan sosial dapat berasal dari orang penting yang dekat bagi
individu yang membutuhkan. tetapi orang yang memberikan dukungan
tidak hanya berasal dari pihak keluarga saja namun sumber dukungan
sosial dapat lebih luas lagi bahwa dukungan sosial dapat berasal dari
keluarga, teman, psikolog, dan organisasi masyarakat.
Sementara itu, Goetlieb (1983) menyatakan ada dua macam
sumber hubungan dukungan sosial, yaitu Pertama, hubungan profesional
yakni bersumber dari orang-orang yang ahli di bidangnya, seperti guru,
mentor, motivator, konselor, psikiater, dokter, psikolog maupun
pengacara, dan lain sebagainya. Kedua, hubungan non profesional, yakni
bersumber dari orang-orang terdekat seperti keluarga, teman atau sahabat.
C. Konsep Diri Akademik
1. Pengertian Konsep Diri Akademik
Konsep diri akademik merupakan bagian dari aspek psikologis yang
menjadi bidang kajian psikologi humanistik. Dalam psikologi, secara
umum, beberapa ahli merumuskan definisi mengenai konsep diri, Konsep
diri merupakan terjemahan dari self-concept dan berkaitan erat dengan
kepribadian individu karena konsep diri adalah suatu susunan (konstruk)
(41)
28
Berdasarkan teori tersebut untuk lebih memahami konsep diri
akademik, maka perlu memahami komponen yang membentuk konsep
diri akademik. Oleh karena itu diuraikan pengertian konsep diri secara
terinci sebagai berikut:
Konsep diri telah melalui sejarah perkembangan yang cukup panjang,
yang meliputi; (1) Model terdahulu yang berisikan tentang riset tentang
konsep diri general daripada menempatkan konsep diri sebagai sesuatu
yang terdiri dari banyak segi (multifaceted). Jadi dalam sejarahnya,
konsep diri dianggap sebagai suatu konstruk yang unidimensi. (2) Model
Shavelson yang berisikan tentang model konsep diri yang bersifat
terorganisasi atau terstruktur, terdiri dari banyak segi (multi-faceted),
bersifat hierarkis (dalam hierarki terdapat puncak yang stabil, namun
untuk hierarki di bawahnya menjadi kurang stabil sebagai konsekuensi
adanya konsep diri pada suatu situasi yang spesifik), bersifat evaluatif
maupun deskriptif, dan berbeda dari konstruk yang lain. (3) Model
Shavelson dan Marsh yang berisikan tentang model Internal dan Eksternal
(model I/E) dalam konsep diri.
Model konsep diri dari Shavelson dan Marsh tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1. Model Konsep Diri oleh Shavelson, Hubner dan Stanton (1976) Evaluation of Behaviours in Spesific Situation
General Self Concept
(42)
29
Konsep diri umum terletak di puncak dan terbagi ke dalam komponen
akademik dan non akademik yang kemudian juga terbagi ke dalam
komponen yang lebih spesifik. Misalnya, konsep diri akademik terbagi ke
dalam konsep diri Matematika, Bahasa Inggris, Sejarah dan Ilmu
Pengetahuan. Komponen pada hierarki ini pun terbagi ke dalam
komponen yang lebih spesifik, misalnya konsep diri fisik dibagi menjadi
konsep diri kemampuan fisik dan konsep diri penampilan fisik.
Menurut Shavelson dan koleganya dalam Widarsa, (2010: 49)
mengemukakan bahwa konsep diri dapat dibedakan menjadi dua bagian
yakni, konsep diri akademis dan non akademis.
Konsep diri juga didefinisikan sebagai the phsical, social and
phsycological perception of ourselves that we have derived from experience and our interaction with other(William D. Brooks 1974:
40). Konsep diri adalah pandangan dan perasaan seseorang tentang
dirinya sendiri dimana persepsinya dapat berupa psikologis, sosial dan
fisik sebagai hasil interaksinya dengan orang lain. Senada dengan hal itu
Lebih lanjut lagi menurut William D. brooks yang dikutip oleh Jalaludin
Rakhmad (2005: 105) menyatakan konsep diri adalah pandangan dan
perasaan kita tentang diri kita, lebih lanjut lagi menyatakan konsep diri
merupakan persepsi individu terhadap dirinya sendiri yang bersifat psikis
dan sosial sebagai hasil interaksi dengan orang lain.
Menurut Burns dalam Desmita (2010:164) konsep diri adalah
(43)
30
Menurut Burns (dalam Erawati, 2011) konsep diri adalah suatu gambaran
campuran dari apa yang kita pikirkan, orang-orang lain berpendapat
mengenai diri kita, dan seperti apa diri yang kita inginkan.
Atwater dalam Desmita (2010:163) menyebutkan bahwa konsep diri
adalah keseluruhan gambaran diri, yang meliputi persepsi seseorang
tentang diri, perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai yang berhubungan
dengan dirinya. Dapat dikatakan bahwa konsep diri merupakan persepsi
atau pandangan seseorang terhadap kemampuan dirinya dalam bertindak,
Menurut Sobur (2003), konsep diri adalah semua persepsi kita
terhadap diri yang meliputi aspek fisik, aspek sosial, dan aspek psikologis,
yang didasarkan pada pengalaman dan interaksi kita dengan orang lain.
Menurut Hurlock (1990:58), konsep diri merupakan gambaran dan
penilaian terhadap diri sendiri yang mencakup seluruh aspek
kepribadiannya. Artinya, konsep diri merupakan penilaian terhadap
dirinya sendiri yang meliputi karakteristik fisik, psikis, sosial-emosional,
aspirasi, dan prestasi. Lebih lanjut menurut Hurlock dalam Ghufron dan
Risnawati (2011) Konsep diri merupakan gambaran seseorang mengenai
diri sendiri yang merupakan gabungan dari keyakinan fisik, psikologis,
sosial, emosional aspiratif dan prestasi yang mereka capai.
William H. Fitts (dalam Agustiani, 2006: 138) mengemukakan bahwa
konsep diri merupakan aspek penting dalam diri seseorang, karena konsep
diri seseorang merupakan kerangka acuan (frame of reference) dalam
(44)
31
Song dan Hattie (dalam Nia, 2011) mengemukakan bahwa konsep diri
terdiri atas konsep diri akademis dan non akademis. Selanjutnya konsep
diri non akademis dapat dibedakan menjadi konsep diri sosial dan
penampilan diri. Jadi menurut Song dan Hattie, konsep diri secara umum
dapat dibedakan menjadi konsep diri akademis, konsep diri sosial, dan
penampilan diri.
Anita Taylor (dalam Jalaluddin Rakhmat, 2007: 100) mendefinisikan
konsep diri sebagai “all you think and feel about you, the entire complex
of beliefs and attitudes you hold about yourself”. Konsep diri meliputi apa yang kita pikirkan tentang diri kita sendiri dan yang kita rasakan
tentang diri kita sendiri.
Berdasarkan uraian mengenai pengertian konsep diri menurut para
ahli, maka dapat dikatakan bahwa konsep diri adalah keseluruhan
gambaran atau pandangan seseorang terhadap dirinya baik kemampuan,
penampilan, hubungan sosial, dan lain-lain.
Setelah kita memahami pengertian konsep diri secara umum dari
beberapa ahli fokus dalam penelitian ini adalah konsep diri dalam ranah
akademik yang disebut konsep diri akademik. Konsep diri akademik kini
telah menjadi aspek yang penting untuk meramalkan perilaku dan kinerja
(45)
32
Adapun definisi konsep diri akademik menurut beberapa ahli, yaitu
sebagai berikut:
Menurut Marsh. H.W, (1985) dalam jurnalnya yang berjudul Multi
Dimensional Self Concept: Relation With Sex and Academic Achievement. Mengemukakan bahwa konsep diri akademik adalah segala sesuatu yang
mengacu pada persepsi dan perasaan individu terhadap dirinya, yang
berhubungan dengan bidang akademik.
Sedangkan menurut (Marsh & Craven, 1997; Shavelson, Hubner, &
Stanton, 1976; dalam Guay, 2004) konsep diri akademik adalah evaluasi
persepsi diri yang terbentuk melalui pengalaman yang disertai interpretasi
terhadap lingkungan sekolah.
Menurut Matovu (2014:1), menjelaskan bahwa Academic self-concept
is referred to as students ’ perceptions about their levels of competencies within the academic realm“.
Jadi, Konsep diri akademik ini disebut sebagai pandangan siswa
terhadap penguasaan kompetensi dalam bidang akademik.
Sedangkan menurut O`Mara (dalam Rosen, 2010:118), yang
menyatakan bahwa Academic self-concept, broadly defined, can be
thought of as a students self-perception of academic ability formed through individual experiences and interactions with the environment. Jadi Konsep diri akademik didefinisikan sebagai kemampuan akademik yang
terbentuk melalui pengalaman individu dan interaksinya dengan
(46)
33
Hattie mendefinisikan konsep diri akademik sebagai penilaian individu
dalam bidang akademik (Kavale dan Mostert dalam Widarsa, 2009: 50).
Penilaian tersebut meliputi kemampuan dalam mengikuti pelajaran dan
berprestasi dalam bidang akademik yang dicapai individu dan aktivitas
individu di sekolah atau di dalam kelas.
Huit (2004) dalam Widarsa, (2010: 50) menjelaskan bahwa konsep
diri akademik menunjukan seberapa baik performa individu di sekolah
atau seberapa baik dirinya belajar.
Berdasarkan uraian definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
konsep diri akademik merupakan konsep dasar yang mampu
mengarahkan, menuntun prilaku individu yang meliputi kepercayaan
individu terhadap masing diri individu, melihat harga diri
masing-masing individu oleh individu bersangkutan, memberikan tanggapan
terhadap diri sendiri oleh individu, melihat keberadaan hubungan dengan
kemampuan dan prestasi akademik, kemampuan belajar dan bekerja di
sekolah, mengerjakan tugas-tugas sekolah serta tanggapan atas kinerja
atau prestasi yang dicapai.
Pada intinya konsep diri akademik siswa dapat dilihat dari rasa percaya
diri siswa, tanggapan penerimaan diri siswa terhadap orang lain perasaan
diri siswa terhadap harga dirinya, hal hal yang berhubungan dengan
kemampuan dan prestasi dalam bidang akademik, kemampuan siswa
(47)
34
sekolah, sehingga dari uraian tersebut akan diperoleh indikator dalam
penyusunan skala konsep diri akademik siswa.
Berdasarkan kajian teori dari para ahli tersebut tersebut, maka dapat
disimpulkan definisi operasional konsep diri akademik adalah persepsi,
pikiran, perasaan, dan penilaian seseorang terhadap kemampuan
belajarnya yang terbentuk melalui sikap percaya diri, penerimaan diri,
serta mampu menghargai diri.
2. Jenis dan Struktur Konsep Diri
Menurut Marsh dan Shavelson (1985). Menyatakan dalam polanya
ini tidak membentuk pola hierarkial. Namun lebih kepada pola multifacet
dari general konsep diri kepada banyak jenis konsep diri seperti konsep
diri penampilan fisik, hubungan dengan orangtua, akademis,
problem-solving, spiritual, hubungan teman sebaya baik yang sejenis maupun lawan jenis, kejujuran, emosional dan lain-lain. Marsh & Shavelson (1985)
dalam teorinya membuat 13 jenis konsep diri yang dapat diteliti dalam diri
individu, yaitu, sebagai berikut:
1)Konsep diri umum (general self-concept)
2)Konsep diri akademis (academic self-concept)
3)Konsep diri matematika (mathematic self-concept)
4)Konsep diri problem-solving
5)Konsep diri spiritual
(48)
35
7)Konsep diri yang berhubungan dengan teman yang berjenis kelamin
sama (same sex peers self-concept)
8)Konsep diri yang berhubungan dengan teman yang berjenis kelamin
berbeda (opposite sex peers self-concept)
9)Konsep diri hubungan orangtua (parent self-concept)
10)Konsep diri penampilan fisik (physical appearance self-concept)
11)Konsep diri kekuatan fisik (physical ability self-concept)
12)Konsep diri verbal (verbal self-concept)
13)Konsep diri kejujuran (honesty self-concept)
3. Aspek dan Dimensi Konsep Diri
Menurut Marsh (1985). Menyatakan dalam jurnal penelitiannya
bahwa diantara aspek-aspek konsep diri akademik adalah meliputi;
Kepercayaan Diri, Penerimaan Diri, dan Penghargaan Diri.
Menurut Fitts (dalam Robinson & Shaver, 1975) membagi
aspek-aspek konsep diri individu menjadi dua dimensi besar, yaitu dimensi
internal dan dimensi eksternal. Adapun dimensi internal terdiri atas tiga
bagian, yakni:
a) Diri identitas, yaitu label ataupun simbol yang dikenakan oleh
seseorang untuk menjelaskan dirinya dan membentuk identitasnya.
Label- label ini akan terus bertambah seiring dengan bertumbuh dan
meluasnya kemampuan seseorang dalam segala bidang.
b) Diri pelaku, yaitu adanya keinginan pada diri seseorang untuk
(49)
36
eksternal. Konsekuensi perilaku tersebut akan berdampak pada lanjut
tidaknya perilaku tersebut, sekaligus akan menentukan apakah suatu
perilaku akan diabstraksikan, disimbolisasikan, dan digabungkan
dalam diri identitas.
c) Diri penilai, yang lebih berfungsi sebagai pengamat, penentu standar,
penghayal, pembanding, dan terutama sebagai penilai. Di samping
fungsinya sebagai jembatan yang menghubungkan kedua diri
sebelumnya.
Sedangkan Dimensi Eksternal, terdiri dari enam bagian:
a) Konsep diri fisik, yaitu cara seseorang dalam memandang dirinya dari
sudut pandang fisik, kesehatan, penampilan keluar, dan gerak
motoriknya.
b) Konsep diri pribadi, yaitu cara seseorang dalam menilai kemampuan
yang ada pada dirinya dan menggambarkan identitas dirinya.
c) Konsep diri sosial, yaitu persepsi, pikiran, perasaan, dan evaluasi
seseorang terhadap kecenderungan sosial yang ada pada dirinya
sendiri, berkaitan dengan kapasitasnya dalam berhubungan dengan
dunia di luar dirinya, perasaan mampu dan berharga dalam lingkup
interaksi sosialnya.
d) Konsep diri moral etik, berkaitan dengan persepsi, pikiran, perasaan,
serta penilaian seseorang terhadap moralitas dirinya terkait dengan
(50)
37
normatif, baik nilai maupun prinsip yang memberi arti dan arah bagi
kehidupan seseorang.
e) Konsep diri keluarga, berkaitan dengan perspesi, perasaan, pikiran, dan
penilaian seseorang terhadap keluarganya sendiri, dan keberadaan
dirinya sendiri sebagai bagian integral dari sebuah keluarga.
f) Konsep diri akademik, berkaitan dengan persepsi, pikiran, perasaan,
dan penilaian seseorang terhadap kemampuan akademiknya.
Sementara itu, Hurlock (1990) menambahkan bahwa ada lima dimensi
konsep diri, yaitu: konsep diri fisik, konsep diri psikis, konsep diri sosial
dan emosional, konsep diri aspirasi, dan konsep diri prestasi.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek
konsep diri meliputi: konsep diri fisik, dan konsep diri psikologis. Konsep
diri psikologis dibedakan lagi atas konsep diri akademik dan konsep diri
sosial. Konsep diri akademis didasarkan pada seberapa baik siswa
berperilaku dalam wilayah akademis yang berbeda. Pada sisi non
akademis konsep diri didasarkan pada hubungan dengan teman sebaya dan
orang orang penting lainnya pada kondisi emosional dan pada kualitas
fisik. Adapun dalam penelitian ini mengacu pada aspek-aspek konsep diri
akademik yang dipaparkan oleh Marsh, Herbert W. yaitu meliputi; aspek
(51)
38
4. Bentuk Konsep Diri
Konsep diri dibedakan menjadi konsep diri positif dan konsep diri
negatif. Konsep diri positif adalah ketika seseorang mampu menghargai
dirinya dan melihat hal-hal yang positif yang dapat dilakukan demi
keberhasilan di masa yang akan datang. Dasar dari konsep diri yang positif
adalah adanya penerimaan diri. Hal ini dikarenakan orang yang memiliki
konsep diri yang positif mampu mengenal dirinya sendiri dengan baik.
Penerimaan diri yang dimaksud meliputi penerimaan diri atas informasi
yang positif maupun yang negatif tentang dirinya. Artinya, orang yang
memiliki konsep diri yang positif akan menerima dan memahami
kenyataan yang bermacam-macam tentang dirinya sendiri. contohnya,
saya orang yang pintar dalam matematika, tetapi saya lemah di pelajaran
bahasa (Ubaidillah, 2007).
Adapun menurut Rola (2006), konsep diri positif ditunjukkan dengan
karakteristik sebagai berikut:
a) Memiliki keyakinan bahwa dirinya sanggup mengatasi masalah. Setiap
masalah pasti memiliki jalan keluarnya, dan orang yang konsep dirinya
positif yakin dengan hal ini.
b) Menyikapi pujian dengan tepat. Orang yang konsep dirinya positif,
ketika menerima pujian tidak malu-malu. Ia memahami makna pujian
atau penghargaan, bahwa penghargaan dan pujian itu layak diberikan
terhadap individu berdasarkan dari hasil apa yang telah dikerjakan
(52)
39
c) Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan dan
keinginan serta perilaku yang bisa tidak selalu disetujui oleh
masyarakat. Ia peka terhadap perasaan orang lain sehingga akan
menghargai perasaan orang lain meskipun kadang tidak disetujui oleh
masyarakat.
d) Memiliki dorongan untuk mau dan mampu memperbaiki diri.
Kemampuan untuk melakukan proses refleksi diri untuk memperbaiki
perilaku yang dianggap kurang.
Kebalikan dari konsep diri positif adalah konsep diri negatif. Orang yang
memiliki konsep diri negatif sangat sedikit mengenal tentang dirinya,
pengenalan diri yang mencakup diri idealnya, citra dirinya, dan harga
dirinya. Ia kurang mengenal siapa dirinya, apa kekuatan dan kelemahannya
atau apa yang dihargai dalam hidupnya. Seorang anak yang memiliki
konsep diri negatif akan meyakini dan memandang bahwa dirinya lemah,
tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak kompeten, gagal, malang,
tidak menarik, tidak disukai dan kehilangan daya tarik terhadap hidup.
Sedangkan konsep diri negatif ditunjukkan dengan karakteristik sebagai
berikut:
a) Mudah tersinggung dan peka terhadap kritik, yaitu kurangnya
kemampuan untuk menerima kritik dari orang lain sebagai proses
(53)
40
b) Responsif terhadap pujian. Bersikap yang berlebihan terhadap tindakan
yang telah dilakukan, sehingga merasa segala tindakannya perlu
mendapat penghargaan.
c) Sering merasa tidak disukai orang lain. Perasaan subyektif bahwa setiap
orang lain di sekitarnya memandang dirinya dengan negatif.
d) Gemar memberikan kritik negatif. Suka melakukan kritik negatif secara
berlebihan terhadap orang lain.
e) Interaksi sosialnya kurang baik, mengalami hambatan dalam interaksi
dengan lingkungan sosialnya serta merasa kurang mampu dalam
berinteraksi dengan orang-orang lain.
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri Akademik
Konsep diri berkembang dari sejumlah sumber yang saling berkait
antara satu sumber dengan sumber yang lain. Menurut Burns (1993),
konsep diri dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:
1) Citra diri, yang berisi tentang kesadaran dan citra tubuh, yang pada
mulanya dilengkapi melalui persepsi inderawi. Hal ini merupakan inti
dan dasar dari acuan dan identitas diri yang terbentuk.
2) Kemampuan bahasa. Bahasa timbul untuk membantu proses
diferensiasi terhadap orang lain yang ada di sekitar individu, dan juga
untuk memudahkan atas umpan balik yang dilakukan oleh orang-orang
terdekat (significant others).
3) Umpan balik dari lingkungan, khususnya dari orang-orang terdekat
(54)
41
masyarakat atau sesuai dengan yang diinginkan oleh orang lain yang
dihormatinya, akan mempunyai rasa harga diri yang akan tampak
melalui penilaian-penilaian yang terefleksikan.
4) Identifikasi dengan peran jenis yang sesuai dengan stereotip
masyarakat.
5) Pola asuh, perlakuan, dan komunikasi orang tua. Hal ini akan
berpengaruh terhadap harga diri individu karena ada ketergantungan
secara fisik, emosional dan sosial kepada orang tua individu (terutama
pada masa kanak-kanak), selain karena orang tua juga merupakan
sumber umpan balik bagi individu.
Konsep diri seseorang dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal
(Marsh, 2003; Burger, 2008). Dari berbagai faktor yang mempengaruhi
konsep diri seseorang, maka peneliti mengambil kesimpulan bahwasanya
faktor-faktor utama yang mempengaruhi konsep diri pada siswa adalah:
1. Faktor internal, meliputi:
a. Intelegensi, motivasi dan emosi (karakter siswa)
b. Kompetensi personal (kemampuan dan keterampilan tertentu yang
dimiliki oleh siswa)
c. Episode dalam kehidupan (pengalaman siswa yang berpengaruh
besar dalam hidup, seperti masa sekolah)
d. Episode keberhasilan dan kegagalan (pengalaman dalam
memanfaatkan peluang, misalnya pengalaman berorganisasi)
(55)
42
f. Status kesehatan (riwayat kesehatan siswa)
g. Penampilan fisik (kepercayaan diri siswa terhadap penampilannya)
h. Aktualisasi diri, (misalnya hobi siswa)
i. Persepsi tentang kegagalan (pengalaman kegagalan di masa lalu)
j. Jenis kelamin
k. Religiusitas
l. Usia
m. Tingkat stres
2. Faktor Eksternal
a. Orangtua dan keluarga (hubungan dengan orangtua, termasuk
tempat tinggal individu)
b. Teman sebaya (misalnya teman bermain atau peers,teman sekolah,
dan lain-lain)
c. Peran pendidik (misalnya peran guru, mentor, konselor, pembina,
dan lain-lain)
d. Kebudayaan (misalnya suku, agama, adat istiadat, dan lain-lain)
e. Status sosial (misalnya status pendidikan orangtua, perekonomian
orangtua, dan lain-lain)
f. Pengalaman interpersonal (misalnya riwayat pembinaan yang
pernah dilakukan)
Sementara menurut Hurlock (dalam Rahayu A, 2013) menyebutkan lebih
rinci faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri adalah; (1) Usia
(1)
101
BAB V PENUTUP
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hubungan antara dukungan sosial dan konsep diri akademik dengan prestasi belajar siswa SMK Wahid Hasyim Kepohbaru Bojonegoro, dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Terdapat hubungan antara dukungan sosial dan konsep diri akademik dengan prestasi belajar siswa SMK Wahid Hasyim Kepohbaru.
2. Tidak terdapat hubungan antara dukungan sosial dengan prestasi belajar siswa SMK Wahid Hasyim Kepohbaru.
3. Terdapat hubungan antara konsep diri akademik dengan prestasi belajar siswa SMK Wahid Hasyim Kepohbaru.
B. SARAN
Dari hasil penelitian ini , maka dapat disarankan hal-hal sebagai berikut:
1. Bagi tenaga pendidik seperti guru, konselor sekolah, diharapkan memberikan layanan Bimbingan dan Konseling yang berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, diantaranya adalah konsep diri akademik, dan sebaiknya dapat mempertahankan konsep diri
yang telah terbentuk pada siswa dengan terus memberikan hal positif
kepada diri siswa untuk meningkatkan prestasi belajar.
(2)
102
2. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti tentang variabel lain yang berhubungan dengan prestasi belajar yang belum diteliti dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini, hanya meneliti variabel dukungan sosial dengan menggunakan beberapa aspek dukungan sosial, variabel konsep diri akademik pun demikian. Kedua aspek variabel tersebut diperoleh dari simpulan beberapa ahli. Namun sebenarnya masih ada beberapa aspek lain yang dapat diungkap dan dikembangkan menjadi indikator dalam skala psikologi atau instrumen penelitian. Penelitian ini memberikan informasi mengenai hubungan dukungan sosial dan konsep diri akademik dengan prestasi belajar. bagi seseorang yang ingin meneliti dengan topik yang senada, sebaiknya menghubungkan dengan faktor yang lain, karena prestasi belajar tidak hanya berhubungan dengan dukungan sosial dan konsep diri akademik, akan tetapi masih banyak lagi faktor yang lain yang mempengaruhinya seperti motivasi belajar, strategi pengaturan belajar (self regulated learning), kedisiplinan dan lain sebagainya. Selain
itu untuk peneliti selanjutnya disarankan lebih memperhatikan saat penarikan sampel yang harus sesuai dengan kriteria dan metodologi.
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Agustiani, H. (2002). Psikologi Perkembangan: Pendekatan Ekologi Kaitannya
dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja. Universitas
Padjajaran. Jurnal Psikologi. Maret 2002. Vol. 9, No. 1.hal 13-22
Agustiani,Hendriati. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Refika Aditama.
Ahmed W. (2010). Preceived sosial support and early adolescents ’achievement: The mediational roles of motivational beliefs and emotions. Journal
Youth Adolescence 39: 36-46.DOI.10.1007/s10964-008-9367-7.
Anandari, Dhita Septika. (2013). Hubungan Persepsi Siswa atas Dukungan Sosial Guru dengan Self-Efficacy Pelajaran Matematika pada Siswa SMA Negeri 14 Surabaya. Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Press.
Arini, A. T. (2006). Orang Tua dan Konsep Diri Anak. Konsep Diri Positif,
Menentukan Prestasi Anak. Yogyakarta: Kanisius.
Arikunto,Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi, (2010). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Azwar, S. (2007). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2010). Validitas dan Reliabilitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, S. (2012). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Burns, R.B. (1993). Konsep Diri: Teori, Pengukuran, Perkembangan & Perilaku.
Alih Bahasa: Eddy. Jakarta: Arcan.
Calhoun, J.F. Acocella, J.R. (1990). Psychology of Adjustment and Human
Relationship. New York: McGraw-Hill, Inc.
Chairiyati, Lisa. (2013). Hubungan antara Self-Efficacy Akademik dan Konsep Diri Akademik dengan Prestasi Akademik. Jurnal Psikologi Universitas Binus Jakarta.
Chaplin J. P. (2006). Kamus Lengkap Psikologi (Terjemahan Kartini Kartono). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Cutrona, C.E, et al. (1994). Perceived parental social support and academic achievement: an attachment theory perspective. Journal of Personality and Social Psychology. 66, 2, 369.
Darminto, Eko. (2007). Teori-Teori Konseling. Surabaya: UNESA University. Darminto, Eko dan Rohmatika,. L. (2013). Hubungan Antara Persepsi Terhadap
Dukungan Sosial Teman Sebaya dan Konsep Diri Dengan Penyesuaian Diri di Sekolah Pada Siswa Kelas Unggulan. Jurnal Bimbingan dan Konseling. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2013. Hal. 149-157.
(4)
104
De Vellis, R. F. (1991). Scale Development: Theory and Applications. London: Sage Publications.
Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Djamarah, S.B. (2011). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Ghufron, M. Nur dan Risnawita S Rini. (2010). Teori-Teori Psikologi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Goetlieb, B.H. (1983). Social Support Strategie: Guideliness for Mental Helth
Practice. London: Sage Publication Indonesia Press
Gunarsa,Yulia dan Gunarsa Singgih. (2008). Psikologi Perkembangan Anak dan
Remaja. Jakarta: Gunung Mulia.
Fauzi, Achmat. (2013). Hubungan Antara Keharmonisan Keluarga Dan Dukungan Sosial Teman Sebaya Dengan Perilaku Prososial Remaja Di SMAN 2
Jombang. Skripsi. Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Fitts, William H. (1971). The Self Concept and Self Actualization (1st ed). Los Angeles: Western Psychological Services.
Hasbullah. (2005). Dasar Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Huang, C. (2011). Self-concept and academic achievement: A meta-analysis of longitudinal relations. Journal of School Psychology, 49(5), 505-528. Huitt, W. (1998). Self Concept and Self–Esteem. Dari http: //learningdomain.com.
Diakses pada tanggal 20 Juli 2016.
Hurlock, E. B. (1999). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan Edisi Kelima, Penerjemah Istiwidayanti &
Soedjarwo. Jakarta: Erlangga.
Liu W, Wang CDJ, Parkins EJ. (2005). A longitudinal study of students' academic
self concept in a streamed setting: The Singapore context. British Journal
of Educational Psychology 74 (4).
Maharani, R. Indarwati, R. Effendi, F. (2013). Relationship Between Social Support With Self Concept Of Street Children. Jurnal Keperawatan.Universitas Airlangga.
Marsh, H.W. Smith, I.D. and Barnes, J. (1985). Multi Dimensional Self Concept: Relation With Sex and Academic Achievement. Journal of Educational Psychology, 82, 4, 646-656.
Marsh, H.W. & Shavelson, R. J.(1986). On structure of self-concept. In S. Shwartzer (Ed.), Self-related cognition in anxiety and motivation (pp. 79-95). Hillsdale, NJ: Prentice Hall.
Marsh, Herbert W. (1990). The Structure of Academic Self Concept: The Marsh/Shavelson Model (Online). Journal of Educational Psychology
Vol.82, No.4, diperoleh dari http://www.grajfoner.com/Clanki/Marsh1990
(5)
105
Marsh, H. W. (1999). Academic self description questionnaire I: ASDQ I. University of Western Sydney, Self-concept enhancement and learning
facilitation research centre. Macarthur: Australia.
Marsh, H. W. & Hattie, J. (2002). The relationship between research productivity and teaching effectiveness: Complimentary, antagonistic or independent constructs. Journal of Higher Education, 73, 603-642.
Marsh, H. W. Guay, F.& Boivin, M. (2004). Academic self-concept and academic achievement: Development perspectives on their causal ordering. Journal of Educational Psychology, 95, 124-136.
Marsh, H.W. (2005). Big Fish Little Pond Effect on Academic Self-concept. German Journal of Educational Psychology, 19, 119-128.
Marsh, H. W., & O’Mara, A. (2008). Reciprocal effects between academic self -concept, self-esteem, achievement and attainment over seven adolescent years: Unidimensional and multidimensional perspectives of self-concept Personality and Social Psychology Bulletin 34, 542-552.
Maslihah, Sri. (2011). Studi tentang Hubungan Dukungan Sosial, Penyesuaian Sosial di Lingkungan Sekolah dan Prestasi Akademik Siswa SMPIT Assyfa Boarding School Subang Jawa Barat. Jurnal Psikologi Undip Vol.
10, No.2.
Matovu, Musa. (2014). A Structural Equation Modelling of the Academic Self-Concept Scale. International Electronic Journal of Elementary Education. Vol.6, Issue 2, 185-198,2014.
Muhid, Abdul. (2010). Analisis Statistik SPSS for Windows,”Cara Praktis Melakukan Analisis Statistik”. Surabaya; CV. Duta Aksara.
Ormrod, Jeanne E.(2008). Psikologi Pendidikan.Jakarta: Erlangga.
Prabadewi, K.D.L dan Widiasavitri, P.N. (2014). Hubungan Konsep Diri Akademik dengan Motivasi Berprestasi pada Remaja Awal yang Tinggal di Panti Asuhan di Denpasar. Jurnal Fakultas Psikologi Udayana 2014, Vol. 1, No. 2, 261-270. ISSN: 2354-5607.
Prabawati, Setyo Pambudi dan Wijayanti, Diyan Y. (2012). Hubungan Konsep Diri dengan Prestasi Akademik pada Mahasiswa Keperawatan. Jurnal Nursing Studies (Volume.1, No.1). Hlm. 149-156.
Pudjijogjanti, C. R. (1985). Konsep Diri dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat Penelitian Unika Atmajaya.
Purwanto. (2008). Metodologi Penelitian Kuantitatif Untuk psikologi dan
Pendidikan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Rahayu, S. Azizah. & Chusnia, S. (2013), Konsep Diri Pada Remaja Tunanetra di YPAB Surabaya. Jurnal Penelitian Psikologi 2013, Vol. 04, No. 01, hal. 46-60.
(6)
106
Rakhmat, J. (2005). Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Rensi, Sugiarti L.R. (2010). Dukungan Sosial, Konsep Diri, dan Prestasi Belajar Siswa SMP Kristen YKSI Semarang. Jurnal Psikologi 3(2).
Rola, F. (2006). Hubungan Konsep Diri dengan Motivasi Berprestasi Pada
Remaja. Dari http://www.Digitizedlibrary.usu.ac.id/psikologi/html.
Diakses pada 20 Juli 2016 .
Sarafino dan Smet, B. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta: Gramedia.
Sarafino, E. P. 2006. Health Psychology: Biopsychological Interactions (4rd ed). New York: John Wiley & Sons, Inc.
Setyani, Uni. (2007). Hubungan Antara Konsep Diri dengan Intensi Menyontek
pada Siswa SMA Negeri 2 Semarang. Skripsi. Fakultas Kedokteran,
Universitas Diponegoro.
Shavelson, Richard J dan Bolus, Roger. (1981). Self-Concept: The Interplay of Theory and Methods. Journal of Educational Psychology (Online), Vol.74, No.1. Dari http://www.rand.org/pubs/papers/2009/P6607.pdf, Diakses pada 20 Juli 2016.
Situmorang, Zervina Rubyn Devi,dan Latifah, Melly. (2014). PengaruhDukungan Sosial, Konsep Diri, dan Strategi Pengaturan Diri dalam Belajar terhadap Prestasi Akademik. Jurnal Ilmu Keluarga & Konsumen, September 2014,
Vol. 7, No. 3. Hal. 154-163.
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Smet, B. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT. Grasindo Widiasarana Indonesia
Sobur, Alex. (2006). Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.
Stuart, G.W & Sundeen. (2006). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. St.Louis: Mosby. p.1-15.
Suryabrata, Sumadi. (2010). Psikologi Kepribadian. Jakarta; Rajawali Press. Sutja, A. (2011). Memahami Lingkungan Keluarga dan Pendidikan Anak. Jambi:
Bimbingan Konseling Universitas Jambi.
Syah, M. (2006). Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Cetakan kedua belas. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Tan, J. B.Y & Yates, Shirley M, (2007). A Rasch Analysis Of The Academic Self-Concept Questionnaire. International Education Journal, 8(2), 470-484.
Ubaydillah, AN. (2007). Membangun Konsep Diri Positif Pada Anak-anak.dari http://www.e-psikologi.com/epsi/anak_detail.asp?id=414. Diakses pada 29 Juni 2016.