SISTEM PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PANITIA PENYELENGGARA IBADAH HAJI (PPIH) KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI JAWA TIMUR.

(1)

SISTEM PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN

PANITIA PENYELENGGARA IBADAH HAJI (PPIH)

KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA

PROVINSI JAWA TIMUR

SKRIPSI

Diajukan Kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh :

Puguh Adi Pramono

NIM. B34212056

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH

JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

2016


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Puguh Adi Pramono, 2016. Sistem Perencanaan dan Pelaksanaan Panitia

Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur.

Masalah yang diteliti dalam skripsi ini, yaitu (1) bagaimana Sistem Perencanaan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur? (2) bagaimana Sistem Pelaksanaan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Kantor Wilayah Kementeriana Agama Provinsi Jawa Timur?

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif, yaitu mendiskripsikan data yang didapat di lapangan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini penulis menggunakan metode observasi, dokumentasi dan wawancara pada sumber yang terkait dengan masalah penelitian yang diangkat penulis

Penelitian ini menyimpulkan bahwa sistem perencanaan yang diterapkan pada Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur yakni meliputi lima hal yakni (1) penetapan tujuan (2) anggaran berbasis kinerja (3) penyusunan kegiatan (4) program inovatif (5) rapat koordinasi. Lima hal tersebut yang menjadi sistem perencanaan PPIH Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur pada tahun operasional 2015. Lima sistem perencanaan yang terdapat pada PPIH Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur mempunyai peran yang sangat baik dalam proses pelaksanaan operasional haji dan saling berkaitan. Sistem perencanaan PPIH Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur tersebut dilakukan dengan tujuan dapat memberikan pelayanan terbaik kepada jemaah haji. Sistem pelaksanaan yang terdapat pada PPIH Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur terdapat tiga hal yakni, (1) sosialisasi SOP (2) pembekalan (3) instruksi langsung. Sistem pelaksanaan tersebut diterapkan oleh PPIH Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur pada masa operasional haji 2015. Dari tiga hal tersebut pelaksanaan PPIH Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur bisa berjalan dengan baik. Sistem pelaksanaan tersebut lebih menekankan pada kualitas dan kinerja para karyawan PPIH Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur

Penelitian ini hanya membahas tentang sistem perencanaan dan pelaksanaan sebagai bagian dari unsur manajemen dalam suatu organisasi atau lembaga. Sedangkan hal yang terkait dengan pengorganisasian, pengawasan dan pengevaluasian PPIH Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur dapat menjadi rekomendasi untuk penelitian berikutnya

Kata Kunci: Sistem Perencanaan dan Pelaksanaan


(6)

DAFTAR ISI

JUDUL PENELITIAN ... i

PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN PERTANGGUNGJAWABAN OTENTISITAS SKRIPSI ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Definisi Konsep ... 9

F. Sistematika Pembahasan ... 16

BAB II : KAJIAN TEORITIK ... 17

A. Penelitian Terdahulu Yang Relevan ... 17

B. Kerangka Teori ... 21

1. Sistem perencanaan ... 21

2. Jenis-jenis perencanaan ... 21

3. Tahap perencanaan ... 23

4. Pembagian perencanaan ... 27


(7)

6. Elemen-elemen penggerakan ... 31

7. Pelayanan publik Good Governance ... 33

8. Tujuan penggerakan ... 34

9. Prinsip human relations ... 36

C. Perspektif Islam ... 39

1. Makna perencanaan ... 39

2. Perencanaan dan sunnatullah ... 40

3. Pelaksanaan dalam Al-Qur’an ... 43

BAB III : METODE PENELITIAN ... 46

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 46

B. Lokasi Penelitian ... 47

C. Jenis dan Sumber Data ... 48

D. Tahap-Tahap Penelitian ... 50

E. Teknik Pengumpulan Data ... 53

F. Teknik Validitas Data ... 57

G. Teknik Analisis Data ... 59

BAB IV : HASIL PENELITIAN ... 62

A. Gambaran Umum PPIH Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur ... 62

1. Gambaran umum PPIH tahun 2015 ... 62

2. Letak geografis operasional PPIH ... 63

3. Waktu operasional PPIH ... 64

4. Jumlah jama’ah haji dan petugas ... 65

5. Struktur organisasi PPIH ... 66

6. Job description PPIH ... 67

7. Sumber daya manusia PPIH ... 71

B. Penyajian Data ... 71

1. Kegiatan kerja PPIH ... 72

2. Sistem perencanaan ... 74


(8)

C. Pembahasan Hasil Penelitian (Analisis Data) ... 112

1. Sistem perencanaan ... 113

2. Sistem pelaksanaan ... 120

BAB V : PENUTUP ... 127

A. Kesimpulan ... 127

B. Saran dan Rekomendasi ... 129

C. Keterbatasan Penelitian ... 129

DAFTAR PUSTAKA ... 131 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(9)

Bab 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Haji adalah salah satu dari rukun Islam yang ke-5, yang diwajibkan atas semua orang muslim yang mampu, satu kali seumur hidupnya. Lebih dari sekali hukumnya menjadi sunnah.1Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT:



. . .                             

Atrinya: “. . .Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia karena Allah, Yaitu

(bagi) orang yang sanggup Mengadakan perjalanan ke sana. Dan barang siapa yang ingkar (terhadap kewajiban haji), maka bahwasannya Allah maha kaya dari semesta alam. (Q.S. Ali Imron: 97).2

Haji menjadi manifestasi pengorbanan yang paling nyata wujudnya selain kurban. Ritual-ritual dan tempat-tempat dalam ibadah haji melambangkan banyak hal yang berhubungan dengan perjalanan rohani manusia. Setiap manusia dalam kehidupannya merasakan kehausan spiritual tertentu yang secara psikologis memberi rasa aman, baik itu dari kejenuhan hidup maupun ketidak pastian masa depannya.3 Dengan menjalankan ibadah haji manusia mempunyai harapan bisa mendekatkan diri kepada Allah serta dimudahkan dalam menjalani hidup didunia dan akhirat.

1

Sufi Suwandari, 2002,Haji Mistik; Sepertinya Tiada Haji Mabrur di Indonesia,Intemedia dan Nalar, Bekasi, hal. 85.

2

Departemen Agama RI, 2002, Al-Qur’an dan Terjemahnya, PT. Sari Agung,Jakarta, hal. 113 3

Ikhwan dan Abdul Halim, 2002, Ensiklopedia Haji dan Umrah, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, hal. VII.


(10)

2

Dalam setiap tahun sebagian masyarakat Indonesia ada yang

menjalankan ibadah haji. Pada tahun 2015 jemaah haji Indonesia yang berangkat berjumlah 155.200 kuota haji reguler dan 13.600 kuota haji khusus,4 dari jumlah tersebut menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia haus akan ibadah kepada Allah. Sedangkan jemaah haji yang berangkat melalui Embarkasi Surabaya Jawa Timur yang meliputi kabupaten dan kota seluruh Jawa Timur serta ditambah Provinsi Bali, Provinsi NTT dan Provinsi lainnya berjumlah 28.169 jemaah.5 dari semua jemaah haji tahun 2015 tersebut petugas PPIH embarkasi Surabaya berjumlah 223 orang. Dengan rasio 100 jemaah dilayani 1 petugas PPIH.

Penyelenggaraan ibadah haji merupakan tugas nasional dan menjadi tanggung jawab pemerintah dibawah koordinasi Menteri Agama. Sebagaimana diatur dalam undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun1999 tentang penyelenggaraan ibadah haji. Implementasinya bertujuan untuk memberikan pembinaan, pelayanan dan perlindungan yang sebaik-baiknya. Melalui sistem dan manajemen penyelenggaraan yang baik agar pelaksanaan ibadah haji dapat berjalan dengan aman, tertib, lancar dan nyaman sesuai dengan tuntutan Agama. Serta jemaah haji dapat melaksanakan ibadah secara mandiri sehingga diperoleh haji mabrur.6

4

http://news.liputan6.com/read/2273762/menag-kuota-haji-2015-indonesia-bakal-kembali-normal. Diakses pada tanggal 24-Mei-2016.

5

Hasil Dokumentasi Laporan Operasional Penyelenggaraan Ibadah Haji Embarkasi Surabaya tahun 1436H/2015M. hal. 5.

6

Henny Aristiana S, 2005. “Proses Pemberangkatan Jama’ah Haji di Asrama Haji Sukolilo Surabaya (Studi Analisis Tentang Fungsi Actuating di Asrama Haji Sukolilo Surabaya)”, Skripsi, Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya, hal. 3.


(11)

3

Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur yakni lembaga yang mempunyai tugas dalam hal keagamaan yang ada di Indonesia. Berdasarkan Peraturan Menteri Agama Nomor 13 tahun 2012 ditetapkan bahwa Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur bertugas melaksanakan tugas dan fungsi Kementerian Agama dalam Wilayah Provinsi Jawa Timur berdasarkan

kebijakan Menteri Agama dan ketentuan peraturan perundang-undangan.7 Dalam

melaksanakan tugas, Kementerian Agama menyelenggarakan fungsi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan dibidang keagamaan.8

Kementerian Agama wilayah Jawa Timur dibagi menjadi beberapa bagian yakni, bidang PHU, bidang URAIS, bidang PENAIS, bidang PAIS, bidang PD PONTREN dan bidang PENDMA. Bagian tersebut yang mengurusi lingkup agama Islam. Dalam lingkup agama lain juga ada diantaranya bidang Kristen, bidang Hindu, bidang Budha dan bidang Katolik. Dengan adanya bidang-bidang tersebut memberikan kemudahan dalam menjalankan kegiatan yang ada dalam agama dengan secara teratur.

Bidang PHU Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur mengelola urusan haji dan umroh dalam lingkup wilayah Jawa Timur yang beralamat di Jl. Raya Juanda Sidoarjo No 26. Bidang PHU didalamnya dibagi menjadi beberapa bagian diantaranya, seksi Pendaftaran dan Dokumen Haji, seksi pembinaan haji dan umroh, seksi akomodasi, transportasi dan perlengkapan haji, seksi pengelolaan keuangan haji dan seksi sistem informasi haji.9 Dari semua bagian

7

Hasil Dokumentasi Renstra tahun 2015-2019, Kedudukan, tugas dan fungsi Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur, hal. 4.

8

Profil Kementerian Agama http://www.kemenag.go.id. Diakses pada tanggal 06 Januari 2016. 9


(12)

4

memiliki tugas masing-masing yang bertujuan untuk mencapai suatu tujuan organisai. Dalam urusan haji khususnya bidang PHU membentuk sub organisasi yakni Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) yang mengurusi segala hal tentang haji yang dimulai dari pemberangkatan sampai kepulangan jemaah haji. Dalam menjalankan tugas PPIH Provinsi Jawa Timur bertempat di Asrama Haji

Sukolilo Surabaya, pembagian tugas PPIH ada beberapa bagian yakni

Pengumpulan dan Pengolahan Data (PULAHTA), Tata usaha, keuangan, humas dan penerangan.10

Dalam pelaksanaan rangkaian kegiatan haji bidang penyelenggara haji dan umroh PHU mempunyai visi memberikan pelayanan terbaik kepada jemaah. Jemaah haji yang sudah mendaftarkan diri akan mendapatkan porsi keberangkatan haji dalam satu tahun sebelum keberangkatan diberikan manasik haji sebanyak delapan kali pertemuan, hal tersebut diberikan agar jemaah mengerti akan semua rangkaian kegiatan haji. Dalam manasik tersebut jemaah diberikan pengertian akan tata cara melaksanakan haji, rukun haji, wajib haji dan apa saja yang dilarang dalam menjalankan ibadah haji. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan jemaah haji mendapatkan ridho dari Allah dan menjadi haji yang mabrur.

Selain kegiatan manasik yang diberikan Kementerian Agama kabupaten/kota, jemaah juga diberikan pembekalan dan diasramakan selama 24 jam. Pembekalan tersebut bertujuan untuk pemantapan manasik yang telah diberikan di masing-masing kabupaten/kota. Selain pemantapan manasik juga diberikan arahan-arahan dan himbauan ketika berada di Arab Saudi. Dalam

10

Hasil Dokumentasi Laporan Penyelenggaraan Haji Tahun 2015 Kementerian Agama pada tanggal 13 Juni 2016. hal. 4


(13)

5

pembekalan tersebut jemaah haji juga diberikan uang saku/living cost yang berasal dari uang yang telah dibayarkan pada Bank penerima setoran haji.

Kegiatan yang paling padat petugas PPIH Surabaya yakni, pada pemberangkatan dan kepulangan jemaah haji. Dari kegiatan pemberangkatan petugas PPIH disibukkan dalam pengecekan data jemaah yang berangkat, jemaah yang sakit, pembagian gelang identitas dan pembagian paspor. Selain itu ada pembagian untuk jasa angkut koper jemaah. Tidak berhenti sampai disitu kegiatan pemberangkatan haji, akan tetapi petugas PPIH harus mengawal sampai jemaah haji terbang ke Arab Saudi dan memastikan jemaah berangkat sesuai dengan data.

Pada saat kegiatan kepulangan petugas PPIH disibukkan dengan pengecekan kesehatan jemaah, pengecekan paspor, pengecekan petugas haji yang mendampingi setiap kloter dan pengecekan data keberangkatan dan kepulangan. Kegiatan-kegiatan yang dijalankan petugas PPIH pada saat kepulangan memang berbeda dengan saat keberangkatan. Pada kepulangan harus lebih teliti karena jemaah yang berangkat terkadang ada yang tertinggal karena sakit ataupun meninggal di Arab Saudi. Petugas PPIH pada saat kepulangan bertanggung jawab sampai dengan mengantarkan jemaah ke kabupaten/kota masing-masing.

Kegiatan petugas PPIH yang banyak tersebut membutuhkan pentingnya perencanaan dan pelaksanaan yang baik. hal tersebut penting dilakukan karena perencanaan memiliki beberapa tahap yakni, menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan, merumuskan keadaan saat ini, mengidentifikasikan segala kemudahan dan


(14)

6

hambatan dan mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan pencapaian tujuan.11

Perencanaan dalam suatu organisasi penting dilakukan karena kegiatan suatu organisasi akan tertata dan mudah untuk dikendalikan. Selain itu perencanaan penting karena perencanaan akan memberi efek baik pada pelaksanaan maupun pengawasan. Suatu perencanaan merupakan langkah pertama dalam usaha mencapai suatu kegiatan.12

perencanaan dan pelaksanaan yang seimbang akan memberikan kemudahan suatu organisasi untuk mencapai tujuan. dengan harapan perencanaan yang telah diterapkan bisa terlaksana dengan baik. Pelaksanaan dianggap penting karena perencanaan tanpa adanya pelaksanaan tidak akan bisa berjalan dengan sempurna. Pengarahan atau pelaksanaan dapat diberikan batasan sebagai suatu proses pembimbingan, pemberian petunjuk dan instruksi kepada bawahan agar mereka bekerja sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.13

Dari uraian diatas, penulis tertarik meneliti masalah perencanaan dan pelaksanaan yang ada di PPIH Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur. Ketertarikan penulis meneliti masalah tersebut didasarkan pada (1) Mayoritas warga Negara Indonesia muslim (2) Haji adalah kegiatan yang mempunyai dimensi internasional (3) Banyak calon jemaah haji yang belum pernah melaksanakannya. Hal tersebut dikuatkan dalam penelitian Henny Aristiana S.14

11

T. Hani Handoko, 2009,Manajemen, BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta, hal. 78-80. 12

A.W. Widjaya, 1987,perencanaan sebagai fungsi manajemen,PT. Bina Aksara, Jakarta, hal. 33 13

Bedjo Siswanto, 1990,Manajemen Modern konsep dan aplikasi, Sinar Baru, Bandung, hal. 121. 14

Henny Aristiana S, 2005. ”Proses Pemberangkatan Jamaah Haji di Asrama Haji Sukolilo Surabaya: (studi analisis tentang fungsi actuating di asrama haji sukolilo surabaya)”,Skripsi, Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya.


(15)

7

Dari hasil dokumentasi menyebutkan bahwa para jemaah calon haji yang dilayani 92% belum pernah melaksanakan haji. Dari situlah penulis sangat antusias dalam melakukan penelitian tersebut. Penelitian yang berbasis manajemen tersebut sangat luas, sehingga penulis membatasi penelitiannya sebatas pada sistem perencanaan dan pelaksanaan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan penulis diatas, maka rumusan masalah dapat diambil sebagai berikut:

1. Bagaimana sistem perencanaan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur?

2. Bagaimana sistem pelaksanaan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur?

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah tersebut penulis mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Untuk menggambarkan sistem perencanaan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur 2. Untuk menggambarkan sistem pelaksanaan Panitia Penyelenggara Ibadah


(16)

8

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki urgensi yang besar dalam telaah organisasi maupun perusahaan. Penulis melihat bahwa pembahasan perencanaan dan pelaksanaan, dalam konteks organisasi, seolah-olah hanya menjadi hak organisasi besar saja. Padahal perencanaan dan pelaksanaan itu hal paling mendasar dalam menjalankan roda suatu organisasi. Penelitian ini didesain agar para pengelola organisasi bisa memperoleh gambaran tentang perencanaan dan pelaksanaan sekaligus memperoleh bekal teoritis untuk meng-update dan meng-upgrade

sistem perencanaan dan pelaksanaan organisasinya.

Oleh karenanya, penelitian ini amat penting untuk dilakukan karena bisa memberikan beberapa manfaat sebagaimana berikut:

1. Manfaat Teoritis a. Bagi Penulis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam ilmu manajemen yang berbasis kelembagaan Islam dan khususnya yang berkaitan dengan sistem perencanaan dan pelaksanaannya serta penerapannya secara nyata di lapangan.

b. Bagi Prodi

Dengan adanya penelitian tersebut diharapkan dapat menambah jaringan kerjasama dibidang penelitian dan menambah referensi bagi prodi Manajemen Dakwah. Serta memberikan gambaran atau rujukan bagi penelitian-penelitian selanjutnya dengan harapan menambah khazanah


(17)

9

keilmuan yang modern dan bisa memberikan yang terbaik bagi prodi dan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan informasi kepada PPIH tentang sistem perencanaan dan pelaksanaan untuk memperbaiki sistem yang ada selama ini

b. Menambah wawasan bagi para praktisi manajemen pada umumnya, tentang pentingnya sistem perencanaan dan pelaksanaan dalam suatu organisasi

c. Sebagai bahan masukan kepada Pimpinan PPIH kantor wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur tentang sistem perencanaan dan pelaksanaan PPIH yang baik

d. Sebagai bahan masukan kepada semua PPIH di Indonesia khususnya Embarkasi Surabaya

E. Definisi Konsep

Menurut Koentjoningrat yang dikutip Nanik Trisnawati Konsep atau pengertian, merupakan unsur pokok dari suatu penelitian. Konsep sebenarnya adalah definisi secara singkat dari kelompok fakta atau gejala yang menjadi pokok perhatian.15

Agar tidak terjadi kerancauan dalam pemahaman makna tentang sistem perencanaan dan pelaksanaan, peneiti akan memberikan gambaran dari teori yang ada hubungannya dengan judul penelitian, diantaranya:

15

Koentjoningrat. 1994.Metode-metode penelitian masyarakat. Gramedia pustaka umum. Jakarta. hal. 21.


(18)

10

1. Sistem

Sistem adalah suatu kesatuan yang menyeluruh dan

terorganisasikan, terdiri dari dua tahun lebih bagian (komponen, subsistem) yang dipisahkan oleh batas yang dapat diidentifikasikan dari suprasistem lingkungan (environmental suprasystem) yang lebih luas. Dengan demikian, sistem itu meliputi spectrum yang sangat luas, baik alam kebendaan, alam

biologi, maupun alam kemasyarakatan.16 Sedangkan menurut L. ACKOF

yaitu, sistem adalah setiap kesatuan secara konseptual atau fisik yang terdiri dari bagian-bagian dalam keadaan saling tergantung satu sama lainnya.17

a. Ciri-ciri sistem

Untuk mengetahui sesuatu itu sistem atau bukan, antara lain dapat dilihat dari ciri-cirinya. Ada beberapa rumusan yang dapat digunakan untuk mengetahui ciri-ciri sistem ini yang ada pada dasarnya satu sama lainnya yang melengkapi. Pada umumnya ciri-ciri sistem itu antara lain:18

1) Sistem itu bersifat terbuka

2) Suatu sistem terdiri dari dua atau lebih subsistem

3) Suatu sistem mempunyai kemampuan untuk dengan sendirinya menyesuaikan diri dengan lingkungannya(self-adjustment)

4) Sistem itu juga mempunyai kemampuan untuk mengatur diri sendiri

(self-regulation)

5) Sistem itu mempunyai tujuan atau sasaran.

16

Napa J. Awat, S.U, 1989,Manajemen Strategi (Suatu Pendekatan Sistem),Liberty, Yogyakarta, hal. 1.

17

M. Faisal, 2008,Sistem Informasi Manajemen Jaringan, UIN-MALANG PRESS, Malang, hal. 14.

18


(19)

11

2. Perencanaan

Secara definitive, Stoner dan Wankel memperkenalkan istilah perencanaan strategis (strategic planning) sebagai proses pemilihan tujuan organisasi, penentuan kebijakan dan program yang diperlukan untuk mencapai sasaran tertentu dalam rangka mencapai tujuan, dan penetapan metode yang dibutuhkan untuk menjamin agar kebijakan dan program strategis itu dapat dilaksanakan sesuai dengan kemampuan dan kondisi yang berkembang.19

Perencanaan adalah suatu proses yang tidak berakhir bila rencana tersebut telah ditetapkan, rencana harus diimplementasikan. Setiap saat selama proses implementasi dan pengawasan, rencana-rencana mungkin memerlukan modifikasi agar tetap berguna.20 Sedangkan menurut Mary Robins dalam M Munir yakni, perencanaan adalah suatu proses yang melibatkan penentuan sasaran dan tujuan organisasi, menyusun strategi

menyeluruh untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan dan

mengembangkan hierarki rencana secara komprehensif untuk

mengintegrasikan dan mengkoordinasikan kegiatan.21 Rencana yang baik hendaknya diarahkan kepada tujuan (goal oriented). Rencana secara jelas

mengemukakan:22

19

Ahmad Ibrahim Abu Sinn, 2012,Manajemen Syariah, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, hal. 79.

20

T. Hani Handoko, 2009,Manajemen,BPFE-yogyakarta, Yogyakarta, hal. 78. 21

M. Munir dan Wahyu Ilaihi, 2006, Manajemen Dakwah, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, hal. 96.

22

A.W Widjaja, 1987, Perencanaan Sebagai Fungsi Manajemen, PT. Bina Aksara, Jakarta, hal. 8-9.


(20)

12

a. Apa yang akan dicapai, berkenaan dengan penentuan tujuan

b. Mengapa hal itu perlu dilakukan, berkenaan dengan alasan atau motif perlunya kegiatan itu

c. Bagaimana akan dilaksanakan, berkenaan dengan prosedur kerja, sasaran dan biaya

d. Bilamana akan dilaksanakan, berkenaan dengan penjadwalan kegiatan kerja atau pelaksanaan kegiatan, pentahapan kegiatan sampai dengan selesai

e. Siapa yang akan melaksanakan, berkenaan dengan orang-orang yang turut terlibat dalam pelaksanaan kegiatan

f. Mengadakan penilaian, berkenaan dengan kegiatan, mana yang telah selesai, sedang dan akan diselesaikan

g. Kemungkinan-kemungkinan apa yang dapat mempengaruhi pelaksanaan dan kegiatan mengadakan penyesuaian dan perubahan rencana

Perencanaan perlu ada dalam suatu organisasi karena dengan adanya perencanaan sasaran dan tujuan organisasi sudah ditentukan. Setiap langkah organisasi sudah terpetakan dan akan berjalan sesuai koridor perencanaan. Begitu juga dengan PPIH yang berorientasi dalam urusan haji, penting adanya perencanaan yang baik agar setiap langkah yang dilakukan memberikan manfaat yang besar dan dapat meminimalisir kesalahan.

3. Pelaksanaan(actuating)

Actuating adalah pelaksanaan untuk bekerja. Untuk melaksanakan secara fisik kegiatan dari aktivitas tersebut, maka manajer mengambil


(21)

13

tindakan-tindakan diantaranya leadership(memimpin), perintah, komunikasi, danconseling(nasehat).23

Dari pengertian diatas jelas kiranya bahwa actuating adalah proses untuk menggerakkan sebuah organisasi guna untuk menjalankan suatu fungsi manajemen yang paling utama yakni perencanaan. Dengan seorang pemimpin dalam sebuah organisasi bisa mengarahkan terus-menerus hingga meminimalisir suatu kegagalan. Fungsi manajemen ini juga penting adanya, karena suatu perencanaan akan mustahil bisa dilakukan jika tidak ada pelaksanaannya atau kegiatan secara nyata.

Peace dan Robinson Dari seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Dalam fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan aspek-aspek abstrak fungsi manajemen, sedangkan fungsi actuating

justru lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan proses implementasi program agar dapat dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi serta proses memotivasi agar semua pihak tersebut dapat menjalankan tanggung jawab dengan penuh kesadaran dan produktifitas yang tinggi.24

Pelaksanaan (actuating) dalam suatu organisasi mempunyai peran yang sentral karena berhubungan dengan proses yang ada di lapangan. Seperti banyak di utarakan para ahli di atas pelaksanaan juga berkaitan dengan

23

Joseph L. Massil, 1987,Dasar-Dasar Manajemen,Erlangga, Jakarta, hal. 46. 24

Nanik Trisnawati, 2010. “Sistem Perencanaan dan Pelaksanaan TokoBusana Muslim Ifadah Surabaya”, Skripsi, Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya, hal. 8-9.


(22)

14

kegiatan fisik. Dari hal tersebut bagaimana seorang pemimpin bisa mengarahkan bawahan hingga memenuhi target yang telah ditentukan. Dalam kaitanya PPIH yang kegiatanya juga meliputi banyak hal diantaranya menyiapkan data jemaah, bongkar muat koper dll. Pelaksanaan yang baik akan membantu perencanaan yang ada, karena semua kegiatan saling berkaitan.

4. Ibadah Haji

Dari pendeskripsian rangkaian ibadah haji PPIH Embarkasi Surabaya yakni, mulai dari pendaftaran jemaah haji ke Bank penerima setoran tabungan haji dan mengurus ke Kementerian Agama masing-masing kabupaten atau kota. Dari rangkaian itu jemaah haji menunggu porsi keberangkatan yang telah ditentukan. Sebelum jemaah haji berangkat menjalankan ibadah ada manasik haji yang diberikan oleh KUA sebanyak 6 kali pertemuan dan kabupaten sebanyak 2 kali pertemuan yang diberikan secara gratis.25 Jemaah haji berangkat dari kabupaten/kota masing-masing ke Asrama Haji Surabaya menggunakan transportasi yang sudah disiapkan. Setelah sampai di Asrama Haji jemaah di asramakan selama 24 jam, di waktu tersebut di berikan pemantapan manasik haji kepada jemaah dan kegiatan lain seperti, pemeriksaan tas, penyiapan akomodasi, pengecekan dokumen, pemberian uang saku/living coast dan pengecekan kesehatan. Setelah rangkaian tersebut selesai jemaah haji berangkat menuju Bandara Juanda untuk terbang ke Arab Saudi

25

Hasil Wawancara dengan Drs. H.M. Na’im, M.Ag Selaku Wakil Sekretaris 1 PPIHtanggal 24 Mei 2016.


(23)

15

5. Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur

Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur yakni lembaga Negara yang berbasisnon-profit. Dalam urgensinya Kementerian Agama berorientasi dalam urusan agama yang ada di Indonesia. Dalam sistem kerjanya Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur dibagi menjadi beberapa bidang diantaranya, bidang PHU, bidang URAIS, bidang PENAIS, bidang PAIS, bidang PD PONTREN dan bidang PENDMA. Bagian tersebut yang mengurusi lingkup agama Islam. Dalam lingkup agama lain juga ada diantaranya bidang Kristen, bidang Hindu, bidang Budha dan bidang Katolik.26

6. PPIH Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur

Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Surabaya tahun 1436/2015M berdasarkan keputusan Direktur Jenderal penyelenggara haji dan umroh nomor D/368/2015 tanggal 6 juli 2015, dan dilantik pada tanggal 3 agustus 2015 di Asrama Haji Surabaya berjumlah 23 orang, yang berasal dari berbagai unsur, yaitu dari Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Timur, Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur, Kemenkumham Provinsi Jawa Timur, Kantor Imigrasi, Kantor Pengawasan dan pelayanan Bea dan Cukai type Madya Pabean Juanda, Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas 1 Surabaya, Polisi Daerah Jawa timur, UPT Asrama Haji Surabaya, Kantor Otoritas Bandara Juanda dan Angkasa Pura 1 Bandara Juanda.27

26

Hasil observasi secara langsung di Kantor Bidang PHU pada tanggal 24 Mei 2016. 27

Hasil Dokumentasi Laporan Pelaksanaan Operasional Penyelenggaraan Ibadah Haji Embarkasi Surabaya Tahun 1436H/2015M. hal. 3-4.


(24)

16

F. Sistematika Pembahasan

Adapun sistematika pembahasan dalam skripsi ini yang akan dijelaskan secara rinci oleh peneliti, diantarannya:

Bab I : Pendahuluan meliputi, latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep dan sistematika pembahasan.

Bab II : Kajian Teoritik meliputi, penelitian terdahulu yang relevan dan berkaitan dengan konsep-konsep yang diambil dari permasalahan yang diangkat. Yang meliputi tentang pengertian sistem perencanaan dan pelaksanaan serta penjelasan perspektif islam.

Bab III : Metodologi Penelitian yang meliputi, pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, jenis dan sumber data, tahap-tahap penelitian, teknik pengumpulan data, teknik validitas data, teknik analisis data.

Bab IV : Hasil Penelitian meliputi, gambaran umum mengenai obyek penelitian, penyajian data yang memaparkan fakta atas permasalahan yang diangkat serta analisis data secara nyata atas masalah yang diangkat.

Bab V : Penutup meliputi, kesimpulan dari pembahasan, saran dan rekomendasi dari permasalahan yang diangkat untuk pihak yang di jadikan obyek penelitian khususnya dan untuk pihak lain yang bergerak dibidangnya serta keterbatasan penelitian.


(25)

Bab 2

KAJIAN TEORETIK

A. Penelitian Terdahulu Yang Relevan

1. Penelitian Skripsi yang berjudul “Proses Pemberangkatan Jama’ah Haji di

Asrama Haji Sukolilo Surabaya (Studi Analisis Tentang Fungsi Actuating di

Asrama Haji Sukolilo Surabaya)” oleh Henny Aristiana S Jurusan

Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya tahun 2005. Dalam penelitian tersebut fungsi actuating yang diterapkan di asrama haji sukolilo Surabaya, yaitu yang dilakukan oleh pimpinan (ketua panitia) dalam pemberian instruksi dan perintah kepada bawahannya (pengurus) sudah dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Keahlian dan kemampuan para pengurus atau panitia telah dicurahkan secara maksimal demi terlaksananya tugas yang diembannya dan demi kesuksesan tercapainnya tujuan organisasi.

Persamaan penelitian diatas yakni pada sisi actuating yang objeknya dilakukan pada asrama haji tepatnya pada PPIH.

2. Penelitian skripsi yang berjudul “Aplikasi Perencanaan Ibadah Haji di Kementerian Agama kota Semarang tahun 2009 (Studi Fungsi Perencanaan

Dalam Manajemen)” oleh Ulin Nihayah Jurusan Manajemen Dakwah

Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang pada tahun 2010. Dalam penelitian tersebut mempunyai kesimpulan bahwa:

a. Dalam pelaksanaan penyelenggaraan ibadah haji di Kementerian Agama kota Semarang telah melakukan perencanaan berdasarkan perencanaan


(26)

18

yang disiapkan dengan memperhatikan fungsi perencanaan dalam manajemen sehingga dalam pelaksanaan di lapangan dapat berjalan sesuai rencana

b. Disamping perencanaan yang didasarkan dengan fungsi perencanaan yang ada, pada dasarnya peningkatan pelayanan pelaksanaan ibadah haji ini di tetapkan dengan prosedur yang telah di tetapkan oleh pemerintah walaupun dalam efektifitas perencanaan yang ada terkadang tidak sesuai dengan yang diharapkan

c. Faktor-faktor pendukung dari perencanaan ibadah haji di Kementerian Agama kota Semarang antara lain: adanya kerja sama yang sangat sinergis antara para staf yang ada di Kementerian Agama kota Semarang. Disamping itu, kerjasama dengan pihak-pihak yang terkait sangat baik

dan bisa dioptimalkan dikarenakan adanya landasan hukum

penyelenggaraan ibadah haji yang dilaksanakan oleh Kementerian Agama kota Semarang. Sedangkan faktor penghambat meliputi:problem internal dan eksternal, yaitu dari pihak staf pelaksana haji dan calon

jama’ah haji. Di pihak pegawai adalah tumpang tindihnya pembagian

pekerjaan yang ada pada Kementerian Agama kota Semarang. Sedangkan

dari calon jama’ah haji yaitu: kurangnya pemahaman informasi yang di

berikan oleh pihak Kementerian Agama kota Semarang sehingga

menimbulkan salah tafsir dan kesimpang siurang pada calon jama’ah.


(27)

19

pelayanan ibadah haji, sehingga menimbulkan lambannya pengurusan data-data terkait pelayanan administratif.

Dari penelitian diatas relevansi terhadap penelitian yang penulis teliti terletak pada bahasan mengenai perencanaan dan perbedaan terletak pada obyek dan penjabaran teori

3. Penelitian skripsi yang berjudul “Perencanaan Sumberdaya Manusia di KBIH

Aisyiyah Yogyakarta” Oleh M. Ghilman Adni Jurusan Manajemen Dakwah

Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2013. Yang mempunyai kesimpulan secara umum perencanaan sumber daya manusia di KBIH Aisyiyah Yogyakarta berjalan dengan baik. Dibuktikan dengan pemanfaatan sumber daya manusia yang tersedia di lembaga secara maksimal. Mulai dari perencanaan kepegawaian, dimana KBIH menentukan tipe sumber daya manusia yang tepat dalam waktu yang tepat untuk menduduki jabatan yang kososng, dengan begitu tidak ada kekurangan dalam masalah sumber daya manusia. Tentunya sumber daya yang kompeten sesuai dengan bidangnya. Sedangkan mengenai perencanaan program ini mengidentifikasi apakah ada kelebihan atau kekurangan sumber daya manusia. Pada KBIH Aisyiyah Yogyakarta ini mengenai perencanaan program ini berjalan dengan sebagaimana semestinya sehingga sumber daya tidak kelebihan dan kekurangan artinya jabatan yang terisi dengan sumber daya yang kompeten dalam bidangya.

Penelitian tersebut, sejalan dengan penelitian yang penulis teliti tentang perencanaan dan pelaksanaan. Perbedaannya terletak pada objek dan kajian.


(28)

20

Tabel 2.1

Tabulasi penelitian terdahulu

Sistem Perencanaan dan Pelaksanaan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur

NO JUDUL PERSAMAAN PERBEDAAN RUMUSAN MASALAH

1 Proses

Pemberangkatan

Jama’ah Haji di

Asrama Haji

Sukolilo Surabaya

(Studi Analisis

Tentang Fungsi

Actuating Di

Asrama Haji

Sukolilo Surabaya)

Meneliti tentang

actuatingatau Pelaksanaan di organisasi non Profit

Obyek penelitian

1. Bagaimana proses

manajemen

pemberangkatan jama’ah

haji di Asrama Haji sukolilo Surabaya

2. Bagaimana fungsi

penggerakan (actuating)

di Asrama Haji sukolilo Surabaya

2 Aplikasi

Perencanaan Ibadah Haji di Kementerian

Agama Kota

Semarang Tahun

2009 (Studi Fungsi Perencanaan Dalam Manajemen)

Membahas tentang perencanaan

Obyek

penelitian dan

penjabaran teori

Bagaimana aplikasi fungsi perencanaan ibadah haji di Kementerian Agama kota Semarang tahun 2009

3 Perencanaan

Sumberdaya

Manusia di KBIH Aisyiyah

Yogyakarta

Membahas tentang perencanaan

Terletak pada

obyek dan

kajian sumber

daya manusia

Bagaimana perencanaan

sumber daya manusia di

KBIH Aisyiyah


(29)

21

B. Kerangka Teori

1. Sistem Perencanaan

Sistem perencanaan merupakan kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan dalam penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan.28Dalam proses sistem perencanaan memang menuntut setiap pemikiran yang baik dan mempunyai visi jangka panjang serta

visioner. Suatu sistem perencanaan yang telah di buat secara sistematis haruslah bisa diterima oleh semua pihak yang ada didalamnya karena dengan begitu sebuah perencanaan bisa terealisasi sesuai rencana yang telah dibuat. Yang terpenting harus gotong-royong antar lini yang berkaitan dengan sistem perencanaan. Dengan begitu perencanaan yang ada akan menjadi ringan jika dilakukan dan akan mendapatkan hasil yang maksimal.

2. Jenis-Jenis Perencanaan

Dalam buku manajemen dakwah dijelaskan jenis-jenis perencanaan yakni:29 a. Rencana strategis vs rencana operasional

Rencana strategis merupakan rencana yang berlaku bagi seluruh \organisasi, yaitu menentukan sasaran umum organisasi dan berusaha menempatkan organisasi tersebut kedalam lingkungannya. Sedangkan rencana operasional adalah rencana yang menempatkan rincian tentang cara mencapai keseluruhan tujuan organisasi.

28

Manulung, 1990,Dasar-Dasar Manajemen,Ghalia Indonesia, Jakarta, hal. 47. 29

M. Munir dan Wahyu Ilaihi, 2006, Manajemen Dakwah, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, hal. 110-113.


(30)

22

b. Rencana jangka pendek vs rencana jangka panjang

Rencana jangka pendek adalah rencana dengan asumsi kerangka waktu paling tidak selama satu tahun. Sedangkan rencana jangka panjang adalah rencana dengan kerangka batas waktu tiga tahun ke atas.

c. Rencana yang mengarahkan(directional)vs rencana khusus

Rencana khusus adalah sebuah rencana yang telah dirumuskan dengan jelas serta tidak menyediakan ruang bagi interpretasi. Sedangkan pada rencana directional lebih menekankan pengidentifikasian garis-garis pedoman umum.

d. Rencana sekali pakai

Rencana sekali pakai atau yang biasa yang disebut dengan “frekuensi

penggunaan” adalah rencana yang digunakan sekali saja yang secara

khusus dirancang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan situasi khusus dan diciptakan sebagai respons terhadap keputusan keputusan-keputusan yang tidak terprogram yang diambil oleh para manajer. Bentuk-bentuk rencana sekali pakai adalah: program, suatu program mengenai serangkaian kegiatan yang relatif lebih luas. Proyek merupakan rencana sekali pakai yang lingkupnya lebih sempit dan merupakan bagian yang terpisah dari program. Anggaran adalah suatu pernyataan yang memuat mengenai sumber daya keuangan (financial source) yang disediakan untuk suatu kegiatan dan waktu tertentu.30

30

Ais Zakiyudin, 2013, Teori dan Praktik Manajemen (sebuah koonsep yang aplikatif disertai profil wirausaha sukses), Mitra Wacana Media, Jakarta, hal. 28-29.


(31)

23

Dari empat jenis perencanaan tersebut memberikan gambaran bahwa perencanaan tidak harus terpaku pada satu model, akan tetapi banyak model yang bisa diaplikasikan sesuai kebutuhan dan situasi organisasi.

3. Tahap Perencanaan

Dalam proses penyusunan perencanaan ada dua faktor penting didalamnya yakni faktor manusia yang memainkan peranan penting dalam organisasi, manusia sebagai pemikir, perencana dan sekaligus pelaksana. Dalam pembangunan manusia disebutkan sebagai subyek dan sekaligus obyek pembangunan. Faktor organisasi dan kelembagaan, organisasi sebagai suatu sistem merupakan suatu kesatuan yang saling berkaitan satu dengan yang lain berusaha mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dalam hal kelembagaan diperlukan sebagai wadah perencanaan mengingat pentingnya perencanaan dalam organisasi maka bentuk perencanaan diperlukan suatu wadah yang sesuai dengan fungsi dan urgensinya.31

Salah satu aspek penting perencanaan dalam organisasi adalah

pembuatan keputusan (decision making), proses pengembangan dan

penyeleksian sekumpulan kegiatan untuk memecahkan suatu masalah tertentu. Keputusan-keputusan harus dibuat pada berbagai tahap dalam proses perencanaan. Empat tahap dasar perencanaan.

31

A.W. Widjaja, 1987,Perencanaan Sebagai Fungsi Manajemen, PT. Bina Aksara, Jakarta, hal. 48-49.


(32)

24

Semua kegiatan perencanaan pada dasarnya melalui empat tahap berikut ini: 1) Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan

Perencanaan dimulai dengan keputusan-keputusan tentang keinginan atau kebutuhan organisasi atau kelompok kerja. Tanpa rumusan tujuan yang jelas, organisasi akan menggunakan sumber daya sumberdayanya secara tidak efektif

2) Merumuskan keadaan saat ini

Pemahaman akan posisi perusahaan sekarang dari tujuan yang hendak dicapai atau sumberdaya-sumberdaya yang tersedia untuk pencapaian tujuan adalah sangat penting, karena tujuan dan rencana menyangkut waktu yang akan datang. Hanya setelah keadaan perusahaan saat ini di analisa, rencana dapat dirumuskan untuk menggambarkan rencana kegiatan lebih lanjut. Tahap kedua ini memerlukan informasi terutama keuangan dan data statistic yang didapatkan melalui komunikasi dalam organisasi.

3) Mengidentifikasikan segala kemudahan dan hambatan

Segala kekuatan dan kelemahan serta kemudahan dan hambatan perlu diidentifikasikan untuk mengukur kemampuan organisasi dalam mencapai tujuan. Oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor lingkungan intern dan ekstern yang dapat membantu organisasi mencapai tujuannya, atau yang mungkin menimbulkan masalah. Walaupun sulit dilakukan, antisipasi keadaan, masalah, dan kesempatan serta ancaman yang mungkin terjadi diwaktu mendatang adalah bagian esensi dari


(33)

25

proses perencanaan. Menurut Parmono Atmadi untuk antisipasi

perubahan dalam perencanaan ada empat langkah:32 a) Menganalisis keadaan sekarang

b) Menentukan perubahan-perubahan yang diinginkan c) Melakukan perubahan-perubahan dengan analisa keadaan d) Memantapkan keadaan yang baru agar dapat dipertahankan

4) Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan pencapaian tujuan Tahap terakhir dalam proses perencanaan meliputi pengembangan berbagai alternatif kegiatan untuk pencapaian tujuan, penilaian alternatif-alternatif tersebut dan pemilihan alternatif-alternatif terbaik (paling memuaskan) diantara berbagai alternatif yang ada.33

Lebih mudahnya lihat pada gambar berikut ini: Gambar 2.1

Empat tahap dasar perencanaan

32

A.W. Widjaya, 1987,Perencanaan Sebagai Fungsi Manajemen,PT.Bina Aksara, Jakarta, hal. 70.

33

T. Hani Handoko, 2009,Manajemen,BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta, hal. 78-80. Tahap 1 Menetapkan Tujuan Tahap 2 Merumuskan Keadaan Sekarang M Tahap 3 Mengidentifi Kasikan Kemudahan Dan Hambatan Tahap 4 Mengembang Kan Serangkaian kegiatan T U J U A N


(34)

26

Dari empat tahap proses perencanaan tersebut setiap tahapnya memerlukan kerja keras dalam mewujudkannya hingga mencapai tujuan atau sasaran suatu organisasi. Empat tahap proses perencanaan tersebut peneliti gunakan sebagai teori untuk meneliti perencanaan yang ada di PPIH Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur.

Dalam buku Manajemen Modern perencanaan menurut Louis A Allen terdiri dari aktivitas-aktivitas yang dioperasikan oleh seorang manajer

untuk berpikir kedepan dan mengambil keputusan saat ini, yang

memungkinkan untuk mendahului serta menghadapi tantangan di waktu yang akan datang. Aktivitas-aktivitas dalam perencanaan yang dimaksud adalah:

a) Prakiraan(forecasting)

Yaitu suatu usaha yang sistematis untuk menduga (meramalkan) waktu yang akan datang dengan penarikan konklusi atas fakta-fakta yang telah diketahui

b) Penetapan tujuan(establishing objective)

Suatu aktifitas untuk menetapkan sesuatu yang ingin dicapai (sesuatu yang ingin direalisasikan) atas pelaksanaan suatu pekerjaan tertentu

c) Pemrograman(progamming)

Suatu aktifitas yang dilakukan dengan maksud untuk menetapkan langkah-langkah utama yang diperlukan untuk mencapai suatu tujuan, unit dan anggota organisasi yang bertanggung jawab untuk setiap langkah dan urutan serta pengaturan waktu setiap langkah. Dalam penetapan langkah-langkah ada beberapa cara yang harus ditetapkan


(35)

27

yakni, kebijaksanaan, strategi, peraturan, standard, organisasi, prosedur dll.34

d) Penjadwalan(scheduling)

Pemberian atau penunjukan waktu menurut urutan waktu tertentu guna melaksanakan berbagai macam pekerjaan

e) Penganggaran(budgeting)

Suatu aktifitas untuk membuat pernyataan tentang sumber daya keuangan

(financial recources) yang disediakan untuk aktifitas tertentu dalam waktu tertentu

f) Pengembangan prosedur(developping procedure)

Suatu aktifitas menormalisasikan cara, teknik, dan metode pelaksanaan suatu pekerjaan tertentu

g) Penetapan dan penafsiran kebijakan (establishing and interpreting policies)

Suatu aktifitas yang dilakukan dalam menetapkan syarat-syarat

berdasarkan kondisi manajer dan para bawahannya dalam bekerja.35 4. Pembagian Perencanaan

Dalam buku perencanaan dan evaluasi perencanaan dapat didekati dengan melihat pembagiannya dalam beberapa jenis tergantung dari sudut pandang mana perencanaan ditinjau. Dengan adanya beberapa sudut pandang

34

A.W. Widjaja, 1987,Perencanaan Sebagai Fungsi Manajemen, PT. Bina Aksara, Jakarta, hal. 34.

35

Bedjo Siswanto, 1990,Manajemen Modern Konsep dan Aplikasi, Sinar Baru, Bandung, hal.55-56.


(36)

28

tentang perencanaan maka suatu organisasi bisa menentukan apa yang menjadi tujuan.

Dengan adanya berbagai sudut pandang tersebut maka dibawah ini akan dibahas satu persatu apa yang dimaksud dengan jenis-jenis perencanaan diatas:

a. Perencanaan ditinjau dari segi waktu

Perencanaan ditinjau dari sudut waktu dapat dibagi menjadi: 1) Perencanaan jangka pendek

Perencanaan ini melihat kepada sasaran yang lebih mudah diwujudkan, karena proyeksi-proyeksi ekonomis yang diadakan untuk menghitung sasaran jangka pendek lebih dapat dipercaya kebenarannya(validity)-nya.

2) Perencanaan jangka menengah

Perencanaan ini merupakan jembatan antara rencana operasional dan rencana jangka panjang. Disini pentahapan pencapaian tujuan jangka panjang lebih jelas karena sasaran dan tujuan pada semua sector

dapat dikoordinasikan dan dilihat hubungannya satu sama lain.

3) Rencana jangka menengah yang kaku(fixed plan)

Rencana yang fixed adalah rencana jangka menengah yang proses perencanaannya dilakukan dengan membuat proyeksi beberapa tahun kemuka dan melaksanakan rencana itu sampai waktu beberapa tahun tersebut berakhir.


(37)

29

4) Rencana yang berkesinambungan(rolling plan)

Rencana ini dimaksudkanbahwa prosesnya pertama-tama dilakukan dengan membuat proyeksi terhadap sumber dan kebutuhan yang ada beberapa tahun kemuka. Dan dalam perencanaan tersebut setiap tahunya dibarengi dengan adanya perencanaan lain.

5) Perencanaan jangka panjang

Dari rencana sektoral, spasial, regional dan lintas sektoral dijabarkan dari perencanaan ini. Dengan rencana jangka panjang ini Negara akan mudah menentukan kemana pembangunan Negara itu akan diarahkan, baik secara politik, ekonomi, sosial, budaya maupun pertahanan dan keamanan. Hasil akhir perencanaan jangka panjang ini merupakan gambaran umum untuk tahap-tahap perencanaan selanjutnya yang lebih terperinci, yakni perencanaan jangka menengah dan tahunan.

b. Perencanaan ditinjau dari segi wilayah 1) Perencanaan nasional

Batas wilayah perencanaan jenis ini adalah batas wilayah suatu Negara tertentu

2) Perencanaan daerah

Perencanaan daerah hamper sama dengan perencanaan nasional hanya ruang lingkupnya jauh lebih kecil, hingga dengan begitu lebih mudah pula dilaksanakan. Disamping itu perencanaan regional juga


(38)

30

dapat mengakui(recognize)adanya karakteristik khas yang dipunyai oleh daerah itu. Yang belum tentu dipunyai oleh daerah lain.

3) Perencanaan daerah perkotaan dan pedesaan

Masing-masing membahas lebih mendalam aspek-aspek yang ad adi kota dan di desa, hubungan dan pengaruhnya terhadap sub-sistem lain dalam suatu kerangka sistem yang lebih luas

c. Perencanaan ditinjau dari sudut hirarki

Jenis perencanaan berikutnya adalah merupakan jenis perencanaan yang ditinjau dari sudut hirarki atau tingkatan, yaitu perencanaan tingkat sector, tingkat program dan tingkat proyek. Uraian lebih mendalam tentang jenis perencanaan ini diberikan dalam batasan tentang proyek.36

5. Sistem Pelaksanaan(actuating)

a. Arti pelaksanaan

Penggerakan merupakan terjemahan dari bahasa inggris

actuating, dimana kata ini berasal dari actuarebahasa latin, yang berarti

menggerakkan, mendorong untuk bergerak.37 Pengarahan merupakan

proses kegiatan yang harus dilakukan untuk membina dan mendorong semangat kerja dan kerelaan kerja para pegawai atau anggota organisasi demi tercapainnya tujuan organisasi.38

36

Firman B. Aji & S. Martin Sirait, 1990,Perencanaan dan Evaluasi (suatu sistem untuk proyek pembangunan),Bumi Aksara, Jakarta, hal. 26-29.

37

Sukarna, 1992,Dasar-Dasar Manajemen,Mandar Maju, Bandung, hal. 82. 38

F.X. Soedjati, 1996, O&M (Organization and Method) Penunjang Berhasilnya Proses Manajemen,Gunung agung, Jakarta, hal. 5.


(39)

31

Dalam rangka pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan terlebih dahulu, diperlukan adanya fungsiorganicmanajemen

yang ketiga yaitu fungsi penggerakan. Penggerakan (actuating)

merupakan esensi dari manajemen, dari situlah timbulnya kekuatan, antusiasme, dan kemauan orang-orang dalam organisasi melakukan tugasnya untuk mencapai tujuan organisasi. Bahkan Terry menyatakan bahwa suatu kesalah yang besar (serius) untuk menganggap rendah

pentingnya actuating dalam manajemen. Sebab, pada akhirnya pada

manusialah terletak suksesnya suatu organisasi.39 6. Elemen-elemen penggerakan

Menurut Joseph L. Massil Penggerakan itu berarti keseluruhan cara-cara seorang pemimpin untuk mempengaruhi kegiatan bawahan. Pertama-tama hal ini menyangkut penyampaian perintah yang jelas, komplit, dan dalam batas-batas kemampuan bawahan untuk melaksanakannya. Kedua, menyangkut kegiatan pelatihan bawahan yang berkesinambungan dimana diberikan instruksi-instruksi sehingga mereka mampu untuk melaksanakan tugas khusus dalam situasi yang ada. Ketiga, menyangkut motivasi para karyawan untuk mencoba memenuhi harapan-harapan pimpinan. Keempat, termasuk menjaga disiplin dan memberikan penghargaan bagi mereka yang menjalankan tugasnya dengan baik.40

39

Susilo Martoyo, 1988, Pengetahuan Dasar Manajemen dan Kepemimpinan Cet 1, BPFE, Yogyakarta, hal. 115-116.

40

Henny Aristiana, 2005. “Proses Pemberangkatan Jamaah Haji Di Asrama Haji Sukolilo Surabaya : (Studi Analisis Tentang Fungsi Actuating di Asrama Haji Sukolilo Surabaya)”, Skripsi, Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya, hal. 16-17.


(40)

32

Kegiatan pelatihan dalam elemen-elemen penggerakan dapat diberikan melalui kursus formal (selama mereka sangat partisipatif) atau

workshop. Sasaran dari pelatihan tersebut seharusnya adalah agar pada akhir pelatihan mereka yang ikut serta dapat mengerti tentang:

1) Tujuan serta prinsip dari manajemen kinerja 2) Rangkaian aktifitas yang akan terjadi

3) Bagaimana melaksanakan atau ikut serta dalam proses berikut, menyepakati tugas-tugas kunci, menetapkan sasaran, menyepakati

persyaratan mengenai keahlian, pengetahuan dan kompetensi,

menegevaluasi kinerja secara berkesinambungan, memberikan umpan balik, memberikan konseling dan coaching, mempersiapkan rencana kerja dan pengembangan.41Lebih jelas lihat gambar berikut:

Gambar 2.2 Elemen penggerakan

41

Surya Dharma, 2005, Manajemen Kinerja Falsafah Teori dan Penerapannya,Pustaka pelajar, Yogyakarta, hal. 282-283.

Penyampaian Perintah yang jelas

Menjaga disiplin dan Memberikan penghargaan

Kegiatan pelatihan berkesinambungan

Motivasi karyawan Untuk memenuhi Harapan pemimpin Elemen Penggerakan


(41)

33

7. Pelayanan publikGood Governance

Menurut Mardiasmo yang dikutip Alwi Hasyim Batubara Good

Governance sebagai suatu penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi, dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administrasi, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal and political framework bagi tumbuhnya aktivitas usaha.

Karakteristik pelaksanaanGood Governancesebagai berikut:

1) Participation,Keterlibatan masyarakat dalam pembuatan keputusan baik secara langsung maupun tidak langsung melalui lembaga perwakilan yang dapat menyalurkan aspirasinya. Partisipasi tersebut dibangun atas dasar kebebasan berasosiasi dan berbicara serta berpartisipasi secara

konstruktif.

2) Rule of law,kerangka hukum yang adil dan dilaksanakan tanpa pandang bulu

3) Transparency, Tranparansi dibangun atas dasar kebebasan memperoleh informasi. Informasi yang berkaitan dengan kepentingan publik secara langsung dapat diperoleh oleh mereka yang membutuhkan.

4) Responsiveness, lembaga-lembaga publik harus cepat tanggap dalam melayanistakeholder

5) Consensus orientation, berorientasi pada kepentingan masyarakat yang lebih luas


(42)

34

6) Equity, setiap masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh kesejahteraan dan keadilan

7) Efficiency and effectiviness, pengelolaan sumber daya publik dilakukan secara berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif)

8) Accountability, pertanggungjawaban kepada publik atas setiap aktifitas yang dilakukan

9) Strategic vision, penyelenggara pemerintah dan masyarakat harus memiliki visi jauh ke depan.42

8. Tujuan penggerakan

Secara umum tujuan pengarahan yang ingin dicapai pada setiap sistem perusahaan maupun organisasi adalah sebagai berikut:

1) Menjamin kontinuitas perencanaan

Suatu perencanaan ditetapkan untuk dijadikan pedoman normatif dalam pencapaian tujuan. Pelaksanaan kerja yang baik akan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Suatu pengarahan dilakukan untuk menjamin kelangsungan perencanaan, artinya perencanaan yang telah ditetapkan walaupun mempunyai sifatflexible, namun prinsip yang terkandung didalamnya harus tetap di jamin kontinuitasnya.

2) Membudayakan prosedur baku

Seperti telah didiskripsikan pada bab sebelumnya bahwa suatu prosedur akan memberikan seperangkat petunjuk terinci untuk melaksanakan urutan-urutan tindakan yang sering atau biasa terjadi. Dengan adanya

42

Alwi Hasyim Batubara, 2006, “Konsep Good Governance Dalam Konsep Otonomi Daerah,” Jurnal analisis administrasi dan kebijakan,volume. 3, No. 1, hal. 1-2.


(43)

35

pengarahan diharapkan bahwa prosedur kerja yang telah ditetapkan dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya, sehingga lambat laun menjadi suatu kebiasaan. Apabila sudah terbiasa dilaksanakan diharapkan dapat membudaya di lingkungan sistem itu sendiri.

3) Menghindari kemangkiran yang tak berarti

Suatu kemangkiran dapat diberikan batasan sebagai kondisi dimana seseorang yang tidak berada pada tempatnya diluar suatu penyebab yang jelas dan tanpa pemberitahuan sebelumnya.

4) Membina disiplin kerja

Disiplin dapat diartikan sebagai suatu sikap mental yang menyatu dalam kehidupan yang mengandung pemahaman terhadap norma, nilai, dan peraturan dalam melaksanakan hak dan kewajiban kehidupan

5) Membina motivasi yang terarah

Aplikasi fungsi pengarahan juga mempunyai tujuan untuk membina motivasi kerja para karyawan yang terarah.43 Dengan adanya motivasi yang diberikan mempunyai maksud dan tujuan agar karyawan bisa berprestasi dalam menjalankan pekerjaannya. Ada beberapa factor yang mempengaruhi prestasi karyawan diantaranya, motivasi : manajer perlu memiliki pemahaman orang-orang yang berperilaku tertentu agar dapat mempengaruhinya untuk bekerja sesuai dengan yang diinginkan oleh organisasi, kemampuan : individu dalam melaksanakan tugas-tugas yang

43


(44)

36

dibebankan kepadanya, pemahaman : individu tentang perilaku yang diperlukan untuk mencapai prestasi yang tinggi.44

9. Prinsiphuman relations

Dalam perkembangannya konsep human relations mempunyai arti

penting dalam dunia manajemen. Perkembangan selanjutnya menunjukkan bahwa agar para bawahan dapat digerakkan secara efektif, kondisi kerja yang bersifat teknis fisik, meskipun harus memperhatikan pertimbangan lain yang menyangkut harkat dan martabat manusia dalam organisasi.

Ada 10 konsephuman relationsdiantaranya:

1) Sinkronisasi antara tujuan organisasi dengan tujuan individu para anggota organisasi yang bersangkutan.

Manusia mempunyai berbagai kepentingan dan kebutuhan yang tidak lagi bisa dipuaskan dengan bekerja sendirian, melainkan dengan menggunakan berbagai jalur organisasional.

2) Suasana kerja yang menyenangkan

Yang dimaksud dengan suasana kerja yang menyenangkan tidak terbatas pada tersediannya sarana dan prasarana kerja yang bersifat fisik, tetapi juga dalam arti sifat interaksi yang terjadi antara orang-orang dalam satuan kerja yang terdapat dalam organisasi.

44

Ais Zakiyudin, 2013, Teori dan Praktik Manajemen (sebuah konsep yang aplikatif disertai profil wirausaha sukses), Mitra Wacana Media, Jakarta, hal. 46.


(45)

37

3) Hubungan kerja yang serasi

Hubungan yang bagaimana yang bersifat dominan dalam interaksi atasan dan bawahan sesungguhnya sangat tergantung pada gaya manajerial yang digunakan oleh manajer dalam organisasi.

4) Tidak memperlakukan bawahan sebagai mesin

Dalam kehidupan organisasional manusia ingin agar kepribadiannya yang khas diakui, keinginannya diperhatikan, berbagai kebutuhannya dipuaskan, dan potensi yang terkandung dalam dirinya diberi kesempatan berkembang sehingga berubah menjadi kemampuan efektif.

5) Pengembangan kemampuan bawahan sampai tingkat yang maksimal Dalam diri seseorang terdapat potensi yang belum sepenuhnya dikembangkan dan dimanfaatkan maka dari itu pengembangan individu perlu adanya yang dimualai dari diri sendiri dan dengan adanya pendidikan serta latihan sebagai alat bantu.

6) Pekerjaan yang menarik dan penuh tantangan

Hal ini menjadi tantangan bagi para manajer dalam menggerakkan para bawahan untuk menjadikan tugas-tugas rutin sekalipun menjadi tugas yang penuh tantangan dengan melakukannya secara lebih baik, lebih efisien, dan lebih ekonomis.

7) Pengakuan dan penghargaan atas prestasi kerja yang tinggi

Untuk mendorong kegairahan kerja di kalangan para bawahan, seorang manajer hendaknya cepat mengakui dan menghargai prestasi kerja para bawahannya.


(46)

38

8) Tersediannya sarana dan prasarana kerja yang memadai

Pentingnya sarana dan prasarana kerja yang memadai tetap perlu mendapat perhatian dedikasi, kemampuan kerja, keterampilan, dan niat yang besar untuk mewujudkan prestasi kerja yang tinggi tidak akan besar manfaatnya tanpa sarana dan prasarana yang dibutuhkan.

9) Penempatan tenaga kerja yang tepat

Maksud dari tepat dalam penempatan tenaga kerja adalah yang sesuai dengan bakat, kemauan, keahlian, keterampilan, dan pengalaman seseorang.

10) Imbalan yang setimpal dengan jasa yang diberikan

Seseorang berkarya dalam organisasi dengan mengerahkan tenaga,

kemampuan, kemampuan, keahlian, keterampilan, waktu, dan

pengalamannya dalam melaksanakan tugas-tugas yang dipercayakan kepadanya. Dengan berbuat demikian ia mengharap imbalan termasuk imbalan berupa upah atau gaji.45

45


(47)

39

C. Perspektif Islam

1. Makna Perencanaan

Perencanaan syariah adalah amal atau pekerjaan dalam suatu pekerjaan tertentu, yaitu mempersiapkan segala hal yang diperlukan dari awal sampai dengan akhir pekerjaan, yang niat atau motivasi dan caranya sesuai

dengan “nilai-nilai syariah Islam”.46

Perencanaan atau planning adalah kegiatan awal dalam sebuah pekerjaan dalam bentuk memikirkan hal-hal yang terkait dengan pekerjaan itu agar mendapat hasil yang optimal. Oleh karena itu, perencanaan merupakan sebuah keniscayaan, sebuah keharusan di samping sebagai sebuah kebutuhan. Segala sesuatu memerlukan perencanaan. Dalam suatu Hadits Rasulullah SAW dijelaskan yang artinya:

“Jika engkau ingin mengerjakan sesuatu pekerjaan maka pikirkanlah akibatnya, maka jika perbuatan tersebut baik, ambillah dan jika perbuatan

itu jelek, maka tinggalkanlah.” (HR Ibnul Mubarak)

Dalam melakukan perencanaan, ada beberapa aspek yang harus diperhatikan, antara lain sebagai berikut:

a. Hasil yang ingin dicapai b. Orang yang akan melakukan c. Waktu dan skala prioritas d. Dana (kapital)47

46

Muslim Kamil, 2014,”Perencanaan Syariah”,Esensi Jurnal Bisnis dan Manajemen,Vol. 4, No. 3, Desember 2014, hal. 77.

47

Didin Hafidhuddin dan Hendri Tanjung, 2003,Manajemen Syariah Dalam Praktik,Gema Insani Press, Jakarta, hal. 77-78.


(48)

40

Dalam Islam, konsepsi perencanaan dengan berbagai variannya dicanangkan berdasarkan konsep pembelajaran dan hasil musyawarah dengan orang-orang yang berkompeten, orang yang cermat dan luas pandangannya dalam menyelesaikan persoalan. Ketentuan ini bersandar pada petunjuk Allah

                       

“Dan tidak kami mengutus sebelum engkau melainkan laki-laki yang kami

beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kamu kepada mereka yang berilmu (tentang nabi dan kitab), jika kamu tidak mengetahui”.(an-Nahl [16]: 43).48

Konsep bermusyawarah yang digunakan dalam setiap pencanangan perencanaan urusan perang atau sipil menunjukkan indikasi yang kuat bahwa kaum muslimin senantiasa membuat perencanaan atas segala sesuatu yang akan dilakukan. Mereka saling bermusyawarah dan menentukan langkah yang terbaik atas persoalan yang sedang dihadapi. Mereka sangat visioner dan tidak buta dalam menentukan perencanaan strategis.49

2. Perencanaan dan Sunatullah.

Allah SWT. Menciptakan alam semesta dengan hak dan

perencanaan yang matang dan disertai dengan tujuan yang jelas. Perhatikan firman Allah dalam Al-Qur’an surah Shaad:27,

                          48

Departemen Agama RI, 2002,Al-Qur’an dan Terjemahnya, PT. Sari Agung, Jakarta, hal. 509. 49

Ahmad Ibrahim Abu Sinn, 2006,Manajemen Syariah (sebuah kajian historis dan kontemporer), PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, hal. 89-90.


(49)

41

Artinya: “Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang di

antara keduanya itu sia-sia. Itulah persangkaan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir di neraka.” (Shaad:27).50

Makna batil ayat diatas adalah sia-sia tanpa tujuan dan perencanaan. Perencanaan sesungguhnya merupakan aturan dan kegunaan Allah. Segala sesuatu telah direncanakan, tidak tidak ada sesuatupun yang tidak direncanakan. Jika Allah saja telah menyusun perencanaan dalam segala sesuatu, maka kita pun harus menyusun perencanaan yang matang dalam melakukan pekerjaan.

Konsep manajemen Islam menjelaskan bahwa setiap manusia (bukan hanya organisasi) hendaknya memperhatikan apa yang telah diperbuat pada masa yang telah lalu untuk merencanakan hari esok. Al-Qur’an telah

tegas menerangkan dalam surat al-Hasyr ayat 18 :

                               

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan

hendaklah (tiap-tiap) diri memperhatikan apa yang dipersiapkan untuk esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”(Al-Hasyr:18).51

Makna dari ayat diatas adalah kita tidak boleh diam dan jangan diam. Rencanakanlah untuk melakukan suatu pekerjaan yang lain jika satu pekerjaan telah diselesaikan. Jadi, sebuah masalah sebenarnya merupakan

50

Departemen Agama RI, 2002,Al-Qur’an dan Terjemahnya, PT. Sari Agung, Jakarta, hal. 902-903

51


(50)

42

sesuatu yang pasti akan ada dalam setiap kehidupan, setiap waktu, dan setiap keadaan.

Perencanaan sesungguhnya merupakan aturan dan kegunaan Allah. Segala sesuatu telah direncanakan, tidak ada sesuatu pun yang tidak direncanakan. Bahkan usia manusia juga direncanakan. Jika Allah saja telah menyusun perencanaan dalam segala sesuatu, maka kita pun harus menyusun

perencanaan yang matang dalam melakukan pekerjaan.52

Soejitno Irmin dalam buku kepemimpinan melalui Asmaul Husna menafsirkan surat al-Hasyr tersebut bahwa: Allah sebagai pencipta, Allah sebagai perencana semua makhluk ciptaannya, Allah adalah maha merencanakan, al-Bari, sifat tersebut jika diamalkan secara substantif

seharusnya menjadi inspirasi bagi umat Islam terutama para manajer atau pemimpin. Karena pada dasarnya manajer atau pemimpin yang harus mempunyai banyak konsep tentang manajemen termasuk didalamnya perencanaan. Pemimpin yang baik adalah yang mempunyai visi dan misi, dan membangun kedua hal tersebut agar berjalan sesuai dengan tujuan bersama. Visi dan misi merupakan hasil dari perencanaan yang baik dan matang.

Qurais Shihab dalam tafsir “al-Misbah”, dari ayat tersebut

mengenai perencanaan beliau mengatakan bahwa kata wantandur’ nafsun

maa koddamat li ghodin mempunyai arti bahwa manusia harus memikirkan terhadap dirinya dan merencanakan dari segala apa yang menyertai perbuatan selama hidupnya, sehingga ia akan memperoleh kenikmatan dalam kehidupan

52

Didin Hafidhuddin Dan Hendri Tanjung, 2003, Manajemen Syariah Dalam Praktik, Gema Insani press, Jakarta, hal. 78-79


(51)

43

ini. Jika proses perencanaan telah dilakukan oleh Allah semenjak penciptaan manusia.53

dalam skripsi Nur Laili Elisa menurut pendapat Sayyid Quthb di dalam tafsir Fi Zhilalil Qur’an, menyatakan bahwa. Ungkapan kalimat diatas memiliki nuansa dan sentuhan yang lebih luas dari pada lafadznya sendiri. Kalimat diatas hanya dengan sekedar terlintas dalam hati saja, terbukalah dihadapan manusia lembaran amal-amalnya bahkan lembaran seluruh kehidupannya. Manusia pasti akan mengarahkan pandangannya kepada segala kata-katanya untuk merenungkan dan membayangkan hisab amalnya beserta perinci-perinciannya satu per satu guna melihat dan mengecek apakah yang telah dia persiapkan untuk menghadapi hari esok.54

3. Pelaksanaan dalam Al-Qur’an

Menurut Hadari Nawawi bimbingan berarti memelihara, menjaga dan menunjukkan organisasi melalui setiap personal, baik secara struktural maupun fungsional, agar setiap kegiatan tidak terlepas dari usaha mencapai tujuan. Dalam realitasnya, kegiatan bimbingan dapat berbentuk sebagi berikut:

a. Memberikan dan menjelaskan perintah

b. Memberikan petunjuk melaksanakan kegiatan

53Muslim Kamil, 2014,”Perencanaan Syariah”,

Esensi Jurnal Bisnis dan Manajemen,Vol. 4, No. 3, Desember 2014, hal. 82

54

Nur Laili Elisa, 2014, “Proses Perencanaan Program Kerja Di Unit Pengelola Budidaya Air

Tawar (UPBAT) Pandaan Pasuruan”, Skripsi, Prodi Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah UIN Sunan Ampel Surabaya, hal. 52


(52)

44

c. Memberikan kesempatan meningkatkan pengetahuan,

keterampilan/kecakapan dan keahlian agar lebih efektif dalam melaksanakan berbagai kegiatan organisasi.

d. Memberikan kesempatan ikut serta menyumbangkan tenaga dan fikiran untuk memajukan organisasi berdasarkan inisiatif dan kreativits masing–

masing.

e. Memberikan koreksi agar setiap personal melakukan tugas-tugasnya secara efisien.55

Al-Qur’an dalam hal ini sebenarnya telah memberikan pedoman dasar terhadap proses pembimbingan, pengarahan ataupun memberikan peringatan dalam bentuk actuating ini. Allah berfiman dalam surat al–Kahfi ayat 2 sebagai berikut :

                     

Artinya : “(tetapi) lurus untuk memperingatkan siksaan yang berat dari

Allah, dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan kebaikan, sesungguhnya bagi mereka pahala yang baik. (Q.S Al Kahfi : 2).56

Suatu contoh pelaksanaan dari fungsi manajemen dapat ditemukan pada pribadi agung, Nabi Muhammad SAW. ketika ia memerintahkan sesuatu pekerjaan beliau menjadikan dirinya sebagai model dan teladan bagi umatnya. Rasulullah SAW adalah Al-Qur’an yang hidup(the living Qur’an). Artinya, pada diri Rasulullah SAW tercermin semua ajaran Al-Qur’an dalam

55

Hadari Nawawi, 1983,Administrasi Pendidikan,PT. Gunung Agung, Jakarta, hal. 36 56


(53)

45

bentuk nyata. Beliau adalah pelaksana pertama semua perintah Allah dan

meninggalkan semua larangan-Nya. Oleh karena itu, para sahabat

dimudahkan dalam mengamalkan ajaran Islam yaitu dengan meniru perilaku Rasulullah SAW.


(54)

Bab 3

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam melakukan sebuah penelitian, metode yang digunakan oleh peneliti harus sesuai dengan masalah, tujuan dan kegunaan dari penelitian itu sendiri. Sehingga penelitian itu bisa dianggap valid dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya secara ilmiah dan professional.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Dengan tujuan menemukan sebuah tema menurut pasaran. Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian yang berusaha mengetahui Sistem Perencanaan dan Pelaksanaan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur yang berada di Sidoarjo.

Adapun penelitian kualitatif sendiri adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya, perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain.57 Sedangkan menurut Bogdan dan Taylor didefinisikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut pendekatan ini diarahkan pada latar individu tersebut secara (holistic) utuh, tetapi perilaku memandangnya sebagai bagian keutuhan.58

57

Lexy J.Moleong, 2008, Metodologi Penelitian Kualitatif,PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, hal. 6.

58

Lexy J Moleong, 2002, Metode Penelitian Kualitatif Cet 13, Remaja Rosda Karya, Bandung, hal. 3.


(55)

47

Dalam metodenya menggunakan metode descriptif, dimana metode

tersebut paling pas jika diterapkan dalam penelitian tersebut. Pengertian metode

descriptif sendiri yang dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki, dengan menggambarkan/melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.59 Sedangkan Azwar memaparkan sedikit dalam bukunya metode penelitian bahwa jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian descriptif. Penelitian descriptif

dalam melakukan analisis hanya sampai pada taraf diskripsi, yaitu menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami dan disimpulkan.60

Karakteristik penelitian kualitatif ialah proses kesimpulan dilakukan secara induktif. Dengan pengungkapan kenyataan secara ilmiah, peneliti dapat melakukan kesimpulan dan akhirnya merumuskan teori secara induktif. Karena itu, penelitian kualitatif akan menghasilkan teori bukan membuktikan teori. Demikian karakteristik yang ada pada penelitian kualitatif.61

B. Lokasi Penelitian

Obyek atau sasaran penelitian ini dilakukan pada lembaga Negara yaitu Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur khususnya pada bidang PHU yang berlokasi di Jl.Raya Juanda No 26 Sidoarjo. Dalam pelaksanaan

59

Hadari Nawawi dan Mimi Martini, 1994, Penelitian Terapan,Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, hal. 73.

60

M. Iqbal Hasan, 2002, Pokok-Pokok Materi Metode Penelitian dan Aplikasinya cet 1,Ghalia Indonesia, Jakarta, hal. 22.

61

M. Sayuthi Ali, 2002,Metodologi Penelitian Agama (pendekatan teori dan praktek),PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. 63.


(56)

48

kerja operasional haji dilaksanakan di Asrama Haji jl. Manyar Kertoadi 6 Sukolilo Surabaya. Batas-batas Kantor Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur sebagai berikut:

Sebelah barat : Kantor Dinas Koperasi & UMKM Provinsi Jawa Timur Sebelah selatan : Persawahan & Permukiman Warga

Sebelah Timur : Persawahan & Hotel Utami Sebelah Utara : Jalan Raya Juanda Dua Arah

C. Jenis dan Sumber Data

Data adalah pernyataan atau keterangan atau bahan dasar yang dipergunakan untuk menyusun hipotesa atau segala sesuatu yang diteliti.62 Sedangkan yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data diperoleh.63

Berdasarkan sumbernya jenis data dibagi menjadi dua yaitu data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati, dicatat untuk pertama kalinya. Sedangkan data sekunder merupakan data yang akan diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti, misalnya dari publikasi lainnya.64

1. Data primer

Data primer yaitu sumber data yang langsung memberikan data

kepada pengumpul data.65 Atau data yang diperoleh langsung dari

62

Lexy J.Moleong, 2008,Metodologi Penelitian Kualitatif,PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, hal. 8.

63

Suharsimi Arikunto, 1998,Prosedur Penelitian,PT. Rineka Cipta, Jakarta, hal. 114. 64

Marsuki, 1995,Metodologi Riset,PT. Haninda Offset, Yogyakarta, hal. 55-56. 65


(57)

49

sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya.66 Atau berupa teks hasil wawancara dan diperoleh melalui wawancara dengan informan yang sedang dijadikan sampel dalam penelitiannya. Data dapat direkam atau dicatat oleh peneliti.67Dalam penelitian ini dimaksudkan data yang dihimpun mengenai sistem perencanaan dan pelaksanaan PPIH Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur. Adapun sumber dari teknik wawancara tersebut adalah Bpk. Drs. H.M. Naim, M.Ag dan Bpk. H. Sugianto, S.Sos. M.Pdi selaku sekretaris PPIH tahun 2015

2. Data sekunder

Data sekunder yaitu yang berasal dari sumber bahan bacaan. Sumber-sumber sekunder terdiri atas berbagai macam, dari surat-surat pribadi, kitab harian, notula rapat perkumpulan sampai dari dokumen-dokumen resmi dari berbagai instansi pemerintah.68 Permasalahn utama dalam menggunakan data sekunder adalah ketersediaan data tersebut, format serta kualitas data. Harus selalu diperhatikan bahwa data sekunder yang hendak dipergunakan haruslah data yang validdan benar.69Dalam penelitian ini dimaksudkan data yang dihimpun adalah meliputi job description PPIH, kegiatan pelatihan serta data dari tahun sebelumnya dan kegiatan yang menunjang perencanaan dan pelaksanaan pada PPIH.

66

Cholib Narbuko dan Abu Ahmadi, 1997,Metodologi Penelitian,Bumi Aksara, Jakarta, hal. 70. 67

Jonathan Sarwono, 2006,Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif,Graha Ilmu, Yogyakarta, hal. 209.

68

S. Nasution, 1996,Metode Research, Bumi Aksara, Jakarta, hal. 143. 69

Restu Kartiko Widi, 2010, Asas Metodologi Penelitian (sebuah pengenalan dan penuntun langkah demi langkah pelaksanaan penelitian), Graha Ilmu, Yogyakarta, hal. 250.


(1)

129

B. Saran Dan Rekomendasi

Melalui penulisan karya ilmiah ini ada beberapa saran yang akan penulis kemukakan, antara lain:

1. Penerapan sistem perencanaan yang diterapkan pada PPIH Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur sudah relative baik. Penulis nilai perencanaan yang ada tersebut komplit mulai dari awal kegiatan operasional haji, kegiatan yang ada didalamnya dan program-program kedepan yang bersifat membangun PPIH lebih baik lagi. Penulis ingin menambahkan sedikit dari sistem perencanaan yang ada pada PPIH Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur yakni perlu dilibatkannya tenaga professional dari luar lingkungan Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur. hal tersebut penulis rasa perlu karena dapat memberikan hal baru yang berorientasi pada pelayanan haji prima.

2. Pelaksanaan PPIH Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur penulis nilai sudah baik dalam lingkup pelayanan pelaksanaan haji. Menurut penulis mungkin perlu ditambahkan hal-hal yang bersifat lebih luas misalkan pada penekanan kualitas sumber daya manusia.

C. Keterbatasan Penelitian

Secara umum dalam penelitian ini berjalan dengan lancar karena penulis sebelumnya telah melakukan magang/PPL di Kantor Kementerian Agama khusunya bidang PHU. Dalam melakukan penggalian data melalui wawancara


(2)

130

dan dokumentasi berjalan dengan baik. Sedikit kendala hanya terjadi pada waktu penelitian yang berbarengan dengan pelaksanaan operasional haji tahun 2016.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata kesempurnaan, karena dengan keterbatasan kemampuan yang penulis miliki. Oleh sebab itu, demi untuk mencapai kata kesempurnaan skripsi ini, penulis sangat berharap kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun.


(3)

131

Daftar Pustaka

Aji, Firman B dan S. Martin Sirait, 1990,Perencanaan dan Evaluasi (suatu sistem untuk proyek pembangunan),Bumi Aksara, Jakarta.

Ali, M. Sayuthi, 2002, Metodologi Penelitian Agama (pendekatan teori dan praktek),PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Amirin, Tatang M, 1996, Pokok-Pokok Teori Sistem, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Anshori, Isa, 2015, Manajemen Kepemimpinan, catatan perkuliahan di kelas mata kuliah manajemen kepemimpinan, 22 oktober 2015, Program Studi Manajemen Dakwah UIN Sunan Ampel Surabaya.

Arikunto, Suharsimi, 1998,Prosedur Penelitian,PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Aristiana, S, Henny, 2005, “Proses Pemberangkatan Jama’ah Haji di Asrama Haji Sukolilo Surabaya (Studi Analisis Tentang Fungsi Actuating di Asrama Haji Sukolilo Surabaya)”, Skripsi, Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya.

Awat, S.U, Napa J, 1989, Manajemen Strategi (Suatu Pendekatan Sistem),

Liberty, Yogyakarta.

Batubara, Alwi Hasyim, 2006, “Konsep Good Governance Dalam Konsep Otonomi Daerah,” Jurnal analisis administrasi dan kebijakan, Vol. 3, No. 1.

Bungin, M. Burhan, 2007, Penelitian Kualitatif, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

________________,2007,Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial,Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Denzin, Norman K & Yvonna S. Lincoln, 2009, Handbook Of Qualitative Research,Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Departemen Agama RI, 2002, Al-Qur’an dan Terjemah, PT. Sari Agung, Jakarta.

Dharma, Surya, 2005, Manajemen Kinerja Falsafah Teori dan Penerapannya,


(4)

Elisa, Nur Laili, 2014, “Proses Perencanaan Program Kerja Di Unit Pengelola Budidaya Air Tawar (UPBAT) Pandaan Pasuruan”, Skripsi, Prodi Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah UIN Sunan Ampel Surabaya.

Faisal, M, 2008, Sistem Informasi Manajemen Jaringan, UIN-MALANG PRESS,

Malang.

Hafidhuddin, Didin dan Hendri Tanjung, 2003, Manajemen Syariah Dalam Praktik,Gema Insani Press, Jakarta.

Handoko, T Hani, 2009,Manajemen, BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta.

Hasan, M Iqbal, 2002, Pokok-Pokok Materi Metode Penelitian dan Aplikasinya cet 1,Ghalia Indonesia, Jakarta.

Herdiansyah, Haris, 2012, Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Social,Salemba Humanike, Jakarta.

Ikhwan dan Abdul Halim, 2002,Ensiklopedia Haji dan Umrah, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Kamil, Muslim, 2014,”Perencanaan Syariah”, Esensi Jurnal Bisnis dan Manajemen,Vol. 4, No. 3, Desember 2014.

Kasiram, Moh, 2010, Metodologi Penelitian Kuantitatif-Kualitatif, UIN-Maliki Press, Malang.

Koentjaraningrat, 1973, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Manulung, 1990,Dasar-Dasar Manajemen,Ghalia Indonesia, Jakarta. Marsuki, 1995,Metodologi Riset,PT. Haninda Offset, Yogyakarta.

Martoyo, Susilo, 1988, Pengetahuan Dasar Manajemen dan Kepemimpinan Cet 1,BPFE, Yogyakarta.

Massil, Joseph L, 1987,Dasar-Dasar Manajemen,Erlangga, Jakarta.

Moleong, Lexy J, 2002, Metode Penelitian Kualitatif Cet 13, Remaja Rosda Karya, Bandung.

______________, 2007, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja


(5)

133

______________, 2008, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja

Rosdakarya, Bandung.

Munir, M dan Wahyu Ilaihi, 2006, Manajemen Dakwah,Kencana Prenada Media

Group, Jakarta.

Narbuko, Cholib dan Abu Ahmadi, 1997, Metodologi Penelitian, Bumi Aksara, Jakarta.

Nasution, S, 1996,Metode Research, Bumi Aksara, Jakarta.

Noor, Juliansyah, 2011,Metodologi Penelitian: skripsi, tesis, disertasi, dan karya ilmiah,Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Nawawi, Ismail, 2012, Metode Penelitian Kualitatif, CV. Dwi Putra Pusaka, Jakarta.

Nawawi, Hadari, 1983,Administrasi Pendidikan,PT. Gunung Agung, Jakarta. Nawawi, Hadari dan Mimi Martini, 1994, Penelitian Terapan, Gadjah Mada

University Press, Yogyakarta.

Profil Kementerian Agama http://www.kemenag.go.id. Diakses pada tanggal 06 Januari 2016.

Sarwono, Jonathan, 2006, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Siagian, Sondang P, 2005,Fungsi-Fungsi Manajerial,PT. Bumi Aksara, Jakarta. Sinn, Ahmad Ibrahim Abu, 2012,Manajemen Syariah, PT. RajaGrafindo Persada,

Jakarta.

Siswanto, Bedjo, 1990, Manajemen Modern konsep dan aplikasi, Sinar Baru, Bandung.

Soedjati, F.X, 1996, O&M (Organization and Method) Penunjang Berhasilnya Proses Manajemen,Gunung agung, Jakarta.

Sukarna, 1992,Dasar-Dasar Manajemen,Mandar Maju, Bandung. Sugiyono, 2008,Metode Penelitian Administrasi,Alfabeta, Bandung.

________, 2009, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung.


(6)

________, 2010, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung.

________, 2010,Memahami Penelitian Kualitatif,Alfabeta, Bandung.

Suwandari, Sufi, 2002, Haji Mistik; Sepertinya Tiada Haji Mabrur di Indonesia,

Intemedia dan Nalar, Bekasi.

Trisnawati, Nanik, 2010, “Sistem Perencanaan dan Pelaksanaan Toko Busana Muslim Ifadah Surabaya”, Skripsi, Jurusan Manajemen Dakwah

Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya.

Uha, Ismail Nawawi, 2012, Metoda Penelitian Kualitatif, CV. Dwiputra Pustaka Jaya, Jakarta.

Widi, Restu Kartiko, 2010, Asas Metodologi Penelitian (sebuah pengenalan dan penuntun langkah demi langkah pelaksanaan penelitian), Graha Ilmu, Yogyakarta.

Widjaya, A.W, 1987, perencanaan sebagai fungsi manajemen, PT. Bina Aksara, Jakarta.

Zakiyudin, Ais, 2013, Teori dan Praktik Manajemen (sebuah koonsep yang aplikatif disertai profil wirausaha sukses), Mitra Wacana Media, Jakarta.

http://news.liputan6.com/read/2273762/menag-kuota-haji-2015-indonesia-bakal-kembali-normal. Diakses pada tanggal 24 Mei 2016.