SIMPUH | Sistem Informasi Perundang-Undangan dan Hukum

(1)

NASIONAL/

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

NOMOR 1 TAHUN

TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL

2015-2019

PETUNJUK PELAKSANAAN

NO. 3 /JUKLAK/SESMEN/06/2014

TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL

TAHUN 2015-2019

PETUNJUK PELAKSANAAN

NO. 2 /JUKLAK/SESMEN/06/2014

TENTANG PEDOMAN PENGINTEGRASIAN KERANGKA

REGULASI DALAM


(2)

(3)

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

NOMOR 1 TAHUN 2014

TENTANG

PEDOMAN PENYUSUNAN


(4)

(5)

SALINAN

PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

PEDOMAN PENYUSUNAN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL TAHUN 2015-2019

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL,

Menimbang : a. bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional bertugas menyiapkan rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional;

b. bahwa dalam rangka koordinasi dan sinkronisasi penyiapan dan penyusunan rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

2. Undang …

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/


(6)

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

3. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 176, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4924);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional;

5. Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2007 tentang Badan Perencanaan Pembangunan Nasional;

6. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011;

7. Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional Nomor PER.005/M.PPN/09/2007 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 7 Tahun 2012;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL TAHUN 2015-2019.


(7)

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. 2. Pembangunan Nasional adalah upaya yang dilaksanakan

oleh semua komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara.

3. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2025, yang selanjutnya disebut sebagai RPJPN 2005-2025, adalah Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025.

4. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019, yang selanjutnya disingkat RPJMN 2015-2019 adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional untuk periode 5 (lima) tahun terhitung sejak tahun 2015 sampai dengan tahun 2019.

5. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, Tahun 2010-2014 yang selanjutnya disebut RPJMN 2010-2014 adalah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014.

6. Rancangan Rencana Pembangunan Secara Teknokratik adalah perencanaan yang dilakukan dengan menggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah untuk menganalisis kondisi obyektif dengan mempertimbangkan beberapa skenario pembangunan selama periode rencana berikutnya. 7. Rencana Strategis Kementerian/Lembaga, yang selanjutnya disebut Renstra K/L, adalah dokumen perencanaan Kementerian/Lembaga untuk periode 5 (lima) tahun.

8. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan.

9. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi.

10.Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, yang selanjutnya disebut Menteri Perencanaan, adalah Menteri


(8)

yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perencanaan pembangunan nasional.

11.Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, yang selanjutnya disebut Kementerian Perencanaan, adalah Kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perencanaan pembangunan nasional.

12.Kerangka Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional adalah arahan yang disepakati bersama yang menjabarkan unsur-unsur pokok pembangunan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional. 13.Kerangka Ekonomi Makro adalah gambaran perekonomian

secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal untuk periode jangka menengah yang direncanakan.

14.Kerangka regulasi adalah perencanaan pembentukan regulasi dalam rangka memfasilitasi, mendorong, dan mengatur perilaku masyarakat dan penyelenggara negara dalam rangka mencapai tujuan bernegara.

15.Musyawarah Perencanaan Pembangunan, yang selanjutnya disingkat Musrenbang, adalah forum antarpelaku dalam rangka menyusun rencana pembangunan Nasional dan rencana pembangunan Daerah.

16.Trilateral Meeting adalah pertemuan tiga pihak antara Kementerian Perencanaan, Kementerian Keuangan dan Kementerian/Lembaga dalam rangka meningkatkan kesepahaman dalam pencapaian sasaran pembangunan dan menjaga konsistensi perencanaan dan penganggaran. 17.Bilateral Meeting Penyesuaian Renstra K/L dengan RPJMN

2015-2019 adalah pertemuan dua pihak antara Kementerian Perencanaan dengan Kementerian/Lembaga yang bertujuan untuk menjaga konsistensi dan sinergitas sasaran dan arah kebijakan pembangunan yang tertuang dalam Renstra K/L dengan yang ada di RPJMN 2015-2019. 18.Bilateral Meeting Penyesuaian RPJMD dengan RPJMN

2015-2019 adalah pertemuan dua pihak antara Kementerian Perencanaan dengan Pemerintah daerah Provinsi yang bertujuan untuk menjaga konsistensi sasaran masing-masing program/ kegiatan pokok RPJMD dengan sasaran program/kegiatan strategis nasional, penyesuaian target dan pendanaannya.


(9)

Pasal 2

Pedoman Penyusunan RPJMN 2015-2019 dimaksudkan untuk memberikan panduan dalam menyiapkan kajian pendahuluan, pelaksanaan evaluasi, penyusunan rancangan RPJMN 2015-2019, pelaksanaan koordinasi, konsultasi, dan sosialisasi dalam penyusunan RPJMN 2015-2019, serta proses penetapan RPJMN 2015-2019.

Pasal 3

Penyusunan RPJMN 2015-2019 dilaksanakan oleh Tim Penyusun RPJMN 2015-2019 yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Perencanaan.

Pasal 4

Tahapan Penyusunan RPJMN 2015-2019 meliputi tahapan sebagai berikut :

a. penyusunan Kajian Pendahuluan (Background Study); b. pelaksanaan evaluasi RPJMN 2010-2014;

c. penyusunan Rancangan Rencana Pembangunan Secara Teknokratik;

d. penyusunan rancangan awal RPJMN 2015-2019; e. penyusunan rancangan RPJMN 2015-2019; f. penyusunan rancangan akhir RPJMN 2015-2019; g. penetapan RPJMN 2015-2019;

h. pelaksanaan sosialisasi RPJMN 2015-2019.

BAB II

TAHAPAN PENYUSUNAN RPJMN 2015-2019 Bagian Pertama

Penyusunan Kajian Pendahuluan (Background Study)

Pasal 5

(1) Para Deputi menyampaikan hasil Kajian Pendahuluan kepada Tim Penyusun RPJMN 2015-2019.

(2) Hasil Kajian Pendahuluan digunakan sebagai salah satu bahan dalam penyusunan Rancangan Rencana Pembangunan Secara Teknokratik.


(10)

Bagian Kedua

Pelaksanaan Evaluasi RPJMN 2010-2014 Pasal 6

(1) Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan mengkoordinasikan pelaksanaan evaluasi RPJMN 2010-2014.

(2) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan oleh Tim Penyusun RPJMN 2015-2019 sebagai bahan acuan penyusunan RPJMN 2015-2019.

Bagian Ketiga

Penyusunan Rancangan Rencana Pembangunan Secara Teknokratik

Pasal 7

(1) Tim Penyusun RPJMN 2015-2019 menyusun Konsep Rancangan Rencana Pembangunan Secara Teknokratik. (2) Konsep Rancangan Rencana Pembangunan Secara

Teknokratik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihimpun dari hasil evaluasi RPJMN dan disusun dengan memperhatikan RPJPN 2005-2025 dan hasil Kajian Pendahuluan.

Pasal 8

(1) Tim Penyusun RPJMN 2015-2019 melakukan sosialisasi dan penjaringan aspirasi dari masyarakat atas Konsep Rancangan Rencana Pembangunan Secara Teknokratik yang telah disusun.

(2) Hasil sosialisasi dan penjaringan aspirasi dari masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagai bahan untuk menyempurnakan Konsep Rancangan Rencana Pembangunan Secara Teknokratik menjadi Rancangan Rencana Pembangunan Secara Teknokratik. (3) Tim Penyusun RPJMN 2015-2019 menyampaikan

Rancangan Rencana Pembangunan Teknokratik kepada Menteri Perencanaan untuk mendapatkan persetujuan.

Bagian Keempat

Penyusunan Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 Pasal 9

(1) Rancangan awal RPJMN 2015-2019 disusun berdasarkan RPJPN 2005-2025, Rancangan Rencana Pembangunan


(11)

Teknokratik, dan Visi, Misi dan program prioritas Presiden.

(2) Rancangan awal RPJMN 2015-2019 memuat strategi pembangunan nasional, kebijakan umum dan program prioritas Presiden, Kerangka Ekonomi Makro serta strategi pendanaan jangka menengah.

(3) Program prioritas Presiden sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dijabarkan ke dalam isu strategis bersifat lintas kementerian/lembaga dan kewilayahan yang dilengkapi dengan indikasi sasaran nasional.

Pasal 10

(1) Tim Penyusun RPJMN 2015-2019 menyampaikan rancangan awal RPJMN 2015-2019 kepada Menteri Perencanaan sebagai bahan Sidang Kabinet.

(2) Menteri Perencanaan menyampaikan rancangan awal RPJMN 2015-2019 kepada Presiden untuk disepakati dalam Sidang Kabinet.

(3) Rancangan awal RPJMN 2015-2019 yang telah disepakati dalam Sidang Kabinet digunakan sebagai acuan penyusunan rancangan Renstra K/L dan penyusunan rancangan RPJMN 2015-2019.

Bagian Kelima

Penyusunan Rancangan RPJMN 2015-2019 Pasal 11

(1) Rancangan awal RPJMN 2015-2019 dan rancangan Renstra K/L digunakan sebagai bahan oleh Tim Penyusun RPJMN 2015-2019 untuk menyusun rancangan RPJMN 2015-2019.

(2) Rancangan Renstra K/L ditelaah oleh Menteri Perencanaan untuk menjamin keselarasan kebijakan kementerian/lembaga dengan rancangan awal RPJMN 2015-2019.

(3) Menteri Perencanaan menugaskan para Deputi untuk melakukan penelaahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

(4) Hasil penelaahan Renstra K/L oleh Menteri Perencanaan dibahas dengan kementerian/lembaga dan Kementerian Keuangan dalam Trilateral Meeting penyusunan RPJMN 2015-2019.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tata Cara Trilateral

Meeting akan diatur lebih lanjut dengan Petunjuk Pelaksanaan …


(12)

Pelaksanaan Trilateral Meeting yang ditetapkan oleh Sekretaris Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Sekretaris Utama Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.

(6) Hasil penelaahan Menteri Perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) digunakan sebagai bahan penyempurnaan rancangan awal RPJMN 2015-2019 menjadi rancangan RPJMN 2015-2019.

(7) Rancangan RPJMN 2015-2019 sebagaimana dimaksud pada ayat (5) digunakan sebagai bahan utama dalam Musrenbang Jangka Menengah Nasional.

Pasal 12

(1) Tim Penyusun RPJMN 2015-2019 mengkoordinasikan proses dan bahan pelaksanaan Musrenbang Jangka Menengah Nasional.

(2) Musrenbang Jangka Menengah Nasional diikuti oleh unsur-unsur penyelenggara negara dan mengikutsertakan masyarakat.

(3) Musrenbang Jangka Menengah Nasional dilaksanakan paling lambat 2 (dua) bulan setelah Presiden dilantik. (4) Hasil Musrenbang Jangka Menengah Nasional digunakan

sebagai bahan penyempurnaan rancangan RPJMN 2015-2019.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tata Cara Musrenbang Jangka Menengah Nasional akan diatur lebih lanjut dengan Petunjuk Pelaksanaan Musrenbang Jangka Menengah Nasional yang ditetapkan oleh Sekretaris

Kementerian Perencanaan Pembangunan

Nasional/Sekretaris Utama Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.

Bagian Keenam

Penyusunan Rancangan Akhir RPJMN 2015-2019 Pasal 13

(1) Rancangan RPJMN 2015-2019 yang telah disempurnakan disusun menjadi rancangan akhir RPJMN 2015-2019. (2) Tim Penyusun RPJMN 2015-2019 menyampaikan

rancangan akhir RPJMN 2015-2019 kepada Menteri Perencanaan paling lambat 3 (tiga) minggu setelah Musrenbang Jangka Menengah Nasional.


(13)

Bagian Ketujuh

Penetapan RPJMN 2015-2019 Pasal 14

(1) Menteri Perencanaan menyampaikan rancangan akhir RPJMN 2015-2019 kepada Presiden untuk ditetapkan menjadi RPJMN 2015-2019 dalam Peraturan Presiden. (2) RPJMN 2015-2019 yang telah ditetapkan digunakan

sebagai bahan penyesuaian rancangan Renstra K/L dan sebagai bahan penyusunan dan/atau penyesuaian RPJMD.

(3) Penyesuaian Renstra K/L dengan RPJMN 2015-2019 dilakukan melalui Bilateral Meeting Penyesuaian Renstra K/L dengan RPJMN 2015-2019.

(4) Penyesuaian RPJMD dengan RPJMN 2015-2019 dilakukan melalui Bilateral Meeting Penyesuaian RPJMD dengan RPJMN 2015-2019.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tata Cara Bilateral

Meeting akan diatur lebih lanjut dengan Petunjuk Pelaksanaan Bilateral Meeting Penyesuaian Renstra K/L dan RPJMD dengan RPJMN 2015-2019 yang ditetapkan oleh Sekretaris Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Sekretaris Utama Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.

Bagian Kedelapan

Pelaksanaan Sosialisasi RPJMN 2015-2019

Pasal 15

Kementerian Perencanaan melakukan sosialisasi atas RPJMN 2015-2019 yang sudah ditetapkan dengan Peraturan Presiden.

BAB III

KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 16

Untuk menghasilkan dokumen perencanaan yang sistematis dengan kerangka kerja logis yang koheren dan konsisten disusun Tata Cara Penyusunan RPJMN 2015-2019 yang diatur lebih lanjut dengan Petunjuk Pelaksanaan yang ditetapkan oleh Sekretaris Kementerian Perencanaan Pembangunan


(14)

Nasional/Sekretaris Utama Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.

Pasal 17

Dalam rangka menciptakan sinergi antara kebijakan dengan kerangka regulasi untuk mendukung sasaran pembangunan nasional disusun pedoman Kerangka Regulasi yang diatur lebih lanjut dengan Petunjuk Pelaksanaan yang ditetapkan oleh Sekretaris Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Sekretaris Utama Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.

BAB IV

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 18

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal Desember 2014

MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL,

ARMIDA S. ALISJAHBANA

Diundangkan di Jakarta Pada tanggal

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

AMIR SYAMSUDIN


(15)

TENTANG

TATA CARA PENYUSUNAN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL

TAHUN 2015-2019


(16)

(17)

REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

PETUNJUK PELAKSANAAN NO. 3 /JUKLAK/SESMEN/06/2014

TENTANG

TATA CARA PENYUSUNAN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL TAHUN 2015-2019

Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan amanat Pasal 16 Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 1 Tahun 2014 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2015, perlu ditetapkan Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional;

4. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan Rencana


(18)

Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019.

5. Peraturan Menteri Negara Perencanaan

Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor PER. 005/M.PPN/10/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 3 Tahun 2014;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PETUNJUK PELAKSANAAN TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL TAHUN 2015-2019.

PERTAMA : Menetapkan Petunjuk Pelaksanaan Tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019.

KEDUA : Petunjuk Pelaksanaan tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019 sebagaimana dimaksud dalam

Diktum PERTAMA, tercantum dalam Lampiran

Keputusan ini yang merupakan satu kesatuan dan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini.

KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 23 Juni 2014

SEKRETARIS KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ SEKRETARIS UTAMA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL,

SLAMET SENO ADJI


(19)

LAMPIRAN

PETUNJUK PELAKSANAAN

NO. 3 /JUKLAK/SESMEN/06/2014 TANGGAL 26 JUNI 2014

PETUNJUK PELAKSANAAN TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL TAHUN 2015-2019

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL


(20)

(21)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang... B.Tujuan... C.Ketentuan Umum...

1 1 2 2

II KERANGKA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL TAHUN 2015-2019

A.Keterkaitan RPJMN dengan Dokumen Perencanaan Lainnya... B. Tahap Penyusunan RPJMN... C. Penyusunan Struktur Kebijakan... D.Kerangka Kerja Logis dalam penyusunan Program dan Kegiatan...

5

5 7 13 17

III SUBSTANSI DAN STRUKTUR RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL 2015 - 2019

A.RPJPN 2005-2025... B.Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan... C.Pengarusutamaan Pembangunan... D.Kerangka Ekonomi Makro... E.Kaidah Pelaksanaan... F.Buku RPJMN 2015-2019... G.Outline Buku RPJMN 2015-2019...

30

30 32 34 35 35 37 38

IV PENUTUP 52

ANAK LAMPIRAN

1. Contoh Worksheet Kerangka Pikir Logis 2. Kerangka Pikir Logis

3. Tata Cara Penyusunan Kerangka Kelembagaan

4. Tahapan dan Tatacara Perumusan Kebijakan Kerangka Kelembagaan dalam RPJMN 2015-2019

5. Alur/Mekanisme Penyusunan Kebijakan Kerangka Kelembagaan dalam RPJMN 2015-2019


(22)

6. Alur Kegiatan Penyusunan Kebijakan Kerangka Kelembagaan

7. Identifikasi Kerangka Kelembagaan RPJMN 2015-2019 (Disertai Contoh)


(23)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan berkesinambungan yang mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara dalam rangka mewujudkan tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam rangka memberikan arah dan prioritas pembangunan maka diperlukan perencanaan pembangunan, baik perencanaan jangka panjang, jangka menengah dan tahunan.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 merupakan RPJMN tahap ke-3 dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025, dan merupakan kelanjutan dari RPJMN periode sebelumnya

(RPJMN 2010-2014). Berdasarkan hasil evaluasi, RPJMN

2010-2014 telah menjadi acuan dalam pelaksanaan pembangunan, namun belum seluruh bagian yang ada dalam RPJMN tersebut dapat dioperasionalkan dengan baik. Hal ini disebabkan antara lain : (1) Penyusunan struktur kebijakan yang ada dalam RPJMN 2010-2014 belum semuanya menggunakan kerangka

kerja logis (logical framework) yang sesuai, sehingga rumusan

sasaran dan arah kebijakannya menjadi tidak jelas; (2) Indikator yang digunakan masih belum dirumuskan dengan baik dan terukur; (3) Terdapat perbedaan penggunaan istilah dan sistimatika dalam Buku I, II dan III RPJMN sehingga sulit menemukan benang merah antara ketiga buku tersebut.

Dalam rangka meningkatkan kualitas penyusunan RPJMN Tahun 2015-2019 telah ditetapkan Peraturan Menteri PPN/Kepala Bappenas Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pedoman


(24)

Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019. Untuk menghasilkan dokumen perencanaan yang sistematis dengan kerangka kerja logis yang koheren dan konsisten sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 16 Peraturan Menteri PPN/Kepala Bappenas Nomor 1 Tahun 2014 maka perlu

ditetapkan Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019.

B. Tujuan

Penyusunan Petunjuk Pelaksanaan ini sebagai panduan bagi:

1. Tim Penyusun RPJMN Tahun 2015-2019 dalam menyusun

RPJMN Tahun 2015-2019;

2. Unit kerja dalam mendukung penyusunan RPJMN Tahun

2015-2019.

C. Ketentuan Umum

1. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan

tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.

2. Pembangunan Nasional adalah upaya yang dilaksanakan

oleh semua komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara.

3. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang

diinginkan pada akhir periode perencanaan.

4. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang

akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi.

5. Isu Strategis adalah kondisi atau hal yang harus

diperhatikan atau dikedepankan dalam perencanaan pembangunan karena dampaknya yang signifikan dengan karakteristik bersifat penting, mendasar, berjangka


(25)

menengah/panjang, dan bersifat sebagai pengungkit untuk mencapai sasaran nasional.

6. Arah kebijakan merupakan penjabaran misi dan memuat

strategi yang merupakan kerangka pikir atau kerangka kerja untuk menyelesaikan masalah dalam rangka mencapai sasaran yaitu perubahan kondisi sosial masyarakat yang ingin dicapai dalam 5 tahun ke depan.

7. Strategi merupakan cara yang digunakan untuk

melaksanakan arah kebijakan yang telah ditetapkan, yang berisikan program-program.

8. Program Lintas adalah program yang bersifat mewadahi

kegiatan-kegiatan prioritas yang dikelompokkan berdasarkan karekteristik tertentu dalam rangka mendukung pencapaian sasaran Prioritas Nasional yang dapat bersifat lintas program, lintas K/L, lintas bidang atau lintas wilayah.

9. Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau

lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi/lembaga pemerintah untuk mencapai sasaran dan tujuan yang disertai penyediaan alokasi anggaran, atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh instansi pemerintah.

10. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan

oleh satu atau beberapa satuan kerja sebagai bagian untuk pencapaian sasaran yang terukur pada suatu program dan terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya

untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk

barang/jasa.

11. Masukan (Input) adalah sumber daya yang diperlukan

untuk melakukan kegiatan yang perlukan dalam rangka untuk menghasilkan output.


(26)

12. Keluaran (Output) atau Sasaran kegiatan adalah barang atau jasa yang dihasilkan oleh suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran dan tujuan program dan kebijakan.

13. Hasil (Outcome) atau Sasaran program adalah segala

sesuatu dihasilkan dari suatu program yang mencerminkan berfungsinya keluaran dari kegiatan-kegiatan.

14. Dampak (Impact) adalah pernyataan perubahan pada

masyarakat seperti apa yang ingin dituju sebagai akibat dari hasil pembangunan yang tercapai yang bersifat Jangka Menengah atau Jangka Panjang.

15. Menteri adalah Menteri Perencanaan Pembangunan

Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.


(27)

BAB II

KERANGKA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL TAHUN 2015-2019

A. Keterkaitan RPJMN dengan Dokumen Perencanaan Lainnya

1. Pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Nasional (RPJPN) terbagi dalam 5 (lima) tahap periodisasi RPJMN sesuai dengan visi, misi, dan program Presiden yang dipilih secara langsung oleh rakyat;

2. RPJMN memuat arah kebijakan, strategi pembangunan

nasional, program Kementerian/Lembaga (K/L) dan lintas K/L, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro;

3. RPJMN dijabarkan ke dalam Rencana Kerja Pemerintah

(RKP), yang merupakan rencana pembangunan tahunan nasional;

4. RKP memuat prioritas pembangunan nasional, rancangan

kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal, program K/L, lintas K/L, kewilayahan dan lintas kewilayahan yang didukung dengan kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif;

5. RPJMN menjadi pedoman penyusunan Rencana Strategis

(Renstra) K/L dalam rangka mendukung pencapaian program prioritas Presiden;

6. Renstra K/L memuat visi, misi, tujuan, arah kebijakan dan

strategi yang memuat program dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi K/L;

7. Renstra K/L dijabarkan ke dalam Rencana Kerja K/L

(Renja K/L) yang merupakan rencana tahunan K/L;


(28)

8. Renja K/L disusun dengan berpedoman pada Renstra K/L dan mengacu pada RKP;

9. Renja K/L memuat kebijakan, program, dan kegiatan

pembangunan baik yang dilaksanakan langsung oleh Pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat;

10. RPJMN diperhatikan oleh Pemerintah Daerah dalam

menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD);

11. RPJMD merupakan penjabaran dari visi, misi dan program

prioritas Gubernur yang memuat arah kebijakan dan strategi pembangunan daerah jangka menengah;

12. RPJMD harus diselaraskan dengan arah kebijakan,

prioritas pembangunan nasional, prioritas pembangunan bidang dan pembangunan kewilayahan sesuai dengan kewenangan, kondisi dan karakteristik daerah;

13. Keterkaitan antara RPJMN dengan dokumen perencanaan

lain tersebut dapat dilihat pada gambar berikut :


(29)

Gambar 1

Keterkaitan antara RPJMN dengan Dokumen Perencanaan lain

B. Tahap Penyusunan RPJMN

1. Penyusunan Kajian Pendahuluan (Background Study)

Kajian pendahuluan disusun pada tahun terakhir RPJMN berjalan untuk menganalisis berbagai kebijakan RPJMN berjalan dan menghasilkan rekomendasi untuk perbaikan kebijakan. Kajian pendahuluan dilakukan oleh Kedeputian Bappenas sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Hasil kajian pendahuluan menjadi salah satu masukan dalam penyusunan rancangan teknokratik RPJMN.


(30)

2. Pelaksanaan Evaluasi RPJMN 2010-2014

Evaluasi pelaksanaan RPJMN 2010-2014 dikoordinasikan oleh Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan untuk mengetahui hasil capaian kinerja pembangunan dan mengidentifikasi berbagai permasalahan yang belum terselesaikan pada periode 2010-2014 serta tindak lanjut yang direkomendasikan sebagai bahan untuk perumusan dan perbaikan kebijakan/program kegiatan RPJMN 2015-2019.

3. Penyusunan Rancangan Rencana Pembangunan Secara Teknokratik

Penyusunan rancangan teknokratik RPJMN dilakukan dengan menggunakan metode dan kerangka pikir logis untuk menganalisis kondisi obyektif dengan mempertimbangkan beberapa skenario pembangunan selama periode rencana berikutnya. Penyusunan rancangan teknokratik RPJMN dilakukan dengan mempertimbangkan RPJPN 2005-2025, hasil kajian pendahuluan, hasil evaluasi dan aspirasi masyarakat. Penjaringan aspirasi masyarakat dilakukan melalui pertemuan dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) antara lain para pakar, tokoh politik, dan tokoh masyarakat.

4. Penyiapan Rancangan Awal RPJMN

a. Rancangan Awal RPJMN mulai disiapkan pada tahun

terakhir RPJMN berjalan, dengan mengacu pada RPJPN, visi/misi dan program prioritas presiden terpilih, dan berdasarkan pada rencana teknokratik yang telah mempertimbangkan hasil evaluasi pelaksanaan RPJMN berjalan, hasil kajian


(31)

pendahuluan (background study) RPJMN serta aspirasi masyarakat;

b. Rancangan awal RPJMN memuat kebijakan umum,

strategi pembangunan, dan program prioritas

Presiden, serta kerangka ekonomi makro;

c. Program prioritas Presiden dijabarkan ke dalam isu

strategis yang bersifat lintas Kementerian/Lembaga dan kewilayahan yang dilengkapi dengan indikasi sasaran nasional;

d. Rancangan awal RPJMN disampaikan kepada Presiden

untuk disepakati dalam sidang Kabinet dan menjadi pedoman atau acuan penyusunan Rancangan Renstra K/L.

5. Penyiapan Rancangan Renstra K/L

a. Pimpinan K/L menyusun Rancangan Renstra K/L

yang diawali dengan penyusunan rancangan rencana pembangunan secara teknokratik di sektornya dengan memperhatikan hasil evaluasi dan aspirasi masyarakat;

b. Rancangan teknokratik K/L perlu disinkronkan

dengan rancangan teknokratik RPJMN;

c. Pimpinan K/L berkoordinasi dengan Pemerintah

Daerah untuk mengidentifikasikan pembagian tugas dalam pencapaian sasaran nasional di sektornya;

d. Renstra K/L memuat visi, misi, tujuan, arah kebijakan

dan strategi yang memuat program dan kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsi K/L dengan berpedoman pada Rancangan Awal RPJMN;


(32)

e. Rancangan Renstra K/L disampaikan kepada Menteri untuk ditelaah.

6. Penyusunan Rancangan RPJMN

a. Rancangan RPJMN disusun menggunakan Rancangan

Awal RPJMN dan hasil penelahaan Rancangan Renstra K/L;

b. Menteri menelaah Rancangan Renstra K/L agar :

1) Sasaran program prioritas Presiden terjabarkan

kedalam tujuan K/L dan tugas yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya; dan

2) Kebijakan K/L konsisten sebagai penjabaran dari

Rancangan Awal RPJMN.

c. Penelaahan Rancangan Renstra K/L meliputi

penelaahan terhadap konsistensi Rancangan Renstra K/L dengan Rancangan Awal RPJMN dan batasan substansi rancangan Renstra K/L.

1) Penelaahan konsistensi Rancangan Renstra K/L

meliputi konsistensi sasaran tujuan K/L dengan sasaran program prioritas Presiden, konsistensi arah kebijakan K/L dengan arah kebijakan nasional, konsistensi program/kegiatan K/L dengan program/kegiatan nasional serta konsistensi kebutuhan sumberdaya dengan kondisi ekonomi makro yang tertuang dalam rancangan awal RPJMN.

2) Penelaahan batasan substansi Rancangan Renstra

K/L dilakukan terhadap isi pokok Rancangan Renstra K/L yang meliputi visi, misi, tujuan, arah


(33)

kebijakan dan strategi sesuai dengan tugas dan fungsi K/L.

d. Hasil penelaahan Rancangan Renstra K/L digunakan

sebagai bahan penyempurnaan rancangan awal RPJMN menjadi rancangan RPJMN dan bahan penyempurnaan Rancangan Renstra K/L.

e. Rancangan RPJMN selanjutnya digunakan sebagai

bahan utama dalam Musrenbang Jangka Menengah Nasional.

7. Pelaksanaan Musrenbang Jangka Menengah Nasional

a. Musrenbang Jangka Menengah Nasional merupakan

proses perencanaan partisipatif yang mengikutsertakan unsur-unsur penyelenggara negara dan masyarakat untuk menyempurnakan Rancangan RPJMN;

b. Musrenbang Jangka Menengah Nasional

diselenggarakan paling lambat 2 bulan setelah Presiden dilantik.

c. Hasil Musrenbang Jangka Menengah Nasional

digunakan sebagai bahan penyempurnaan rancangan RPJMN menjadi Rancangan Akhir RPJMN.

8. Penyusunan Rancangan Akhir RPJMN

a. Rancangan Akhir RPJMN disusun berdasarkan hasil

Musrenbang Jangka Menengah Nasional;

b. Rancangan Akhir RPJMN dibahas dalam Sidang

Kabinet untuk penyempurnaan.


(34)

9. Penetapan RPJMN

a. Rancangan Akhir RPJMN yang telah disempurnakan

ditetapkan menjadi RPJMN dengan Peraturan Presiden;

b. Rancangan Akhir RPJMN ditetapkan paling lambat 3

(tiga) bulan setelah Presiden dilantik.

10. Penyesuaian Renstra K/L dan RPJMD dengan RPJMN

a. RPJMN yang telah ditetapkan digunakan untuk :

1) pedoman penyesuaian Renstra K/L;

2) bahan penyusunan dan perbaikan RPJMD dengan

memperhatikan tugas Pemerintah Daerah dalam mencapai sasaran nasional yang termuat dalam RPJMN.

b. Penyesuaian Renstra K/L dengan RPJMN dilakukan

melalui Bilateral Meeting Penyesuaian Renstra K/L

dengan RPJMN;

c. Bilateral Meeting Penyesuaian Renstra K/L bertujuan menjaga konsistensi dan sinergi sasaran dan arah kebijakan pembangunan yang tertuang dalam Renstra K/L dengan yang ada dalam RPJMN.

d. Penyesuaian RPJMD dengan RPJMN dilakukan

melalui Bilateral Meeting Penyesuaian RPJMD dengan

RPJMN;

e. Bilateral Meeting Penyesuaian RPJMD bertujuan menjaga konsistensi sasaran dan arah kebijakan pembangunan yang tertuang dalam RPJMN menjadi prioritas dalam RPJMD terkait serta meningkatkan koordinasi dan kesepahaman dalam rangka mencapai sasaran pembangunan nasional.


(35)

f. Alur penyusunan RPJMN dan kaitannya dalam penyusunan dokumen perencanaan adalah sebagai berikut:

Gambar 2: Alur Penyusunan RPJMN

C. Penyusunan Struktur Kebijakan 1. Penyusunan Logika Berfikir

a. Penyusunan Struktur Kebijakan (Policy Structure),

dilakukan dengan menggunakan kerangka kerja logis;

b. Penyusunan struktur kebijakan dilakukan berdasarkan

logika berfikir yang konsisten, yaitu:

1) Identifikasi permasalahan;

2) Penyusunan isu strategis;

3) Penentuan sasaran pokok yang ingin dicapai;


(36)

4) Penetapan arah kebijakan dan strategi pelaksanaan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan.

c. Penyusunan struktur kebijakan yang disusun secara

sistematis bertujuan agar perencanaan dapat

dilaksanakan dan dievaluasi.

2. Identifikasi Permasalahan dan Penyusunan Isu Strategis

a. Perumusan kebijakan pembangunan nasional dimulai

dengan identifikasi permasalahan yang dihadapi dan penyebab permasalahan yang dirumuskan berdasarkan

hasil evaluasi RPJMN periode sebelumnya, background

study RPJMN dan kondisi bangsa saat ini (baseline);

b. Permasalahan yang telah teridentifikasi menjadi dasar

bagi perumusan isu strategis;

c. Isu strategis merupakan hal-hal yang harus diperhatikan

atau diutamakan dalam perencanaan pembangunan;

d. Isu strategis disusun berdasarkan permasalahan yang

teridentifikasi, tantangan yang akan dihadapi dalam periode 5 (lima) tahun kedepan (2014-2019), masukan dari pemangku kepentingan, serta isu nasional dan isu global yang sangat mendesak untuk dipertimbangkan;

e. Karakter isu strategis adalah kondisi atau hal yang

bersifat penting, mendasar, berjangka menengah/panjang, dan bersifat sebagai pengungkit untuk mencapai sasaran nasional;

f. Penyusunan rumusan isu-isu strategis memerlukan

analisis terhadap berbagai fakta dan informasi kunci yang telah diidentifikasi untuk dipilih menjadi isu strategis.


(37)

3. Penetapan Sasaran Pokok Nasional

a. Sasaran pokok pembangunan nasional merupakan tujuan

akhir (goal) yang ingin dicapai dari Pembangunan Jangka

Menengah Nasional 2015-2019;

b. Sasaran Pokok Pembangunan Nasional ditetapkan

berdasarkan permasalahan, tantangan dan isu strategis yang telah teridentifikasi, skala prioritas RPJPN 2005-2025 serta visi, misi dan program prioritas presiden terpilih;

c. Sasaran Pokok Nasional yang telah ditetapkan menjadi

dasar bagi penentuan arah kebijakan dan strategi pembangunan.

4. Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Nasional

a. Arah kebijakan pembangunan nasional merupakan

kebijakan utama yang diambil untuk menyelesaikan

permasalahan dan isu strategis yang telah

teridentifikasi dalam rangka mencapai sasaran yang telah ditetapkan;

b. Arah kebijakan memuat strategi dan merupakan

kerangka pikir atau kerangka kerja sebagai dasar

penetapan Prioritas Nasional, Prioritas Bidang,

Program Lintas untuk mewujudkan Sasaran Pokok Nasional yang telah ditetapkan;

c. Masing-masing Prioritas Nasional, Prioritas Bidang

memiliki sasaran yang ingin dicapai pada akhir periode RPJMN 2014-2019, arah kebijakan dan strategi pembangunan;

d. Setiap rantai hasil/pencapaian digunakan berbagai

indikator untuk mengukurnya, antara lain:


(38)

1) Pencapaian Prioritas Nasional diukur dengan indikator kinerja prioritas nasional (indikator

impact/dampak);

2) Program Lintas diukur dengan menggunakan

indikator kinerja Program Lintas (indikator

outcome antara/intermediate outcome);

3) Program diukur dengan indikator kinerja program

(indikator outcome langsung/immediate outcome);

4) Pencapaian Kegiatan diukur dengan indikator

kinerja kegiatan (indikator output).

Gambar 3

Level Indikator dalam Struktur Kebijakan Indikator Kinerja Fokus Prioritas

e. Strategi Pembangunan Nasional merupakan cara yang

digunakan untuk melaksanakan arah kebijakan yang telah ditetapkan;

f. Strategi pembangunan Nasional memuat

program-program dan kegiatan yang mendukung pencapaian sasaran pembangunan nasional;

g. Alur ...

Prioritas Nasional

Program

Kegiatan Indikator Kinerja Kegiatan (Indikator Output) Indikator Kinerja Program (Indikator Outcome Langsung)

Indikator Kinerja Prioritas Nasional (Indikator Dampak)

Program Lintas Indikator Kinerja Program Lintas (Indikator Outcome Antara)

1.

2.


(39)

g. Alur perumusan struktur kebijakan (policy structure) dalam perumusan arah kebijakan pembangunan nasional RPJMN 2015-2019 adalah sebagai berikut:

Gambar 4

Alur Perumusan Arah Kebijakan Pembangunan

D. KerangkaKerja Logisdalam Penyusunan Program dan Kegiatan

1. Kerangka kerja logis merupakan kerangka pikir secara logis

yang mengaitkan berbagai tahapan atau kegiatan dan memberikan pemetaan untuk pencapaian misi suatu program/kegiatan;

2. Kerangka kerja logis menjelaskan tujuan dan sasaran dari

kebijakan ataupun program, dan aliran kontribusi

pencapaian hasil kinerja dari setiap tahap

program/kegiatan dalam pencapaian sasaran;

3. Kerangka kerja logis merupakan diagram/bagan yang

menggambarkan program/kegiatan saling terkait dan bekerja dengan baik untuk mencapai sasaran


(40)

pembangunan, antara lain capaian sasaran Prioritas Nasional;

4. Keterkaitan antara program/kegiatan dalam mendukung

pencapaian Prioritas Nasional adalah sebagai berikut:

Gambar 5

Struktur Kebijakan (Policy Structure) dan Kinerja Pembangunan RPJMN 2015-2019

5. Keterkaitan sebagaimana dimaksud pada angka 4,

menunjukkan hubungan dari kegiatan menjadi hasil dengan alur sebab akibat yang sederhana (satu arah) atau

kompleks (multi arah), sehingga kinerja suatu

program/kegiatan dapat diidentifikasi pada masing-masing level, dan kinerja tersebut dapat diukur dengan lebih baik;

6. Kerangka kerja logis ini menggambarkan hubungan antara

input-proses-output-outcome dan impact dalam pelaksanaan suatu program/kegiatan;

7. Penyusunan kerangka kerja logis dapat dilakukan melalui

langkah-langkah umum dengan menggunakan Kertas Kerja Kerangka Kerja Logis;


(41)

8. Kerangka kerja logis diawali dengan mengidentifikasi masalah yang ingin diselesaikan melalui program/kegiatan

dan merunut hingga outcome yang ingin dicapai;

9. Tahapan penerapan kerangka kerja logis adalah sebagai

berikut:

Gambar 6

Langkah Penerapan Kerangka Kerja Logis

a. Uraikan rasional dari program: Identifikasi permasalahan dan dampak yang diinginkan.

1) Identifikasi permasalahan yang dihadapi target

group/masyarakat dan penyebab permasalahan yang mendorong perlunya program;

a) permasalahan yang menyebabkan program

dibutuhkan (kondisi awal, dapat ditunjukkan dengan indikator baseline);

b) penyebab-penyebab permasalahan yang

telah diketahui;

c) pilih beberapa penyebab utama yang akan

ditangani oleh program ini sesuai dengan kemampuan.


(42)

2) Tentukan dampak yang ingin dicapai dari pelaksanaan program tersebut;

a) kembangkan pernyataan tentang dampak

yang diinginkan;

b) pernyataan dampak harus merefleksi situasi

yang hendak dicapai berkenaan dengan permasalahan yang dihadapi.

3) Contoh konversi pernyataan Permasalahan

menjadi pernyataan Dampak.

Permasalahan: Rendahnya tingkat kesehatan ibu dan anak. Hal ini ditunjukkan oleh tingginya Angka Kematian Ibu dan Bayi, rendahnya status kesehatan dan gizi pada ibu hamil/menyusui, bayi dan balita serta rendahnya tingkat keberlanjutan pelayanan kesehatan pada ibu dan anak.

Penyebab utama permasalahan yang dipilih untuk diselesaikan adalah:

a) masih terbatasnya pengetahuan dan

keterampilan tentang kesehatan ibu, bayi dan balita baik masyarakat maupun tenaga pelayanan kesehatan.

b) rendahnya penanganan masalah gizi pada

ibu hamil dan menyusui, bayi dan balita. Dampak: Meningkatnya derajat kesehatan ibu dan anak melalui peningkatan kesehatan ibu, bayi dan balita, dengan adanya peningkatan

pengetahuan dan keterampilan dikalangan

masyarakat maupun tenaga kesehatan serta


(43)

peningkatan penanganan masalah gizi pada ibu hamil/menyusui, bayi dan balita.

b. Buatlah rantai sebab-akibat dari outcome yang menghasilkan dampak yang diperlukan untuk menangani situasi (permasalahan):

1) menyusun rangkaian sebab-akibat dari

outcome/manfaat langsung dan manfaat antara yang dibutuhkan untuk menangani kondisi/masalah dan mencapai dampak yang diinginkan.

2) Outcome antara (Intermediate Outcome) merupakan rangkaian manfaat yang menuju pada dampak, dengan ketentuan:

a) Outcome antara merupakan manfaat yang

terkait dengan penyebab yang akan

ditangani.

b) Outcome antara disusun dengan mengkonversikan kendala ke dalam pernyataan manfaat yang positif.

Contoh outcome antara:

Jika rendahnya tingkat kesehatan ibu dan anak

adalah penyebabnya maka outcome/manfaat yang

diinginkan adalah peningkatan kesehatan ibu dan anak (proses yang sama seperti mengkonversi permasalahan menjadi dampak).

3) Outcome Langsung (Immediate Outcome) adalah manfaat yang merupakan efek langsung dari hasil program. Manfaat langsung berkaitan dengan apa yang harus dicapai oleh program sehingga manfaat antara dapat tercapai.


(44)

c. Uraikan apa yang dilakukan program untuk mencapai setiap manfaat.

1) Output adalah berbagai produk atau layanan

tangible yang disalurkan oleh suatu program agar berkontribusi kepada pencapaian berbagai

tahapan outcome/manfaat program.

2) Kegiatan (proses) adalah segala sesuatu yang

dilakukan program untuk mencapai outcome/manfaat. Hal ini termasuk program dan pelayanan publik, dan mendukung pelaksanaan seluruh kegiatan manajemen organisasi yang diperlukan untuk program dan pelayanan.

3) Input adalah sumber daya, baik manusia, dana

dan lainnya yang digunakan untuk menghasilkan output.

d. Uraikan kondisi yang diinginkan (kriteria sukses) dari setiap dampak, outcome, output dan input.

1) berdasarkan dampak, outcome, output, dan input

yang telah disusun maka perlu ditetapkankriteria

keberhasilan yang diinginkan, misalnya terkait kuantitas, kualitas, standar yang digunakan, timeliness, dan sebagainya.

2) Untuk mengidentifikasi kriteria keberhasilan,

dapat dilakukan beberapa hal berikut :

a) mendefinisikan terminologi dari outcome,

proses, output dalam suatu pernyataan;

b) menentukan what, with whom, when, where,

how, why? dari masing-masing tahapan/proses;


(45)

c) melakukan konsultasi dengan para stakeholder (siapa saja stakeholder dan apa

yang merupakan concern mereka).

e. Identifikasi indikator-indikator kinerja yang relevan untuk setiap kriteria sukses.

1) Berdasarkan kriteria sukses sebagaimana

dimaksud pada huruf d, disusun indikator kinerja yang tepat, yang relevan dengan kriteria sukses

tersebut, baik untuk level dampak, outcome,

output maupun input;

2) Indikator yang digunakan harus dapat diukur

dan dipertanggungjawabkan;

3) Setiap indikator, baik ukuran kuantitatif maupun

kualitatif, sudah tersedia informasi tentang jenis data-data yang akan digali, sumber data, dan cara mendapatkan data tersebut;

4) Indikator yang tepat harus memenuhi kriteria

Specific, Measurable, Achievable, Relevant, dan Time-Bound (SMART).

D.1 Kriteria Indikator Kinerja

1. Indikator kinerja merupakan variabel kuantitatif atau

kualitatif untuk mengukur pencapaian kemajuan atau perubahan yang terjadi akibat dari suatu intervensi yang dilakukan, dan digunakan untuk mengukur atau menilai pencapaian kinerja (kualitas kerja) suatu organisasi atau agen pembangunan;

2. Penetapan indikator kinerja penting untuk mendukung

pelaksanaan rencana, pengukuran kinerja dan kepastian akuntabilitasnya;


(46)

3. Dokumen perencanaan yang akuntabel mempunyai sasaran dan indikator kinerja yang relevan dan tepat, konsistensi dan koherensi serta ketepatan penetapan indikator capaian kinerja sesuai hierarkinya, dimulai dari

dampak, outcome, output, dan input;

4. Dalam menyusun indikator kinerja perlu untuk

mempertimbangkan kriteria indikator kinerja SMART sebagai berikut:

a. Specific/Spesifik (S)

Terdefinisikan dengan jelas dan fokus sehingga tidak menimbulkan multitafsir. Hanya mengukur unsur

indikator (output, outcome, atau dampak) yang

memang ditujukan untuk mengukur dan tidak ada unsur-unsur lain dalam indikator tersebut.

b. Measurable/Terukur (M)

Dapat diukur dengan skala penilaian tertentu (kuantitas atau kualitas). Untuk jenis data dalam

bentuk kualitas dapat dikuantitatifkan dengan

persentase atau nominal. Terukur juga berarti dapat

dibandingkan dengan data lain dan jelas

mendefinisikan pengukuran, artinya data yang dikumpulkan oleh orang yang berbeda pada waktu yang berbeda adalah konsisten.

c. Attributable/Achievable/Accountable/Attainable (A)

Dapat dicapai dengan biaya yang masuk akal dan dengan metode yang sesuai, serta berada di dalam rentang kendali/akuntabilitas dan kemampuan unit kerja dalam mencapai target kinerja yang ditetapkan. Kredibel dalam kondisi yang diharapkan. Indikator dapat diperoleh dengan program atau kegiatan itu sendiri ...


(47)

sendiri dan tidak bergantung pada data eksternal. Indikator harus diterapkan dan dicapai oleh sumber daya internal program atau kegiatan. Indikator juga harus sudah disepakati dalam pengertian umum.

d. Result-Oriented/Relevant (R)

Terkait secara logis dengan program/kegiatan yang diukur, tupoksi serta realisasi tujuan dan sasaran strategis organisasi.

e. Time-Bound (T)

Memperhitungkan rentang waktu pencapaian, untuk analisa perbandingan kinerja dengan masa-masa sebelumnya. Dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu.

D.2 PendekatanPenentuan Indikator Outcome

1. Penetapan Indikator Outcome dari Perubahan Atas Pelaksanaan Berbagai Kegiatan (Penyusunan Indikator Outcome Berdasarkan Kerangka Kerja Logis)

a. Capaian indikator outcome menandakan capaian

perubahan yang diharapkan sebagai hasil dari pelaksanaan berbagai kegiatan.

b. Indikator outcome merupakan tolak ukur sejauh

mana tujuan program telah dicapai.

c. Indikator outcome dapat ditetapkan dengan

mengukur resultan berbagai indikator outcome

langsung dari berbagai kegiatan.


(48)

Gambar 8

Contoh Indikator Outcome dari Pelaksanaan Berbagai Kegiatan

Gambar 7

Indikator Outcome dari Pelaksanaan Berbagai Kegiatan

DAMPAK

Peningkatan Kualitas Hidup, kesejahteraan dan independensi

Mortalitas, Morbiditas, Disabilitas

INDIKATOR

OUTCOME ANTARA Pola hidup sehat

Pelayanan kesehatan yang

efektif

Lingkungan yang sehat

INDIKATOR

OUTCOME

LANGSUNG

Kesadaran akan pentingnya

kesehatan

Pengaruh dan kegiatan sosial

Penerapan kebijakan dan

organisasi kesehatan

KEGIATAN Edukasi kesehatan bagi masyarakat

Penyediaan fasilitas kesehatan bagi

masyarakat

Advokasi kesehatan oleh

pemerintah


(49)

2. Indikator Outcome dari Data Primer atau Data Sekunder

a. Indikator outcome dapat ditetapkan dengan

menggunakan data primer atau data sekunder berupa nilai/besaran/indeks yang diperoleh melalui penelitian/survey.

b. Penelitian atau survey dapat dilakukan oleh

lembaga tertentu (antara lain Kementerian/ Lembaga, Organisasi Independen, Badan Internasional, dll).

c. Beberapa contoh indikator outcome hasil

penelitiam atau survey antara lain Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI), dan Angka Partisipasi Kasar (APK).

d. Berbagai lembaga Internasional memiliki

referensi terkait indikator yang dapat digunakan, antara lain: (1) Laporan-laporan pencapaian

MDGs, (2) UNDPs Human Development Index,

target Pembangunan Manusia Berkelanjutan (Sustainable Human Development Goals), (3) the World Bank Report, misalnya: Handbook

Pembangunan Pedesaan, dan (4) IMF, Financial

Soundness Indicators.


(50)

3. Menetapkan Indikator Outcome dari Output Terpenting

a. Penggunaan indikator outcome dengan

menggunakan indikator terpenting hanya

dilakukan jika indikator outcome tidak dapat

Gambar 9

Indikator Outcome dalam Bentuk Data Primer/Data Sekunder

Gambar 10

Contoh Indikator Outcome dalam Bentuk Data Sekunder

ditentukan ...

Indikator Outcome merupakan Pemanfaatan Hasil Survey

OUTCOME

Output 1 Indikator

output 1

Output2

Indikator

output 2

Output3

Indikator

output 3

Indikator Outcome merupakan

Composite Index dari Indikator Output Indeks Gabungan (Composite Indexes) diperoleh

dengan membobot output OUTCOME Indikator : (I = ƩPt/ƩPt-1 x 100)

Output 1

Indikator output 1 : (Pta)

Output 2 Indikator output 2 : (Ptb)

Output 3 Indikator output 3: (Ptc)


(51)

Gambar 11

Indikator Outcome merupakan Beberapa Indikator Output Terpenting

ditentukan dengan menggunakan 2 (dua) pendekatan sebelumnya ataupun pendekatan lainnya.

b. Indikator outcome ditetapkan dengan

menggunakan beberapa indikator output yang

dianggap penting dari berbagai kegiatan.

c. Indikator output yang dianggap penting tersebut

adalah indikator yang memberikan kontribusi

terbesar terhadap pencapaian indikator outcome.


(52)

BAB III

SUBSTANSI DAN STRUKTUR RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL 2015-2019

A. RPJPN 2005-2025

1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)

2005-2025 bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang terlindungi, sejahtera, cerdas dan berkeadilan.

2. Dalam rangka mencapai visi tersebut maka dilakukan

upaya-upaya ideal melalui 8 (delapan) misi pembangunan, yaitu: (1) Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya dan beradab, (2) Mewujudkan bangsa yang berdaya saing, (3) Mewujudkan

masyarakat demokratis berlandaskan hukum, (4)

Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu, (5) Mewujudkan pemerataan pembangunan dan keadilan, (6) Mewujudkan Indonesia asri dan lestari, (7) Mewujudkan Indonesia menjadi Negara Kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional, dan (8) Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia internasional.

3. Pencapaian sasaran pokok RPJPN 2005-2025 pada

masing-masing misi pembangunan tersebut, dilakukan melalui tahapan dan skala prioritas pembangunan jangka menengah.

4. Misi pembangunan sebagaimana dimaksud pada angka 3,

di dalam setiap tahap rencana pembangunan jangka menengah dijabarkan arah pembangunan dan sasaran pokok 5 (lima) tahunannya.


(53)

5. Tahapan pembangunan dalam RPJPN adalah sebagai berikut:

6. Sesuai dengan RPJPN 2005-2025 prioritas pembangunan

RPJMN 2015-2019 adalah pemantapan pembangunan

secara menyeluruh dengan penekanan pada pembangunan keunggulan kompetitif perekonomian berbasis:

a. Keunggulan Sumber Daya Alam.

b. Kualitas Sumber Daya Manusia.

c. Kemampuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

7. Keunggulan SDA, SDM yang berkualitas dan penguasaan

Iptek akan dapat meningkatkan daya saing ekonomi nasional menuju pembangunan berkelanjutan, inklusif dan berkeadilan sehingga tercapai tujuan akhir nasional, yaitu peningkatan kesejahteraan rakyat.

RPJMN 1 (2005-2009)

Menata kembali NKRI, membangun Indonesia yang aman dan damai, adil dan demokratis, dengan tingkat kesejahteraan yang lebih baik.

RPJMN 2 (2010-2014)

Memantapkan penataan kembali NKRI, meningkatkan kualitas SDM, membangun kemampuan Iptek, memperkuat daya saing perekonomian.

RPJMN 3 (2015-2019)

Memantapkan pembangunan secara menyeluruh dengan menekankan pembangunan keunggulan kompetitif perekonomian yang berbasis SDA yang tersedia, SDM yang berkualitas, serta kemampuan Iptek.

RPJMN 4 (2020-2025)

Mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif.


(54)

8. Pencapaian tujuan tersebut dilakukan melalui strategi pembangunan dari 9 (sembilan) Bidang Pembangunan RPJPN 2005-2025 yaitu: (1) Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama, (2) Ekonomi, (3) Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, (4) Politik, (5) Pertahanan dan Kemanan, (6) Hukum dan Aparatur, (7) Pembangunan Wilayah dan Tata Ruang, (8) Penyediaan Sarana dan Prasarana, dan (9) Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup.

9. Kerangka pembangunan berkelanjutan dalam RPJMN

2015-2019 digambarkan sebagai berikut :

Gambar 12

Kerangka Penyusunan RPJMN 2015-2019: Pembangunan Berkelanjutan, Inklusif dan Berkeadilan

B. Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan

1. Arah kebijakan merupakan kebijakan utama yang diambil untuk menyelesaikan permasalahan dan isu strategis dalam rangka mencapai sasaran pembangunan, yaitu


(55)

perubahan kondisi yang ingin dicapai pada 5 (lima) tahun ke depan.

2. Arah kebijakan memuat strategi sebagai dasar penetapan

Prioritas pembangunan nasional.

3. Strategi pembangunan merupakan cara yang digunakan untuk melaksanakan arah kebijakan yang telah ditetapkan. Strategi pembangunan dilaksanakan melalui pelaksanaan program dan kegiatan pada masing-masing Prioritas Nasional/Bidang Pembangunan.

4. Prioritas Nasional adalah penjabaran visi, misi, dan program prioritas Presiden dan Wakil Presiden terpilih untuk periode 2015-2019 yang telah dicanangkan semenjak masa kampanyenya, dan mempertimbangkan hal-hal penting lainnya.

5. Keberhasilan capaian Prioritas Nasional diukur

menggunakan indikator dampak/impact.

6. Keberhasilan pencapaian Prioritas Nasional tidak hanya

ditentukan oleh kinerja pemerintah tapi juga pelaku pembangunan lainnya, seperti pihak swasta dan masyarakat.

7. Penentuan Prioritas Nasional dilakukan berdasarkan

pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

a. Prioritas dalam konteks sasaran RPJPN 2005-2025

tahap ke-3 yaitu RPJMN periode 2015-2019 dan Prioritas terkait dengan kondisi saat ini.

b. Visi, Misi, dan Program Prioritas Presiden Terpilih,

yang merupakan agenda pembangunan nasional utama yang perlu mendapatkan dukungan dan menjadi prioritas keberhasilan pemerintahan dalam 5 tahun ke depan.


(56)

c. Kebijakan prioritas pembangunan pada tahap RPJMN 2010-2014 yang belum tuntas penyelesaiannya serta perlu untuk diteruskan dalam periode selanjutnya.

8. Prioritas Nasional dapat dijabarkan ke dalam Program

Lintas yang bersifat lintas program, lintas K/L, lintas bidang atau lintas wilayah.

9. Program Lintas terdiri dari beberapa kegiatan prioritas K/L atau lintas K/L yang dikelompokkan berdasarkan karakteristik tertentu dalam rangka mendukung pencapaian sasaran Prioritas Nasional.

10. Program lintas ditetapkan oleh Bappenas dan memiliki

sasaran, target dan indikator kinerja.

11. Untuk program yang bersifat lintas K/L maka perencanaan

dan pelaksanaannya membutuhkan koordinasi antar K/L. Koordinator program lintas ditentukan oleh Bappenas berdasarkan pertimbangan: (a) K/L yang dominan kegiatannya; (b) Kementerian Koordinator, atau (c) Bappenas.

12. Prioritas Bidang merupakan kebijakan yang diambil untuk mencapai sasaran bidang pembangunan melalui pelaksanaan program dan kegiatan prioritas yang dikelompokkan kedalam beberapa Program Lintas.

C. Pengarusutamaan Pembangunan

1. Pengarusutamaan pembangunan (mainstreaming) adalah

isu utama yang membutuhkan perhatian khusus yang melibatkan program/kegiatan Lintas Bidang dan atau lintas K/L.

2. Pengarusutamaan pembangunan dimaksudkan untuk

mensinergikan suatu isu ke dalam proses pembangunan di setiap Bidang dan atau program/kegiatan.


(57)

3. Pengarusutamaan terintegrasi ke dalam program/kegiatan Lintas Bidang dan atau K/L dalam bentuk indikator outcome/output untuk isu pengarusutamaan tertentu.

4. Pengarusutamaan menjadi landasan operasional

pembangunan di tingkat pusat dan daerah.

5. Penerapan pengarusutamaan akan menghasilkan

kebijakan publik yang lebih efektif untuk mewujudkan pembangunan yang lebih adil dan merata.

6. Untuk memastikan pelaksanaan pengarusutamaan di

Bidang dan atau program/kegiatan pembangunan, perlu ditunjuk koordinator untuk masing-masing isu pengarusutamaan.

7. Koordinator bersama dengan Kementerian/Lembaga

pelaksana terkait menyepakati sasaran utama

pengarusutamaan dan rencana tindak yang akan

dilakukan serta indikator capaian outcomes

program/output kegiatan.

8. Masing-masing Kementerian/Lembaga pelaksana

berkewajiban untuk melaporkan capaian pengarusutamaannya yang telah dilaksanakan secara berkala kepada Koordinator Pengarusutamaan.

D. Kerangka Ekonomi Makro

1. Rumusan strategi pembangunan nasional yang mencakup

ekonomi makro untuk menjadi bahan dalam perumusan arah kebijakan pembangunan nasional jangka menengah.

2. Kerangka ekonomi makro memuat gambaran umum

perekonomian secara menyeluruh, termasuk arah kebijakan fiskal untuk periode jangka menengah 2015-2019.


(58)

E. Kaidah Pelaksanaan

1. Kerangka Pendanaan, memuat sumber-sumber pendanaan yang bisa digunakan dalam pembangunan, tata cara optimalisasi penggunaan sumber dana dan peningkatan kualitas belanja.

2. Kerangka Regulasi adalah perencanaan pembentukan regulasi dalam rangka memfasilitasi, mendorong maupun mengatur perilaku masyarakat, termasuk swasta dan penyelenggara negara dalam rangka mewujudkan tujuan bernegara. Perencanaan kerangka regulasi sejak awal perencanaan dimaksudkan untuk :

a. mengarahkan proses perencanaan pembentukan

peraturan perundang-undangan agar sesuai dengan kebutuhan pembangunan;

b. meningkatkan kualitas peraturan

perundang-undangan dalam rangka mendukung pencapaian prioritas pembangunan; dan

c. meningkatkan efisiensi pengalokasian anggaran untuk

keperluan pembentukan peraturan perundang-undangan.

d. Ketentuan lebih lanjut mengenai kerangka regulasi

dapat dilihat dalam Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Kerangka Regulasi.

3. Kerangka Kelembagaan menjadi upaya untuk melakukan penataan kelembagaan agar pemerintah memiliki fungsi dan kewenangan yang tepat, aturan main dan hubungan kerja inter dan antar lembaga yang sinergis, serta didukung oleh kualitas aparatur sipil negara yang profesional dan berintegritas. Dengan demikian kelembagaan pemerintah akan sejalan dengan visi pembangunan nasional dan dapat


(59)

melaksanakan kebijakan/rencana pembangunan dengan efektif dan efisien.

Ketentuan lebih lanjut tentang penyusunan kerangka kelembagaan dalam RPJMN menjadi anak lampiran dan bagian yang tidak terpisahkan dari Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan RPJMN 2015-2019.

4. Kerangka Evaluasi memberikan gambaran tata cara evaluasi kinerja pembangunan secara menyeluruh dalam rangka mengetahui dan menilai dengan pasti pencapaian rencana pembangunan, kemajuan dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan rencana pembangunan serta tindak lanjut yang diperlukan dalam rangka perbaikan rencana pembangunan dimasa yang akan datang.

F. Buku RPJMN 2015-2019

Buku RPJMN 2015-2019 terdiri dari tiga (3) buku yang saling terkait.

1. Buku I RPJMN memuat Prioritas Nasional, Program Lintas, dan program/kegiatan Prioritas Nasional. Buku I

mencerminkan Platform Presiden sehingga Prioritas

Nasional dapat bersifat lintas bidang dan atau sama dengan Prioritas Bidang. Namun pada saat penyusunan rancangan teknokratik RPJMN, karena Prioritas Nasional belum ditentukan maka Prioritas pembangunan pada Buku I dipilih dari isu-isu strategis utama 9 (sembilan) Bidang Pembangunan.

2. Buku IIRPJMN memuat Prioritas Bidang, Program Lintas, dan program/kegiatan Prioritas Bidang. Satu bidang dapat berkontribusi terhadap lebih dari satu Prioritas Nasional.


(60)

3. Buku III RPJMN berisi rencana pengembangan wilayah pulau, dan sinergi pembangunan pusat-daerah dan antar daerah. Buku III merumuskan rencana pembangunan Bidang/K-L untuk mendukung arah pengembangan pulau dengan basis wilayah Provinsi, sehingga secara komprehensif dapat terlihat program-program yang akan dilaksanakan oleh Nasional di masing-masing Provinsi.

G. OUTLINE BUKU RPJMN 2015-2019

1. OUTLINE BUKU I : PRIORITAS PEMBANGUNAN NASIONAL

BAB I : PENDAHULUAN

Merupakan gambaran mengenai RPJMN 2015-2019 yang terkait dengan RPJPN 2005-2025 dan visi, misi dan program Presiden terpilih. Pendahuluan juga menjelaskan tentang tujuan RPJMN, dan deskripsi Buku I, Buku II, dan Buku III yang merupakan

satu kesatuan dalam RPJMN 2015-2019.

BAB II : RPJPN 2005-2025

1.1 Visi dan Misi RPJPN 2005-2025

Berisi uraian mengenai visi dan misi RPJPN 2005-2025 dan strategi pencapaian visi dan misi tersebut melalui skala prioritas utama dalam pentahapan RPJMN.

1.2 Arah Pembangunan Jangka Menengah ke-3 (2015-2019) Berisi arah kebijakan pembangunan pada RPJMN tahap

ke-3 (2015-2019).

BAB III : KONDISI UMUM

Menjelaskan tentang pencapaian pembangunan periode 2010-2014 dan permasalahan utama yang terindentifikasi dan harus


(61)

diselesaikan selama periode 2015-2019. Bab ini juga antara lain menjelaskan tentang tantangan utama yang akan dihadapi 5 tahun kedepan dan lingkungan strategis yang berisi isu nasional dan isu global yang perlu dipertimbangkan dalam rangka mencapai sasaran pokok pembangunan.

BAB IV : KERANGKA EKONOMI MAKRO

Memberi penjelasan tentang gambaran umum ekonomi secara menyeluruh termasuk gambaran ekonomi makro pada RPJMN periode sebelumnya, proyeksi ekonomi, keuangan negara dan arah kebijakan fiskal pada RPJMN 2015-2019.

4.1 Kondisi Ekonomi 2014

Merupakan gambaran kondisi ekonomi makro pada tahun 2014.

4.2 Prospek Ekonomi 2015-2019

Merupakan gambaran proyeksi ekonomi Indonesia tahun 2015-2019. Bagian ini membahas hal-hal yang akan menjadi prospek dan hal-hal yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2015-2019.

4.3 KeuanganNegara dan Kebijakan Fiskal

Menjelaskan tentang arah kebijakan fiskal dan perkiraan pendapatan dan belanja negara.

BAB V : SASARAN, ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL

Berisi sasaran pokok/utama pembangunan nasional selama 5 tahun ke depan, disertai dengan arah kebijakan pembangunan

pada RPJMN tahap ke-3 (2015-2019)danstrategi pembangunan

secara umum dengan penekanan pada Pembangunan Berkelanjutan, Inklusif dan Berkeadilan.

5.1 Visi Indonesia

5.2 Misi Pembangunan Nasional


(62)

5.3 Sasaran Pokok Pembangunan Nasional 5.4 Prioritas Nasional

Prioritas Nasional berisi Prioritas Nasional untuk periode 2015-2019. Prioritas Nasional tersebut merupakan perumusan dan penjabaran yang lebih operasional dari Visi dan Misi pembangunan nasional 2015-2019 sehingga lebih mudah untuk diimplementasikan dan diukur tingkat keberhasilannya.

5.4.1. Prioritas Nasional 1 : ...

5.4.1.1.Sasaran (Impact)

5.4.1.2.Arah Kebijakan dan Strategi

Pembangunan

5.4.2. Prioritas Nasional 2 : ... 5.4.3. Prioritas Nasional 3 : ... dst.

BAB VI : KEGIATAN STRATEGIS NASIONAL

Kegiatan strategis nasional merupakan kegiatan-kegiatan Kementerian/Lembaga yang dipilih untuk menjadi kegiatan prioritas berdasarkan platform Presiden dan pertimbangan penting lainnya, antara lain :

1. Kegiatan yang paling utama atau penting.

2. Kegiatan dengan anggaran besar.

3. Kegiatan yang memiliki dampak yang besar.

4. Kegiatan lintas bidang dan atau lintas wilayah.

5. Kegiatan yang merupakan Direktif Presiden.

Kegiatan strategis nasional ini dikelompokkan berdasarkan Prioritas Nasional dan dituangkan dalam bentuk matrik sebagai berikut :


(63)

Gambar 13

Daftar Kegiatan Strategis Nasional dalam RPJMN 2015-2019 No Kegiatan

Strategis Nasional

Sasaran Output

Indikator Target Pagu Anggaran

Program K/L Terkait

Lokasi

PRIORITAS NASIONAL 1 : ...

PRIORITAS NASIONAL 2 : ...

Masing-masing kegiatan strategis tersebut perlu didetailkan ke dalam infomasi kegiatan, yang memuat informasi tentang nama kegiatan/program, waktu pelaksanaan, lokasi, K/L penanggung jawab, instansi terkait dan informasi penting lainnya, sebagai berikut :


(64)

Gambar 14

Informasi Detail Kegiatan Strategis Nasional

BAB VII : KAIDAH PELAKSANAAN 7.1 Kerangka Pendanaan

Kerangka pendanaan memuat kebijakan pendanaan secara umum, sumber-sumber pendanaan yang bisa digunakan dalam pembangunan, tata cara optimalisasi penggunaan sumber dana dan peningkatan kualitas belanja termasuk didalamnya kebijakan transfer ke daerah.

1. Kegiatan : 2. Program : 3. Waktu Pelaksanaan : 4. Lokasi : 5. K/L Penanggungjawab : 6. Instansi Terkait : 7. Latar Belakang (Permasalahan)

____________________________________________________________ ____________________________________________________________ ____________________________________________________________ ____________________________________________________________ 8. Ruang Lingkup Kegiatan

____________________________________________________________ ____________________________________________________________ ____________________________________________________________ ____________________________________________________________ 9. Output dan Outcome

a. Output : b. Outcome : 10. Regulasi Terkait

____________________________________________________________ ____________________________________________________________ 11. Pendanaan

RUPIAH MURNI PHLN

TOTAL :


(65)

7.2 Kerangka Regulasi

Berisi tentang prinsip-prinsip/koridor kerangka regulasi dan cara penerapannya pada masing-masing bidang pembangunan. Pada prinsipnya bagian ini menjelaskan mengenai substansi kerangka regulasi dan tata cara untuk merumuskannya.

7.3 Kerangka Kelembagaan

Berisi tentang prinsip-prinsip/koridor tentang tatanan

kelembagaan yang efektif dan efisien dalam rangka melaksanakan pembangunan.

7.4 Kerangka Evaluasi

Berisi tentang prinsip-prinsip/koridor kerangka evaluasi dan tata cara penerapan evaluasi kinerja pembangunan.

BAB VIII : PENUTUP

Lampiran : Matriks Prioritas Nasional


(66)

2. OUTLINE BUKU II : PRIORITAS PEMBANGUNAN BIDANG

BAB I : PENGARUSUTAMAAN DAN PEMBANGUNAN LINTAS BIDANG

1.1 Arah Kebijakan dan Strategi Pengarusutamaan

Menjelaskan arah kebijakan dan strategi pembangunan yang bersifat pengarusutamaan. Pengarusutamaan dilakukan dengan cara yang terstruktur dengan kriteria sebagai berikut: (1) pengarusutamaan bukanlah merupakan upaya yang terpisah dari kegiatan pembangunan sektoral; (2) pengarusutamaan tidak mengimplikasikan adanya tambahan pendanaan (investasi) yang signifikan; dan (3) pengarusutamaan dilakukan pada semua sektor terkait namun diprioritaskan pada sektor penting yang terkait langsung dengan isu-isu pengarusutamaan.

1.1.1 Pengarusutamaan 1

1.1.1.1 Permasalahan dan Isu Strategis

Menggambarkan

permasalahan-permasalahan yang dihadapi saat ini dan perkiraan masalah yang akan dihadapi dalam jangka waktu 5 (lima) tahun ke depan serta menjelaskan isu strategis pengarusutamaan.

1.1.1.2 Sasaran (impact)

Memuat sasaran utama pembangunan pengarusutamaan yang ingin dicapai dalam rangka mencapai tujuan utama pada 5 (lima) tahun ke depan.

1.1.1.3 Arah Kebijakan dan Strategi


(67)

Arah Kebijakan menjelaskan tentang kebijakan umum yang diambil oleh pemerintah untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi dan sasaran yang ingin dicapai. Arah kebijakan memuat strategi pembangunan yang berisi

program-program atau kegiatan-kegiatan pembangunan yang dilaksanakan dalam rangka mencapai sasaran pembangunan.

1.1.2 Pengarusutamaan 2 dst.

1.2 Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Lintas Bidang

Memuat penjelasan tentang isu-isu lintas bidang, yang mencakup juga arah kebijakan dan strategi pembangunan lintas bidang. Masing-masing isu lintas bidang perlu

ditunjuk koordinatornya. Koordinator Lintas Bidang

bersama dengan Kementerian/Lembaga pelaksana terkait menyepakati sasaran utama lintas bidang dan rencana tindak yang akan dilakukan serta indikator capaian outcome program. Masing-masing Kementerian/Lembaga pelaksana berkewajiban untuk melaporkan capaian program yang telah dilaksanakan secara berkala kepada Koordinator.

Arah kebijakan dan strategi pembangunan lintas bidang, memuat hal-hal sebagai berikut :

1.2.1. Lintas Bidang 1

1.2.1.1. Permasalahan dan Isu Strategis

1.2.1.2. Sasaran (Impact)


(68)

1.2.1.3.Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan

1.2.1.4.Kerangka Pendanaan

1.2.1.5.Kerangka Regulasi dan Kerangka

Kelembagaan

1.2.2. Lintas Bidang 2

dst.

BAB II : BIDANG SOSIAL BUDAYA DAN KEHIDUPAN BERAGAMA

2.1 Permasalahan dan Isu strategis

2.2 Sasaran Bidang (Impact)

2.3 Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Bidang

2.4 Kerangka Pendanaan

2.5 Kerangka Regulasi dan Kerangka Kelembagaan

BAB III : BIDANG EKONOMI

BAB IV : BIDANG ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI BAB V : BIDANG POLITIK

BAB VI : BIDANG PERTAHANAN DAN KEMANAN BAB VII : BIDANG HUKUM DAN APARATUR

BAB VIII : BIDANG PEMBANGUNAN WILAYAH DAN TATA RUANG

BAB IX : BIDANG PENYEDIAAN SARANA DAN PRASARANA, BAB X : BIDANG PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN

LINGKUNGAN HIDUP

Setiap Bidang Pembangunan harus dibuatkan kerangka pikir logis yang menggambarkan alur logika mulai dari program lintas, prioritas bidang, dampak dan goal (tujuan akhir) yang diharapkan dengan gambar sebagai berikut :


(69)

Lampiran Buku II:

1.Matrik Lintas Bidang

2.Matrik Prioritas Bidang

3.Matrik Pembangunan Jangka Menengah Per

Kementerian/Lembaga

Gambar Kerangka Pikir Pembangunan Bidang


(70)

(71)

2. OUTLINE BUKU III : PENGEMBANGAN WILAYAH

BAB I : ARAH KEBIJAKAN NASIONAL PENGEMBANGAN WILAYAH TAHUN 2015-2019

1.1 Pendahuluan

1.2 Sasaran Pokok Pengembangan Wilayah

1.3 Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah

1.3.1. Arah Kebijakan dan Strategi Tata Ruang Wilayah

Nasional (Darat, Laut dan Pesisir)

1.3.2. Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan

Otonomi Daerah

1.3.3. Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan

Kawasan Strategis

1.3.4. Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah

Perkotaan

1.3.5. Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah

Perdesaan

1.3.6. Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan

Kawasan Perbatasan dan Daerah Tertinggal


(72)

1.3.7. Arah Kebijakan dan Strategi Pemerataan Pelayanan Dasar

1.4 Sinergi Pusat-Daerah dan Kerjasama Antardaerah

1.5 Kerangka Pendanaan

1.6 Kerangka Regulasi

1.7 Kerangka Kelembagaan

BAB II : PENGEMBANGAN WILAYAH PAPUA

2.1 Kondisi Umum

2.2 Sasaran Pengembangan Wilayah Papua

2.3 Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah Papua

2.3.1 Arah Kebijakan Pengembangan Wilayah Papua

2.3.1.1 Arah Kebijakan Pengembangan Tata Ruang

Wilayah (Darat, Laut dan Pesisir)

2.3.1.2 Arah Kebijakan Pengembangan Otonomi

Daerah

2.3.1.3 Arah Kebijakan Pengembangan Kawasan Strategis

2.3.1.4 Arah Kebijakan Pengembangan Wilayah

Perkotaan

2.3.1.5 Arah Kebijakan Pengembangan Wilayah

Perdesaan

2.3.1.6 Arah Kebijakan Pengembangan Kawasan

Perbatasan dan Daerah Tertinggal

2.3.2 Arah Kebijakan dan Strategi Pemenuhan Pelayanan

Dasar Wilayah Papua

2.3.3 Prioritas Program Pembangunan Wilayah Papua

2.4 Kerangka Regulasi

2.5 Kerangka Kelembagaan

BAB III ...


(73)

BAB III : PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU

BAB IV : PENGEMBANGAN WILAYAH NUSA TENGGARA BAB V : PENGEMBANGAN WILAYAH SULAWESI

BAB VI : PENGEMBANGAN WILAYAH KALIMANTAN BAB VII : PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA-BALI BAB VIII : PENGEMBANGAN WILAYAH SUMATERA

Lampiran Buku III :

Matriks Sinkronisasi Pusat dan Daerah dalam Pencapaian Prioritas Nasional (Matrik dibuat Per-Prioritas Nasional)


(74)

BAB IV PENUTUP

RPJMN merupakan acuan bagi seluruh komponen bangsa dalam melaksanakan pembangunan dan mencapai visi dan misi Indonesia. Oleh karena itu RPJMN harus disusun dengan baik, mengikuti alur berfikir logis sehingga menunjukkan keterkaitan yang jelas antar level kebijakan pembangunan dan keterkaitan antara program/kegiatan dengan sasaran yang ingin dicapai.

Melalui panduan ini, diharapkan dapat menjaga keterkaitan dan konsistensi antara sasaran, arah kebijakan dan strategi pembangunan yang ada dalam dokumen Renstra K/L dan RPJMD dengan yang ada dalam RPJMN 2015-2019.

Dengan diterbitkannya panduan ini, Kementerian PPN/Bappenas berharap agar Tata Cara Penyusunan RPJMN 2014-2015 dapat berjalan secara efektif, efisien dan akuntabel sesuai arah sebagaimana tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Dengan demikian RPJMN 2015-2019 tersusun dengan baik, mudah dilaksanakan dan mudah dievaluasi.

SEKRETARIS KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ SEKRETARIS UTAMA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL,

SLAMET SENO ADJI

WORKSHEET

Pernyataan / Impacts

  


(1)

-7-

4 PENILAIAN SECARA UMUM

5 DIREKTORAT SEKTOR

KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS


(2)

-8-

ANAK LAMPIRAN IV

PETUNJUK PELAKSANAAN

NOMOR 2/JUKLAK/SESMEN/03/2014 TANGGAL 25 MARET 2014

TAHAPAN DAN LANGKAH ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT (COST AND BENEFIT ANALYSIS (CBA)) DALAM RANGKA SINERGITAS KERANGKA KEBIJAKAN DENGAN KERANGKA REGULASI

TAHAP LANGKAH KETERANGAN

I. Identifikasi siapa saja yang terkena dampak dan pengaruh dari isu strategis

Pihak yang terkena dampak dapat terdiri dari:

1. Pemerintah,

2. Sektor privat/swasta/bisnis

3. Organisasi-organisasi masyarakat sipil 4. Kelompok-kelompok dan

golongan-golongan di dalam masyarakat (pemuda, perempuan, anak, orang tua, suku, dan lain sebagainya)

Semakin banyak pihak yang bisa teridentifikasi maka akan semakin analisis akan semakin kaya.

II. Identifikasi biaya dan manfaat apa yang akan diperoleh oleh masing-masing pihak terkait

a. Apakah ada biaya yang harus dikeluarkan? Berapa?

b. Apakah ada kesempatan mendapatkan keuntungan yang hilang?

c. Apakah ada dampak menurutnya kesehatan?

d. Apakah ada dampak kehilangan mata

Urut-urutan ini berlaku sebagai daftar periksa (scorecard) sebagai alat bantu identifikasi awal mengenai biaya-dan manfaat suatu kebijakan.


(3)

3. 4.

Apakah ada dampak kehilangan mata

-9-

TAHAP LANGKAH KETERANGAN

pencaharian

e. Apakah ada dampak terhadap keselamatan jiwa?

f. Apakah ada dampak terhadap kehilangan lingkungan tempat tinggal yang baik?

g. Apakah ada dampak terhadap kesempatan mendapatkan pendidikan yang baik?

h. Apakah ada dampak terhadap kebebasan berkumpul?

i. Apakah ada dampak terhadap kebebasan beragama?

j. Apakah ada dampak terhadap diskiriminasi?

k. Apakah ada dampak terhadap persaingan usaha dan kemudahan perijinan?

l. Apakah ada potensi korupsi?

III. Kuantifikasi atas dampak kebijakan

Pada langkah ketiga ini pembuat kebijakan diminta untuk melakukan kuantifikasi atas tiap dampak dari kebijakan. Tidak seluruh dampak mudah dikuantifikasi, namun dianjurkan untuk memonetasinya seoptimal mungkin

Setiap pengeluaran yang mampu dinilai secara ekonomis oleh masing-masing aktor harus bisa diidentifikasi secara riil, dengan menggunakan asumsi dasar yang paling umum. Sementara untuk aktivitas yang belum bisa diidentifikasi nilai ekonomisnya maka alternatif yang diusulkan adalah dengan menghitung


(4)

-10-

TAHAP LANGKAH KETERANGAN

potensi manfaat yang hilang apabila kebijakan tersebut tidak diambil.

IV. Valuasi terbatas

Pada langkah ini pembuat kebijakan bisa menggunakan teknik tersendiri yang diperkenalkan untuk melakukan kuantifikasi dan valuasi. Pada tahapan awal, biasanya ditentukan impact yang akan diperoleh dari sebuah aturan dapat diukur dan dikuantifikasi atau tidak. Apabila bisa, biasanya digunakan market price untuk menilainya. Apabila tidak bisa, salah satu tekniknya adalah menentukan willingness to pay dalam konteks keuntungan atau willingness to accept dalam konteks biaya.

Tahapan valuasi ini kemungkinan besar membutuhkan supply data lebih jauh karena untuk membuktikan market price dan willingnes to pay bisa jadi K/L belum memiliki sumberdaya-nya. Selain verifikasi soal market price/willingnes to pay, studi perilaku (behavioural studies) patut dipertimbangkan sebagai salah satu alat bantu untuk menentukan valuasi.

V. Kuantifikasi Sepenuhnya

Pada langkah kelima semua manfaat dan biaya sudah terhitung sepenuhnya dalam satuan mata uang. Jadi, pada tahapan itu, pembuat kebijakan telah dapat menentukan pilihan yang paling baik dari kebijakan yang akan diambil.


(5)

(6)