Etek Dalam Kebudayaan Mandailing Di Desa Marisi, Kecamatan Angkola Timur, Kabupaten Tapanuli Selatan
14
BAB II
GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
Pada Bab ini, penulis akan menjelaskan gambaran umum tentang lokasi penelitian sedikit menjelaskan tentang Mandailing baik itu sejarahnya atau juga adat istiadat mandailing. Penulis juga akan menjelaskan beberapa hal, seperti sistem bahasa, sistem kesenian, sistem kekerabatan, dan sistem kepercayaannya.
2.1 Sejarah Singkat tentang Mandailing
Mandailing jika ditinjau dari Sejarah dan asal usulnya bukan Batak. Ini berdasarkan kitab tua Mpu Prapanca, Negarakertagama5
Dalam kitab tersebut Mpu Prapanca (Ompung Prapanca: dalam bahasa mandailing) mencatat banyak hal tentang Majapahit, termasuk negara yang ditaklukkannya. Mpu Prapanca menyebut belahan timur adalah Melayu, termasuk di dalamnya; Mandailing, Pane (Panai), Toba, Barus dan lain-lain. Saat itu Toba, Mandailing dan Barus dikategorikan rumpun Melayu. Tidak ada BATAK pada saat itu. Tidak dijumpai terminologi Batak dalam kosa kata kuno (Sanskerta)atau . Patut di ingat, catatan ini adalah kitab tertua yang pernah ada di Indonesia dan diakui kebenarannya oleh UNICEF dan dunia ilmiah. Jadi dapat dipastikan bahwa kitab mpu Prapanca yang berjudul Negarakertagama ini adalah benar-benar dapat dijadikan suatu opsi untuk mengulik tentang sejarah walaupun dengan cara yang singkat dari masyarakat Mandailing itu sendiri.
5
Lebih dikenal dengan kakawin desawarnana. Menurut J.L.A Brandes seorang ilmuwan dari Belanda yang menemukan kitab ini pada tahun 1894 kitab ini dibuat pada tahun 1365 yang berisi tentang pemerintahan kerajaan Majapahit dibawah naungan prabu Hayam Wuruk pada tahun 1350-1389 Maehi.
(2)
15
bahasa yang dikenal dan difahami antar bangsa saat itu. Referensi yang paling diterima dan masuk akal menyebutkan bahwa istilah Batak untuk memanggil satu kaum baru muncul kemudian oleh orang-orang pesisir yang merasa lebih beradab kepada penduduk pedalaman.
Dalam hal ini dapat dipahami bahwa sebenarnya masyarakat kebudayaan Mandailing pada awalnya bukanlah berasal dari toba, melainkan rumpun dari masyarakat dari kerajaan majapahit seperti yang telah dituliskan oleh mpu prapanca dalam kitabnya yang berjudul negarakertagama.
2.1.1. Masa Kalingga
Masa ini disebut juga masa kejayaan orang-orang Mandailing atau Mandahiling di nusantara. Ratu terakhirnya adalah Ratu Shima dan Raja Sanna/Senna/Sinna yang mempunyai dua anak, yaitu Paduka Sri Maharaja Indrawarman dan Raja Sanjaya. Kerajaan ini bubar pada abad ke-7setelah Sri Maharaja Indrawarman terbunuh oleh Syailendra di istananya Kerajaan Dharmasraya, sedangkan Raja Sanjaya yang awalnya beribukota di pesisir utara Jawa Tengah dekat Semarang yang menamakan ibukotanya sebagai Kalingga tersingkir oleh Raja Syailendra hingga ke pedalaman, yaitu Mataram, hingga membentuk kerajaan yang dikenal sebagai Mataram Hindu. Sri Maharaja Indrawarman dan Raja Sanjaya ditumbangkan Syailendra, karena dianggap melanggar adat karena masuk agama Islam, yang dibawa oleh utusan Khalifah Utsman bin Affan. Kerajaan Kalingga digantikan Kerajaan Sri Wijaya yang didirikan Syailendra yang beribukota di Palembang.(wikipedia.com)
(3)
16
2.1.2. Masa Sriwijaya
Sriwijaya (atau juga disebutศรีวิชัย atau "Ṣ̄rī wichạy ") adalah salah satu kemaharajaan maritim yang kuat di memberi pengaruh terhadap kebudayaan Nusantara. Wilayah kekuasaannya membentang dar daerah bawahan (vassal) Imperium Sriwijaya. Kemunduran pengaruh Sriwijaya terhadap daerah bawahannya mulai menyusut dikarenakan beberapa peperangan. Diantaranya serangan dari raj 1183, kekuasaan Sriwijaya berada dibawah kendali kerajaan
2.1.3. Masa Kerajaan Chola
Pada abad ke-10, Rajendra dari Kerajaan Chola di Koromandel, selatan anak benua Hang Chola (Angkola) atau Gangaikonda Cholapuram. Rajendra Chola I (bahasa Tamil: மு தலா ம்இராஜேந்தி ரச ோழன்) adalah putr menjadi raja Chola pada tahun 1014. Selama kekuasaannya, ia memperluas wilayah kerajaan hingga ke tepi (Sumatra, Jawa dan Semenanjung Malaya di Asia Tenggara), dan Kepulauan Pegu. Ia menaklukan Mahipala, raja Pala dari Benggala dan Bihar, dan untuk mengenang kemenangannya ia membangun ibukota barunya yang disebut
(4)
17
Gangaikonda Cholapuram. Rajendra adalah raja India pertama yang membawa angkatan bersenjatanya ke luar negeri. Ia juga membangun kuil untuk Siwa di Gangaikonda Cholapuram.(wikipedia.com)
2.1.4. Masa Kesultanan Aru
Terdapat perdebatan tentang lokasi pusat meletakkannya di wilay berpendapat Aru berpusat di muara Sungai Panai. Groeneveldt menegaskan lokasi Kerajaan Aru berada kira-kira di muara Sungai Barumun Gilles menyatakan di dekat Kerajaan Aru berada di muara Sungai Wam
Selain itu ada juga yang berpendapat terdapat perbedaan antara Kerajaan Aru di Deli dan Kesultanan Aru di Muara Barumun. Hal ini dikarenakan Kesultanan Aru di Barumun didirikan oleh Sultan Malik al-Mansur, putra sultan 1512. Sedangkan, Kesultanan Aru di Deli Tua didirikan Menang Suka gelar Sultan Makmum Al-Rasyid, yang beristri Putri Hijau saudara dar yang pertam diperalat Aru dari 1523 - 1802, karena raja terakhir Kesultanan Aru ditawan dan dipancung Laksamana Tuanku Ibrahim Syah. Tahun 1802 - 1816, Kesultanan Aru dikuasai wali neger Naro.(wikipedia.com)
(5)
18
2.1.5. Dalam Kedaulatan Majapahit
Sperti yang sudah penulis jelaskan sebelumnya pujangga Kerajaan sekitar tahun 1365. Kitab tersebut ditulisnya dalam bentuk syair yang berisi keterangan mengenai sejarah Kerajaan Majapahit. Menurut Prof. Slamet Mulyana (1979:9), Kitab Negarakertagama adalah sebuah karya paduan sejarah dan sastra yang bermutu tinggi dari zaman Majapahit. Berabad-abad setelah runtuhnya Kerajaan Majapahit, keberadaan kitab ini tidak diketahui. Setelah tahun 1894, satu Kitab Negarakertagama ditemukan di Puri Cakranegara di Kemudian pada Juli 1979 ditemukan lagi satu Kitab Negarakertagama di Amlapura, Lombok. Dalam Pupuh XIII Kitab Negarakertagama, nama Mandailing bersama nama banyak negeri di Sumatera dituliskan oleh Mpu Prapanca sebagai negara bawahan Kerajaan Majapahit. (Mandailingonline.com)
2.1.6. Dalam Kedaulatan Pagaruyung
Mandailing sebagaimana wilayah lain di Sumatera, kemudian diserahkan pihak Majapahit kepada dan keturunannya. Dari manuskrip yang dipahat kembali oleh Adityawarman pada bagian belakang memproklamirkan dirinya menjadi raja di putra dari Adwayawarman da Ia sebelumnya bersama-sama Mahapati menaklukka
(6)
19
Kemerdekaan Pagaruyung dari Majapahit, diberitakan dalam kisah adu Kerbau, yang mencuatkan nama Minangkabau (Menang Kerbau), yaitu pada kurun abad ke-16. Kala it di Palembang, untuk menarik kembali Kerajaan Pagaruyung ke wilayah Kerajaan Majapahit. Namun dengan kecerdika berasal dari s adu kerbau.(wikipedia.com)
2.1.7. Pada waktu Inggris Mengklaim Utara Sumatera
Sultan Bagindo Martio Lelo bersama Jhon Abraham Moschel (Residen Nias) selaku pemegang kuasa dan bertindak atas nama Serikat Dagang Hindia Timur, melakukan perjanjian. Kalimat perjanjian tertanggal 7 Maret 1760 itu menyebutkan, Sutan Martia Lelo bersumpah berdasarkan Al Qur'an menyerahkan benteng
Tahun 1785 – 1824, sultan di Angkola oleh Inggris. Tahun 1823, Gubernur Jenderal yang kala itu menjadi bawahan Kesultanan Aceh. Dalam kebijakan itu berbunyi, "Een wig te drijen tusschen het mohamedaansche Atjeh en
het eveneens mohammadansche Sumatra's West Kust. Een wig in de vorm van de Bataklanden (Aceh yang Islam serta Minangkabau (Pantai Barat Sumatera) yang
(7)
20
Perintah ini meniru perintah Gubernur Jenderal Inggris di membentuk blok Karen yang Kristen, di antara Burma dan Siam yang beragama Buddha. Pelaksanaannya, tiga orang pendeta British Baptist Mission, yaitu Burton, Ward, dan Evans datang ke Kota Tapian Nauli, tempat Raffless beribu kota saat itu.
Tahun 1824, Inggris mengklaim Sumatera bagian utara merupakan wilayah kekuasaan Inggris. Pada tahun 1834 melalui utara ditukar oleh Belanda dengan Kalimantan Utara Kebijakan Raffles tentang suku Kristen (Batak) kemudian diteruskan oleh pemerint
2.1.8. Masa Darul Islam Minangkabau
Pada awal abad ke-19, Mandailing masuk ke dalam Darul Islam Minangkabau. Negara Islam ini berdiri sejak masuknya ajar Minangkabau dari Piobang. Dengan bantua Islam Minangkabau, dimana Tuanku Nan Renceh diangkat sebagai kepala negara. Setelah ia ditangkap, pimpinan negara beralih ke
Di Mandailing, kehadiran Wahabi mengganggu aliran Islam yang berkembang saat itu, yakni alira Belanda untuk mengadu domba sesama penganut Islam, hingga terjadilah perang saudara. Lebih lima tahun, perang berkecamuk di Mandailing hingga berakhir pada tahun 1838.
(8)
21
Pada tahun 1818 – 1820, Darul Islam Minangkabau berhasil menguasai Mandailing. Dan kepala federasi Mandailing Natal, Raja Gadumbang, masuk Gerakan Paderi dan digelari Tuanku Mandailing. Kemudian pasukan Paderi terus melakukan penyerangan hingga menguasai Bakkara di berada di bawah Kesultanan Aceh. Tahun 1820, terjadi perundingan antara Kesultanan Aceh dan Darul Islam Minangkabau, yang diwakili oleh Laksamana Tuanku Djudjang dan Tuanku Pemasiangan, untuk bekerja sama menyerang Belanda. (wikipedia.com)
2.1.9 Masa Hindia Belanda
Kehancuran Darul Islam Minangkabau dimulai sejak tahun 1832, yakni dengan keberhasilan Belanda menawan kepala negara Darul Islam Minangkabau Tuanku Pemasiangan yang mati digantung di Fort Guguk Gantang. Tahun 1832, benteng Bonjol berhasil dihancurkan Belanda. Kolonel Elout menyebarkan isu, telah membeli seluruh alam Minangkabau untuk pemerintah Belanda dari
Tahun 1833, Belanda dan pemuka-pemuka adat Minangkabau mengadakan perjanjian Plakat Panjang, yang menyatakan Belanda tak mencampuri urusan adat di Minangkabau. Dalam peristiwa ini, Raja Gadumbang juga membuat perjanjian dengan Belanda, untuk mengusir Gerakan Paderi dari wilayah Mandailing Natal. Ia kemudian dinobatkan sebagai Regen Mandailing Vour Her Leven (pemangku adat Mandailing seumur hidup). Pada tahun ini, Belanda hanya mengakui beberapa Raja Mandailing, yaitu Langgar Laut di Angkola, Baginda Raja di Maga, Sutan Parukunan di Singengu, Sutan Naparas di Tamiang, Sutan
(9)
22
Mangkutur di Uta Pungkut, Sutan Naparas dan Sutan Guru di Pakantan, Patuan Gorga Tonga Hari Ulu (Yang Patuan di Lubuk Sikaping). Tetapi perjanjian ini dikhianati Belanda sendiri. Akibatnya Sutan Mangkutur, saudara dari Raja Gadombang dan Sutan Naparas dari Tamiang memberontak kepada pemerintah Belanda.
Tahun 1834, dua perwira Paderi, yakni Ja Mandatar Lubis dan Kali Rancak Lubis, dibaptis oleh pendeta Verhouven menjadi Mission mengirim tiga orang pendeta, yaitu Lyman, Munson, dan Ellys untuk ditempatkan di Kolonel Elout berhasil menguasai Angkola tanpa perlawanan dari Inggris. Tahun 1838, Belanda membentuk Residen Air Bangis dalam
Pada Ta Natal dalam Gubernemen Sumatra's Westkust. Tahun 1857, kawasan Mandailing, Angkola, da
Tahun 1861, pendeta-pendeta Sipirok ke
Tahun 1869, American Baptist Mission dan British Baptist Mission tidak mau mengongkosi pendeta di Pakantan, karena susah dikembangkan. Kemudian Tahun
(10)
23
1869 – 1918, pendeta-pendeta Mennoniet dari Ukraina datang ke Pakantan. Mereka berhenti melakukan misi setela
Tahun 1873, Silindung dimasukkan ke dalam Residensi Air Bangis, setelah berhasil ditaklukkan Belanda. Kaum muslimin di Silindung diusir dan masjid di Belanda, dan dilanjutkan dengan pengkristenan masyarakatnya. Hal ini membuat wali negeri Bakkar Aceh, melakukan perlawanan sengit dari tahun 1882 - 1884.
Tahun 1885, Karesidenan Mandailing Natal terbentuk dan beribukota di dipindahkan dari Padangsidempuan ke Sibolga, dan berubah menjadi Karesidenan Tapanuli, yang termasuk di dalamnya afdeeling Sibolga dan Bataklanden.
Kemudian Pada tahun 1945, dimana pada thun itu adalah tahun kemerdekaan daerah Angkola-Sipirok dibentuk menjadi suatu kabupaten yang dikepalai oleh seorang bupati yang berkedudukan di Padangsidempuan. Daerah Padang Lawas dijadikan suatu kabupaten yang dikepalai oleh seorang bupati yang berkedudukan di kemudian Sutan Katimbung. Daerah Mandailing Natal dijadikan suatu kabupaten yang berkedudukan di Panyabungan. Bupati pertamanya adalah Junjungan Lubis dan kemudian Fachruddin Nasution. Sesudah tentara Belanda memasuki Padangsidimpuan dan Gunung Tua, daerah administrasi pemerintahan masih tetap seperti biasa, hanya kantor bupati dipindahkan secara gerilya ke daerah yang aman yang belum dimasuki oleh Belanda.Setelah RI menerima kedaulatan pada
(11)
24
akhir tahun 1949, maka pembagian daerah administrasi pemerintahan mengalami perubahan kembali. Sejak awal tahun 1950, terbentuklah Kabupaten Tapanuli Selatan, dan seluruh pegawai yang ada pada kantor bupati Angkola-Sipirok, Padang Lawas, dan Mandailing Natal, diangkat menjadi pegawai kantor bupati Kabupaten Tapanuli Selatan yang berkedudukan di Padangsidempuan.
Pada tanggal 23 Nopember 1998, Kabupaten Tapanuli Selatan dimekarkan menjadi dua kabupaten, yait Panyabungan) da wilayah etnis Mandailing telah dimekarkan menjadi satu kota (Padangsidempuan) dan tiga Kabupaten (Mandailing Natal, Padang Lawas Utara, dan Padang Lawas).
2.2 Asal kata Mandailing
Nama Mandailing berasal dari kata Mandehilang6
Mandailing memiliki riwayat asal usul marga yang diduga berawal sejak abad ke-9 atau -10. Mayoritas marga yang ada di Mandailing adalah Lubis dan Nasution. Nenek Moyang Marga Lubis yang bernama Angin Bugis berasal dari Sulawesi Selatan. Angin Bugis atau Sutan Bugis berlayar dan menetap di
(bahasa Minangkabau, artinya ibu yang hilang), kata Mundahilang, kata Mandalay (nama kota di Burma) dan kata Mandala Holing (nama kerajaan di Portibi, Gunung Tua) Munda adalah nama bangsa di India Utara, yang menyingkir ke Selatan pada tahun 1500 SM karena desakan Bangsa Aria. Sebagian bangsa Munda masuk ke Sumatera melalui pelabuhan Barus di Pantai Barat Sumatera.
6
(12)
25
Hutapanopaan (sekarang Kotanopan) dan mengembangkan keturunannya, sampai pada anak yang bergelar Namora Pande Bosi III. Marga Hutasuhut adalah generasi berikutnya dari keturunan Namora Pande Bosi III, yang berasal dari ibu yang berbeda dan menetap di daerah Guluan Gajah.
Marga Harahap dan Hasibuan juga merupakan keturunan Namora Namora Pande Bosi III yang menetap di daerah Portibi, Padang Bolak. Marga Pulungan berasal dari Sutan Pulungan, yang merupakan keturunan ke lima dari Namora Pande Bosi dengan istri pertamanya yang berasal dari Angkola. Sedangkan pembawa marga Nasution adalah Baroar Nasakti, anak hasil pernikahan antara Batara Pinayungan (dari kerajaan Pagaruyung) dengan Lidung Bulan (adik perempuan Sutan Pulungan) yang menetap di Penyabungan Tonga. Moyang Marga Rangkuti dan Parinduri adalah Mangaraja Sutan Pane yang berasal dari kerajaan Panai, Padang Lawas. Keturunan Sutan Pane, Datu Janggut Marpayung Aji dijuluki ‘orang Nan Ditakuti’, dan berubah menjadi Rangkuti yang menetap di Huta Lobu Mandala Sena (Aek Marian). Keturunan Datu Janggut Marpayung Aji tersebar ke beberapa tempat dan salah satunya ke daerah Tamiang, membawa marga Parinduri. Nenek moyang marga Batubara, Matondang dan Daulay bernama Parmato Sopiak dan Datu Bitcu Rayo (dua orang pemimpin serombongan orang Melayu) berasal dari Batubara, Asahan.
(13)
26
2.3 Gambaran geografis lokasi penelitian
Penelitian ini berlangsung dikrdiaman Bapak Mara Sakti Harahap yang terletak di desa Marisi, kecamatan Angkola Timur,kabupaten Tapanuli selatan. Lokasi ini terletak 1 km dari palsabolas dan jika dari kota padang sidempuan waktu yang digunakan ± 15 menit untuk mencapai desa ini dan ± 20 menit jika kita dari kota sipirok yang saat ini secara administratif telah menjadi ibukota kabupaten dari tapanuli selatan.
Gambar 1 : Penulis saat berada didepan plang selamat datang desa Marisi
Adapun letak Kabupaten Tapanuli Selatan secara geografis yaitu Terletak pada garis 0o 58’ 35” – 2o 07’ 33” Lintang Utara dan 98o 42’ 50” – 99o 34’ 16” Bujur Timur. Pada ketinggian berkisar antara 0 – 1.925,3 m di atas permukaan laut.
(14)
27
dengan luas wilayah 4,367,05 km2.dan jumlah penduduk 263,812 jiwa, terdiri dari 12 kecamatan dengan 493 desa dan 10 kelurahan.
Dan berdasarkan posisi geografisnya memiliki batas:
Sebelah Utara: Kabupaten Tapanuli Tengah dan Kabupaten Tapanuli Utara,
Sebelah Timur: Kabupaten Padang Lawas Utara dan Kabupaten Padang Lawas,
Sebelah Selatan: Kabupaten Mandailing Natal, dan
Sebelah Barat: Kabupaten Mandailng Natal dan Samudra Indonesia.
Ada 14 kecamatan di daerah kebudayaan Tapanuli Selatan yaitu:Kecamatan Batang Angkola,Kecamatan Sayurmatinggi,Kecamatan Angkola Timur,Kecamatan Angkola Selatan,Kecamatan Angkola Barat,Kecamatan Batang Toru,Kecamatan Marancar ,Kecamatan Sipirok,Kecamatan Arse,Kecamatan Saipar Dolok Hole,Kecamatan Aek Bilah,Kecamatan Muara Batang Toru,Kecamatan Tano Tombangan Angkola,Kecamatan Angkola Sangkunur.
Kecamatan Angkola Timur adalah kecamatan yang berdekatan secara langsung dengan Kabupaten Mandailing Natal. Didalam kecamatan ini ada berbagai masyarakat etnik yang mendiami seperti batak toba, Angkola dan juga Mandailing.
(15)
28
Gambar 2 : lokasi dari kecamatan angkola timur pada Tapanuli selatan (sumber foto: internet)
2.4 Kependudukan
Masyarakat yang mendiami desa marisi ini umumnya adalah Batak angkola dan Batak Mandailing. Mayoritas Marga yang menempati desa Marisi adalah marga Harahap dan marga Siregar. Menurut hasil wawancara penulis dengan informan yaitu Bapak Mara Sakti Harahap sendiri, beliau bahwa masyarakat yang tinggal di Marisi ini sangat memegang teguh kebersamaan dari dulu sampai sekarang seperti gotong-royong. Misalnya apabila ada masyarakat yang akan mengadakan pesta perkawinan, maka masyarakat yang ada di desa tersebut langsung membantu untuk pelaksaan upacara seperti menyiapkan
(16)
29
perlengkapan, bersama-sama memasak untuk upacara yang berlangsung, dan sebagainya. Hal tersebut merupakan bagian dari tradisi seperti yang dikemukakan oleh Bruno Netll dan Gerald Behague, bahwa tradisi mempunyai sebuah nilai, norma, dan kearifan lokal.
Tabel : Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan
Kecamatan Laki-
laki Perempuan Jumlah Rasio Jenis Kelamin
[1] [2] [3] [4] [5]
1. Batang Angkola 15 955 16 804 32 759 95,00
2. Sayurmatinggi 11 523 12 204 23 727 94,00
3. Angkola Timur 9 420 9 423 18 843 100,00
4. Angkola Selatan 13 995 13 264 27 259 106,00
5. Angkola Barat 11 975 12 493 24 468 96,00
6. Batang Toru 14 792 14 929 29 721 99,00
7. Marancar 4 726 4 731 9 457 100,00
8. Sipirok 15 204 15 615 30 819 97,00
9. Arse 3 917 4 037 7 954 97,00
10. Saipar Dolok Hole 6 410 6 406 12 816 100,00
11. Aek Bilah 3 342 3 114 6 456 107,00
12. Muara Batang Toru 5 982 5 617 11 599 106,00
13. Tano Tombangan
Angkola 6 993 7 584 14 577 92,00
14. Angkola Sangkunur 9 297 9 072 18 369 102,00
Jumlah/Total 2013 133 531 135 293 268 824 99,00
Tabel 1: kependudukan di Tapanuli selatan (menurut BPS 2013)
2.5 Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk di Tapanuli Selatan pada umumnya bertani dan berkebun, Pegawai negeri, pedagang, karyawan swasta, nelayan dan pensiunan. Usaha perkebunan rakyat meliputi tanaman karet, kopi, kulit manis dan kelapa. Di samping itu pertanian pangan meliputi padi, kentang, jahe, sayur-mayur dan lain-lain. Dari hasil perikanan di Tapanuli Selatan dihasilkan ikan dari
(17)
30
hasil usaha nelayan dan penambak berupa ikan tuna, ikan air tawar dari lubuk larangan, perairan umum, dan budaya kolam ikan. Masyarakat juga mengusahakan peternakan, meliputi peternakan sapi, kerbau, kambing dan unggas. Hasil hutan meliputi hutan tanaman industri, rotan, dan kayu.
Di samping hasil-hasil tanaman dan peternakan di atas yang ada di Tapanuli Selatan, daerah ini juga kaya dan memiliki potensi yang besar akan barang tambang seperti emas. Selain itu ada yang lebih menarik lagi di daerah Tapanuli Selatan yaitu daerah ini kaya akan budaya, alam dan, adat istiadat yang melengkapi kehidupan masyarakatnya yang hidup dalam kerukunan dan ketenteraman dalam hidup berdampingan walaupun berbeda adat maupun kepercayaan.
2.6 Sistem kepercayaan dan Agama
Mayoritas Etnis Mandailing hampir 100 % penganut agama Islam yang taat. Oleh karena itulah agama Islam sangat besar pengaruhnya dalam adat seperti dalam pelaksanaan upacara-upacara adat. Tetapi ada juga sebagian yang menganut Agama Kristiani.Sistem kepercayaan dengan debata mula jadi na bolon (menyembah berhala)sudah tidak ditemukan lagi pengikutnya di desa tersebut, tetapi dulu kepercayaan yang dianut masyarakat batak adalah kepercayaan terhadap mula jadi na bolon yang dipercayai oleh orang batak sebagai dewa tertinggi mereka yaitu pencipta tiga dunia yaitu: dunia atas (banua ginjang), dunia tengah (banua tonga), dan dunia bawah (banua toru).
(18)
31
2.7 Sistem Kekerabatan
Adat istiadat suku Mandailing diatur dalam Surat Tumbaga Holing (Serat Tembaga Kalinga), yang selalu dibacakan dalam upacara-upacara adat. Orang Mandailing mengenal tulisan yang dinamakan Aksara Tulak-Tulak (Pandapotan Nasution 2005:16), yang merupakan varian dari aksara Proto-Sumatera, yang berasal dari huruf Minangkabau, Aksara dinamakan urup tulak-tulak dan dipergunakan untuk menulis kitab-kitab kuno yang disebut mengenai Mandailing sebelum abad ke-19. Umumnya pustaka-pustaka ini berisi catatan pengobatan tradisional, ilmu-ilmu gaib, ramalan-ramalan tentang waktu yang baik dan buruk, serta ramalan mimpi.
Kebudayaan pada masyarakat etnis Batak Mandailing (Pandapotan Nasution 2005:80) berakar pada sistem kekerabatan patrilineal dan mengikat anggota-anggotanya dalam hubungan triadik, yang disebut dalihan na tolu, yaitu hubungan yang berasal dari kelompok kekerabatan tertentu dalam satu clan (marga). Dalam berhubungan dengan orang lain, orang Batak menempatkan dirinya dalam susunan dalihan na tolu tersebut, sehingga mereka selalu dapat mencari kemungkinan adanya hubungan kekerabatan diantara sesamanya (martutur, martarombo).
Dalam terjemahan bahasa Batak Toba, dalihan artinya tungku yang dibuat dari batu. Na artinya yang. Tolu artinya tiga. Jadi Dalihan Na Tolu artinya tungku yang tiga tiang. Dalihan dibuat dari batu yang ditata sedemikian rupa sehingga
(19)
32
bentuknya menjadi bulat panjang. Ujungnya yang satu tumpul dan ujungnya yang lain agak bersegi empat sebagai kaki dalihan, lebih kurang 10 cm yang akan ditanam dan selebihnya yang mencuat dengan panjang lebih kurang 12 cm. Ditanamkan berdekatan sedemikian rupa, ditempatkan di dapur yang sudah disediakan terbuat dari papan empat persegi panjang, berisi tanah yang dikeraskan. Ketiga dalihan yang ditanam berdekatan tadi berfungsi sebagai tungku tempat alat masak dijerangkan. Bentuk dalihan harus dibuat sama besar dan ditanam sedemikian rupa sehingga jaraknya simetris satu sama yang lain, dengan tinggi yang sama dan harmonis.
Seseorang(masyarakat etnis batak) mempunyai tiga kategori keluarga:
dongan sabutuha-nya sendiri, hula-hula-nya, dan anak boru-nya. Begitupun juga
pembagian kekerabatan dalam masyarakat Tapanuli pada umumnya yang dikenal dengan dalihan na tolu (tungku nan tiga). Yaitu Dongan sabutuha (kahanggi dalam masyarakat Tapanuli Selatan) merupakan kelompok masyarakat yang memiliki persamaan marga menurut garis keturunan yang patrilineal, hula-hula (mora dalam masyarakat Tapanuli Selatan) yaitu kelompok marga pemberi mempelai perempuan dan anak boru yaitu kelompok marga penerima mempelai perempuan. Secara fungsional hula-hula memiliki kedudukan yang lebih tinggi terhadap boru, hal ini sangat tampak jelas dalam suatu pelaksanaan adat.
Adapun fungsi dalihan na tolu dalam hubungan sosial antar marga ialah mengatur ketertiban dan jalannya pelaksanaan tutur, menentukan kedudukan hak dan kewajiban seseorang dan juga sebagai dasar musyawarah dan mufakat bagi masyarakat Batak Toba. Dimana saja ada masyarakat Batak Toba secara otomatis berlaku fungsi dalihan na tolu dan selama orang Batak Toba tetap
(20)
33
mempertahankan kesadaran bermarga, selama itupula lah fungsi dalihan na tolu tetap dianggap baik untuk mengatur tata cara dan tata hidup masyarakatnya. Sistem kekerabatan memegang peranan penting dalam jalinan hubungan baik antara individu dengan individu atau individu dengan masyarakat lingkungan sekitarnya.
2.7.1 Upacara adat perkawinan (Horja Siriaon)
Dalam adat istiadat perkawinan di masyarakat Mandailing dikenal dengan nama perkawinan manjujur7
Didalam adat istiadat Mandailing, seorang yang pada waktu perkawinannya dilaksanakan dengan upacara adat perkawinan, maka pada saat meninggalnya juga harus dilakukan dengan upacara adat kematian terutama dari garis keturunan Raja-Raja Mandailing. Seorang anak keturunan Raja, apabila ayahnya meninggal dunia wajib mengadati (Horja Mambulungi). Jika belum mengadati seorang anak atau keluarganya tetap menjadi kewajiban /utang adat bagi keluarga yang disebut mandali di paradaton dan jika ada yang akan menikah, tidak dibenarkan mengadakan pesta adat perkawinanan (horja siriaon).
, bersifat eksogami patriarchat; artinya dimana setelah perkawinan pihak wanita meninggalkan clannya dan masuk ke clan suaminya dan suaminya menjadi kepala keluarga dan anak-anak yang dilahirkan dari perkawinan itu akan mengikuti clan (marga) Bapaknya. Idealnya perkawinan adat masyarakat Mandailing adalah antara anak namboru dengan boru tulangnya.
2.7.2 Upacara Adat Kematian (horja siuluton)
7
ManJujur maksudnya untuk menjaga keseimbangan dari pihak keluarga wanita atas hilangnya seorang anggota keluarganya yang masuk menjadi anggota keluarga suami.
(21)
34
2.7.3 Upacara Adat Berkarya (Horja siulaon)
Horja Siulaon adalah upacara adat memulai suatu bekerja (berkarya) secara bersama-sama untuk menyelesaikan suatu perkerjaan, seperti: mendirikan rumah baru, membuka sawah,dan lain-lain. Horja Siulaon merupakan kearifan-kearifan lokal (local genius) pada dasarnya dapat dipandang sebagai landasan bagi pembentukan jati diri suku Bangsa secara nasional. Kearifan-kearifan lokal itulah yang membuat budaya lokal memiliki akar. Budaya etnik lokal seringkali berfungsi sebagai sumber atau acuan sebagai sumber atau acuan bagi penciptaan-penciptaan baru. Pada dasarnya kearifan lokal yang dapat dilihat dengan mata (tangible), seperti obyek-obyek budaya, warisan budaya bersejarah dan kegiatan keagamaan dan kearifan lokal yang tidak dapat dilihat oleh mata (intangible) yang berupa nilai atau makna dari suatu obyek atau kegiatan budaya.
2.8 Sistem Bahasa
Desa Marisi merupakan salah satu daerah di Kabupaten Tapanuli Selatan yang penduduknya adalah mayoritas suku Batak Mandailing. Oleh karena itu, hampir seluruh masyarakat didesa ini menggunakan bahasa Mandailing sebagai media komunikasi dalam percakapan formal maupun percakapan dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan tidak ditutup kemungkinan juga suku-suku pendatang (yang bermarga Batak toba) dalam desa tersebut mengerti dan ikut menggunakan bahasa Mandailing.
Dalam proses penelitian penulis di desa tersebut, penulis melakukan wawancara dengan para informan dengan bahasa indonesia. Ini dikarenakan penulis tidak bisa/dapat berbicara bahasa Mandailing.Tidak ada hambatan apapun
(22)
35
karena para informan semua bisa berbahasa Indonesia, kecuali ketika penulis bertanya pada para tetua yang ada dikampung seberang seperti didesa sihepeng, penulis ditemani oleh anak dari Bapak Mara Sakti Harahap untuk menterjermahkan apa yang dibilang oleh para tetua (ompung) tersebut.
2.9 Sistem Kesenian
Kesenian8
Kesenian (musik) dan kehidupan tradisional masyarakat Mandailing dapat dibagi atas 3 kategori:
yang ada pada masyarakat mandailing umumnya tidak jauh berbeda dengan suku-suku lain mereka juga punya suatu sistem kesenian yang menjadi wajah bagi mereka kepada etnis-etnis tetangga maupun etnis lain yang ada, menjadi suatu gambaran yang dapat menumbuhkan jati diri bagi siapapun yang akan mendekati dan mengenal mereka.
Bagaimana mereka dipandang sebagai masyarakat Mandailing bukanlah hanya berdasarkan adat istidat mereka saja, tetapi juga melalui sistem kesenian yang mereka lakukan karena pada dasarnya kebudayaan yang ada juga melingkupi sistem kesenian yang mereka lakukan secara terus menerus dan juga secara turun temurun.
2.9.1 Seni Musik
Masyarakat mandailing mengenal dan menggunakan musik pada saat acara-acara adat didalam daerah kebudayaannya.
8
Menurut Koentjaraningrat Kesenian adalah suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, dan peraturan dimana kompleks aktivitas dan tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat dan biasanya berwujud benda-benda hasil manusia.
(23)
36
1. Berhubungan dengan ritual keagamaan tradisional maupun adat. Contohnya: ensambel Gordang Sambilan, ensambel Gordang lima dan ensambel Gondang Dua. Sebenarnya masih ada satu lagi yang penggunaannya lebih berbeda dan spesifik yaitu Gordang Tano.
2. Berhubungan dengan aktivitas (hiburan) pribadi atau sosial.Contohnya sordam, gondang bulu, otuk, uyup-uyup batang ni eme dan tulila.
3. Berhubungan dengan lingkungan kerja, terutama di bidang pertanian. Contohnya dotuk aek, etek, doting-doting, otor dan dorang.
2.9.2 Tari
Tari adalah gerak tubuh secar pikiran. Bunyi-bunyian yang disebut musik pengiring tari mengatur gerakan penari dan memperkuat maksud yang ingin disampaikan.Seperti halnya pada etnis-etnis lain yang mempunyai beberapa jenis tari dalam ragam kebudayaan mereka, Mandailing juga memiliki beberapa jenis tari yang pada beberapa kesempatan masih tetap menjalankan dan merawat seni tari.
2.9.2.1 Tor-tor
Dalam setiap kegiatan manortor9
9
Tortor adalah tarian seremonial yang disajikan dengan musik gondang. Secara fisik tortor merupakan tarian, namun makna yang lebih dari gerakan-gerakannya menunjukkan tortor adalah sebuah media komunikasi, di mana melalui gerakan yang disajikan terjadi interaksi antara partisipan upacara.
(Pandapotan Nasution 2005:147) terdapat dua kelompok yang masing-masing orang berpasangan. Kelompok pertama berjejer di barisan terdepan, sedangkan kelompok kedua berjejer pula tepat di belakang kelompok pertama. Kelompok kedua
(24)
37
ini disebut “pangayapi” atau “panyembar”, dan kelompok pertama disebut “na iayapi” atau “na isembar”. Kelompok pertama yang berada di barisan terdepan ini merupakan orang-orang atau kelompok kekerabatan yang dihormati oleh orang-orang yang berada di barisan belakang (kelompok kedua). Sesuai dengan ketentuan adat masyarakat Mandailing, ada beberapa jenis tortor yang didasarkan kepada status atau kedudukan sosial dari orang-orang yang manortor yaitu:
(1) Tortor Raja Panulusan Bulung; (2) Tortor Raja-Raja;
(3) Tortor Suhut;
(4) Tortor Kahanggi Suhut; (5) Tortor Mora;
(6) Tortor Anakboru;
(7) Tortor Namorapule; dan (8) Tortor Naposo Nauli Bulung.
2.9.2.2 Tari Endeng-Endeng
Endeng-endeng dapat dikategorikan sebuah perpaduan tarian dan pencak silat. Tradisi ini lazimnya dilakukan masyarakat yang sedang menggelar pesat khitanan10
10
Khithanan adalah Sunat rasul dalam sistem yang dianut dan diharuskan didalam keagamaan Islam.
atau malam pesta perkawinan oleh masyarakat.Tari ini menggambarkan semangat dan ekspresi gembira masyarakat sehari- hari. Tari endeng-endeng merupan tari tradisi yang berasal dari daerah Tapanuli Selatan. Dalam penampilannya, endeng-endeng dimainkan oleh sepuluh pemain yakni dua
(25)
38
orang bertugas sebagai vokalis, satu orang pemain keyboard, satu orang pemain tamborin, lima orang penabuh gendang, dan seorang pemain ketipung11
11
Ketipung adalah sebuah gendang yang berukuran kecil.
. Biasanya lagu yang dibawakan berbahasa Tapanuli Selatan. Setiap tampil, kesenian ini memakan waktu empat jam. Daya tarik kesenian ini adalah joget dan tariannya yang ceria, sesuai dengan lagu-lagu yang dibawakan.
2.9.3 Seni Ukir
Di Mandailing, berbagai macam bentuk ornamen (hiasan) tradisional dapat kita lihat disetiap bangunan. Dalam bahasa Mandailing, ornamen-ornamen tersebut disebut bolang yang juga berfungsi sebagai simbol atau lambang itu memiliki makna-makna yang sangat mendalam bagi masyarakat Mandailing. Di dalamnya terkandung nilai-nilai, gagasan-gagasan, konsep-konsep, norma-norma, kaidah-kaidah, hukum dan ketentuan adat-istiadat yang menjadi landasan dan pegangan dalam mengharungi bahtera kehidupan berkebudayaan seperti yang telah dijelaskan.
Bolang atau ornament tradisional Mandailing terbuat dari tiga jenis material yaitu:
(1) Tumbuh-tumbuhan, seperti batang bambu yang melambangkan huta atau bona bulu; burangir atau aropik melambangkan Raja dan Namora Natoras sebagai tempat meminta pertolongan; pusuk ni robung yang disebut bindu melambangkan adat Dalian Na Tolu atau adat Mar koum-Sisolkot (saudara dekat).
(26)
39
(2) Hewan atau binatang, seperti hala dan lipan melambangkan “bisa” yang mempunyai kekuatan hukum; ulok melambangkan keberasaran dan kemuliaan; parapoti (burung merpati) melambangkan kegiatan mencari nafkah untuk menghidupi keluarga; tanduk ni orbo (tanduk kerbau) melambangkan bangsawanan;
(3) Peralatan hidup sehari-hari, seperti timbangan dan pedang melambangkan keadilan; takar melambangkan pertolongan bagi yang membutuhkan; loting(seperti mancis) melambangkan usaha-usaha dalam mencari nafkah, dan lain sebagainya.
Umumnya Pembuatan bolang dilakukan pada Sopo Godang12 dan Bagas Godang13. Bolang ini dilakukan dengan cara menganyam atau menjalin dan diukir. Bahan yang dipakai sebagai bahan anyaman adalah lembaran-lembaran bambu yang telah diarit dengan bentuk-bentuk terentu dan kemudian dipasang pada bagian tutup ari. Ornamen-ornamen itu sebagian besar diberi warna na rara (merah), na lomlom (hitam) dan na bontar (putih) yang erat kaitannya dengan kosmologi14
12
Sama seperti Batak toba sopo adalah balai adat di dalam kebudayaan Mandailing. Sopo godang digunakan untuk keperluan adat seperti musyawarah kerajaan,pengambilan keputusan juga melaksanakan kegiatan lainnya dalam kerajaan, kebanyakan bahkan rata-rata sopo godang terbangun di dekat Bagas godang
13
Pengertian bagas adalah rumah sedangkan godang adalah besar itu kenapa disebut bagas godang itu adalah rumah raja ataupun bisa juga disebut istana.
14
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) kosmologi adalah ilmu (cabang astronomi) yang menyelidiki tentang asal-usul, struktur, dan hubungan ruang waktu dari alam semesta
Mandailing. Dalam hal ini, na rara melambangkan kekuatan, keberanian dan kepahlawanan; na bontar melambangkan kesucian, kejujuran dan kebaikan; na lomlom melambangkan kegaiban (alam gaib) dalam sistem kepercayaan animisme yang disebut Sipelebegu. Pembangunan sopo godang
(27)
40
(Pandapotan Nasution 2005:55-56) pada masyarakat mandailing sengaja dibuat tanpa dinding ataupun transparan. Ini dilakukan supaya semua masyarakat dapat melihat dan mendengar secara langsung musyawarah antar raja-raja pada sopo godang tersebut.
(1)
35
karena para informan semua bisa berbahasa Indonesia, kecuali ketika penulis bertanya pada para tetua yang ada dikampung seberang seperti didesa sihepeng, penulis ditemani oleh anak dari Bapak Mara Sakti Harahap untuk menterjermahkan apa yang dibilang oleh para tetua (ompung) tersebut.
2.9 Sistem Kesenian
Kesenian8
Kesenian (musik) dan kehidupan tradisional masyarakat Mandailing dapat dibagi atas 3 kategori:
yang ada pada masyarakat mandailing umumnya tidak jauh berbeda dengan suku-suku lain mereka juga punya suatu sistem kesenian yang menjadi wajah bagi mereka kepada etnis-etnis tetangga maupun etnis lain yang ada, menjadi suatu gambaran yang dapat menumbuhkan jati diri bagi siapapun yang akan mendekati dan mengenal mereka.
Bagaimana mereka dipandang sebagai masyarakat Mandailing bukanlah hanya berdasarkan adat istidat mereka saja, tetapi juga melalui sistem kesenian yang mereka lakukan karena pada dasarnya kebudayaan yang ada juga melingkupi sistem kesenian yang mereka lakukan secara terus menerus dan juga secara turun temurun.
2.9.1 Seni Musik
Masyarakat mandailing mengenal dan menggunakan musik pada saat acara-acara adat didalam daerah kebudayaannya.
8
Menurut Koentjaraningrat Kesenian adalah suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, dan peraturan dimana kompleks aktivitas dan tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat dan biasanya berwujud benda-benda hasil manusia.
(2)
36
1. Berhubungan dengan ritual keagamaan tradisional maupun adat. Contohnya: ensambel Gordang Sambilan, ensambel Gordang lima dan ensambel Gondang Dua. Sebenarnya masih ada satu lagi yang penggunaannya lebih berbeda dan spesifik yaitu Gordang Tano.
2. Berhubungan dengan aktivitas (hiburan) pribadi atau sosial.Contohnya sordam, gondang bulu, otuk, uyup-uyup batang ni eme dan tulila.
3. Berhubungan dengan lingkungan kerja, terutama di bidang pertanian. Contohnya dotuk aek, etek, doting-doting, otor dan dorang.
2.9.2 Tari
Tari adalah gerak tubuh secar pikiran. Bunyi-bunyian yang disebut musik pengiring tari mengatur gerakan penari dan memperkuat maksud yang ingin disampaikan.Seperti halnya pada etnis-etnis lain yang mempunyai beberapa jenis tari dalam ragam kebudayaan mereka, Mandailing juga memiliki beberapa jenis tari yang pada beberapa kesempatan masih tetap menjalankan dan merawat seni tari.
2.9.2.1 Tor-tor
Dalam setiap kegiatan manortor9
9
Tortor adalah tarian seremonial yang disajikan dengan musik gondang. Secara fisik tortor merupakan tarian, namun makna yang lebih dari gerakan-gerakannya menunjukkan tortor adalah sebuah media komunikasi, di mana melalui gerakan yang disajikan terjadi interaksi antara partisipan upacara.
(Pandapotan Nasution 2005:147) terdapat dua kelompok yang masing-masing orang berpasangan. Kelompok pertama berjejer di barisan terdepan, sedangkan kelompok kedua berjejer pula tepat di belakang kelompok pertama. Kelompok kedua
(3)
37
ini disebut “pangayapi” atau “panyembar”, dan kelompok pertama disebut “na iayapi” atau “na isembar”. Kelompok pertama yang berada di barisan terdepan ini merupakan orang-orang atau kelompok kekerabatan yang dihormati oleh orang-orang yang berada di barisan belakang (kelompok kedua). Sesuai dengan ketentuan adat masyarakat Mandailing, ada beberapa jenis tortor yang didasarkan kepada status atau kedudukan sosial dari orang-orang yang manortor yaitu:
(1) Tortor Raja Panulusan Bulung; (2) Tortor Raja-Raja;
(3) Tortor Suhut;
(4) Tortor Kahanggi Suhut; (5) Tortor Mora;
(6) Tortor Anakboru;
(7) Tortor Namorapule; dan (8) Tortor Naposo Nauli Bulung.
2.9.2.2 Tari Endeng-Endeng
Endeng-endeng dapat dikategorikan sebuah perpaduan tarian dan pencak silat. Tradisi ini lazimnya dilakukan masyarakat yang sedang menggelar pesat khitanan10
10
Khithanan adalah Sunat rasul dalam sistem yang dianut dan diharuskan didalam keagamaan Islam.
atau malam pesta perkawinan oleh masyarakat.Tari ini menggambarkan semangat dan ekspresi gembira masyarakat sehari- hari. Tari endeng-endeng merupan tari tradisi yang berasal dari daerah Tapanuli Selatan. Dalam penampilannya, endeng-endeng dimainkan oleh sepuluh pemain yakni dua
(4)
38
orang bertugas sebagai vokalis, satu orang pemain keyboard, satu orang pemain tamborin, lima orang penabuh gendang, dan seorang pemain ketipung11
11
Ketipung adalah sebuah gendang yang berukuran kecil.
. Biasanya lagu yang dibawakan berbahasa Tapanuli Selatan. Setiap tampil, kesenian ini memakan waktu empat jam. Daya tarik kesenian ini adalah joget dan tariannya yang ceria, sesuai dengan lagu-lagu yang dibawakan.
2.9.3 Seni Ukir
Di Mandailing, berbagai macam bentuk ornamen (hiasan) tradisional dapat kita lihat disetiap bangunan. Dalam bahasa Mandailing, ornamen-ornamen tersebut disebut bolang yang juga berfungsi sebagai simbol atau lambang itu memiliki makna-makna yang sangat mendalam bagi masyarakat Mandailing. Di dalamnya terkandung nilai-nilai, gagasan-gagasan, konsep-konsep, norma-norma, kaidah-kaidah, hukum dan ketentuan adat-istiadat yang menjadi landasan dan pegangan dalam mengharungi bahtera kehidupan berkebudayaan seperti yang telah dijelaskan.
Bolang atau ornament tradisional Mandailing terbuat dari tiga jenis material yaitu:
(1) Tumbuh-tumbuhan, seperti batang bambu yang melambangkan huta atau bona bulu; burangir atau aropik melambangkan Raja dan Namora Natoras sebagai tempat meminta pertolongan; pusuk ni robung yang disebut bindu melambangkan adat Dalian Na Tolu atau adat Mar koum-Sisolkot (saudara dekat).
(5)
39
(2) Hewan atau binatang, seperti hala dan lipan melambangkan “bisa” yang mempunyai kekuatan hukum; ulok melambangkan keberasaran dan kemuliaan; parapoti (burung merpati) melambangkan kegiatan mencari nafkah untuk menghidupi keluarga; tanduk ni orbo (tanduk kerbau) melambangkan bangsawanan;
(3) Peralatan hidup sehari-hari, seperti timbangan dan pedang melambangkan keadilan; takar melambangkan pertolongan bagi yang membutuhkan; loting(seperti mancis) melambangkan usaha-usaha dalam mencari nafkah, dan lain sebagainya.
Umumnya Pembuatan bolang dilakukan pada Sopo Godang12 dan Bagas Godang13. Bolang ini dilakukan dengan cara menganyam atau menjalin dan diukir. Bahan yang dipakai sebagai bahan anyaman adalah lembaran-lembaran bambu yang telah diarit dengan bentuk-bentuk terentu dan kemudian dipasang pada bagian tutup ari. Ornamen-ornamen itu sebagian besar diberi warna na rara (merah), na lomlom (hitam) dan na bontar (putih) yang erat kaitannya dengan kosmologi14
12
Sama seperti Batak toba sopo adalah balai adat di dalam kebudayaan Mandailing. Sopo godang digunakan untuk keperluan adat seperti musyawarah kerajaan,pengambilan keputusan juga melaksanakan kegiatan lainnya dalam kerajaan, kebanyakan bahkan rata-rata sopo godang terbangun di dekat Bagas godang
13
Pengertian bagas adalah rumah sedangkan godang adalah besar itu kenapa disebut bagas godang itu adalah rumah raja ataupun bisa juga disebut istana.
14
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) kosmologi adalah ilmu (cabang astronomi) yang menyelidiki tentang asal-usul, struktur, dan hubungan ruang waktu dari alam semesta
Mandailing. Dalam hal ini, na rara melambangkan kekuatan, keberanian dan kepahlawanan; na bontar melambangkan kesucian, kejujuran dan kebaikan; na lomlom melambangkan kegaiban (alam gaib) dalam sistem kepercayaan animisme yang disebut Sipelebegu. Pembangunan sopo godang
(6)
40
(Pandapotan Nasution 2005:55-56) pada masyarakat mandailing sengaja dibuat tanpa dinding ataupun transparan. Ini dilakukan supaya semua masyarakat dapat melihat dan mendengar secara langsung musyawarah antar raja-raja pada sopo godang tersebut.