DAMPAK ANCAMAN PERDAGANGAN PEREMPUAN DAN

DAMPAK ANCAMAN PERDAGANGAN PEREMPUAN
DAN ANAK TERHADAP HUMAN SECURITY DI
INDONESIA
(THE THREAT IMPACT OF WOMEN TRAFFICKING AND CHILD
TRAFFICKING AGAINST HUMAN SECURITY IN INDONESIA )

diajukan guna memenuhi tugas tengah semester mata kuliah Human Security and
Global Issue

oleh:
Martha Dina Kristina
NIM 120910101089

Ilmu Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Jember
2014

ABSTRACT

The prolonged monetary crisis caused many people lost their source of

income, thus causing happen different forms of work done for the sake of getting
revenue, and one of them is the trade of women and children or trafficking can be
called. Trafficking health workforce form one form of violence perpetrated against
women and children, involving physical, mental and/or sexual.The lack of
Government attention to the fundamental rights possessed by every human being,
such as the right to human security, the right to economic security, food security,
Health security, environmental security, personal security, security, political
security community. Thus causing the victims of human trafficking trust targeted
at vulnerable groups in social, economic, education, low so as not to have other
skills, and in General, the factors that encourage the occurrence of child
trafficking is poverty, limited employment opportunities, social conflict, weak law
enforcement, lack of education and health, domestic violence, urging the
economy. so there is no sound on the migration routes as well as the children into
commodities trading. The purpose of trafficking is done to: body, organ transplant
drug abuse, trafficking in children, pornography, cross-border commercial sexual
servitude/slavery, and others. trade in women and children is an increasingly
popular recently gave a sign that the existence of human security on the wane, and
become a threat to the whole of society, especially in Indonesia, where in
Indonesia the economic level and concern for human rights, and of course low
semain case trade will be a major threat to human security in indonesia

Keyword : human security,human rights,economy,trafficking

1. Pendahuluan
Perdagangan perempuan dan anak-anak telah menjadi kejahatan
terbesar nomer tiga didunia setelah kejahatan perdagangan obat bius dan
perdagangan senjata. Ditiap tahunnya perdagangan perempuan dan anak
(human trafficking) telah meningkat dan meraup keuntungan yang
semakin tinggi. PBB menyebutkan bahwa sindikat perdagangan (human
trafficking) perempuan dan anak meraup keuntungan tujuh milliar dolar
AS setiap tahunnya dan sekitar dua juta orang diperdagangkan tiap
tahunnya. Sementara itu, di Indonesia sendiri, diperkirakan sekitar 40 ribu
sampai 70 ribu perempuan dan anak. Modus dari perdagangan manusia ini
juga dialasankan oleh factor perekonomian yang rendah. Keberadaan
Negara berkembang yang selalu dilatari oleh rendahnya kualitas SDM
juga menyebabkan munculnya eksploitasi terhadap perempuan dan anak.
SDM yang rendah menyebabkan rendahnya pola pikir masyarakat,
sehingga banyak masyarakatnya yang mencari cara ekstrim dan instan
untuk memperoleh pendapatan,seperti tindak trafficking.
Perekonomian yang tidak merata di Indonesia serta kepedulian
pemerintah terhadap hak-hak asasi manusia yang kurang menyebabkan

rakyat didaerah pelosok tidak terjamah. Sehingga banyak Negara asing
yang secara illegal melakukan esploitasi terhadap masyarakat didaerah
pelosok tersebut. Berbagai macam bentuk tawaran yang diberikan,yang
mana tawaran tersebut dilatar belakangi oleh unsur-unsur negative yang
bertujuan untuk transplantasi organ tubuh, penyalahgunaan obat,
perdagangan

anak

lintas

batas,

pornografi,

seksual

komersil,

perbudakan/penghambaan dan lain-lain.

Dengan semakin meningkatnya jumlah perdagangan perempuan
dan anak menjadikan sebuah ancaman bagi keamanan dan kesejahteraan
masyarakat, terutama masyarakat kalangan bawah dan masyarakat
diwilayah yang kurang terjamah oleh pemerintah.

Struktur Paper
Paper ini penulis susun menjadi 4 bagian substantif. Bagian
pertama adalah latar belakang dan perumusan masalah. Pada bagian ini
penulis paparkan background context dari kasus yang penulis ambil serta
merumuskan beberapa permasalahan yang akan penulis jawab kemudian.
Bagian kedua adalah kerangka teori, di mana penulis mengambil sebuah
kacamata

universal

untuk melihat

kasus.

Bagian


ketiga

adalah

pembahasan, di mana penulis akan membahas lebih lanjut tentang studi
kasus yang dibawa. Bagian terakhir adalah kesimpulan.

2. Latar Belakang
Perdagangan perempuan dan anak-anak merupakan masalah yang
sangat besar. Data Perdagangan Manusia di Indonesia sejak 1993-2003
menunjukkan bahwa perdagangan manusia dengan modus menjanjikan
pekerjaan banyak terjadi dan terutama dialami oleh kalangan perempuan
dan anak-anak. Dampak yang dialami para korban perdagangan manusia
beragam, umumnya masuk dalam jurang prostitusi (PSK), eksploitasi
tenaga kerja dan sebagainya. Sedangkan dari sisi Pelaku umumnya
dilakukan oleh agen penyalur tenaga kerja dengan modus janji memberi
pekerjaan dan dilakukan baik secara pasif (dengan iklan lowongan
pekerjaan) maupun dengan aktif (langsung ke rumah-rumah penduduk)
merekrut mereka yang memang mengharapkan pekerjaan. Eksploitasi

tenaga kerja ini menjerumuskan para tenaga kerja pada system kerja tanpa
upah yang jelas, tanpa ada syarat-syarat kerja, tanpa perlindungan kerja
dan sebagainya layaknya kerja paksa. Hasil studi International Labour
Organization (ILO) menunjukkan bahwa di dunia sekitar 12,3 juta orang
terjebak dalam kerja paksa. Dari jumlah itu, sekitar 9,5 juta pekerja paksa
berada di Asia sebagai wilayah pekerja paksa yang paling besar. Sisanya,

tersebar sebanyak 1,3 juta di Amerika Latin dan Karibia, 660 ribu orang di
sub-Sahara Afrika, 260 ribu orang di Timur Tengah dan Afrika Utara, 360
ribu di negara-negara industri, dan 210 orang di negara-negara transisi.
Dari korban kerja paksa itu 40-50 persennya merupakan anak-anak yang
berusia di bawah 18 tahun.
Perdagangan manusia terutama perdagangan perempuan dan anak
semakin marak dikarenakan keuntungan yang diperoleh pelakunya
sangatlah besar, bahkan menurut PBB perdagangan manusia ini adalah
sebuah perusahaan kriminal terbesar ketiga tingkat dunia, dimana posisi
pertama diduduki oleh tindak riminal perdagangan obat terlarang dan
kemudian kejahatan transnasional.
Indonesia sebagai Negara berkembang juga tidak luput dari
meningkatnya jumlah perdagangan, SDM yang rendah serta lahan

perkerjaan yang semain sempit menyebabkan berbagai bentuk jalan pintas
yang digunakan untuk meraih pendapatan, serta kurang telitinya
pemerintahan sehingga menyebabkan sindikat trafficker yang secara
mudah keluar masuk Indonesia dengan membawa WNI yang akan
ditransaksikan baik didalam negeri dan diluar negeri. Dengan semakin
meningatnya jumlah perdagangan perempuan dan anak di Indonesia
menyebabkan ancaman akan keberadaan human security di Indonesia.
Jumlah trafficking juga member dampak ketidak percayaan Negara asing
kepada Indonesia mengenai stabilitas keamanan di Indonesia. Trafficking
juga

menyodorkan

lemahnya

pemerintah

dalam

memperjuangkan


keamanan masyarakatnya. Ancaman trafficking terhadap human security
juga

menyebabkan

masyarakat

Indonesia

merasa

tidak

aman

dinegaranya.dan merasa Negara tidak mampun menjami keselamatan
masyarakat.

3. Rumusan Masalah


3.1 Bagaimana praktek trafficking di Indonesia?
3.2 Bagaimana dampak ancaman human trafficking pada perempuan dan anak
terhadap human security di Indonesia?
3.3 Apa yang dilakukan pemerintah Indonesia dalam menanggulangi ancaman
perdagangan perempuan dan anak?

4. Pembahasan
Praktek Trafficking di Indonesia.
Perdagangan manusia bukan merupakan istilah baru bagi
masyarakat internasional pada umumnya dan Indonesia pada khususnya.
Di Indonesia Istilah human trafficking merupakan bentuk terjemahan dari
perdagangan manusia. Segala bentu perdagangan manusia ini dikutuk oleh
masyarakat internasional pada umumnya dikarenakan perdagangan
manusia ini telah melanggar nilai-nilai kemanusiaan. Oleh karena itu,

masyarakat

internasional


menetapkan

konvensi

tambahan

tentang

penghapusan perbudakan, perdagangan budak, serta kebiasaan dan praktek
yang sejenis dengan perbudakan tahun 1956. Isi dari konvensi secara tegas
melarang praktek perdagangan dan perbudakan demi martabat manusia
sebagai manusia. Indonesia turut meratifikasi konvensi ini. Berarti
Indonesia ikut memberantas praktek-praktek perdagangan manusia dan
perbudakan. Namun pada realita yang terjadi,praktek human trafficking di
Indonesia tergolong tinggi, terutama perdagangan perempuan dan anak.
Meningkatnya jumlah TKI di luar negeri telah menunjukkan bahwa
pemerintah di Indonesia menerima segala bentuk tindakan perbudakan
yang diterima oleh para TKI. Tinnginya pendapatan Negara dari hasil TKI
diluar negeri menyebabkan Negara dan pemerintah tidak mengambil
tindakan untuk menghentikan lalu lintas TKI di luar negeri. Tidak ada

kepedulian tinggi pemerintah terhadap TKI juga menyebabkan banya
terjadi eksploitasi TKI diluar negeri, eksploitasi ini menyebabkan TKI
banyak mengalami kekerasan seksual, Pelayanan paksa, Perbudakan,
bahkan hingga pada pengambilan organ – organ tubuh.
TKI perempuan yang bekerja di Malaysia, Singapura dan Timur
Tengah banyak mengalami prostitusi paksa. Anak – anak diperdagangkan
diluar negeri dan di dalam negeri yang nanti akan dipergunakan untuk
kerja paksa dan tenaga kerja murah. Dari 33 Provinsi di Indonesia yang
merupakan sumber dan tujuan perdagangan manusia, dengan sumber yang
signifikan adalah Pulau Jawa, Kalimantan Barat, Lampung, Sumatera
Utara, dan Sumatera Selatan. Sebagian besar buruh migran dari Indonesia
harus menghadapi kondisi kerja paksa dan perbudakan utang di negara
Asia yang lebih maju dan Timur Tengah, khususnya Malaysia, Saudi
Arabia, Singapura, Jepang, Kuwait, Suriah dan Irak.
Data menunjukkan pula bahwa ada sekitar 70 % dari seluruh
tenaga kerja di Indonesia dalah perempuan dan lebih dari 55 % dari tenaga

kerja Indonesia bekerja diluar negeri adalah anak – anak dan 43 %
diantaranya adalah hasil dari human trafficking.
Salah satu teknis yang dilakukan sindikat perdagangan manusia ini
adalah para korban dipaksa untuk memiliki hutang agar para korban
tersebut merasa tertekan dan mau bekerja kepada para sindikat tersebut,
sehingga apa yang diinginkan sindikat dapat terwujud dan tentu
orientasinya adalah uang semata. Seakan – akan para korban sudah
menjadi aset bagi sindikat untuk mengembangkan peluang “ bisnis “
mereka. Hal ini menyebabkan ketidakmungkinan para korban untu bisa
berontak apabila hutang yang dimiliki lebih membelenggu ruang gerak
mereka itu sendiri. Dengan tidak sengaja maka ruang gerak korban akan
semakin kecil setiap harinya.
Salah satu factor yang menyebabkan perdagangan manusia ialah
masalah kemiskinan tersebut, yang menyebabkan dampak yang cukup
banyak. Adanya nafsu ingin mendapatkan pendapatan yang tinggi,
ditambah lagi kurangnya pengetahuan maka mereka akan terlilit hutang
para penyalur tenaga kerja dan akhirnya mendorong mereka untuk masuk
kedalam dunia prostitusi. Disamping hal itu media massa khususnya
televisi tampaknya juga tidak mau bekerja sama untuk mencegah
terjadinya human trafficking ini tetapi malah mereka menayangkan hal –
hal yang berbau pornografi yang mendorong menguatnya keinginan
seseorang untuk melakukan kegiatan prostitusi.
Terdapat factor lain yang tidak kalah pentingnya dalam
peningkatan kasus perdagangan manusia yaitu tingkat buta huruf dan
minat baca di Indonesia yang masih jauh dibawah rata – rata. Sebagian
besar masyarakat Indonesia pernah belajar di bangku Sekolah Dasar,
namun tidak pula sebagian besar mereka pernah belajar di bangku SMP.
Tingkat buta huruf ini bisa membuat para korban dengan mudah ditipu
oleh sindikat - sindikat tersebut. Bisa saja mereka mengiming – imingi

korban untuk ikut dan bekerja dengannya dengan bayaran yang relatif
memuaskan, kemudian menandatangani kontrak dengan sindikat tersebut.
Namun, ternyata didalam surat perjanjian atau kontrak itu hal yang
diutarakan tidak sama dengan apa yang telah diucapkan oleh sindikat
tersebut kepada korban sebelumnya.
Lalu selanjutnya yang akan terjadi adalah karena buta huruf
mereka akan kesulitan mengakses informasi yang berhubungan dengan
keluarga mereka. Apalagi jika mereka menjadi korban trafficking
internasional. Masalah akan bertambah dengan perbedaan budaya dan
bahasa, maka selanjutnya yang hanya bisa mereka lakukan adalah
“melayani” para sindikat tersebut dan mereka menjadi aset para sindikat
untuk mendapatkan uang.
Praktek perdagangan yang terjadi di Indonesia telah terjadi di
Indonesia telah menunjukkan bahwa masalah kompleks seperti pendidikan
rendah,lahan pekerjaan yang sempit,tingginya jumlah buta huruf di
Indonesia, serta telalu mudahnya pemerintah memberikan ijin untuk
berkerja diluar negeri dan tidak sesuainya dengan tingkat kepedulian
Negara terhadap masyarakat yang menjadi TKI diluar negeri.

Dampak ancaman perdagangan perempuan dan anak
terhadap human security di Indonesia.
Keberadaan women trafficking dan child trafficking di Indonesia
memberikan ancaman tersendiri bagi keberadaan human security di
Indonesia. Meningkatnya jumlah perdagangan manusia, khususnya pada
perempuan
keselamatan

dan

anak-anak,

perempuan

dan

menyebabkan
anak-anak

pertanyaan
di

Indonesia.

mengenai
Semakin

meningkatnya jumlah perdagangan membuktikan bahwa kepedulian

keselamatan serta pada nilai-nilai kemanusiaan yang dimiliki masyarakat
di Indonesia kurang.
Beberapa dampak yang disebabkan oleh human trafficking yang
terjadi adalah adalah dampak ekonomi sosial dan politik. Dapat di ringkas
bahwa perdagangan manusia memiliki dampak yang sangat besar bagi
berbagai bidang yaitu:
1.

Perdagangan Manusia adalah Pelanggaran Hak Asasi
Manusia,yang menyebabkan nilai-nilai kemanusiaan runtuh sehingga
menyebabkan ancaman bagi human security.

2.

Perdagangan Manusia mendanai Kejahatan
Terorganisir

3.

Perdagangan manusia menghilangkan Sumber Daya
Manusia Banyak Negara.

4.

Perdagangan Manusia merusak Kesehatan
Masyarakat.

5.

Perdagangan manusia menumbangkan wibawa
pemerintah

6.

Perdagangan Manusia Memakan Biaya Ekonomi
Yang Sangat besar.

Dan pada kaum perempuan dan anak human trafficking memberikan
dampak negative bagi psikologis sehingga menyebabkan kaum perempuan
dan anak-anak menjadi terisolasi dari dunia luar. Keberadaan human
trafficking menjadi ancaman bagi keselamatan masyarakat, sehingga
menyebabkan pemikiran yang bersifat negative yang didampakkan oleh
ketakutan akan ancaman human trafficking. Bagi korban human
trafficking pada perempuan dan anak,human trafficking mengakibatkan

depresi pada korban, gangguan kejiwaan, hilangnya keberanian korban
untuk melanjutkan hidupnya, bahkan human trafficking juga menyebabkan
kematian. Bagi indonesia, human trafficking juga menyebabkan
munculnya pandangan negative dari Negara lain, yang meremehan
kestabilan

negara

Indonesia

dan

pemerintahannya

selaku

penanggungjawab dari permasalahan rakyat. Human trafficking juga
menyebabkan Negara terlihat lemah dinegara lain, sehingga muncul
sindikat-sindikat trafficker baru yang menjadikan Indonesia sebagai target
eksploitasi perdagangan, dan tentu hal ini akan menjadi ancaman bagi
masyarakat, khususnya perempuan dan anak-anak. Respon pemerintah
yang lambat juga menjadi ancaman bagi para perempuan dan anak,
pemerintah Indonesia yang dianggap menganggap remeh keberadaan
perusahaan penyodor TKI yang belum diketahui kebenaran bahwa
Perusahaan TKI tersebut mempunyai license yang resmi dan apakah sudah
mendapat perlindungan oleh badan penjamin tenaga kerja, sehingga
menyebabkan banyak sindikat Trafficker yang berkedok badan resmi
penyalur TKI, dan hal inilah yang dianggap sebagai ancaman bagi
perempuan dan anak-anak yang mana biasa menjadi objek dari keberadaan
human trafficking.

Tanggapan pemerintah Indonesia dalam menanggulangi
ancaman perdagangan perempuan dan anak.
Meningkatnya kasus human trafficking menyebabkan peringatan
tersendiri bagi pemerintah bahwa kasus human trafficking saat ini
merupakan permasalahan Negara yang harus segera diselesaikan, karena
kasus ini dapat merambah kepada permasalahan Negara yang lain, seprti
munculnya perdagangan organ tubuh, penyelundupan obat-obat terlarang
serta kekerasan TKI diluar negeri. Perdagangan manusia adalah
pelanggaran HAM (hak asasi manusia), pada dasarnya perdagangan

manusia melanggar hak asasi universal manusia untuk hidup merdeka dan
bebas dari bentuk perbudakan. Perdagangan anak-anak merusak kebutuhan
dasar seorang anak untuk tumbuh dalam lingkungan yang aman dan
meruksak hak anak untuk bebas dari kekerasan dan ekspolitasi seksual.
Dalam Deklarasi Hak Asasi Manusia ( PBB 1948) mendefinisikan HAM
secara luas dengan tujuan agar manusia di seluruh dunia saling
menghormati hak asasi semua orang.
Dalam

menghadapi

ancaman

kasus

perdagangan

manusia,

Pemerintah Indonesia turut meratifikasi protokol PBB dan Rencana Aksi
Nasional (RAN) Penghapusan Perdagangan Perempuan dan Anak yang
disahkan pada tanggal 30 Desember 2002 melalui Keputusan Presiden
No.88 Tahun 2002. RAN tersebut merupakan landasan dan pedoman bagi
pemerintah

dan

perdagangan

masyarakat

perempuan

dalam

dan

anak

melaksanakan
(Kementerian

penghapusan
Pemberdayaan

Perempuan/KPP, RAN, 2002, hlm. 4). Pengesahan RAN ditindaklanjuti
dengan pembentukan gugus tugas anti trafiking di Tingkat Nasional.
Untuk menjamin terlaksananya RAN di tingkat propinsi dan kabupaten /
kota maka penetapan peraturan dan pembentukan gugus tugas. Penetapam
peraturan dan pembentukan gugus tugas ini dibuat berdasarkan keputusan
kepala daerah masing-masing, termasuk anggaran pembiayaannya
(KPP/RAN, hlm8-9). Dalam RAN (hlm 14-15) diberikan 29 rujukan
landasan hukum yang relevan sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku yang dapat dipakai dalam upaya menghapus trafiking, antara lain:
Undang-Undang (UU) No.1 Tahun 1946 tentang Kitab Undang-undang
Hukum Pidana (KUHP); UU no.7 tahun 1984 tentang Pengesahan
Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap
Wanita; UU no.3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak; UU no.19 tahun
1999

tentang

Pengesahan

Konvensi

ILO

(International

Labor

Organisation) no.105 mengenai Penghapusan Kerja Paksa; UU no. 1 tahun
2000 tentang Pengesahan Konvesi ILO No.182 mengenai Pelanggaran dan

Tindakan Segera Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk Untuk
Anak; UU no.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan rujukanrujukan relevan lainnya.
Sampai saat ini, perhatian pemerintah Republik Indonesia terhadap
kasus perdagangan manusia semakin besar. Usaha pemerintah untuk
menyelesaikan masalah-masalah perdagangan manusia sudah semakin
terlihat nyata. Hal ini terbukti dari meningkatnya jumlah kasus yang
ditangani oleh aparat hukum. Selain itu, saat ini sudah banyak pelaku
tindakan perdagangan manusia yang masuk penjara dan diproses secara
hukum. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Anti perdagangan
Manusia di Indonesia pada tahun 2007, jumlah kasus usaha perdagangan
manusia yang ditangani oleh aparat hukum meningkat dari 109 kasus pada
tahun 2007 menjadi 129 pada tahun 2008. Menurut data yang diperoleh,
hukuman yang dijatuhkan untuk pelaku tindakan perdagangan manusia
meningkat dari 46 kasus pada tahun 2007 menjadi 55 kasus pada tahun
2008. Namun, eksploitasi yang diduga dilakukan oleh perusahaan besar
masih menjadi masalah serius, walaupun aparat kepolisisan dan
Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi telah berkali-kali melakukan
operasi untuk memecahkan kasus ini.
Penegakan hukum terhadap aparat yang ikut melakukan tindakan
mendukung perdagangan manusia juga masih cukup memprihatinkan.
Petugas yang terlibat langsung dalam usaha perdagangan manusia ataupun
yang hanya memberikan perlindungan terhadap bisnis tersebut masih
banyak yang belum ditindak. Sementara itu, pemerintah Indonesia selalu
berusaha untuk meningkatkan pelayanan sekaligus perlindungan terhadap
warga negaranya yang bekerja di luar negeri. Salah satu contoh komitmen
pemerintah Republik Indonesia dalam melindungi warga negara Indonesia
yang bekerja di luar negeri dapat dilihat dari tindakan penghentian
sementara pengiriman tenaga kerja Indonesia ke Malaysia.
4. Kesimpulan

Penanganan terhadap masalah trafficking bersifat kompleks.
Sehingga, penanganan terhadap masalah memerlukan pemetaan yang
komprehensif tentang peta permasalahan yang ada. Di samping itu, keseriusan
pemerintah dan keterlibatan seluruh elemen bangsa diharapkan dapat
berkontribusi secara partisipatif dalam upaya pemberantasan masalah
trafficking. Meningkatnya jumlah human trafficking menandakan bahwa
kasus human security menjadi ancaman utama dalam human security dalam
sebuah Negara. Disertai pula apabila kasus human trafficking pada perempuan
dan anak tersebut telah menyebabkan dampak

bermacam-macam dalam

Negara, seperti merambahnya kasus human trafficking ke permasalahan
perdagangan organ tubuh, peredaran obat-obat terlarang, meningkatnya
jumlah korban depresi akibat human trafficking. Dan oleh karena itu, kasus
human trafficking menjadi peringatan penting bagi Negara dan dunia untuk
menuntaskan kasus human trafficking agar tidak mengancam keberadaan
human security masyarakat, dan khususnya perempuan dan anak-anak.

DAFTAR PUSTAKA

 Dian.Y.Suleiman, Perdagangan Perempuan,
http://indonesian.irib.ir/artikel1/-/asset_publishe r/7xTQ/c ontent/eraperdagangan-perempuan (20 Maret 2014)
 Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat RI, Penghapusan
Perdagangan Orang (Trafficking in Person) di Indonesia, Jakarta, 2003.
 Waluyadi, Hukum Perlindungan Anak (Bandung : Mandar Maju, 2009).

 M. Wijers & Lap-Chew, Perdagangan Perempuan Dalam Kerja Paksa dan
Praktik-praktik Seperti Perbudakan Dalam Pernikahan, Rumah Tangga,
dan Prostitusi, Foundation Against Trafficking in Women The Netherlands,
1999

 Winarno Budi, 2002, Isu-Isu Global Kontemporer, PT. Buku Seru,
Yogyakarta
 http://intelektualhukum.wordpress.com/2010/01/14/perdagangan-

trafficking-anak-dan-perempuan/
 http://teja-kusuma.blogspot.com/2011/03/perdagangan-manusia-human-

trafficking.html
 http://rinantifattah.blogspot.com/2013/05/human-trafficking-woman-

trafficking-and.html
 http://en.wikipedia.org/wiki/Human_trafficking_in_Indonesia
 http://diwaaan.blogspot.com/2012/11/human-trafficking.html