Manajemen Cairan dan Status Nutrisi dengan Kualitas Hidup Pasien Hemodialisa di RSUD DR. Pirngadi Medan Chapter III VI

58

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif

menggunakan metode

deskriptif korelasi yaitu untuk menguji adanya hubungan antara dua variabel atau
lebih dan tidak dilakukan manipulasi pada variabel tersebut (Polit & Back, 2012).
Metode korelasi pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui hubungan
manajemen cairan dan status nutrisi dengan kualitas hidup pasien hemodialisa di
RSUD DR. Pirngadi Medan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) DR. Pirngadi
Medan. Alasan memilih ruang hemodialisa di RSUD DR. Pirngadi Medan karena
Rumah Sakit memiliki ruang hemodialisa yang berkapasitas besar dan memiliki
39 unit mesin hemodialisa. RSUD DR. Pirngadi Medan merupakan Rumah Sakit

pendidikan tipe B. Rumah Sakit ini juga merupakan Rumah Sakit rujukan untuk
kota Medan dan sekitarnya sehingga angka kunjungan pasien untuk menjalani
hemodialisa juga tinggi.
Penelitian dilakukan secara bertahap dimulai dengan penyusunan proposal
tesis pada bulan Februari 2016, seminar proposal tesis pada tanggal 02 Mei 2016

58

Universitas Sumatera Utara

59

dan dilanjutkan pengambilan data di RSUD DR. Pirngadi Medan pada tanggal
13 Juni sampai 13 Juli 2016.

3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang menjalani terapi
hemodialisa di RSUD DR. Pirngadi Medan 136 orang.
3.3.2 Sampel

Sampel adalah suatu cara yang ditempuh dengan pengambilan sampel
yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan obyek penelitian (Nursalam, 2008).
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu
suatu metode dimana sebahagian dari anggota populasi menjadi sampel penelitian
sehingga sampel yang diikutsertakan dalam penelitian tersebut berdasarkan pada
pertimbangan peneliti sendiri yang mana pada awalnya telah diidentifikasi
berdasarkan karakteristik populasi secara keseluruhan (Sugiyono, 2007).
Sampel yang diambil pada penelitian ini harus memenuhi kriteria inklusi
sebagai berikut : 1) bersedia menjadi responden, 2) berusia ≥18 tahun, 3)
menjalani hemodialisa secara rutin 2 kali dalam seminggu, 4) kesadaran compos
mentis, 5) sudah menjalani hemodialisa lebih dari 3 bulan, 6) mampu
berkomunikasi verbal dengan baik, 7) mampu membaca, menulis dan berbahasa
Indonesia, 8) pasien yang tidak mengalami gangguan kognitif.

Universitas Sumatera Utara

60

Sedangkan kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah : 1) mengalami
penurunan kesadaran atau komplikasi selama penelitian, 2) usia pasien kurang

dari 18 tahun, 3) pasien yang selama penelitian pindah Rumah Sakit.
Pengambilan besar sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan
rumus analitik korelatif (Lameshow, 1997) :
Zα + Zβ
2

n=

+3

Keterangan :


: Deviat baku alpha (0,025 = 1,96)



: Deviat baku beta (0,05 = 1,64)

r


: Korelasi
Berdasarkan rumus diatas, merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh

Mailani (2014) yang melakukan penelitian pada pasien hemodialisis didapatkan
hubungan antara penambahan berat badan interdialisis dengan kualitas hidup
(r = 0,30). Besar sampel minimal yang dibutuhkan dengan kesalahan tipe I sebesar
5%, kesalahan tipe II 10% menggunakan rumus :
Zα + Zβ
2

n=

+3

1,96 + 1,64
n=

2


+3

n = 92

Universitas Sumatera Utara

61

Sampel dalam penelitian ini adalah 92 orang pasien gagal ginjal kronik
dengan hemodialisa yang berkunjung ke ruangan hemodialisa RSUD DR.
Pirngadi Medan.

3.4 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data manajemen cairan,
status nutrisi, kualitas hidup dan dilengkapi dengan data confounding pasien
hemodialisa. Metode pengumpulan data pada penelitian ini meliputi :
3.4.1 Prosedur administratif
Prosedur administratif pada penelitian ini dimulai dengan mengajukan
surat permohonan ijin pengambilan data ke Rumah Sakit tempat penelitian akan
dilakukan. Selanjutnya, peneliti mengajukan surat lulus uji etik (ethical

clearance) kepada lembaga etik kesehatan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara Medan. Setelah surat permohonan ijin pengambilan data dan lulus
uji etik dikeluarkan, peneliti mengajukan permohonan ijin untuk melaksanakan
penelitian kepada Direktur RSUD DR. Pirngadi Medan. Setelah surat ijin
penelitian dikeluarkan, selanjutnya peneliti meminta ijin kepada kepala instalasi
unit hemodialisa di RSUD DR. Pirngadi Medan serta menjelaskan tujuan dan
membuat kontrak kerja terhadap lamanya penelitian dilakukan.
3.4.2 Prosedur pelaksanaan
Penelitian ini dimulai setelah mendapatkan surat ijin penelitian dari rumah
sakit. Hal pertama kali yang dilakukan adalah mengidentifikasi seluruh populasi

Universitas Sumatera Utara

62

kemudian sampel dipilih berdasarkan kriteria inklusi yang telah ditentukan.
Responden yang telah dipilih diberikan penjelasan tentang tujuan penelitian dan
persetujuan responden untuk mengikuti penelitian dengan menandatangani
informed consent.
Dalam melaksanakan penelitian, peneliti dibantu seorang asisten peneliti

yang sudah dilatih dalam melakukan pengisian kuesioner selama periode dialisis.
Pada hari pertama penelitian peneliti melakukan pendekatan dengan mengikuti
jadwal hemodialisa pertama pasien dalam minggu tersebut yaitu hari senin, selasa,
rabu kemudian peneliti melakukan wawancara untuk mengisi kuesioner data
demografi, data manajemen cairan dan data makan minum responden 24 jam
terakhir (food recall pertama). Pada jadwal hemodialisa berikutnya (disesuaikan
dengan jadwal responden yaitu kamis, jum’at, sabtu) peneliti kembali melakukan
wawancara untuk mengisi data makan minum selama 24 jam terakhir responden
(food recall kedua) dan mengisi kuesioner kualitas hidup responden.
Setelah data food recall didapatkan selanjutnya peneliti memeriksa
kelengkapan semua jenis makanan dan minuman dengan ukuran rumah tangga
sesuai dengan yang dilaporkan oleh responden pada lembar food recall yang telah
diisi. Langkah berikutnya peneliti mengolah data tersebut dengan menggunakan
program nutrisurvey dan akan didapatkan data zat-zat yang ada dalam makanan
setiap responden dalam jumlah yang kurang, cukup dan lebih dari kebutuhannya.
Dari data yang didapatkan akan terlihat status nutrisi dari masing-masing
responden.

Universitas Sumatera Utara


63

Semua kuesioner diisi oleh peneliti atau asisten peneliti dengan melakukan
wawancara pada responden. Hal ini dilakukan karena prosesnya saat responden
menjalani dialisis dan untuk meminimalkan kesalahan dalam pengisian kuesioner
serta kejelasan dari setiap item yang ditanyakan.

3.5

Validitas dan Reliabilitas Kuesioner
Instrumen penelitian yang baik harus mematuhi dua persyaratan yang penting

yaitu pengujian validitas dan reliabilitas (Polite & Back, 2012). Suatu kuesioner
dinyatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan konsisten
dan stabil dari waktu ke waktu. Pengujian reliabilitas dilakukan untuk mengetahui
konsisten hasil sebuah jawaban tentang tanggapan responden. Pengujian reliabilitas
dapat menggunakan uji statistik Cronbach Alpha. Cronbach alpha yang baik adalah
yang semakin mendekati 1. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika
memberikan nilai Cronbach Alpha minimal >0,60, dan jika nilai >0,75 atau semakin
tinggi akan semakin baik reliable nya (Polite & Beck, 2011).

Penelitian ini menggunakan kuesioner manajemen cairan yang dimodifikasi
dari penelitian Cristovao

(2015). Pada penelitian Cristovao

tidak terlihat

dilakukannya uji reliabilitas dan validitas sehingga peneliti melakukan uji realiabilitas
dan validitas pada kuesioner manajemen cairan yang digunakan dalam penelitian ini.
Hasil uji reliabilitas didapat nilai Cronbach Alpha 0,80 sehingga kuesioner
dinyatakan reliabel untuk digunakan. Selain menggunakan kuesioner manajemen
cairan penelitian ini juga menggunakan kuesioner kualitas hidup yang baku yaitu

Universitas Sumatera Utara

64

Kidney Disease Quality of Life (KDQOL) version 1,3 oleh Hays et al. (1997) dengan
nilai nilai reliabilitas kuisioner 0,61–0,90 sehingga kuisioner dinyatakan reliabel untuk
digunakan. Tahun 2010 dilakukan penelitian untuk mengetahui reliabilitas kuisioner

KDQOL version 1,3 di Singapura, hasilnya menunjukkan semua item mempunyai
reliabilitas yang baik yaitu rentang nilai 0,72–0,95 (Joshi, Moopil, & Lim, 2010).
Penelitian yang sama dilakukan di Thailand pada tahun 2013 hasilnya menunjukkan
angka reliabel 0,799–0,827 (Thaweethamcharoen, Srimongkol, Naparatayaporn,
Jariyayothin, Sukthinthai et al., 2013). Pada penelitian Mailani, Setiawan & Siregar
(2014) juga dilakukan uji reliabilitas kuesioner ini didapat nilai Cronbach Alpha 0,77
dengan nilai alpha setiap domain dalam rentang 0,73-0,79.
Kuesioner manajemen cairan yang dimodifikasi dari Cristovao (2015) telah
dilakukan content validity (validitas isi) oleh tiga ahli dan mempunyai nilai Content
Validity Index (CVI) 0,89 sehingga kuesioner ini dapat dan layak digunakan untuk
melihat manajeman cairan pasien hemodialisa.

3.6

Variabel dan Definisi Operasional
Variabel yang akan dioperasionalkan dalam

penelitian ini adalah

manajemen cairan dan status nutrisi (variabel independen) dan kualitas hidup

(variabel dependen).

Universitas Sumatera Utara

65

Tabel 3.1 Variabel Independen dan Defenisi Operasional
Variabel
Independen
Manajemen
Cairan

Definisi
Operasional
Langkah-langkah
pasien
hemodialisa
dalam melakukan
perawatan
diri
untuk mengelola
pembatasan
asupan
cairan
yang di evaluasi
dengan
penambahan
berat
badan
interdialisis.

Status
Nutrisi

Asupan makanan
yang dikonsumsi
oleh
pasien
hemodialisa
selama 24 jam
terakhir
baik
dirumah, diluar
rumah atau pada
saat
menjalani
terapi
hemodialisa
terdiri
dari
kandungan gizi :
kalori
(30-35
kkal/KgBB/hari),
protein (1-1,2g/
KgBB/hari),
kalium (1,6-2,8
gr/hari), natrium
(2,5
gr/hari),
posphor (2,704,50 mEq/L) dan
kalsium (8,6-10,3
mg/dl).

Alat Ukur

Hasil Ukur

Skala

Menggunakan 1. Cairan cukup, Ordinal
kuesioner
jika skor 87manajemen
129.
cairan yang 2. Cairan
lebih,
terdiri dari 43
jika skor 43-86.
pertanyaan
dengan
menggunakan
skala likert.

Penilaian
dilakukan
dengan
metode food
recall 24 jam
melalui
tehnik
wawancara.

1. Baik,
apabila Ordinal
kalori, protein,
natrium,
kalium, posphor
dan
kalsium
dalam
batas
nilai normal.
2. Kurang, apabila
kalori, protein,
natrium,
kalium, posphor
dan
kalsium
tidak
dalam
batas
nilai
normal.

Universitas Sumatera Utara

66

Tabel 3.2 Variabel Dependen dan Defenisi Operasional
Variabel
Dependen
Kualitas
Hidup

Definisi
Operasional
Kemampuan
individu
dalam
menilai
kualitas
hidupnya
yang
terkait 19 domain
yaitu
gejala/masalah
yang menyertai,
efek
penyakit
ginjal,
beban
akibat
penyakit
ginjal,
status
pekerjaan, fungsi
kognitif, kualitas
interaksi
sosial,
fungsi
seksual,
tidur,
dukungan
yang
diperoleh,
dukungan dari staf
dialisis, kepuasan
pasien,
fungsi
fisik, keterbatasan
akibat
masalah
fisik, rasa nyeri
yang
dirasakan,
persepsi kesehatan
secara
umum,
kesejahteraan
emosional,
keterbatasan
akibat
masalah
emosional, fungsi
sosial
dan
energi/kelelahan.

Alat Ukur

Hasil Ukur

Skala

Kuesioner
Item
pertanyaan Interval
Kidney
dinilai
dengan
Disease
rentang 0 – 100.
Quality
of
Life
(KDQOL)
Version 1,3

Universitas Sumatera Utara

67

Tabel 3.3 Variabel Confounding dan Defenisi Operasional
Variabel
Confounding
Lama
menjalani
hemodialisa

3.7

Definisi
Operasional
Lama
responden
menjalani
hemodialisa dalam
bulan sejak pertama
kali
menjalani
hemodialisa sampai
penelitian
dilakukan.

Alat Ukur

Hasil Ukur

Lembar
pengumpulan
data
karakteristik
responden

1. < 1 tahun
2. 1 – 3 tahun
3. > 3 tahun

Skala
Rasio

Metode Pengukuran
Instrumen untuk mengukur

manajemen cairan dengan menggunakan

kuesioner yang dimodifikasi dari Cristovao (2015). Kuesioner terdiri dari 43 item
pertanyaan yang terbagi dalam dua bagian yaitu 29 pertanyaan tentang strategi
mengontrol asupan cairan dan 14 pernyataan tentang strategi mengontrol rasa haus.
Kuesioner menggunakan skala likert dengan tiga kriteria penilaian yaitu nilai 1 (0-1
kali/minggu = tidak pernah), nilai 2 (2-4 kali/minggu = Kadang-kadang dan nilai
3(5-7 kali/minggu = selalu). Hasil pengukuran kuesioner manajemen cairan
menggunakan skala likert dengan rentang nilai dimulai dari 43-129, dimana 43
menunjukkan nilai manajemen cairan terendah dan nilai 129 menggambarkan
manajemen cairan terbaik.
Data kedua status nutrisi responden menggunakan metode mengingat kembali
(food recall) 24 jam melalui tehnik wawancara. Peneliti mencatat jenis dan jumlah
bahan makanan yang dikonsumsi responden pada periode 24 jam yang lalu secara

Universitas Sumatera Utara

68

teliti dengan menggunakan alat ukur rumah tangga (URT) seperti sendok, gelas, piring
dan ukuran lainnya yang biasa dipergunakan sehari-hari oleh responden. Sebagian
besar untuk memudahkan penentuan jumlah konsumsi makanannya peneliti
melakukan pengukuran sendiri bahan makanan yang disebutkan responden dengan
menggunakan gelas ukur dan timbangan rumah tangga tanita 2 Kg dengan ketelitian
skala 10 gram. Setelah peneliti memeriksa kelengkapan isi lembar food recall
responden secara spesifik selanjutnya hasil dari food recall akan dianalisis
menggunakan program nutrisurvey untuk menganalisis kandungan zat gizi bahan
makanan responden. Selanjutnya peneliti menentukan hasil ukurnya dimana hasil
pengukuran terdiri dari dua kelas yaitu baik (apabila kalori, protein, natrium, kalium,
posphor dan kalsium dalam batas normal) dan kurang (apabila kalori, protein, natrium
kalium, posphor dan kalsium tidak dalam batas normal).
Data selanjutnya adalah data demografi responden yang meliputi usia, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan, status pernikahan, lama menjalani hemodialisa dan
penyakit penyebab hemodialisa. Selanjutnya penilaian kualitas hidup responden
dikumpulkan dengan kuesioner Kidney Disease Quality of Life (KDQOL) version 1,3.
Kuesioner yang digunakan telah meminta izin kepada RAND Health sebagai lembaga
yang mempunyai hak paten atas kuesioner tersebut dan sudah melalui proses back
translation. Kueisioner kualitas hidup mengukur 19 domain yaitu gejala/masalah
yang menyertai, efek penyakit ginjal, beban akibat penyakit ginjal, status pekerjaan,
fungsi kognitif, kualitas interaksi sosial, fungsi seksual, tidur, dukungan yang
diperoleh, dukungan dari staf dialisis, kepuasan pasien, fungsi fisik, keterbatasan

Universitas Sumatera Utara

69

akibat masalah fisik, rasa nyeri yang dirasakan, persepsi kesehatan secara umum,
kesejahteraan emosional, keterbatasan akibat masalah emosional, fungsi sosial dan
energi/kelelahan. Instrumen yang digunakan menggunakan skala likert. Rentang nilai
dimulai dari 0-100, dimana 0 menunjukkan nilai kualitas hidup terendah, dan nilai
100 menggambarkan kualitas hidup terbaik.
Tabel 3.4 Nomor Pertanyaan berdasarkan 19 aspek KDQOL version 1,3

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19

Domain kualitas hidup

Jumlah
Pernyataan
Gejala/masalah yang menyertai
12
Efek penyakit ginjal
8
Beban akibat penyakit ginjal
4
Status pekerjaan
2
Fungsi kognitif
3
Kualitas interaksi sosial
3
Fungsi seksual
2
Tidur
4
Dukungan sosial
2
Dukungan dari staf dialisis
2
Kepuasan pasien
1
Fungsi fisik
10
Keterbatasan akibat masalah fisik
4
Rasa nyeri
2
Persepsi kesehatan secara umum
5
Kesejahteraan emosional
5
Keterbatasan
akibat
masalah 3
emosional
Fungsi social
2
Energi/kelelahan
4

No Pernyataan
14a – k, l
15a – h
12a-d
20, 21
13b, d,f
13a, c, e
16a, b
17, 18a-c
19a, b
24a, b
23
3a-j
4a-d
7,8
1, 11a-d
9b, c, d, f, h
5a-c
6, 10
9a, e, g, i

Universitas Sumatera Utara

70

Tabel 3.5 Skor Item Pernyataan Kuisioner KDQOL version 1,3
No Pernyataan
4a-d, 5a-c, 21

Kode
1
2

Skor
0
100

3a-j

1
2
3

0
50
100

19a-b

1
2
3
4

0
33,33
66,66
100

10, 11a, c, 12a-d

1
2
3
4
5

0
25
50
75
100

9b, c, f, g, i, 13e, 18b

1
2
3
4
5
6

0
20
40
60
80
100

20

1
2

100
0

1-2,6, 8, 11b, d, 14a-m, 15ah, 16a-b, 24a-b

1
2
3
4
5

100
75
50
25
0

7, 9a, d, e, h, 13a-d, f, 18a,c

1
2
3
4
5
6
Respon x 10
1-7
Jika tidak

100
80
60
40
20
0
0-100
(Ans-1)*16,67
Data Tidak dihitung

17-22
23
16

Universitas Sumatera Utara

71

3.8 Metode Analisa Data
Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi analisis
univariat dan bivariat dengan menggunakan bantuan program perangkat lunak
komputer.
3.8.1 Analisis univariat
Analisa univariat digunakan untuk menganalisa data tentang karakteristik
responden, manajemen cairan, status nutrisi dan kualitas hidup pasien
hemodialisa. Setiap analisa variabel univariat pada penelitian ini akan dibagi
dalam beberapa kategori yaitu manajemen cairan dikelompokkan menjadi 2
bagian yaitu : cairan cukup (skor 87-129), cairan lebih (skor 43-86), status nutrisi
dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu : baik (kalori, protein, natrium, kalium,
posphor dan kalsium dalam batas normal), kurang (kalori, protein, natrium,
kalium, posphor dan kalsium tidak dalam batas normal) dan kualitas hidup rentang
nilai 0-100 (dimana 0 menunjukkan nilai kualitas hidup terendah dan 100
menunjukkan kualitas hidup terbaik).
3.8.2 Analisis bivariat
Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan yang
signifikan antara 2 variabel. Analisis bivariat dilakukan untuk membuktikan
hipotesa penelitian yaitu adakah hubungan manajemen cairan dan status nutrisi
dengan kualitas hidup pasien hemodialisa. Analisa bivariat dalam penelitian ini
menggunakan uji korelasi Pearson. Jika nilai p0,05, maka dinyatakan tidak
terdapat korelasi (Ho diterima).

Universitas Sumatera Utara

72

Interpretasi koefisien korelasi dinyatakan bahwa kekuatan sangat rendah dengan nilai
0,00-0,199, rendah: 0,20-0,399, sedang: 0,40-0,599, kuat: 0,60-0,799, sangat kuat:
0,80-1,00.
Sebelum dilakukan uji pearson, data yang telah terkumpul dilakukan uji asumsi
terlebih dahulu. Adapun asumsi-asumsi sebelum dilakukan uji korelasi pearson
adalah uji normalitas. Uji normalitas dilakukan untuk menunjukkan simetris tidaknya
distribusi data. Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi data
mengikuti atau mendekati distribusi normal. Distribusi data dengan bentuk gunung
yang simetris. Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi
normal. Pengujian normalitas dilakukan dengan melihat grafik normal plot dan
melihat nilai signifikansi uji kolmogorov-smirnof. Interpretasi dari uji ini adalah jika
angka signifikan >0,05 maka data dinyatakan mempunyai distribusi normal.

3.9 Pertimbangan Etik
Semua hak dan kerahasiaan identitas responden dijamin oleh peneliti.
Dokumen tentang identitas dan data yang berhubungan dengan manajemen cairan dan
status nutrisi dengan kualitas hidup pasien hemodialisa di unit hemodialisa RSUD
DR. Pirngadi Medan digunakan untuk keperluan pengolahan data dan bila sudah
tidak digunakan akan dimusnahkan. Etika penelitian dalam penelitian ini
dilaksanakan untuk memberikan perlindungan terhadap responden yang menjadi
subjek penelitian dengan mempertimbangkan prinsip etika riset berupa beneficience,
prinsip menghargai martabat manusia dan prinsip mendapatkan keadilan (Hamid,

Universitas Sumatera Utara

73

2007). Sebagai pertimbangan etika, peneliti meyakini bahwa responden dilindungi,
dengan memperhatikan aspek-aspek self determination, privacy and anonymity
confidentiality, protection from discomfort, informed consent.
3.9.1 Penerapan aspek etik
1. Self determination
Aplikasi yang dilakukan peneliti adalah responden diberi kebebasan untuk
menyatakan kesediaanya secara sukarela terlibat dalam penelitian ini. Peneliti
meyakinkan responden bahwa peneliti tidak akan menghukum, memaksa atau
memberi perlakuan yang tidak adil jika subjek menolak menjadi responden dalam
penelitian ini. Sebelumnya peneliti memberi kesempatan kepada responden untuk
memahami penelitian yang akan dilakukan sebagaimana yang tercantum dalam
penjelasan penelitian dan lembar persetujuan dalam berkas kuesioner. Selanjutnya
peneliti memberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian dan variabel yang
akan diteliti; waktu penelitian yang digunakan, manfaat penelitian, jaminan bahwa
tidak adanya pengaruh penelitian terhadap individu dan pekerjaan dan jaminan
kerahasiaan bahwa data yang diberikan tidak akan disebar luaskan ataupun dapat
merugikan responden. Dalam hal ini peneliti menghargai keputusan responden
berdasarkan otonomi atas dirinya sendiri sebagai bentuk penerapan prinsif Self
determination.
2. Privacy and anonymity confidentiality
Aplikasi yang dilakukan peneliti adalah peneliti menggunakan prinsip
kerahasiaan dan anonymity dengan menggunakan kode yang diisi oleh peneliti
dan tidak mencantumkan atau menuliskan nama responden pada kuesioner yang

Universitas Sumatera Utara

74

digunakan dan digunakan untuk penelitian ini saja (confidentiality). Data yang
telah diolah oleh peneliti dijaga kerahasiaannya dan saat ini disimpan oleh
peneliti. lama penyimpanan data sesuai dengan ketentuan pengarsipan (5 tahun).
3. Protection from discomfort
Peneliti memperhatikan kemungkinan timbulnya ketidaknyamanan yang
dirasakan oleh responden selama pengisian kuesioner dan memberikan kebebasan
kepada responden untuk tidak melanjutkan pengisian kuesioner. Untuk
meminimalkan ketidaknyamanan maka peneliti mendampingi dan memonitor
keadaan umum responden selama pengisian kuesioner. Pada saat pelaksanaan
pengumpulan data tidak ada responden yang mengundurkan diri.
4. Informed consent.
Informed consent adalah kesediaan yang disadari oleh subjek penelitian
untuk diteliti (Prasetyo, 2008). Aplikasi yang dilakukan peneliti adalah semua
responden yang menjadi subyek penelitian, telah diberi informasi tentang segala
sesuatu yang berkaitan dengan penelitian, setiap responden diberi hak untuk
menyetujui atau menolak menjadi responden penelitian. Responden yang bersedia
dipersilahkan untuk menandatangani lembar persetujuan (informed consent).

Universitas Sumatera Utara

75

BAB 4
HASIL PENELITIAN

Pengumpulan data telah dilaksanakan selama 1 bulan pada tanggal 13 Juni
sampai 13 Juli 2016 di RSUD DR. Pirngadi Medan. Bab ini akan menguraikan
tentang hasil penelitian untuk menjelaskan manajemen cairan, status nutrisi dan
kualitas hidup pasien hemodialisa di RSUD DR. Pirngadi Medan. Lebih jelasnya
dapat dilihat dibawah ini.

4.1 Deskripsi Karakteristik Responden di Unit Hemodialisa RSUD DR.
Pirngadi Medan (n=92)

Hasil penelitian karakteristik responden didapatkan bahwa mayoritas
respoden berusia 45-54 tahun yaitu sebanyak 37 orang (40,2%), berjenis kelamin
laki-laki yaitu 48 orang (52,2%), pendidikan terakhir terbanyak SMA yaitu 42
orang (45,7%) dan sudah tidak bekerja lagi sebanyak 73 orang (79,3%). Mayoritas
responden dengan status menikah yaitu 70 orang (76,1%), sebagian besar
responden sudah menjalani hemodialisa > 3 tahun yaitu 48 orang (52,2%) dan
sebagian besar penyakit penyebab responden menjalani hemodialisa adalah
hipertensi yaitu 52 orang (56,5%). Distribusi frekuensi karakteristik responden
dapat dilihat pada Tabel 4.1.

75

Universitas Sumatera Utara

76

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Unit Hemodialisa
di RSUD DR. Pirngadi Medan (n=92)
No Karakteristik Responden
1
Usia
18-24 tahun
25-34 tahun
35-44 tahun
45-54 tahun
55-64 tahun
65-74 tahun
2
Jenis Kelamin
Laki – Laki
Perempuan
3
Pendidikan
Tidak sekolah
SD
SMP
SMA
Diploma
S1/Sarjana
4
Pekerjaan
Tidak bekerja
Bekerja
5
Status pernikahan
Belum menikah
Menikah
Janda
Duda
6
Lama Menjalani Hemodialisa
3 bulan- 1 tahun
> 1 tahun- 3 tahun
> 3 tahun
5 Penyakit penyebab Hemodialisa
Hipertensi nefropati
Diabetik nefropati
Glomerulonefritis cronik
Penyakit ginjal obstruksi infeksi

f

%

2
9
14
37
26
4

2,2
9,8
15,2
40,2
28,3
4,3

48
44

52,2
47,8

1
13
13
42
6
17

1,1
14,1
14,1
45,7
6,5
18,5

73
19

79,3
20,7

8
70
11
3

8,7
76,1
12,0
3,3
11
33
48

12,0
35,9
52,2

52
22
5
13

56,5
23,9
5,4
14,1

4.2 Deskripsi Manajemen Cairan Pasien Hemodialisa di RSUD DR. Pirngadi
Medan (n=92)
Pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa rata-rata skor manajemen cairan
responden yang menjalani hemodialisa di RSUD DR. Pirngadi Medan adalah

Universitas Sumatera Utara

77

78,07, median 77,50, simpangan baku 9,50 artinya rata-rata responden masih
mengalami kelebihan cairan yang cukup tinggi. Rata-rata penambahan berat
badan interdialisis responden yang menjalani hemodialisa di RSUD DR. Pirngadi
Medan dalam persentase (%) adalah 4,70, median 4,30, simpangan baku 3,10
artinya

rata-rata responden mengalami penambahan berat badan interdialisis

kategori berat sedangkan penambahan berat badan interdialisis dengan satuan
Kilogram (Kg) didapat rata-rata 2,62 Kg, median 2,30 Kg, simpangan baku 1,72
artinya rata-rata responden mengalami peningkatan berat badan interdialisis cukup
tinggi dari berat badan keringnya.
Tabel 4.2 Distribusi Manajemen Cairan Pasien Hemodialisa di RSUD DR.
Pirngadi Medan (n=92)
Variabel

Rata-rata

Median

Simpangan baku

Min-Maks

Manajemen Cairan

78,07

77,50

9,50

56-106

Penambahan berat
badan interdialisis
(%)

4,70

4,30

3,10

0-15,0

Penambahan berat
badan interdialisis
(Kg)

2,62

2,30

1,72

0-9,0

4.3 Deskripsi Status Nutrisi Pasien Hemodialisa di RSUD DR. Pirngadi
Medan (n=92)
Pada tabel 4.3 dapat dilihat status nutrisi responden yang menjalani
hemodialisa di RSUD DR. Pirngadi Medan hanya sebagian kecil yang
mempunyai status nutrisi baik yaitu 28 orang (30,3%) dan sebagian besar status
nutrisi kurang yaitu 64 orang (69,6%).

Universitas Sumatera Utara

78

Tabel 4.3 Distribusi Status Nutrisi Pasien Hemodialisa di RSUD DR.
Pirngadi Medan (n=92)
Kategori status nutrisi
Baik
Kurang

f
28
64

%
30,4
69,6

4.4 Deskripsi Kualitas Hidup Pasien Hemodialisa di RSUD DR. Pirngadi
Medan (n=92)
Hasil penelitian menunjukkan gambaran umum nilai kualitas hidup pasien
penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisa mengalami penurunan yang
sangat signifikan dengan nilai rata-rata 59,61 dan simpangan baku 21,32. Domain
kualitas hidup yang mempunyai nilai rata-rata paling rendah adalah keterbatasan
akibat masalah emosional yaitu 17,39 (simpangan baku 31,44) artinya rata-rata
responden bermasalah dengan pekerjaan atau aktivitas harian lainnya sebagai
akibat dari permasalahan emosi yang dirasakan sehingga lebih tidak teliti dari
sebelumnya dalam 4 minggu terakhir dan keterbatasan akibat masalah fisik yaitu
18,21 (simpangan baku 32,33) yang artinya rata-rata responden bermasalah
dengan pekerjaan atau aktivitas sehari-hari akibat kesehatan fisik dalam 4 minggu
terakhir.
Domain kualitas hidup yang memiliki nilai rata-rata yang paling tinggi
adalah dukungan dari staff dialisis yaitu 97,01 (simpangan baku 9,69) artinya
responden mengatakan perawat/staff dialisis selalu memberi dukungan kepada
responden agar mampu beradapatasi secara mandiri dalam melakukan perawatan
diri dan kualitas interaksi sosial 82,90 (simpangan baku 15,25) artinya rata-rata
responden mengatakan tidak mengucilkan diri dari orang sekitar dan tetap
berhubungan baik/rukun dengan orang lain tetapi ada sebagian responden yang

Universitas Sumatera Utara

79

merasa mudah tersinggung ketika menghadapi orang disekitarnya selama 4
minggu terakhir. Seperti terlihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Distribusi Kualitas hidup Pasien Hemodialisa di RSUD DR.
Pirngadi Medan berdasarkan 19 dimensi KDQOL 1,3 (n=92).
No

Domain kualitas hidup

Rata-rata

1
2.
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12.
13.

Gejala/masalah yang menyertai
Efek penyakit ginjal
Beban akibat penyakit ginjal
Status pekerjaan
Fungsi kognitif
Kualitas interaksi sosial
Fungsi seksual
Tidur
Dukungan sosial
Dukungan dari staf dialisis
Kepuasan pasien
Fungsi fisik
Keterbatasan akibat masalah
fisik
Rasa nyeri
Persepsi kesehatan secara
umum
Kesejahteraan emosional
Keterbatasan akibat masalah
emosional
Fungsi social
Energi/kelelahan
Kualitas hidup secara umum

69,96
60,80
37,50
51,09
73,12
82,90
78,01
55,14
81,34
97,01
52,38
33,18
18,21

14.
15.
16.
17.
18.
19

Simpangan
baku
14,35
20,13
22,75
12,79
21,68
15,25
29,32
9,67
22,49
9,69
11,84
24,52
32,33

Min- Maks
29-94
3-94
0-100
0-100
0-100
33-100
0-100
25-73
0-100
50-100
17-100
0-100
0-100

67,28
50,92

34,89
23,35

0-100
0-95

76,22
17,39

19,54
31,44

8-100
0-100

65,08
65,16
59,61

31,47
17,57
21,32

0-100
20-100

4.5 Uji Normalitas Variabel Manajemen Cairan, Status Nutrisi dan Kualitas
Hidup Pasien Hemodialisa di RSUD DR. Pirngadi Medan
Sebelum dilakukan analisis bivariat dengan menggunakan uji Pearson
terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dengan menggunakan uji KolmogorovSmirnov, setelah dilakukan uji normalitas ternyata hanya variabel kualitas hidup
yang berdistribusi normal sedangkan variabel manajemen cairan, status nutrisi dan
lama menjalani hemodialisa berdistribusi tidak normal kemudian dilakukan

Universitas Sumatera Utara

80

transformasi data dengan metode log 10. Setelah ditransformasi data variabel
manajemen cairan dan status nutrisi didapatkan distribusi data menjadi normal
sedangkan variabel lama menjalani hemodialisa tidak berubah distribusi tidak
normal. Hasil uji Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat bahwa hasil signifikansi
manajemen cairan adalah 0,189, status nutrisi 0,200, kualitas hidup adalah 0,200
dan lama menjalani hemodialisa adalah 0,000. Semua interpretasi dari uji variabel
penelitian ini adalah >0,05 (Data dikatakan berdistribusi normal) kecuali variabel
lama menjalani hemodialisa 0,05) yang menunjukkan tidak ada hubungan antara
manajemen cairan dengan kualitas hidup (Ho diterima).
Tabel 4.6 Hubungan Manajemen Cairan dengan Kualitas Hidup Pasien
Hemodialisa di RSUD DR. Pirngadi Medan (n=92)
Hubungan
r
p
Manajemen cairan - Kualitas hidup

-0,120

0,253

Universitas Sumatera Utara

81

4.7 Hubungan Status Nutrisi dengan Kualitas Hidup Pasien Hemodialisa di
RSUD DR. Pirngadi Medan (n=92)

Tabel 4.7 menunjukkan hubungan status nutrisi dengan kualitas hidup
pasien hemodialisa di RSUD DR. Pirngadi Medan didapatkan nilai p 0,001
(0,05) yang artinya tidak ada hubungan antara lama menjalani
hemodialisa dengan kualitas hidup pasien hemodialisa (Ho diterima). Seperti yang
terlihat pada tabel 4.8 :
Tabel 4.8 Hubungan Lama Menjalani Hemodialisa dengan Kualitas Hidup
Pasien Hemodialisa di RSUD DR. Pirngadi Medan (n=92)
Hubungan

r

p

Lama menjalani hemodialisa - Kualitas hidup

0,163

0,120

Universitas Sumatera Utara

82

BAB 5
PEMBAHASAN

Dalam bab ini peneliti akan menjelaskan hasil dari penelitian terkait
dengan teori dan tujuan penelitian. Pembahasan mencakup penjelasan hasil
analisis dari variabel yang diteliti pada penelitian ini. Selain itu pada pembahasan
ini juga dijelaskan tentang keterbatasan penelitian yang telah dilaksanakan serta
implikasi hasil penelitian untuk keperawatan.

5.1 Manajemen Cairan Pasien Hemodialisa di RSUD DR. Pingadi Medan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen cairan responden yang
menjalani hemodialisa di RSUD DR. Pirngadi Medan rata-rata masih mengalami
kelebihan cairan yang cukup tinggi, hal ini didukung dengan penambahan berat
badan interdialisis pada responden >3,9% dari berat badan kering sebanyak 56,5%
dan >2 sampai 9 Kg dari berat badan kering sebanyak 54,4% terlihat pada
lampiran 1. Sesuai dengan hasil penelitian Istanti (2009), menyatakan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara masukan cairan dan penambahan berat
badan dimana semakin banyak masukan cairan maka semakin meningkat berat
badan antara dua waktu dialisis dan faktor yang paling berkontribusi terjadinya
penambahan berat badan antara dua waktu dialisis adalah masukan cairan
sedangkan untuk mengurangi komplikasi akibat penyakit ginjal kronik berat
badan interdialisis tidak boleh >3,5–4 % berat badan kering (Lopez-Gomez, 2005)
atau tidak lebih dari 3 % dari berat kering (Smeltzer & Bare, 2010).

82

Universitas Sumatera Utara

83

Kelebihan cairan tubuh yang terjadi pada pasien sangat terkait dengan
kepatuhan pasien hemodialisa itu sendiri. Pasien gagal ginjal kronis yang
menjalani hemodialisa mengalami keputusasaan sehingga mereka berpotensi tidak
mematuhi terapi, salah satunya pembatasan asupan cairan (Feroze, Martin, Reina
& Zadeh, 2010). Kepatuhan merupakan bagian terpenting untuk mengontrol
masukan cairan pada pasien yang menjalani hemodialisa, penelitian yang
dilakukan oleh Harahap, Sarumpaet & Tarigan (2015) untuk melihat tingkat
kepatuhan pembatasan cairan pasien yang menjalani hemodialisa di RSUD DR.
Pirngadi Medan menyatakan mayoritas responden tidak patuh. Ketidakpatuhan
pembatasan asupan cairan pada pasien hemodialisa disebabkan oleh faktor
lingkungan berupa iklim dan cuaca yang sulit untuk dikendalikan. Banyak cairan
yang dikonsumsi oleh pasien kadang kala bukan karena rasa haus tetapi untuk
membantu pasien dalam menelan makanan atau menelan obat (Abuelo, 1999).
Sejalan dengan hasil penelitian bahwa ketidakpatuhan terhadap pembatasan cairan
diungkapkan sebagian besar responden bahwa mereka minum lebih dari yang
dianjurkan dokter atau perawat karena cairan yang diperbolehkan selalu tidak
cukup bahkan ada yang mencuri-curi untuk minum tanpa pembatasan karena tidak
kuat menahan haus akibat cuaca yang panas.
Iklim tropis dan cuaca yang cukup panas dapat menyebabkan tubuh
berusaha mengatur suhu tubuh dengan mengeluarkan keringat dan dapat
menimbulkan sensasi haus sehingga dapat mempengaruhi kepatuhan pasien
khususnya pada pembatasan cairan. Sejalan dengan penelitian Argiles (2004)
menyatakan bahwa asupan cairan pasien gagal ginjal kronik akan sangat tidak

Universitas Sumatera Utara

84

terkontrol pada musim panas, pada masa liburan natal dan tahun baru. Hal ini
karena pada musim panas merangsang rasa haus dan pada masa liburan natal dan
tahun baru banyak mengkonsumsi makanan ringan yang kering dan mengandung
garam sehingga memicu keinginan untuk minum.
Mayoritas responden dalam penelitian ini mengatakan bahwa intake
minum mereka memang terbatas kurang lebih 500-600 ml dalam sehari dan ada
beberapa responden hanya dibenarkan minum kurang lebih 250 ml dalam sehari.
Mayoritas responden

menjelaskan bahwa diri mereka mengalami gangguan

dalam eliminasi urin yang mana sudah tidak dapat mengeluarkan urin atau anuria.
Asupan cairan harian yang dianjurkan pada pasien yang menjalani hemodialisa
adalah dibatasi hanya sebanyak insensible water losses ditambah jumlah urin
(Smeltzer & Bare, 2010).
Menurut penelitian John (2012) banyak pasien gagal ginjal kronis yang
menjalani hemodialisa mengalami kesulitan memenuhi pembatasan cairan dan
diet untuk itu pasien-pasien ini memerlukan perubahan yang utama yaitu gaya
hidup untuk dapat beradaptasi. Dari hasil wawancara dan observasi peneliti
selama penelitian didapatkan data bahwa sebagian besar responden minum
dengan air panas dengan alasan agar keinginan untuk minum hilang sehingga
asupan cairan dapat dibatasi. Ada juga responden yang sering mandi untuk
mengurangi panasnya cuaca diharapkan dapat menekan rasa haus. Walaupun
strategi ini paling sering dilakukan mayoritas responden tetapi ternyata kurang
efektif untuk mengontrol asupan cairan terbukti masih tingginya penambahan
berat badan interdialisis responden.

Universitas Sumatera Utara

85

Penambahan

berat

badan

interdialisis

yang

terlalu

tinggi

dapat

menyebabkan berbagai komplikasi. Hasil penelitian Mokodompit (2015)
menyatakan responden yang memiliki kelebihan kenaikan berat badan interdialisis
> 2,5 Kg telah mengalami komplikasi gagal jantung yaitu 26 responden (55,3 %).
Hal ini sesuai dengan Riaz (2012) bahwa gagal jantung merupakan komplikasi
umum dari peningkatan tekanan darah. Selain itu juga dalam Framingham Study,
hipertensi juga dijumpai sebagai perkembangan awal gagal jantung pada 91%
kasus gagal jantung (Cowie, 2008). Dalam penelitian ini tidak diteliti komplikasi
yang dialami responden karena cairan yang berlebih.
Abuelo (1998) memperkirakan konsumsi cairan pasien penyakit ginjal
kronik yang menjalani hemodialisis tidak boleh lebih dari 1liter/hari agar
penambahan berat badan tidak lebih dari 1kg/hari, dengan perkiraan kebutuhan
cairan pasien karena penambahan berat badan interdialisis >4% akan berbahaya
untuk pasien. Hal ini sejalan dengan National Kidney Foundation (2006) yang
menyatakan bahwa penambahan berat badan interdialisis >4,8% akan
meningkatkan risiko kematian pada pasien dan idealnya dalam sekali hemodialisa
tidak boleh menarik cairan lebih dari 1-2Kg.
Komplikasi akibat tingginya penambahan berat badan interdialisis dan
penarikan cairan yang berlebihan saat dialisis dapat menyebabkan terjadinya
berbagai komplikasi intradialisis. Komplikasi intradialisis merupakan kondisi
abnormal yang terjadi pada saat pasien menjalani hemodialisa. Komplikasi yang
umum terjadi saat pasien menjalani hemodialisa adalah hipotensi, kram, mual dan
muntah, headache, nyeri dada, nyeri punggung, gatal, demam dan menggigil

Universitas Sumatera Utara

86

(Holley, et al, 2007; Barkan, et al, 2006; Daugirdas, Blake & Ing, 2007).
Komplikasi intradialisis lainnya yang mungkin terjadi adalah hipertensi
intradialisis dan disequlibrium syndrome. Beberapa responden dalam penelitian
ini terlihat mengalami komplikasi saat dialisis berlangsung yang mengakibatkan
dialisis segera dihentikan sebelum waktunya berakhir. Situasi ini membuat
hemodialisa tidak adekuat yang dapat merugikan material dan menurunnya
produktivitas pasien.
Langkah-langkah responden dalam melakukan perawatan diri untuk
mengelola pembatasan asupan cairan dalam penelitian ini didapatkan bahwa yang
banyak dilakukan adalah minum dengan air hangat, minum dengan sedikit
tegukan sampai habis, memperkirakan jumlah cairan yang dapat diminum dalam
sehari, menyesuaikan jumlah cairan berdasarkan urin yang keluar, minum obat
bersamaan dengan saat makan dan menjaga jumlah cairan yang ditentukan. Selain
itu langkah-langkah perawatan diri yang banyak dilakukan untuk mengurangi
konsumsi garam responden adalah menggunakan bumbu tradisional saat
memasak, mengurangi penggunaan garam saat memasak dan menghindari
makanan instan (Lampiran 1). Dari data ini terlihat responden sudah mengetahui
dan memahami beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk mengontrol asupan
cairan. Hal ini bertolak belakang dengan Tovazzi & Mazzoni, (2012), yang
menyatakan bahwa pasien yang mengalami kesulitan dalam mengelola cairan
tidak mendapatkan pemahaman tentang bagaimana strategi yang dapat membantu
mereka dalam pembatasan cairan.

Universitas Sumatera Utara

87

Menurut Cristovao

(2015) mengatakan bahwa beberapa langkah

perawatan diri secara signifikan berkorelasi dengan penambahan berat badan
interdialisis lebih rendah. Dalam penelitiannya rata-rata penambahan berat badan
interdialisis adalah 1,94 kg dan hanya 8,5% dari pasien menunjukkan penambahan
berat badan lebih dari 3 kg. Tindakan self care dalam pembatasan asupan cairan
yang paling umum dilakukan responden dalam penelitian Cristovao adalah
menghindari paparan sinar matahari, menghindari makan makanan pedas,
menghindari makanan yang banyak mengandung air, menghindari permen dan
menghindari melebihi jumlah cairan harian yang diperbolehkan.
Abuelo (1999) menyatakan bahwa pasien yang berusia lanjut mengalami
penurunan rasa haus sehingga asupan cairan menurun yang menyebabkan
penambahan berat badan interdialisis tidak berat. Sejalan dengan penelitian
Hidayati (2012) menyatakan adanya hubungan antara usia dengan penambahan
berat badan interdialisis semakin responden berusia lanjut maka penambahan
berat badan interdialisis makin kecil. Hal ini bertolakbelakang dengan hasil
penelitian dimana usia responden paling banyak dalam rentang lansia awal, lansia
akhir dan manula mengalami penambahan berat badan interdialisis yang sangat
tinggi.
Jenis kelamin mempunyai pengaruh terhadap pengaturan cairan dan berat
badan seseorang karena perbedaan komposisi tubuh, dimana komposisi tubuh
laki-laki yang terdiri dari 55% air sedangkan perempuan terdiri dari 47% air
(Gayton, 2006). Pada penelitian Mailani, Setiawan & Siregar (2014) mengatakan
mayoritas

responden

berjenis

kelamin

laki-laki

kemungkinan

Universitas Sumatera Utara

88

berpengaruh terhadap asupan cairan yang dikonsumsi, sehingga cenderung
penambahan berat badan interdialisis tinggi. Hal yang sama diungkapkan oleh
Igbokwe dan Obika (2007) yang menyatakan laki-laki kurang dapat mengontrol
rasa haus dan rasa haus laki-laki cenderung lebih tinggi jika dibandingkan oleh
perempuan. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian dimana jumlah jenis
kelamin laki-laki dan perempuan hanya berbeda sedikit tetapi mengalami
penambahan berat badan interdialisis yang sangat tinggi.

5.2 Status Nutrisi Pasien Hemodialisa di RSUD DR. Pirngadi Medan
Nutrisi (diet) mempunyai peranan yang penting pada seluruh stadium
penyakit ginjal kronis. Disisi lain, kondisi uremik dan pembatasan diit yang
berlebihan (terutama protein) tanpa disertai jumlah energi yang cukup pada masa
pra-dialisis

ikut

berperan

pada

terjadinya

malnutrisi

saat

dialisis

berkesinambungan. Malnutrisi sendiri dilaporkan memperburuk fungsi ginjal
secara progresif.
Hasil penelitian ini menunjukkan gambaran umum status nutrisi responden
mayoritas kurang. Responden dalam penelitian ini mayoritas memiliki asupan
gizi yang tidak adekut/tidak mencukupi. Sesuai dengan penelitian Sulistyowati
(2009) terhadap 26 pasien hemodialisa di RSUP Dr. Kariadi Semarang diperoleh
hasil sebanyak 69,2 % pasien beresiko mengalami gizi kurang. Berbeda dengan
hasil penelitian Wulandari (2015), yang menyatakan bahwa status gizi pada
pasien hemodialisa di RS PKU Muhammadiyah Unit II terbanyak dalam kategori
baik sebanyak 52,2%.

Universitas Sumatera Utara

89

Rayner & Imai (2010) mengemukakan pasien hemodialisa rentan terhadap
kekurangan gizi disebabkan oleh katabolisme protein, nafsu makan kurang dan
ketidakdisiplinan menjalankan diet selain infeksi dan komorbid. Sesuai dengan
hasil penelitian beberapa responden mengatakan mengalami penurunan nafsu
makan sehingga frekuensi makannya tidak teratur. Selain itu kendala yang
dihadapi responden dalam pemenuhan nutrisi antara lain gangguan pencernaaan
dan perubahan selera makan. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan asupan
nutrisi kurang antara lain: restriksi diet berlebihan, pengosongan lambung lambat,
diare dan komorbid medis lainnya, kejadian sakit dan rawat inap yang berulang,
asupan makanan lebih menurun pada hari-hari dialisis, obat-obat yang
menyebabkan dispepsia (pengikat fosfat, preparat besi), dialisis tidak adekuat,
depresi, dan perubahan sensasi rasa. Kehilangan darah melalui saluran cerna dan
nitrogen intradialitik juga turut memberikan pengaruh berupa peningkatan
kehilangan nutrisi (Kusuma, 2009).
Hasil penelitian Khairunnisa (2012) menyatakan berkurangnya nafsu
makan pada pasien hemodialisa kemungkinan disebabkan kurangnya kemampuan
pasien beradaptasi dengan penyakitnya. Adaptasi ini bisa bentuk penerimaan
terhadap penyakit, kepatuhan dalam menjalankan diet dan kemampuan pasien
dalam menghadapi masalah terkait penyakitnya. Sesuai dengan hasil penelitian
Harahap, (2015), menyatakan tingkat kepatuhan pembatasan asupan nutrisi pada
pasien gagal ginjal kronik yang tidak patuh sebanyak 67,7%. Tingkat kepatuhan
juga berhubungan dengan tingkat stress, sebagian besar responden mengalami
stress rendah sebanyak 55,2% dan stress berat sebanyak 44,8%.

Universitas Sumatera Utara

90

Mayoritas responden dalam penelitian ini mengatakan makan dalam porsi
dan frekuensi makan yang baik dalam sehari tetapi belum sesuai dengan diet yang
benar, karena responden mengungkapkan menu sehari-hari yang dihidangkan
lebih sering protein baik protein hewani maupun protein nabati yang belum
mengacu ke diet yang benar. Penatalaksanaan diet dimaksudkan untuk
memberikan asupan zat gizi yang cukup sekaligus memelihara sisa fungsi ginjal
agar kondisinya tidak semakin buruk dan mempertahankan homeostasis selama
mungkin. Pemberian diet yang tepat bagi pasien hemodialisa sangat diperlukan
sebagaimana tujuan dari diet gagal ginjal dengan hemodialisa itu sendiri (Instalasi
Gizi RSCM & Asosiasi Dietisien Indonesia, 2008).
Pasien yang memiliki status gizi baik dapat disebabkan karena responden
mengkonsumsi makanan yang mengandung nilai gizi yang tinggi. Jika seseorang
sedang menjalani terapi hemodialisa, diet menjadi bagian yang penting dalam
semua perawatannya (NIDDK, 2010). Status nutrisi yang buruk akan
menyebabkan penderita malaise dan fatigue, rehabilitasi jelek, penyembuhan luka
terganggu, kepekaan terhadap infeksi meningkat dan angka rawat tinggal dan
mortalitas juga meningkat (Nerscomite, 2010).
Status nutrisi dapat terlihat dari asupan makanan yang dikonsumsi
responden selama 24 jam yang terdiri dari kandungan gizi yaitu kalori, protein,
kalium, natrium, posphor dan kalsium. Asupan kalori (energi) yang adekuat
bertujuan agar protein tidak dipecah menjadi sumber energi (NKF-K/DOQI,
2000). Sesuai dengan hasil penelitian menunjukkan sebagian besar asupan kalori
responden kurang dan asupan protein lebih.

Universitas Sumatera Utara

91

Dalam penelitian ini hanya sebagian kecil asupan protein responden
kurang dikarenakan sebagian besar responden mengonsumsi putih telur ayam
kurang lebih 6 butir dalam sehari dan susu nefrisol setiap hari meskipun rasa susu
tersebut tidak enak. Namun mereka tetap berusaha mengonsumsinya demi
terpenuhinya kebutuhan dietnya terutama protein. Selain itu dari hasil wawancara
mengenai asupan makan menggunakan form Food recall 24 jam sebagian besar
asupan protein responden berasal dari daging ayam, ikan dan ikan teri. Namun
untuk daging ayam dan ikan tersebut tidak dikonsumsi setiap hari. Asupan protein
yang hampir dikonsumsi setiap hari adalah ikan teri, susu dan putih telur ayam.
Ada responden yang setiap makan harus pakai lauk udang kering untuk
menambah nafsu makannya. Bahan makanan yang tinggi protein merupakan
sumber phosphor yang tinggi pula.
Ginjal normal akan membuang kelebihan kalium atau posphor namun
pada pasien hemodialisa kemampuan tersebut menurun sehingga dapat terjadi
akumulasi/penimbunan kalium atau posphor dalam darah. Konsentrasi kalium
yang tinggi lebih berbahaya dan dapat membuat otot jantung melemah,
mengganggu irama jantung dan dapat menyebabkan kematian. Walaupun dari
hasil food recall dalam penelitian ini asupan kalium lebih hanya sebanyak 3,3%
tetapi hasil laboratorium yang didapat yang mengalami kalium lebih 13,0%
terlihat pada lampiran 1.
Kadar posphor yang tinggi dapat menurunkan kadar kalsium ditulang,
melepasnya ke darah sehingga dapat menyebabkan tulang rapuh, gatal-gatal pada
kulit, tulang nyeri dan mata merah. Hasil food recall di peroleh data asupan

Universitas Sumatera Utara

92

posphor lebih dan hasil laboratorium mayoritas asupan posphor responden lebih
terlihat pada lampiran 1. Sesuai dengan apa yang dikeluhkan mayoritas responden
mengalami gatal-gatal pada kulit dan sering merasa nyeri tulang dan suka kram
sehingga merasa nyaman jika diurut. Makanan yang mengandung tinggi posphor
terlihat banyak dikonsumsi responden dalam penelitian ini seperti daging, ayam,
ikan, udang, kentang, telur ayam, telur puyuh, ikan teri, jeroan, susu dan mereka
suka makan ayam dan ikan dalam jumlah yang banyak. Selain itu mayoritas
responden dalam penelitian ini juga mengkonsumsi berbagai olahan kolak dan
bubur karena penelitian dilakukan bertepatan pada bulan ramadhan. Menurut hasil
penelitian Cristovao (2015), menunjukkan tindakan yang paling umum digunakan
untuk mengurangi diet kalium termasuk kentang panggang dipotong-potong, menghindari
makanan yang kaya kalium, makan tidak lebih dari 2 potong buah per hari dan mengupas
kentang sebelum memasak. Untuk mengurangi makanan fosfor, pasien menghindari
terutama makan jeroan, susu, sereal dan cokelat, tetapi mereka juga lebih suka makan
daging dan ikan dalam jumlah kecil.

Hasil penelitian Chadijah dan Wiranwanni (2011) menyatakan bahwa
pasien yang memiliki status gizi baik, diasumsikan karena asupan kalori dan
proteinnya lebih baik dibandingkan pasien yang memiliki status gizi kurang.
Asupan kalori dan protein yang rendah mempengaruhi massa otot tubuh. Selain
asupan makanan status nutrisi dapat juga dinilai dari hasil pemeriksaan
laboratorium. Hasil penelitian ini menunjukkan mayoritas hemoglobin (Hb)
responden rendah 97,8%, mayoritas kadar posphor dalam darah lebih 72,8% dan
sebagian besar kadar kalsium dalam darah kurang 57,6% terlihat pada lampiran 1.
Mempertahankan status nutrisi tetap optimal dapat mencegah terjadinya

Universitas Sumatera Utara

93

malnutrisi. Gizi yang tidak memadai dapat diakibatkan dari kurangnya makanan.
Namun yang lebih umum, malnutrisi diakibatkan dari penggunaan nutrien yang
tidak mencukupi oleh karena penyakit akut atau kron