SEJARAH DEMOKRASI DI INDONESIA. pdf

SEJARAH DEMOKRASI DI INDONESIA
Disusun Oleh:

Nama

: Madina Qudsia Lubis

NIM

: 8156181015

Kelas

: Konsentrasi Pkn DIKDAS

Mata Kuliah

: Pendidikan Demokrasi

Dosen Pengampuh


: Dr. Reh Bungana Perangin-angin, M.Hum

PASCASARJANA PENDIDIKAN DASAR
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2016/2017

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas
bakat dan limpahan rahmatnya. Maka kami dapat menyelesaikan sebuah makalah
ini.
Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah yang berjudul
“Sejarah Demokrasi di Indonesia” yang menurut kami dapat memberikan manfaat
yang besar bagi kita untuk mempelajarinya.
Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan
memohon permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan
yang kurang tepat kepada para pembaca.
Oleh karena itu, penulis mohon masukan agar kekurangan dalam makalah
ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa/i Pascasarjana Prodi Pendidikan Dasar dan
bermanfaat pula dengan masyarakat.


Medan, 17 September 2016

Tim Penulis

i

DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR ...............................................................................................

i

DAFTAR ISI..............................................................................................................

ii

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................................


1

B. Rumusan Masalah .................................................................................................

2

C. Tujuan Pembahasan ...............................................................................................

2

D. Manfaat Pembelajaran............................................................................................

2

BAB II PEMBAHSAN
A. Pengertian Demokrasi ............................................................................................

3

B. Sejarah Demokrasi di Indonesia .............................................................................


6

BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN ......................................................................................................

18

B. SARAN ..................................................................................................................

18

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................

19

ii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berdirinya suatu negara dan terbentuknya suatu pemerintahan sebagai
pelaksana Negara didasarkan pada tujuan untuk mencapai suatu kesejahteraan
bagi warga Negara. Di Indonesia berawal terbentuknya negara adalah kejadian
terjadinya bom Hiroshima dan Nagasaki pada tanggal 6 -9 Agustus 1945 pada
perang Dunia II yang menyebabkan kalah telaknya Jepang dengan sekutu
(Amerika Serikat) pada saat itu. Sehari kemudian para pemuda yang tergabung
dalam BPUPKI atau disebut “Dukuritsu Junbi Cosakai” dan PPKI atau disebut
“Dukuritsu

Junbi

Inkai”

menegaskan

keinginan

dan


tujuan

mencapai

kemerdekaan Indonesia. Dalam moment itu juga dimanfaatkan oleh para pemuda
Indonesia melakukan penculikan terhadap Ir. Soekarno dan Muh. Hatta ke
Rengasdengklok di rumah Laksamana Muda Maeda, dan pada saat itu mendesak
beliau agar memerdekakan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Namun
puhak jepang tetap melakukan ketegasan kemerdekaan Jepang pada tanggal 24
Agustus. Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang secara resmi menyerah kepada
sekutu (Amerika Serika). Dan pada saat itu tentara dan angkatan laut Jepang yang
masih berkuasa di Indonesia mengembalikan kekuasaan ke Indonesia ke tangan
sekutu. Namun para pemuda tidak mau dengan hal itu dan mendesak Ir. Soekarno
dan Muh. Hatta untuk memerdekakan Indonesia.
Banyaknya pasang surut pasca kemerdekaan Indonesia yang menyebabkan
dari masa ke masa terjadinya perubahan dan perkembangan kepemimpinan pada
1

di setiap era. Kemerdekaan Indonesia itulah yang menyebabkan Negara Indonesia
mengalami kamuflase pada setiap periode kepemimpinan, mulai dari masa Ir.

Seokarno, Soeharto, B.J Habibie, Abdurahman Wahid, Megawati dan Susilo
Bambang Yudhoyono serta pemerintahan Jokowi pada era saat ini. Dampak dalam
kemerdekaan Indonesia berpengaruh kuat terhadap sistem pemerintahan
Indonesia. Hal tersebut terlihat jelas bagaimana periode masa pasca kemerdekaan
perubahan secara terus-menerus mengalami perubahan yang jelas.
B. Rumusan Masalah
1) Bagimanakah pengertian demokrasi menurut beberapa parah ahli dan
perkembangannya ?
2) Bagaimana Sejarah dan perkembangan demokrasi di Indonesia?
C. Tujuan Pembahasan
1) Mengetahui pengertian demokrasi menurut beberapa parah ahli dan
perkembangannya
2) Mengetahui sejarah demokrasi di Indonesia
D. Manfaat pembahasan
Agar mengenal sejarah demokrasi di Indonesia pada masa orde lama, orde
baru dan pada era reformasi.

2

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian demokrasi
Kata demokrasi merupakan hal yang mudah dimengerti oleh semua
kalangan masyarakat. Pengertian demokrasi dapat dilihat dari tinjauan bahasa
(etimologis) dan istilah (terminologis). Secara etimologis “demokrasi terdiri dari
dua kata yang bersal dari bahasa Yunani yaitu “demos” yang artinya rakyat atau
penduduk suatu tempat dan “cratein” atau “cratos” yang berarti kekuasaan atau
kedaulatan. Jadi secara bahasa adalah keadaan dimana dalam sistem
pemerintahannya kedaulatan berada ditangan rakyat, kekuasaan tertinggi berada
dalam keputusan bersama rakyat, rakyat yang berkuasa, pemerintahan rakyat dan
kekuasaan oleh rakyat.
Menurut beberapa para ahli mengenai pengertian demokrasi, antara lain:
Menurut Hornby dalam The Advanced Learner’s Dictionary of current
English bahwa konsep kehidupan Negara atau masyarakat, dimana warga Negara
dewasa turut berpartisipasi dalam pemerintahan melalui wakil-wakilnya yang
dipilih melalui pemilihan umum.1 Dalam hal itu pemerintah dalam wilayah
demokrasi juga mendorong kemerdekaan berbicara, beragama, berpendapat,
berserikat dan menegakkan rule of law.
Menurut Noer Demokrasi sebagai dasar hidup bernegara bahwa pada
tingkat terakhir rakyat memberikan ketentuan dalam masalah-masalah pokok

mengenai kehidupannya, termasuk dalam menilai kebijakan Negara, karena
1

Srijanti, A. Rahman, dan Purwanto. 2007. Etika Berwarga Negara Edisi 2.
Jakarta: Salemba Empat. Hal. 53
3

kebijakan tersebut menentukan kehidupan rakyat.2 Sebab menurut beliau Negara
yang demokrasi adalah Negara yang diselenggarakan berdasarkan kehendak dan
kemauan rakyat, atau jika ditinjau dari sudut pandang organisasi, ia berarti suatu
pengorganisasian Negara yang dilakukan rakyat sendiri atau asas-asas persetujuan
rakyat karena kedaulatan berada ditangan rakyat. Begitu juga menurut Suady
Husein dalam buku Ilmu Kewarganegaraan berpendapat bahwa Negara yang
menganut sistem demokrasi adalah Negara yang menyelenggarakan berdasarkan
kehendak dan kemauan rakyat3.
Demokrasi menempati posisi vital dalam kaitannya pembagian kekuasaan
dalam suatu Negara (umumnya berdasarkan konsep dan prinsip “tias politika”)
dengan kekuasaan negara yang diperoleh dari rakyat juga harus digunakan untuk
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Intinya, setiap lembaga Negara bukan saja
harus akuntabel (accountable), tetapi harus ada mekanisme formal yang

mewujudkan akuntabilitas dari setiap lembaga Negara dan mekanisme ini mampu
secara operasional (bukan hanya secara teori) membatasi kekuasaan lembaga
negara tersebut4.
Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang membagi
ketiga kekuasaan politik negara (eksekutif, yudikatif dan legislatif) untuk
diwujudkan dalam tiga jenis lembaga negara yang saling lepas (independen) dan
berada dalam peringkat yang sejajar satu sama lain. Kesejajaran dan independensi

2

Prof. Dr. H. Kaelan, M.S, Drs. H Achmad Zubaidi, M.Si. 2007. Pendidikan
Kewarganegaraan. Yogyakarta: Paradigma. Hal 55
3
Suady Husein. 2008. Ilmu Kewarganegaraan. Medan: UNIMED. Hal 69.
4
E Kus Eddy Sartono, Sunarso, Pendidikan Kewarganegaraan, Penerbit: UNY
Press hal.3.
4

ketiga jenis lembaga negara ini diperlukan agar ketiga lembaga negara ini bisa

saling mengawasi dan saling mengontrol berdasarkan prinsip checks and
balances5. Prinsip semacam trias politica ini menjadi sangat penting untuk
diperhitungkan ketika fakta-fakta sejarah mencatat kekuasaan pemerintah
(eksekutif) yang begitu besar ternyata tidak mampu untuk membentuk masyarakat
yang adil dan beradab, bahkan kekuasaan absolut pemerintah seringkali
menimbulkan pelanggaran terhadap hak-hak asasi manusia.
Menurut Lyman Towen Sangent, dalam prinsip-prinsip demokrasi
meliputi6 :
1. Keterlibatan warga negara dalam pembentukan keputusan politik;
2. Tingkat persamaan tertentu di antara warga negara;
3. Tingkat kemerdekaan atau kebebasan tertentu yang diakui oleh para
warga negara;
4. Suatu sistem perwakilan;
5. Suatu sistem pemilihan kekuasaan mayoritas
Dari pernyataan Lyman tersebut, dalam sistem demokrasi disuatu negara
dapat ditemukan dua hal prinsip dalam demokrasi, yaitu persamaan dan kebebasan
dari warga negara. Maka demokrasi merupakan suatu cermin dalam pemerintahan
yang berasal dari rakyat karena rakyatlah yang memiliki adil dalam menentukan
kebijakan pemerintah, oleh rakyat diberikan semua kepada rakyat sebagai awal
terbentuknya suatu pemerintahan, dan untuk rakyat yang berawal terbentuknya
Negara, semua berasal dari rakyat sebagai pondasi awal terbentuknya Negara dan
pemerintahan.

5

Jailani, S.H., M.H. Sistem Demokrasi Di Indonesia Ditinjau Dari Sudut Hukum
Ketatanegaraan. Jurnal Inovatif, Volume VIII Nomor I Januari 2015. Hal 137
6
Ibid. hal 139
5

B. Sejarah Demokrasi di Indonesia.
Demokrasi tercetus dari paham atau sebagai ajaran Plato (429 – 347 SM)
dan Aristoteles (384 – 322 SM) dalam bentuk pemerintahan Klasik. Dan pada
masa Yunani Kuno, berlangsung dalam kondisi sederhana dengan wilayah Negara
hanya terbatas pada sebuah kota kecil dengan jumlah penduduk sekitar 300.000
orang.7 Demokrasi juga berawal pada Negara Amerika yang dicetuskan oleh
Presiden Amerika Serikat yaitu Abraham Lincon (1808 – 1865) mengenai
perbudakan pada kaum kulit hitam di Amerika Serikat. Maka pada saat itu
tercetuslah arti kata democracy is government of the people, by the people and for
people.8 Dengan adanya kemerdekaan pada setiap Negara akan tercetusnya paham
yang dianut dalam masing-masing Negara. Termasuklah Negara yang terjajah
oleh kolonialisme dan imperialisme.
Demokrasi di Indonesia tumbuh dan berkembang seiring perjuangan para
pahlawan bangsa. Mulai dari pergerakan-pergerakan serta paham-paham yang
masuk di Indonesia menimbulkan gagasan tersendiri kearah mana Negara ini kan
dituju oleh Founding Father. Para pendiri bangsa tidaklah semuadah itu
menentukan kearah mana dan bentuk Negara seperti apa yang akan dimulai.
Menurut Prof. Dr. Azyumadi Azra, MA sejarah demokrasi di Indonesia
mengalami pasang surut (fluktuasi) dari masa kemerdekaan sampai dengan saat
7

Pada saat itu ketentuan-ketentuan menikmati hak demokrasi hanya berlaku untuk
warga Negara yang resmi, sedangkan warga Negara yang berstatus budak berlian,
pedagang asing, perempuan dan anak-anak tidak dapat menikmatinya. Lihat Prof.
Dr. Azyumardi Azra, MA. 2005. Pendidikan Kewarganegaraan (Civic
education): Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani. Jakarta:
Prenada Media. Hal. 125
8
Drs. H Subhan Sofhian, M.Pd dkk. 2011. Pendidikan Kewarganegaraan.
Bandung: Fokusmedia. Hal. 120
6

ini9. Tantangan dan rintangan yang dihadapi semakin kearah yang tajam. Dalam
perjalanan bangsa dan Negara Indonesia, masalah pokok yang dihadapi ialah
bagaimana demokrasi mewujudkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Terdapat 4 (empat) periode sejarah demokrasi di Indonesia yaitu pada a. periode
1945 - 1959; b. periode 1959 – 1965; c periode 1965 – 1998; dan, d. periode 1998
– sekarang.
a. Periode 1945 - 1959 (Demokrasi Liberal atau Demokrasi
parlementer)
Demokrasi pada saat ini lebih dikenal dengan demokrasi parlementer atau
sering dikenal dengan demokrasi Liberal. Dan sebelum itu pada masa berlakunya
UUD 1945 yang terjadi pada periode pertama yaitu pada tahun 1945 – 1949
kemudian dilanjutkan pada masa berlakunya republik Indonesia Serikat (RIS)
1949 dan UUDS 1950. Dalam pemerintahan RIS, Indonesia dipimpin oleh
Presiden RIS yaitu Ir. Soekarno dan Presiden RI yaitu As Aad. Dan terdapat 16
negara Bagian dari hasil Konfrensi Meja Bundar (KMB). Sejak tanggal 17
Agustus 1950, Konstitusi RIS digantikan oleh UUD 1950. bentuk negara serikat
berubah menjadi negara kesatuan. Sistem demokrasi liberal yang sebenarnya
dimulai pada saat RI dibawah UUD 1950. Akibatnya jatuh bangunnya kabinet
menjadi pemandangan yang lazim. Menurut Rusdi Kartaprawira, selama periode
1950 - 1959 terdapat 7 kabinet. Hal itu berarti rata-rata umur kabinet kurang dari
15 bulan saja10.

9

Op. Cit. Hal 130
Rusdi Kartaprawira, Sistem Politik Indonesia, Tribisana, Bandung,1977 hal.
147.

10

7

Menurut Jazim Hamdi dan Mustafa Lutfi menyatakan bahwa pada saat itu
implementasinya sistem parlementer tidak sejalan dengan UUD 1945, sebab
persatuan yang digalang selama ini terlalu lemah dan memberi peluang kepada
partai – partai politik dan Dewan Perwakilan Rakyat pada saat itu11. UndangUndang Dasar Sementara 1950 menetapkan berlakunya sistem parlementer
dimana badan eksekutif terdiri dari Presiden sebagai kepala Negara konstitusional
(constutusional head) beserta menteri – menterinya yang mempunyai tanggung
jawab politik12. Sejalan dengan pendapat Azyumardi Azra, menurut Srijanti dkk
berpendapat bahwa pada saat itu pula Negara demokrasi dengan sistem
pemerintahan parlementer kedudukan Negara dibawah DPR dan keberadaanya
sangat tergantung pada dukungan DPR, maka timbulnya banyak pendapat yang
mendasar diantara partai politik sangat besar13.
Pada hal tersebut Presiden sebagai kepala Negara dan kepala Pemerintahan
tidak mau bertindak sebagai “rubber stamp president” (presiden membumbuhi
capnya belaka) dan tentara yang lahir pada masa revolusi merasa bertanggung
jawab untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh masyarakat
Indonesia pada umumnya. Kenyataan seringnya kabinet silih berganti tersebut
menimbulkan ketidakpuasan dikalangan politisi. Demikian pula pemerintahan
yang tersentralisasi di Jawa banyak menimbulkan kecemburuan sosial pada

11

Dr. Jazim Hamdi, SH, M.H dan Mustafa Lutfi S.Pd, SH, M.H. 2010. Civic
Education. Jakarta: Gramedia
12
Azyumardi Azra. Op. Cit hal 130. Dan pada saat itu fragmentasi partai politik
usia cabinet pada saat ini jarang dapat bertahan cukup lama. Koalisi yang
dibangun dengan sangat gampang pecah, dalam hal tersebut mengakibatkan
destabilisasi politik nasional.
13
Srijanti, A. Rahman, dan Purwanto. Op. Cit hal 62
8

bagian-bagian lain dari wilayah tanah air. Berbagai bentuk pemberontakan seperti
: PRRI Permesta, Kahar Muzakar, DI/TII, Andi Azis dan Andi Selle menjadi
bukti keadaan seperti itu.
Dan menurut Azyumadi Azra terdapat faktor – faktor tidak mampunya
anggota – anggota partai politik yang tergabung dalam konstituante untuk
menyempurnakan dasar Negara untuk undang – undang dasar yang baru. Dewan
Konstituante yang mendapatkan tugas menetapkan dasar negara telah gagal ketika
di dalam persidangan kelompok pendukung Pancasila dan kelompok pendukung
Islam tak sepaham. Ketidaksepahaman mereka bertumpu pada usulan agar Piagam
Jakarta dimasukkan dalam Pembukaan UUD 1945 dan Pasal 29 ayat (1) UUD
1945 diamandir, sehingga berbunyi : “ Negara berdasar atas Ketuhanan Yang
Maha Esa, dengan kewajiban menjalankan syari'at Islam bagi pemelukpemeluknya“. Kecurigaan bahwa Indonesia akan menjadi negara Islam
menjadikan Konstituante gagal mengambil keputusan atas rancangan UUD baru14.
Maka pada saat itu Ir Soekarno didesak untuk mengeluarkan Dekrit
Presiden 5 Juli 194515. Dan pada saat dikeluarkannya dekrit tersebut berubahlah
sistem pemerintahan parlementer menjadi sistem pemerintahan demokrasi
terpimpin.
b. Periode 1959 – 1965 (Demokrasi Terpimpin)
Kegagalan lembaga Konstituante dalam menetapkan Undang – Undang
Dasar yang baru yang diikuti dengan perpolitikan yang sangat memanas dan tidak

14

Ismail Sunny, Pergeseran Kekuasaan Eksekutif, Aksara Baru, Jakarta,1981 hal.
197.
15
Azyumardi Azra. Loc. Cit
9

mampu mengatasinya. Terdapat ciri – ciri demokrasi terpimpin menurut Ir.
Soekarno pada saat dikeluarkannya Dekrit Presiden 1959, dalam amanahnya
terdapat 12 definisi tentang demokrasi terpimpin, antara lain16:
1) Demokrasi Terpimpin adalah demokrasi atau menurut istilah Undang
– undang Dasar 1945 yang berbunyi “ kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat Kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan”
2) Demokrasi Terpimpin bukanlah diktator, berlainan dengan
demokrasi sentralisme, dan berbeda pula dengan demokrasi liberal
yang dipraktekan selama ini;
3) Demokarsi terpimpin adalah demokrasi yang cocok dengan
kepribadian dan dasar hidup bangsa Indonesia;
4) Demokrasi terpimpin adalah demokrasi disegala soal ketatanegaraan
dan kemasyarakatan;
5) Inti dari pimpinan dalam demokarsi terpimpin adalam
musyawaratan;
Sekali lagi mengenai peranan (pemerintahan) negara dalam
penyelenggaraan demokrasi terjadi perubahan yang mendasar ketika Ketetapan
MPRS No. VIII / MPRS / 1965 menetapkan Demokrasi Terpimpin yang oleh
Soekarno dikatakan sebagai demokrasi yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan
dalam permusyawaratan dan perwakilan sebagai landasan pelaksanaan demokrasi
di Indonesia17. Ide tentang Demokrasi Terpimpin banyak ditentang oleh kelompok
oposisi. Mereka menolak gagasan demokrasi semacam itu karena pengertian
terpimpin bertentangan dengan demokrasi. Syarat mutlak demokrasi adalah
kebebasan sedangkan kata terpimpin justru akan meniadakan atau menghilangkan
kebebasan itu sendiri. Demokrasi Terpimpin menuju kearah praktek diktatorial
dalam pelaksanaan demokrasi18.

16

Jazim dan Mustafa. Op. Cit, 197-198
Moh. Yamin, Naskah Persiapan UUD 1945, Pustaka Sinar Harapan,
Jakarta,1971 hal. 212- 214
18
Soempono Djojowadono, Demokrasi Dalam Pembangunan Di Indonesia,
Prasaran Seminar Demokrasi, FISIP UGM, Yogyakarta,1958. hal. 18
17

10

Dan sebenarnya pada masa demokrasi terpimpin tidak bertentangan
dengan Pancasila dan UUD 1945, hanya saja konsep tersebut tidak direalisasikan
sebagaimana mestinya, sehingga seringkali menyimpang dari nilai-nilai Pancasila,
UUD 1945 dan budaya Bangsa. Menurut Azyumardi Azra terdapat beberapa
penyimpangan yang terjadi pada masa demokrasi terpimpin yaitu19:
1. Ir Seokarno membubarkan DPR hasil pemilihan umum, padahal secara
eksplisit dalam UUD 1945 bahwa presiden tidak mempunyai
wewenang untuk berbuat demikian.
2. DPRG yang mengantikan DPR hasil pemilu ditonjolkan perannya
sebagai pembantu pemerintah sedangkan fungsi kontrol ditiadakan.
3. Penyelewengan dibidang perundang-undangan dimana tindakan
pemerintah dilaksanakan melalui Penetapan Presiden (Penpres) yang
emakai dekrit Presiden sebagai sumber hukum
4. Mendirikan badan ekstra konstitusional seperti Fron nasional yang
ternyata dipakai oleh pihak komunis sebagai kegiatan.
5. Partai politik dan pers yang sedikit menyimpang dari “rel revolusi”
tidak dibenarkan dan dibredel. Sedangkan politik mercusuar di bidang
hubungan luar negeri menyebabkan ekonomi menjadi tambah seram.
6. Menetapkan presiden Ir Siekarno menjadi presiden seumur hidup. Dan
dalam pandangan A. Syaifi’i Ma’arif demokrasi terpimpin sebenarnya
menempatkan Soekarno sebagai ayah dalam family besar yang
bernama Indonesia dengan kekuasaan terpusat pada tangannya. Dan

19

Azyumadi Azra. Op.Cit. Hal 132-133
11

dalam hal ini terjadinya pengingkaran nilai-nilai demokrasi yaitu
absolutism dan terpusatnya kekuasaan hanya pada diri pemimpin, serta
tidak ada control sosial dan chek and balance dari legislative terhadap
eksekutif.
c. Periode 1965 – 1998 (Demokrasi Orde baru)
Runtuhnya pemerintahan Soekarno selanjutnya digantikan oleh Soeharto
di tahun 1968. selama 2 tahun Soeharto menerima tugas dari Soekarno guna
menyelesaikan kemelut pemberontakan Gerakan 30 September / PKI atas dasar
Surat Perintah 11 Maret 1966. Keberhasilan tugas Soeharto menimbulkan
kepercayaan

MPR

sebagai

simbol

tertinggi

perwakilan

rakyat

untuk

mengangkatnya selaku Presiden RI. Pada awalnya pemerintahan Orde Baru
dibawah Presiden Soeharto mengedepankan pluralisme dalam menyelenggarakan
demokrasi. Langgam sistem politik yang bersifat pluralistic sebagai perlawanan
terhadap penyelenggaraan pemerintahan Negara yang otoriter berdasarkan
Demokrasi Terpimpin. Format baru sistem politik Indonesia menemui bentuknya
ketika ditetapkan Demokrasi Pancasila sebagai landasan pelaksanaan demokrasi.
Demokrasi Pancasila bagi pemerintahan Orde Baru dianggap sebagai langkah
penyelenggaraan

integrasi

nasional.

Berdasarkan

Ketetapan

MPR

No.II/MPR/1983 tentang GBHN, Demokrasi Pancasila diteguhkan dan Pancasila
sebagai satu-satunya azas yang mewarnai sistem politik di Indonesia. Formulasi
azas tersebut dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1988 Tentang
Ormas dan Orpol. Bagaimanapun juga kanalisasi kekuatan politik dalam
keharusannya untuk menerima Pancasila sebagai satu-satunya azas kurang
12

mencerminkan gagasan pluralisme yang menghendaki keanekaragaman isme di
dalam penyelenggaraan demokrasi.20 Apabila dikaji secara ilmiah dalam prinsipprinsip Demokasi Pancasila pada masa orde Baru. Menurut Srijanti dkk
menyatakan bahwa kesesuaian pada masa itu sangatlah ada. Namun, dalam
praktiknya demokrasi yang dijalankan pada masa itu masih ada penyimpangan –
penyimpangan yang dilakukan oleh penguasa Orde Baru. Antara lain21:
1) Peyelenggaraan pemilu yang tidak jujur dan tidak adil.
2) Penegakan kebebasan berpolitik bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS)
3) Kekuasaan kehakiman (Yudikatif) yang tidak mandiri karena para hakim
adalah anggota PNS Departemen kehakiman.
4) Kurangnya jaminan kebebasan mengemukakan pendapat.
5) Sistem kepartaian yang otonom dan berat sebelah.
6) Maraknya prektik kolusi, korupsi, dan nepotisme.
7) Menteri – menteri dan gubernur diangkat menjadi anggota MPR.
Runtuhnya pemerintahan Orde Baru pada tahun 1998 membawa pula
hapusnya

konsep

dan

pelaksanaan

Demokrasi

Pancasila

ditanah

air.

Penyelenggaraan demokrasi kini bertumpu pada UUD 1945 setelah mengalami
amandemen. Secara redaksional tugas, fungsi dan wewenang DPR sebagai
perwujudan aspirasi rakyat masih seperti pengaturan UUD 1945 lama. Perubahan
hanya menyangkut sistematika pengaturan, tidak mengenai substansi materi
pengaturannya. Pada dasarnya DPR mempunyai fungsi legislasi (pengaturan),
pengawasan dan budgeting (anggaran). Ada satu kritik yang menyangkut sistem
pemerintahan negara. Sistem pemerintahan presidensiil yang dipertahankan dalam
UUD 1945 setelah amandemen oleh Yusril Ihza Mahendra dan beberapa tokoh

20

Moh. Mahfud MD. 1999, Pergulatan Politik Dan Hukum Di Indonesia, Gama
Media, Jakarta, hal. 236-237.
21
Srijanti, A. Rahman, dan Purwanto. Op. Cit. 64
13

lain22 dipandang perlu diubah menjadi sistem pemerintahan parlementer.
Alasannya untuk memberitempat kepada orang yang mempunyai kharisma dan
pengikut tetapi kurangkapabel untuk mengantisipasi sistem multi partai yang tak
mungkin menghasilkan pemenang mayoritas mutlak. Sementara ada pendapat lain
yang tetap menghendaki sistem pemerintahan presidensiil.
Menurut pendapat tersebut otoritarisme yang menggejala selama ini,
bukan disebabkan oleh sistem pemerintahan yang dianut tetapi oleh tidak
dielaborasikannya secara ketat prinsip – prinsip konstitusionalisme didalam UUD
1945. Diakui bahwa UUD 1945 memang membangun sistem executive heavy,
mengandung ambigu, terlalu banyak atribusi kewenangan sehingga seringkali
penguasa negara menggunakannya guna mengakumulasikan kekuasaannya secara
terus menerus. Tepatlah kalau dalam Penjelasan UUD 1945 dinyatakan “yang
sangat penting dalam pemerintahan dan dalam hal hidupnya negara ialah
semangat, semangat para penyelenggara Negara”. Namun sayangnya kepercayaan
tersebut tidak dikawal dengan sistem yang ketat .23
d. Periode 1998 – sekarang (demokrasi era Reformasi)
Runtuhnya rezim otoriter pada masa orde baru membawa perubahan yang
terjadi setalah tahun 1998 di Indonesia. Angin segar yang dibawa oleh para
mahasiswa dan aktivis 1998 membuka cakrawala di era pembaharuan atau dikenal
dengan era reformasi. Transisi demokrasi merupakan fase krusial yang kritis,
karena pada fase ini akan ditentukan kemana arah demokrasi yang akan dibangun.
Selain itu dalam fase ini bisa terjadi pembalikan arah perjalanan bangsa dan
22

23

Moh. Mahfud MD, Op Cit, , hal. 153.
Ibid
14

Negara Indonesia yang mengantarkan Indonesia kembali memasuki masa otoriter
sebagaiman pernah terjadi pada masa orde lama dan orde baru yang membuat
rakyat Indonesia trauma akan hal tersebut.
Menurut Azyumadi Azra terdapat empat faktor kunci sukses dan gagalnya
masa transisi reformasi di Indonesia, yakni24: (1) komposisi elite politik, (2)
desain institusi politik, (3) kultur politik atau perubahan sikap terhadap politik,
dan (4) peran civil society (masyarakat madani). Menurut beliau keempat faktor
tersebut harus sejalan secara sinergis dan terarah.
Gerakan reformasi lahir sebagai jawaban atas krisis berbagi kehidupan,
yaitu: krisis politik, ekonomi, hukum dan krisis sosial yang puncaknya melahirkan
krisis kepercayaan. Agenda utama reformasi pada saat itu adalah pergantian
kepemimpinan nasional, yang dipandang sebagai pangkal persoalan demokrasi di
Indonesia25.
Masalah paling mendasar yang dihadapi pasca transisi adalah sejauh mana
kesanggupan rezim pasca otoritarian membangun (instalasi) demokrasi yang
ujungnya bermuara pada konsolidasi demokrasi. Instalasi demokrasi di Indonesia
dimulai setelah melewati pemilu yang demokratis dan Sidang Umum MPR 1999
26

. Dalam pemilu pada era reformasi diikuti oleh banyak partai dan berhasil

memilih presiden baru yang dipilih yaitu K.H Abdurahman Wahid atau lebih
dikenal dengan Gusdur. dalam pemerintahan beliau terbentuk tidaklah panjang.
Dalam pemerintahannya harus dilengserkan dan diterpa berbagai kasus (meskipun
24

Azyumadi Azra. Op.Cit. 135
Fahri Hamzah. 2012. Demokrasi, Transisi, Korupsi (okestra pemberantasan
korupsi sistematik). Yayyasan Faham Indonesia: Mataram. Hal 2
26
Al Rafni. DEMOKRASI. Vol.I No.1 Th. 2002. Hal 15
25

15

belum ada keputusan pengadilan yang menyatakan gusdur bersalah). Pada tataran
empiris, sejak berakhirnya tahapan transisi yang ditandai dengan terbentuknya
pemerintahan baru yang legitimate sampai dengan saat ini ada beberapa indikator
yang mengarah pada pembentukan instalasi demokrasi. Indikator itu antara lain
dapat ditunjukkan sebagai berikut 27:
1) Amandemenisasi terhadap UUD 1945 telah dilakukan sebanyak dua
kali.
2) Ditetapkannya serangkaian ketetapan produk lembaga tertinggi negara
yang menjadi dasar reformasi politik.
3) Kekuasaan lembaga kepresidenan dapat dikontrol sehingga
berimplikasi pada dicabutnya mandat presiden seperti kasus yang
terjadi pada Gus Dur.
4) Menguatnya peran lembaga legislatif.
5) Dibangunnya nuansa kehidupan kepartaian yang sehat.
6) Terciptanya iklim yang kondusif bagi penguatan masyarakat sipil.
7) Dibangunnya jajaran birokrasi yang bersifat netral dan profesional.
8) Dibangunnya pola rekrutmen politik yang terbuka serta mengarah
pada profesionalisasi.
9) Dilakukannya berbagai upaya pemberantasan korupsi baik di tingkat
pusat mau pun daerah.
10) Diberikannya otonomi yang seluas-luasnya pada daerah.
11) Diberikannya ruang gerak yang cukup untuk melakukan partisipasi
politik otonom.
12) Dibangunnya suasana penghormatan terhadap HAM.
13) Telah dilakukannya berbagai upaya manajemen konflik seperti di
Aceh dan Maluku.
14) Dikuranginya peran militer dalam politik.
Maka pada masa itu digantikan oleh Megawati Soekarno Putri anak dari
mantan Presiden RI 1 yaitu Ir. Soekarno sebagai presiden RI kelima dan wakilnya
adalah Hamzah Haz dari partai PPP. Pada tahun 2004 yang merupakan pemilu
presiden langsung pertama terpilihlah pasangan Susilo Bambang Yudhoyono
(presiden) dan Jusuf kala (wakil Presiden). Dan pada masa beliau banyak terjadi
perubahan yang sangat signifikan. Antara lain banyaknya kesejahteraan27

Ibid. hal 16
16

kesejahteraan pegawai negeri sipil terutama ada tenaga pengajar (guru) dan non
PNS, pemberantasan korupsi di berbagai Instansi Negara baik dalam tingkat pusat
dan daerah, dibentuknya KPK (komisi Pemberantasan Korupsi), berhasil
melakukan konversi minyak tanah ke Gas Elpiji (LPG). Atas kepercayaan
masyarakat terhadap pemerintah pada saat itu, maka tahun 2009 terpilihnya
kembali susilo Bambang Yudhoyono dan pasangannya yaitu Boediono terpilih
menjadi presiden dan wakil presiden hingga 2014

28

. Namun pada masa itu

banyak juga terjadinya kebijakan-kebijakan yang memberatkan rakyat, misalnya
kenaikan harga BBM, meskipun disertakan kompensasi bagi rakyat miskin seperti
bantaun langsung tunai, beras miskin, dan sebagainya. Dalam kebijakan itu pula
banyak terdapat kritik di era pemerintahan SBY pada saat itu yang semakin
memanas diakrenakan banyak pejabat dikalangan partainya dan partai koalisinya
yang tersangkut dugaan korupsi baik dalam pejabat pusat dan daerah yang silih
berganti masuk dan keluar penjara akibat dari KKN.
Namun perubahan demokrasi masyarakat Indonesia tidak hanya sampai
pada saat ini saja. Pada tahun 2014, pemerintahan Indonesia menikmati demokrasi
ke tiga setelah era kepemimpinan SBY diganti dengan pemerintahan Joko Widodo
(Jokowi) sebagai Presiden RI dan Jusuf Kalla sebagai wakil presiden dengan
mengkampanyekan slogan “Kerja Nyata” dan “revolusi Mental” kepada
masyarakat Indonesia sebagai tonggak awal perubahan demokrasi Indonesia
menjadi lebih baik.

28

Dr. Deny Setiawan, M.Si 2016. Ilmu Kewarganegaraan. Larispa Indonesia:
Medan. Hal 177
17

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kata demokrasi merupakan hal yang mudah dimengerti oleh semua
kalangan masyarakat. Pengertian demokrasi dapat dilihat dari tinjauan bahasa
(etimologis) dan istilah (terminologis). Secara etimologis “demokrasi terdiri dari
dua kata yang bersal dari bahasa Yunani yaitu “demos” yang artinya rakyat atau
penduduk suatu tempat dan “cratein” atau “cratos” yang berarti kekuasaan atau
kedaulatan. Jadi secara bahasa adalah keadaan dimana dalam sistem
pemerintahannya kedaulatan berada ditangan rakyat, kekuasaan tertinggi berada
dalam keputusan bersama rakyat, rakyat yang berkuasa, pemerintahan rakyat dan
kekuasaan oleh rakyat.
Dalam perjalanan bangsa dan Negara Indonesia, masalah pokok yang
dihadapi ialah bagaimana demokrasi mewujudkan dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Terdapat 4 (empat) periode sejarah demokrasi di Indonesia yaitu
pada a. periode 1945 - 1959; b. periode 1959 – 1965; c periode 1965 – 1998; dan,
d. periode 1998 – sekarang.
B. SARAN
Demikian hasil dari makalah ini, bila ada kekurangan bisa disempurnakan
di kemudian hari. Semoga bermanfaat dan bisa menjadi referensi pembaca dalam
makalah selanjutnya. Terima kasih

18

DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Hamdi, Jazim. dan Lutfi, Mustafa. 2010. Civic Education. Jakarta: Gramedia
Azra, Azyumardi. 2005. Pendidikan Kewarganegaraan (Civic education):
Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani. Jakarta:
Prenada Media.
E Kus Eddy Sartono, Sunarso, Pendidikan Kewarganegaraan, Penerbit: UNY
Press
Kaelan, dan

, Zubaidi Achmad. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan.

Yogyakarta: Paradigma.
Suady Husein. 2008. Ilmu Kewarganegaraan. Medan: UNIMED
Srijanti, A. Rahman, dan Purwanto. 2007. Etika Berwarga Negara Edisi 2.
Jakarta: Salemba Empat.
Sofhian,

Subhan.

dkk.

2011.

Pendidikan

Kewarganegaraan.

Bandung:

Fokusmedia.
Rusdi Kartaprawira, 1977. Sistem Politik Indonesia, Tribisana: Bandung
Ismail Sunny, 1981. Pergeseran Kekuasaan Eksekutif, Aksara Baru: Jakarta,
Moh. Yamin, 1971. Naskah Persiapan UUD 1945, Pustaka Sinar Harapan,
Jakarta.
Soempono Djojowadono. 1958Demokrasi Dalam Pembangunan Di Indonesia,
Prasaran Seminar Demokrasi, FISIP UGM: Yogyakarta.
Moh. Mahfud MD. 1999. Pergulatan Politik Dan Hukum Di Indonesia. Gama
Media: Jakarta.
19

Hamzah, Fahri. 2012. Demokrasi, Transisi, Korupsi (okestra pemberantasan
korupsi sistematik). Yayyasan Faham Indonesia: Mataram.
Setiawan, . Deny. 2016. Ilmu Kewarganegaraan. Larispa Indonesia: Medan
JURNAL
Jailani, S.H., M.H. Sistem Demokrasi Di Indonesia Ditinjau Dari Sudut Hukum
Ketatanegaraan. Jurnal Inovatif, Volume VIII Nomor I Januari 2015. Hal
137
Al Rafni. DEMOKRASI. Vol.I No.1 Th. 2002.

20