ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DHF

DENGUE
HAEMORRHAG
IC FEVER
(DHF)
AISYAH MUTIA ASLAM J210140004
GIA PUTRI SUNARTA J210140018
RATIH LARASATI
J210140050

PENGERTIAN
Penyakit infeksi oleh virus dengue yang
sering menyerang anak-anak
mengakibatkan perembesan plasma yang
ditandai dengan peningkatan kadar
hematokrit atau penumpukan cairan di
rongga tubuh. Gejala yang ditimbulkan
dengan manifestasi perdarahan dan
bertendensi menimbulkan shock yang dapat
menimbulkan kematian (Depkes, 2006)

Host alami DBD adalah manusia, agentnya adalah

virus dengue yang termasuk ke dalam famili
Flaviridae dan genus Flavivirus, terdiri dari 4
serotipe yaitu Den-1, Den-2, Den-3 dan Den-4
(Kurane I, 2007), ditularkan ke manusia melalui
gigitan nyamuk yang terinfeksi, khususnya nyamuk
Aedes aegypti dan Ae. Albopictus (WHO, 2010)

Masa inkubasi virus dengue dalam manusia
(inkubasi intrinsik) berkisar antara 3 sampai 14 hari
sebelum gejala muncul, gejala klinis rata-rata
muncul pada hari keempat sampai hari ketujuh,
sedangkan masa inkubasi ekstrinsik (di dalam
tubuh nyamuk) berlangsung sekitar 8-10 hari
(Kurane I, 2007).

TANDA DAN
GEJALA

HASIL
PEMERIKSAAN

LABORATORIUM

DD

Demam disertai 2
atau lebih tanda :
mialgia, sakit
kepala, nyeri
retroorbital,
artralgia.

Leukopenia
Trombositopenia
Tidak ada
kebocoran plasma

DBD

I


Gejala diatas
ditambah uji
bendung positif

Trombositopenia
(20% setelah pemberian cairan
yang adekuat.
•Tanda kebocoran plasma seperti : hipoproteinemi, asites, dan
efusi pleura (NANDA, 2015).

PATOFISIOLOGI
Arbovirus (melalui nyamuk Aedes Aegypti) masuk
kedalam peredaran darah manusia menyebabkan
infeksi virus dengue (viremia). Infeksi dari virus ini
mengaktifkan sistem komplemen tubuh sehingga
membentuk dan melepaskan zat C3a dan Csa, aktifnya
zat C3a dan Csa menstimulus PGE² di hipothalamus
yang menyebabkan Hipertermi. Hipertermi yang terjadi
akan meningkatkan reabsorbsi Na+ dan H20
menyebabkan peningkatan permeabilitas membran.

Dari peningkatan permeabilitas membran akan
menyebabkan 3 hal : agregasi trombosit, kerusakan
endotel pembuluh darah, dan resiko syok hipovolemik.

Pertama, agregasi trombosit akan menyebabkan
trombositopenia atau penurunan jumlah trombosit dalam
darah, kurangnya trombosit ini akan memicu resiko
perdarahan dan perdarahan.
Kedua, kerusakan endotel pembuluh darah akan merangsang
dan mengaktivasi faktor pembekuan darah yang
menyebabkan terjadi Disseminated Intravascular Coagulation
(DIC) yang memicu adanya perdarahan.
Perdarahan yang terjadi akan menjadikan perfusi jaringan
tidak efektif sehingga terjadilah hipoksia jaringan dan asidosis
metabolik. Asidosis inilah yang menjadikan pasien mengalami
resiko syok (hipovolemik).
Ketiga, resiko syok hipovolemik mengakibatkan munculnya
renjatan hipovolemik dan hipotensi sehingga terjadi kebocoran
plasma. Kebocoran plasma berpengaruh ke ekstravaskuler
pasien dan mengakibatkan pasien kekurangan volume cairan.


Organ ekstravaskuler yang terkena akibat dari kebocoran
plasma adalah paru-paru, hepar, dan abdomen.
Pada paru-paru kebocoran plasma akan memicu
terjadinya efusi pleura yang mengakibatkan pola nafas
pasien tidak efektif.
Pada hepar kebocoran plasma akan menjadikan
hepatomegali yang kemudian terjadi penekanan
intraabdomen sehingga timbul nyeri dan mual, muntah.
Pada abdomen kebocoran plasma akan mengakibatkan
acites sehingga terjadi mual dan muntah yang sangat
berpengaruh pada kurangnya asupan nutrisi pada pasien
(NANDA, 2015).

PATHWAYS
Arbovir
us
1. Agregasi
trombosit
Trombositope

nia

Resiko
perdarahan

Viremi
a

Mengaktifkan
sistem
komplemen

Permeabilitas
membran
meningkat

Membentuk &
melepaskan zat
C3a & CSa


Peningkatan
reabsorbsi Na+
dan H20

2. Kerusakan
endotel pembuluh
darah

Resiko syok
(hipovolemik)

Merangsang dan
mengaktivasi
faktor pembekuan
darah

Asidosis metabolik

DIC


Hipoksia jaringan

Perdarahan

Resiko perfusi
jaringan tidak
efektif

PGE2
Hipotala
mus
HIPERTER
MI

Permeabilitas
membran
meningkat

Renjatan
hipovolemik

dan hipotensi

3. Resiko syok
hipovolemik

Kekurangan
volume cairan

Paru-paru

Efusi pleura

Ketidak efektifan
pola nafas

Kebocoran
plasma

Ke ekstravaskuler


Hepar

Abdomen

Hepatomegali

Ascites

Penekanan
intraabdomen

Mual dan muntah

Nyeri

Ketidak
seimbangan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh


KOMPLIKASI







Kehilangan cairan dan elektrolit.
Hiperpireksia.
Kejang demam (Halstead, 2011).
Efusi pleura.
Hepatomegali.
Ascites (NANDA, 2015).

PENATALAKSANA
AN
PERTOLONGAN PERTAMA
• Pertolongan pertama pada anak dengan demam
berdarah, pada saat anak demam berikan
tindakan pertolongan pertama seperti pada anak
demam biasanya.
• Apabila demam tak kunjung turun hingga hari ke3 maka bawa anak ke dokter (Ayu & Zulfito,
2010).

• Pengobatan untuk anak yang menderita DBD pada
dasarnya bersifat suportif yaitu mengatasi
kehilangan cairan plasma sebagai akibat
penningkatan permeabilitas kapiler dan sebagai
akibat perdarahan. Pasien DBD dianjurkan untuk
dirawat di ruang perawatan biasa, tetapi pada kasus
DBD dengan komplikasi diperlukan perawatan
intensif (Ayu & Zulfito, 2010).
• Rasa haus dan dehidrasi dapat timbul karena demam
tinggi, tidak nafsu makan dan muntah. Maka anak
perlu diberikan minum banyak, bisa berupa air teh
dengan gula, sirup, susu, atau sari buah. Apabila
muntah terus-menerus, maka segera bawa ke rumah
sakit untuk menapat cairan infus dan perawatan (Ayu
& Zulfito, 2010).

PENCEGAHAN
• Meningkatkan daya tahan tubuh anak dengan
mengonsumsi makanan bergizi seimbang,
menjaga kebersihan diri, dan lingkungan.
• Memutus rantai perkembang biakan nyamuk
dengan cara melakukan 3M yaitu mengurang bak
mandi, mengubur kaleng dan sampah, serta
menutup penampungan air bersih. Juga perlu
untuk dilakukan penaburan serbuk abate di
tempat-tempat penampungan air dan melakukan
fogging (pengasapan) (Ayu & Zulfito, 2010).

PEMERIKSAAN
PENUNJANG

•Pemeriksaan uji Tourniquet/Rumple leed
Dinyatakan positif jika terdapat lebih dari 10 ptechiae
dalam diameter 2,8 cm di lengan bawah bagian depan
termasuk lipatan siku.
•Pemeriksaan Hemoglobin
Kenaikan kadar hemoglobin >14 gr/100 ml. Pemeriksaan
kadar hemaglobin dapat dilakukan dengan metode sahli
dan fotoelektrik (cianmeth hemoglobin)
•Pemeriksaan Hematokrit
Peningkatan nilai hematokrit menggambarkan terjadinya
hemokonsentrasi, yang merupakan indikator terjadinya
perembesan plasma. Nilai peningkatan ini lebih dari 20%.

• Pemeriksaan Trombosit
Pemeriksaan jumlah trombosit ini dilakukan pertama kali
pada saat pasien didiagnosa sebagai pasien DHF,
Pemeriksaan trombosit perlu di lakukan pengulangan
sampai terbukti bahwa jumlah trombosit tersebut normal
atau menurun. Terjadi penurunan jumlah trombosit <
100.000 /µ l.
•Pemeriksaan Leukosit
Kasus DHF ditemukan jumlah bervariasi mulai dari
lekositosis ringan sampai lekopenia ringan
•Pemeriksaan Bleding time (BT)
Waktu perdarahan adalah waktu dimana terjadinya
perdarahan setelah dilakukan penusukan pada kulit cuping
telinga dan berhentinya perdarahan tersebut secara
spontan.
• Pemeriksaan SGOT/SGPT
Bila terdapat DHF maka kadarnya akan meningkat.

• Pemeriksaan Clothing time (CT)
Sejumlah darah tertentu segera setelah diambil diukur
waktunya mulai dari keluarnya darah sampai membeku.
•Pemeriksaan Limfosit Plasma Biru (LPB)
Menghitung jumlah limfosit plasma biru dalam 100 sel
jenis-jenis leukosit.
•Pemeriksaan Homeostasis
Dilakukan pemeriksaan PT, APTT, Fibrinogen, D-Dimer,
atau FDP pada keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan
atau kelainan pembekuan darah.
•Pemeriksaan Protein/Albumin
Dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma
•Pemeriksaan Ureum/Kreatinin
Bila didapatkan kegangguan fungsi ginjal.
•Pemeriksaan Elektrolit
Sebagai parameter pemantauan pemberian cairan.

Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
• Identitas pasien
Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak
dengan usia kurang dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat,
pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua, dan
pekerjaan orang tua.
• Keluhan Utama
Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF datang ke
rumah sakit adalah panas tinggi dan pasien lemah.

Lanjutan...
 Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak dengan
disertai menggigil dan saat demam kesadaran kompos
mentis. Panas turun terjadi antara hari ke-3 dan ke-7, dan
anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai keluhan
batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare
atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian,
nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta
adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III,
IV), melena atau hematemasis.
 Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF, anak
biasanya mengalami serangan ulangan DHF dengan type
virus yang lain.

 Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka
kemumgkinan akan timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.
 Riwayat gizi

Status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi. Semua anak
dengan status gizi baik maupun buruk dapat berisiko, apabila ada
faktor predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering mengalami
keluhan mual, muntah,dan nafsu akan menurun. Apabila kondisi ini
berlanjut dan tidak disertai pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka
anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status
gizinya menjadi kurang.

 Kondisi lingkungan
sering terjadi pada daerah yang padat penduduknya dan
lingkumgan yang kurang bersih (seperti yang mengenang dan
gantungan baju yang di kamar).

Pola kebiasaan








Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pantangan,
nafsu makan berkurang, dan nafsu makan menurun.
Eliminasi BAB: kadang-kadang anak mengalami diare atau
konstipasi.
Sementara DHF grade III-IV bisa terjadi melena.
Eliminasi BAK : perlu dikaji apakah sering kencing, sedikit
atau banyak, sakit atau tidak. Pada DHF grade IV sering
terjadi hematuria.
Tidur dan istirahat : anak sering mengalami kurang tidur
karena mengalami sakit atau nyeri otot dan persendian
sehingga kualitas dan kuantitas tidur maupun istirahatnya
kurang.
Kebersihan : upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri
dan lingkungan cenderung kurang terutama untuk
membersihkan tempat sarang nyamuk aedes aegypti.

Diagnosa
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
berpindahnya cairan intraseluler ke ekstraseluler
(kebocoran plasma dari endotel)
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan
penumpukan cairan di rongga paru (effusi pleura)
3. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus
dengue
4. Nyeri berhubungan dengan agen cidera biologis
(penekanan intra abdomen)
5. Resiko perdarahan berhubungan dengan penurunan
kadar trombosit dalam darah
6. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b/d  intake nutrisi yang tidak adekuat akibat
mual dan nafsu makan yang menurun.
7. Risiko syok hypovolemik b/d perdarahan yg
berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke

1.Kekurangan volume cairan berhubungan
dengan berpindahnya cairan intraseluler ke
ekstraseluler (kebocoran plasma dari endotel)
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan defisit volume cairan
dapat terpenuhi
KH :
a. Menyatakan pemahaman faktor penyebab dan perilaku
yang, perlu untuk memperbaiki defisit cairan
b. Menunjukkan perubahan keseimbangan cairan, dibuktikan
oleh haluaran urine adekuat, tanda-tanda vital stabil,
membran mukosa lembab, turgor kulit baik.
c. Volume cairan cukup, input cukup, output tidak berlebih.

Rencana tindakan:

a. Kaji keadaan umum pasien (lemah pucat, tachicardi) serta tanda-tanda
vital.
Rasional : Menetapkan data dasar pasien, untuk mengetahui dengan cepat
penyimpangan dari keadaan normalnya
b. Observasi adanya tanda-tanda syok.
Rasional : Agar dapat segera dilakukan t.indaka.n untuk menangani syok
yang dialami pasien.
c. Berikan cairan intravaskuler sesuai program dokter.
Rasional : Pemberian cairan IV sangat penting bagi pasien yang mengalami
defisit volume cairan dengan keadaan umum yang buruk karena cairan
langsung masuk kedalam pembuluh darah.
d. Anjurkan pasien untuk banyak minum
Rasional : Asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah volume
cairan tubuh.
e. Kaji tanda dan gejala dehidrasi atau hipovolemik (riwayat muntah diare,
kehausan turgor jelek).
Rasional : Untuk mengetahui penyebab devisit volume cairan, jika haluaran
urine < 25 ml/jam, maka pasien mengalami syok
f. Kaji perubahan haluaran urine dan monitor asupan haluaran
Rasional : Untuk mengetahui keseimbangan cairan dan tingkatan dehidrasi.

2. Pola nafas tidak efektif berhubungan
dengan penumpukan cairan di
rongga paru (effusi pleura)
• Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan pola nafas menjadi efektif atau
normal
• KH: Menunjukkan pola nafas efektif dan paru
jelas dan bersih.
• Rencana tindakan:
a. Kaji frekuensi kedalaman pernafasan dan
ekspansi dada.
Rasional : Kecepatan biasanya meningkat,
dispnea dan terjadi peningkatan kerja nafas.
b. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya

c. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi.
Rasional : Duduk tinggi memungkinkan pengembangan paru dan
memudahkan pernafasan diafragma, pengubahan posis
meningkatkan pengisian udara segmen paru.
d. Bantu pasien mengatasi takut atau ansietas.
Rasional : Perasaan takut dan ansietas berat berhubungan dengan
ketidakmampuan bernafas atau terjadinya hipoksemia
e. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
Rasional : Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas.
f. Lakukan fisioterapi dada jika perlu

3. Hipertermi berhubungan
proses infeksi virus dengue
Tujuan : Setelah
dilakukan tindakan
keperawatan
temperatur suhu
dalam batas normal
(36°-37° C).
KH:
a. Klien tidak
menunjukkan
kenaikan srihu
tubuh.
b. Suhu tubuh
dalam batas normal.

Rencana tindakan:
a. Kaji saat timbulnya demam
Rasional : Untuk mengidentifikasi pola demam pasien
b. Observasi tanda-tanda vital
Rasional : Tanda-tanda vital merupakan acuan untuk
mengetahui
keadaan umum pasien.
c. Tingkatkan intake cairan.
Rasional : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan
penguapan tubuh
meningkat sehingga perlu diimbangi asupan cairan
d. Catat asupan dan keluaran
Rasional : untuk mengetahui
ketidakseimbangancairan tubuh
e. Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan
sesuai program dokter
Rasional : pemberian cairan sangat penting bagi
pasien dengan suhu
tinggi.

4. Nyeri berhubungan
dengan agen cidera
biologis (penekanan intra
abdomen)

v Pain Level,
v Pain control,
v Comfort level
Kriteria Hasil :
v Mampu mengontrol nyeri
(tahu penyebab nyeri,
Melaporkan bahwa nyeri
berkurang dengan
menggunakan manajemen
nyeri
v Mampu mengenali nyeri
(skala, intensitas, frekuensi
dan tanda nyeri)
v Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang
v Tanda vital dalam rentang
normal

Intevensi :
Pain Management
a. Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi
b. Observasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan
c. Kurangi faktor presipitasi nyeri
d. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologi, non farmakologi dan inter
personal)
e. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
f. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
g. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
h. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
i. Tingkatkan istirahat
Analgesic Administration
a. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
b. Cek instruksi dokter tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi

5. Resiko perdarahan berhubungan dengan penurunan
kadar trombosit dalam darah
Tujuan : Tidak terjadi perdarahan
Kriteria : pulsasi kuat, Tidak ada tanda perdarahan lebih lanjut,
trombosit meningkat
Intervensi :
- Monitor tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai tanda klinis.
Rasional : Penurunan trombosit merupakan tanda adanya kebocoran pembuluh
darah yang pada tahap tertentu dapat menimbulkan tanda-tanda klinis seperti
epistaksis, ptike.
- Monitor trombosit setiap hari
Rasional : Dengan trombosit yang dipantau setiap hari, dapat diketahui tingkat
kebocoran pembuluh darah dan kemungkinan perdarahan yang dialami pasien.
- Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga untuk melaporkan jika ada tanda
perdarahan spt : hematemesis, melena, epistaksis.
Rasional : Keterlibatan pasien dan keluarga dapat membantu untuk penaganan
dini bila terjadi perdarahan.
- Antisipasi adanya perdarahan : gunakan sikat gigi yang lunak, pelihara
kebersihan mulut, berikan tekanan 5-10 menit setiap selesai ambil darah.
Rasional : Mencegah terjadinya perdarahan lebih lanjut.

6. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d 
intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan
yang menurun.
Tujuan
:
Rencana tindakan:
Setelah
a. Kaji keluhan mual dan muntah yang dialami oleh pasien
dilakukan
Rasional : Untuk menetapkan cara mengatasinya.
tindakan
b. Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering.
keperawatan
Rasional : Untuk menghindari mual dan muntah
kebutuhan
c. Jelaskan manfaat nutrisi bagi pasien terutama saat
nutrisi
pasien sakit.
pasien
Rasional : Meningkatkan Pengetahuan pasien tentang
terpenuhi.
nutrisi
KH :
sehingga motivasi pasien untuk makan meningkat.
Pasien mampu
d. Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur dan
menghabiskan
dihidangkan
makanan
saat masih hangat.
sesuai dengan
Rasional : membantu mengurangi kelelahan pasien dan
porsi
meningkatkan asupan makanan.
yang
e. Catat jumlah dan porsi makanan yang dihabiskan
dibutuhkan
Rasional : untuk mengetahui pemenuhan nutrisi pasien.
atau diberikan .
f. Ukur berat badan pasien setiap hari.
Rasional : untuk mengetahui status gizi pasien

7. Risiko syok hypovolemik b/d perdarahan yg
berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke
ekstravaskuler

Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik
Kriteria : Tanda Vital dalam batas normal

Intervensi :
- Monitor keadaan umum pasien
Rasional ; Untuk memonitor kondisi pasien selama perawatan terutama
saat terdi perdarahan. Perawat segera mengetahui tanda-tanda presyok /
syok
- Observasi vital sign setiap 3 jam atau lebih
Rasional : Perawat perlu terus mengobaservasi vital sign untuk
memastikan tidak terjadi presyok / syok
- Jelaskan pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan segera
laporkan jika terjadi perdarahan
Rasional : Dengan melibatkan psien dan keluarga maka tanda-tanda
perdarahan dapat segera diketahui dan tindakan yang cepat dan tepat
dapat segera diberikan.
- Kolaborasi : Pemberian cairan intravena
Rasional : Cairan intravena diperlukan untuk mengatasi kehilangan cairan
tubuh secara hebat.

DAFTAR PUSTAKA
Bulan, Ayu. & Marendra, Zulfito., 2010. Smart Parents : Pintar Mengatur Menu &
Tanggap Saat Anak Sakit. Jakarta : GagasMedia.
Depkes. 2006. Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di
Indonesia. Jakarta : Depkes RI.
Halstead, S.B., 2011. Dengue Fever and Dengue Hemorrhagic fever. In Nelson
Textbook of Pediatrics. 19th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders. pp.1147 1150.
Huda, Amin. & Kusuma, Hardhi., 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NIC. Yogyakarta : MediAction.
Kariyawasam, S. & Senanayake, H., 2010. Dengue infections during pregnancy:
case series from a tertiary care hospital in Sri Lanka. The Journal of
Infection in Developing Countries, pp.767 - 775.
Kurane I. 2007. Dengue Hemorrhagic Fever with Spesial Emphasis on
Immunopathogenesis. Comparative Immunology, Microbiology & Infectious
Disease. Vol 30:329-40.
Tantawichien, T., 2012. Dengue Fever and Dengue Haemorrhagic Fever in
adolescents and adults. Paediatrics and International Child Health, 32,
pp.22 - 27.
WHO. 2010. Dengue: Guidlines for Diagnosis, Treatment, Prevention and Control.
New Edition. Geneva: World Health Organization.

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN MALANG KOTA LAYAK ANAK (MAKOLA) MELALUI PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN

73 431 39

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25