ISU ISU AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK DI INDON

ISU-ISU AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK DI INDONESIA

Tantangan Profesi Akuntan Indonesia Menuju Tahun 2020
Akuntan Indonesia kini menghadapi berbagai tantangan baru, baik tantangan yang datang
dari dalam profesi maupun dari luar profesi. Dari dalam profesi tantangannya berupa banyaknya
standar-standar baru yang harus diterapkan. Sejalan dengan konvergensi IFRS dan ISA, serta
pronouncement lainnya yang diterbitkan IFAC, maka organisasi akuntan Indonesia terus
menerus melakukan adopsi standar-standar tersebut, melakukan pendidikan kepada
akuntan, serta . melakukan sosialisasi kepada masyarakat, perguruan tinggi, industri, dsb.
Tantangan dari luar profesi datang dari berbagai pihak, mencakup tantangan
meningkatnya tuntutan governance dari pihak pemakai jasa akuntan, regulasi yang lebih ketat
oleh pemerintah, serta tantangan menjaga kepercayaan pemerintah ditengah-tengah masih
sedikitnya jumlah akuntan publik di Indonesia.
Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini, semakin banyak investasi
ditempatkan di Indonesia, baik oleh investor dalam negeri maupun luar negeri. Demikian juga
kredit perbankan tumbuh secara positif. Pada saat investasi dan kredit perbankan bergerak positif
maka semakin tinggi tuntutan kepada akuntan untuk menegakkan governance. Akuntan dipadang
sebagai salah satu pihak yang sangat kompeten untuk menjaga risiko investasi dan perkreditan
dari investor atau kreditur. Kemudian, masih sejalan dengan tuntutan governance tersebut,
pemerintah Indonesia kini aktif membuat peraturan untuk profesi akuntan publik. Pembatasan
rangkap jabatan dan pemberian jasa, aturan quality control dan independensi sengaja dibuat

untuk memenuhi tuntutan governance di satu sisi, namun disisi lain menjadikan profesi akuntan
penuh dengan aturan.
Di sisi lain, tantangan juga timbul dari kepercayaan pemerintah pada akuntan publik yang
merencanakan pada masa datang laporan audit diakui sebagai dasar perhitungan pajak oleh dirjen
pajak. Tentu saja jika wacana ini dilaksanakan maka akan semakin besar peluang pasar jasa
akuntan publik di Indonesia. Tantangan dari wacana pemerintah ini adalah jumlah akuntan
publik masih sedikit. Saat ini jumlah akuntan publik baru 1100 orang dan jumlah KAP baru 400
kantor. Tentu jumlah ini sangat sedikit dibandingkan dengan jumlah perusahaan sebanyak
16.000 dan penduduk Indonesia 240 Juta jiwa.
“Satu hal yang paling diperlukan oleh Indonesia saat ini adalah menambah jumlah
akuntan,” kata Manajer Manajemen Keuangan Kawasan Asia Timur dan Pasifik Bank Dunia
Samia Msadek di Jakarta, Senin, dalam peluncuran “Report on the Observance of Standards and
Codes” (ROSC) di Indonesia dari Bank Dunia.
Per 31 Juli 2010, menurut data Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), ada 8.832 anggota
perorangan organisasi tersebut, 1.407 di antaranya adalah akuntan publik sementara 3.680 adalah
akuntan yang bekerja di sektor publik.
Saat ini Indonesia sedang mempersiapkan sistem laporan keuangan perusahaan yang
berkiblat pada standar internasional atau International Financial Reporting Standards (IFRS)
yang akan diberlakukan mulai Januari 2012.
Pertama, pemerintah perlu memperhatikan dan mengusahakan pendidikan bagi akuntan

dan menambah jumlah akuntan secara berkelanjutan demi menjaga sistem akuntansi yang

ditetapkan. “Pendidikan yang diberikan perlu disesuaikan dengan perkembangan sistem
akuntansi, termasuk bagaimana meningkatkan kemampuan para akuntan yang sudah bekerja saat
ini mengingat standar akuntasi dan pemeriksaan keuangan terus berubah,” kata Samia.Kedua,
menerapkan aturan akuntansi, sesuai dengan Undang-undang yang disahkan, khususnya bagi
perusahaan publik dan perusahaan yang tercatat dalam pasar modal. Rekomendasi ketiga adalah
pengawasan implementasi aturan, mengingat proses konvergensi sistem laporan keuangan lama
menjadi sistem IFRS perlu dipahami oleh manajemen perusahaan dan badan pengawas laporan
keuangan yaitu Bank Indonesia dan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
(Bapepam-LK).
Standar Akuntansi Internasional Pacu Investasi RI
Bank Dunia (World Bank) menyatakan pelaporan keuangan yang sesuai dengan standar
internasional meningkatkan iklim investasi di Indonesia.“Dengan selarasnya standar-standar
audit dan pelaporan finansial Indonesia dengan standar-standar internasional, para investor asing
dapat memperloleh laporan keuangan yang lebih kokoh dari perusahaan-perusahaan Indonedia.
Hal ini akan mendorong peningkatan iklim investasi di Indonesia,” jelas Kepala Perwakilan
Bank Dunia untuk Indonesia Stefan Koeberle di Jakarta, Senin (14/11).
Lebih jauh Stefan mengatakan, sebagai salah satu negara anggota G-20, Indonesia selalu
menjadi perhatian dunia. “Penerapan kode-kode dan standar-standar yang diakui internasional,

termasuk standar pelaporan keuangan internasional, akan memperkuat arsitektur finansial
Indonesia,” tukasnya.
Laporan tersebut merekomendasikan beberapa hal untuk makin meningkatkan
infrastruktur audit dan akuntasi, antara lain pembaruan kerangka kebijakan dan penyelarasan
sepenuhnya dengan standar-standar audit dan kauntansi internasional.
Selain itu, membangun kapasitas Ikatan Akuntansi Indonesia dan Institut Akuntan Publik
Indonesia, membangun kapasitas praktik audit skala kecil dan menengah serta membangun
kapasitas Bapepam-LK dan Bank Indonesia dalam meninjau laporan-laporan keuangan.
Laporan Bank Dunia yang baru menyatakan bahwa kerangka akuntansi dan audit
Indonesia telah meningkat secara signifikan pada lima tahun terakhir. Laporan akuntan publik di
2011 telah memberikan landasan hukum yang kuat bagi profesi akuntan.
Laporan tersebut juga menyoroti bahwa Standar Akuntansi Nasional yang lebih besar
jumlahnya kini selaras dengan standar-standar pelaporan keuangan Internasional
Bank Dunia mengatakan bahwa kerangka akuntansi dan audit Indonesia telah meningkat
secara signifikan dalam lima tahun terakhir dan telah selaras dengan standar pelaporan keuangan
internasional.
“Selarasnya standar-standar audit dan pelaporan keuangan Indonesia dengan standar
internasional, membuat para investor asing dapat memperoleh laporan keuangan yang lebih
kokoh dari perusahan-perusahaan Indonesia,” kata Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk
Indonesia, Stefan Koeberle, di Jakarta, Senin.

Selain standar pelaporan keuangan internasional, katanya, standar akuntansi nasional
yang lebih besar jumlahnya kini juga telah selaras dengan undang-undang akuntan publik 2011
yang telah memberikan landasan hukum yang kuat bagi profesi akuntan.
Adapun laporan tersebut, menurut dia, merekomendasikan beberapa hal untuk makin
meningkatkan infrastruktur audit dan akuntansi, antara lain pembaruan kerangka kebijakan,
penyelarasan sepenuhnya dengan standar-standar audit dan akuntansi international.

Selain itu juga membangun kapasitas ikatan akuntansi Indonesia dan institut akuntan
publik Indonesia, membangun kapasitas praktik audit skala kecil dan menengah dan membangun
kapasitas Bapepam-LK dan Bank Indonesia dalam meninjau laporan-laporan keuangan, kata
Koeberle.
Ia menambahkan sebagai salah satu negara anggota G-20, kondisi ekonomi Indonesia
selalu menjadi perhatian dunia.
“Hal ini akan mendorong peningkatan iklim investasi di Indonesia,” katanya.
Sementara Regional Manager, Financial Management Bank Dunia untuk Kawasan Asia
Timur dan Pasifik, Samia Msadek, mengatakan rekomendasi tersebut dapat digunakan untuk
menyiapkan suatu rencana aksi negara yang komprehensif yang bertujuan untuk memperkuat
kerangka kelembagaan audit dan akuntansi.
“Secara ideal, pengembangan berikutnya jangan sampai mengganggu kemajuan yang
telah dicapai oleh kerangka yang telah ada,” katanya.

Menurut Samia, penerapan rekomendasi-rekomendasi tersebut sebaiknya merupakan
proses kolaboratif antarbadan-badan pengatur sektor keuangan, profesi akuntansi dan mitra-mitra
pembangunan internasional.