Perdagangan sembako masyarakat Tionghoa di kabupaten Melawi Kalimantan Barat 2004 2008

(1)

PERDAGANGAN SEMBAKO MASYARAKAT TIONGHOA

DI KABUPATEN MELAWI

KALIMANTAN BARAT 2004-2008

SKRIPSI

Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sejarah

Oleh: Puro Juan Handry NIM : 114314004

PROGRAM STUDI SEJARAH

JURUSAN SEJARAH FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2017


(2)

(3)

(4)

iv

MOTTO:

Pergunakanlah kesempatan sebaik mungkin, jangan

sia-siakan kesempatan yang telah diberikan.


(5)

v

PERSEMBAHAN

Skripsi berjudul "Perdagangan Sembako Masyarakat Tionghoa Di Kabupaten Melawi Kalimantan Barat 2004-2008" ini penulis persembahkan untuk kedua orang tua tersayang yang telah memberikan kesempatan yang besar kepada saya untuk menuntut ilmu di tanah perantauan. Karya ini juga dipersembahkan untuk almamater Program Studi Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.


(6)

(7)

(8)

viii

ABSTRAK

Skripsi yang berjudul Perdagangan Sembako Masyarakat Tionghoa Di Kabupaten Melawi Kalimantan Barat 2004-2008 ini bertujuan untuk menjawab dua permasalahan. Pertama, bagaimana dinamika perdagangan sembako masyarakat Tionghoa di Kabupaten Melawi. Kedua, bagaimana relasi sosial ekonomi antara orang Tionghoa dengan masyarakat setempat.

Penelitian ini merupakan penelitian pustaka dan studi lapangan. Analisis dilakukan dengan menggunakan metode heuristik (pengumpulan data), kritik sumber, analisis sumber, wawancara dan observasi, hingga penulisan. Studi ini menggunakan pendekatan sosiologi untuk memahami bagaimana perdagangan sembako masyarakat Tionghoa dapat diterima dengan baik oleh masyarakat di kabupaten Melawi. Konsep interaksi sosial digunakan sebagai landasan teori untuk menggambarkan dinamika perdagangan sembako masyarakat Tionghoa di kabupaten Melawi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebudayaan masyarakat yang dapat beradaptasi dengan baik dapat diterima oleh kabudayaan lain. Dalam prakteknya, penerimaan terhadap masyarakat Tionghoa yang dilakukan oleh masyarakat di kabupaten Melawi mendapat respon yang sangat baik dan masih berjalan sampai saat ini.


(9)

ix ABSTRACT

Thesis entitle, Perdagangan Sembako Masyarakat Tionghoa Di Kabupaten Melawi Kalimantan Barat 2004-2008, aims to address two issues. First, how the Tionghoa people run their groceries bussines in Melawi District. Second, how is the social-economics reationship betwen Tionghoa people with the local people.

This research is literature research and field obsevation. It use heuristic method, source critics, souce analysis, interview, obsevation, and historiography to analize the topics. This study use sociological approachment to understand how Melawi Distirict people well received the groceries bussines by Tionghoa people. Social interaction concept is use as theoritical frame to describe how the Tionghoa people run their groceries bussines at Melawi District.

The result of this research is showing that the well adapt culture can be well receive by other cultures. Practically, the good respons by the local people in order to receive the Tionghoa people at Melawi District still running.


(10)

x

KATA PENGANTAR

Skripsi ini menyita banyak waktu dan pikiran dan sangat melelahkan. Namun, semua itu terbayar dengan terselesaikannya skripsi ini, meskipun sedikit terlambat dari yang ditargetkan. Tentu saja, banyak ucapan terima kasih yang harus disampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu selama penulisan skripsi ini.

1. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang telah memberikan berkatnya kepada saya selama masa perkuliahan sampai penulisan skripsi.

2. Ucapkan terima kasih kepada kedua orang tua saya yang selalu mendukung dan mendoakan, serta perjuangan dan dorongan dari mereka yang tidak kenal lelah. Tanpa mereka skripsi ini akan menjadi lebih berat.

3. Untuk adik saya Mersy Cahyati yang selalu mengingatkan saya untuk mengerjakan skripsi.

4. Untuk Angela Astri Purwanti, S. Pd. Yang selalu memberikan semangat dan dukungan kepada saya selama perkuliahan dan penulisan skripsi ini sampai selesai.

5. Untuk keluarga besar di Menukung, Sepauk, dan Sungai Ayak yang selalu memberi dukungan selama masa perkuliahan.

6. Untuk para dosen jurusan sejarah Pak Rio, Pak Heri, Bu Ning, Pak Pur, Pak Sandiwan, Pak Yerry, Romo Bas dan Mas Heri yang senantiasa


(11)

xi

memberikan pelajaran dan ilmu-ilmu Humaniora selama masa perkuliahan.

7. Untuk teman-teman Sejarah angkatan 2011 yang terkasih. Riko, adalah teman yang selalu menghibur selama masa-masa perkuliahan. Yasmine, yang sudah memberi bantuan dan dukungan selama masa perkuliahan. Deslin, yang selalu memberikan dukungan kepada saya dan teman-teman angkatan selama masa perkuliahan dan penulisan skripsi. Fauzan, adalah teman yang selalu menyegarkan pikiran dan mau berbagi cerita dengan saya selama masa perkuliahan. Bito, adalah teman serta abang yang selalu memberikan motifasi dan nasehat kepada saya selama masa perkuliahan sampai penulisan skripsi ini selesai..

8. Untuk teman-teman Lingkar Sejarah. Amor, Belo, Popon, Penyik, Ndoi, Novi, Elsa, Lisa, Toni, Lalong, Erik, Wowok, Edut, Tiur, Rosma, Ageng, Jeray, Dede, Adul, Adit Cinta Perdana, Berang, Luiz, Agung, Laras, Dion, Judah Ongek dan semua yang telah membantu namun tidak dapat saya sebutkan satu per satu. Terimakasih semuanya.

9. Untuk teman-teman Markas. Erik S, Cornel, Jon Sejira, Kris, Reza “Puhak”, Winda, Oyon, Asni, Eka “Geleng”, yang mau menerima saya selama masa penulisan skripsi dan memberikan tempat untuk mengerjakan skripsi ini sampai selesai.

10. Untuk Forum Komunikasi Mahasiswa Pelajar Kabupaten Melawi Yogyakarta. Bang Yovie, Bang Markus, Karte, Heri K, Rudiwan, Firmus, Apri Paskalis, Ivan Takiki, Sepriani, Rendra, Nata, Elian, Epa P,


(12)

xii

dan semua anggota forum yang telah banyak membantu saya selama berada di Yogyakarta, terima kasih.

11. Untuk teman kontrakan K-132. Tiko, Opin, Feri, Okta, Layo, Akbar, Bang Jon, Bang Jo, yang selalu membantu saya selama masa penulisan skripsi dan menghibur saya disaat jenuh, terima kasih banyak.


(13)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERSETUJUAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang ... 1

I.2. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup ... 4

I.2.1. Rumusan Masalah ... 4

I.2.2. Ruang Lingkup ... 4

I.3. Tujuan Penulisan... 6

I.4. Manfaat Penulisan ... 7

I.5. Kajian Pustaka ... 7

I.6. Landasan Teori ... 12

I.7. Metode Penelitian ... 17

I.7.1. Lokasi Penelitian ... 17

I.7.2. Metode Penelitian ... 17

I.7.3. Metode Pencarian Data ... 17

I.8. Sistematka Penulisan ... 18

BAB II KABUPATEN MELAWI SELINTAS II.1. Kabupaten Melawi... 20


(14)

xiv

II.3. Mata Pencaharian Masyarakat Kabupaten Melawi ... 27

II.4. Wilayah Kabupaten Melawi ... 29

II.5. Peta dan Demografi ... 30

BAB III PERDAGANGAN SEMBAKO MASYARAKAT TIONGHOA DI KABUPATEN MELAWI III.1. Awal Peralihan Profesi ... 37

III.2. Pencapaian dan Hambatan ... 44

III.3. Perkembangan Perdagangan Sembako Saat Ini ... 48

BAB IV HUBUNGAN MASYARAKAT LOKAL DENGAN MASYARAKAT TIONGHOA IV.1. Masyarakat Kabupaten Melawi ... 52

IV.2. Masyarakat Tioghoa di Kabupaten Melawi ... 56

IV.3. Relasi Masyarakat Melawi dan Masyarakat Tionghoa ... 59

IV.4. Dampak Perdagangan Sembako ... 64

BAB V PENUTUP Kesimpulan ... 66

Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 71


(15)

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Masyarakat Tiongkok sudah lama berada di Indonesia karena urusan perdagangan dan pelayaran pada masa itu. Pada masa pelayaran, mereka banyak menghampiri daerah-daerah pesisir dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan daerah pesisir lainya. Hal tersebut mereka lakukan untuk beristirahat dan berinteraksi dengan masyarakat di sekitar pesisir. Mereka juga membawa barang-barang yang dapat dijual-belikan dengan masyarakat pesisir.

Tionghoa adalah sebutan untuk orang Cina yang berada di Indonesia. Awal kedatangan mereka sebagai pekerja di pertambangan emas1 dan perkebunan, kemudian mereka mulai beralih profesi sebagai pedagang keliling dan sembako yang bertujuan untuk bertahan hidup. Bekerja di pertambangan emas dan perkebunan memang sudah lama mereka lakukan, hasil dari kedua pekerjaan tersebut sangatlah cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari bahkan lebih. Menyadari bahwa pertambangan emas tidak dapat dilakukan setiap waktu dan hasilnya pun tidak selalu sama, maka masyarakat Tionghoa memiliki alternatif lain yaitu dengan berjualan dari hasil perkebunan mereka, hal itu mereka lakukan supaya kebutuhan sehari-sehari dan seterusnya dapat terpenuhi.

Memang pertambangan emas sangat menjanjikan dan hasilnya pun tidak sedikit bila ditukarkan dengan rupiah sehingga membuat siapa saja yang bekerja

1 Mary Somers Heidhues. Penambang Emas, Petani, dan Pedagang di “Distrik Tionghoa” Kalimantan Barat. Jakarta. Yayasan Nabil. 2008.


(16)

di pertambangan emas ini akan senang jika mendapatkan hasil tambang yang sangat banyak. Pertambangan emas ini dilakukan di kecamatan-kecamatan bagian dalam seperti Ella dan Menukung, yang mana sumber emasnya masih banyak dan biasanya berada di daerah pesisir sungai.

Jika hanya mengandalkan pertambangan emas saja mereka akan sangat sulit untuk mendapatkan hasil yang maksimal, mengingat pertambangan emas yang berada di Melawi merupakan pertambangan ilegal tanpa adanya ijin dari pihak yang berwenang dan mereka juga melakukan pekerjaan secara diam-diam agar tidak diketahui oleh pihak yang berwenang seperti polisi dan tentara. Sadar akan hal tersebut, masyarakat Tionghoa lebih memilih pertambangan emas menjadi pekerjaan yang tidak tetap dalam artian menjadi pekerjaan kedua dan yang utama adalah berdagang sembako serta usaha-usaha lainnya.

Pada awal perdagangan sembako, mereka menjual barang dagangan seperti cengkeh, kopi, dan beras kepada sesama pedagang dan kepada masyarakat tempat mereka berdomisili. Setelah sekian lama, mereka mulai menjual barang-barang sembako yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari. Selain menjual barang-barang keperluan sehari-hari, para pedagang sembako ini juga menjual keperluan lainnya yang sering digunakan seperti minyak tanah, bensin, dan solar. Pada perkembangan berikutnya mulai berdiri bangunan-bangunan atau ruko yang menjadi tempat untuk orang-orang Tionghoa berdagang. Peralihan profesi dilakukan karena adanya peluang kerja pada bidang ekonomi.

Masyarakat Tionghoa dengan suku Hakka atau Khek sudah lama berada di Indonesia. Masuknya orang-orang Tionghoa ini ke Kalimantan Barat kurang


(17)

lebih pada akhir abad ke-18.2 Hal ini membuat mereka menetap di tempat-tempat yang disinggahi. Pulau Kalimantan merupakan pulau yang mayoritas masyarakatnya adalah orang-orang Dayak dan merupakan salah satu pulau yang ditempati oleh masyarakat Tionghoa.

Awal datangnya masyarakat Tionghoa di Kalimantan Barat adalah untuk bekerja di pertambangan emas dan perkebunan, tempat pertama yang mereka singgahi adalah kota Sambas. Penyebaran masyarakat Tionghoa di Kalimantan Barat berawal dari kota Sambas dan menyebar ke kota-kota lainnya termasuk di kota Nanga Pinoh yang sekarang menjadi Kabupaten Melawi. Penerimaan masyarakat Dayak terhadap pendatang dari luar pulau sangat baik tergantung pada sikap pendatang kepada mereka.

Penerimaan yang baik juga berlaku kepada orang Tionghoa yang datang dan menetap di pulau Kalimantan khususnya di daerah Melawi mereka datang kurang lebih pada awal abad ke-19. Penerimaan yang baik merupakan penghargaan tersendiri bagi para pendatang baru.

Masyarakat Tionghoa di kabupaten Melawi sangat menarik, mengapa bisa demikian? karena masyarakat Tionghoa yang berada di Kabupaten Melawi berbeda dengan masyarakat Tionghoa yang berada di Pontianak dan kota-kota lain. Perbedaan tersebut dikarenakan mereka tidak saja berdagang tetapi juga memiliki kebun dan peternakan. Untuk menggarap kebun dan peternakan, orang Tionghoa biasanya mengandalkan masyarakat Dayak untuk menggarap dan

2

http://habibpadilah.blogspot.com/2012/12/asal-mula-nama-nanga-pinoh-dan-sejarah_7234.html. Diunduh tanggal: 8 juni 2015. 11:37 WIB.


(18)

mengurus ternak, terkadang mereka melakukannya sendiri. Kepercayaan terhadap masyarakat setempat sudah ada sejak mereka datang dan menetap di kabupaten Melawi. Kerjasama seperti mengurus ternak dan kebun yang dilakukan tidak semata-mata untuk mencari penghasilan saja, tetapi untuk menjalin relasi yang lebih baik.

Perdagangan Sembako Masyarakat Tionghoa di Kabupaten Melawi Kalimantan Barat 2004-2008 ini dipilih karena untuk melihat perubahan-perubahan dan perkambangan yang terjadi dalam kurun waktu lima tahun dalam berbagai bidang seperti bidang ekonomi yang menjadi pokok penelitian ini.

I.2. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup I.2.1. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas dapat di buat rumusan masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana dinamika perdagangan sembako masyarakat Tionghoa di Kabupaten Melawi ?

b. Bagaimana relasi sosial ekonomi antara orang Tionghoa dengan masyarakat setempat ?

I.2.2. Ruang Lingkup

Alasan pemilihan periode 2004 sampai 2008 adalah untuk menunjukan lepasnya Melawi dari kabupaten Sintang yang pada awalnya menjadi satu kabupaten. Tahun 2004 dipilih sebagai awal penelitian karena pada tahun ini


(19)

merupakan rencana awal akan didirikannya sebuah kabupaten baru yaitu Kabupaten Melawi, berserta berbagai keinginan masyarakat seperti keinginan untuk mendirikan kabupaten sendiri dan mandiri setelah lepas dari Kabupaten Sintang. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa tahun 2004 dipilih sebagai awal dari penelitian ini. Sedangkan tahun 2008 dipilih sebagai akhir dari penelitian ini karena penelitian ini akan melihat perkambangan perekonomian yang terjadi di dearah Melawi terutama perdagangan sembako masyarakat Tionghoa, apakah semakin meningkat atau tidak. Hal tersebut merupakan perkembangan perekonomian masyarakat khususnya masyarakat Tionghoa yang berada di Melawi. Kurun waktu lima tahun ini akan digunakan sebagai penjelas bagaimana perkambangan itu terjadi. Adapun perubahan waktu dapat terjadi setelah penelitian ini dilakukan lebih lanjut.

Awalnya Melawi tergabung dalam kabupaten Sintang, seiring banyaknya keinginan masyarakat untuk mendirikan kabupaten sendiri dan melalui pertimbangan yang cukup lama pada akhirnya bertepatan pada tahun 2004 Melawi diresmikan menjadi kabupaten dengan Bupati pertama Drs. Suman Kurik, M.M.3

Tahun 2004 adalah periode pertama Melawi menjadi Kabupaten. Sama seperti kabupaten-kabupaten lainnya, Kabupaten Melawi juga mengalami perubahan-perubahan yang cukup mencolok baik dibidang pemerintahan, sosial budaya dan ekonomi. Secara khusus dibidang ekonomi perkembangannya pun secara perlahan mulai tampak.

3

http://www.pn-sintang.go.id/index.php/profil/yuridiksi. Diunduh tanggal 15 september 2015. 01:20 WIB.


(20)

Tahun 2005, mulai banyak berdiri tempat untuk berjualan sembako di Melawi sampai di kecamatan bagian dalam. Hal ini bertujuan untuk memudahkan penjualan barang-barang yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, dan orang-orang Tionghoa juga banyak yang pindah ke setiap kecamatan tersebut.

Tahun 2006, penjualan sembako juga dilakukan melalui jalur sungai Melawi menggunakan kapal bandong untuk membawa barang-barang sembako. Orang Tionghoa merupakan pelaku utama dalam penjualan menggunakan kapal bandong ini.

Tahun 2007, perdagangan sembako yang dilakukan oleh orang Tionghoa mulai menyebar sampai di pedalaman, dan untuk menjual barang sembako dipedalaman mereka menggunakan motor yang diberi keranjang agar dapat mengakses ke tempat tersebut.

Tahun 2008, penyebaran masyarakat Tionghoa yang berprofesi sebagai pedagang sembako sudah mulai banyak dan hampir di setiap kecamatan dapat dijumpai masyarakat Tionghoa yang berasal dari berbagai daerah seperti Sintang, Sepauk, Singkawang, dan Nanga Pinoh.

Lokasi yang digunakan untuk penelitian ini adalah Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat. Untuk observasi, wawancara dan studi pustaka dilakukan di Kota Nanga Pinoh dan Pontianak untuk melakukan studi arsip.

I.3. Tujuan Penulisan

Penelitian ini, bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan bagaimana “Perdagangan Sembako Masyarakat Tionghoa di Kabupaten Melawi Kalimantan Barat 2004-2008” terbentuk sebagai salah satu perubahan dan bersosialisasi


(21)

dengan masyarakat di Kabupaten Melawi. Jika diuraikan lebih detail, maka penelitian ini bertujuan untuk:

a. Secara akademis, penelitian ini menjelaskan bagaimana relasi sosial-ekonomi yang terjadi didalam bidang sosial-ekonomi.

b. Secara praktis, penelitian ini menjelaskan bagaimana hubungan timbal balik yang terjadi antara masyarakat Tionghoa dengan masyarakat Kabupaten Melawi.

I.4. Manfaat Penulisan

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian sejarah ekonomi Indonesia, khususnya yang dilakukan oleh masyarakat Tionghoa di daerah kalimantan dan memberikan sumbangan informasi tentang tradisi dan kebudayaan masyarakat Tionghoa di Indonesia.

Memberi informasi bagi masyarakat Tionghoa itu sendiri, masyarakat daerah setempat dan untuk para pedagang mengenai cara berdagang sembako masyarakat Tionghoa.

I.5. Kajian Pustaka

Sampai penulisan ini dilakukan, tidak ada sebuah buku pun yang menuliskan tentang “Perdagangan Sembako Masyarakat Tionghoa” meski ada banyak kajian sejenis yang dilakukan oleh para peneliti sejarah mengenai etnik Tionghoa di Indonesia seperti buku atau hasil penelitian yang berkaitan dengan perdagangan sembako masyarakat Tionghoa di Indonesia, yang ditulis oleh


(22)

Hendri Gunawan dengan judul Resiprositas dan Patronase: Jejaring Pengusaha Tionghoa di Kabupaten Sitaro Sulawesi Utara 1965-2013. Buku ini memaparkan bagaimana terjadinya relasi antara masyarakat Tionghoa dengan masyarakat SITARO Sulawesi Utara, dikatakan juga bahwa selain menjalin relasi tersebut, mereka juga melakukan pertukaran jasa seperti masyarakat setempat menjual hasil bumi mereka kepada masyarakat Tionghoa yang pada posisi ini sebagai pembeli dan pemborong.

Pada bagaian awal buku ini menjelaskan bagaimana latar belakang terjadinya penelitian yang dilakukan oleh Hendri Gunawan mengenai jejaring pengusaha Tionghoa di Kabupaten Sitaro Sulawesi Utara. Banyaknya data-data yang diperlukan untuk penelitian ini dihasilkan melalui berbagai cara yang digunakan dalam penentuan sumber yang dapat dipercaya, mengerti keadaan ditempat tersebut, observasi langsung, kedekatan emosional, serta melakukan wawancara dengan orang-orang yang dianggap dapat membantu dalam penelitian ini.

Bagian kedua buku ini menjelaskan bagaimana sejarah kepulauan Siau-Tagulandang dan Biaro (SITARO) sempat menjadi lintasan perniagaan. Kedatangan masyarakat Tionghoa di kawasan ini membuat warga SITARO bersikap lebih terbuka terhadap kehadiran bangsa-bangsa asing dan masyarakat Tionghoa yang datang ke tempat ini tidak hanya sekedar berdagang saja, ada diantara mereka yang terlibat penuh didalam organisasi-organisasi, serta perkawinan campur antara masyarakat Tionghoa dengan Masyarakat SITARO.


(23)

Bagian ketiga, menjelaskan aktivitas perekonomian atau perdagangan yang telah ditekuni oleh masyarakat Tionghoa tidak hanya sebatas menyediakan dan menjual kebutuhan pokok saja, melainkan menjadi pembeli dan penampung hasil bumi terutama pala, kopra dan hasil laut. Dari aktivitas perdagangan ini kemudian menciptakan jejaring relasi antara masyarakat Tionghoa dengan masyarakat lokal yang didasarkan pada kebutuhan saling memerlukan satu dengan yang lainnya, serta jejaring ini pula yang memudahkan terjadinya proses pembauran antara mereka.

Pada bagian keempat dan kesimpulan buku ini menjelaskan bahwa hubungan antara pengusaha dan pedagang Tionghoa terbentuk dalam relasi resiprositas, urusan dagang tidak hanya sekedar istilah “ada uang ada barang” melainkan juga saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya.

Buku yang ditulis oleh Julianto Ibrahim dengan judul OPIUM DAN REVOLUSI: Perdagangan dan Penggunaan Candu di Surakarta Masa Revolusi (1945-1950), Tahun 2013. Buku ini menjelaskan bagaimana usaha orang-orang cina dalam berbisnis candu pada masa Revolusi Indonesia. Selain menkonsumsi sendiri dan dijual, mereka juga menjadikan candu sebagai bisnis yang menguntungkan. Surakarta pada masa itu merupakan salah satu daerah yang banyak sekali terdapat bandar-bandar candu.

Buku yang ditulis oleh Mery Somers Heidhues dengan judul Penambang Emas, Petani, dan Pedagang di “Distrik Tionghoa” Kalimantan Barat, tahun 2008. Buku ini menjelaskan bahwa orang Tionghoa di Kalimantan Barat memiliki karateristik yang berbeda dibandingkan masyarakat Tionghoa Indonesia lainnya.


(24)

Kebanyakan dari mereka bukanlah pedagang yang sukses, melainkan pedagang kecil, pemilik toko, nelayan dan petani.

Mary Somers mengatakan, “orang Tionghoa di Kalimantan Barat bukan “penyinggah” atau orang-orang yang hanya tinggal untuk sementara, karena Orang Tionghoa di Kalimantan Barat mempertahankan kebudayaan asli mereka”. Selain itu mereka juga masih menggunakan bahasa Tionghoa secara turun termurun. Hal ini lah yang membuat mereka berbeda dengan etnis Tionghoa lainnya dalam segi penggunaan bahasa sehari-hari. Dikarenakan kebanyakan etnis Tionghoa yang berada di pulau Jawa, menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa daerah di tempat mereka bermukim untuk berkomunikasi dengan sesama etnis Tionghoa.

Awal kedatangan orang-orang Tionghoa pada abad ke-18 di Kalimantan Barat dikarenakan paksaan dari pekerjaan menjadi buruh tambang dan perkebunan. Para imigran Tionghoa ini mengatur sendiri jadwal kedatangan mereka sehingga perbedaan antara etnis Tionghoa di Kalimantan Barat dengan Tionghoa yang berada di daerah lainnya berbeda. Kelompok imigran terbanyak di Kalimantan Barat adalah orang Tionghoa bukan dari kalangan suku lain Negara Indonesia. Hampir semua orang Tionghoa yang bermigrasi ke Kalimantan Barat berasal dari provinsi Guangdong, Tiongkok selatan, sisanya orang-orang Hokkien dari propinsi Fujian. Bahasa Tionghoa yang mereka gunakan pun beragam diantaranya ada Hakka, Teochiu, Kanton dan Hainan. Dua kelompok etnis terbesar di Kalimantan Barat adalah Teochiu dan Hakka. Orang-orang Teochiu berasal dari daerah pesisir Timur Laut Guangdong dan orang Hakka berasal dari


(25)

pedalaman Fujian datang ke Kalimantan Barat dengan penggunaan bahasa yang sama. Kelompok Hakka merupakan kelompok perintis yang tinggal di perkampungan dan daerah pertambangan untuk bekerja sebagai penambang, berladang dan juga menjadi pedagang kecil. Berbeda halnya dengan kelompok Teochiu yang lebih memilih untuk tinggal di perkotaan untuk berdagang, bahkan kini kelompok Teochiu membentuk populasi terbesar etnis Tionghoa di kota Pontianak dan daerah Selatan Pontianak. Kelompok Hakka sendiri menempati daerah Utara kota Pontianak. Sejak tahun 1811 Pontianak merupakan kota transit orang-orang Tionghoa ketika datang ke Kalimantan Barat, yang nantinya akan menyebar ke daerah-daerah pedalaman sekitarnya. Kebanyakan para buruh Tionghoa menghabiskan uangnya untuk membeli makanan-makanan enak, berjudi dan menghisap candu. Hanya sedikit buruh yang menabung hasil kerjanya untuk biaya kepulangan mereka ke Tiongkok atau mengirim uang kepada keluarganya di sana.

Etnis Tionghoa membentuk pusat perdagangan di kota yang terletak di tepian sungai Kapuas. Selain sebagai tempat berdagang, pasar yang dibangun itu juga digunakan sebagai tempat tinggal. Pemilihan tempat tinggal juga bagian dari karakteristik para imigran ini. Seperti orang-orang Tionghoa yang tinggal terpisah dengan orang-orang Melayu dan Arab Orang-orang Melayu dan Arab cenderung memilih bermukim dekat dengan istana sultan yang terletak di antara Sungai Kapuas dan Sungai Landak. Hal ini tidak hanya terjadi di kota Pontianak saja, melainkan di kota-kota kecil di Kalimantan Barat.


(26)

Dari pembacaan yang dilakukan terhadap sumber diatas, dapat dilihat bahwa penulis buku tentang perdagangan etnis Tionghoa di Indonesia berusaha untuk membuktikan bahwa etnis Tionghoa selalu dekat dengan perdagangan.

I.6. Landasan Teori

Untuk mendukung penelitian tentang “Perdagangan Sembako Masyarakat Tionghoa di Kabupaten Melawi Kalimantan Barat 2004-2008”, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sosiologi lebih spesifik mengenai interaksi sosial. Pendekatan ini digunakan karena perdagangan sembako memerlukan interaksi antara penjual dan pembeli, interaksi ini sangat penting bukan saja didalam perdagangan sembako melainkan juga untuk setiap aktifitas yang dilakukan oleh manusia pasti akan menggunakan interaksi sebgai sarana berkomunikasi antar sesama mahluk hidup.

Interaksi sosial merupakan gambaran tentang proses berhubungan yang saling mempengaruhi dalam pikiran dan tindakan. Pengertian interaksi sosial adalah sebagai hubungan timbal balik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain.4 Interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktifitas sosial, menyangkut hubungan antara individu, individu dengan kelompok, maupun antara kelompok dengan kelompok.

Interaksi Sosial adalah hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih, dan masing-masing orang yang terlibat di dalamnya memainkan peran secara

4

Dadang Supardan. PENGANTAR ILMU SOSIAL: Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. Jakarta: Bumi Aksara. 2008. Hal: 151.


(27)

aktif. Dalam interaksi juga lebih dari sekedar terjadi hubungan antara pihak- pihak yang terlibat melainkan terjadi saling mempengaruhi.

Syarat Terjadinya Interaksi Sosial dapat berlangsung jika memenuhi dua syarat di bawah ini, yaitu :

a. Kontak sosial

Adalah hubungan antara satu pihak dengan pihak lain yang merupakan awal terjadinya interaksi sosial, dan masing - masing pihak saling bereaksi antara satu dengan yang lain meski tidak harus bersentuhan secara fisik.

b. Komunikasi

Artinya berhubungan atau bergaul dengan orang lain.

Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada beberapa faktor berikut ini.

a. Sugesti

Sugesti adalah pemberian pengaruh pandangan seseorang kepada orang lain dengan cara tertentu, sehingga orang tersebut mengikuti pandangan/pengaruh tersebut tanpa berpikir panjang. Sugesti biasanya dilakukan oleh orang yang berwibawa, mempunyai pengaruh besar, atau terkenal dalam masyarakat. Contoh sugesti salah satunya adalah obat dengan harga mahal yang merupakan produk impor yang dianggap pasti manjur untuk menyembuhkan penyakit. Anggapan tersebut merupakan sugesti yang muncul akibat harga obat yang mahal dan embel-embel produk luar negeri.


(28)

b. Imitasi

Imitasi adalah tindakan atau usaha untuk meniru tindakan orang lain sebagai tokoh idealnya. Imitasi cenderung secara tidak disadari dilakukan oleh seseorang. Imitasi pertama kali akan terjadi dalam sosialisasi keluarga. Misalnya, seorang anak sering meniru kebiasaan-kebiasaan orang tuanya seperti cara berbicara dan berpakaian. Namun, imitasi sangat dipengaruhi oleh lingkungannya terutama lingkungan di sekolah. Karena seseorang (terutama saat seseorang sudah menginjak usia remaja) cenderung lebih sering di sekolah dan bersosialisasi dengan temannya dengan berbagai macam kebiasaan.

c. Identifikasi

Identifikasi adalah kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan orang lain. Identifikasi mengakibatkan terjadinya pengaruh yang lebih dalam dari sugesti dan imitasi karena identifikasi dilakukan oleh seseorang secara sadar. Contoh identifikasi: seorang pengagum berat artis terkenal, ia sering mengidentifikasi dirinya menjadi artis idolanya dengan meniru model rambut, model pakaian, atau gaya perilakunya dan menganggap dirinya sama dengan artis tersebut.

d. Simpati

Simpati adalah suatu proses seseorang yang merasa tertarik pada orang lain. Perasaan simpati itu bisa juga disampaikan kepada seseorang atau sekelompok orang atau suatu lembaga formal pada saat-saat khusus. Contoh simpati adalah pada peringatan ulang tahun, pada saat lulus ujian, atau pada saat mencapai suatu prestasi.


(29)

e. Empati

Empati adalah kemampuan mengambil atau memainkan peranan secara efektif dan seseorang atau orang lain dalam kondisi yang sebenar-benarnya, seolah-olah ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain tersebut seperti rasa senang, sakit, susah, dan bahagia. Empati hampir mirip dengan sikap simpati. Perbedaannya, sikap empati lebih menjiwai atau lebih terlihat secara emosional. Contoh empati adalah saat kita turut merasakan empati terhadap masyarakat Yogyakarta yang menjadi korban letusan Gunung Merapi.

f. Motivasi

Motivasi adalah dorongan, rangsangan, pengaruh, atau stimulus yang diberikan seorang individu kepada individu yang lain sedemikian rupa sehingga orang yang diberi motivasi tersebut menuruti atau melaksanakan apa yang dimotivasikan secara kritis, rasional, dan penuh tanggung jawab. Contoh motivasi adalah guru yang memberikan motivasi kepada siswa supaya siswanya semakin giat belajar.

Tidak selamanya interaksi berjalan sesuai dengan rencana. Kontak sosial yang berlangsung kadang-kadang dapat berjalan sesuai dengan apa yang kita inginkan, namun sebaliknya suatu interaksi akan mengalami gangguan dan bahkan terhenti seandainya terjadi hal-hal berikut:

Subjek-subjek yang terlibat dalam interaksi tidak mempunyai harapan lagi untuk mencapai tujuan. Interaksi yang terjadi tidak lagi bermanfaat atau tidak mendatangkan keuntungan. Tidak adanya adaptasi atau penyesuaian antara


(30)

pihak-pihak yang saling berinteraksi. Salah satu pihak-pihak atau keduanya tidak bersedia lagi mengadakan interaksi.

Jenis - jenis interaksi sosial dibagi menjadi tiga macam, yaitu : 1. Interaksi antara individu dan individu

Dalam hubungan ini bisa terjadi interaksi positif ataupun negatif. Interaksi positif, jika hubungan yang terjadi saling menguntungkan. Interaksi negatif, jika hubungan timbal balik merugikan satu pihak atau keduanya (bermusuhan).

2. Interaksi antara individu dan kelompok

Interaksi ini pun dapat berlangsung secara positif maupun negatif. Bentuk interaksi sosial individu dan kelompok bermacam-macam sesuai situasi dan kondisinya.

3. Interaksi sosial antara kelompok dan kelompok

Interaksi sosial kelompok dan kelompok terjadi sebagai satu kesatuan bukan kehendak pribadi. Misalnya, kerja sama antara dua perusahaan untuk membicarakan suatu proyek.

Apabila dua orang bertemu, interaksi sosial terjadi pada saat itu, mereka saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara, atau bahkan mungkin berkelahi. Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat, yaitu adanya kontak sosial dan adanya komunikasi yang terjadi antara individu.

Terjadinya interaksi sosial memang selalu dirasakan oleh setiap individu dalam bermasyarakat, kelompok, dan bahkan didalam kehidupan sehari-hari. Hal ini juga yang membuat terjalinnya hubungan antara masyarakat Tionghoa yang


(31)

berprofesi sebagai pedagang dengan masyarakat setempat yang menjadi konsumen atau pembeli.

I.7. Metodologi Penulisan I.7.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Kabupaten Melawi dan beberapa kecamatan yang berada di Kabupaten Melawi, seperti Kecamatan Nanga Pinoh, Menukung dan Ella.

I.7.2. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode sejarah. Metode pengumpulan data pada penelitian Perdagangan Sembako Masyarakat Tionghoa di kabupaten Melawi Kalimantan Barat 2004-2008 ini dilakukan dengan mengumpulkan sumber tertulis, sumber lisan, studi pustaka, studi arsip dan juga melalui wawancara serta observasi.

I.7.3. Metode Pencarian Data

Sumber tertulis akan diperoleh dari buku, koran, jurnal, ataupun internet yang berkaitan dengan topik penelitian.

Studi pustaka dan studi arsip akan dilakukan di Kota Nanga Pinoh dan Pontianak. Hasil dari studi pustakan dan studi arsip ini akan dipergunakan untuk mendukung penulisan penelitian ini.

Wawancara akan dilakukan di Kota Nanga Pinoh dengan beberapa orang dari para pedagang dan juga para pembeli ataupun pelanggan. Hasil dari


(32)

wawancara ini akan cermati lebih lanjut agar bisa menjadi data pendukung dari penelitian ini.

Observasi akan dilakukan di Kota Nanga Pinoh dan beberapa kecamatan yang ada di Kabupaten Melawi guna untuk mengetahui tempat-tempat yang akan dipergunakan untuk mengerjakan penelitian ini. Hasil dari observasi ini akan digunakan sebagai lokasi pendukung dari penelitian ini berlangsung.

Sumber lisan akan dilakukan dengan beberapa orang yang menjadi pelaku dari perdagangan sembako ini. Hasil dari sumber lisan ini akan digunakan untuk penulisan penelitian ini.

Data-data yang didapat baik dari studi pustaka maupun transkrip wawancara dan kuisioner oleh peneliti kemudian diuji dan dianalisis secara kritis, supaya hasil penelitiannya dapat dipertanggungjawabkan.5 Data yang berupa buku-buku yang diperoleh dari perpustakaan kemudian diperbandingkan dengan sumber lain, sehingga data-data tersebut dapat dipercaya.6

I.8. Sistematika Penulisan

Penulisan ini akan dibagi menjadi lima bab. Pada setiap bab akan dijelaskan mengenai topik diatas. Adapun pembagian bab dan sub-bab sebagai berikut:

5

Louis Gottschalks. Mengerti sejarah. UI, Jakarta, 1985. Hlm. 32 6

Kuntowijoyo. Pengantar Ilmu Sejarah. Yayasan Bentang Budaya, Yogyakarta,1995. Hlm. 99


(33)

BAB I Pendahuluan. Berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, kajian pustaka, landasan teori, metodologi penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II Kabupaten Melawi Selintas, [berisi tentang sejarah Kabupaten Melawi, Demografi (komposisi penduduk, tingkat pendidikan, Mata Pencaharian penduduk).

BAB III Perdagangan Sembako masyarakat Tionghoa. Pada bab ini menjelaskan bagaimana proses perdagangan sembako masyarakat Tionghoa dapat berjalan tanpa dipengaruhi oleh iklim dan letak geografis tempat tersebut.

BAB IV Hubungan masyarakat lokal dengan masyarakat Tionghoa. Pada bab ini dijelaskan hubungan yang terjalin antara masyarakat lokal dengan masyarakat Tionghoa sehingga dapat terjadi kerjasama diantara keduanya, dan berbagai tanggapan yang muncul dari pandangan masyarakat setempat mengenai perdagangan sembako yang dilakukan oleh masyarakat Tionghoa.

BAB V Penutup. Pada bab ini berisikan kesimpulan untuk menjawab pertanyaan yang ada pada rumusan masalah. Serta saran dan kritik atas Perdagangan Sembako Masyarakat Tionghoa di Kabupaten Melawi Kalimantan Barat 2004-2008.


(34)

BAB II

KABUPATEN MELAWI SELINTAS II.1. Kabupaten Melawi

Pulau Kalimantan merupakan salah satu pulau yang ada di Indonesia. Adapun beberapa provinsi yang ada di Kalimantan sebagai berikut Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. Pembahasan bab ini terlebih dikhususkan di Kalimantan Barat.

Sintang adalah salah satu kabupaten yang berada di Kalimantan Barat. Nanga Pinoh termasuk dalam kabupaten Sintang dan menjadi kota kabupaten paling akhir dari Kalimantan Barat.1 Kabupaten Melawi adalah kabupaten yang baru terbentuk dan merupakan pemekaran dari Kabupaten Sintang pada tahun 2004.

Pada awalnya Melawi menjadi bagian dari kabupaten Sintang, seiring banyaknya keinginan masyarakat Nanga Pinoh untuk mendirikan kabupaten sendiri dan melalui pertimbangan yang cukup lama pada akhirnya bertepatan pada tahun 2004 Melawi diresmikan menjadi kabupaten dengan Bupati pertama Drs. Suman Kurik, MM. Hal ini memang baru di telinga masyarakat Kalimantan Barat karena mereka lebih mengetahui Nanga Pinoh dibandingkan dengan Melawi.2

1

J.U. Lontaan. Sejarah – Hukum Adat Dan Adat Istiadat Kalimantan – Barat. Bumirestu, Jakarta, 1975. Hal. 208.

2

http://www.pn-sintang.go.id/index.php/profil/yuridiksi. Diunduh tanggal 15 september 2015. 01:20 WIB.


(35)

Pembentukan Kabupaten Melawi tersebut bertujuan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat yang berkembang untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat di bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.

Tahun 2004 adalah periode pertama Melawi menjadi Kabupaten. Sama seperti kabupaten-kabupaten lainnya, Kabupaten Melawi juga mengalami perubahan-perubahan yang cukup mencolok baik di bidang pemerintahan, sosial budaya dan ekonomi. Perbaikan diberbagai bidang pun dilakukan agar perkambangan kedepannya semakin membaik.

Tahun 2005, pemerintah daerah memusatkan perhatiannya untuk perbaikan jalan menuju ke kecamatan-kecamatan kecil bagian dalam dan mulai banyak berdiri tempat-tempat yang akan digunakan untuk berjualan seperti bahan pangan, sandang dan papan di Melawi sampai di kecamatan bagian dalam. Hal ini bertujuan untuk memudahkan penjualan barang-barang yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.

Tahun 2006, pendidikan mulai lebih diperhatikan oleh pemerintah Kabupaten Melawi. Pada tahun ini hampir di setiap kecamatan-kematan memiliki sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas sehingga anak-anak dari setiap kecamatan tidak perlu lagi harus ke kabupaten untuk melanjutkan sekolah tingkat lanjut mereka. Serta perkambangan dari proses penjualan sembako juga dilakukan melalui jalur sungai Melawi menggunakan kapal untuk membawa barang-barang sembako. Orang Tionghoa merupakan pelaku utama dalam penjualan ini.


(36)

Tahun 2007 merupakan tahun ketiga Melawi menjadi Kabupaten, perkembangan dan perbaikan di segala bidang sudah memadai. Serta di tahun 2008 khususnya di bidang perekonomian para pedagang sudah menyebar sampai ke pedalaman atau kecamatan-kecamatan bahkan masyarakat Tionghoa pun mulai menyebar juga sampai di setiap kecamatan-kecamatan di Kabupaten Melawi.

Pada perkembangan saat ini, pemanfaatan lahan selalu dilakukan agar perkembangan diberbagai bidang bisa mencukupi akan kebutuhan masyarakat dengan latar belakang ekonomi yang berbeda.

Setelah pembentukan Kabupaten, berbagai pembaharuan dan penerimaan pun dilakukan guna untuk membantu perkembangan di Kabupaten Melawi. Penerimaan terhadap para pendatang mulai mengalami peningkatan, yang awalnya hanya masyarakat Tionghoa dan Melayu pada masa perkembangan dan pembaharuan ini menjadi sangat banyak seperti di desa Belimbing. Desa Belimbing ini bermayoritaskan masyarakat Flores dan Jawa yang datang untuk bekerja di perkebunan sawit.

II.2. Penduduk Kabupaten Melawi

Mayoritas penduduk asli Kabupaten Melawi adalah orang-orang Dayak. Masyarakat Tionghoa dan Melayu adalah pendatang yang menetap di Kabupaten Melawi. Akan tetapi hal ini menjadi menarik khususnya di kota Nanga Pinoh, mayoritas penduduknya adalah orang-orang Tionghoa dan Melayu sedangkan masyarakat Dayak lebih banyak tinggal dipedalaman atau di setiap


(37)

kecamatan-kecamatan yang ada di Nanga Pinoh itu sendiri.3 Hal terjadi karena banyaknya pendatang sehingga secara tidak langsung hal tersebut menjadi penyebab masyarakat Dayak lebih memilih tinggal di setiap kecamatan-kecamatan yang berada di Kabupaten Melawi. Tetapi penerimaan mereka terhadap pendatang sangat baik, bahkan ada diantara mereka yang menikah dengan para pendatang tersebut.

Perkembangan berikutnya para pendatang yang datang dari luar pulau Kalimantan barat bukan hanya masyarakat Tionghoa dan melayu, akan tetapi masyarakat Flores, Jawa, Batak, dan Padang juga bertransmigrasi ke Kabupaten Melawi. Para pendatang ini memanfaatkan potensi alam dan luas wilayah Kabupaten Melawi untuk bekerja diperkebunan, khususnya perkebunan sawit.

Seiring berkembangnya tingkat pendidikan di Indonesia sekarang ini, masyarakat di Kabupaten Melawi sudah mulai banyak yang menempuh pendidikan sampai ke tingkat S1 bahkan sampai ke tingkat S2 dan S3.4 Kebanyakan anak-anak yang berasal dari Kabupaten Melawi melanjutkan pendidikan ke tingkat S1 di kota-kota besar seperti Pontianak, Yogyakarta, Solo, Madiun, Semarang dan ada yang sampai ke Luar Negeri.5 Tingkat pendidikan masyarakat Melawi secara umur sudah mengalami perkembangan yang cukup pesat, karena kemauan untuk berpendidikan sudah mulai banyak.

3

http://habibpadilah.blogspot.com/2012/12/asal-mula-nama-nanga-pinoh-dan-sejarah_7234.html. Diunduh tanggal: 8 juni 2015. 11:37 WIB.

4

Badan Pusat Statistik Kabupaten Melawi Tahun 2008

5

https://melawiraya.wordpress.com/profil-melawi/. Diunduh tanggal 23 November 2015. 22.30 WIB.


(38)

Tabel dibawah ini akan menunjukan tingkat pendidikan menurut wilayah atau setiap kecamatan yang berada di Kabupaten Melawi.6

6

http://sp2008.bps.go.id/index.php/site/id=6110000000&wilayah=Melawi. Diunduh tanggal 10 september 2015. 20:30 WIB.


(39)

Penduduk Berumur 5 Tahun Keatas Menurut Wilayah dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Kabupaten Melawi Perkotaan + Perdesaan | Laki-laki + Perempuan

Nama Kecamatan

Pendidikan tertinggi yang ditamatkan Tidak

Sekolah

Tidak Tamat SD

SD SMP SMA SMK Diploma I/II

Diploma III

S1 S2/S3 Jumlah 10 Sokan 3.326 3.268 3.920 1.659 763 49 104 30 49 2 13.170 20 Tanah

Pinoh

1.512 2.809 3.926 2.391 1.729 44 212 70 129 1 12.823 21 Tanah

Pinoh Barat

2.271 2.635 3.367 1.460 469 21 66 17 15 0 10.321 30 Sayan 2.166 2.991 5.087 2.604 1.010 31 114 50 90 2 14.145 40 Belimbing 2.482 4.757 6.105 2.831 1.604 78 129 41 143 2 18.172 41 Belimbing

Hulu

1.319 1.965 3.069 913 470 15 66 31 33 1 7.882 50 Nanga

Pinoh

3.108 7.120 9.398 6.250 7.037 291 591 575 1.272 79 35.721 51 Pinoh

Selatan

1.385 2.237 3.305 1.158 632 40 95 18 54 2 8.926 52 Pinoh

Utara

2.399 2.698 3.610 858 647 28 72 33 45 3 10.393 60 Ella Hilir 3.267 4.283 3.881 1.323 699 37 122 33 64 1 13.710 70 Menukung 3.413 4.153 5.276 1.542 842 57 111 43 71 2 15.510

Kabupaten Melawi

26.648 38.916 50.944 22.989 15.902 691 1.682 941 1.965 95 160.773


(40)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan di Kabupaten Melawi bisa dibilang sudah mulai memadai seiring berkembangnya teknologi dan sadarnya masyarakat mengenai pentingnya pendidikan pada masa sekarang ini.

Sadar akan pendidikan pada masa sekarang ini banyak sekali membantu anak-anak yang memiliki kemauan untuk sekolah ketingkat yang lebih lanjut mendapatkan pendidikan yang mereka inginkan. Dengan harapan mereka dapat memajukan daerahnya dengan pendidikan yang telah mereka dapatkan semasa sekolah baik ditingkat lanjut ataupun ditingkat sarjana.

Perkembangan teknologi dan informasi pada masa kini membuat pendidikan sangatlah penting bagi setiap individu, hal ini juga dirasakan oleh masyarakat kabupaten Melawi. Pendidikan adalah fondasi utama untuk menghadapi masa global yang sangat berkembang saat ini, jika dimulai sejak usia dini maka anak-anak yang berada di daerah kecamatan bagian dalam tidak akan tertinggal dengan anak-anak yang bersekolah di daerah perkotaan. Untuk pendidikan di kabupaten Melawi pada saat ini sudah merata dari daerah kabupaten sampai ke kecamatan bagian dalam.

Perkembangan yang selalu meningkat setiap tahunnya merupakan hasil dari kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan agar anak-anak mereka dapat merasakan sekolah ke jenjang yang setinggi-tingginya dan dapat berguna bagi daerah dan juga negara. Banyak orang tua yang menyekolahkan anak-anak mereka sampai ke jenjang sarjana dan magister, hal ini merupakan bukti bahwa orang tua mampu menyekolahkan anaknya sampai ke jenjang tersebut dengan


(41)

jerih payah dan perjuangan mereka yang hanya memiliki pekerjaan sebagai petani dan pekebun.

II.3. Mata Pencaharian Masyarakat Kabupaten Melawi

Wilayah Provinsi Kalimantan Barat sebagian besar berupa dataran rendah yang dikelilingi sungai, baik sungai besar dan sungai kecil. Dengan wilayah daratannya yang sangat luas menyebabkan mata pencaharian penduduknya sangat beragam. Wilayah tempat tinggal penduduk yang menyebar secara tidak merata menyebabkan mata pencaharian masyarakat cukup beragam dan wilayah mata pencaharian juga tidak terkonsentrasi pada satu wilayah. Namun demikian, sebagian besar penduduk yang tinggal di wilayah Kabupaten Melawi bekerja di bidang pertanian, yang meliputi kehutanan, perkebunan, pertanian tanaman pangan, perikanan, dan peternakan.

Mengandalkan sungai sebagai sarana merupakan kebiasaan bagi masyarakat Kabupaten Melawi terlebih khusus yang berada di kecamatan-kecamatan, dimana dengan menggunakan sungai mereka bisa mencari ikan, membuat tambak untuk memelihara ikan, berjualan buah musiman seperti durian, tengkawang, dan cengkeh ke kecamatan lainnya yang berada tidak jauh dari kecamatan mereka. Rumah apung biasanya digunakan sebagai terminal speed boat7 dan juga sebagai tempat untuk berjualan barang-barang keperluan sehari-hari.

7

Speed Boat adalah sarana transportasi yang menggunakan jalur sungai. Alat transportasi ini sangat sering dipergunakn penduduk sebelum jalur darat dikembangkan oleh pemerintah.


(42)

Di daerah Nanga Pinoh, mata pencaharian masyarakatnya adalah berdagang. Dimana kebanyakan masyarakat yang tinggal di Nanga Pinoh adalah masyarakat Tionghoa, sehingga berdagang adalah prioritas utama mereka. Ada juga yang memiliki toko material bangunan, bengkel, mini market, toko alat-alat olahraga, dan rumah makan.

Selain dari berdagang dan mencari ikan, ada juga yang bekerja di pertambangan emas, berladang, dan berkebun. Pertambangan emas khususnya di Kabupaten Melawi ini tidaklah menetap, melainkan berpindah dari satu tempat ketempat lain. Ada dua jenis pertambangan emas yaitu darat dan sungai. Pertambangan emas yang menggunakan jalur darat biasanya menyemprotkan air ke tanah sehingga membentuk seperti gua, sedangkan pertambangan emas yang menggunakan jalur sungai menggunakan mesin penghisap pasir untuk mengambil emas dari dasar sungai. Pada saat ini kedua jenis pertambangan emas tersebut masih sering digunakan sampai sekarang. Berladang dan berkebun adalah mata pencaharian pokok masyarakat di Kabupaten Melawi khususnya di kecamatan-kecamatan.

Berladang juga berpindah-pindah dan biasanya yang ditanam adalah padi. Berbeda dengan sawah yang ada di Jawa, ladang merupakan lahan kering yang bisa ditanami padi dan hanya bisa sekali panen saja, agar bisa ditanami kembali setelah masa panen selesai, biasanya masyarakat membakar lahan tersebut agar tanahnya kembali subur dan bisa ditanami padi kembali. Masyarakat membuat kebun untuk ditanami sayur-sayuran dan buah-buahan, dan kebun selalu dibuat berdekatan dengan ladang bahkan satu lahan, agar proses pengurusannya tidak


(43)

susah. Sehingga dengan demikian masyarakat bisa mengurusi kedua lahan tersebut sekaligus.

Meningkatnya jumlah penduduk juga mempengaruhi mata pencaharian setiap tahunnya. Hal ini bisa menyebabkan terjadinya kekurangan lapangan pekerjaan, meningkatnya perekonomian masyarakat, dan bertambahnya tingkat pendidikan. Dan hal-hal tersebut selalu menjadi masalah utama beberapa tahun belakangan. Secara khusus didalam bidang perekonomian dan mata pencaharian masyarakat di kabupaten Melawi bisa mengandalkan sarana kekayaan alam, lahan yang telah tersedia, dan berbagai sarana lainnya yang bisa mereka gunakan untuk bertahan hidup dan mencari nafkah untuk keluarga mereka.

Mata pencaharian yang telah disebutkan di atas adalah mata pencaharian sehari-hari yang dilakukan oleh masyarakat di Kabupaten Melawi, dan sampai saat ini masih dilakukan. Pemanfaatan lahan untuk bertani, berkebun, penambangan emas, dan lain-lainnya ini dilakukan dengan tekun oleh mereka. Mereka juga mengolah lahan perkebunan dan ladang agar hasil yang akan dipanen juga sesuai dengan keinginan mereka.

II.4. Wilayah Kabupaten Melawi

Kabupaten Melawi merupakan salah satu kabupaten yang berada di Propinsi Kalimantan Barat. Kabupaten ini terletak di antara garis 07°-1020° Lintang Selatan dan 1117°-11227° Bujur Timur.8 Wilayah Kabupaten Melawi

8

https://infonusa.wordpress.com/2015/05/09/kabupaten-melawi/. Diunduh tanggal 15 september 2015. 01:10 WIB.


(44)

dilihat dari letak geografisnya, terletak di antara beberapa wilayah sebagai berikut :

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Sintang

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Propinsi Kalimantan Tengah

 Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sintang

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Ketapang

Pada awal berdirinya, Kabupaten Melawi terdiri dari 7 kecamatan, 82 desa dan 292 dusun, yang kemudian dilakukan pemekaran beberapa kecamatan baru yang dibentuk berdasarkan Perda No. 32 Tahun 2007 Tentang Pembentukan Kecamatan Pinoh Utara, Kecamatan Pinoh Selatan, Kecamatan Belimbing Hulu dan Kecamatan Tanah Pinoh Barat, sehingga sekarang ini Kabupaten Melawi terdiri dari 11 kecamatan, 169 desa dan 525 dusun, dimana kecamatan terluas adalah Kecamatan Sokan dengan luas 1.577,2 km2 atau 14,83% dari luas Kabupaten Melawi (10.640,8 km2), sedangkan kecamatan terkecil adalah Kecamatan Belimbing Hulu dengan luas 454,0 km2 atau 4,27% dari luas Kabupaten Melawi.9

II.5. Peta dan Demografi Peta

Awalnya Kabupaten Melawi memiliki 7 kecamatan yaitu kecamatan Nanga Pinoh, kecamatan Ella, kecamatan Tanah Pinoh, kecamatan Belimbing, kecamatan Sokan, kecamatan Sayan dan kecamatan Menukung. Pada saat ini

9


(45)

sudah menjadi 11 kecamatan dan jarak antara satu kecamatan dengan kecamatan lainnya memiliki jarak tempuh yang cukup jauh. Pada perkembangannya jarak bukanlah menjadi masalah karena alat transportasi sudah memadai sehingga untuk menempuh perjalanan dari satu kecamatan ke kecamatan lainnya tidak lagi seperti dulu.

Gambar 1.1 Peta Kabupaten Melawi

Sumber : http://loketpeta.pu.go.id/assets/cms/uploads/images/media-peta/peta-infrastruktur/pii-6100/6110_2008.gif. Diunduh tanggal 26 maret 2016. 01.30 WIB

Dari peta di atas dapat dilihat bahwa jarak antara satu kecamatan dengan kecamatan lain sangatlah jauh dan harus menempuh perjalanan selama berjam-jam agar bisa sampai ke setiap kecamatan-kecamatan tersebut.

Jarak bukanlah halangan bagi masyarakat Melawi, mereka menempuh jarak yang kurang lebih harus memakan waktu 1 sampai 6 jam perhari untuk dapat sampai ke kabupaten, dan kembali lagi ke kecamatan dengan jarak tempuh


(46)

yang sama. Saat musim kemarau dan hujan, kegiatan yang mereka lakukan sehari-hari tetap berjalan, kecuali saat hujan lebat sehingga menyebabkan banjir dan kegiatan mereka seperti bertani otomatis terhenti karena lahan mereka biasanya terendam oleh air.

Demografi

Perkembangan penduduk di suatu daerah bisa menjadi potensi sekaligus permasalahan bagi daerah tersebut. Permasalahan yang paling esensial adalah berkaitan dengan penyebaran penduduk yang tidak merata, kualitas penduduk yang masih rendah, penyediaan lapangan usaha serta penyediaan bahan pangan. Faktor yang sangat umum yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk di suatu daerah antara lain adalah angka kematian, angka kelahiran, dan angka migrasi. Kejadian ini biasa disebut dengan kejadian vital penduduk.

Jelasnya mengenai perkembangan penduduk Kabupaten Melawi dapat dilihat dari tabel berikut ini :10

10

http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3831/bab ii.docx. Diunduh tanggal 3 september 2015. 00:30 WIB.


(47)

Tabel 1.2.

PERKEMBANGAN PENDUDUK KABUPATEN MELAWI TAHUN 2005 – 2008

Tahun Laki – LakiJumlah Penduduk ( Jiwa )

Perempuan Jumlah

2005 78.872 75.779 154.651 2006 83.618 80.586 164.204 2007 87.357 82.451 169.808 2008 92.587 85.987 178.574 2009 98.087 91.349 189.427 2010 91,529 87,116 178.645

Sumber Data : Badan Pusat Statistik Kabupaten Melawi 2010

Apabila dilihat dari perbandingan jumlah penduduk antar kecamatan, jumlah penduduk Kecamatan Nanga Pinoh lebih besar dibandingakan dengan kecamatan-kecamatan lain yang ada di Kabupaten Melawi, hal ini mengindikasikan bahwa kecenderungan penduduk Kabupaten Melawi untuk menetap dan bertempat tinggal di Ibukota Kabupaten lebih banyak dari pada yan memilih tinggal di kecamatan-kecamatan.

Jumlah penduduk terbanyak yakni Kecamatan Nanga Pinoh yaitu sebesar 39,604 jiwa dan jumlah penduduk terkecil adalah Kecamatan Belimbing Hulu yaitu sebesar 8,687 jiwa. Total jumlah penduduk Kabupaten Melawi sebesar 178,645 jiwa. Dengan adanya jumlah penduduk yang tidak merata menandakan tingkat kepadatan penduduk pada ibukota kabupaten lebih banyak dikarenakan masyarakat lebih menyukai tinggal di ibukota kabupaten dari pada kota kecamatan.

Masyarakat Melawi lebih banyak memilih tinggal di kabupaten karena untuk ketersediaan berbagai macam kebutuhan lebih lengkap jika dibandingkan dengan kota kecamatan yang mana untuk akses ke kabupaten masih harus menempuh jarak yang cukup jauh dengan kondisi jalan yang masih rusak dan


(48)

berlumpur. Hal inilah yang membuat masyarakat lebih memilih tinggal di ibukota kabupaten daripada mereka harus menempuh perjalanan yang cukup lama dengan keadaan jalan yang bisa dikatakan cukup rusak untuk dilalui oleh kendaraan-kendaraan roda dua dan empat.

Untuk kejelasan mengenai jumlah penduduk dan kepadatan penduduk Kabupaten Melawi dapat di lihat pada tabel berikut :11

Tabel 1.3.

JUMLAH PENDUDUK DAN KEPADATAN PENDUDUK KABUPATEN MELAWI TAHUN 2008

No Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa) Jumlah Penduduk Laki – Laki Perempuan

1. Kecamatan Belimbing 10,513 9,678 20,191 2. Kecamatan Nanga

Pinoh

20,219 19,385 39,604 3. Kecamatan Ella Hilir 7,769 7,511 15,280 4. Kecamatan Menukung 8,973 8,412 17,385 5. Kecamatan Sayan 7,951 7,688 15,639 6. Kecamatan Tanah

Pinoh

7,214 6,964 14,178 7. Kecamatan Sokan 7,423 7,350 14,773 8. Kecamatan Belimbing

Hulu

4,555 4,132 8,687 9. Kecamatan Pinoh

Utara

5,902 5,599 11,501 10. Kecamatan Pinoh

Selatan

5,142 4,832 9,974 11. Kecamatan Tanah

Pinoh Barat

5,868 5,565 11,433

Total 91,529 87,116 178,645

Sumber Data : Badan Pusat Statistik Kabupaten Melawi 2010

Dari hasil registrasi penduduk tahun 2009 secara keseluruhan penduduk Kabupaten Melawi lebih banyak penduduk masuk dari penduduk yang pindah.

11


(49)

Dari komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin di Kabupaten Melawi jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan penduduk perempuan dengan komposisi 91,529 jiwa laki-laki dan 87,116 jiwa penduduk perempuan.

Dilihat dari beberapa tabel mengenai perkembangan penduduk di Kabupaten Melawi, dapat kita lihat bagaimana laju pertumbuhan penduduk sangatlah mempengaruhi jumlah perkembangan penduduk selalu meningkat dan ini akan berakibat terhadap lahan tempat tinggal, lapangan pekerjaan, tingkat pendidikan, dan perekonomian. Dan juga terjadi peningkatan dibidang pendidikan dan jumlah perekonomian setiap tahunnya.

Sampai saat ini perkembangan dan jumlah penduduk yang berada di kabupaten Melawi sangatlah meningkat pesat, dapat dilihat pada tabel-tabel di atas. Dan tidak sedikit dari anak-anak dan orang dewasa yang merantau untuk mencari lapangan pekerjaan yang lebih baik dan luas, sebab di kabupaten Melawi lapangan pekerjaannya sudah mulai penuh dan sidikit rumitnya untuk dapat bekerja disana membuat hal tersebut harus terjadi. Anak-anak yang melanjutkan sekolah juga banyak melanjutkan pendidikan mereka di luar pulau Kalimantan dengan anggapan bahwa di luar pulau Kalimantan mereka dapat hidup dan belajar lebih baik jika dibandingkan dengan pendidikan mereka yang berada di pulau Kalimantan.

Sebagai contoh pulau yang paling banyak didatangi oleh anak-anak yang melanjutkan sekolah dan pendidikan mereka adalah pulau Jawa. Yogyakarta sebagai pilihan utama bagi mereka untuk mendapatkan pendidikan yang lebih


(50)

baik karena perkembangan pendidikan lebih cepat dan sesuai berada di kota Yogyakarta. Bagi penduduk Kalimantan Barat, kota Yogyakarta merupakan kota yang penuh dengan pelajar dan mahasiswa sehingga hal ini membuat para orang tua lebih memilih kota Yogyakarta untuk menyekolahkan putra dan putri mereka dengan anggapan bahwa setelah mereka selesai dan mendapatkan pekerjaan dapat menaikan taraf hidup mereka dan juga keluarga.


(51)

BAB III

PERDAGANGAN SEMBAKO MASYARAKAT TIONGHOA DI KABUPATEN MELAWI

III.1. Awal Peralihan Profesi

Perpindahan suatu bangsa ke negara lain biasanya dilakukan untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Ada beberapa alasan yang menjadi faktor utama sehingga mereka melakukan migrasi ke negara lain. Seperti wilayah geografis yang kurang menguntungkan untuk bercocok tanam, tanah/lahan yang tandus, mengalami kekeringan, tekanan politik dan ekonomi, dan lain sebagainya menjadi alasan utama yang membuat mereka migrasi ke daerah/negara lain. Adapun keterkaitan dengan situasi dan kondisi negara yang sedang merosot akibat perang maupun bencana alam juga menjadi alasan untuk bermigrasi.

Pada abad IV, orang-orang Tionghoa telah berlayar ke Indonesia untuk melakukan kegiatan perdagangan. Rute pelayaran para orang Tionghoa untuk melakukan kegiatan perdagangan itu adalah dengan menyusuri pantai Asia Timur dan pulang melalui Kalimantan Barat dan Filipina dengan menggunakan angin musiman.1

Pada abad VII, hubungan antara Tiongkok dengan Kalimantan Barat sudah semakin sering terjadi, tetapi belum ada yang menetap dan lama kelamaan orang-orang Tionghoa dari Tiongkok mulai berdatangan.2

1

J.U. Lontaan. Sejarah – Hukum Adat Dan Adat Istiadat Kalimantan – Barat. Bumirestu, Jakarta, 1975. Hal 245.

2


(52)

Pada abad XVII, bangsa Tionghoa hijrah ke Kalimantan Barat dengan menempuh dua rute. Rute pertama melalui Indocina untuk berlayar menuju ke Malaya dan menyebar ke pantai Sumatera Timur, Kepulauan Bangka-Belitung serta pantai Kalimantan Barat, terutama pantai Sambas dan Mempawah. Rute kedua melalui Kalimantan bagian Utara berlayar untuk ke daerah Paloh dan Sambas kemudian ke pedalaman Sambas dan Mempawah Hulu, hal ini dilakukan guna untuk penggalian dan mendapatkan tambang-tambang emas.3

Kurang lebih pada abad XVIII, imigran dari Tiongkok datang besar-besaran untuk kepentingan pertambangan emas, karena pada masa itu pemerintah Sambas dan Mempawah menggunakan tenaga-tenaga orang Tionghoa sebagai tenaga wajib rodi untuk dipekerjakan disetiap tambang-tambang emas yang ada di Kalimantan Barat. Rombongan dari Tiongkok yang datang ke daerah Kalimantan

Barat adalah “KONGSI” dengan tujuan utamanya adalah mencari emas. Seiring

berkembangannya perkongsian-perkongsian dari orang Tionghoa, hal ini secara tidak langsung mengusir orang-orang Dayak yang daerahnya dikuasai oleh perkongsian Tionghoa. Akhirnya orang-orang Dayak pindah ke daerah yang lebih aman dan jauh dari orang-orang Tionghoa.4

Kedatangan para imigran Tionghoa ke Indonesia dibagi menjadi beberapa kelompok atau suku yang terdiri dari dua provinsi yaitu Fukien dan

3

Ibid., hal 247. 4


(53)

Kwantung.5Kelompok-kelompok ini dibedakan berdasarkan perbedaan kultur golongan-golongan subetnis seperti Hokkien, Hakka dan Canton.6 Berikut adalah orang-orang Tionghoa yang datang ke Indonesia yang dibedakan kedalam beberapa golongan, yaitu :

1. Hokkien, merupakan suku bangsa yang berasal dari provisi Fukien atau Fujien, Tiongkok bagian selatan. Golongan ini merupakan suku bangsa yang pertama kali datang dan menetap di Jawa. Golongan ini merupakan golongan terbesar hingga abad ke-19, dan biasanya mereka bekerja sebagai pedagang maupun buruh.

2. Teochiu, adalah suku bangsa yang berasal dari daerah orang-orang Hokkien. Mereka tinggal di pedalaman Swatow dan sepanjang barat daya kota pelabuhan. Di Indonesia mereka tinggal di sepanjang pantai Sumatera, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat terutama di Pontianak. Biasanya mereka bermata pencaharian sebagai petani, pedagang sayur dan pertanian komersial lainnya.7

3. Hakka atau Khek. Orang-orang Hakka berasal dari wilayah utara Kwantung, yaitu suatu daerah yang berbukit-bukit dan tidak begitu subur. Di Indonesia, mereka banyak menetap di Pulau Sumatera, Bangka dan

5

Puspa Vasanty. “Kebudayaan Orang Tionghoa di Indonesia”, dalam

Koentjaranigrat. Manusia Dan Kebudayaan di Indonesia. Djambatan, Jakarta, 1993, hal. 353.

6

G. William Skinner. “Golongan Minoritas Tionghoa”, dalam Melly G. Tan (ed). “Golongan Etnis Tionghoa di Indonesia: Suatu Masalah Pembinaan Kesatuan Bangsa. PT. Gramedia, Jakarta, 1979, hal. 6.

7


(54)

beberapa wilayah lainnya. Pekerjaan mereka lebih banyak di perkebunan dan pertambangan.8

4. Kwongfu atau Canton, merupakan suku bangsa yang berasal dari Canton dan Macao yang kemudian datang dan bermukim di pantai timur dan selatan Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Kedatangan orang-orang Tionghoa ke Indonesia kebanyakan bekerja di pertambangan timah di daerah Bangka. Orang-orang Canton lebih terkenal sebagai tenaga tukang yang terampil dalam membuat perabotan rumah tangga.9

Orang-orang Tionghoa yang tersebar ke Indonesia berasal dari suku-bangsa yang telah disebutkan di atas. Dan masyarakat Tionghoa yang berada di kabupaten Melawi kebanyakan berasal dari suku Hakka atau Khek, yang datang untuk bekerja di pertambangan dan perkebunan. Daerah-daerah yang disebutkan merupakan daerah yang sangat penting dalam pertumbuhan perdagangan orang Tionghoa ke seberang lautan. Kepandaian berdagang ini yang ada di dalam kebudayaan suku-suku Tionghoa telah terwariskan selama berabad-abad lamanya dan masih tampak jelas pada orang Tionghoa di Indonesia. Di antara pedagang-pedagang Tionghoa di Indonesia tidak semua suku dari Tiongkok ini berhasil dan hanya beberapa saja yang berhasil. Hal ini juga disebabkan karena sebagian besar dari mereka sangat ulet, tahan uji, hemat, sederhana, tanggung-jawab, kerjasama, kuat dan rajin.

8

Drs. Hidayat ZM. “Masyarakat Dan Kebudayaan Tionghoa di

Indonesia”. Tarsito, Bandung, 1997, hal. 22.

9


(55)

Keberhasilan sebagai pedagang yang telah diwarisi tentu juga telah mewariskan sifat-sifat yang dapat mendukung keberhasilan tersebut seperti sifat disiplin, efisien, energik, fokus, gesit, jeli, kerja keras, kreatif, rajin, ramah, sabar, semangat, tanggungjawab, tekun, teliti, tepat waktu, teratur, terkendali, dan ulet. Semua sifat-sifat ini tentu tidak begitu saja dimiliki, tetapi sangat berkaitan dengan sistem pendidikan panjang sejak lahir (pembudayaan) yang diwarisi oleh warga Tionghoa.

Rupanya keberhasilan dalam suku-suku pedagang inilah yang menjadi stempel umum yang dilihat sebagai etos kerja yang perlu diteladani, tanpa memperhatikan imigran Tionghoa lain, yang berasal dari suku-bangsa lain, kebanyakan dari mereka tidak berprofesi di dunia perdagangan, dan banyak juga yang hidup dalam kemiskinan.

Para imigran Tionghoa yang datang ke Indonesia dalam berbagai golongan ini menunjukkan bahwa mereka berasal dari daerah yang berbeda-beda dan dengan kondisi daerah yang berbeda juga. Kedatangan para imigran Tionghoa ke Indonesia secara garis besar mempunyai alasan yang sama, yaitu keadaan politik dan ekonomi yang melanda Tiongkok, sehingga untuk mendapatkan penghidupan yang lebih baik mereka harus bermigrasi.

Kedatangan Masyarakat Tionghoa ke Indonesia semakin meningkat setelah munculnya kota-kota dagang di Jawa, Sumatera, Kalimantan dan wilayah lainnya. Kota-kota dagang tersebut muncul seiring dengan pertumbuhan penduduk dan pemukiman orang-orang Tionghoa yang diikuti juga dengan perkembangan perekonomian di wilayah tersebut.


(56)

Kurang lebih pada abad XVIII/XIX, penyebaran orang-orang Tionghoa di Kalimantan Barat telah sampai ke pedalaman. Penyebaran terjadi karena persediaan tambang emas sudah mulai berkurang dan mereka harus segera mencari tempat-tempat baru untuk mendapatkan emas. Hal ini yang menyebabkan banyaknya orang-orang Tionghoa yang menetap dan menikah dengan masyarakat Dayak dan Melayu yang berada dipedalaman dan perkotaan, dengan demikian penerimaan masyarakat lokal terhadap orang-orang Tionghoa mulai terjadi karena orang-orang Tionghoa yang datang kepedalaman adalah mereka yang datang hanya untuk bekerja bukan pemerintah atau pun anggota penting dari perkongsian.10

Perkembangan setelah kemerdekaan Indonesia, banyak masyarakat Cina atau sering disebut orang Tionghoa yang menetap dan menjadi warga negara Indonesia. Mereka yang awalnya bekerja dipertambangan emas dan perkebunan telah beralih profesi, ada yang menjadi pedagang kecil, pemilik modal usaha, dan pembisnis. Peralihan profesi ini terjadi karena beberapa faktor seperti mulai sulitnya mencari lahan untuk pertambangan emas, pemilik lahan pertambangan yang sudah tidak mengoperasikan pertambangan emas, dan mulai banyak yang pindah keperkebunan serta usaha lainnya. Terlebih khusus masyarakat Tionghoa yang berada di kabupaten Melawi, mereka telah beralih profesi dari pekerja tambang menjadi pemilik modal usaha dan pedagang sembako untuk menghidupi diri dan keluarga mereka, hal tersebut dilakukan karena untuk bertahan hidup dengan alasan mencari pertambangan emas sudah sangat sulit untuk dewasa ini.

10


(57)

Seperti jawaban oleh salah seorang narasumber ketika menjawab pertanyaan mengenai peralihan profesi “Pertambangan emas khsusunya di wilayah Melawi memang sudah sangat banyak dan itu tidak akan bertahan lama, karena model petambangannya yang masih berpindah-pindah dan juga harus mencari daerah yang banyak memiliki sumber emasnya. Maka dari itu saya memilih menjadi pedagang saja dan berdagang sembako juga bisa menghasilkan uang serta bisa membantu memenuhi keperluan masyarakat sehari-hari”.11Dilihat dari penuturan oleh narasumber, maka peralihan profesi merupakan jalan keluar bagi masyarakat Tionghoa khususnya yang berada di Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat.

Peralihan profesi dari penambang emas ke pengusaha dan pedagang adalah cara yang dipilih oleh masyarakat Tionghoa, dan ada juga yang menjadi pemilik modal untuk membuka usaha disektor ekonomi, seperti menyediakan tempat yang bisa disewa untuk berjualan buah-buahan, makanan ringan, dan warung makan. Hal ini dilakukan untuk memanfaatkan lahan yang telah mereka beli dari pemilik lahan tersebut.

Peralihan profesi ini bukan hanya semata-mata untuk tidak bekerja lagi di penambangan emas. Peralihan ini dikarenakan faktor ekonomi pada masa itu dan untuk memperbaiki hal tersebut, masyarakat Tionghoa yang berada di Kabupaten Melawi beralih profesi dari penambang emas menjadi pedagang sembako. Penambangan emas masih dilakukan tetapi tidak sesering seperti sebelumnya.

11

Wawancara dengan bapak Khong Fu Khiu, tanggal 04 Januari 2016, di kecamatan Ella, Kabupaten Melawi.


(58)

Kesadaran akan pentingnya kebutuhan hidup sehari-hari, maka berdagang atau berjualan sembako menjadi alternatif utama bagi masyarakat Tionghoa yang berada di Kabupaten Melawi.

III.2. Pencapaian dan Hambatan

Setiap pekerjaan pasti akan memiliki cara bagaimana untuk mencapai hasil yang maksimal dan juga memiliki cara untuk mengatasi hambatan didalam mencapai hasil tersebut. Pencapaian merupakan hasil dari setiap usaha dan pekerjaan yang telah diusahakan dari awal atau mulai berdirinya usaha tersebut. Sedangkan hambatan merupakan hal yang terjadi dan pasti dirasakan oleh semua kalangan masyarakat yang memiliki usaha dibidang apa pun maupun tidak memiliki usaha.

Masyarakat Tionghoa di Kalimantan Barat memang selalu membawa budayanya yakni dengan budaya berdagang dengan barang apapun yang mereka miliki. Hal ini masih dilakukan sampai saat ini dan sudah menjadi warisan turun-temurun kepada anak cucu mereka.

Pencapaian yang telah dilakukan oleh masyarakat Tionghoa selama mereka melakukan perdagangan sembako adalah penciptaan peluang kerja bagi masyarakat Tionghoa sendiri dan bagi masyarakat lokal daerah Kalimantan Barat. Hal ini mereka lakukan agar kerjasama yang telah mereka capai selama ini dengan masyarakat Melawi dapat berjalan dengan baik dan terbina dengan baik. Adapun beberapa pecapaian yang telah dilakukan oleh masyarakat Tionghoa adalah sebagai berikut; pembukaan peluang kerja dibidang ekonomi khususnya


(59)

perdagangan sembako, bahan-bahan bangunan, lahan perkebunan karet, dan berbagai macam bidang lainnya.

Masyarakat Tionghoa di Kabupaten Melawi banyak melakukan perubahan-perubahan terutama dibidang ekonomi. Dari mulai berkembangnya pembelian barang-barang sembako secara besar-besaran sampai pengaktifan kembali pasar-pasar yang sudah lama tidak beroperasi. Hal ini dinilai mampu menaikan tafar hidup masyarakat Tionghoa dan masyarakat kabupaten Melawi. Pengatifan kembali pasar-pasar yang telah lama tidak beroperasi ini bertujuan untuk dapat memudahkan penjualan bahan makanan yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari. Banyak juga yang melakukan penjualan barang-barang sembako sampai ke kecamatan-kecamatan pedalaman, hal ini mereka lakukan agar masyarakat di pedalaman pun bisa merasakan dan menikmati apa yang tersedia di daerah perkotaan terutama bahan-bahan sembako.

Rusaknya jalan untuk menuju ke setiap kecamatan-kecamatan tidak membuat masyarakat Tionghoa berhenti, mereka menggunakan sepeda motor yang diberi keranjang agar dapat membawa barang-barang sembako dalam jumlah yang cukup banyak sehingga persediaan barang sembako tersebut dapat tercukupi meskipun harus menempuh perjalanan dari kabupaten Melawi kurang lebih satu sampai dua jam untuk sampai ke setiap kecamatan-kecamatan bagian pedalaman tersebut. Saat musim penghujan pun meraka tetap melakukan perjalanan untuk menjual barang-barang dagangan mereka, bahkan tidak bisa terelakan saat musim hujan para pedagang ini harus rela menunggu sampai jalan yang mereka lalui benar-benar bisa dilewati/kering.


(60)

Jalan utama untuk sampai ke setiap kecamatan bagian pedalaman ini masih tanah kuning dan pemerintah juga merasa kesulitan untuk memperbaiki jalan karena jarak tempuh dan medan yang lumayan sulit dilalui. Bagi masyarakat Tionghoa, hal ini merupakan suatu peluang untuk mendagangkan barang-barang sembako mereka kepada masyarakat kabupaten Melawi yang bertempat tinggal di kecamatan bagian pedalaman. Dengan demikian kemudahan untuk berinteraksi dengan masyarakat kecamatan bagian pedalaman dapat dengan mudah dilakukan. Penggunaan bahasa daerah setempat menjadi modal utama bagi masyarakat Tionghoa agar dapat dengan mudah berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat setempat. Hal ini menjadi modal utama mereka untuk melariskan barang dagangan mereka.

Hambatan memang selalu ada dalam setiap kegiatan apapun. Dalam perdagangan sembako masyarakat Tionghoa di kabupaten Melawi, Kalimantan Barat pun mengalami hambatan yang cukup sulit seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan di atas.

Pada saat memasuki musim kemarau, para pedagang sembako yang menggunakan sepeda motor untuk berjualan ke setiap kecamatan-kecamatan bagian pedalaman mengalami kesulitan dengan kondisi jalan yang begitu berdebu karena jalan untuk mencapai ke setiap kecamatan tersebut harus melalui jalan-jalan yang biasanya dilewati oleh Logging,12 hal ini menyebabkan sulitnya penglihatan dengan jarak yang cukup jauh. Sehingga tidak menutup kemungkinan

12

Logging adalah alat berat yang biasanya digunakan untuk mengangkat kayu dan bahan-bahan material yang diperlukan oleh perusahaan setempat.


(61)

terjadinya kecelakaan antar kendaraan ataupun terjatuh karena tergelincir dengan kondisi jalan yang berkerikil..

Tidak jauh berbeda dengan musim kemarau, pada saat musim hujan pun jalan yang dilalui oleh para pedagang sembako ini juga menggunakan jalan utama. Ada sedikit perbedaan ketika musim hujan, para pengendara harus rela menunggu sampai berjam-jam bahkan tidak menutup kemungkinan mereka kembali lagi ke kabupaten sampai jalan yang akan mereka lalui benar-benar aman untuk melanjutkan perjalanan agar bisa kembali berjualan ke setiap kecamatan-kecamatan pedalaman.

Hambatan saat menggunakan jalur darat tidak jauh berbeda dengan jalur sungai. Penggunaan jalur sungai ini merupakan cara lama yang bisa dilakukan oleh masyarakat Tionghoa. Penggunaan kapal bandong13 untuk mengangkut barang-barang sembako jauh lebih banyak muatannya jika dibandingkan dengan sepeda motor yang menggunakan keranjang. Muatan kapal bandong dapat mencapai satu ton, tergantung ukuran dari kapal tersebut dan untuk sampai ke kecamatan bagian pedalaman memakan waktu dua sampai tiga hari..

Tidak jauh berbeda dengan pembahasan sebelumnya, saat musim hujan air sungai akan naik (pasang). Hal ini akan memudahkan bagi para pengemudi motor bandung untuk pergi ke kabupaten, jarak yang ditempuh adalah satu hari perjalanan tanpa membawa barang-barang sembako menggunakan jalur sungai. Saat kembali ke setiap kecamatan dengan membawa barang-barang sembako yang

13

Kapal bandong adalah kapal dengan ukuran sedang yang dapat memuat barang-barang sampai satu ton. Kapal ini sudah menggunakan mesin Mitsubisi(mesin Truck) agar dapat dengan mudah dan cepat dalam perjalanan membawa barang-barang sembako dan material.


(62)

sudah terisi penuh memerlukan waktu dua sampai tiga hari perjalanan karena harus melawan arus sungai untuk dapat sampai ke kecamatan.

Pada saat musim kemarau, kapal-kapal bandong ini tidak dapat beroperasi seperti biasanya, hal ini disebabkan oleh turun(surut)nya air sungai. Pada saat kemarau, masyarakat Tionghoa biasanya mengirim barang sembako menggunakan mobil-mobil yang mudik ke setiap kecamatan-kecamatan bagian pedalaman dan barang muatan hanya separuh saja karena mobil-mobil tersebut juga membawa penumpang yang mudik.

Hambatan-hambatan tersebut tidak menjadi suatu masalah yang sulit bagi masyarakat Tionghoa untuk terus menjual barang-barang sembako milik mereka. Dengan adanya perbaikan jalan menuju ke kecamatan-kecamatan hal ini menjadi salah satu kesempatan yang baik bagi mereka agar dapat melanjutkan penjualan barang sembako ke setiap kecamatan pedalaman.

Adanya hambatan dalam proses perdagangan merupakan hal yang sudah biasa terjadi. Dengan adanya hambatan maka pencapaian dari hasil perjuangan para masyarakat Tionghoa yang berprofesi sebagai pedagang akan sangat bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi masyarakat Melawi.

III.3. Perkembangan Perdagangan Sembako Saat Ini

Berkembanganya suatu daerah sangat tergantung pada pemerintahan. Bagimana cara pemerintah daerah tersebut dapat memajukan sistem pendidikan, ekonomi, politik, dan sistem-sistem lainya. Dalam hal ini, masyarakat Tionghoa juga berpengaruh pada beberapa sistem tersebut seperti pendidikan dan ekonomi.


(63)

Mereka selalu membantu dalam kedua hal tersebut. Mereka menyakini bahwa dengan berkembangnya kedua hal diatas maka suatu daerah dapat berkembang.

Pada masa awal perdagangan sembako di Kabupaten Melawi, hanya masyarakat Tionghoa saja yang berjualan. Perkembangannya berikutnya penyebaran masyarakat Tionghoa yang berprofesi sebagai pedagang sembako sudah mulai banyak masuk ke beberapa tempat bukan saja hanya di Kabupaten Melawi, bahkan sampai ke kecamatan bagian dalam pun dapat dijumpai masyarakat Tionghoa yang berjualan sembako.

Tahun 2004 adalah periode pertama Melawi menjadi Kabupaten. Sama seperti kabupaten-kabupaten lainnya, Kabupaten Melawi juga mengalami perubahan-perubahan yang cukup mencolok baik dibidang pemerintahan, sosial budaya dan ekonomi. Perbaikan diberbagai bidang pun dilakukan agar perkambangan kedepannya semakin membaik. Pada bidang infrastruktur perbaikan jalan menuju ke setiap kecamatan-kecamatan pun sudah dilakukan.

Tahun 2005, pemerintah daerah memusatkan perhatiannya untuk perbaikan jalan menuju ke kecamatan-kecamatan kecil bagian dalam dan mulai banyak berdiri tempat-tempat yang akan digunakan untuk berjualan seperti bahan pangan, sandang dan papan di Melawi sampai di kecamatan bagian dalam. Perbaikan ini ditujukan untuk keperluan masyarakat di bagian kecamatan-kecamatan, dan juga untuk memudahkan penjualan barang-barang yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.

Tahun 2006, pendidikan mulai lebih diperhatikan oleh pemerintah Kabupaten Melawi. Pada tahun ini hampir di setiap kecamatan-kecamatan


(64)

memiliki sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas sehingga anak-anak dari setiap kecamatan tidak perlu lagi harus ke kabupaten untuk melanjutkan sekolah tingkat lanjut mereka. Pentingnya pendidikan pada usia dini sangatlah diperlukan, agar anak-anak tidak tertinggal dari perkembangan dunia yang semakin modern. Pada tahun ini pun perkambangan dari proses penjualan sembako juga dilakukan melalui jalur sungai Melawi menggunakan kapal untuk membawa barang-barang sembako. Orang Tionghoa merupakan pelaku utama dalam penjualan ini.

Tahun 2007 merupakan tahun ketiga Melawi menjadi Kabupaten, perkembangan dan perbaikan di segala bidang sudah memadai. Hal ini memberikan kemudahan untuk masyarakat yang bertempat tinggal di kecamatan-kecamatan pedalaman agar bisa dengan mudah menuju kota kabupaten untuk mengurus berbagai macam hal-hal yang bersangkutan dengan pemerintahan dan perekonomian.

Serta di tahun 2008 khususnya dibidang perekonomian para pedagang sudah menyebar sampai ke pedalaman/kecamatan-kecamatan bahkan masyarakat Tionghoa pun mulai menyebar juga sampai di setiap kecamatan-kecamatan di Kabupaten Melawi.

Dengan diperhatikan dan telah dikembangkannya hal-hal yang telah disebutkan di atas, maka suatu daerah akan dengan cepat menyesuaikan keadaan daerah tersebut dengan keadaan yang berada di daerah lain. Begitu juga dengan perdagangan sembako, dalam hal ini perkembangan perdagangan sembako dapat


(65)

berkembang dengan cepat seiring dengan keadaan sosial masyarakat yang semakin membaik.

Pada awalnya para pedagang sembako yang mayoritas adalah masyarakat Tionghoa ini bertempat tinggal di kabupaten Melawi. Semakin banyak keperluan masyarakat setempat akan sembako, maka masyarakat Tionghoa yang pada awalnya bertempat tinggal di kabupaten sampai pindah ke setiap kecamatan-kecamatan pedalaman untuk terus menjual sembako. Karena adanya rasa atau hubungan kekeluargaan dengan masyarakat setempat, penjualan barang sembako dapat dengan mudah dilakukan dan semakin berkembang.

Seiring berkembangnya waktu dan permintaan dari masyarakat setempat akan barang-barang kebutuhan sehari-hari, proses penjualan barang-barang sembako yang dilakukan oleh masyarakat Tionghoa di kabupaten Melawi mengalami peningkatan yang cukup mencolok yaitu pengiriman barang-barang sembako lebih cepat dibandingkan dengan biasanya. Hal ini yang membuat perkembangan dan penyebaran orang-orang Tionghoa ke setiap kecamatan bagian pedalaman semakin meningkat.


(66)

BAB IV

HUBUNGAN MASYARAKAT MELAWI DENGAN

MASYARAKAT TIONGHOA

IV.1. Masyarakat Kabupaten Melawi

Mayoritas penduduk Kabupaten Melawi adalah orang-orang Dayak dan orang Melayu. Orang-orang dayak ini hidup berdampingan dengan masyarakat pendatang lainnya yang datang ke kabupaten Melawi. Masyarakat Dayak biasanya hidup di bagian pedalaman karena menurut mereka hal tersebut akan mereka semakin dekat kepada alam. Hutan adalah sumber kehidupan bagi masyarakat Dayak di Pulau Kalimantan secara umum. Hal ini tidak jauh berbeda dengan masyarakat Dayak yang berada di kabupaten Melawi, mereka juga banyak yang memilih tinggal di kecamatan bagian pedalaman yang suasana alamnya masih hijau dan masih banyak memiliki sumber-sumber mata pencaharian mereka untuk kehidupan sehari-hari.

Ada beberapa alasan lain yang menyebabkan masyarakat Dayak yang berada di kabupaten Melawi lebih memilih tinggal di bagian pedalaman dibandingkan dengan tinggal di daerah perkotaan. Alasan-alasan tersebut adalah mulai berkurangnya sumber daya alam di perkotaan karena padatnya penduduk dan sudah mulai banyak pembangunan, dan mulai banyaknya pendatang-pendatang baru dari berbagai daerah yang tinggal di daerah perkotaan sehingga hal ini secara tidak langsung menjadi penyebab masyarakat Dayak lebih memilih tinggal di setiap kecamatan-kecamatan yang berada di Kabupaten Melawi. Walaupun demikian, penerimaan mereka terhadap pendatang-pendatang baru ini


(67)

sangat baik, bahkan ada diantara mereka yang menikah dengan para pendatang tersebut.

Masyarakat Dayak yang berada di kecamatan bagian dalam biasanya tidak jauh berbeda dengan yang ada di kota atau kabupaten. Hubungan mereka selalu terjaga dengan baik karena kebanyakan masyarakat Dayak yang berada di kota atau kabupaten adalah sanak famili mereka sendiri dan juga ada yang memilih tinggal di kota daripada tinggal di desa atau kecamatan. Hal tersebut terjadi karena adanya rasa ingin berkembang dan maju sehingga membuat beberapa dari mereka lebih memilih tinggal di kota, bukan berarti yang di kecamatan tidak ingin maju dan berkembang, mereka juga menginginkan hal serupa. Tetapi jika mereka tinggal di kota kebun dan ladang mereka tidak ada yang mengurusi dan merawat, hal inilah yang membuat mereka lebih memilih tetap tinggal di kecamatan atau desa.

Masyarakat kabupaten Melawi biasanya bermata pencaharian sebagai pedagang, penjual sayur, petani, pekebun, berladang, dan yang baru berkembang saat ini adalah bekerja di perusahaan sawit, serta menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Adapun beberapa pekerjaan tersebut menjadi modal utama untuk menghidupi keluarga dan diri mereka sendiri. Karena kurangnya lapangan pekerjaan dan sulit untuk masuk atau mendaftar dipekerjaan yang diinginkan, tidak sedikit masyarakat yang berada di kabupaten Melawi menjadi pengangguran karena sulitnya untuk mendapatkan pekerjaan.

Untuk mengurangi pengangguran, pemerintahan kabupaten memberikan beberapa pekerjaan alternatif seperti menjadi juru parkir di minimarket, kernet bus


(1)

Kapal Bandong

(http://www.pontianakpost.co.id/sites/1-Kapal-bandong.jpg)


(2)

Speed Boat

(http://bp.blogspot.com/bukitrayaboat.jpg)

(https://yudhihendros.files.wordpress.com/2012/09/naik-speedboat_arah-depan.jpg)


(3)

Jalan Utama Menuju Ke Kecamatan-kecamatan di Kabupaten Melawi

(http://persakmi.or.id/content/uploads/2016/05/image001-1.jpg)


(4)

Rumah Apung/Lanting

(http://photobucket.com/albums/bakanekobaka/NangaPinoh/160920126183.jpg)

(http://static.republika.co.id/uploads/images/inpicture_slide/warga-meniti-kayu-bulat-yang-berfungsi-sebagai-jalan-menuju-_150707135511-527.jpg)


(5)

Pertambangan Emas di Kabupaten Melawi

(http://assets.kompas.com/data/photo/2011/07/21/1934037620X310.JPG)


(6)

Toko sembako masyarakat Tionghoa di Kabupaten Melawi

(https://4.bp.blogspot.com/cara-sukses-usaha-toko-kelontong-dan-warung-sembako-di-rumah-dengan-modal-kecil.jpg)