Efek Anti Nyamuk Minyak Atsiri Jeruk Keprok (Citrus reticulata) Terhadap Nyamuk Aedesaegypti.

(1)

ABSTRAK

EFEK ANTI NYAMUK MINYAK ATSIRI

JERUK KEPROK (Citrus reticulata) TERHADAP

NYAMUK Aedesaegypti

DewantoAndoko, 2010, PembimbingI :EndangEvacuasiany,Dra., Apt., M.S., AFK PembimbingII : July Ivone, dr., MKK.,M.Pd.Ked

Demamberdarah dengue (DBD)danChikungunyaadalahbeberapapenyakit yang ditularkanmelaluicucukannyamuk.Untukmencegahcucukannyamukantaralaindapatmen ggunakanrepelensintetiksepertidiethyltoluamide (DEET). Penggunaan DEET secaraterus – menerusmenimbulkanefeksamping, sehinggaperludicarirepelenalami yang

amandanefektif.Tujuanpenelitianuntukmengetahuiefekdanpotensirepelenminyakatsirik ulitjerukkeproktehadapnyamukAedesaegyptibetinadewasa.Metode:

Desainpenelitianeksperimentalsungguhan, denganRancanganAcakLengkap (RAL), bersifatkomparatif. Penelitiandeskriptifmenggunakanmetodeone side test.HewancobanyamukAedesaegyptibetinasebanyak 90 ekordialokasikanmenjadi 3

kelompok (n=30), diberiperlakuandenganpengulangan 3 kali,

yaitudiberikanminyakatsirikulitjerukkeprok (Citrus reticulata) 60%, akuades, dan

DEET 13%, Data yang diukurjumlahnyamukpindahdarisisi yang

diberiperlakuan.Hasilpercobaanmenunjukkan rata-rata jumlahnyamuk yang berpindahkesisiberseberangandariperlakuandenganminyakatsirikulitjerukkeprok (Citrus reticulata) 60% hampirsamadengankontrol (+) yaitu DEET 13%.

Kesimpulanpenelitianadalahminyakatsirikulitjerukkeprok 60% berefeksebagaianti nyamukterhadapnyamukAedesaegypti.


(2)

v

ABSTRACT

THE REPELLENCY EFFECT OF Citrus reticulata ESSENTIAL OIL

TO Aedesaegypti MOSQUITOES

DewantoAndoko, 2010, 1stTutor:EndangEvacuasiany,Dra., Apt., M.S., AFK 2ndTutor:July Ivone, dr., MKK.,M.Pd.Ked

Dengue Haemorrhagic Fever and Chikungunya, are some out of many anthropode borne diseases, which is spread by mosquitoes. To prevent mosquito bites we could use synthetic repellents such as diethyltoluamid (DEET). Long period usages of DEET could cause many side effects so we need to look for natural repellents which are as effective and safer to use. The aim of this research is to know the potential effect of essential oil taken from the peel of Citrus reticulata as a repellent to female adult Aedesaegypti mosquitoes.

Research design is true experimental with a comparative Complete Random Sampling. Observational research using one side test method adopted from the research of Joel Coats & Chris Peterson.As many as 90 Female Aedesaegypti mosquitoes are allocated into 3 groups, each group are given different treatment with 60% concentration of Citrus reticulata essential oil, aquades and DEET 13%, the data assessed is the number of mosquitoes moving to the other side of the box. The results shows that the mean of mosquitoes moving to the other side of the box with 60% concentration of Citrus reticulate is the same compared to DEET 13%.

The conclusion of this research is that 60% concentration of Citrus reticulata essential oil had a repellency towardsAedesaegypti mosquitoes.


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN ………. ii

SURAT PERNYATAAN ………. iii

ABSTRAK ……… iv

ABSTRACT ……… v

KATA PENGANTAR ……….. vi

DAFTAR ISI ………. vii

DAFTAR TABEL ………. xi

DAFTAR GAMBAR ……… xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang ……… 1

1.2 IdentifikasiMasalah ……… 3

1.3 MaksuddanTujuan ………. 3

1.4 Manfaat………... 3

1.5 LandasanTeori……… 4

1.6Metodologi ……….. 4

1.7LokasidanWaktuPenelitian ……….. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyamuk………... 5

2.1.1 SiklusHidup ……… 5

2.1.2 Ciri – ciri ………. 6

2.2 SubfamiliCulicinae ……… 7

2.3 Genus Aedes ………... 9

2.3.1 Penyebaran ………... 9


(4)

viii

2.3.3 Larva ……… 10

2.3.4 Pupa ………. 11

2.3.5 Dewasa ……… 12

2.4 Species Aedesaegypti ……… 14

2.4.1 Taksonomi ………14

2.4.2 Siklushidup ………. 14

2.5 AedesaegyptisebebagaiVektorPenyakit ……….. 16

2.5.1 Pendahuluan ……… 16

2.5.2 DemamBerdarah Dengue ……… 16

2.5.2.1 Pendahuluan ………. 16

2.5.2.2 Epidemiologi ……… 17

2.5.2.3 Etiologi ………. 19

2.5.2.4 Insidensi ……… 20

2.5.2.5 Patogenesis ……… 20

2.5.2.6 ManifestasiKlinik ……… 21

2.5.2.7 Diagnosis ……….. 22

2.5.2.8 Pengobatan ……… 23

2.5.2.9 Prognosis ………... 23

2.5.3 Chikungunya ……… 23

2.5.3.1 Pendahuluan ……….. 23

2.5.3.2 Epidemiologi ………. 24

2.5.3.3 ManifestasiKlinik ……… 26

2.5.3.4 Pengobatan ……… 26

2.5.3.5 Prognosis ………... 26

2.5.3.6 PencegahandanPengendalian ……….. 27

2.6 Stimuli yang MenarikNyamuk ……….. 27

2.7 Insektisida………... 28

2.7.1 MetodaPenggunaan ………. 29


(5)

2.8.1 SejarahRepelenSerangga ……… 30

2.8.2 MekanismeKerjaRepellen ……….. 31

2.8.3 RepelenSeranggadi MasaDepan ………... 32

2.8.4 DEET ………... 33

2.8.4.1 Pendahuluan ……….. 33

2.8.4.2 Konsentrasi ………... 34

2.8.4.3 PengaruhterhadapKesehatan ………... 34

2.8.4.4 AlternatifAlami ……… 35

2.8.3 JerukKeprok (Citrus reticulata) ……….. 36

2.8.3.1 Pendahuluan ……….. 36

2.8.3.2 Taksonomi ……… 37

2.8.3.3 Kandungan KimiadanManfaat ……… 37

2.8.3.4 PenggunaanMinyakKulitJerukKeproksebagaiRepellen ……… 38

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 AlatdanBahan ……… 40

3.2 Hewanpercobaan ……… 40

3.3MetodePenelitian ………... 41

3.3.1 Desainpenelitian ……….. 41

3.3.2MetodePenarikanSampel ………... 41

3.3.3ProsedurKerja ……… 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil……… 43

4.2 Pembahasan……… 43

BAB V SIMPULAN 5.1 Simpulan ………. 45


(6)

x

DAFTAR PUSTAKA ………... 46

LAMPIRANPerhitunganDosis ……… 52


(7)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1 Jumlahnyamuk yang berada di sisiberseberangandenganminyakatsiri

kulitCitrus reticulata, DEET 13%, danakuades ... 44 Tabel 4.2 Ujibeda rata-rata TukeyHSDnyamuk yang berpindahkesisi yang


(8)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 AnatomiTubuhNyamuk ... 8

Gambar 2.2 Karakter-karakterutamadalammembedakantiga genera nyamuk yang pentingdalambidangkesehatan ... 9

Gambar 2.3 TelurAedesAegypti ... 11

Gambar 2.4 Segmen Abdomen Terminal dari larva Aedesmenunjukkansiphon yangpendekdenganrambutsubventral tufttunggal ... 12

Gambar 2.5 Stadium Pupa NyamukAedes ... 13

Gambar 2.6 NyamukAedestidakmembentuksudutdalamkeadaanistirahat ... 14

Gambar 2.7 SiklusHidupNyamukAedes... 16

Gambar 2.8 AedesaegyptidanAedesalbopictusBetinaDewasa ... 16

Gambar 2.9 Penyebaran Virus Dengue danVektornyaAedesaegypti di Seluruh DuniaTahun 2009 ... 19

Gambar 2.10 Virus Dengue ... 20

Gambar 2.11 Virus Chikungunya ... 25

Gambar 2.12 PenyebaranDemamChikungunya 1952-2006 ... 27

Gambar 2.13 StrukturMolekul DEET ... 34

Gambar 2.14 PohondanBuahCitrus reticulata... 37


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

DemamBerdarah Dengue (DBD) merupakanmasalahkesehatanmasyarakat yang penting di dunia, terutamanegara-negaratropisdansubtropis di Amerika Selatan, Afrika, India, Asia Tenggara, dan Australia, WHOmemperkirakanterjadi 50 jutakasus DBD setiaptahunnya. Penyakitinimerupakansalahsatupenyakitmenular yang mempengaruhiangkakematiananakdandewasasertadapatmenurunkanproduktifitastenag akerja (Harijanto, 2000).

Jumlahkasusdemamberdarah di Indonesia, biladibandingkandengannegara – negara Asia Tenggara menempatiurutanpertama, denganinsidensihinggaAgustus 2011 mencapai24.362 kasus dengan 196 kematian, angkatersebutsudahsemakinbaik, biladibandingkandenganinsidensinyapadatahun 2010 yang mencapai 155.610 kasusdengan1.317kematian (Kemenkes RI, 2011).

Di Jawa Barat jumlah orang yang terinfeksi DBD sampaiAgustus 2011 sebanyak 2392 orang, banyakberkurangbiladibandingkandengantahun 2010 dimanaterdapat 19.012 orang yang terserangpenyakit DBD (DinkesJabar, 2011).

Penderita DBD di Kota Bandungsendiri, di tahun 2011 sampai denganbulan Mei, berdasarkan Dinas Kesehatan Kota Bandung, cenderungmenurun bila dibandingkan tahun 2010. Jumlah warga Kota Bandung yang terkena DBD padatahun 2010 sebanyak 3.435 orang. Dari jumlah tersebut 4 diantaranya meninggal dunia. Sedang di tahun 2011 sampaibulan Mei tercatat 638 orang dan belum ada laporan kematian (Dinkes Kota Bandung, 2011).

MeskipunAngkakejadiandemamberdarah di Indonesia terusmenurun,

pemberantasanterhadapdemamberdarahharusterusdilakukandenganmemutussiklusperk embangannyamukAedesaegyptidengancarameningkatkankesadaranmasyarakattentang


(10)

2

pentingnyakebersihandankesehatanlingkungan. Kegiatanpengasapan (fogging)

hanyamembunuhsebagiannyamukAedesaegyptidewasa yang

merupakanvektorpenularpenyakit DBD. Cara yang tepat, gunamemberantaskasus DBD adalahdenganpemberantasansarangnyamuk (PSN), yaitukegiatan yang dilakukanmasyarakatdalammembasmijentiknyamukpenulardemamberdarahdenganmet ode “3M” yaitu; menguras, menutup, menguburdanmenyingkirkanbarangbekas yang

dapatmenampung air hujan. Cara lain yang

dapatdilakukanadalahmemeliharaikanpemakanjentik, menaburlarvisida, memeriksajentiksecaraberkala, menggunakankelambupadawaktutidur, memasangkasa,

menyemprotruangandenganinsektisida, memasangobatnyamuk,

danmenggunakanrepelen (Kemenkes RI, 2011).

Repelen yang tersedia di pasaran Indonesia

masihsedikitdanumumnyamengandungbahansintetikyaituN,N-Diethyl-meta-toluamide (DEET).

PemakaiankronisDEETdapatmenyebabkanpenurunanpermeabilitassawardarahotak, menimbulkankerusakanneurologis (Corbel et al, 2009).Untukmengantisipasihalini, sekarangbanyakdilakukaneksplorasitumbuhan yang memilikisifatinsektisidaantara lain yang bersifatrepelenalami.

Penelitianrepelenalamidilakukanmelaluipendekatan-pendekatan, antara lain

diarahkanpadatumbuhan yang

secaratradisionalsudahdigunakanmasyarakatuntukpengendalianserangga.

Repelenalamiberasaldaritanaman yang mengandungminyakatsiri (volatile oil/essential oil) sepertipadakulitjerukkeprok (Citrus reticulata), minyakatsiriinimemiliki aroma

yang khassesuaidengantanamanasalnya, diduga aroma

inimenyebabkanminyakatsiriiniberefeksebagairepelen (Gunawan, 2004).

Jerukkeprokataujeruk mandarin (Citrus reticulata) termasuksalahsatubuah-buahan yang digemariolehmasyarakat di seluruhDunia, termasuk di Indonesia, karenakemudahannyauntukdikonsumsi, kulitnyadapatdikupasdenganmudah,


(11)

bagikedalamjuring-juringberukuransamatanpamengeluarkan sari buah. Minyakatsiri yang berasaldarikulitjerukkeprokbiasadigunakansebagaizattambahan (corrigent) dalamprodukpewangiruangan, sabun, danparfum (Morton, 1987).

Tujuanpenelitianuntukmengetahuiadanyaefekanti

nyamukdariminyakatsirikulitjerukkeprok (Citrus reticulata)

terhadapnyamukAedesaegyptibetinadewasa.

1.2 IdentifikasiMasalah

Berdasarkanlatarbelakangdiatasidentifikasimasalahpenelitianiniadalah:

- Apakahminyakatsirikulitjerukkeprok (Citrus reticulata)

memilikiefeksebagaianti nyamukterhadapnyamukAedesaegyptibetinadewasa.

1.3MaksuddanTujuan

Maksud :Diharapkankulitjerukkeprokdigunakanolehmasyarakatluassebagairepelen, untukmelengkapiupayapenberantasandemamberdarah dengue di Indonesia.

Tujuan :Untukmengetahuiadanyaefekanti nyamukdariminyakatsirikulitjerukkeprok (Citrus reticulata) terhadapnyamukAedesaegyptibetinadewasa.

1.4ManfaatKaryaTulisIlmiah

Manfaatpenelitianinidiharapkandapatmenambahpengetahuandanreferensitanamanobat, khususnyakulitjerukkeproksebagaianti

nyamuk.Selainitukaryatulisinidiharapkandapatmemberikaninformasipadamasyarakatm engenaikulitjerukkeproksebagaianti nyamuk yang alami, murah, danmudahdidapat.


(12)

4

1.5LandasanTeori

Nyamukmemilikijaringanolfaktorialdangustatorial, yaitusuatuchemosensory signal transduction yang merupakanreseptorbaupadanyamukAedesaegypti(Melo, Rutztler, Pitts, Zwiebel, 2004).

Kulitjerukkeprok (Citrus reticulata) mengandungminyakatsiri 2,5%, yang mengandungmolekulbersifatrepelenyaitulinalool (9,40%), citronellol(50,07%), dangeraniol (5,51%)(Leung, 2010).Minyakatsirijerukkeprokmemilikiefekrepelen yang tinggidisebabkanolehkadarcitronellol yang tinggi, citronellolmerupakantranspiration repellent, yang berefekmenghalaunyamuktanpamenyentuhpermukaankulit yang terpaparrepelen. Molekulrepelenbekerjadengancaramemblokinderaolfaktorinyamuk,

yang menyebabkannyamuktidakdapatmerasakanpanas, kelembaban,

dankonsentrasikarbondioksida yang

dilepaskansecarakonveksiolehtubuhmanusiasebagaiacuanuntukmencarimanusia (Taylor danSchreck, 1985).

1.6Metodologi

DesainPenelitian : Penelitiandeskriptif,

denganmetodeprospektifeksperimentalsungguhan.

PenarikansampelmenggunakanmetodeRancanganAcakLengkap

(RAL) yang

bersifatkomparatif.Efekrepelendiujimenggunakanmetodeone side test yang diadopsidaripenelitianCoats danPetersson.

MetodePenelitian : Data yang diamatiadalahjumlahnyamuk yang berpindahkesisi yang berseberangan.


(13)

Percobaandilakukan di LaboratoriumParasitologiFakultasKedokteranUniversitas Kristen Maranatha, Desember 2012 hinggaSeptember 2013.


(14)

45

BAB V

SIMPULAN

5.1 Simpulan

Minyakatsirikulitjerukkeprok (Citrus reticulata) memilikiefeksebagaianti nyamukterhadapnyamukAedesaegyptibetinadewasa.

5.2 Saran

Penelitianinimerupakanpenelitianpendahuluan, sehinggamasihperludilakukan penelitianselanjutnya.Adapun saran-saran untukpenelitianselanjutnyaantara lain sebagaiberikut :

1.

Percobaanhendaknyadilakukandenganmenggunakanbeberapadosis yang lebihrendahdanlebihtinggisertabervariasi, sehinggadidapatkankadar yang terbaik, dengantoksisitas yang terendah

2.

Penelitianmenggunakanekstrakkulitjerukkeprok(Citrus reticulata)

3.

Penelitianmenggunakanvehikulumpengenceran yang berbeda

4.

Penelitianmengenaiefeksampingdantoksisitas yang

mungkinterjadipadapenggunaanminyakatsirikulitjerukkeprok (Citrus reticulata).


(15)

RIWAYAT HIDUP

Nama : DewantoAndoko

NomorPokokMahasiswa : 1010029

TempatdanTanggalLahir : Kediri 24 Oktober 1991

Alamat : KomplekRumahSakitImanuel, Way Halim,

Sukarame,Bandar Lampung RiwayatPendidikan

1. 1998 lulus TK Petra, Kediri

2. 2003 lulus Brookfield State School, Brisbane, Australia 3. 2007 lulus SMP Imanuel, Bandar Lampung

4. 2010 lulus SMA Fransiskus, Bandar Lampung


(16)

Efek Anti Nyamuk Minyak Atsiri

Jeruk Keprok (Citrus reticulata)

Terhadap Nyamuk Aedes aegypti

Dewanto Andoko*, Endang Evacuasiany**, July Ivone*** *Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung

**Bagian Biokimia Fakultas kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha

Jl. Prof. Drg. Suria Sumantri No. 65, Bandung

ABSTRAK

Demam berdarah dengue (DBD) dan Chikungunya adalah beberapa penyakit yang ditularkan melalui cucukan nyamuk. Untuk mencegah cucukan nyamuk antara lain dapat menggunakan repelen sintetik seperti diethyltoluamide (DEET). Penggunaan DEET secara terus – menerus menimbulkan efek samping, sehingga perlu dicari repelen alami yang aman dan efektif. Tujuan penelitian untuk mengetahui efek dan potensi repelen minyak atsiri kulit jeruk keprok tehadap nyamuk Aedes aegypti betina dewasa.

Desain penelitian eksperimental laboratorik, dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL), bersifat komparatif. Penelitian deskriptif menggunakan metode one side test. Hewan coba nyamuk Aedes aegypti betina sebanyak 90 ekor dialokasikan menjadi 3 kelompok (n=30), diberi perlakuan dengan pengulangan 3 kali, yaitu diberikan minyak atsiri kulit jeruk keprok (Citrus reticulata) 60%, akuades, dan DEET 13%, Data yang diukur jumlah nyamuk pindah dari sisi yang diberi perlakuan.

Kesimpulan minyak atsiri kulit jeruk keprok 60% berefek sebagai anti nyamuk terhadap nyamuk Aedes aegypti, dan memiliki potensi yang sama dengan DEET 13%.

Kata kunci : Aedes aegypti, kulit Citrus reticulata, repelen

ABSTRACT

Dengue Haemorrhagic Fever and Chikungunya, are some out of many anthropode borne diseases, which is spread by mosquitoes. To prevent mosquito bites we could use synthetic repellents such as diethyltoluamid (DEET). Long period usages of DEET could cause many side effects so we need to look for natural repellents which are as effective and safer to use. The aim of this research is to know the potential effect of essential oil taken from the peel of Citrus reticulata as a repellent to female adult Aedes aegypti mosquitoes.

Research design is true experimental with a comparative Complete Random Sampling. Observational research using one side test method adopted from the research of Joel Coats & Chris Peterson. As many as 90 Female Aedes aegypti mosquitoes are allocated into 3 groups, each group are given different treatment with 60% concentration of Citrus reticulata essential oil, aquades and DEET 13%, the data assessed is the number of mosquitoes moving to the other side of the box. The conclusion of this research is that 60% concentration of Citrus reticulata essential oil had a repellency towards Aedes aegypti mosquitoes, and its effect is as potent as DEET 13%.


(17)

PENDAHULUAN

Demam Berdarah Dengue (DBD)

merupakan masalah kesehatan

masyarakat yang penting di dunia, terutama negara-negara tropis dan

subtropis di Amerika Selatan,

Afrika, India, Asia Tenggara, dan

Australia, WHO memperkirakan

terjadi 50 juta kasus DBD setiap tahunnya. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit menular yang

mempengaruhi angka kematian

anak dan dewasa serta dapat menurunkan produktifitas tenaga kerja

Insidensi DBD di Indonesia hingga Agustus 2011 mencapai 24.362 kasus dengan 196 kematian, angka tersebut sudah semakin baik,

bila dibandingkan dengan

insidensinya pada tahun 2010 yang mencapai 155.610 kasus dengan 1.317 kematian (Kemenkes RI, 2011). Pemberantasan terhadap demam berdarah dapat dilakukan dengan

memutus siklus perkembangan

nyamuk Aedes aegypti dengan cara

pemberantasan sarang nyamuk

(PSN), menggunakan metode “3M”

yaitu; menguras, menutup,

mengubur barang bekas yang dapat menampung air hujan. Cara lain

yang dapat dilakukan adalah

memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvisida, memeriksa jentik

secara berkala, menggunakan

kelambu pada waktu tidur,

memasang kasa, menyemprot

ruangan dengan insektisida,

memasang obat nyamuk, dan

menggunakan repelen (Kemenkes RI, 2011).

Repelen yang tersedia di pasaran

Indonesia masih sedikit dan

umumnya mengandung bahan

sintetik yaitu

N,N-Diethyl-meta-toluamide (DEET). Pemakaian kronis

DEET dapat menyebabkan

penurunan permeabilitas sawar

darah otak, menimbulkan kerusakan neurologis (Corbel et al, 2009). Untuk mengantisipasi hal ini, sekarang

banyak dilakukan eksplorasi

tumbuhan yang memiliki sifat insektisida antara lain yang bersifat repelen alami.

Repelen alami berasal dari

tanaman yang mengandung minyak atsiri (volatile oil/essential oil) seperti pada kulit jeruk keprok (Citrus reticulata), minyak atsiri ini memiliki aroma yang khas sesuai dengan tanaman asalnya, diduga aroma ini menyebabkan minyak atsiri ini berefek sebagai repelen (Gunawan, 2004).

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian untuk

mengetahui adanya efek anti

nyamuk dari minyak atsiri kulit

jeruk keprok (Citrus reticulata)

terhadap nyamuk Aedes aegypti betina dewasa.

ALAT, BAHAN, DAN METODE PENELITIAN

Penelitian ini bersifat

eksperimental murni secara in vitro di laboratorium menggunakan agar Mueller Hinton dengan metode difusi.

Analisis data menggunakan

ANAVA dengan α = 5%, dilanjutkan

dengan Multiple Comparrison Fisher’s

LSD. Alat :

 Aspirator nyamuk

 Kotak kaca ukuran 80x10x10 cm sebagai tempat percobaan  Kertas saring


(18)

 Gelas ukur  Pipet tetes

Bahan :

 Minyak atsiri kulit jeruk keprok (Citrus reticulata) konsentrasi 60%, minyak atsiri diperoleh dari

Perkebunan Herbal Manoko, Lembang.

 Akuades sebagai kontrol negatif

 Repelen nyamuk yang mengandung DEET 13%

 Sebanyak 90 ekor nyamuk

Aedes aegypti betina dewasa yang di diperoleh dari Laboratorium Entomologi, Sekolah Ilmu Teknologi Hayati (SITH) ITB Cara Kerja :

1.Disiapkan tiga kotak kaca ukuran 80x10x10 cm untuk digunakan dalam penelitian

2.Salah satu sisi kotak kaca diberi sekat kertas saring agar nyamuk dapat terkumpul pada satu sisi 3.Pada kotak kaca I diletakkan kertas saring yang telah dibasahi dengan minyak atsiri kulit jeruk keprok dengan konsentrasi 60%, kotak II akuades, kotak III DEET 13%

4. Melalui lubang yang terdapat pada bagian atas kotak kaca, dimasukkan 30 ekor nyamuk Aedes aegypti betina, kemudian lubang tersebut ditutup dengan sumbat gabus.

5.Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali

6.Pengamatan dilakukan selama 10 menit, dan kemudian dicatat banyaknya nyamuk yang melewati garis tengah kotak, atau berada di sisi lain kotak.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari penelitian yang dilakukan, didapatkan data seperti yang tertera pada tabel sebagai berikut:

Tabel 1. Jumlah nyamuk yang berada di sisi berseberangan dengan minyak atsiri kulit Citrus reticulata, DEET 13%, dan akuades.

Konsentrasi Pengulangan R

I II III

C 60% 29 30 29

DEET 13% 25,77 21,56 23,7

Aquades 0 0 0

DISKUSI

Tabel 1 menunjukkan jumlah nyamuk yang berada di sisi berseberangan paling banyak terdapat pada perlakuan dengan DEET 13% dibandingkan dengan kelompok yang diberi perlakuan dengan minyak atsiri Citrus reticulata dan akuades.

Rata-rata jumlah nyamuk yang berpindah terbanyak berturut-turut pada pengujian dengan DEET 13% (30), minyak atsiri Citrus reticulata 60% (29,6), dan akuades (15,3). Hasil percobaan menunjukkan bahwa rata-rata jumlah nyamuk yang

berpindah dari sisi yang


(19)

minyak atsiri jeruk keprok (Citrus reticulata) 60% hampir sama dengan kontrol (+) yaitu DEET 13%.

Hal tersebut dimungkinkan karena minyak atsiri jeruk keprok memiliki kadar citronellol yang tinggi, citronellol merupakan transpiration repellent, yang berefek menghalau nyamuk tanpa menyentuh permukaan kulit yang terpapar repelen. Molekul repelen bekerja dengan cara memblok indera

olfaktori nyamuk, yang

menyebabkan nyamuk tidak dapat merasakan panas, kelembaban, dan konsentrasi karbon dioksida yang dilepaskan secara konveksi oleh tubuh manusia sebagai acuan untuk mencari manusia (Taylor dan Schreck, 1985).

Hal diatas mendukung penelitian

yang dilakukan Sritabutra,

Soonwera, Waltanachanobon, dan Poungjai yang menguji efek anti nyamuk dari 8 jenis minyak atsiri terhadap 2 spesies nyamuk, ditemukan bahwa seluruh minyak atsiri yang diuji, termasuk minyak atsiri jeruk keprok (Citrus reticulata) memiliki efek anti nyamuk terhadap nyamuk Aedes aegypti, dan memiliki waktu perlindungan dibawah 120 menit (Sritabutra et al, 2008).

Hal diatas juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh Effiom, Avoaja, dan Ohaeri yang menguji efek anti nyamuk minyak atsiri yang berasal dari 5 jenis kulit jeruk, yang masing-masing dibagi kedalam 5 konsentrasi berbeda, terhadap nyamuk secara umum, menunjukkan bahwa penggunaan topikal dari minyak atsiri jeruk

keprok (Citrus reticulata)

konsentrasi 20% dan 25% dapat

menghalau nyamuk selama masing-masing 20 menit dan 50 menit (Effiom, 2012).

Selanjutnya berdasarkan penelitian Phasomkusolsil dan Soonwera yang membandingkan efek anti nyamuk dari 9 jenis minyak atsiri terhadap 3 spesies nyamuk, menunjukkan bahwa minyak atsiri jeruk keprok (Citrus reticulata) menunjukkan masa kerja, dan efisiensi yang baik terhadap nyamuk Aedes aegypti, dengan masa kerja selama 30 menit, dan 1,1% bite rate (Phasomkusolsil & Soonwera, 2010). Kemudian berdasarkan penelitian

Mann dan Kaufman yang

menentukan LC50 (Lethal

Concentration 50) dari berbagai insektisida alami dan penggunaanya terhadap berbagai serangga, ditemukan bahwa minyak atsiri jeruk keprok (Citrus reticulata) memiliki LC50 sebesar 51,7 mg L-1

terhadap nyamuk Aedes aegypti (Mann & Kaufman, 2012).

SIMPULAN

Minyak atsiri kulit jeruk keprok (Citrus reticulata) memiliki efek anti nyamuk terhadap nyamuk Aedes aegypti betina dewasa.

SARAN

Percobaan selanjutnya hendaknya dilakukan dengan menggunakan beberapa dosis yang lebih rendah dan lebih tinggi serta bervariasi, sehingga didapatkan kadar yang terbaik, dengan toksisitas yang terendah.


(20)

Penelitian mengenai efek samping dan toksisitas yang mungkin terjadi pada penggunaan minyak atsiri kulit jeruk keprok (Citrus reticulata).

DAFTAR PUSTAKA

1. Subdirektorat Pengendalian Arbovirosis, Kementerian Kesehatan RI. (2011, December). Retrieved 11 10, 2012, from http://www.pppl.depkes.go.id 2. Corbel et al., 2009, Evidence for Inhibition of Cholinesterases in Insect and Mammalian Nervous Systems by the Insect Repellent DEET. BMC Biology, 7, 47.

3. HoGunawan, D., & Mulyani, S., 2004, Ilmu Obat Alam

(Farmakognosi). Jakarta: Penebar Swadaya.

4. Taylor, W. G., & Schreck, C. E., 1985, Chiral-phase capillary gas chromatography and mosquito repellent activity of some oxazolidine derivatives of (+)- and

(-)-citronellol. Journal of

Pharmacological Science, 534–539.

6. Effiom, O., Avoaja, D., & Ohaeri, C., 2012, Mosquito

Repellent Activity of Phytochemical Extracts from Peels of Citrus Fruit Species. Global Journal of Science Frontier Research, 51-58.

7. Phasomkusolsil, S., & Soonwera, M., 2010, Insect Repellent Activity of Medicinal Plant Oils againt Aedes aegypti, Anopheles minimus and Culex quinquefasciatus Based on Protection Time and Biting Rate. Southeast Asian Journal of Tropical Medicine and Public Health, 831-840.

8. Mann, R., & Kaufman, P., 2012, Natural Product Pesticides: Their Development, Delivery and Use Against Insect Vectors. Mini Reviews in Organic Chemistry, 185-202.

5. Sritabutra, D., Soonwera, M., Waltanachanobon, S., & Poungjai, S., 2008, Evaluation of Herbal Essential Oils as Repellent against Aedes aegypti and Anopheles Dirus Peyto and Harrion. Southeast Asian Journal of Tropical Medicine and Public Health, 112-114.


(21)

Daftar Kepustakaan

(n.d.).

Centers for Disease Control and Prevention. . (2007). Insect Repellent Use and Safety. West Nile Virus, 250-262.

Centers for Disease Control and Prevention. . (2009). Protection against Mosquitoes, Ticks, Fleas and Other Insects and Arthropods. Traveler's Health - Yellow Book, 234-243. Chen, L., & Wilson, M. (2010). Dengue and Chikungunya Infections in Travelers. Current

Opinion on Infectious Diseases, 438-444.

Chou, J. T., Rossignol, P. A., & Ayres, J. W. (1997). Evaluation of commercial insect repellents on human skin against Aedes aegypti. Journal of Medical Entomology, 624–630.

Committee on Gulf War and Health. (2003). Gulf War and Health: Volume 2. Insecticides and Solvents. Literature Review of Pesticides and Solvents, 55-65.

Corbel et al. (2009). Evidence for Inhibition of Cholinesterases in Insect and Mammalian Nervous Systems by the Insect Repellent DEET. BMC Biology, 7, 47.

Daiwa Chemical Industries Co., Ltd. . (2007). Anti-Mosquito Finishing Agent. Aninsen CLC-3600, 324-328.

Dinas Kesehatan Jawa Barat. (2011). Demam Berdarah Dengue. Bandung: Dinas Kesehatan Jawa Barat.

Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kemenkes RI. (2012). Pedoman Pengendalian Demam Chikungunya. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.


(22)

47

Effiom, O., Avoaja, D., & Ohaeri, C. (2012). Mosquito Repellent Activity of Phytochemical Extracts from Peels of Citrus Fruit Species. Global Journal of Science Frontier Research, 51-58.

Encyclopædia Britannica Ultimate Reference Suite. (2012). Chikungunya Fever. Chicago: Encyclopædia Britannica.

Fradin, M. (1998). Mosquitoes and Mosquito Repellents: A Clinicians Guide. of Internal Medicine, 931-940.

Gould, E., & Solomon, T. (2008). Pathogenic Flaviviruses. The Lancet, 500–509.

Gu ler, D. . Epide i de gue⁄de gue he orrhagi fever as a pu li health, so ial a d economic problem in the 21st century. Trends in Microbiology, 100–103.

Gunawan, D., & Mulyani, S. (2004). Ilmu Obat Alam (Farmakognosi). Jakarta: Penebar Swadaya.

Guzman, M., Halstead, S., & Artsob, H. (2010). "Dengue: a continuing global threat". National Revision on Microbiology 8, 7-16.

Halstead, S. (1981). The Pathogenesis of Dengue. Tropical Medicine Hygiene, 632-648. Harbach, R. (2012). "Sub-Family Culicinae Meigen 1818". Mosquito Taxonomic Inventory,

38-42.

Huang, J., Walker, E. D., Vulule, J., & Miller, J. R. (2006). Daily temperature profiles in and around Western Kenyan larval habitats of Anopheles gambiae as related to egg mortality. Malaria Journal, 69-74.

Jaeger, E. C. (1959). A Source-Book of Biological Names and Terms. Springfield: Thomas. Klun, J. A., Ma, D., & Gupta, R. (2000). Optically active arthropod repellents for use against

disease vectors. Journal of Medical Entomology, 182–187.


(23)

Leung., A. Y., & Foster, S. (1996). Encyclopedia of Common Natural Ingredients Used in Food, Drugs, and Cosmetics. Hoboken: John Wiley & Sons Inc.

Lindsay, L. R., Surgeoner, G. A., Heal, J. D., & Gallivan, G. J. (1996). Evaluation of the efficacy of 3% citronella candles and 5% citronella incense for protection against field populations of Aedes mosquitoes. Journal of the American Mosquito Control Association, 293–294.

Mann, R., & Kaufman, P. (2012). Natural Product Pesticides: Their Development, Delivery and Use Against Insect Vectors. Mini Reviews in Organic Chemistry, 185-202.

Matsuda, B. M., Surgeoner, G. A., Heal, J. D., Tucker, A. O., & Maciarello, M. J. (1996). "Essential oil analysis and field evaluation of the citrosa plant "Pelargonium citrosum" as a repellent against populations of Aedes mosquitoes". Journal of the American Mosquito Control Association, 69–74.

Michigan Mosquito Control Association. (2006, January 21). Retrieved February 15, 2013, from Michigan Mosquito Control Association Web Site:

http://www.mimosq.org/mosquitoes.htm

Mirzaian et al. (2010). Mosquito-borne Illnesses in Travelers: A Review of Risk and Prevention. Medscape Pharmacotherapy, 1031-1043.

Morris, R. H. (2007). Ruthenium and Osmium. In J. G. Vries, & C. J. Elsevier, The Handbook of Homogeneous Hydrogenation (pp. 945-956). Weinheim: WILEY-VCH.

Mortimer, R. (2010). Aedes aegypti and Dengue fever. Onview.net Ltd, Microscopy-UK. Morton, J. (1987). Fruits of warm climates. Miami: Science Works Press.

Moss et al. (1996). "Synergism of Toxicity of N,N-Diethyl-m-toluamide to German

Cockroaches (Othoptera: Blattellidae) by Hydrolytic Enzyme Inhibitors". Journal of Entomology 89, 1151–1155.


(24)

49

Mousson, L., Dauga, C., Garrigues, T., Schaffner, F., Vazeille, M., & Failloux, A.-B. (2005). "Phylogeography of Aedes (Stegomyia) aegypti (L.) and Aedes (Stegomyia) albopictus (Skuse) (Diptera: Culicidae) based on mitochondrial DNA variations". Genetics Research, 1-11.

Peterson, C., & Coats, J. (2001). Insect repellents-past, present and future. Pesticide Outlook , 154–158.

Phasomkusolsil, S., & Soonwera, M. (2010). Insect Repellent Activity of Medicinal Plant Oils againt Aedes aegypti, Anopheles minimus and Culex quinquefasciatus Based on Protection Time and Biting Rate. Southeast Asian Journal of Tropical Medicine and Public Health, 831-840.

Powers, A. M., & Logue, C. H. (2007). Changing patterns of chikungunya virus: re-emergence of a zoonotic arbovirus. The Journal of General Virology, 363-377.

Purves, D., Augustine, G. J., Fitzpatrick, D., Hall, W. C., LaMantia, A.-S., McNamara, J. O., et al. (2008). Neuroscience. 4th ed. New York: Sinnauer Associates.

Rampengan, T. H., & Laurentz, I. R. (1997). Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. Jakarta: EGC. Rodenhuis-Zybert, I., Wilschut, J., & Smith, J. (2010). Dengue virus life cycle: viral and host

factors modulating infectivity. Cellular Molecular Life Sciences, 2773–2786. Schreck, C. E., & Leonhardt, B. A. (1991). Efficacy assessment of quwenling, a mosquito

repellent from China. Journal of the American Mosquito Control Association, 433– 436.

Simmons, C., Farrar, J., Nguyen, V., & Wills, B. (2012). Dengue. New England Journal of Medicine , 1423–1432.

Soedarto. (1995). Entomologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

Spielman, A., & D'Antonio, M. (2001). Mosquito: A Natural History of Our Most Persistent and Deadly Foe. New York: Hyperion Press.


(25)

Sritabutra, D., Soonwera, M., Waltanachanobon, S., & Poungjai, S. (2008). Evaluation of Herbal Essential Oils as Repellent against Aedes aegypti and Anopheles Dirus Peyto and Harrion. Southeast Asian Journal of Tropical Medicine and Public Health, 112-114.

Stramer, S., Hollinger, F., & Katz, L. (2009). Emerging infectious disease agents and their potential threat to transfusion safety. Transfusion, 59-62.

Subdirektorat Pengendalian Arbovirosis Kemenkes RI. (2011). Epidemiologi Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Subdirektorat Pengendalian Arbovirosis, Kementerian Kesehatan RI. (2011, December). Retrieved 11 10, 2012, from http://www.pppl.depkes.go.id

Sudeep, A. B., & Parashar, D. (2008). Chikungunya: an overview. Journal of Biosciences, 443-449.

Syed, Z., & Leal, W. (2008). Mosquitoes smell and avoid the insect repellent DEET. Proceeding of National Academy of Science. USA , 598–603.

Taylor, W. G., & Schreck, C. E. (1985). Chiral-phase capillary gas chromatography and

mosquito repellent activity of some oxazolidine derivatives of (+)- and (-)-citronellol.

Journal of Pharmacological Science, 534–539.

Teo, D., Ng, L., & Lam, S. (2009). Is dengue a threat to the blood supply? Transfus Med, 66– 77.

Tsetsarkin, K., Vanlandingham, D., & McGee, C. (2007). A single mutation in chikungunya virus affects vector specificity and epidemic potential. PLoS Pathogenesis, 201-209. Whitehorn, J., & Farrar, J. (2010). Dengue. Brooklyn Medical Bulletin, 161–173.

WHO. (2009). Dengue Guidelines for Diagnosis, Treatment, Prevention and Control. Geneva: World Health Organization.


(26)

51

Wilder-Smith, A., Chen, L., Massad, E., & Wilson, M. (2009). Threat of dengue to blood safety in dengue-endemic countries. Emerging Infectious Disease, 8–11.

Williamson, D. (2002). Independent study: DEET products superior for fending off mosquito bites. University of North Carolina Press, 55-56.

Williamson, D. (2002). Independent Study: DEET Products Superior for Fending off Mosquito Bites. University of North Carolina Medical Journal, 450-462.

Windholz, M., & Budavari, S. (1983). The Merck Index, an Encyclopedia of Chemicals, Drugs and Biologicals. Rahway: Merck & Co., Inc.

Wiwanitkit, V. (2010). Unusual mode of transmission of dengue. Journal of Infection in Developing Countries, 51–54.

Womack, M. (1993). The yellow fever mosquito, Aedes aegypti. Wing Beats, 4.

Yap, H. H., Jahangir, K., & Zairi, J. (2000). Field efficacy of four insect repellent products against vector mosquitoes in a tropical environment. Journal of the American Mosquito Control Association, 241–244.

Zettel., C., & Kaufman, &. P. (2010). Yellow Fever Mosquito Aedes aegypti. University of Florida, Institute of Food and Agricultural Sciences, 50.


(1)

46

Daftar Kepustakaan

(n.d.).

Centers for Disease Control and Prevention. . (2007). Insect Repellent Use and Safety. West Nile Virus, 250-262.

Centers for Disease Control and Prevention. . (2009). Protection against Mosquitoes, Ticks, Fleas and Other Insects and Arthropods. Traveler's Health - Yellow Book, 234-243. Chen, L., & Wilson, M. (2010). Dengue and Chikungunya Infections in Travelers. Current

Opinion on Infectious Diseases, 438-444.

Chou, J. T., Rossignol, P. A., & Ayres, J. W. (1997). Evaluation of commercial insect repellents on human skin against Aedes aegypti. Journal of Medical Entomology, 624–630. Committee on Gulf War and Health. (2003). Gulf War and Health: Volume 2. Insecticides and

Solvents. Literature Review of Pesticides and Solvents, 55-65.

Corbel et al. (2009). Evidence for Inhibition of Cholinesterases in Insect and Mammalian Nervous Systems by the Insect Repellent DEET. BMC Biology, 7, 47.

Daiwa Chemical Industries Co., Ltd. . (2007). Anti-Mosquito Finishing Agent. Aninsen CLC-3600, 324-328.

Dinas Kesehatan Jawa Barat. (2011). Demam Berdarah Dengue. Bandung: Dinas Kesehatan Jawa Barat.

Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kemenkes RI. (2012). Pedoman Pengendalian Demam Chikungunya. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.


(2)

47

Effiom, O., Avoaja, D., & Ohaeri, C. (2012). Mosquito Repellent Activity of Phytochemical Extracts from Peels of Citrus Fruit Species. Global Journal of Science Frontier Research, 51-58.

Encyclopædia Britannica Ultimate Reference Suite. (2012). Chikungunya Fever. Chicago: Encyclopædia Britannica.

Fradin, M. (1998). Mosquitoes and Mosquito Repellents: A Clinicians Guide. of Internal Medicine, 931-940.

Gould, E., & Solomon, T. (2008). Pathogenic Flaviviruses. The Lancet, 500–509.

Gu ler, D. . Epide i de gue⁄de gue he orrhagi fever as a pu li health, so ial a d

economic problem in the 21st century. Trends in Microbiology, 100–103. Gunawan, D., & Mulyani, S. (2004). Ilmu Obat Alam (Farmakognosi). Jakarta: Penebar

Swadaya.

Guzman, M., Halstead, S., & Artsob, H. (2010). "Dengue: a continuing global threat". National Revision on Microbiology 8, 7-16.

Halstead, S. (1981). The Pathogenesis of Dengue. Tropical Medicine Hygiene, 632-648. Harbach, R. (2012). "Sub-Family Culicinae Meigen 1818". Mosquito Taxonomic Inventory,

38-42.

Huang, J., Walker, E. D., Vulule, J., & Miller, J. R. (2006). Daily temperature profiles in and around Western Kenyan larval habitats of Anopheles gambiae as related to egg mortality. Malaria Journal, 69-74.

Jaeger, E. C. (1959). A Source-Book of Biological Names and Terms. Springfield: Thomas. Klun, J. A., Ma, D., & Gupta, R. (2000). Optically active arthropod repellents for use against

disease vectors. Journal of Medical Entomology, 182–187.


(3)

48

Leung., A. Y., & Foster, S. (1996). Encyclopedia of Common Natural Ingredients Used in Food, Drugs, and Cosmetics. Hoboken: John Wiley & Sons Inc.

Lindsay, L. R., Surgeoner, G. A., Heal, J. D., & Gallivan, G. J. (1996). Evaluation of the efficacy of 3% citronella candles and 5% citronella incense for protection against field populations of Aedes mosquitoes. Journal of the American Mosquito Control Association, 293–294.

Mann, R., & Kaufman, P. (2012). Natural Product Pesticides: Their Development, Delivery and Use Against Insect Vectors. Mini Reviews in Organic Chemistry, 185-202.

Matsuda, B. M., Surgeoner, G. A., Heal, J. D., Tucker, A. O., & Maciarello, M. J. (1996). "Essential oil analysis and field evaluation of the citrosa plant "Pelargonium citrosum" as a repellent against populations of Aedes mosquitoes". Journal of the American Mosquito Control Association, 69–74.

Michigan Mosquito Control Association. (2006, January 21). Retrieved February 15, 2013, from Michigan Mosquito Control Association Web Site:

http://www.mimosq.org/mosquitoes.htm

Mirzaian et al. (2010). Mosquito-borne Illnesses in Travelers: A Review of Risk and Prevention. Medscape Pharmacotherapy, 1031-1043.

Morris, R. H. (2007). Ruthenium and Osmium. In J. G. Vries, & C. J. Elsevier, The Handbook of Homogeneous Hydrogenation (pp. 945-956). Weinheim: WILEY-VCH.

Mortimer, R. (2010). Aedes aegypti and Dengue fever. Onview.net Ltd, Microscopy-UK. Morton, J. (1987). Fruits of warm climates. Miami: Science Works Press.

Moss et al. (1996). "Synergism of Toxicity of N,N-Diethyl-m-toluamide to German

Cockroaches (Othoptera: Blattellidae) by Hydrolytic Enzyme Inhibitors". Journal of Entomology 89, 1151–1155.


(4)

49

Mousson, L., Dauga, C., Garrigues, T., Schaffner, F., Vazeille, M., & Failloux, A.-B. (2005). "Phylogeography of Aedes (Stegomyia) aegypti (L.) and Aedes (Stegomyia) albopictus (Skuse) (Diptera: Culicidae) based on mitochondrial DNA variations". Genetics Research, 1-11.

Peterson, C., & Coats, J. (2001). Insect repellents-past, present and future. Pesticide Outlook , 154–158.

Phasomkusolsil, S., & Soonwera, M. (2010). Insect Repellent Activity of Medicinal Plant Oils againt Aedes aegypti, Anopheles minimus and Culex quinquefasciatus Based on Protection Time and Biting Rate. Southeast Asian Journal of Tropical Medicine and Public Health, 831-840.

Powers, A. M., & Logue, C. H. (2007). Changing patterns of chikungunya virus: re-emergence of a zoonotic arbovirus. The Journal of General Virology, 363-377.

Purves, D., Augustine, G. J., Fitzpatrick, D., Hall, W. C., LaMantia, A.-S., McNamara, J. O., et al. (2008). Neuroscience. 4th ed. New York: Sinnauer Associates.

Rampengan, T. H., & Laurentz, I. R. (1997). Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. Jakarta: EGC. Rodenhuis-Zybert, I., Wilschut, J., & Smith, J. (2010). Dengue virus life cycle: viral and host

factors modulating infectivity. Cellular Molecular Life Sciences, 2773–2786. Schreck, C. E., & Leonhardt, B. A. (1991). Efficacy assessment of quwenling, a mosquito

repellent from China. Journal of the American Mosquito Control Association, 433– 436.

Simmons, C., Farrar, J., Nguyen, V., & Wills, B. (2012). Dengue. New England Journal of Medicine , 1423–1432.

Soedarto. (1995). Entomologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

Spielman, A., & D'Antonio, M. (2001). Mosquito: A Natural History of Our Most Persistent and Deadly Foe. New York: Hyperion Press.


(5)

50

Sritabutra, D., Soonwera, M., Waltanachanobon, S., & Poungjai, S. (2008). Evaluation of Herbal Essential Oils as Repellent against Aedes aegypti and Anopheles Dirus Peyto and Harrion. Southeast Asian Journal of Tropical Medicine and Public Health, 112-114.

Stramer, S., Hollinger, F., & Katz, L. (2009). Emerging infectious disease agents and their potential threat to transfusion safety. Transfusion, 59-62.

Subdirektorat Pengendalian Arbovirosis Kemenkes RI. (2011). Epidemiologi Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Subdirektorat Pengendalian Arbovirosis, Kementerian Kesehatan RI. (2011, December). Retrieved 11 10, 2012, from http://www.pppl.depkes.go.id

Sudeep, A. B., & Parashar, D. (2008). Chikungunya: an overview. Journal of Biosciences, 443-449.

Syed, Z., & Leal, W. (2008). Mosquitoes smell and avoid the insect repellent DEET. Proceeding of National Academy of Science. USA , 598–603.

Taylor, W. G., & Schreck, C. E. (1985). Chiral-phase capillary gas chromatography and

mosquito repellent activity of some oxazolidine derivatives of (+)- and (-)-citronellol. Journal of Pharmacological Science, 534–539.

Teo, D., Ng, L., & Lam, S. (2009). Is dengue a threat to the blood supply? Transfus Med, 66– 77.

Tsetsarkin, K., Vanlandingham, D., & McGee, C. (2007). A single mutation in chikungunya virus affects vector specificity and epidemic potential. PLoS Pathogenesis, 201-209. Whitehorn, J., & Farrar, J. (2010). Dengue. Brooklyn Medical Bulletin, 161–173.

WHO. (2009). Dengue Guidelines for Diagnosis, Treatment, Prevention and Control. Geneva: World Health Organization.


(6)

51

Wilder-Smith, A., Chen, L., Massad, E., & Wilson, M. (2009). Threat of dengue to blood safety in dengue-endemic countries. Emerging Infectious Disease, 8–11.

Williamson, D. (2002). Independent study: DEET products superior for fending off mosquito bites. University of North Carolina Press, 55-56.

Williamson, D. (2002). Independent Study: DEET Products Superior for Fending off Mosquito Bites. University of North Carolina Medical Journal, 450-462.

Windholz, M., & Budavari, S. (1983). The Merck Index, an Encyclopedia of Chemicals, Drugs and Biologicals. Rahway: Merck & Co., Inc.

Wiwanitkit, V. (2010). Unusual mode of transmission of dengue. Journal of Infection in Developing Countries, 51–54.

Womack, M. (1993). The yellow fever mosquito, Aedes aegypti. Wing Beats, 4.

Yap, H. H., Jahangir, K., & Zairi, J. (2000). Field efficacy of four insect repellent products against vector mosquitoes in a tropical environment. Journal of the American Mosquito Control Association, 241–244.

Zettel., C., & Kaufman, &. P. (2010). Yellow Fever Mosquito Aedes aegypti. University of Florida, Institute of Food and Agricultural Sciences, 50.