Uji Kualitatif Formalin Pada Daging Ayam Pedaging Di Pasar Sarijadi Kota Bandung Tahun 2014.
ABSTRAK
UJI KUALITATIF FORMALIN PADA AYAM PEDAGING DI PASAR
SARIJADI KOTA BANDUNG TAHUN 2014
Purnomo Sihaloho, 2014
Pembimbing 1: dr. Fen Tih, M.Kes.
Pembimbing 2: dr. Grace Puspasari, M.Gizi
Pola konsumsi pangan di Indonesia masih belum sesuai dengan pedoman
gizi seimbang. Konsumsi protein dari pangan hewani dan kacang-kacangan hanya
mencapai sekitar 60% dari nilai ideal. Daging ayam Pedaging memiliki potensi
yang besar untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi protein hewani masyarakat
Indonesia karena produksinya yang lebih cepat. Akan tetapi, pemotongan daging
ayam secara tradisional dengan sanitasi yang kurang baik menyebabkan daging
ayam pedaging tidak dapat disimpan lama, sehingga sebagian pedagang terpaksa
menggunakan bahan pengawet kimia yang dapat membahayakan kesehatan,
seperti formalin atau boraks
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui banyaknya produk daging ayam
pedaging yang mengandung formalin di Pasar Sarijadi Kota Bandung pada tahun
2014.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan penelitian
cross-sectional. Kandungan formalin diuji secara kualitatif dengan metode asam
kromatropat.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 16 sampel daging ayam
pedaging yang telah dilakukan pemeriksaan tidak ada sampel yang teruji positif
untuk formalin.
Tidak ada sampel daging ayam pedaging dari Pasar Sarijadi Kota
Bandung yang positif mengandung formalin.
(2)
ABSTRACT
FORMALDEHYDE QUALITATIVE TESTING ON BROILER CHICKEN
SAMPLES IN SARIJADI TRADITIONAL MARKET, BANDUNG, 2014
Purnomo Sihaloho, 2014
1
stAdvisor: dr. Fen Tih, M.Kes.
2
ndAdvisor: dr. Grace Puspasari, M.Gizi
Background. Currently, the dietary habits of the Indonesian populace had not
fulfilled a balanced nutrition scheme. The consumption of proteins from animal or
plant sources had only reached 60% of the ideal level. Broiler chickens have a
significant potential to satisfy the need for
protein within the Indonesian people’s
diet due to their faster production rate. Unfortunately, traditional butchery with
unsanitary conditions led to the quicker decomposing of chicken meat, which
cause some butchers to use dangerous chemical preservatives such as
formaldehyde or borax.
Aim. This study aims to determine the number of broiler chicken samples which
contain formaldehyde in the Sarijadi traditional market, Bandung within the
period of 2014.
Method. This study is a descriptive, cross-sectional study performed on Broiler
chickens samples from the Sarijadi traditional market, Bandung. Formalin
content is qualitatively tested using chromotropic acid method.
Results. The results of this study showed that none of the 16 collected of broiler
chicken samples tested positive for formaldehyde.
Conclusion. No broiler chicken sample from the Sarijadi traditional market,
Bandung contain formaldehyde.
(3)
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN...i
SURAT PERNYATAAN ... ii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... iii
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... iii
ABSTRAK ...iv
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR ...vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ...xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR ISTILAH
...xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
... 1
1.2.
Identifikasi Masalah
... 2
1.3.
Maksud dan Tujuan
... 2
1.3.1.
Maksud Penelitian
... 2
1.3.2.
Tujuan Penelitian
... 2
1.4.
Manfaat Penelitian
... 3
1.4.1.
Manfaat Ilmiah
... 3
1.4.2
Manfaat Praktis
... 3
1.5.
Landasan Teori
... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Ayam Broiler atau Ayam Pedaging
... 5
2.2.
Protein
... 8
2.2.1.
Sumber Protein
... 8
2.3.
Ayam Broiler atau Ayam Pedaging
... 9
2.3.1.
Komposisi Daging Ayam Pedaging
... 11
2.3.2.
Taksonomi Ayam Pedaging / Ayam Broiler
... 12
(4)
2.4.1.
Penggolongan Bahan Tambahan Pangan
... 14
2.4.2.
Bahan Pengawet Makanan dan Minuman
... 17
2.4.3.
Tujuan Penggunaan Bahan Pengawet
... 21
2.4.4.
Persyaratan Umum Untuk Bahan Pengawet Kimia
... 21
2.5.
Formalin
... 22
2.5.1.
Fungsi Formalin
... 23
2.5.2.
Sifat Formalin
... 24
2.5.3.
Dampak Penggunaan Formalin Terhadap Kesehatan
... 26
2.5.4.
Metode Pengujian Formalin
... 28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Alat dan Bahan Penelitian
... 30
3.1.1
Alat Penelitian
... 30
3.1.2
Bahan Penelitian
... 30
3.2
Subjek Penelitian
... 30
3.2.1
Waktu dan Tempat Penelitian
... 31
3.3
Metode Penelitian
... 31
3.3.1
Desain Penelitian
... 31
3.3.2
Besar Sampel
... 31
3.4
Definisi Variabel
...……….………..…
31
3.4.1
Variabel Dependen
...……….………..…
31
3.4.2
Variabel Independen
...
...……….………
32
3.5
Prosedur Kerja
... 32
3.5.1
Teknik Pengambilan Sampel
... 32
3.5.2
Uji Kualitatif Formalin dengan Metode Asam Kromatopat
... 33
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Penelitian
... 34
4.2
Pembahasan
... 35
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
... 39
(5)
DAFTAR PUSTAKA ...
40
LAMPIRAN
……….
44
(6)
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Komposisi Kimia Daging Ayam Dalam 100 Gram Bahan
..………
..
.…………
12
Tabel 2.2. Karakteristik Formaldehid
...24
Tabel 4.1. Hasil Analisis Kandungan Formalin Dalam Daging Ayam Pedaging yang
Dibeli Pada Tanggal 15 Juli 2014
………..………3
4
(7)
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Perkembangan Konsumsi Daging Ayam Ras dan Buras Dalam
Rumah Tangga Di Indonesia, 2002
–
2012 dan Prediksi Tahun
2013-2014
….
...
...………
13
Gambar 2.2 Reaksi Formalin Dengan Asam Kromatopat
…….……….
29
Gambar 4.1 Hasil Analisis Kandungan Formalin Dalam Daging Ayam
(8)
DAFTAR SINGKATAN
BTP (Bahan Tambahan Pangan)
PUGS (Pedoman Umum Gizi Sehat)
SDM (Sumber Daya Manusia)
(9)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Jumlah penduduk Indonesia mencapai 253 juta orang pada tahun 2014.
Provinsi Jawa Barat memiliki total jumlah penduduk 46.300.543 orang
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2014). potensi sumber daya manusia
yang tinggi tidak disertai dengan kualitas berdasarkan Indeks SDM dari Forum
Ekonomi Dunia, saat ini Indonesia berada di urutan ke-53 (Kuncoro, 2013).
Faktor-faktor yang mempengaruhi Indeks SDM adalah kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat, pendidikan, tenaga kerja dan lapangan kerja, serta
dukungan lingkungan. Saat ini, tingkat pendidikan dan kesehatan di Indonesia
masih rendah. Salah satu komponen penting dalam faktor kesehatan adalah
komposisi gizi yang dikonsumsi masyarakat. Kekurangan gizi dapat menimbulkan
berbagai masalah kesehatan berupa morbiditas, mortalitas, dan disabilitas serta
dapat menurunkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 2013; Kuncoro, 2013).
Protein memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan.
Sumber protein yang sering dikonsumsi di Indonesia seperti telur, susu, daging,
ikan, udang, kerang, ayam, tahu, tempe susu, kacang kedele, dan lain-lain
(Primasoni, 2010).
Daging ayam merupakan sumber protein hewani yang paling banyak
dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia untuk memenuhi kebutuhan protein
(Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia, 2010). Harga daging
ayam broiler jauh lebih murah dibandingkan daging ayam kampung dan daging
sapi. Oleh karena itu, masyarakat lebih banyak mengkonsumsi ayam broiler
daripada ayam kampung (Sulistyowati, 2004).
Pemotongan ayam secara tradisional dengan sanitasi yang kurang baik
menyebabkan daging ayam broiler tidak dapat disimpan lama, sehingga menjadi
bahan yang mudah rusak serta lebih cepat membusuk karena aktivitas bakteri.
(10)
Untuk mencegah kerusakan daging ayam broiler dapat dilakukan pengawetan.
Pengawetan yang aman secara alami adalah dengan pemanasan, pendinginan, dan
rempah-rempah, pengawetan non kimia yang aman adalah menggunakan enzim,
papain, enzim bromalin, sedangkan pengawetan kimia yang aman adalah
menggunakan asam propionat, asam sitrat, benzoate, nitrit dan nitrat, dan lain-lain
(Kementrian Riset dan Teknologi Republik Indonesia, 2000). Beberapa pedagang
menggunakan bahan pengawet kimia yang dapat membahayakan kesehatan,
seperti formalin atau boraks (Kementrian Riset dan Teknologi Republik
Indonesia, 2000; Widaningrum & Winarti, 2007)
Pada umumnya, alasan para produsen menggunakan boraks dan formalin
sebagai bahan pengawet makanan adalah karena kedua bahan ini mudah
digunakan dan mudah didapat, karena harganya relatif murah. Selain itu, boraks
dan formalin merupakan senyawa yang bisa memperbaiki tekstur makanan
sehingga menghasilkan bentuk yang bagus. Makanan yang sering ditambahkan
boraks adalah kerupuk karak, baso, mie basah, pisang molen, lemper, siomay,
lontong, ketupat, dan pangsit. Sedangkan yang ditambahkan formalin adalah tahu,
mie basah, ikan segar dan hasil laut, tempura, dan gula jawa (Dinas Kesehatan
Kabupaten Sukoharjo, 2011).
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis ingin meneliti kemungkinan adanya
formalin pada daging ayam pedaging yang dijual di pasar Sarijadi di kota
Bandung.
1.2.
Identifikasi Masalah
Apakah daging ayam pedaging di Pasar Sarijadi kota Bandung mengandung
formalin.
1.3.
Maksud dan Tujuan Penelitian
Mengetahui penggunaan formalin sebagai zat pengawet pada daging ayam
pedaging di Pasar Sarijadi di Kota Bandung.
(11)
1.4.
Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Ilmiah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran pengetahuan mengenai
penggunaan formalin sebagai zat pengawet pada daging ayam pedaging yang
dijual Pasar Sarijadi.
1.4.2 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran kepada masyarakat
mengenai penggunaan formalin sebagai zat pengawet berbahaya pada daging
ayam pedaging yang dijual di kota Bandung, khususnya Pasar Sarijadi.
1.5.
Landasan Teori
Ayam broiler adalah ayam yang cepat pertumbuhannya yang dipelihara khusus
sebagai ayam potong atau ayam pedaging. Ayam broiler merupakan ayam muda
jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur sekitar 4-5 minggu dengan
bobot badan antara 1,2-1,9 kg/ekor untuk sumber daging (Mulya, 2009).
Karakteristik dari ayam broiler modern adalah pertumbuhan yang cepat, gizi
tinggi, banyak penimbunan pada bagian dada dan otot
–
otot daging, disamping itu
relatif lebih rendah aktivitasnya jika dibandingkan dengan ayam yang digunakan
untuk produksi telur. Ayam broiler merupakan ayam yang telah mengalami
seleksi genetik (breeding) sebagai penghasil daging dengan pertumbuhan yang
cepat sehingga waktu pemeliharaanya lebih singkat, pakan lebih efisien dan
produksi daging tinggi (Mulya, 2009). Harga ayam broiler tiap kilo jauh lebih
murah dibandingkan ayam kampung dan daging sapi. Oleh karena itu masyarakat
lebih banyak mengkonsumsi ayam broiler daripada ayam kampong (Sulistyowati,
2004).
Beberapa golongan BTP yang diizinkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No.722/MenKes/Per/IX/88 diantaranya sebagai berikut:
(12)
Antioksidan (antioxidant), Pengatur Keasaman (acidity regulator), Pemanis
Buatan (artificial sweeterner), Pengawet (preservative), Pewarna (colour)
(Mandasari, 2012). BTP pengawet yang dijinkan adalah: asam benzoat, asam
sorbat, nitrat, nitrit, sulfit, lisozim hidroklorida, asam propionat dan garamnya,
nisin, etil para-hidroksibenzoat, metil para-hidroksibenzoat. Bahan ini dapat
menghambat atau memperlambat proses fermentasi, pengasaman atau peruraian
yang disebabkan oleh mikroba. Tetapi tidak jarang produsen pangan
menggunakannya pada makanan yang relatif awet dengan tujuan untuk
memperpanjang masa simpan atau memperbaiki tekstur (Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia, 2012).
Pemotongan ayam secara tradisional dengan sanitasi yang kurang baik
menyebabkan daging ayam broiler tidak dapat disimpan lama, sehingga menjadi
bahan yang mudah rusak serta lebih cepat membusuk bila tidak ditangani secara
baik dan benar. Untuk mencegah kerusakan daging ayam broiler tidak jarang
dilakukan pengawetan baik alami maupun kimiawi yang terdaftar. pedagang
menggunakan bahan pengawet kimia yang dapat membahayakan kesehatan,
seperti formalin (Widaningrum & Winarti, 2007).
Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk. Di
dalam formalin terkandung sekitar 37% formaldehid dalam air. Biasanya
ditambahkan metanol hingga 15% sebagai pengawet. Formalin biasa digunakan
pada industri plastik, anti busa, bahan konstruksi, kertas, karpet, tekstil, cat, mebel
serta pengawet mayat dan organ tubuh (Habsah, 2012;WHO, 2002).
(13)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
Daging ayam Pedaging dari Pasar Sarijadi kota Bandung tidak mengandung
formalin.
5.2.
Saran
1.
Penelitian selanjutnya dapat dilakukan di pasar tradisional lain di daerah
Pinggiran dan di pasar induk dengan pengambilan sampel pada saat pasar yang
akan tutup.
2.
Penelitian selanjutnya dapat menggunakan cara metode lain yang lebih sensitif
(14)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Purnomo Sihaloho
Tempat, Tanggal Lahir
: Tegal, 21 Mei 1990
Alamat
: Jalan Sukamekar 1 No. 1 Kota Bandung
: alfa-omega@hotmail.co.id
Agama
: Kristen
Riwayat Pendidikan
:
Tahun 1994-1995
: Lulus Taman Kanak-Kanak Imanuel,
Slawi, Kabupaten Tegal
Tahun 1995-2003
: Lulus Sekolah Dasar Negeri 3 Kudaile,
Slawi, Kabupaten Tegal
Tahun 2003-2006
: Lulus Sekolah Menengah Pertama
Negeri 1, Slawi, Kabupaten Tegal
Tahun 2006-2009
: Lulus Sekolah Menengah Atas Negeri
1, Slawi, Kabupaten Tegal
Tahun 2010-Sekarang : Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Kedokteran Maranatha,
Bandung
(15)
UJI KUALITATIF FORMALIN PADA AYAM PEDAGING DI PASAR
SARIJADI KOTA BANDUNG TAHUN 2014
FORMALDEHYDE QUALITATIVE TESTING ON BROILER CHICKEN
SAMPLES IN SARIJADI TRADITIONAL MARKET, BANDUNG, 2014
Fen Tih
1, Grace Puspasari
2, Purnomo Sihaloho
31
Bagian Ilmu Biokimia, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha,
2Bagian Ilmu Biokimia, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha
3
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha
Jalan Prof. Drg. Suria Sumantri MPH No. 65 Bandung 40164 Indonesia
ABSTRAKPola konsumsi pangan di Indonesia masih belum sesuai dengan pedoman gizi seimbang. Konsumsi protein dari pangan hewani dan kacang-kacangan hanya mencapai sekitar 60% dari nilai ideal. Daging ayam Pedaging memiliki potensi yang besar untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia karena produksinya yang lebih cepat. Akan tetapi, pemotongan daging ayam secara tradisional dengan sanitasi yang kurang baik menyebabkan daging ayam pedaging tidak dapat disimpan lama, sehingga sebagian pedagang terpaksa menggunakan bahan pengawet kimia yang dapat membahayakan kesehatan, seperti formalin atau boraks
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui banyaknya produk daging ayam pedaging yang mengandung formalin di Pasar Sarijadi Kota Bandung pada tahun 2014.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan penelitian cross-sectional. Kandungan formalin diuji secara kualitatif dengan metode asam kromatropat.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 16 sampel daging ayam pedaging yang telah dilakukan pemeriksaan tidak ada sampel yang teruji positif untuk formalin.
Tidak ada sampel daging ayam pedaging dari Pasar Sarijadi Kota Bandung yang positif mengandung formalin.
Kata Kunci: ayam broiler, formalin, uji kualitatif
ABSTRACT
Currently, the dietary habits of the Indonesian populace had not fulfilled a balanced nutrition scheme. The consumption of proteins from animal or plant sources had only reached 60% of the ideal level. Broiler chickens have a significant potential to satisfy the need for protein within
the Indonesian people’s diet due to their faster production rate. Unfortunately, traditional butchery
with unsanitary conditions led to the quicker decomposing of chicken meat, which cause some butchers to use dangerous chemical preservatives such as formaldehyde or borax.
This study aims to determine the number of broiler chicken samples which contain formaldehyde in the Sarijadi traditional market, Bandung within the period of 2014.
(16)
This study is a descriptive, cross-sectional study performed on Broiler chickens samples from the Sarijadi traditional market, Bandung. Formalin content is qualitatively tested using chromotropic acid method.
The results of this study showed that none of the 16 collected of broiler chicken samples tested positive for formaldehyde.
This study concludes that no broiler chicken sample from the Sarijadi traditional market, Bandung contain formaldehyde.
Keywords: broiler chicken, formaldehyde, qualitative testing
PENDAHULUAN
Jumlah penduduk Indonesia mencapai 253 juta orang pada tahun 2014. Provinsi Jawa Barat memiliki total jumlah penduduk 46.300.543 orang (1). potensi sumber daya manusia yang tinggi tidak disertai dengan kualitas berdasarkan Indeks SDM dari Forum Ekonomi Dunia, saat ini Indonesia berada di urutan ke-53 (2).
Faktor-faktor yang mempengaruhi Indeks SDM adalah kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, pendidikan, tenaga kerja dan lapangan kerja, serta dukungan lingkungan. Saat ini, tingkat pendidikan dan kesehatan di Indonesia masih rendah. Salah satu komponen penting dalam faktor kesehatan adalah komposisi gizi yang dikonsumsi masyarakat. Kekurangan gizi dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan berupa morbiditas, mortalitas, dan disabilitas serta dapat menurunkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).
Protein memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan. Sumber protein yang sering dikonsumsi di Indonesia seperti telur, susu, daging, ikan, udang, kerang, ayam, tahu, tempe susu, kacang kedele, dan lain-lain (3).
Daging ayam merupakan sumber protein hewani yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia untuk memenuhi kebutuhan protein (4). Harga daging ayam broiler jauh lebih murah dibandingkan daging ayam kampung dan daging sapi. Oleh karena itu, masyarakat lebih banyak mengkonsumsi ayam broiler daripada ayam kampung (5). Pemotongan ayam secara tradisional dengan sanitasi yang kurang baik
menyebabkan daging ayam broiler tidak dapat disimpan lama, sehingga menjadi bahan yang mudah rusak serta lebih cepat membusuk karena aktivitas bakteri. Untuk mencegah kerusakan daging ayam broiler dapat dilakukan pengawetan. Pengawetan yang aman secara alami adalah dengan pemanasan, pendinginan, dan rempah-rempah, pengawetan non kimia yang aman adalah menggunakan enzim, papain, enzim bromalin, sedangkan pengawetan kimia yang aman adalah menggunakan asam propionat, asam sitrat, benzoate, nitrit dan nitrat, dan lain-lain (6). Beberapa pedagang menggunakan bahan pengawet kimia yang dapat membahayakan kesehatan, seperti formalin atau boraks (7).
Pada umumnya, alasan para produsen menggunakan boraks dan formalin sebagai bahan pengawet makanan adalah karena kedua bahan ini mudah digunakan dan mudah didapat, karena harganya relatif murah. Selain itu, boraks dan formalin merupakan senyawa yang bisa memperbaiki tekstur makanan sehingga menghasilkan bentuk yang bagus. Makanan yang sering ditambahkan boraks adalah kerupuk karak, baso, mie basah, pisang molen, lemper, siomay, lontong, ketupat, dan pangsit. Sedangkan yang ditambahkan formalin adalah tahu, mie basah, ikan segar dan hasil laut, tempura, dan gula jawa (8).
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis ingin meneliti kemungkinan adanya formalin pada daging ayam pedaging yang dijual di pasar Sarijadi di kota Bandung.
METODOLOGI
Metode penelitian ini adalah potong-lintang deskriptif. Dilakukan pengambilan sampel sebanyak satu kali dari semua penjual
(17)
daging ayam pedaging di Pasar Sarijadi dan menghubungkan hasil yang didapat dengan fenomena penggunaan formalin pada daging ayam di masyarakat. Penentuan kandungan formalin dalam daging ayam pedaging diuji secara kualitatif dengan metode asam kromatropat.
Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah whole sampling. Whole sampling adalah pengambilan seluruh sampel yang dijual oleh pedagang di pasar Sarijadi di Kota Bandung.
Pertama, alat-alat yang dibutuhkan untuk pengambilan sampel, yaitu plastik, kertas dan alat tulis dipersiapkan. Pada pagi hari sampel yang terdiri sayap daging ayam pedaging yang dijual di Pasar Sarijadi
dikumpulkan. Membawa sampel ke
laboratorium untuk di uji keberadaan formalin. Pemeriksaan dilakukan di Laboratorium Biopangan Fakultas Teknologi Pangan Universitas Pasundan pada tanggal 15 Juli 2014 dengan metode asam kromatropat. Pembelian sampel daging ayam pedaging dan penelitian ini tidak diketahui oleh penjual daging ayam pedaging.
Untuk pengujian formalin metode asam kromatoprat, sebanyak 5-10 gram sampel daging ayam pedaging bagian sayap dimasukan ke dalam labu Erlenmeyer. Sampel ditambah dengan 50 ml aquadest dan 1ml H3PO4 pekat, kemudian dipasang pada alat destilasi hingga diperoleh destilat. 1-5 ml destilat dipipet kedalam tabung reaksi ditambah dengan 2 ml asam kromatropat dan dihomogenkan, lalu dipanaskan selama 30 menit. Jika larutan bewarna ungu maka sampel positif mengandung formalin.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis formalin pada daging ayam pedaging yang dijual di pasar Sarijadi Kota Bandung dilakukan pada 16 sampel yang berasal dari penjual yang berbeda dan tidak
memiliki nama dagang. Hasil analisis formalin secara kualitatif ditampilkan pada tabel 4.1.
Dari tabel 4.1 dilihat bahwa dari 16 (enam belas) sampel yang diperiksa, terdapat 16 sampel yang mengandung negatif formalin. Cara yang digunakan adalah menggunakan reaksi dengan asam kromatopat sehingga sampel yang positif mengandung formalin membentuk warna ungu.
Definisi BTP dalam pengertian luas adalah bahan yang ditambahkan ke dalam produk pangan selain bahan baku utama. Secara khusus BTP adalah bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau karakteristik pangan, baik yang mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi. BTP dapat ditambahkan pada proses produksi, pengemasan, transportasi atau penyimpanan.
Sedangkan menurut Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 Tentang Pangan, Yang dimaksud "bahan tambahan pangan" adalah bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan, antara lain, bahan pewarna, pengawet, penyedap rasa, anti gumpal, pemucat dan pengental (9).
Formaldehid adalah salah satu zat tambahan makanan yang dilarang. Dipasaran zat ini dkenal dengan nama formalin. Senyawa ini memiliki rumus kimia CH2O. Formalin adalah nama komersil dari senyawa formalin yang mengandung 35-40% dalam air. Formalin biasanya mengandung alkohol (methanol) sebanyak 10-15% yang berfungsi sebagai stabilator supaya formaldehidnya tidak mengalami polimerasi. Formaldehida mudah larut dalam air, sangat rekatif dalam susnanan alkalis, serta bersifat sebagai pereduksi yang kuat. Secara alami formaldehida juga dapat ditemui dalam asap pada proses pengasapan makanan, yang bercampur dengan fenol, keton, dan resin. Bila menguap di udara, berupa gas tidak bewarna, dengan bau yang tajam menyengat (Hastuti, 2010; WHO, 2002).
(18)
Tabel 1. Hasil Analisis Kandungan Formalin Dalam Daging Ayam Pedaging yang Dibeli Pada Tanggal 15 Juli 2014
Nomor Sampel
Hasil Analisis Formalin
1 Negatif
2 Negatif
3 Negatif
4 Negatif
5 Negatif
6 Negatif
7 Negatif
8 Negatif
9 Negatif
10 Negatif
11 Negatif
12 Negatif
13 Negatif
14 Negatif
15 Negatif
16 Negatif
Penegakan hukum terhadap konsumen dari zat berbahaya pada pangan (makanan) dimana Pemerintah telah mengeluarkan peraturan perundang-undangan maupun peraturan yang berkaitan dengan keamanan baik ditingkat produksi maupun ditingkat distribusi. Peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar bagi pengambilan tindakan atau penghukuman atas perbuatan-perbuatan yang menimbulkan kerugian atau bahaya kepada konsumen dalam berbagai bentuk perundangan-perundangan, yang telah ada seperti :
a. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan.
b. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Kesehatan
c. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
Dalam pandangan ini secara tegas dinyatakan bahwa upaya untuk melakukan perlindungan konsumen disebabkan adanya
tindakan-tindakan atau perbuatan para pelaku usaha dalam menjalankan aktifitas bisnisnya yang tidak jujur sehingga dapat merugikan konsumen, praktek-praktek yang dijalankan salah satunya mengunakan bahan kimia sebagai bahan campuran dalam pengawetan makanan, misalnya formalin, boraks. Lembaga-lembaga yang bertugas sebagai pengawas sekaligus mengatur tentang bahan-bahan berbahaya yang terkandung dalam produk makanan antara lain :
a. Departemen Perindustrian dan
Perdagangan (DEPERINDAG)
b. Departemen Kesehatan (DEPKES) dan Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Pengawasan dan pemeriksaan dibidang pengolahan dan peredaran makanan dan dilaksanakan oleh Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) (10)..
Dari tabel 4.1 dilihat bahwa dari 16 (enam belas) sampel daging ayam pedaging yang
(19)
diperiksa, semua sampel daging ayam pedaging yang telah diperiksa tidak mengandung formalin. Pada penelitian kali ini, peneliti menggunakan asam kromatofat untuk mengetahui keberadaan formalin dalam sampel secara kualitatif. Asam
kromatofat (C10H6Na2O8S2.2H2O)
digunakan untuk mengikat formalin agar terlepas dari bahan. Formalin juga bereaksi dengan asam kromatopik menghasilkan senyawa kompleks yang berwarna merah keunguan. Reaksinya dapat dipercepat dengan cara menambahkan asam fosfat dan dan hidrogen peroksida. Caranya bahan yang diduga mengandung formalin ditetesi dengan campuran antara asam kromatopik, asam fosfat, dan hidrogen peroksida. Jika dihasilkan warna merah keunguan maka dapat disimpulkan bahwa bahan tersebut mengandung formalin (11).
Artinya penjual daging ayam dan masyarakat di pasar Sarijadi di kota Bandung telah sadar dan mengerti dampak buruk dari penggunaan formalin dan sudah mematuhi peraturan yang sudah diatur oleh Undang-Undang tentang BTP berbahaya seperti formalin. Hal ini dapat dikarenakan sudah baiknya pengetahuan penjual daging ayam akan sanksi tindak pidana dengan sengaja melanggar ketentuan dari Pasal 55 huruf b jo Pasal 10 ayat (1) No.7 Tahun 1996 tentang pangan yakni dengan sengaja menggunakan zat pengawet secara hukum dipidana dengan penjara paling lama (5) lima tahun dan denda Rp.600.000.000,-(enam ratus juta rupiah). Alasan lainnya yang membuat penjual daging ayam pedaging dan masyarakat di
pasar Sarijadi di kota Bandung mematuhi peraturan UU tentang BTP juga dikarenakan adanya program dari BPOM berupa usaha terhadap makanan yang berbahaya yaitu Program Percontohan Pantauan Pasar Aman dari Bahan berbahaya. Program ini bertujuan memberdayakan komunitas pasar agar berperan aktif melakukan pengawasan mandiri dan berkesinambungan. Program dijabarkan dalam beberapa kegiatan strategis antara lain, advokasi untuk membangun komitmen Pemda, lintas sector dan stakeholders; sosialisasi dan penyuluhan kepada komunitas pasar; pelatihan petugas pengelola pasar; modeling dan replikasi pasar contoh; serta monitoring dan evaluasi pasar aman dari bahan berbahaya. Kemudian alasan yang lainnya berupa sidak terhadap produk pangan segar yang mengandung bahan kimia berbahaya, sosialisasi penyalahgunaan bahan berbahaya, kampanye dan operasionalisasi mobil laboratorium keliling (mobling) secara stimultan oleh BPOM (10).
KESIMPULAN
Tidak ada sampel ayam broiler di Pasar Sarijadi yang mengandung formalin.
DAFTAR PUSTAKA
1 .
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Estimasi Penduduk
berdasarkan Jenis Kelamin dan Provinsi di Indonesia Tahun 2014. [Online].; 2014 [cited 2014 November 17. Available from:
http://www.depkes.go.id/downloads/Pend uduk%20Kab%20Kota%20Umur%20Tu nggal%202014.pdf.
(20)
2 .
Kuncoro. Menilik Indeks Sumber Daya Manusia Indonesia. [Online].; 2013 [cited 2014 November 17. Available from: http://old.setkab.go.id/artikel-10918- menilik-indeks-sumber-daya-manusia-indonesia.html.
3 .
Primasoni N. Manfaat Protein untuk Mendukung Aktifitas Olahraga, Pertumbuhan, dan Perkembangan Anak Usia Dini. Yogyakarta:; 2010.
4 .
Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia. Position Paper Komisi Pengawas Persaingan Usaha terhadap Peraturan Daerah DKI Jakarta no. 4 Tahun 2007 tentang Pengendalian Pemeliharaan dan Perdagangan Unggas. Jakarta:; 2010.
5 .
Sulistyowati E. Pengaruh Cara
Pengolahan Terhadap Kadar Kolesterol pada Daging Ayam Broiler. In ; 2004; Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
6 .
Kementrian Riset dan Teknologi Republik Indonesia. PENGAWETAN DAN BAHAN KIMIA Jakarta: Kantor Deputi Menegristek Bidang
Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi; 2000. 7
.
Widaningrum , Winarti C. Kajian Pemanfaatan Rempah-Rempah Sebagai Pengawet Alami pada Daging. In ; 2007; Bogor: Institut Pertanian Bogor.
8 .
Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo. Bahan Tambahan Pangan (BTP) Yang Diperbolehkan Dan Yang Berbahaya. [Online].; 2011 [cited 2014 November 19. Available from:
http://dkk.sukoharjokab.go.id/read/bahan
-tambahan-pangan-btp-yang-diperbolehkan-dan-yang-berbahaya. 9
.
Pusat Informasi Produk Industri Makanan dan Minuman. Buku Putih PIPIMM. 1st ed. Jakarta: Pusat Informasi Produk Industri Makanan dan Minuman; 2004. 1
0 .
Badan Pengawas Obat dan Makanan. Warta POM Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan; 2013.
1 1 .
Hastuti S. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Formaldehid pada Ikan Asin di Madura. Agrointek. 2010;: p. 132-137.
(21)
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, M., 2013. Pengembangan Basis Pengetahuan Budidaya Broiler Closed
House, Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2013. Warta POM. Jakarta: Badan
Pengawas Obat dan Makanan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2012. Ketahanan Pangan dan
Perbaikan
Gizi
Merupakan
Suatu
Kesatuan.
[Online]
Available at:
http://www.depkes.go.id/article/view/2135/ketahanan-pangan-dan-perbaikan-gizi-merupakan-suatu-kesatuan.html
[Accessed 17 November 2014].
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2012. Menkes: Ada Tiga Kelompok
Permasalahan
Gizi
di
Indonesia.
[Online]
Available
at:
http://www.depkes.go.id/article/view/2136/menkes-ada-tiga-kelompok-permasalahan-gizi-di-indonesia.html
[Accessed 17 November 2014].
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2013. Gizi Seimbang Atasi Masalah
Gizi
Anda.
[Online]
Available
at:
http://www.depkes.go.id/article/view/2239/gizi-seimbang-atasi-masalah-gizi-ganda.html
[Accessed 17 November 2014].
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2014. Estimasi Penduduk
berdasarkan Jenis Kelamin dan Provinsi di Indonesia Tahun 2014. [Online]
Available
at:
http://www.depkes.go.id/downloads/Penduduk%20Kab%20Kota%20Umur%20T
unggal%202014.pdf
(22)
Departemen Pertanian Republik Indonesia, 1996. Undang-Undang Republik
Indonesia
Nomor
7
Tahun
1996
Tentang
Pangan.
[Online]
Availableat:
http://karantinapertaniansby.deptan.go.id/admin/download/files/UU%20No.7-1996%20PANGAN.pdf
[Accessed 18 November 2014].
Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo, 2011. Bahan Tambahan Pangan (BTP)
Yang
Diperbolehkan
Dan
Yang
Berbahaya.
[Online]
Available
at:
http://dkk.sukoharjokab.go.id/read/bahan-tambahan-pangan-btp-yang-diperbolehkan-dan-yang-berbahaya
[Accessed 19 November 2014].
Habsah, 2012. Gambaran Pengetahuan Pedagang Mi Basah Terhadap Perilaku
Penambahan Boraks dan Formalin pada Mi Basah di Kantin-Kantin Universitas
X Depok Tahun 2012, Jakarta: Universitas Indonesia.
Hastuti, S., 2010. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Formaldehid pada Ikan Asin
di Madura. Agrointek, pp. 132-137.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2012. Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 033 Tahun 2012 Tentang Bahan Tambahan Pangan. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
Kementrian Pertanian Republik Indonesia, 2012. Daging Ayam: Sumber Makanan
Bergizi. Jakarta: Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.
Kementrian Riset dan Teknologi Republik Indonesia, 2000. PENGAWETAN DAN
BAHAN KIMIA. Jakarta: Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia, 2010. Position Paper
Komisi Pengawas Persaingan Usaha terhadap Peraturan Daerah DKI Jakarta
no. 4 Tahun 2007 tentang Pengendalian Pemeliharaan dan Perdagangan Unggas
, Jakarta: Komisi Pengawas Persaingan Usaha.
(23)
Kuncoro, 2013. Menilik Indeks Sumber Daya Manusia Indonesia. [Online]
Available at:
http://old.setkab.go.id/artikel-10918-menilik-indeks-sumber-daya-manusia-indonesia.html
[Accessed 17 November 2014].
Kuswan, A., 2011. Optimisasi Pereaksi Schryver dan Penerapannya pada
Analisis Formaldehid dalam Sampel Hati dan Usus Ayam Secara
Spektrofotometri, Jakarta: Universitas Indonesia.
Mandasari, S., 2012. Pengetahuan, Dan Sikap Pedagang Es Krim Tentang
Penggunaan Pemanis Buatan di Beberapa Pasar Kota Medan Tahun 2010,
Medan: Universitas Sumatera Utara.
Mulya, 2009. Performa Ayam Broiler Periode Starter dengan Pemberian
Metionin Cair dalam Air Minum, Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Nugrahani, M., 2005. PERUBAHAN KARAKTERISTIK DAN KUALITAS
PROTEIN
PADA
MIE
BASAH
MATANG
YANG
MENGANDUNG
FORMALDEHID DAN BORAKS, Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Pardede, B., 2009. Ketidaktaatan Pelaku Usaha Industri Rumah Tangga Pangan
dalam Penggunaan Formalin pada Produk Pangan, Jakarta: Universitas
Indonesia.
Primasoni, N., 2010. Manfaat Protein untuk Mendukung Aktifitas Olahraga,
Pertumbuhan, dan Perkembangan Anak Usia Dini, Yogyakarta: Universitas
Negeri Yogyakarta.
Pusat Informasi Produk Industri Makanan dan Minuman, 2004. Buku Putih
PIPIMM. 1st ed. Jakarta: Pusat Informasi Produk Industri Makanan dan
Minuman.
Respati, E. et al., 2013. Buletin Konsumsi Pangan. Jakarta: Pusat Data dan Sistem
Informasi Pertanian.
(24)
Situngkir, L., 2012. Pengetahuan Dan Sikap Terhadap Gaya Hidup Sehat Pada
Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tahun
2012, Medan: Universitas Sumatera Utara.
Sudjarwo, Poedjiarti, S. & Pramitasari, A., 2013. Validasi Spektrofotometri
Visible untuk Penentuan Kadar Formalin dalam Daging Ayam. Berkala Ilmiah
Kimia Farmasi, 2(1).
Sulistyowati, E., 2004. Pengaruh Cara Pengolahan Terhadap Kadar Kolesterol
pada Daging Ayam Broiler. Yogyakarta, Universitas Negeri Yogyakarta.
Widaningrum & Winarti, C., 2007. Kajian Pemanfaatan Rempah-Rempah
Sebagai Pengawet Alami pada Daging. Bogor, Institut Pertanian Bogor.
World Health Organization, 2002. FORMALDEHYDE. Concise International
Chemical Assessment Document 40. Geneva: s.n.
Yuliani, S., 2007. Formalin dan Masalahnya. Warta Penelitian dan
Perkembangan Pertanian, 29(5), pp. 7-9.
(1)
diperiksa, semua sampel daging ayam pedaging yang telah diperiksa tidak mengandung formalin. Pada penelitian kali ini, peneliti menggunakan asam kromatofat untuk mengetahui keberadaan formalin dalam sampel secara kualitatif. Asam kromatofat (C10H6Na2O8S2.2H2O) digunakan untuk mengikat formalin agar terlepas dari bahan. Formalin juga bereaksi dengan asam kromatopik menghasilkan senyawa kompleks yang berwarna merah keunguan. Reaksinya dapat dipercepat dengan cara menambahkan asam fosfat dan dan hidrogen peroksida. Caranya bahan yang diduga mengandung formalin ditetesi dengan campuran antara asam kromatopik, asam fosfat, dan hidrogen peroksida. Jika dihasilkan warna merah keunguan maka dapat disimpulkan bahwa bahan tersebut mengandung formalin (11).
Artinya penjual daging ayam dan masyarakat di pasar Sarijadi di kota Bandung telah sadar dan mengerti dampak buruk dari penggunaan formalin dan sudah mematuhi peraturan yang sudah diatur oleh Undang-Undang tentang BTP berbahaya seperti formalin. Hal ini dapat dikarenakan sudah baiknya pengetahuan penjual daging ayam akan sanksi tindak pidana dengan sengaja melanggar ketentuan dari Pasal 55 huruf b jo Pasal 10 ayat (1) No.7 Tahun 1996 tentang pangan yakni dengan sengaja menggunakan zat pengawet secara hukum dipidana dengan penjara paling lama (5) lima tahun dan denda Rp.600.000.000,-(enam ratus juta rupiah). Alasan lainnya yang membuat penjual daging ayam pedaging dan masyarakat di
pasar Sarijadi di kota Bandung mematuhi peraturan UU tentang BTP juga dikarenakan adanya program dari BPOM berupa usaha terhadap makanan yang berbahaya yaitu Program Percontohan Pantauan Pasar Aman dari Bahan berbahaya. Program ini bertujuan memberdayakan komunitas pasar agar berperan aktif melakukan pengawasan mandiri dan berkesinambungan. Program dijabarkan dalam beberapa kegiatan strategis antara lain, advokasi untuk membangun komitmen Pemda, lintas sector dan stakeholders; sosialisasi dan penyuluhan kepada komunitas pasar; pelatihan petugas pengelola pasar; modeling dan replikasi pasar contoh; serta monitoring dan evaluasi pasar aman dari bahan berbahaya. Kemudian alasan yang lainnya berupa sidak terhadap produk pangan segar yang mengandung bahan kimia berbahaya, sosialisasi penyalahgunaan bahan berbahaya, kampanye dan operasionalisasi mobil laboratorium keliling (mobling) secara stimultan oleh BPOM (10).
KESIMPULAN
Tidak ada sampel ayam broiler di Pasar Sarijadi yang mengandung formalin.
DAFTAR PUSTAKA
1 .
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Estimasi Penduduk
berdasarkan Jenis Kelamin dan Provinsi di Indonesia Tahun 2014. [Online].; 2014 [cited 2014 November 17. Available from:
http://www.depkes.go.id/downloads/Pend uduk%20Kab%20Kota%20Umur%20Tu nggal%202014.pdf.
(2)
2 .
Kuncoro. Menilik Indeks Sumber Daya Manusia Indonesia. [Online].; 2013 [cited 2014 November 17. Available from: http://old.setkab.go.id/artikel-10918- menilik-indeks-sumber-daya-manusia-indonesia.html.
3 .
Primasoni N. Manfaat Protein untuk Mendukung Aktifitas Olahraga, Pertumbuhan, dan Perkembangan Anak Usia Dini. Yogyakarta:; 2010.
4 .
Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia. Position Paper Komisi Pengawas Persaingan Usaha terhadap Peraturan Daerah DKI Jakarta no. 4 Tahun 2007 tentang Pengendalian Pemeliharaan dan Perdagangan Unggas. Jakarta:; 2010.
5 .
Sulistyowati E. Pengaruh Cara
Pengolahan Terhadap Kadar Kolesterol pada Daging Ayam Broiler. In ; 2004; Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
6 .
Kementrian Riset dan Teknologi Republik Indonesia. PENGAWETAN DAN BAHAN KIMIA Jakarta: Kantor Deputi Menegristek Bidang
Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi; 2000. 7
.
Widaningrum , Winarti C. Kajian Pemanfaatan Rempah-Rempah Sebagai Pengawet Alami pada Daging. In ; 2007; Bogor: Institut Pertanian Bogor.
8 .
Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo. Bahan Tambahan Pangan (BTP) Yang Diperbolehkan Dan Yang Berbahaya. [Online].; 2011 [cited 2014 November 19. Available from:
http://dkk.sukoharjokab.go.id/read/bahan
-tambahan-pangan-btp-yang-diperbolehkan-dan-yang-berbahaya. 9
.
Pusat Informasi Produk Industri Makanan dan Minuman. Buku Putih PIPIMM. 1st ed. Jakarta: Pusat Informasi Produk Industri Makanan dan Minuman; 2004. 1
0 .
Badan Pengawas Obat dan Makanan. Warta POM Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan; 2013.
1 1 .
Hastuti S. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Formaldehid pada Ikan Asin di Madura. Agrointek. 2010;: p. 132-137.
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, M., 2013. Pengembangan Basis Pengetahuan Budidaya Broiler Closed
House, Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2013. Warta POM. Jakarta: Badan
Pengawas Obat dan Makanan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2012. Ketahanan Pangan dan
Perbaikan
Gizi
Merupakan
Suatu
Kesatuan.
[Online]
Available at:
http://www.depkes.go.id/article/view/2135/ketahanan-pangan-dan-perbaikan-gizi-merupakan-suatu-kesatuan.html
[Accessed 17 November 2014].
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2012. Menkes: Ada Tiga Kelompok
Permasalahan
Gizi
di
Indonesia.
[Online]
Available
at:
http://www.depkes.go.id/article/view/2136/menkes-ada-tiga-kelompok-permasalahan-gizi-di-indonesia.html
[Accessed 17 November 2014].
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2013. Gizi Seimbang Atasi Masalah
Gizi
Anda.
[Online]
Available
at:
http://www.depkes.go.id/article/view/2239/gizi-seimbang-atasi-masalah-gizi-ganda.html
[Accessed 17 November 2014].
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2014. Estimasi Penduduk
berdasarkan Jenis Kelamin dan Provinsi di Indonesia Tahun 2014. [Online]
Available
at:
http://www.depkes.go.id/downloads/Penduduk%20Kab%20Kota%20Umur%20T
unggal%202014.pdf
(4)
Departemen Pertanian Republik Indonesia, 1996. Undang-Undang Republik
Indonesia
Nomor
7
Tahun
1996
Tentang
Pangan.
[Online]
Availableat:
http://karantinapertaniansby.deptan.go.id/admin/download/files/UU%20No.7-1996%20PANGAN.pdf
[Accessed 18 November 2014].
Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo, 2011. Bahan Tambahan Pangan (BTP)
Yang
Diperbolehkan
Dan
Yang
Berbahaya.
[Online]
Available
at:
http://dkk.sukoharjokab.go.id/read/bahan-tambahan-pangan-btp-yang-diperbolehkan-dan-yang-berbahaya
[Accessed 19 November 2014].
Habsah, 2012. Gambaran Pengetahuan Pedagang Mi Basah Terhadap Perilaku
Penambahan Boraks dan Formalin pada Mi Basah di Kantin-Kantin Universitas
X Depok Tahun 2012, Jakarta: Universitas Indonesia.
Hastuti, S., 2010. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Formaldehid pada Ikan Asin
di Madura. Agrointek, pp. 132-137.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2012. Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 033 Tahun 2012 Tentang Bahan Tambahan Pangan. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
Kementrian Pertanian Republik Indonesia, 2012. Daging Ayam: Sumber Makanan
Bergizi. Jakarta: Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.
Kementrian Riset dan Teknologi Republik Indonesia, 2000. PENGAWETAN DAN
BAHAN KIMIA. Jakarta: Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia, 2010. Position Paper
Komisi Pengawas Persaingan Usaha terhadap Peraturan Daerah DKI Jakarta
no. 4 Tahun 2007 tentang Pengendalian Pemeliharaan dan Perdagangan Unggas
, Jakarta: Komisi Pengawas Persaingan Usaha.
(5)
Kuncoro, 2013. Menilik Indeks Sumber Daya Manusia Indonesia. [Online]
Available at:
http://old.setkab.go.id/artikel-10918-menilik-indeks-sumber-daya-manusia-indonesia.html
[Accessed 17 November 2014].
Kuswan, A., 2011. Optimisasi Pereaksi Schryver dan Penerapannya pada
Analisis Formaldehid dalam Sampel Hati dan Usus Ayam Secara
Spektrofotometri, Jakarta: Universitas Indonesia.
Mandasari, S., 2012. Pengetahuan, Dan Sikap Pedagang Es Krim Tentang
Penggunaan Pemanis Buatan di Beberapa Pasar Kota Medan Tahun 2010,
Medan: Universitas Sumatera Utara.
Mulya, 2009. Performa Ayam Broiler Periode Starter dengan Pemberian
Metionin Cair dalam Air Minum, Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Nugrahani, M., 2005. PERUBAHAN KARAKTERISTIK DAN KUALITAS
PROTEIN
PADA
MIE
BASAH
MATANG
YANG
MENGANDUNG
FORMALDEHID DAN BORAKS, Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Pardede, B., 2009. Ketidaktaatan Pelaku Usaha Industri Rumah Tangga Pangan
dalam Penggunaan Formalin pada Produk Pangan, Jakarta: Universitas
Indonesia.
Primasoni, N., 2010. Manfaat Protein untuk Mendukung Aktifitas Olahraga,
Pertumbuhan, dan Perkembangan Anak Usia Dini, Yogyakarta: Universitas
Negeri Yogyakarta.
Pusat Informasi Produk Industri Makanan dan Minuman, 2004. Buku Putih
PIPIMM. 1st ed. Jakarta: Pusat Informasi Produk Industri Makanan dan
Minuman.
Respati, E. et al., 2013. Buletin Konsumsi Pangan. Jakarta: Pusat Data dan Sistem
Informasi Pertanian.
(6)