AKULTURASI BUDAYA DALAM BAHASA DI DESA MEREK KECAMATAN MEREK KABUPATEN KARO.

AKULTURASI BUDAYA DALAM BAHASA
DI DESA MEREK KECAMATAN MEREK KABUPATEN KARO

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:
Devita Masni Munthe
3103122011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANTROPOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2014

ABSTRAK
DEVITA MASNI MUNTHE. NIM : 3103122011. AKULTURASI BUDAYA DALAM
BAHASA DI DESA MEREK KECAMATAN MEREK KABUPATEN KARO.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANTROPOLOGI, UNIVERSITAS NEGERI

MEDAN, 2014.
Penelitian ini mengenai akulturasi budaya yang bertujuan untuk mengetahui sejarah
akulturasi budaya dalam bahasa dan untuk mengetahui corak akulturasi pada etnik Batak
Toba, Simalungun dan Karo di desa Merek Kecamatan Merek.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif yang
bertujuan untuk memahami dan mendeskripsikan bagaimana akulturasi budaya yang terjadi
dalam masyarakat. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
observasi dan wawancara kepada tokoh masyarakat, kepala desa, dan anggota masyarakat
dari masing-masing etnik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa akulturasi terbentuk karena adanya migrasi
dari etnik Batak Toba dan Simalungun ke daerah Karo yaitu Desa Merek sehingga terjadi
pertemuan antar etnikdan saling berkomunikasi. Migrasi dilakukan dengan tujuan untuk
memperoleh kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya. Akulturasi budaya terjadi dalam
bahasa masyarakat yang merupakan bahasa percampuran dari bahasa Batak Toba,
Simalungun, dan Karo yang disebut bahasa Sipituhuta. Akulturasi bahasa tidak hanya dalam
penggunaan kalimat, akan tetapi juga dalam intonasi suara yang diucapkan.
Kata kunci: Akulturasi Budaya, Bahasa Batak

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan

penyetaaNya sehingga penulis mampu menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Akulturasi
Budaya dalam Bahasa di Desa Merek Kecamatan Merek Kabupaten Karo”.
Penulis juga tidak lupa menyampaikan rasa terimakasih bagi pihak-pihak yang telah
memberikan motivasi maupun kontribusi bagi penulis sehingga penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
rasa terimkasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.

Rektor Universitas Negeri Medan, Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si

2.

Dekan Fakultas Ilmu Sosial, Dr. Restu MS beserta jajarannya yang telah memberikan
segala kemudahan dalam penyelesaian skripsi ini.

3.

Ketua Program Studi Antropologi Ibu Dra. Puspitawati, M.Si

4.


Bapak Bakhrul Khair Amal, M.Si Sebagai dosen pembimbing akademik sekaligus
penguji yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis

5.

Bapak Drs. Payerli Pasaribu selaku pembimbing penulis telah membimbing dan
memberikan masukan serta arahan dan nasihat kepada penulis selama penulisan
skripsi ini.

6.

Bapak Waston Malau, M.Sp dan Ibu Murni Marlina Rumapea, Msi selaku dosen
Penguji yang telah banyak memberikan masukan berharga dalam perbaikan
penyelesaian skripsi ini.

7.

Ibunda N. Br Purba


yang selalu menguatkan dan mengingatkan penulis dalam

penulisan skripsi ini dan juga telah memberikan motivasi yang tidak terhitung baik
materi dan non materi sehingga penulis dapat menyelasaikan skripsi ini.

8.

Bapak Simson Selaku Kepala Desa Merek yang telah Memberikan Izin penelitian
dalam penyelesaian skripsi ini.

9.

Op. Jahonson sebagai orang yang selalu menerima saya ketika saya membutuhkan
informasi mengenai penulisan Skripsi ini.

10.

Saudara saya Kakak Yanti, Eli, Rodearni dan Vina yang selalu mendoakan saya agar
saya semangat dalam mengerjakan skripsi ini.


11.

Sahabat, Abang, Teman sekaligus Kekasih saya Dwitro yang selalu memotivasi dan
memberikan dukungan serta mengingatkan saya dalam penyelesaian skripsi saya ini.

12.

Teman-teman terbaik saya selama perkuliahan dan penyelesaian Skripsi dari yang
tertua hingga termuda Eni Lesmana Manurung, Yunisa Pane, Hiskia Bangun, Sonya
Indri Sebayang, Bobby Rajawali Saragih, Devi Rianty Sinaga, Toga Samosir, dan
Septha Prasiswanti Ginting, Ahmad Syafii Rifandi. Terlebih untuk teman –teman
Antropologi Satmbuk 2010 yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

13.

Teman-teman satu PS saya, Sriwahyuni Harahap, Winda Fitria, Jou ST Pandiangan,
Kak Nanda, Lidia, Tutur dan Siti Fadila

14.


Semua Teman kost Gang Sarmin Padang Bulan terlebih Rani Artha Munthe yang juga
Adik saya yang memberikan saya dorongan dan Motivasi dengan kata Perblaka

Kepada pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga Tuhan
membalas kebaikan kalian serta diberikan berkat dan RahmatNya.
Pada akhirnya Penulis menyadari bahwa Skripsi ini belum sempurna karena itu,
penulis mengharapkan saran dan kritikan yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini.
Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi semua pihak.

Medan,

Agustus 2014

Penulis

Devita Masi Munthe
3103122011

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Luas Areal Desa Merek Menurut Penggunaannya……………………………


31

Tabel 2. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin……………………………….

32

Tabel 3. Komposisi Penduduk Menurut Usia/Umur…………………………………….

33

Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut jenis Mata Pencaharian……………………….

34

Tabel 5. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan……………………………. 36
Tabel 6. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama…………………………………………. 38

BAB I
PENDAHULUAN


1.1.

Latar Belakang
Didorong oleh keinginan memperbaiki hidup, berbagai etnis sering

mengadakan migrasi ke daerah yang dipandang dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya. Migrasi tentu akan menyebabkan pertemuan antar kelompok etnik
dengan kebudayaan yang berbeda-beda. Akibat dari pertemuan antar etnik ini
maka masyarakat akan dihadapkan pada unsur-unsur kebudayaan yang berbeda
dari kebudayaannya sendiri.
Perpindahan penduduk dari daerah asal mereka menuju daerah yang
mempunyai daya tarik ekonomi, menyebabkan terjadinya percampuranpercampuran budaya atau akulturasi antara budaya masayarakat setempat dengan
masyarakat pendatang. Sering kali hal ini menimbulkan kebiasaan-kebiasaan baru
dalam kehidupan bermasyarakat, baik bagi pendatang maupun masyarakat
setempat.
Bahasa sebagai bagian dari budaya, berperan penting dalam proses
akulturasi. Lewat bahasa, interaksi-interaksi dari masyarakat yang berbeda budaya
terjadi. Percampuran budaya ini diawali dengan adanya komunikasi antar etnik
yang terjadi di masyarakat setempat dan masyarakat pendatang tersebut.

Pencampuran budaya yang terjadi dimulai dari hal-hal yang kecil terlebih
dahulu, misalnya penggunaan bahasa sehari-hari. Bahasa yang digunakan
merupakan bahasa Indonesia yang dicampur dengan bahasa daerah pada kata-kata

tertentu, aksen kedaerahan ataupun nada yang digunakan dalam mengekspresikan
sesuatu. Hal ini perlahan bercampur dengan budaya masyarakat setempat, katakata dalam bahasa daerah mulai berkurang, aksen yang perlahan menipis atau
bercampur dengan aksen masyarakat asli, maupun nada suara berbeda dalam
berbicara.Percampuran etnis Batak Toba, Simalungun dan Karo membawa
perubahan tersendiri terhadap etnis masing-masing. Akulturasi yang terjadi antara
ketiga etnis tersebut terdapat pada dua unsur kebudayaan yaitu sistem
kepercayaan(religi) yakni pada upacara adat dan bahasa yang digunakan
masyarakat di desa tersebut.Terjadinya percampuran budaya pada ketiga etnis ini
mengakibatkan sulitnya untuk mengetahui yang mana etnis Batak Toba,
Simalungun, dan Karo.
Bahasa juga merupakan hal yang membuat interaksi-interaksi antara
masyarakat pendatang dan masyarakat setempat terjadi lebih dalam lagi.
Percampuran budaya tersebut pada akhirnya mencapai elemen-elemen yang lebih
besar dalam kehidupan masyarakat pendatang dan masyarakat setempat tersebut.
Hal-hal kecil seperti bahasa, aksen dan nada bicara pada akhirnya membawa
kebiasaan-kebiasaan yang sudah turun-temurun dilakukan oleh masyarakat

setempat mengalami sedikit pergeseran, begitu juga sebaliknya yang terjadi pada
masyarakat pendatang. Budaya-budaya lama yang dibawa dari daerah asal oleh
masyarakat asal, perlahan-lahan sudah mulai bercampur dengan kebudayaan yang
ada di daerah setempat.
Pola pikir masyarakat Indonesia yang sebagian besar masih terpaku pada
adat timur, membuat masyarakat takut untuk menjadi berbeda, takut apabila

keputusan yang diambil salah, maka akan menjadi pembicaraan orang-orang
sekitar. Namun di saat yang sama, masyarakat juga tidak dapat meninggalkan adat
yang sudah ada dan dijalankan selama turun-temurun, karena hal tersebut sudah
menjadi kebiasaan dalam kehidupan masyarakat tersebut. Hal ini terjadi di kedua
belah pihak, baik masyarakat pendatang maupun masyarakat setempat yang sudah
terlebih dahulu tinggal di daerah tersebut. Pola pikir ini juga yang mendorong
pencampuran budaya untuk masuk lebih dalam lagi ke dalam kehidupan
bermasyarakat.Budaya-budaya tradisional yang melekat di masyarakat, namun
dilaksanakan dengan cara berbeda bagi masing-masing kebudayaan mulai
dijalankan dengan cara yang berbeda pula.
Salah satu daerah yang dihuni oleh berbagai etnik sebagai akibat terjadinya
migrasi adalah desa Merek, Kecamatan Merek Kabupaten Karo.Di desa ini
terdapat tiga etnik (Batak Toba, Simalungun dan Karo) yang hidup

berdampingan.Dengan hidup berdampingan masing-masing etnik berusaha
mempertahankan nilai-nilai budaya mereka.Kebudayaan yang dibawa masingmasing etnik (batak Toba, Karo dan Simalungun) akan dipraktekkan didaerah
yang mereka datangi yaitu Desa Merek. Namun demikian di desa Merek terdapat
satu keunikan dimana masing-masing etnik (Batak Toba, Simalungun dan Karo)
tidak secara murni mempertahankan budaya masing-masing kelompok etnik.
Hal ini tampak dari aktivitas kehidupan sehari-hari khususnya pada aspek
bahasa. Dalam aspek bahasa

walaupun secara ilustratif dan geografis desa

Merekmerupakan bagian dari wilayah Kabupaten Karo akan tetapi bahasa Karo
bukanlah menjadi bahasa yang dominan. Secara umum ketiga bahasa daerah

(batak Toba, Simalungun dan Karo) dijadikan bahasa pengantar di desa tersebut.
Sehingga lambat laun tejadi perubahan dalam bahasa karena bahasa yang
digunakan masyarakat sudah bercampur. Bahasa yang digunakan masyarakat di
desa ini disebut bahasa Sipitu Huta yaitu bahasa percampuran dari etnik Batak
Toba, Simalungun dan Karo.
Penggunaan bahasa Sipitu Huta oleh masyarakat itu sendiri dapat dibagi
dalam tiga bagian yaitu penggunaan bahasa (1) dalam kehidupan sehari-hari:
dalam keluarga, antar tetangga sesuku, antar teman sesuku, (2) dalam upacara
adat: perkawinan, kelahiran, kematian, dan (3) dalam upacara keagamaan (gereja):
dalam berkhotbah, saat berdoa, meyampaikan pengumuman, dan sebagainya.
Bahasa merupakan sarana utama kehidupan manusia dan dalam ruang
lingkup lebih luas dapat disebutkan tidak ada kehidupan tanpa bahasa.
Keseluruhan manifestasi kehidupan baik lisan maupun tulisan, baik abstrak
maupun konkret, baik secara jasmaniah maupun rohaniah dapat dianggap sebagai
bahasa. Setiap detik manusia berbahasa baik terhadap diri sendiri dan orang lain.
Hubungan antara manusia dengan bahasanya menarik untuk diteliti apabila
dikaitkan dengan tingkatan-tingkatan penggunaannya, seperti ditemukan dalam
bahasa yang digunakan masyarakt

didesa

Merek yaitu bahasa

Sipitu

Huta(percampuran bahasa Batak Toba, Simalungun dan Karo). Bahasa tidak
semata-mata untuk berkomunikasi tetapi juga untuk menempatkan seseorang pada
tempat sesungguhnya.
Demikian juga pada aspek adat istiadat yang berlangung di desa
merek.Ada perubahan yang terjadi dalam pelaksanaan upacara adat baik dalam

perkawinan maupun kematian.Dalam hal ini adat istiadat masing-masing etnik
tidak seutuhnya dilaksanakan ketika melakukan upacara adat.Adanya
kebudayaan antara Etnis batak Toba, Simalungun dan Karo

kontak

mempengaruhi

bentuk atau pola kebudayaan karena ada pihak lain yang dapat mengakibatkan
perubahan dalam unsur kebudayaan setiap etnik.
Dalam hubungan sosial masyarakat desa Merek menjalin hubungan
kekerabatan dari marga yang terdapat didesa merek.Sehingga banyak identitas
masyarakat menjadi kabur karena banyak masyarakat menjalin hubungan
kekerabatan dari persamaan marga.Hal ini terlihat dalam ketika etnik batak toba
mengadakan pesta adat maka kerabat dari etnik simalungun yang ada di desa
tersebut yang masuk dalam persamaan marga akan ikut dalam barisan marga yang
mengadakan pesta tersebut. Oleh karena itu ada perubahan yang terjadi dalam
masing-masing etnik.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis merasa tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Akulturasi Budaya dalam Bahasa di Desa
Merek Kecamatan Merek Kabupaten Karo

1.2.

Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah adalah sejumlah masalah yang berhasil ditarik dari

uraian latar belakang masalah atau kedudukan masalah yang akan diteliti dan
lingkup permasalahan yang lebih luas.Tujuan dari identifikasi masalah adalah
agar penelitian yang dilakukan menjadi terarah serta cakupan masalah yang
dibahas tidak terlalu luas. Dari uraian latar belakang masalah, maka permasalahan
penelitian ini dapat diidentifikasikan menjadi beberapa bagian,antara lain :
1) Proses migrasi Batak Toba dan Simalungun ke Desa Merek
2) Terjadinya percampuran budaya di Desa Merek
3) Hubungan sosial antar entik (Batak Toba, Siamalungun, dan Karo) di
Desa Merek
4) Perubahan sosial pada masyarakat Batak Toba, Simalungun dan Karo
di desa Merek
5) Pola komunikasi antar etnik (Batak Toba, Simalungun dan Karo) di
Desa Merek
6) Gambaran akulturasi budaya Karo, Simalungun dan Batak Toba
dalam aktivitas sehari-hari.

1.3.

Pembatasan Masalah
Untuk menghindari ruang lingkup permasalahan yang terlalu luas dan agar

penelitian ini lebih fokus,maka penulis membatasi masalah pada “Akulturasi
Budaya yang terjadi pada Masyarakat Batak Toba, Simalungun dan Karo di
Desa Merek, Kecamatan Merek Kabupaten Karo”.

1.4.

Rumusan Masalah

1. Apa aspek budaya yang terakulturasi pada masyarakat?
2. Apa perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat, di desa Merek
sebagai akibat percampuran budaya?

3. Bagaimana terjadinya percampuran budaya batak Toba dan
Simalungun dan Karo desa Merek?

1.5.

Tujuan Penelitian
Setiap kegiatan manusia selalu berorientasi kepada tujuan.Salah satu

keberhasilan penelitian adalah tercapainya tujuan penelitian. Tujuan penelitian
dirumuskan untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang hasil yang akan
dicapai. Berhasil tidaknya suatu penelitian yang dilakukan terlihat dari tercapi
tindaknya tujuan penelitian .
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Untuk mengetahui bagaimana terjadinya akulturasi

budaya

dalam

bahasa
2. Untuk mengetahuiperubahan sosial yang terjadi pada masyarakat di
desa Merek
3. Untuk mengetahui corak akulturasi budaya mayarakat di desa Merek
4. Untuk mengetahui hubungan sosial masyarakat di desa Merek

1.6. Manfaat Penelitian
1. Memberikan pengetahuan dan wawasan kepada peneliti dan pembaca
tentang Akulturasi Budaya di Desa Merek.
2. Sebagai informasi kepada mahasiswa mengenai Akulturasi Budaya
Batak.
3. Sebagai bahan masukan dan pembanding bagi peneliti lain yang
bermaksud mengadakan penelitian dalam kasus yang sama.

64
DAFTAR PUSTAKA

Koentjaraningrat. 2007. Manusia dan Kebudayaan Di Indonesia. Jakarta: Djambatan
Kusherdyana. 2011. Pemahaman Lintas Budaya. Bandung: Alfabeta
Maran, Rafael Raga. 2007. Manusia dan Kebudayaan dalam Perspektif Ilmu Budaya Dasar.
Jakarta: Rineka Cipta
_____________. 1981.Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta
_____________. 2005. Pengantar Antropologi – Jilid II. Jakarta: Rineka Cipta
Munandar, Soelaiman. 2006. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Refika Aditama
Mulyana, Deddy. 2005. Komunikasi Antar Budaya. Bandung: Remaja Rosdakarya
Moleong, Lexy J, 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Rosdakarya
Ratna, Nyoman Kutha. 2011. Antropologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Sugiyono.2010. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sunarto, Kamanto. 2000. Pengantar Sosiologi(edisi kedua). Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Sumbayak, Japiten. 2001. Refleksi Habonaron Do Bona dalam Adat Budaya Simalungun.
Pematang Raya:-Suyono, Aryono, 2003, Kamus Antropologi, Jakarta: Akademi Presindu
Tarigan, Sarjani. 2009. Lentera Kehidupan Orang Karo dalam Bebudaya. Si B N B-BABKI,
Medan.
Kodiran. 1998. (Akulturasi Sebagai Mekanisme Perubahan Kebudayaan. Humaniora No 8)

64
Skripsi:
Amelia, Rizki, 2011. Pengaruh Komunikasi Antar Budaya terhadap Proses Akulturasi
Budaya Kaum Urban Masyarakat di Kelurahan Helvetia, Kecamatan Medan Helvetia.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Ayu, Arti Galuh, 2008. Akulturasi Budaya Jawa dan Melayu Perlis Dalam Upacara
Perkawinan Masyarakat Jawa Di Desa Perlis Kecamatan Brandan Barat. Pendidikan
Antropologi. Universitas Negeri Medan.
Asri, Ayu. 2011. “KEHIDUPAN ANAK DARI HASIL PERKAWINAN CAMPURAN”
(Studi Kasus: Status dan Hak Waris Anak Dari Perkawinan Laki-Laki Minangkabau
dengan wanita Batak di Jorong Pasar Rao Pasaman). Pendidikan Antropologi.
Univeritas Negeri Andalas