ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO.76 K/PDT.SUS/2011 TENTANG SENGKETA JUAL BELI KAVLING TANAH ANTARA FERDINAN ARISANDI MELAWAN PT. TIRTA SEGARA BIRU.
ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO.76 K/PDT.SUS/2011
TENTANG SENGKETA JUAL BELI KAVLING TANAH ANTARA
FERDINAN ARISANDI MELAWAN PT. TIRTA SEGARA BIRU
Aghif Q. Azhary
110110080253
Peralihan hak atas tanah dapat dilakukan melalui jual beli. Pada
praktiknya dalam proses jual beli kavling tanah sering ditemui konsumen
yang dirugikan oleh pihak pengembang. Kasus yang sering terjadi, yaitu
konsumen menuntut perusahaan pengembang (developer) untuk
menyerahkan tanahnya atau menyerahkan Sertifikat Hak Milik atas
tanahnya. Salah satunya adalah kasus yang dianalisis oleh penulis, yaitu
PT. Tirta Segara Biru sebagai pihak pengembang (developer) belum
menyerahkan tanah serta Sertifikat Hak Milik atas tanah kepada Ferdinan
Arisandi sebagai konsumen dari perusahaan tersebut. Masalah hukum
yang akan dikaji adalah apakah jual beli kavling tanah yang dilakukan oleh
PT. Tirta Segara Biru sesuai dengan Undang-undang No. 1 Tahun 2011
Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, serta apakah
pertimbangan majelis hakim Mahkamah Agung dalam putusan No.
76K/Pdt.Sus/2011 yang menyatakan bahwa pengajuan keberatan oleh
PT. Tirta Segara Biru tidak lampau waktu (daluwarsa) sesuai dengan
Undang-undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
Penulisan Studi Kasus ini dikaji dari aspek hukum perlindungan
konsumen. Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data
primer seperti Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Undang-undang No.
8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, Undang-undang No. 1
Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, Peraturan
Pemerintah No. 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah dan data
sekunder seperti buku-buku yang terkait dengan kasus ini.
Berdasarkan hasil analisis diperoleh kesimpulan bahwa jual beli
kavling tanah yang dilakukan oleh PT. Tirta Segara Biru telah melanggar
Pasal 146 ayat (1) Undang-undang No. 1 Tahun 2011 Tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman karena PT. Tirta Segara Biru
menjual tanah kavling tanpa bangunan. Pertimbangan majelis hakim
Mahkamah Agung dalam putusan No. 76K/Pdt.Sus/2011 yang
menyatakan bahwa pengajuan keberatan oleh PT. Tirta Segara Biru tidak
lampau waktu (daluwarsa) bertentangan dengan ketentuan dalam Pasal
56 ayat (2) Undang-undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen karena rentang waktu pengajuan permohonan keberatan
melebihi perhitungan yang ditentukan oleh undang-undang.
TENTANG SENGKETA JUAL BELI KAVLING TANAH ANTARA
FERDINAN ARISANDI MELAWAN PT. TIRTA SEGARA BIRU
Aghif Q. Azhary
110110080253
Peralihan hak atas tanah dapat dilakukan melalui jual beli. Pada
praktiknya dalam proses jual beli kavling tanah sering ditemui konsumen
yang dirugikan oleh pihak pengembang. Kasus yang sering terjadi, yaitu
konsumen menuntut perusahaan pengembang (developer) untuk
menyerahkan tanahnya atau menyerahkan Sertifikat Hak Milik atas
tanahnya. Salah satunya adalah kasus yang dianalisis oleh penulis, yaitu
PT. Tirta Segara Biru sebagai pihak pengembang (developer) belum
menyerahkan tanah serta Sertifikat Hak Milik atas tanah kepada Ferdinan
Arisandi sebagai konsumen dari perusahaan tersebut. Masalah hukum
yang akan dikaji adalah apakah jual beli kavling tanah yang dilakukan oleh
PT. Tirta Segara Biru sesuai dengan Undang-undang No. 1 Tahun 2011
Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, serta apakah
pertimbangan majelis hakim Mahkamah Agung dalam putusan No.
76K/Pdt.Sus/2011 yang menyatakan bahwa pengajuan keberatan oleh
PT. Tirta Segara Biru tidak lampau waktu (daluwarsa) sesuai dengan
Undang-undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
Penulisan Studi Kasus ini dikaji dari aspek hukum perlindungan
konsumen. Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data
primer seperti Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Undang-undang No.
8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, Undang-undang No. 1
Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, Peraturan
Pemerintah No. 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah dan data
sekunder seperti buku-buku yang terkait dengan kasus ini.
Berdasarkan hasil analisis diperoleh kesimpulan bahwa jual beli
kavling tanah yang dilakukan oleh PT. Tirta Segara Biru telah melanggar
Pasal 146 ayat (1) Undang-undang No. 1 Tahun 2011 Tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman karena PT. Tirta Segara Biru
menjual tanah kavling tanpa bangunan. Pertimbangan majelis hakim
Mahkamah Agung dalam putusan No. 76K/Pdt.Sus/2011 yang
menyatakan bahwa pengajuan keberatan oleh PT. Tirta Segara Biru tidak
lampau waktu (daluwarsa) bertentangan dengan ketentuan dalam Pasal
56 ayat (2) Undang-undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen karena rentang waktu pengajuan permohonan keberatan
melebihi perhitungan yang ditentukan oleh undang-undang.