Identifikasi Karakter/Ciri-ciri Anak Sekolah Dasar Dan Alternatif Penanganannya.
B-8
IDENTIFIKASI KARAKTER/CIRI.CIRI ANAK
SEKOLAH DASAR DAN ALTERNATIF PENANGANANNYA
Dr. Hj. Hendriati Agustiani, M.Si.
Dipresentasikan pada Seminar dengan tema
"rdentifikasi Karakter siswa da n Alternatiipenanganan siswa
di Kelas", pada Sekolah Darul Hikam Bandung
Bandun g, 23 Oktober 2O1O
I
Ketua Bagran Psikologi Perkembangan
R NelwanrIVIA
Dns. Peter
htIP. 130934831
Siregar, M.Pd
l[IP.130703517
Terdaftar di perpustakaan
Faleltas Psikologi Universitas Padj adj aran
1l
r
::.-:l't,,\-l'
I
.
TELAH DICATAT/DIDOKUMENTASIKANI PADA
PERPUSTAKAANI FAKI'LTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PADJADJARAI{
Kepala Perpustakaan
Nr P.l 963202198803
2003
Telah diperiksa oleh :
Guru Besar/Dosen Senior
\
Prof.
Dr.IIj !ftrsdwiratri
Setyono
NIP. 130188424
Fakultas Psikologi
Padjadjaran
PENDAHULUAN
yang dianggap
Pengetahuan guru untuk memahami siswa merupakan pokok permasalahan
penting
oleh
Sekolah Dasar Darul Hikam. Pimpinan Sekolah Dasar darul Hikam menganggap
centing untuk diadakanya ceramah pada guru mengenai Identiflkasi Siswa dan Alternatif
penanganannya di kelas.
peserta adalah guru-guru Sekolah Dasar yang berjumlah 55 orng yang terdiri dari wali kelas,
ryali asuh dan guru bidang studi kelas
I s/d kelas VL Sesuai dengan kurikulum nasional yang
menekankan pada pendidikan berkaraKer dan mengacu pada visi Sekolah Dasar menciptakan
peseta didik yang berakhlak dan berprestasi, maka tanggung jawab mendidik siswa tidak hanya
yang
pada pencapian prestasi akademik saja, namun iuga bagaimana membentuk siswa-siswi
berakhlak dan berkarakter. Sejalan dengan hal tersebut, guru-guru Sekolah
Dasar
merasa
memiliki tanggung jawab besar dalam nenjalankan peran mendidik tersebut. Namun dalam
perjalanannya,
guru{uru seringkali mengalami kesulitan dalam menghadapi siswa-siswa yang
"berbeda" di kelas. Tugas guru, selain harus menyampaikan materi pelajaran siswa, guru
kadang juga harus menghadapi dan menangani beberapa siswa yang
sulit
untuk dikondisikan
pada situasi belajar segingga seringkali menggEnggu proses pembelajaran.
Agar proses pembelajaran dan pendidikan dapat berjalan dengan efektif, maka guru-guru
merasa perlu untuk mengetahui lebih jauh mengenai karakter peserta didiknya dan bagaimana
altemative penangananya di kelas sehingga tujuan pendidikan dapat terlaksanakan dengan baik.
Tujuan Umum
l.
Memberikan pengetahuan kepada guru mengenai macam-macam karakter siswa sekolah
dasar
2. Memberikan pengetahuan kepada guru mengenai macam-macam permasalahan belajar
siswa dan penanganannya di tingkat dasar
3'
Memberikan pengetahuan
kepada guru mengenaicara-cara
untuk
menumbuhkansemangat belajar pada
siswa
Tujuan Khusus
1'
2'
3'
Memberikan pengetahuan kepada
guru mengenai karakter siswa
sesuai dengan tahap
perkembangannya
Memberikan pengetahuan kepada
guru mengenai ka:-akter siswa
yang bermasarah
karena kondisi keruarga (perceraian,
kesediaan, kehirangan orang tua,
oan rarn_rain)
Memberikan pengetahuan kepada
guru mengenai permasalahan
belajar siswa dan
penanganna nnya berkaitan
dengan kesut itan konsentrasi
4'
5'
Memberikan pengetahuan kepada
guru mengenai penanEanan
siswa yang surit
diarahkan dan diberi masukan
Memberikan pengetahuan kepada
guru mengenaicara_cara unfuk
menumbuhkan
semangat belajar pada siswa
Setefina mengikuti kegiabn seminar
Ini, guru_guru diharapkan
1'
:
Mengetahui macam-macam karakter
siswa dan mampu mengidentifikasikan
karakter-
karaker tersebut
2'
3'
Mengetahui macam-ma@m permasatahan
siswa dalam belajar dan mampu
memberikan
penanganan yang sesuai
Mengetahuicararara memberikan
motivasi berajar kepada siswa dan
mampu
memotivasi siswa unfuk belajar
IDENTIFIKASI KARAKTER
/ CIRI-CIRI
ANAK SEKOI.AH
DASAR DAN ALTERNATIF PENANGANANNYA
.
Hakikat perkembangan anak secara holistik
Anak sekolah dasar berusia 6-12 tahun merupaka masa perkembangan
yang sangat kritis. Perkembangan meliputi seluruh ranah yang berlangsung
secara bersama-sama dan menyeluruh (holistik). Bredekamp (1987)
meyatakan premis penting pada perkembangan manusia, bahwa seluruh
ranah perkembangan, fisik, sosial, emosi, dan kognitif hrlangsung secara
terpadu. Perkembangan satu dimensi dipengaruhi dan mempengaruhi
dimensi lainnya, sehingga perhatian dan penanganan perkembangan satu
dimensi satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Aspek perkembangan
fisik dapat dipisahkan dengan perkembangan sosial, emosi, dan kognitif dan
sebaliknya, dan perkembangan itu terpadu dengan pengalaman, kehidupan,
dan lingkungan.
Usia anak sekolah dasar berkisar 6-L2 tahun berada pada
fase
perpindahan dari pra operasional konket. Pada usia ini anak mampu
berpikir
simbolik dan dapt memecahkan masatah dengan menggunakan symbolsimbol seperti angka dan huruf, walaupun belum setaraf orang dewasa. Anak
memerlukan benda-benda untuk memperjelas pemahaman konsep
(Bredekamp, 1987:63). Lebih jauh piaget (dalam Labinowicz, 1990; cain,
1990) menyatakan adalah sia'sia mengajarkan ana hal-hal yang bersifat
abstrak. Anak mengefti operasional simbol-simbol dengan melalui aktivitas
konkret. Anak memertukan interaksi dengan rnateri atau benda-benda yang
dipelajari, teman sebaya sebagai mitra ke[a, orang dewasa sebagai
pembimbing, pendorong, fasititator (Bredekamp, L9g7:z-5). Konsekuensi
logis dari kenyataan tersebut, guru harus mampu mendesain pembelajaran
yang tidak bersifat abstrak dan asing bagi anak. Pada anak usia muda
belum
mampu memisahkan segala sesuatu tidak beftolak bertitik tolak dari bidang
studi, tetapi dari suatu hal yang menyeluruh dan bermakna.
.
Karakteristik belajar anak
Kegiatan belajar anak tidak terlepas dari karakterlstik perkembangannya.
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa anak-anak belajar metalui kerja,
aktivitas, dan perbuatan yang berhubungan dengan lingkungan sekitar anak.
Melalui interaksi dengan lingkungan, mereka memperoleh pengeftianpengertian tentang dunia sekitar alamiah. Anak belajar dengan mengamati
peristiwa, interaksi dengan materi yang dipelajari, interaksi dengan orang
tua,
dan teman sebaya. Interaki dengan materi mendorong anak belajar secara
langsung, konkeret, nyata, dan keterampilan secara alamiah. Interaksi dengan
orang tua anak memperoleh bimbingan, pengarahan, motivasi,
dan
'memperoleh kemudahan
belajar. Interaksi dengan teman sebaya merupakan
wahana kompetisi yang sehat, kerja sama, aktivitas secara langsung. Dianne
Trister (1988) menyatakan anak secara spontan terlibat dalam membangu
balok, menggambar atau bermain drama. Bredekamp (19g7) belajar pada
anak berlangsung melalui aktivitas kefia dan berinteraksi dengan lingkungan
sekitar.
Karakteristik Perkembangan anak usia kelas awa! SD
Anak'7ang berada di kelas awal SD adalah anak yang berada pada rentangan
usia dini. Masa usia dini ini merupakan masa perkembangan anak yang
pendek tetapi merupakan masa yang
karena itu,pada masa
ini
sngat penting bagi kehidupannya. oleh
seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong
sehingga akan berkembang secara optimal
Karakteristik perkembangan anak pada kelas satu, dua dan tiga sD
biasanya pertumbuhan fisiknya telah mencapai kematangan, mereka telah
mampu mengontrol tubuh dan keseimbangannya. Mereka telah dapat
melompat dengan kaki secara bergantian, dapat mengendarai sepeda roda
dua, dapat menangkap bola dan telah berkembang koordinasi tangan dan
mata untuk dapat memegang pensil maupun memegang gunting. selain itu,
perkembangan anak dari sisi sosial, terutama anak yang
berada pada usia
kelas awal SD antara lain mereka telah dapat menunjukkan keakuannya
tentang jenis kelaminnya, terah mulai berkompetisi dengan teman sebaya,
mempunyai sahabat, telah mampu berbagi, dan mandiri.
Perkembangan anak usia 6-8 tahun dari sisi emosi antara lain anak telah
dapat mengekspresikan reaksi terhadap orang laln, telah dapat mengontrol
emosi, sudah mampu berpisah dengan orang tua dan telah mulai belajar
tentang konsep nilai misalnya benar dan salah, Untuk perkembangan
kecerdasannya anak usia kelas awal SD ditunjukkan dengan kemampuannya
dalam melakukan seriasi, mengelompokkan obyek, berminat terhadap angka
dan tulisan,
meningkatnya perbendaharaan kata, senang berbicara,
memahami sebab akibat dan berkembangnya pemahaman terhadap ruang
dan waktu.
Sesuai dengan tahapan karakteristik perkembangan anak, karaKeristik
cara anak belajar, konsep belajar dan belajar bermakna, maka kegiatan
pembelajaran
bagi anak kelas awal sD sebaiknya dilakukan
dengan
pembelajaran tematik. Pembelajaan tematik adalah pembelajaran tepadu yang
menggunakan tema untuk mengaitkan behrapa mata pelajaran sehingga
dapat memberikan pengalaman belajar bermakna kepada peserta didik. Tema
adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan
(Poerwadarminta, 1983). Dengan tema diharapkan akan memberikan
banyak
keuntungan,
di antaranya: (1)
Peserta didik mudah memusatkan perhatian
pada suatu tema tertentu; (2) Peserta didik mampu mempelajari pengetahuan
dan mengembangkan beftagai kompetensi dasar antar matapelajaran dalam
tema yang sama; (3) Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam
'dan berkesan; (4)
Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan
mengkaitkan matapelajaran lain dengan pengalaman pribadi pesefta didik; (5)
Pesefta didik mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena
materi disajikan daiam konteks tema yang jelas;
(6) Peserta didik lebih bergairah belajar karena
dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu
kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempetajari mata pelajaran
lain; (7) Guru dapat menghemat waktu karena beberapa mata pelajaran yang
disajikan secara tematik dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua
atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan
remedial, pemantapan, atau pengayaan.
Karakteristik belajar anak
Kegiatan belajar anak tidak terlepas dari karakteristik perkembangannya. Hasil
penelitian menunjukkan, bahwa anak-anak belajar melalui kerja, aktivitas,
dan
perbuatan yang berhubungan dengan lingkungan sekitar anak. Melalui
interaksi dengan Iingkungan, mereka memperoleh pengertian-pengeftian
tentang dunia sekitar alamiah, Anak belajar dengan mengamati peristiwa,
interaksi dengan materi yang dipelajari, interaksi dengan orang tua, dan
teman sebaya. Interaksi dengan materi mendorong anak belajar secara
langsung, konkeret, nyata, dan keterampilan secara alamiah. Interaksi dengan
orang tua anak memperoleh bimbingan, pengarahan, motivasi,
dan
memperoleh kemudahan belajar. Interaksi dengan teman sebaya merupakan
'wahana kompetisi yang sehat, kerja sama, aKivitas secara langsung.
Dianne
Trister (1988) menyatakan anak secara spontan terlibat dalam membangu
balolc menggambar atau bermain drama. Bredekamp (19g7) belajar pada
anak berlangsung melalui aktivitas kerja dan berinteraksi dengan Iingkungan
sekitar.
Anak usia sekolah dasar belajar melalui aktivitas kerja, hal ini sejatan
dengan masa anak yang senantiasa membutuhkan kerja dan benda-benda
konkret sebagai media belajar. Pada usia ini anak memahami symbol-simbol,
pengertian-pengeftian, konsep-konsep, melalui aktivitas benda-benda konkret.
Anak yang tumbuh dan berkembang secara
holisti( konsekuensinya, sehingga
pembelejatan pada anak usia SD dirancang secara fleksibel, luwes, dan
tidak
tertata secara kaku melalui bidang-bidang studi yang memisahkan secara
diskrit tiap mata pelajaran yang berkonotasi saling terpisah, padahal secara
nyata dunia memiliki sifat silang ilmu, silang konteks, silang lingkungan.
Sehingga pembetajaran harus dirancang secara terpadu
yang
mengintegrasikan bahan-bahan kajian menjadi satu pengeftian yang utuh dan
bermakna. Anak SD mengalamai kesulitan pemaknaan secara artificial, mereka
hanya mengerti dalam kerangka global, utuh, dan bermakna. Henkel dan
Argindoza (dalam Bredekamp, t987) menyatakan sesuai topic-topik bahasan
yang diambil dari kejadian-kejadian yang actual di masyarakat yang sesuai
untuk anak sekolah dasar.
Semiawan (1997) menyatakan pada fase usia dini (sebelum 10 tahun)
'belajar tidak melalui bidang studi yang terpisah.
Ia membaca, menghitung,
atau mencatat sesuatu yang beranjak dari bidang studi tertentu. Untuk itu
seyogyanya pembelajaran pada anak sekolah dasar terutama pada kelas-kelas
awal tidak terkotak-kotak dalam bidang studi, melainkan bertolak belakang
dari satu tema atau peristiwa otentik yang mampu menyatukan pembelajaran
menjadi satu keutuhan yang utuh dan bermakna bagi anak. Disamping itu
topic atau peristiwa otentik dapat menggerakkan kurikulum yang disepakati
(Padmono, 1997).
Pandangan tercebut sejalan dengan pendapat Roeseeau (dalam Morrow,
1993) yang rnenyatakan pembelajaran pada anak bersifat alamiah dan tidak
dipaksakan. Tugas orang tua dan guru adalah menciptakan kondisi lingkungan
analg agar anak dapat belajar dan mengembangkan potensinya seoptimal
rnungkin. Anak mengamati lingkungan dan akhirnya ia menbangun konsepnya
sendiri tentang lingkungan (termasuk lingkungan yang dapat didesain oleh
orang tua dan guru). Pestalozi (dalam Morrow, 1993) belajar hendaknya jauh
dari system formalisasi, sebab belajar alamiah dilakukan secara informal.
Froubel (dalm Morrow, 19930 lebbih memperkuat bahwa belajar pada anak
dilakukan melalui aktivitas bermain. peran guru dan orang
tua adalah
menstimulus permainan menjadi wahana belajar alamiah anak. John Dewey
melalui kurikulum Progrresif, menyatakan bahwa belajar pada anak dikatukan
melalui kefa. Selanjutnya Bredekamp (1987) menyataka anak belajar melalui
interaksi bermain dengan
paksaan.
obje( orang tua dan teman, mereka
belajar. tanpa
Kondisi Objektif dan Kebutuhan
Kebutuhan obejeKif calon guru sekolah dasar
di
lapangan nantinya
secara logis mengelola subjek didik yang berusia muda (6-12 tahun) yang
penyelenggaraan pembelajarannya memiliki karakteristik tersendiri.
Peningkatan mutu pelaksanaan penrbelajarannya harus sesuai dengan kondisi
objektif pekerjaan yang akan menjadi tanggung jawabnya, untuk itu calon
guru sekolah dasar harus memiliki bekal kemampuan menyelenggarakan
pembelajaran sesuai dengan karakteristik
anak sekolah
dasar.
Penyelenggaraan pembelajaran yang efektif sesuai karakteristik subjek didik
merupakan upaya peningkatan profesionalisme guru yang berbuat dengan
nuansa ke SD-an sefta mampu melaksanakan tindakan yang relevan dengan
tuntutan pendidikan sekolah dasar.
Kepedulian pendidikan yang diselaraskan dengan karakteristik anak
sekolah dasar adalah kepedulian terhadap keterkaitan inter dan antardan
antar bidang studi. cirri ini hendaknya terwujud dalam kemampuan guru
merancang dan melaksanakan pembelajaran.
Realitas Perkembangan rprEK dan situasi serba Lintas
Kenyataan menunjukkan perkembangan dalam satu bidang ilmu
pengetahuan cenderung diikuti oleh transformasi temuan ilmu
itu ke bidang
lain. Penemuan sinar laser diikuti transformasi ke ilmu kedokteran dan
sejenisnya.
Pada era globalisasi dan informasi nyata kita lihat bahwa segala sesuatu
tidak dapat berdiri sendiri, tetapi menjadikan suatu jaringan (net) yang saling
berhubungan dan mempengaruhi. semiawan (1996) menyatakan dunia masa
kini dan masa mendatang merupakan dunia yang lintas ilmu, konteks, dan
ilmu lingkungan. Pernyataan ini menunjukkan, bahwa satu kejadian atau ilmu
senantiasa berkenaan dan berkaitan dengan ilmu lain, dan lingkungan lain.
sehubungan dengan
itu, perlu kesiapan dan kearifan bahwa
menghadapi
segala sesuatu senatiasa dipikirkan dan diantisipasi segala sesuatu yang
berkaitan dengannya. Pembelajaran pada anak harus mempersiapkan mereka
aenantiasa menghadapi segala sesuatu yang serba kompleks dan lintas,
keterpaduan pembelajaran merupakan wahana memberikan pengalaman yang
disamping membermaknaan belajar, juga meratih siswa mengkaitkan atau
menghubungkan apa yang dipelajari dengan berbagai hal yang berkaita.
MASAI.AH ANAK DAI.AM PENGELOI.AAN KELAS
A. Pentingnya Pengenalan Masalah Anak
Berbagai bentuk perilaku anak akan ditemui oleh guru di sekolah, sepefti anak
agresif, tak bisa tenang dan suka bertengkar, pemalu dan lebih suka
menyendiri, suka menangis, dan suka rnemukul. Perilaku-perilaku tersebut
merupakan tanda bagi guru bahwa ada sesuatu yang tidak beres pada diri
anak, atau dengan kata lain mereka sedang menghadapi masalah.
Guru perlu mengerti bahwa perilaku tersebut ada sebab atau latar
belakangnya. Oleh karena itu guru perlu mengetahui penyebab dari masalahmasalah yang dihadapi anak tersebut.
Perilaku anak
di kelas, di depan guru,
teman-temannya atau
di depan
orang Iain disebabkan oleh pengalaman-pengalaman yang telah diperoleh
anak,
kondisi yang dihadapinya saat itu, dan dapat pula disebabkan oleh
berbagai keinginannya. Hal ini telah berkembang dalam diri anak atau dapat
pula merupakan hasil interaksi antara dirinya dengan semua
aspek
Iingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat umumnya. Jone Dan Jones
(1980) mengatakan bahwa tingkah laku anak di dalam kelas Merupakan
pencerminan dari keadaan keluarganya. Bagi keluarga kurang stabil dapat
menimbulkan ketegangan pada
diri anak dan membuat mereka kurang
berhasil dengan baik untuk memenuhi akademik dan tuntutan sosiai di
sekolah.
Di sekolah berbagai bentuk perilaku anak akan ditemui oleh guru, seperti
anak agresif, tak bisa tenang dan suka beftengkar, pemalu dan lebih suka
menyendiri, suka menangis, dan suka memukut. Perilaku-perilaku tersebut
merupakan tanda bagi guru bahwa ada sesuatu yang tidak beres pada diri
anak, atau dengan kata lain mereka sedang menghadapi masalah.Guru perlu
mengerti bahwa perilaku tercebut tentu ada sebabnya atau latar belakang da6
setiap perilaku tersebut. Oleh karena itu guru perlu mengetahui sebabsebab
'yang sebenarnya dari masalah-masalah yang dihadapi
anak tersebut.
Ada suatu anggapan bahwa masalah-masalah anak tidak dapat ditinggalkan di
rumah. Bagaimanapun anak akan membawanya ke sekolah sehingga dapat
mengganggu proses pembelajaran
di
kelas. Bahkan mungkin
proses
pembelajaran menjadi tidak terjadi sama sekali, apabila anak mengalami
tekanan bathin karena keamanannya terancam, dan kebutuhan psikologisnya
tidak terpenuhi, merasa terkucilkan, merasa tidak dihargai, dun
,.r*a
tidak
disenangi. Dalam kondisi sepefti itu, kemampuan anak untuk belajar menjacii
terhalangi sehingga usaha guru untuk melaksanakan proses pembelajaran
menjadi sia-sia saja.
Pekerjaan guru tidak akan berhasil dengan baik apabila
ia tidak
atau
kurang memahami anak. Apabila guru ingin sukses dalam melaksanakan
pembelajaran, maka pengelolaan kelas yang dilakukan hendaknya
men-cakup
usaha guru untuk memahami masalah-masalah anak dan dapat rnengambil
langkah penyelesaiannya dengan tepat dan benar.B. Jenis Masalah Anak
dalam Pengelolaan Kelas Masalah pengelolaan kelas yang bersumber dari
anak
dapat dikelompokkan pula menjadi dua kategori, yaitu masalah individual
dan
masalah kelompok. Untuk melakukan pengelolaan kelas yang efektif
diperlukan kehati-hatian dalam mengidentifikasi suatu masalah, apakah
masalah ini bersifat individual atau kelompok.Kekurang hati-hatian guru
dalam
memahami masalah dapat menyebabkan kekellruan datam menentukan jenis
masalah yang muncul. Misalnya, bisa saja terjadi masalah kelompok dilihat
-
sebagai masalah individual atau sebaliknya.
1'
Masalah individual Masalah Individual adalah masalah
pengelolaan
kelas yang sumber penyebabnya adalah individu
anak. sebagaimana yang
dibahas pada bab terdahulu bahwa ada empat kategori
masalah individual
dalam kelas, yaitu tingkah raku yang ingin mendapatkan
perhatian orang rain,
tingkah laku yang ingin menunjukkan kekuatan, tingkah
laku yang beftujuan
menyakiti orang lain dan peragaan ketidakmampuan.
Bentuk-bentuk perilaku
tersebut menimbulkan masalah dalam kelas dan dapat
menganggu kelancaran
pembelajaran. Masalah individual yang
dapat dilihat sebagai wujud dari bentuk
perilaku tersebut di antaranya adarah sebagai
berikut:
a. anak sering menunjukkan gerak tubuh atau periraku yang tampak
kebodoh-bodohan atau berbuat aneh yang semata-mata
untuk menarik
perhatian kelas,
b.
anak teftawa tebih keras dibandingkan teman-temannya,
c. anak suka bercanda dan sering menqgoda teman
sebelahnya,
j.
anak menarik diri sama sekali dan tidak mau melaksanakan kewajibankewajibannya
k. anak selalu Lupa pada aturan-aturan penting datam kelas,
I.
anak melakukan tindakan-tindakan fisik yang dapat menyakiti orang lain,
m. anak tidak mau sama sekali menerima tugas Yang diberikan kepadanya dan
selalu mengatakan tidak bisa,
n. anak merasa pesimis Atau putus asa terhadap semua keadaan,
o. anak memiliki rasa permusuhan atau Menentang kepada semua peraturan,
p. anak pasif atau potensi rendah serta datang ke sekolah tidak teratur.
2. Masalah kelompok
Masalah kelompok adalah masalah pengelolaan kelas yang sumber
penyebabnya adalah kelompok. lohnson dan Bany (dalam Hasibuan, 1994)
mengemukakan enam kategori masalah kelompok dalam pengelolaan ketas,
yaitu:
a. kelas kurang kohesif,misalnya perbedaan jenis kelamin, suku, dan tingkatan
sosio-ekonomi,
b
kelas Mereaksi negatif terhadap salah satu seorang anggotanya, misalnya
mengejek anggota kelas dalam menyanyi karena suaranya sumbang,
c membesarkan hati anggota kelompok ketas yangjustru
melanggar norma
kelompo( misalnya pemberian semangat kepada badut kelas,
d kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang tengah
dikefakan,
e semangat kerja rendah, misalnya semacam aksi protes kepada guru karena
menganggap tugas yang diberikan kurang adil,
f
k-elas kurang mampu menyesuaikan
diri dengan keadaan baru,
misalnya
gangguan jadwal, atau guru kelas terpaksa diganti sementara oleh guru lain.
Kelas yang kurang kohesif ditandai dengan Iemahnya hubungan
interpersonal di dalam kelas. Hal ini dapat disebabkan karena perbedaan jenis
kelamin, suku dan tingkat sosial ekonomi. Sering terlihat adanya permusuhan
sekelompok anak perempuan dengan sekelompok anak laki-laki. Lemahnya
hubungan ini terlihat pula karena perbedaaan suku,kota asal, kampung abu
tempat tinggal. Di dalam kelas sekelompok anak
ini bisa menampakkan
hubungan yang sangat jarak dan tidak akab dan terkadang bisa menimbutkan
peftentangan-pertantangan
di dalam kelas. Pertentangan itu
bahkanditambah
pula oleh faKor pemicu lain seperti berbedanya tingkat sosial ekonomi mereka.
Setiap kelompok anak membangun suatu kekuatan atas dasar persamaanpersamaan yangdimiliki. Dalam hal
ini
masing-masing kelompok bisa saling
menutup diri dalam pergaulannya, sehingga sulit jika guru menugaskan suatu
tugas kerjasama.
Kelas mereaksi negatif terhadap satah seorang siswa dapat pula
menimbulkan masalah dalam kelas, misalnya dengan mentertawakan, menghina
se'cara bersama- sama, yang menyebabkan kelas menjadi ribut dan tidak
kondusif untuk belajar. Biasanya anak yang diketawakan anak yang pemalu,
cengeng, suaranya sumbang kalau bernyanyi dan berpenampilan kurang
menarik.Dukungan kepada badut kelas mengakibatkan pula makin berlarutnya
masalah
di
dalam kelas. Anak yang membadut makin
kebolehannya melucu danberperilaku yang aneh-aneh. Hal
ini
menunjukkan
menirrrbulkan
sorak-sorai dan tertawaan anak Yang bertebihan sehingga dapat mengalihkan
perhatian anak untuk belajar. Mudahnya teralihkan perhatian anak selain karena
anak yang membadut juga karena hal-hal lainyang dengan cepat memancing
perhatian anak, seperti melihat peralatan belajar dan mainan kawan yang baru,
tindakan-tindakan iseng dari kawan, dan situasi lingkungan sekolah yang kurang
mendukung kegiatan belajar.
Masalah anak secara kelompok juga terjadi karena semangat kerja rendah
sebagai akibat perlakuan yang tidak adil dari guru, seperti ketidakadilan dalam
menentukan jenis tugas yang dikerjakan, dan peralatan atau bahan yang
ditentukan guru. Terkadang anak
meras rebihtertarik dengan tugas yang
dikerjakan anak yang lain yang sudah ditentukan, atau anak lebih teftarik
dengan benda atau alat-alat yang digunakan anak lain yang sudah ditentukan
guru. lika situasi ini tidak ditanggapi guru
maka akan menimbulkan masalah, sepefti anak malas dan tidak bersemangat
untuk meneruskan pekerjaannya. Adanya hal-hal baru menurut analg seperti
peftukaran jadwal dan guru, sering pula menimbulkan masalah bagi anak. Jika
jadwal beftukar, guru berganti, ini diartikan sebagai sesuatu yang tidak berjalan
seperti biasanya, sepefti jam masuk atau istirahat atau pulang yang sudah
berganti, dan ibu guru lain yang belum sepenuhnya dikenali. Hal ini cenderung
membuat anak-anak resah dan cemas dalam mengikuti kegiatan di dalam kelas,
karena biasanya mereka seharusnya sudah istirahat atau pulang, tapi dengan
pertukaran jadwal mereka belum bisa istirahat atau belum pulang. Atau yang
seharusnya mereka harus belajar dengan guru yang manis dan ramah, sekarang
mereka dihadapkan dengan guru yang pemarah. Kenyataan-kenyataan ini
berpengaruh pada anak dalam belajar dan dapat menjadi masalah besar dalam
pengelolaan kelas, karena anak dirundung rasa takut dan cemas untuk belajar.
Dalam penanganan masalah pengelolaan kelas, guru perlu mengetahui
sebab-sebab anak berperilaku yang tidak diharapkan Pendekatan berikut perlu
dipahami oleh para guru
di
kelas. Schaefer (1996) mengemukakan ada dua
pendekatan dalam rnemahami masalah anak, yaitu pendekatan dari Iuar (surface
approach) dan pendekatan kausal (ausat approach). Pendekatan dari luar
(Surface Approach) lebih memusakan pengaafran dan pengendatian
terhadap
tingkah laku anak yang dapat dilihat dan diamati. Pendekatan ini biasanya
dipakai guru yang bersikap kaku, bergaya otoriter yang selalu mengharapkan
seluruh anak-anak didiknya patuh dan taat kepada aturan dan ketentuanketentuan yang telah ditetapkannya sepihak. Tipe guru sepefti ini menilai berat
atau ringannya suatu kesalahan anak sesuai dengan akibat-akibat praktis dari
kesalahan
itu. Misalnya, suatu kesalahan karena tidak sengaja, seorang anak
minum sambil berdiri dan tanpa sengaja tabung airnya lepas, airnya tumpah
membasahi kawannya yang sedang duduk di samping bangkunya sehingga anak
yang terkena tumpahan air itu menangis. Kemudian kesalahan anak ini dianggap
yang lebih berat dari pada anak yang dengan sengaja menumpahkan air ke
lantai.
Pendekatan Kausal (causalApproach), mencoba
mencari dan
mengerti motif-motif yang mendasari tindakan dan maksud-maksud darisuatu
tindakan, sefta berusaha untuk menemukan mengapa seorang anak bertindak
demikian. Pendekatan
ini berusaha memecahkan
masalah dengan jalan
atau akarnya
yang tersembunyi. Dalam
menghilangkan sebab-sebab
pendekatan
ini
biasanya guru memandang setiap perilaku
anak
mempunyai alasan-alasan teftentu atau didorong oleh suatu motif. Sehubungan
dengan hal itu Schaefer (1996) mengemukakan pula bahwa di antara motif-motif
yang umum dari tingkah laku salah pada anak disebabkan
oleh;
a . perhatian, anak-anak ingin mendapatkan perhatian, bahkan peringatan
dan kritik,
b.
pembalasan, anak-anak memberikan pembalasan karena merasa
pernah disakiti dan terhalangi keinginnnya,
c. salah pengeftian, anak
tidak mengefti tentang
apa
yang
diharapkan dari dirinya, atau karena Iupa peraturan-peraturan,
d.
perjuangan haK anak-anak menginginkan
cara dan kehendaknya sendiri dalam
agar ja dibiarkan
suatii
perselisihan,
melakukan
sebab
keadaanjasmani;
marah karena
f.
anak merasa mudah tersinggung
dan
dia letih, lapar atau sakit,
persaingan, anak bersifat cemburu untuk memperoleh perhatian dan
kelebihan terhadap teman sebayanya,
9.
pemindahan, anak menderita karena beberapa
terluka yang
dialaminya ,
harga diri
-
yang
dan mencoba memindahkan kepada orang
!ain,
h.
nilai-nilai, anak hanya memikirkan
diri
sendiri (egosentris) dan ha'mpir
tidak memperdulikan orang lain, dan tidak merasa bersalah atas suatu
perbuatannya.
Teknik pengelolaan kelas tersebut dapat dikelompokkan ke dalam teknik
preventif dan teknik kuratif. Teknik preventif adalah teknik untuk mencegah
timbulnya tingkah
Iaku anak yang dapat mengganggu
pembelajaran, sedangkan
teknik
kegiatan
kuratif adalah teknik untuk
menanggulangi perilaku anak yang menganggu kegiatan belajar. penerapan
teknik preventif dilakukan guru adalah dengan maksud tersedianya suatu
kondisi yang nyaman dan aman
bagi
anak untuk beraktivltas
di
kelas.
Teknik kuratif merupakan tindakan korektif yang dilakukan
guru
perilaku anak yang menyimpang dan merusak kondisi
optimal
kelangsungan aktivitas anak
di
dalam kelas. Dalam teknik
terhadap
bagi
kuratif
ini
"tindakan penangulangan yang
dilakukan guru bisa saat terjadi gangguan, dan
tindakan penyembuhan terhadap perilaku anak yang menyimpang yang
terlanjur terjadi agar penyimpangan tersebut tidak berulang-ulang. semua
rangkaian
kegiatan pengelolaan kelas
ini
dilakukan
guru
dengan
maksud untuk menyediakan kondisi yang optimal bagi proses pembelajaran
anak
di
kelas
atau tersedianya kcndisi yang kondusif bagi
anak sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan Efektif.
pembetajaran
KESIMPULAM
Hasibuan (1994) mengemukakan sejumlah sikap
guru
dan
tindakan
dalam
masing-masing teknik di atas, yaitu;
1.
Teknik preventif
sikap dan tindakan guru yang prcventif
adalah;
a.
sikap terbuka,
b. sikap menerima dan menghargai siswa sebagai manusia
c. sikap empati,
d. sikap demokratis,
e. mengarahkan anak pada tujuan kelompok,
f. menghasilkan
-aturan
kelompok yang disepakati bersama,
g. memperjelas komunikasi,
h. menunjukkan kehadiran.
sikap terbuka
yang
tidak
sikap guru yang penting
untuk
dalam pencegahan perilaku siswa
diharapkandalam kelas merupakan
menunjukkan keakaban hubungannya dengan
anak.
Dengan menciptakan
suasan keterbukaan, anak-anak benar-benar merasa bebas dan leluasa untuk
mengemukakan pendapatnya serta penuh keyakinan bahwa guru
mendengarkan
dan memperhatikan pendapatnya. Untuk
akan
selalu
menyatakan
keterbukaan ini guru menyatakan kebaikannya kalau sekiranya anak-anak juga
baik atau sebaliknya. Beberapa contoh dari aturan dasar yang dapat dibuat
bersama-sama dengan anak
atau dimintai persetujuan anak, yaitu
tentang:
1.
mengacungkan tangan sebelum beftanya,
2. mendengarkan
3. mengikuti
baik-baik petunjuk guru,
pengarahan yang diberikan guru,
4.
menjalin
5.
menyeselesaikan tugas-tugas tepat pada waktunya,
kefia sama dengan teman sekelas,
6. membantu teman lain, sepefti juga kamu akan dibantu,
7. membawa buku, pensil, kertas, penghapus, dan alat-alat
lainnya
yang diperlukan untuk belajar,
8. menempati tempat di tempat duduk sebelum bel berbunyi,
9, melakukan persiapan untuk pulang ke rumah secara tertib.
Aturan yang akan diterapkan pada anak hendaknya dibuat dengan jelas,
sederhana dan singkat, sehingga tidak ada kesalahpahaman tentang apa yang
diharapkan guru
dari
perilaku anak dan sebelum diterapkan mintalah
persetujuan anak terlebih dahulu.
Memperjelas
komunikasi, guru diharapkan
dapat
memperjelas
komunikasi yang dilakukan anak, karena tidak semua anak dapat
berkomunikasi dengan baik. Dalam hal
ini guru dapat mengulangi apa
yang diucapkan anak dengan maksud mempeftegas maksud
anak.
Menunjukkan kehadiran perlu dilakukan guru sebagai teknik pencegahan
perilaku anakyang tidak diinginkan. Dalam hal ini guru perlu menunjukkan
pada anak bahwa ia hadir di kelas, tidak hanya secara fisik tetapi juga mental.
Berkaitan dengan hal ini,
guru hendaknya sadar serta tanggap terhadap
perhatian analg keterlibatan anak sehingga dapat diketahui mana anak yang
acuh atau kurang berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Sikap grru yung
demikian dapat dirasakan oleh anak bahwa gurunya hadir bersama dengan
mereka dan mengetahui apa yang mereka perbuat.
2
Teknik kuratif
Dengan menggunakan teknik kuratif guru dapat melakukan beberapa hal
sebagai berikut yaitu:
(a) penguatan negatif,
(b)
penghapusan,
(c)
penghukuman,
(d)
pembicaraan situasi pelanggaran dan bukan pelaku pelanggaran,
(e)
pemasabodohan
(f)
pemberian tugas yang memerlukan keberanian (bagi anak yang
terhadap
pelanggaran anak,
menunjukkan tingkah laku menguasai),
(g)
pemberian tugas yang menuntut kekuatan fisik (bagi
anak
yang
menunjukkan tingkah laku menguasai),
(h)
"
kenghilangan respon, ekspresi wajah tetap wajar (bagi anak, bagi anak
yang menunjukkan tingkah laku membalas dendam,
(i)
penyalahan anak secara
keberhasilan
(bagi
tidak langsung, dan menunjukkan
anak yang menunjukkan tingkah laku ketidak
mampuan,
fi) peningkatan partisipasi anak dalam beraktifuitas,
(k)
(1)
(m)
segi-segi
meratakan partisipasi analg
pengurangan ketegangan,
penyelesaian pertentangan antar pribadi atau antar kelompok.
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Bimo walgito, Birnbingan
Andi
ffiset
+ konseling (studi & karier). peneroit .cv
(Penerbit Andi), Hak Cipta, tahun 2004,2005,2010
clnthia ulrich Tobias."setiap anak bisa berhasil (every child can succeed).
Memaksimalkan gaya belajar anak anda, (Hak Cipta Bahasa Indonesia @ Fokus
pada Keluarga, tahun 2009
Dra. Desmita, M.Si . Psikologi Perkembangan Peserta Didik
Penerbit PT Remaja Rosdakarya Bandung, cetakan kedua, Mei 2010
SD Darul Hikam
Berakhlali& Berprestasi
SEKOTAH
DASAR
Bandung, 13 Oktober 2010
DARUT
Nomor : 021/SD-DH|B.5N120L0
Larnp. : 2lbr
Hal
:
HIKAM
Permohonan Menjadi Pembicaru
Kepada Yth.
Ibu Dr. FIj. Hendriati Agustiani, M.Si
di
Tempat
As s alaarnu'alaikum
Waraltmatullaahi Wabaraknatuh,'
Teriring do'a kami sampaikan semoga ibu beserta keluarga senantiasa berada dalam curahan
rahmat dan naungan hidayah-Nya.
- Selanjutnya kami mengundang ibu untuk berkenan menjadi pembicara dalam acata seminar
dengan tema
"Identifikasi Karakter Siswa dan Alternatif Penanganan Siswa di Kelas"
yang akan diselenggarakan pada
hari/tanggal :
tempat
:
Sabtu, 23 Ohober 2010
: Aula
SW Darul Hiknm
Jl. Tubagus Ismail DePan Bandung
Demikian permohonan ini kami sampaikan. Atas perkenannya, kami mengucapkan terima
kasih.
Billaahi Fii Sabiili Al-Haq
W a s s al a amu' al a ihtm War ahm
30809197s02200r
at ul I a ahi lYab ar ako
a t uh.
UCAPANTTRIMA
No :06/SD-DH/X/2010
Keluar ga
B esarsD DARUT HIKAM MENG UCAPKAN
TERIMA
fr,t, fiE,
IfiSIHhEah:
ftfuinti Wtiiln,,ilL,Si
Atas Putisipasinya sebagai
:
gemnfu,i fisdn W onftrr ft-p
"9@i9uqdn,Didifr,dno
W
{\Mhrun
Vffi/g, Difredfrru
qurul'
Altah SWT membalas amal Kebaikan Ibu
-Sernoga
dengan pahala yang berlipat ganda. Aamiin.
23 Oktober 2010
6%
IDENTIFIKASI KARAKTER/CIRI.CIRI ANAK
SEKOLAH DASAR DAN ALTERNATIF PENANGANANNYA
Dr. Hj. Hendriati Agustiani, M.Si.
Dipresentasikan pada Seminar dengan tema
"rdentifikasi Karakter siswa da n Alternatiipenanganan siswa
di Kelas", pada Sekolah Darul Hikam Bandung
Bandun g, 23 Oktober 2O1O
I
Ketua Bagran Psikologi Perkembangan
R NelwanrIVIA
Dns. Peter
htIP. 130934831
Siregar, M.Pd
l[IP.130703517
Terdaftar di perpustakaan
Faleltas Psikologi Universitas Padj adj aran
1l
r
::.-:l't,,\-l'
I
.
TELAH DICATAT/DIDOKUMENTASIKANI PADA
PERPUSTAKAANI FAKI'LTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PADJADJARAI{
Kepala Perpustakaan
Nr P.l 963202198803
2003
Telah diperiksa oleh :
Guru Besar/Dosen Senior
\
Prof.
Dr.IIj !ftrsdwiratri
Setyono
NIP. 130188424
Fakultas Psikologi
Padjadjaran
PENDAHULUAN
yang dianggap
Pengetahuan guru untuk memahami siswa merupakan pokok permasalahan
penting
oleh
Sekolah Dasar Darul Hikam. Pimpinan Sekolah Dasar darul Hikam menganggap
centing untuk diadakanya ceramah pada guru mengenai Identiflkasi Siswa dan Alternatif
penanganannya di kelas.
peserta adalah guru-guru Sekolah Dasar yang berjumlah 55 orng yang terdiri dari wali kelas,
ryali asuh dan guru bidang studi kelas
I s/d kelas VL Sesuai dengan kurikulum nasional yang
menekankan pada pendidikan berkaraKer dan mengacu pada visi Sekolah Dasar menciptakan
peseta didik yang berakhlak dan berprestasi, maka tanggung jawab mendidik siswa tidak hanya
yang
pada pencapian prestasi akademik saja, namun iuga bagaimana membentuk siswa-siswi
berakhlak dan berkarakter. Sejalan dengan hal tersebut, guru-guru Sekolah
Dasar
merasa
memiliki tanggung jawab besar dalam nenjalankan peran mendidik tersebut. Namun dalam
perjalanannya,
guru{uru seringkali mengalami kesulitan dalam menghadapi siswa-siswa yang
"berbeda" di kelas. Tugas guru, selain harus menyampaikan materi pelajaran siswa, guru
kadang juga harus menghadapi dan menangani beberapa siswa yang
sulit
untuk dikondisikan
pada situasi belajar segingga seringkali menggEnggu proses pembelajaran.
Agar proses pembelajaran dan pendidikan dapat berjalan dengan efektif, maka guru-guru
merasa perlu untuk mengetahui lebih jauh mengenai karakter peserta didiknya dan bagaimana
altemative penangananya di kelas sehingga tujuan pendidikan dapat terlaksanakan dengan baik.
Tujuan Umum
l.
Memberikan pengetahuan kepada guru mengenai macam-macam karakter siswa sekolah
dasar
2. Memberikan pengetahuan kepada guru mengenai macam-macam permasalahan belajar
siswa dan penanganannya di tingkat dasar
3'
Memberikan pengetahuan
kepada guru mengenaicara-cara
untuk
menumbuhkansemangat belajar pada
siswa
Tujuan Khusus
1'
2'
3'
Memberikan pengetahuan kepada
guru mengenai karakter siswa
sesuai dengan tahap
perkembangannya
Memberikan pengetahuan kepada
guru mengenai ka:-akter siswa
yang bermasarah
karena kondisi keruarga (perceraian,
kesediaan, kehirangan orang tua,
oan rarn_rain)
Memberikan pengetahuan kepada
guru mengenai permasalahan
belajar siswa dan
penanganna nnya berkaitan
dengan kesut itan konsentrasi
4'
5'
Memberikan pengetahuan kepada
guru mengenai penanEanan
siswa yang surit
diarahkan dan diberi masukan
Memberikan pengetahuan kepada
guru mengenaicara_cara unfuk
menumbuhkan
semangat belajar pada siswa
Setefina mengikuti kegiabn seminar
Ini, guru_guru diharapkan
1'
:
Mengetahui macam-macam karakter
siswa dan mampu mengidentifikasikan
karakter-
karaker tersebut
2'
3'
Mengetahui macam-ma@m permasatahan
siswa dalam belajar dan mampu
memberikan
penanganan yang sesuai
Mengetahuicararara memberikan
motivasi berajar kepada siswa dan
mampu
memotivasi siswa unfuk belajar
IDENTIFIKASI KARAKTER
/ CIRI-CIRI
ANAK SEKOI.AH
DASAR DAN ALTERNATIF PENANGANANNYA
.
Hakikat perkembangan anak secara holistik
Anak sekolah dasar berusia 6-12 tahun merupaka masa perkembangan
yang sangat kritis. Perkembangan meliputi seluruh ranah yang berlangsung
secara bersama-sama dan menyeluruh (holistik). Bredekamp (1987)
meyatakan premis penting pada perkembangan manusia, bahwa seluruh
ranah perkembangan, fisik, sosial, emosi, dan kognitif hrlangsung secara
terpadu. Perkembangan satu dimensi dipengaruhi dan mempengaruhi
dimensi lainnya, sehingga perhatian dan penanganan perkembangan satu
dimensi satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Aspek perkembangan
fisik dapat dipisahkan dengan perkembangan sosial, emosi, dan kognitif dan
sebaliknya, dan perkembangan itu terpadu dengan pengalaman, kehidupan,
dan lingkungan.
Usia anak sekolah dasar berkisar 6-L2 tahun berada pada
fase
perpindahan dari pra operasional konket. Pada usia ini anak mampu
berpikir
simbolik dan dapt memecahkan masatah dengan menggunakan symbolsimbol seperti angka dan huruf, walaupun belum setaraf orang dewasa. Anak
memerlukan benda-benda untuk memperjelas pemahaman konsep
(Bredekamp, 1987:63). Lebih jauh piaget (dalam Labinowicz, 1990; cain,
1990) menyatakan adalah sia'sia mengajarkan ana hal-hal yang bersifat
abstrak. Anak mengefti operasional simbol-simbol dengan melalui aktivitas
konkret. Anak memertukan interaksi dengan rnateri atau benda-benda yang
dipelajari, teman sebaya sebagai mitra ke[a, orang dewasa sebagai
pembimbing, pendorong, fasititator (Bredekamp, L9g7:z-5). Konsekuensi
logis dari kenyataan tersebut, guru harus mampu mendesain pembelajaran
yang tidak bersifat abstrak dan asing bagi anak. Pada anak usia muda
belum
mampu memisahkan segala sesuatu tidak beftolak bertitik tolak dari bidang
studi, tetapi dari suatu hal yang menyeluruh dan bermakna.
.
Karakteristik belajar anak
Kegiatan belajar anak tidak terlepas dari karakterlstik perkembangannya.
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa anak-anak belajar metalui kerja,
aktivitas, dan perbuatan yang berhubungan dengan lingkungan sekitar anak.
Melalui interaksi dengan lingkungan, mereka memperoleh pengeftianpengertian tentang dunia sekitar alamiah. Anak belajar dengan mengamati
peristiwa, interaksi dengan materi yang dipelajari, interaksi dengan orang
tua,
dan teman sebaya. Interaki dengan materi mendorong anak belajar secara
langsung, konkeret, nyata, dan keterampilan secara alamiah. Interaksi dengan
orang tua anak memperoleh bimbingan, pengarahan, motivasi,
dan
'memperoleh kemudahan
belajar. Interaksi dengan teman sebaya merupakan
wahana kompetisi yang sehat, kerja sama, aktivitas secara langsung. Dianne
Trister (1988) menyatakan anak secara spontan terlibat dalam membangu
balok, menggambar atau bermain drama. Bredekamp (19g7) belajar pada
anak berlangsung melalui aktivitas kefia dan berinteraksi dengan lingkungan
sekitar.
Karakteristik Perkembangan anak usia kelas awa! SD
Anak'7ang berada di kelas awal SD adalah anak yang berada pada rentangan
usia dini. Masa usia dini ini merupakan masa perkembangan anak yang
pendek tetapi merupakan masa yang
karena itu,pada masa
ini
sngat penting bagi kehidupannya. oleh
seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong
sehingga akan berkembang secara optimal
Karakteristik perkembangan anak pada kelas satu, dua dan tiga sD
biasanya pertumbuhan fisiknya telah mencapai kematangan, mereka telah
mampu mengontrol tubuh dan keseimbangannya. Mereka telah dapat
melompat dengan kaki secara bergantian, dapat mengendarai sepeda roda
dua, dapat menangkap bola dan telah berkembang koordinasi tangan dan
mata untuk dapat memegang pensil maupun memegang gunting. selain itu,
perkembangan anak dari sisi sosial, terutama anak yang
berada pada usia
kelas awal SD antara lain mereka telah dapat menunjukkan keakuannya
tentang jenis kelaminnya, terah mulai berkompetisi dengan teman sebaya,
mempunyai sahabat, telah mampu berbagi, dan mandiri.
Perkembangan anak usia 6-8 tahun dari sisi emosi antara lain anak telah
dapat mengekspresikan reaksi terhadap orang laln, telah dapat mengontrol
emosi, sudah mampu berpisah dengan orang tua dan telah mulai belajar
tentang konsep nilai misalnya benar dan salah, Untuk perkembangan
kecerdasannya anak usia kelas awal SD ditunjukkan dengan kemampuannya
dalam melakukan seriasi, mengelompokkan obyek, berminat terhadap angka
dan tulisan,
meningkatnya perbendaharaan kata, senang berbicara,
memahami sebab akibat dan berkembangnya pemahaman terhadap ruang
dan waktu.
Sesuai dengan tahapan karakteristik perkembangan anak, karaKeristik
cara anak belajar, konsep belajar dan belajar bermakna, maka kegiatan
pembelajaran
bagi anak kelas awal sD sebaiknya dilakukan
dengan
pembelajaran tematik. Pembelajaan tematik adalah pembelajaran tepadu yang
menggunakan tema untuk mengaitkan behrapa mata pelajaran sehingga
dapat memberikan pengalaman belajar bermakna kepada peserta didik. Tema
adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan
(Poerwadarminta, 1983). Dengan tema diharapkan akan memberikan
banyak
keuntungan,
di antaranya: (1)
Peserta didik mudah memusatkan perhatian
pada suatu tema tertentu; (2) Peserta didik mampu mempelajari pengetahuan
dan mengembangkan beftagai kompetensi dasar antar matapelajaran dalam
tema yang sama; (3) Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam
'dan berkesan; (4)
Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan
mengkaitkan matapelajaran lain dengan pengalaman pribadi pesefta didik; (5)
Pesefta didik mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena
materi disajikan daiam konteks tema yang jelas;
(6) Peserta didik lebih bergairah belajar karena
dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu
kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempetajari mata pelajaran
lain; (7) Guru dapat menghemat waktu karena beberapa mata pelajaran yang
disajikan secara tematik dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua
atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan
remedial, pemantapan, atau pengayaan.
Karakteristik belajar anak
Kegiatan belajar anak tidak terlepas dari karakteristik perkembangannya. Hasil
penelitian menunjukkan, bahwa anak-anak belajar melalui kerja, aktivitas,
dan
perbuatan yang berhubungan dengan lingkungan sekitar anak. Melalui
interaksi dengan Iingkungan, mereka memperoleh pengertian-pengeftian
tentang dunia sekitar alamiah, Anak belajar dengan mengamati peristiwa,
interaksi dengan materi yang dipelajari, interaksi dengan orang tua, dan
teman sebaya. Interaksi dengan materi mendorong anak belajar secara
langsung, konkeret, nyata, dan keterampilan secara alamiah. Interaksi dengan
orang tua anak memperoleh bimbingan, pengarahan, motivasi,
dan
memperoleh kemudahan belajar. Interaksi dengan teman sebaya merupakan
'wahana kompetisi yang sehat, kerja sama, aKivitas secara langsung.
Dianne
Trister (1988) menyatakan anak secara spontan terlibat dalam membangu
balolc menggambar atau bermain drama. Bredekamp (19g7) belajar pada
anak berlangsung melalui aktivitas kerja dan berinteraksi dengan Iingkungan
sekitar.
Anak usia sekolah dasar belajar melalui aktivitas kerja, hal ini sejatan
dengan masa anak yang senantiasa membutuhkan kerja dan benda-benda
konkret sebagai media belajar. Pada usia ini anak memahami symbol-simbol,
pengertian-pengeftian, konsep-konsep, melalui aktivitas benda-benda konkret.
Anak yang tumbuh dan berkembang secara
holisti( konsekuensinya, sehingga
pembelejatan pada anak usia SD dirancang secara fleksibel, luwes, dan
tidak
tertata secara kaku melalui bidang-bidang studi yang memisahkan secara
diskrit tiap mata pelajaran yang berkonotasi saling terpisah, padahal secara
nyata dunia memiliki sifat silang ilmu, silang konteks, silang lingkungan.
Sehingga pembetajaran harus dirancang secara terpadu
yang
mengintegrasikan bahan-bahan kajian menjadi satu pengeftian yang utuh dan
bermakna. Anak SD mengalamai kesulitan pemaknaan secara artificial, mereka
hanya mengerti dalam kerangka global, utuh, dan bermakna. Henkel dan
Argindoza (dalam Bredekamp, t987) menyatakan sesuai topic-topik bahasan
yang diambil dari kejadian-kejadian yang actual di masyarakat yang sesuai
untuk anak sekolah dasar.
Semiawan (1997) menyatakan pada fase usia dini (sebelum 10 tahun)
'belajar tidak melalui bidang studi yang terpisah.
Ia membaca, menghitung,
atau mencatat sesuatu yang beranjak dari bidang studi tertentu. Untuk itu
seyogyanya pembelajaran pada anak sekolah dasar terutama pada kelas-kelas
awal tidak terkotak-kotak dalam bidang studi, melainkan bertolak belakang
dari satu tema atau peristiwa otentik yang mampu menyatukan pembelajaran
menjadi satu keutuhan yang utuh dan bermakna bagi anak. Disamping itu
topic atau peristiwa otentik dapat menggerakkan kurikulum yang disepakati
(Padmono, 1997).
Pandangan tercebut sejalan dengan pendapat Roeseeau (dalam Morrow,
1993) yang rnenyatakan pembelajaran pada anak bersifat alamiah dan tidak
dipaksakan. Tugas orang tua dan guru adalah menciptakan kondisi lingkungan
analg agar anak dapat belajar dan mengembangkan potensinya seoptimal
rnungkin. Anak mengamati lingkungan dan akhirnya ia menbangun konsepnya
sendiri tentang lingkungan (termasuk lingkungan yang dapat didesain oleh
orang tua dan guru). Pestalozi (dalam Morrow, 1993) belajar hendaknya jauh
dari system formalisasi, sebab belajar alamiah dilakukan secara informal.
Froubel (dalm Morrow, 19930 lebbih memperkuat bahwa belajar pada anak
dilakukan melalui aktivitas bermain. peran guru dan orang
tua adalah
menstimulus permainan menjadi wahana belajar alamiah anak. John Dewey
melalui kurikulum Progrresif, menyatakan bahwa belajar pada anak dikatukan
melalui kefa. Selanjutnya Bredekamp (1987) menyataka anak belajar melalui
interaksi bermain dengan
paksaan.
obje( orang tua dan teman, mereka
belajar. tanpa
Kondisi Objektif dan Kebutuhan
Kebutuhan obejeKif calon guru sekolah dasar
di
lapangan nantinya
secara logis mengelola subjek didik yang berusia muda (6-12 tahun) yang
penyelenggaraan pembelajarannya memiliki karakteristik tersendiri.
Peningkatan mutu pelaksanaan penrbelajarannya harus sesuai dengan kondisi
objektif pekerjaan yang akan menjadi tanggung jawabnya, untuk itu calon
guru sekolah dasar harus memiliki bekal kemampuan menyelenggarakan
pembelajaran sesuai dengan karakteristik
anak sekolah
dasar.
Penyelenggaraan pembelajaran yang efektif sesuai karakteristik subjek didik
merupakan upaya peningkatan profesionalisme guru yang berbuat dengan
nuansa ke SD-an sefta mampu melaksanakan tindakan yang relevan dengan
tuntutan pendidikan sekolah dasar.
Kepedulian pendidikan yang diselaraskan dengan karakteristik anak
sekolah dasar adalah kepedulian terhadap keterkaitan inter dan antardan
antar bidang studi. cirri ini hendaknya terwujud dalam kemampuan guru
merancang dan melaksanakan pembelajaran.
Realitas Perkembangan rprEK dan situasi serba Lintas
Kenyataan menunjukkan perkembangan dalam satu bidang ilmu
pengetahuan cenderung diikuti oleh transformasi temuan ilmu
itu ke bidang
lain. Penemuan sinar laser diikuti transformasi ke ilmu kedokteran dan
sejenisnya.
Pada era globalisasi dan informasi nyata kita lihat bahwa segala sesuatu
tidak dapat berdiri sendiri, tetapi menjadikan suatu jaringan (net) yang saling
berhubungan dan mempengaruhi. semiawan (1996) menyatakan dunia masa
kini dan masa mendatang merupakan dunia yang lintas ilmu, konteks, dan
ilmu lingkungan. Pernyataan ini menunjukkan, bahwa satu kejadian atau ilmu
senantiasa berkenaan dan berkaitan dengan ilmu lain, dan lingkungan lain.
sehubungan dengan
itu, perlu kesiapan dan kearifan bahwa
menghadapi
segala sesuatu senatiasa dipikirkan dan diantisipasi segala sesuatu yang
berkaitan dengannya. Pembelajaran pada anak harus mempersiapkan mereka
aenantiasa menghadapi segala sesuatu yang serba kompleks dan lintas,
keterpaduan pembelajaran merupakan wahana memberikan pengalaman yang
disamping membermaknaan belajar, juga meratih siswa mengkaitkan atau
menghubungkan apa yang dipelajari dengan berbagai hal yang berkaita.
MASAI.AH ANAK DAI.AM PENGELOI.AAN KELAS
A. Pentingnya Pengenalan Masalah Anak
Berbagai bentuk perilaku anak akan ditemui oleh guru di sekolah, sepefti anak
agresif, tak bisa tenang dan suka bertengkar, pemalu dan lebih suka
menyendiri, suka menangis, dan suka rnemukul. Perilaku-perilaku tersebut
merupakan tanda bagi guru bahwa ada sesuatu yang tidak beres pada diri
anak, atau dengan kata lain mereka sedang menghadapi masalah.
Guru perlu mengerti bahwa perilaku tersebut ada sebab atau latar
belakangnya. Oleh karena itu guru perlu mengetahui penyebab dari masalahmasalah yang dihadapi anak tersebut.
Perilaku anak
di kelas, di depan guru,
teman-temannya atau
di depan
orang Iain disebabkan oleh pengalaman-pengalaman yang telah diperoleh
anak,
kondisi yang dihadapinya saat itu, dan dapat pula disebabkan oleh
berbagai keinginannya. Hal ini telah berkembang dalam diri anak atau dapat
pula merupakan hasil interaksi antara dirinya dengan semua
aspek
Iingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat umumnya. Jone Dan Jones
(1980) mengatakan bahwa tingkah laku anak di dalam kelas Merupakan
pencerminan dari keadaan keluarganya. Bagi keluarga kurang stabil dapat
menimbulkan ketegangan pada
diri anak dan membuat mereka kurang
berhasil dengan baik untuk memenuhi akademik dan tuntutan sosiai di
sekolah.
Di sekolah berbagai bentuk perilaku anak akan ditemui oleh guru, seperti
anak agresif, tak bisa tenang dan suka beftengkar, pemalu dan lebih suka
menyendiri, suka menangis, dan suka memukut. Perilaku-perilaku tersebut
merupakan tanda bagi guru bahwa ada sesuatu yang tidak beres pada diri
anak, atau dengan kata lain mereka sedang menghadapi masalah.Guru perlu
mengerti bahwa perilaku tercebut tentu ada sebabnya atau latar belakang da6
setiap perilaku tersebut. Oleh karena itu guru perlu mengetahui sebabsebab
'yang sebenarnya dari masalah-masalah yang dihadapi
anak tersebut.
Ada suatu anggapan bahwa masalah-masalah anak tidak dapat ditinggalkan di
rumah. Bagaimanapun anak akan membawanya ke sekolah sehingga dapat
mengganggu proses pembelajaran
di
kelas. Bahkan mungkin
proses
pembelajaran menjadi tidak terjadi sama sekali, apabila anak mengalami
tekanan bathin karena keamanannya terancam, dan kebutuhan psikologisnya
tidak terpenuhi, merasa terkucilkan, merasa tidak dihargai, dun
,.r*a
tidak
disenangi. Dalam kondisi sepefti itu, kemampuan anak untuk belajar menjacii
terhalangi sehingga usaha guru untuk melaksanakan proses pembelajaran
menjadi sia-sia saja.
Pekerjaan guru tidak akan berhasil dengan baik apabila
ia tidak
atau
kurang memahami anak. Apabila guru ingin sukses dalam melaksanakan
pembelajaran, maka pengelolaan kelas yang dilakukan hendaknya
men-cakup
usaha guru untuk memahami masalah-masalah anak dan dapat rnengambil
langkah penyelesaiannya dengan tepat dan benar.B. Jenis Masalah Anak
dalam Pengelolaan Kelas Masalah pengelolaan kelas yang bersumber dari
anak
dapat dikelompokkan pula menjadi dua kategori, yaitu masalah individual
dan
masalah kelompok. Untuk melakukan pengelolaan kelas yang efektif
diperlukan kehati-hatian dalam mengidentifikasi suatu masalah, apakah
masalah ini bersifat individual atau kelompok.Kekurang hati-hatian guru
dalam
memahami masalah dapat menyebabkan kekellruan datam menentukan jenis
masalah yang muncul. Misalnya, bisa saja terjadi masalah kelompok dilihat
-
sebagai masalah individual atau sebaliknya.
1'
Masalah individual Masalah Individual adalah masalah
pengelolaan
kelas yang sumber penyebabnya adalah individu
anak. sebagaimana yang
dibahas pada bab terdahulu bahwa ada empat kategori
masalah individual
dalam kelas, yaitu tingkah raku yang ingin mendapatkan
perhatian orang rain,
tingkah laku yang ingin menunjukkan kekuatan, tingkah
laku yang beftujuan
menyakiti orang lain dan peragaan ketidakmampuan.
Bentuk-bentuk perilaku
tersebut menimbulkan masalah dalam kelas dan dapat
menganggu kelancaran
pembelajaran. Masalah individual yang
dapat dilihat sebagai wujud dari bentuk
perilaku tersebut di antaranya adarah sebagai
berikut:
a. anak sering menunjukkan gerak tubuh atau periraku yang tampak
kebodoh-bodohan atau berbuat aneh yang semata-mata
untuk menarik
perhatian kelas,
b.
anak teftawa tebih keras dibandingkan teman-temannya,
c. anak suka bercanda dan sering menqgoda teman
sebelahnya,
j.
anak menarik diri sama sekali dan tidak mau melaksanakan kewajibankewajibannya
k. anak selalu Lupa pada aturan-aturan penting datam kelas,
I.
anak melakukan tindakan-tindakan fisik yang dapat menyakiti orang lain,
m. anak tidak mau sama sekali menerima tugas Yang diberikan kepadanya dan
selalu mengatakan tidak bisa,
n. anak merasa pesimis Atau putus asa terhadap semua keadaan,
o. anak memiliki rasa permusuhan atau Menentang kepada semua peraturan,
p. anak pasif atau potensi rendah serta datang ke sekolah tidak teratur.
2. Masalah kelompok
Masalah kelompok adalah masalah pengelolaan kelas yang sumber
penyebabnya adalah kelompok. lohnson dan Bany (dalam Hasibuan, 1994)
mengemukakan enam kategori masalah kelompok dalam pengelolaan ketas,
yaitu:
a. kelas kurang kohesif,misalnya perbedaan jenis kelamin, suku, dan tingkatan
sosio-ekonomi,
b
kelas Mereaksi negatif terhadap salah satu seorang anggotanya, misalnya
mengejek anggota kelas dalam menyanyi karena suaranya sumbang,
c membesarkan hati anggota kelompok ketas yangjustru
melanggar norma
kelompo( misalnya pemberian semangat kepada badut kelas,
d kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang tengah
dikefakan,
e semangat kerja rendah, misalnya semacam aksi protes kepada guru karena
menganggap tugas yang diberikan kurang adil,
f
k-elas kurang mampu menyesuaikan
diri dengan keadaan baru,
misalnya
gangguan jadwal, atau guru kelas terpaksa diganti sementara oleh guru lain.
Kelas yang kurang kohesif ditandai dengan Iemahnya hubungan
interpersonal di dalam kelas. Hal ini dapat disebabkan karena perbedaan jenis
kelamin, suku dan tingkat sosial ekonomi. Sering terlihat adanya permusuhan
sekelompok anak perempuan dengan sekelompok anak laki-laki. Lemahnya
hubungan ini terlihat pula karena perbedaaan suku,kota asal, kampung abu
tempat tinggal. Di dalam kelas sekelompok anak
ini bisa menampakkan
hubungan yang sangat jarak dan tidak akab dan terkadang bisa menimbutkan
peftentangan-pertantangan
di dalam kelas. Pertentangan itu
bahkanditambah
pula oleh faKor pemicu lain seperti berbedanya tingkat sosial ekonomi mereka.
Setiap kelompok anak membangun suatu kekuatan atas dasar persamaanpersamaan yangdimiliki. Dalam hal
ini
masing-masing kelompok bisa saling
menutup diri dalam pergaulannya, sehingga sulit jika guru menugaskan suatu
tugas kerjasama.
Kelas mereaksi negatif terhadap satah seorang siswa dapat pula
menimbulkan masalah dalam kelas, misalnya dengan mentertawakan, menghina
se'cara bersama- sama, yang menyebabkan kelas menjadi ribut dan tidak
kondusif untuk belajar. Biasanya anak yang diketawakan anak yang pemalu,
cengeng, suaranya sumbang kalau bernyanyi dan berpenampilan kurang
menarik.Dukungan kepada badut kelas mengakibatkan pula makin berlarutnya
masalah
di
dalam kelas. Anak yang membadut makin
kebolehannya melucu danberperilaku yang aneh-aneh. Hal
ini
menunjukkan
menirrrbulkan
sorak-sorai dan tertawaan anak Yang bertebihan sehingga dapat mengalihkan
perhatian anak untuk belajar. Mudahnya teralihkan perhatian anak selain karena
anak yang membadut juga karena hal-hal lainyang dengan cepat memancing
perhatian anak, seperti melihat peralatan belajar dan mainan kawan yang baru,
tindakan-tindakan iseng dari kawan, dan situasi lingkungan sekolah yang kurang
mendukung kegiatan belajar.
Masalah anak secara kelompok juga terjadi karena semangat kerja rendah
sebagai akibat perlakuan yang tidak adil dari guru, seperti ketidakadilan dalam
menentukan jenis tugas yang dikerjakan, dan peralatan atau bahan yang
ditentukan guru. Terkadang anak
meras rebihtertarik dengan tugas yang
dikerjakan anak yang lain yang sudah ditentukan, atau anak lebih teftarik
dengan benda atau alat-alat yang digunakan anak lain yang sudah ditentukan
guru. lika situasi ini tidak ditanggapi guru
maka akan menimbulkan masalah, sepefti anak malas dan tidak bersemangat
untuk meneruskan pekerjaannya. Adanya hal-hal baru menurut analg seperti
peftukaran jadwal dan guru, sering pula menimbulkan masalah bagi anak. Jika
jadwal beftukar, guru berganti, ini diartikan sebagai sesuatu yang tidak berjalan
seperti biasanya, sepefti jam masuk atau istirahat atau pulang yang sudah
berganti, dan ibu guru lain yang belum sepenuhnya dikenali. Hal ini cenderung
membuat anak-anak resah dan cemas dalam mengikuti kegiatan di dalam kelas,
karena biasanya mereka seharusnya sudah istirahat atau pulang, tapi dengan
pertukaran jadwal mereka belum bisa istirahat atau belum pulang. Atau yang
seharusnya mereka harus belajar dengan guru yang manis dan ramah, sekarang
mereka dihadapkan dengan guru yang pemarah. Kenyataan-kenyataan ini
berpengaruh pada anak dalam belajar dan dapat menjadi masalah besar dalam
pengelolaan kelas, karena anak dirundung rasa takut dan cemas untuk belajar.
Dalam penanganan masalah pengelolaan kelas, guru perlu mengetahui
sebab-sebab anak berperilaku yang tidak diharapkan Pendekatan berikut perlu
dipahami oleh para guru
di
kelas. Schaefer (1996) mengemukakan ada dua
pendekatan dalam rnemahami masalah anak, yaitu pendekatan dari Iuar (surface
approach) dan pendekatan kausal (ausat approach). Pendekatan dari luar
(Surface Approach) lebih memusakan pengaafran dan pengendatian
terhadap
tingkah laku anak yang dapat dilihat dan diamati. Pendekatan ini biasanya
dipakai guru yang bersikap kaku, bergaya otoriter yang selalu mengharapkan
seluruh anak-anak didiknya patuh dan taat kepada aturan dan ketentuanketentuan yang telah ditetapkannya sepihak. Tipe guru sepefti ini menilai berat
atau ringannya suatu kesalahan anak sesuai dengan akibat-akibat praktis dari
kesalahan
itu. Misalnya, suatu kesalahan karena tidak sengaja, seorang anak
minum sambil berdiri dan tanpa sengaja tabung airnya lepas, airnya tumpah
membasahi kawannya yang sedang duduk di samping bangkunya sehingga anak
yang terkena tumpahan air itu menangis. Kemudian kesalahan anak ini dianggap
yang lebih berat dari pada anak yang dengan sengaja menumpahkan air ke
lantai.
Pendekatan Kausal (causalApproach), mencoba
mencari dan
mengerti motif-motif yang mendasari tindakan dan maksud-maksud darisuatu
tindakan, sefta berusaha untuk menemukan mengapa seorang anak bertindak
demikian. Pendekatan
ini berusaha memecahkan
masalah dengan jalan
atau akarnya
yang tersembunyi. Dalam
menghilangkan sebab-sebab
pendekatan
ini
biasanya guru memandang setiap perilaku
anak
mempunyai alasan-alasan teftentu atau didorong oleh suatu motif. Sehubungan
dengan hal itu Schaefer (1996) mengemukakan pula bahwa di antara motif-motif
yang umum dari tingkah laku salah pada anak disebabkan
oleh;
a . perhatian, anak-anak ingin mendapatkan perhatian, bahkan peringatan
dan kritik,
b.
pembalasan, anak-anak memberikan pembalasan karena merasa
pernah disakiti dan terhalangi keinginnnya,
c. salah pengeftian, anak
tidak mengefti tentang
apa
yang
diharapkan dari dirinya, atau karena Iupa peraturan-peraturan,
d.
perjuangan haK anak-anak menginginkan
cara dan kehendaknya sendiri dalam
agar ja dibiarkan
suatii
perselisihan,
melakukan
sebab
keadaanjasmani;
marah karena
f.
anak merasa mudah tersinggung
dan
dia letih, lapar atau sakit,
persaingan, anak bersifat cemburu untuk memperoleh perhatian dan
kelebihan terhadap teman sebayanya,
9.
pemindahan, anak menderita karena beberapa
terluka yang
dialaminya ,
harga diri
-
yang
dan mencoba memindahkan kepada orang
!ain,
h.
nilai-nilai, anak hanya memikirkan
diri
sendiri (egosentris) dan ha'mpir
tidak memperdulikan orang lain, dan tidak merasa bersalah atas suatu
perbuatannya.
Teknik pengelolaan kelas tersebut dapat dikelompokkan ke dalam teknik
preventif dan teknik kuratif. Teknik preventif adalah teknik untuk mencegah
timbulnya tingkah
Iaku anak yang dapat mengganggu
pembelajaran, sedangkan
teknik
kegiatan
kuratif adalah teknik untuk
menanggulangi perilaku anak yang menganggu kegiatan belajar. penerapan
teknik preventif dilakukan guru adalah dengan maksud tersedianya suatu
kondisi yang nyaman dan aman
bagi
anak untuk beraktivltas
di
kelas.
Teknik kuratif merupakan tindakan korektif yang dilakukan
guru
perilaku anak yang menyimpang dan merusak kondisi
optimal
kelangsungan aktivitas anak
di
dalam kelas. Dalam teknik
terhadap
bagi
kuratif
ini
"tindakan penangulangan yang
dilakukan guru bisa saat terjadi gangguan, dan
tindakan penyembuhan terhadap perilaku anak yang menyimpang yang
terlanjur terjadi agar penyimpangan tersebut tidak berulang-ulang. semua
rangkaian
kegiatan pengelolaan kelas
ini
dilakukan
guru
dengan
maksud untuk menyediakan kondisi yang optimal bagi proses pembelajaran
anak
di
kelas
atau tersedianya kcndisi yang kondusif bagi
anak sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan Efektif.
pembetajaran
KESIMPULAM
Hasibuan (1994) mengemukakan sejumlah sikap
guru
dan
tindakan
dalam
masing-masing teknik di atas, yaitu;
1.
Teknik preventif
sikap dan tindakan guru yang prcventif
adalah;
a.
sikap terbuka,
b. sikap menerima dan menghargai siswa sebagai manusia
c. sikap empati,
d. sikap demokratis,
e. mengarahkan anak pada tujuan kelompok,
f. menghasilkan
-aturan
kelompok yang disepakati bersama,
g. memperjelas komunikasi,
h. menunjukkan kehadiran.
sikap terbuka
yang
tidak
sikap guru yang penting
untuk
dalam pencegahan perilaku siswa
diharapkandalam kelas merupakan
menunjukkan keakaban hubungannya dengan
anak.
Dengan menciptakan
suasan keterbukaan, anak-anak benar-benar merasa bebas dan leluasa untuk
mengemukakan pendapatnya serta penuh keyakinan bahwa guru
mendengarkan
dan memperhatikan pendapatnya. Untuk
akan
selalu
menyatakan
keterbukaan ini guru menyatakan kebaikannya kalau sekiranya anak-anak juga
baik atau sebaliknya. Beberapa contoh dari aturan dasar yang dapat dibuat
bersama-sama dengan anak
atau dimintai persetujuan anak, yaitu
tentang:
1.
mengacungkan tangan sebelum beftanya,
2. mendengarkan
3. mengikuti
baik-baik petunjuk guru,
pengarahan yang diberikan guru,
4.
menjalin
5.
menyeselesaikan tugas-tugas tepat pada waktunya,
kefia sama dengan teman sekelas,
6. membantu teman lain, sepefti juga kamu akan dibantu,
7. membawa buku, pensil, kertas, penghapus, dan alat-alat
lainnya
yang diperlukan untuk belajar,
8. menempati tempat di tempat duduk sebelum bel berbunyi,
9, melakukan persiapan untuk pulang ke rumah secara tertib.
Aturan yang akan diterapkan pada anak hendaknya dibuat dengan jelas,
sederhana dan singkat, sehingga tidak ada kesalahpahaman tentang apa yang
diharapkan guru
dari
perilaku anak dan sebelum diterapkan mintalah
persetujuan anak terlebih dahulu.
Memperjelas
komunikasi, guru diharapkan
dapat
memperjelas
komunikasi yang dilakukan anak, karena tidak semua anak dapat
berkomunikasi dengan baik. Dalam hal
ini guru dapat mengulangi apa
yang diucapkan anak dengan maksud mempeftegas maksud
anak.
Menunjukkan kehadiran perlu dilakukan guru sebagai teknik pencegahan
perilaku anakyang tidak diinginkan. Dalam hal ini guru perlu menunjukkan
pada anak bahwa ia hadir di kelas, tidak hanya secara fisik tetapi juga mental.
Berkaitan dengan hal ini,
guru hendaknya sadar serta tanggap terhadap
perhatian analg keterlibatan anak sehingga dapat diketahui mana anak yang
acuh atau kurang berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Sikap grru yung
demikian dapat dirasakan oleh anak bahwa gurunya hadir bersama dengan
mereka dan mengetahui apa yang mereka perbuat.
2
Teknik kuratif
Dengan menggunakan teknik kuratif guru dapat melakukan beberapa hal
sebagai berikut yaitu:
(a) penguatan negatif,
(b)
penghapusan,
(c)
penghukuman,
(d)
pembicaraan situasi pelanggaran dan bukan pelaku pelanggaran,
(e)
pemasabodohan
(f)
pemberian tugas yang memerlukan keberanian (bagi anak yang
terhadap
pelanggaran anak,
menunjukkan tingkah laku menguasai),
(g)
pemberian tugas yang menuntut kekuatan fisik (bagi
anak
yang
menunjukkan tingkah laku menguasai),
(h)
"
kenghilangan respon, ekspresi wajah tetap wajar (bagi anak, bagi anak
yang menunjukkan tingkah laku membalas dendam,
(i)
penyalahan anak secara
keberhasilan
(bagi
tidak langsung, dan menunjukkan
anak yang menunjukkan tingkah laku ketidak
mampuan,
fi) peningkatan partisipasi anak dalam beraktifuitas,
(k)
(1)
(m)
segi-segi
meratakan partisipasi analg
pengurangan ketegangan,
penyelesaian pertentangan antar pribadi atau antar kelompok.
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Bimo walgito, Birnbingan
Andi
ffiset
+ konseling (studi & karier). peneroit .cv
(Penerbit Andi), Hak Cipta, tahun 2004,2005,2010
clnthia ulrich Tobias."setiap anak bisa berhasil (every child can succeed).
Memaksimalkan gaya belajar anak anda, (Hak Cipta Bahasa Indonesia @ Fokus
pada Keluarga, tahun 2009
Dra. Desmita, M.Si . Psikologi Perkembangan Peserta Didik
Penerbit PT Remaja Rosdakarya Bandung, cetakan kedua, Mei 2010
SD Darul Hikam
Berakhlali& Berprestasi
SEKOTAH
DASAR
Bandung, 13 Oktober 2010
DARUT
Nomor : 021/SD-DH|B.5N120L0
Larnp. : 2lbr
Hal
:
HIKAM
Permohonan Menjadi Pembicaru
Kepada Yth.
Ibu Dr. FIj. Hendriati Agustiani, M.Si
di
Tempat
As s alaarnu'alaikum
Waraltmatullaahi Wabaraknatuh,'
Teriring do'a kami sampaikan semoga ibu beserta keluarga senantiasa berada dalam curahan
rahmat dan naungan hidayah-Nya.
- Selanjutnya kami mengundang ibu untuk berkenan menjadi pembicara dalam acata seminar
dengan tema
"Identifikasi Karakter Siswa dan Alternatif Penanganan Siswa di Kelas"
yang akan diselenggarakan pada
hari/tanggal :
tempat
:
Sabtu, 23 Ohober 2010
: Aula
SW Darul Hiknm
Jl. Tubagus Ismail DePan Bandung
Demikian permohonan ini kami sampaikan. Atas perkenannya, kami mengucapkan terima
kasih.
Billaahi Fii Sabiili Al-Haq
W a s s al a amu' al a ihtm War ahm
30809197s02200r
at ul I a ahi lYab ar ako
a t uh.
UCAPANTTRIMA
No :06/SD-DH/X/2010
Keluar ga
B esarsD DARUT HIKAM MENG UCAPKAN
TERIMA
fr,t, fiE,
IfiSIHhEah:
ftfuinti Wtiiln,,ilL,Si
Atas Putisipasinya sebagai
:
gemnfu,i fisdn W onftrr ft-p
"9@i9uqdn,Didifr,dno
W
{\Mhrun
Vffi/g, Difredfrru
qurul'
Altah SWT membalas amal Kebaikan Ibu
-Sernoga
dengan pahala yang berlipat ganda. Aamiin.
23 Oktober 2010
6%