PENGGUNAAN METODE GENIUS LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN LOGIS MATEMATIS SISWA SMP : Studi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Cimahi.

(1)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR DIAGRAM ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... ...8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Definisi Operasional. ... 10

F. Hipotesis ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika ... 12


(2)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian ... 29

B. Populasi dan Sampel ... 29

C. Instrumen Penelitian ... 31

D. Bahan Ajar ... 33

E. Prosedur Penelitian ... 33

F. Analisis Data ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 48

1. Gambaran Umum ... 48

2. Aktivitas Pembelajaran di Kelas ... 48

3. Bahan Ajar yang Digunakan ... 50

4. Data Hasil Penelitian ... 50

5. Analisis Data Kuantitatif a) Analisis Data Hasil Pretes ... 51

b) Analisis Data Hasil Postes ... 57

c) Analisis Data Kualitas Peningkatan Kemampuan Kecerdasan Logis Matematis Siswa ... 63

6. Analisis Data Kualitatif a) Analisis Data Angket Siswa ... 66

b) Analisis Data Lembar Observasi ... 70

c) Analisis Jurnal Harian Siswa ... 72


(3)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 74 B. Saran ... 74


(4)

DAFTAR TABEL

TABEL 3.1 ... 35

TABEL 3.2 ... 36

TABEL 3.3 ... 37

TABEL 3.4 ... 38

TABEL 3.5 ... 38

TABEL 3.6 ... 40

TABEL 3.7 ... 40

TABEL 3.8 ... 41

TABEL 3.9 ... 45

TABEL 3.10 ... 46

TABEL 3.11 ... 46

TABEL 4.1 ... 50

TABEL 4.2 ... 52

TABEL 4.3 ... 53

TABEL 4.4 ... 55


(5)

TABEL 4.7 ... 60

TABEL 4.8 ... 61

TABEL 4.9 ... 63

TABEL 4.10 ... 65

TABEL 4.11 ... 65

TABEL 4.12 ... 67

TABEL 4.13 ... 68


(6)

DAFTAR DIAGRAM

DIAGRAM 4.1 ... 51

DIAGRAM 4.2 ... 52

DIAGRAM 4.3 ... 57

DIAGRAM 4.4 ... 58

DIAGRAM 4.5 ... 64

DIAGRAM 4.6 ... 64


(7)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 4.1 ... 54 GAMBAR 4.2 ... 60


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN-A

A1. RPP Kelas Eksperimen... 78

A2. RPP Kelas Kontrol ... 99

A3. LKS Kelas Eksperimen ... 113

LAMPIRAN-B B1. Kisi-kisi Soal Pretes/ Postes ... 125

B2. Instrumen Pretes/ Postes... 131

B3. Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 133

B4. Lembar Observasi Proses Belajar Mengajar ... 135

B5. Kisi-kisi Angket ... 136

B6. Angket ... 137

LAMPIRAN-C C1. Analisis Hasil Uji Coba Tes ... 139

C2. Analisis Validitas ... 140

C3. Analisis Reliabilitas... 141

C4. Analisis Daya Pembeda ... 143

C5. Analisis Indeks Kesukaran ... 144

LAMPIRAN-D D1. Data Hasil Pretes, Postes dan Indeks Gain Kelas Eksperimen ... 145


(9)

D4. Hasil Uji Statistik Data Pretes Kelas Kontrol dan

Kelas Eksperimen ... 149

D5. Hasil Uji Statistik Data Postes Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 150

D6. Hasil Uji Statistik Data Indeks Gain Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 151

LAMPIRAN-E E1. Hasil Pretes/ Postes Siswa ... 152

E2. Hasil Kinerja Siswa pada LKS ... 160

E3. Hasil Angket Siswa ... 179

E4. Hasil Observasi Aktivitas Siswa ... 183

E5. Hasil Observasi Proses Belajar Mengajar ... 187

E6. Hasil Jurnal Harian ... 191

LAMPIRAN-F F1. Surat Tugas Dosen Pembimbing ... 193

F2. Surat Izin Uji Instrumen ... 194

F3. Surat Izin Penelitian ... 195

F4. Surat Keterangan Penelitian ... 196


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masalah pendidikan senantiasa menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan dan ditemukan solusinya. Di antara berbagai masalah yang ada, masalah kualitas pendidikan atau hasil belajar siswa merupakan topik yang sangat menarik dan tidak akan habis dibicarakan dalam dunia pendidikan, karena hasil belajar merupakan indikator untuk menilai kualitas sistem pendidikan yang diterapkan pada umumnya.

Menurut Uno (2009: 2) potensi sumber daya manusia merupakan aset nasional sekaligus sebagai modal dasar pembangunan bangsa yang hanya dapat digali dan dikembangkan secara efektif melalui strategi pendidikan dan pembelajaran yang terarah dan dikelola secara seimbang dengan memperhatikan pengembangan potensi peserta didik secara utuh dan optimal. Strategi pembelajaran yang dilaksanakan selama ini masih bersifat massal, yang memberikan perlakuan dan layanan pendidikan yang sama kepada semua peserta didik. Pelayanan pendidikan yang seperti ini kurang menunjang usaha mengoptimalisasikan pengembangan potensi peserta didik secara tepat. Hasil penelitian Depdikbud tahun 1994 (Uno, 2009: 2) menunjukkan sekitar sepertiga peserta didik dapat digolongkan sebagai peserta didik berbakat mengalami gejala “prestasi kurang”. Salah satu penyebabnya adalah kondisi lingkungan belajar yang


(11)

kurang menunjang dan kurang mendukung peserta didik untuk mewujudkan kemampuannya secara optimal.

Menurut Fontana (Suherman, 2001: 8) belajar merupakan proses perubahan tingkah laku individu yang relatif tetap sebagai hasil dari pengalaman, bersifat internal dan unik dalam diri siswa. Sedangkan pembelajaran merupakan penataan lingkungan agar proses belajar tumbuh dan berkembang secara optimal, bersifat eksternal dan sengaja direncanakan.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah baik jenjang sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas dan perguruan tinggi. Matematika memiliki peranan penting dan bersifat universal, artinya matematika diperlukan oleh bidang ilmu pengetahuan lainnya. Menurut Nurdiansyah (2009: 1) simbol, rumus, teorema, ketetapan, serta konsep dalam matematika sangat diperlukan untuk perhitungan, pengukuran, dan penilaian.

Dalam pembelajaran matematika, kecerdasan logis matematika lebih dominan dibandingkan dengan 7 kecerdasan lainnya yang dipaparkan Gardner. Menurut Uno (2009: 100) kecerdasan ini berkaitan dengan berhitung atau menggunakan angka dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang dengan kecerdasan logis matematis akan berpikir secara logis, linier, teratur yang dalam teori belahan otak disebut berpikir konvergen, atau dalam fungsi belahan otak, kecerdasan logis matematis merupakan fungsi kerja otak belahan kiri. Inteligensi logis matematis menggunakan banyak komponen, yaitu perhitungan secara matematis, berpikir


(12)

logis, pemecahan masalah, pertimbangan deduktif dan induktif, dan ketajaman pola dan hubungan (Uno, 2009: 101).

Beberapa survei/ penelitian yang berkaitan dengan intelegensi kecerdasan logis matematis siswa seperti yang dipaparkan di atas, antara lain sebagai berikut:

1) Hasil penelitian yang dilakukan oleh lembaga penelitian OECD PISA dukungan bank dunia (dalam Fitriyani, 2010: 3) pada tahun 2003 terhadap 7.355 siswa usia 15 tahun dari 390 SLTP/ SMK se-Indonesia diketahui bahwa hanya 7.070 siswa menguasai matematika sebatas memecahkan permasalahan sederhana dan belum mampu menyelesaikan masalah yang kompleks/ rumit. 2) Berdasarkan penelitian Priatna (dalam Gandriani, 2010: 4-5) mengenai

penalaran matematis siswa SLTP kelas 3, diperoleh bahwa kualitas kemampuan penalaran matematis (analogi dan generalisasi) rendah karena skornya hanya 49% dari skor ideal.

3) Dalam Mulyadi (2011: 2) salah satu faktor yang dapat diduga sebagai penyebab utama kesulitan siswa dalam belajar matematika adalah objek matematika yang bersifat abstrak. Siswa belum mampu berpikir abstrak atau kemampuan pernyataan verbal ke dalam bentuk gambar belum ada.

4) Hasil tes Trend in International Mathematics and Science Study (TIMSS 2007) atau lembaga yang mengukur dan membandingkan kecerdasan matematis siswa-siswa SLTP (eigthth-graders) antarnegara (dalam Handayani, 2011: 3-4), menyatakan bahwa pada tahun 2007, rerata skor yang diperoleh siswa-siswa Indonesia adalah 397 yang masih jauh dari skor


(13)

internasional yaitu 500. Selain itu murid Indonesia yang mampu menggunakan pemahaman matematikanya untuk menyelesaikan persoalan dengan beberapa langkah rumit (high order thinking) hanya kurang dari 1%. Hasil ini masih jauh dari rerata internasional yang sekitar 2% dan juga murid Korea Selatan, Taiwan, serta Singapura yang di atas 40%. TIMSS juga menyatakan bahwa siswa SLTP Indonesia sangat lemah dalam pemecahan masalah namun cukup baik dalam kemampuan prosedural (Ardiyanti, 2006: 3).

5) Rendahnya kemampuan siswa dalam geometri bangun datar juga terungkap berdasarkan hasil laporan ujian nasional matematika SMP/ MTs pada tahun 2007/ 2008 bahwa skor untuk indikator menghitung besar sudut segi empat, menghitung luas dan keliling gabungan beberapa bangun datar, berturut-turut skor rata-ratanya adalah 64.39, 56.19, dan 34.99 (dalam Mulyadi, 2011: 1).

Kekurangan kecerdasan logis matematis mengakibatkan sejumlah besar problema individu dan budaya. Tanpa kepekaan terhadap bilangan, seseorang kemungkinan besar tertipu oleh harapan-harapan tidak realistis akan memenangkan sebuah undian atau membuat keuangan yang keliru. Seseorang juga tidak mampu memahami permasalahan ekonomi, politik dan sosial yang penting seperti anggaran pemerintah. Menurut Lwin (2008: 45) berpikir logis penting untuk anak karena anak memperoleh disiplin mental yang keras dan belajar menentukan apakah alur pikir itu sah atau tidak sah.

Hal ini sejalan pula dengan hasil studi yang dilakukan Direktorat PLP 2002 (dalam Yusniati, 2009: 4) menyebutkan bahwa meski adanya peningkatan mutu pendidikan, namun pembelajaran dan pemahaman siswa SMP terhadap


(14)

Matematika masih kurang. Pembelajaran matematika di SMP cenderung text book oriented, kurang terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa, serta masih abstrak sehingga konsep-konsep akademik sulit dipahami.

Hasil penelitian Wahyudin (dalam Ardiyanti, 2006: 3) menunjukkan bahwa proses mengajar di kelas masih didominasi oleh guru. Sebanyak 90% guru matematika menyatakan bahwa metode yang paling sering digunakan adalah kombinasi ceramah dan ekspositori. Dari kedua metode tersebut, diduga proses pembelajaran tidak mendukung siswa untuk meningkatkan kecerdasan logis matematisnya karena pembelajaran cenderung berjalan satu arah. Dengan demikian siswa kurang aktif dan menjadi tidak terampil dalam memecahkan persoalan-persoalan terutama yang mencakup persoalan tidak rutin yang menuntut strategi pemecahan dengan pemikiran tingkat tinggi.

Peristiwa belajar yang disertai dengan proses pembelajaran akan lebih terarah dan sistematik daripada belajar yang hanya semata-mata dari pengalaman dalam kehidupan sosial di masyarakat. Belajar dengan proses pembelajaran ada peran guru, bahan belajar dan lingkungan kondusif yang sengaja diciptakan.

Dalam proses pembelajaran, selalu akan ada tiga komponen penting yang saling berhubungan satu sama lain (id.shvoong.com, 2011). Tiga komponen itu adalah:

1. Kurikulum, materi yang akan diajarkan 2. Proses, bagaimana materi diajarkan 3. Produk, hasil dari proses pembelajaran


(15)

Ketiga aspek ini sama pentingnya karena merupakan satu kesatuan yang membentuk lingkungan pembelajaran. Namun selama ini kita hanya terpaku pada materi dan hasil/ produk pembelajaran. Kita sibuk dalam menetapkan tujuan yang ingin dicapai dan menyusun materi apa saja yang dirasa perlu diajarkan. Namun sering kali kita lupa bahwa proses dalam lingkungan pembelajaran bisa menjembatani antara kurikulum dan hasil pembelajaran (Gunawan, 2007: 1).

Gunawan (2007: 6) menyatakan bahwa yang ditawarkan oleh metode Genius Learning adalah suatu sistem yang terancang dengan satu jalinan yang sangat efisien yang meliputi diri anak didik, guru, proses pembelajaran dan lingkungan pembelajaran. Dalam Genius Learning, anak ditempatkan sebagai pusat dari proses pendidikan, sebagai subjek pendidikan bukan objek pendidikan. Dengan adanya guru dan anak didik di kelas tidak berarti proses pendidikan dapat berlangsung secara otomatis. Bila ada proses pengajaran, tidak berarti pasti diikuti dengan proses pembelajaran. Kedua proses ini memang diusahakan untuk bisa dicapai secara bersamaan. Namun perlu dipahami bahwa keduanya merupakan dua kegiatan yang berbeda. Untuk itulah Genius Learning dirancang, yakni untuk menjembatani jurang yang memisahkan antara proses mengajar dan proses belajar.

Metode Genius Learning ini memungkinkan siswa untuk meningkatkan kecerdasan logis matematisnya karena disusun berdasarkan hasil riset mutakhir mengenai berbagai disiplin ilmu, terutama cara kerja otak dan memori (Gunawan, 2007: 8).


(16)

Dasar Genius Learning adalah metode accelerated learning atau cara belajar yang dipercepat. Nama Genius Learning diberikan Adi W. Gunawan untuk membedakan metode accelerated learning. Metode Genius Learning telah memasukkan dan mempertimbangkan kondisi masyarakat Indonesia secara umum, kebudayaan bangsa yang beragam, kondisi sosial dan ekonomi, sistem pendidikan nasional dan tujuan pendidikan yang utama, yaitu untuk menyiapkan siswa bisa menjalani hidupnya dengan berhasil setelah meninggalkan sekolah formal.

Pada tahun 1993, Bridley Moor High School di Redditch, Inggris, mengujicobakan efektivitas metode accelerated learning dalam mempelajari bahasa asing. Selama 10 minggu sekelompok murid mempelajari bahasa Jerman dengan menggunakan metode accelerated learning dan hasil ujian mereka dibandingkan dengan murid lain yang belajar dengan menggunakan metode konvensional. Hasil yang diperoleh ialah dengan menggunakan metode accelerated learning murid lulus dengan nilai 90% atau lebih, jumlahnya 10 kali lipat dibandingkan pembelajaran konvensional (Gunawan, 2007: 12-13).

Menurut Gunawan (2007: 11) secara ringkas proses pembelajaran Genius Learning adalah sebagai berikut :

1. Membangun dan mengembangkan lingkungan pembelajaran yang kondusif 2. Melakukan penghubungan antara apa yang akan dipelajari dan apa yang telah

diketahui oleh murid

3. Guru menunjukkan gambaran besar dari keseluruhan materi 4. Menetapkan tujuan pembelajaran


(17)

5. Pemasukan informasi

6. Proses aktivasi yang membawa murid kepada satu tingkat pemahaman yang lebih dalam terhadap materi yang diajarkan

7. Demonstrasi

8. Melakukan pengulangan sekaligus membuat kesimpulan dari apa yang telah dipelajari

Dari latar belakang masalah yang sudah dipaparkan penulis tertarik untuk meneliti skripsi dengan judul “Penggunaan Metode Genius Learning Untuk Meningkatkan Kecerdasan Logis Matematis Siswa SMP”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka secara umum permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Apakah peningkatan kemampuan kecerdasan logis matematis siswa SMP dengan pembelajaran menggunakan metode Genius Learning lebih baik daripada peningkatan kemampuan kecerdasan logis matematis siswa SMP dengan pembelajaran menggunakan metode ekspositori?

2. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan metode Genius Learning?


(18)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan kecerdasan logis matematis siswa SMP dengan pembelajaran menggunakan metode Genius Learning lebih baik daripada peningkatan kemampuan kecerdasan logis matematis siswa SMP dengan pembelajaran menggunakan metode ekspositori.

2. Untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran matematika menggunakan metode Genius Learning.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat atau kontribusi nyata bagi berbagai kalangan berikut ini :

1. Bagi siswa, dengan menggunakan metode Genius Learning dapat meningkatkan kecerdasan logis matematis siswa.

2. Bagi guru, memperoleh informasi mengenai pembelajaran matematika menggunakan metode Genius Learning untuk meningkatkan kecerdasan logis matematis siswa.

3. Bagi peneliti, memberikan gambaran yang jelas tentang metode Genius Learning untuk meningkatkan kecerdasan logis matematis siswa.


(19)

4. Bagi sekolah dan mutu pendidikan, diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk menerapkan metode Genius Learning dan diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

E. Definisi Operasional 1. Metode Genius Learning

Genius Learning adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan suatu rangkaian pendekatan praktis dalam usaha meningkatkan hasil proses pembelajaran.

Ssecara ringkas proses pembelajaran metode Genius Learning adalah sebagai berikut :

1) Membangun dan mengembangkan lingkungan pembelajaran yang kondusif

2) Melakukan penghubungan antara apa yang akan dipelajari dan apa yang telah diketahui oleh murid

3) Guru menunjukkan gambaran besar dari keseluruhan materi 4) Menetapkan tujuan pembelajaran

5) Pemasukan informasi

6) Proses aktivasi yang membawa murid kepada satu tingkat pemahaman yang lebih dalam terhadap materi yang diajarkan

7) Demonstrasi

8) Melakukan pengulangan sekaligus membuat kesimpulan dari apa yang telah dipelajari


(20)

2. Metode Ekspositori

Metode ekspositori adalah metode pembelajaran konvensional yang di dalamnya ceramah sebagai metode dominan, tetapi divariasikan dengan penggunaan metode lain dan disertai dengan ilustrasi gambar-tulisan tentang pokok-pokok materi untuk diekspos sehingga lebih menjelaskan sajian. 3. Kecerdasan Logis Matematis

Kecerdasan logis matematis adalah kecerdasan yang menuntut seseorang untuk berpikir abstrak, kemampuan perhitungan, logika, analogi (proses penyimpulan berdasarkan kesamaan data/ fakta), dan pemahaman pola dan bilangan.

F. Hipotesis

Berdasarkan kajian pustaka dan rumusan masalah sebelumnya, hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah “Peningkatan kemampuan kecerdasan logis matematis siswa SMP dengan pembelajaran menggunakan metode Genius Learning lebih baik daripada peningkatan kemampuan kecerdasan logis matematis siswa SMP dengan pembelajaran menggunakan metode ekspositori”.


(21)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Dan Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan studi eksperimental dengan desain kuasi-eksperimen karena subjek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi peneliti menerima keadaan subjek seadanya. Kelompok yang akan terlibat dalam penelitian ini yaitu kelompok eksperimen. Kelompok ini mendapatkan pembelajaran dengan metode Genius Learning sedangkan kelompok yang lainnya dengan pembelajaran biasa dengan metode ekspositori. Dengan demikian desain kuasi eksperimen dari penelitian ini (Ruseffendi, 2001: 47) adalah sebagai berikut:

O X O O O Keterangan:

X : Perlakuan dengan metode Genius Learning O : Pemberian pretes (sebelum perlakuan)

Pemberian postes (setelah perlakuan)

B. Populasi Dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMPN 4 Cimahi semester genap tahun ajaran 2011/2012. Siswa kelas VIII SMPN 4 Cimahi terdiri


(22)

karena berada pada klaster menengah sehingga diharapkan hasil penelitian merupakan dampak dari metode pembelajaran yang diterapkan. Dasar pertimbangan populasi siswa kelas VIII adalah sebagai berikut:

1. Ditinjau dari segi usia, siswa kelas VIII telah termasuk pada operasi formal. Menurut Ruseffendi (Mariana 2011: 40) “pada umur 11-12 tahun ke atas manusia telah masuk pada tahap operasi formal dengan karakteristik dapat menyusun desain percobaan, dapat memandang perbuatannya secara objektif dan merefleksikan proses berpikirnya, serta dalam berdiskusi dapat membedakan argumentasi dan fakta.”

2. Pokok bahasan kubus dan balok terdapat pada pelajaran SMP kelas VIII semester genap.

Pengambilan sampel yang tepat dalam penelitian merupakan langkah yang penting, karena hasil penelitian dan kesimpulan didasarkan pada sampel yang diambil. Sampel yang kurang mewakili populasi, dapat berakibat kepada kesimpulan yang keliru.

Adapun subjek penelitian ini adalah dua kelas yang dipilih secara random dari kelas reguler. Alasan random sampling karena setiap kelas merupakan kelas reguler. Satu kelas menjadi kelas eksperimen yaitu kelas VIII C dan satu lagi menjadi kelas kontrol yaitu kelas VIII A. Untuk keperluan uji coba tes maka dipilih kelas selain kelas sampel di luar populasi dari penelitian.


(23)

C. Instrumen Penelitian

Sebagai upaya untuk mendapatkan data dan informasi yang lengkap mengenai hal-hal yang ingin dikaji melalui penelitian ini, maka dibuatlah seperangkat instrumen. Adapun instrumen yang akan digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Instrumen Data Kuantitatif

Tes kemampuan Kecerdasan Logis Matematis

Tes kemampuan kecerdasan logis matematis dikembangkan berdasarkan pada komponen kecerdasan logis matematis. Tes yang digunakan adalah tes tertulis berbentuk uraian (subjektif). Hal ini bertujuan agar penulis dapat melihat proses pengerjaan soal oleh siswa sehingga dapat diketahui apakah siswa sudah memiliki komponen-komponen kecerdasan logis matematis atau belum.

Tes ini terdiri dari pretes dan postes. Hal ini dilakukan untuk mengamati perbedaan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pretes dilaksanakan untuk mengukur kemampuan awal siswa, sedangkan postes dilakukan setelah proses pembelajaran dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan kecerdasan logis matematis siswa.

2. Instrumen Data Kualitatif a. Angket Siswa

Menurut Suherman (2003: 56) angket siswa adalah suatu daftar pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab oleh orang yang akan dievaluasi


(24)

(responden) yang berfungsi sebagai alat pengumpul data yang berupa keadaan atau data diri, pengalaman, pengetahuan, sikap dan pendapat mengenai suatu hal.

Tujuan pembuatan angket respon siswa ini ialah untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran matematika, khususnya yang menggunakan metode Genius Learning dan untuk mengetahui sikap siswa terhadap bahan ajar yang diberikan serta pendapat siswa tentang peran guru saat pembelajaran berlangsung.

b. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk memperoleh informasi tentang tindakan pembelajaran yang dilakukan guru, observasi dilakukan oleh peneliti dan dua orang sebagai observer. Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas dua jenis yaitu lembar observasi untuk mengamati aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran dan lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Lembar observasi aktivitas siswa berfungsi untuk menilai partisipasi siswa dalam proses pembelajaran berdasarkan tahapan metode Genius Learning dan untuk menilai kemampuan siswa dalam menerapkan konsep. Lembar observasi aktivitas siswa dan guru tersebut berbentuk format isian, observer hanya perlu membubuhkan tanda ceklist () jika kriteria dalam daftar sesuai dengan hasil pengamatan.

c. Jurnal Harian


(25)

metode Genius Learning serta mengetahui pengetahuan yang telah mereka peroleh setelah pembelajaran.

D. Bahan Ajar

Bahan ajar yang disusun dalam penelitian ini yaitu rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan lembar kegiatan siswa (LKS)

1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus. RPP disusun untuk 4 pertemuan, RPP untuk kelas eksperimen menggunakan pembelajaran dengan metode Genius Learning sedangkan RPP untuk kelas kontrol menggunakan pembelajaran dengan metode ekspositori.

2) Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

Lembar kegiatan siswa adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Lembar kegiatan berisi petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. LKS diberikan pada kelas eksperimen yang menggunakan metode Genius Learning.

E. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahapan kegiatan sebagai berikut: 1. Tahap Persiapan


(26)

Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap persiapan, yaitu sebagai berikut:

a. Identifikasi permasalahan mengenai bahan ajar, merencanakan pembelajaran, serta mempersiapkan alat dan bahan yang akan dipakai.

b. Melakukan perizinan tempat untuk penelitian. c. Menyusun instrumen penelitian.

d. Melakukan proses pembimbingan.

e. Melakukan uji coba instrumen yang akan digunakan untuk mengetahui kualitasnya. Uji coba instrumen ini diberikan terhadap subjek lain di luar subjek penelitian tetapi yang mempunyai kemampuan setara dengan subjek penelitian yang akan dilakukan. Hasil uji coba soal untuk selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.1 halaman 139.

f. Analisis kualitas/ kriteria instrumen yang terdiri dari: (i) Uji Validitas

Menurut Suherman (2003: 110) suatu alat evaluasi disebut valid jika dapat mengevaluasi dengan tepat sesuai yang dievaluasi itu. Secara umum dapat dikatakan bahwa suatu alat untuk mengevaluasi karekteristik X valid apabila yang dievaluasi itu karakteristik X pula. Alat evaluasi yang valid untuk suatu tujuan tertentu belum tentu valid untuk tujuan yang lain. Menurut Suherman (2003: 120) untuk menghitung kevaliditasan empirik suatu soal, dihitung dengan koefisien validitas (rxy) dengan menggunakan rumus:


(27)

 

  ) ) ( )( ) ( ( ) )( ( 2 2 2 2 y y N x x N y x xy N rxy Keterangan:

rxy = koefisien korelasi antara nilai hasil ujian dengan nilai hasil ulangan harian siswa

N = banyak siswa X = nilai hasil ujian

Y = nilai ulangan harian siswa

Untuk menentukan tingkat validitas alat evaluasi dapat digunakan kriteria di atas. Dalam hal ini nilai rxy diartikan sebagai koefisien validitas, sehingga kriterianya dapat ditunjukkan dalam Tabel 3.1 di bawah ini.

Tabel 3.1

Kriteria Validitas Instrumen (Suherman, 2003: 113) Koefisien Validitas

(rxy)

Kriteria 00 , 1 90 ,

0 rxy  validitasnya sangat tinggi (sangat baik) 90

, 0 70

,

0 rxy  validitas tinggi (baik) 70

, 0 40

,

0 rxy  validitas sedang (cukup) 40

, 0 20

,

0 rxy  validitas rendah (kurang) 20

, 0 00

,

0 rxy  validitas sangat rendah 00

, 0

xy

r tidak valid


(28)

Tabel 3.2

Hasil Validitas Tiap Butir Soal No

Soal Nilai rxy Interpretasi

1 0,713 Tinggi

2 0,642 Sedang

3 0,679 Sedang

4 0,804 Tinggi

5 0,594 Sedang

Hasil perhitungan validitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.2 halaman 140.

(ii) Uji Reliabilitas

Suherman (2003: 131) suatu alat evaluasi (tes dan nontes) disebut reliabel jika hasil evaluasi tersebut relatif tetap yang digunakan pada objek yang sama. Relatif tetap di sini dimaksudkan tidak tepat sama, tetapi mengalami perubahan yang tidak signifikan dan bisa diabaikan. Adapun bentuk soal tes yang digunakan pada penelitian ini adalah soal tes tipe subjektif atau uraian, karena itu menurut Suherman (2003: 154) untuk mencari koefisien reliabilitas (r11) menggunakan rumus:

  

     

2

i S n


(29)

Keterangan:

r11 = koefisien reliabilitas alat evaluasi n = banyaknya butir soal

Si2 = jumlah varians skor setiap soal

Sx tot2 = varians skor total

Adapun kriteria dari koefisien reliabilitas diinterpretasikan dalam Tabel 3.3.

Tabel 3.3

Kriteria Reliabilitas (Suherman, 2003: 139) Koefisien Reliabilitas

(r11) Kriteria

20 , 0

11

r reliabilitas sangat rendah

40 , 0 20

,

0 r11 reliabilitas rendah

70 , 0 40

,

0 r11 reliabilitas sedang 90

, 0 70

,

0  rxy  reliabilitas tinggi 00

, 1 90

,

0 rxy  reliabilitas sangat tinggi.

Dengan bantuan Software AnatesV4, diperoleh hasil perhitungan nilai koefisien reliabilitas soal bentuk uraian yaitu sebesar 0,82. Maka berdasarkan skala penilaian di atas reliabilitas soal termasuk tinggi. Hasil perhitungan reliabilitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.3. (iii)Uji Daya Pembeda

Daya pembeda dari sebuah butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal itu mampu membedakan antara testi yang mengetahui jawabannya dengan benar dengan testi yang menjawab salah


(30)

perangkat alat tes yang baik bisa membedakan antara siswa yang pandai, rata-rata dan bodoh. Untuk menentukan daya pembeda digunakan rumus (Suherman, 2003: 160) :

SA BB BA J J J

DP 

Keterangan:

DP = daya pembeda

JBA = banyaknya siswa yang menjawab benar pada kelompok atas

JBB = banyaknya siswa yang menjawab benar pada kelompok bawah

JSA = jumlah siswa kelompok atas

Adapun kriteria dari daya pembeda diinterpretasikan dalam Tabel 3.4.

Tabel 3.4

Kriteria Daya Pembeda (Suherman, 2003: 161) Koefisien Daya Pembeda

(DP) Kriteria

00 , 0 

DP Sangat jelek

20 , 0 00

,

0 DP jelek

40 , 0 20

,

0 DP cukup

70 , 0 40

,

0 DP baik

00 , 1 70

,

0 DP Sangat baik

Dengan bantuan Software AnatesV4, diperoleh hasil perhitungan daya pembeda untuk setiap butir soal instrumen tes yang disajikan dalam


(31)

Tabel 3.5

Hasil Daya Pembeda Tiap Butir Soal No

Soal Daya Pembeda Interpretasi

1 0,63 baik

2 0,26 cukup

3 0,32 cukup

4 0,77 Sangat baik

5 0,28 cukup

Hasil perhitungan daya pembeda selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.4 halaman 143.

(iv) Uji Indeks Kesukaran

Indeks kesukaran adalah bilangan real yang menyatakan derajat kesukaran suatu butir soal dengan interval 0,00 sampai dengan 1,00 (Suherman, 2003: 169). Soal dengan indeks kesukaran mendekati 0,00 berarti butir soal tersebut terlalu sukar/ sulit, sebaliknya soal dengan indeks kesukaran 1,00 berarti soal tersebut terlalu mudah. Menurut Suherman (2003: 170) untuk menentukan indeks kesukaran digunakan rumus:

BB BA J

J


(32)

Keterangan:

IK = Indeks kesukaran

JBA = banyaknya siswa yang menjawab benar pada kelompok atas

JBB = banyaknya siswa yang menjawab benar pada kelompok bawah

JSA = jumlah siswa kelompok atas

JSB = jumlah siswa kelompok bawah

Adapun kriteria dari indeks kesukaran diinterpretasikan dalam Tabel 3.6.

Tabel 3.6

Kriteria Indeks Kesukaran (Suherman, 2003: 170) Koefisien Daya Pembeda

(DP)

Kriteria 00

, 0 

IK Soal terlalu sukar

0,00<IK0,30 Soal sukar 0,30<IK0,70 Soal sedang 0,70<IK1,00 Soal mudah

IK1,00 Soal terlalu mudah

Dengan bantuan Software AnatesV4, diperoleh hasil perhitungan indeks kesukaran untuk setiap butir soal instrumen tes yang disajikan dalam Tabel 3.7.

Tabel 3.7

Hasil Indeks Kesukaran Tiap Butir Soal No

Soal IK Interpretasi

1 0,52 Sedang


(33)

5 0,65 Sedang

Hasil perhitungan indeks kesukaran selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.5 halaman 144.

Dengan melihat validitas, daya pembeda, dan indeks kesukaran dari setiap soal yang diuji cobakan, maka soal yang digunakan sebagai instrumen tes disajikan dalam Tabel 3.8.

Tabel 3.8

Data Hasil Uji Coba Instrumen Nomor

Soal Validitas Indeks Kesukaran Daya Pembeda Keterangan

1 Tinggi Sedang Baik Digunakan

2 Sedang Sedang Cukup Digunakan

3 Sedang Sedang Cukup Digunakan

4 Tinggi Sedang Sangat baik Digunakan

5 Sedang Sedang Cukup Digunakan

Nilai koefisien reliabilitas sebesar 0,82 dimana reliabilitas soal termasuk tinggi.

2. Tahap Pelaksanaan

Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam tahap dua ini ialah sebagai berikut:

a. Memberikan pretes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

b. Melaksanakan kegiatan pembelajaran. Di kelas eskperimen, pembelajaran dilakukan dengan metode Genius Learning, sedangkan di kelas kontrol pembelajaran dilakukan dengan biasa/ konvensional.


(34)

d. Memberikan postes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. 3. Tahap Refleksi dan Evaluasi

Pada tahap ketiga ini dilakukan pengkajian dan analisis terhadap pertemuan-pertemuan penelitian serta melihat pengaruh terhadap peningkatan kemampuan kecerdasan logis-matematis siswa yang diukur. Kemudian dibuat kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh dan menyusun laporan penelitian.

F. Analisis Data

Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa cara yakni dengan memberikan ujian (pretes dan postes), pengisian angket, observasi dan jurnal harian. Data yang diperoleh kemudian dikategorikan ke dalam jenis data kuantitatif dan data kualitatif.

1. Data Kuantitatif

Data ini diperoleh dari pretes dan postes. Teknik analisis data yang digunakan ialah uji statistika yaitu uji rata-rata, setelah itu dilakukan pengolahan data. Pengolahan ini dilakukan dengan skor pretes, skor postes dan indeks gain. a. Analisis Deskriptif

Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui gambaran mengenai data yang diperoleh. Adapun data deskriptif yang dihitung adalah nilai maksimum, nilai minimum, mean, variansi, dan standar deviasi.

b. Menguji Normalitas


(35)

diperlukan untuk menentukan pengujian dua rata-rata yang akan diselidiki. Pada penelitian ini, uji normalitas akan menggunakan uji Shaphiro-Wilk. Uji normalisasi ini dilakukan terhadap skor pretes dan postes dari dua kelompok siswa.

Adapun hipotesisnya ialah sebagai berikut: H0 : populasi berdistribusi normal

H1 : populasi tidak berdistribusi normal

Dengan mengambil taraf signifikansi 5% maka kriteria pengujiannya sebagai berikut:

1) Nilai signifikansi (sig) < 0,05 maka H0 ditolak 2) Nilai signifikansi (sig) 0,05 maka H0 diterima

Bila kedua data berdistribusi normal maka akan dilanjutkan dengan uji homogenitas untuk mengetahui jenis statistika yang sesuai dengan uji perbedaan dua rata-rata. Bila data tidak berdistribusi normal maka tidak perlu dilakukan uji homogenitas tapi langsung dilakukan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan uji statistika non parametrik.

c. Menguji Homogenitas Varians

Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kedua kelas sampel mempunyai varians yang homogen atau tidak. Pengujian homogenitas varians dilakukan dengan uji statistika Levene’s test dengan taraf signifikansi 5%. Adapun hipotesisnya ialah sebagai berikut:


(36)

Dengan mengambil taraf signifikansi 5% maka kriteria pengujiannya sebagai berikut:

1) Nilai signifikansi (sig) < 0,05 maka H0 ditolak 2) Nilai signifikansi (sig) 0,05 maka H0 diterima

Jika data berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen maka pengujiannya menggunakan uji-t (independent sample test). Jika data berdistribusi normal dan tidak memiliki varians yang homogen maka pengujiannya menggunakan uji-t’ (independent sample test).

d. Uji Kesamaan Dua Rata-rata

Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah kedua kelas (eksperimen dan kontrol) memiliki rata-rata yang sama atau tidak. Uji kesamaan dua rata-rata data pretes bertujuan untuk mengetahui apakah kedua kelas memiliki rata-rata awal yang sama atau tidak.

Adapun hipotesisnya ialah sebagai berikut:

H0 : Tidak terdapat perbedaan rata-rata skor pretes antara dua kelas H1 : Terdapat perbedaan rata-rata skor pretes antara dua kelas

Dengan mengambil taraf signifikansi 5% maka kriteria pengujiannya sebagai berikut:

1) Nilai signifikansi (sig) < 0,05 maka H0 ditolak 2) Nilai signifikansi (sig) 0,05 maka H0 diterima

Sedangkan untuk menguji kesamaan dua rata-rata data hasil postes kelas kontrol dan kelas eksperimen menggunakan uji satu pihak. Perumusan


(37)

H0 : Peningkatan kemampuan kecerdasan logis matematis siswa kelas eksperimen tidak lebih baik dari kelas kontrol

H1 : Peningkatan kemampuan kecerdasan logis matematis siswa kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol

Dengan mengambil taraf signifikansi 5% maka kriteria pengujiannya sebagai berikut:

1) Nilai signifikansi (sig) < 0,05 maka H0 ditolak 2) Nilai signifikansi (sig) 0,05 maka H0 diterima

Sedangkan untuk mengetahui kualitas kemampuan kecerdasan logis matematis siwa pada kedua kelas yaitu dengan melihat indeks gain. Indeks gain ini dihitung dengan menggunakan rumus indeks gain dari Meltzer (Kurniadi, 2010: 35), yaitu:

� � �� = � − �

��� − �

Tabel 3.9

Kriteria tingkat gain, Hake (Yulianti, 2011: 52)

G Keterangan

0,7 tinggi

0,3 < 0,7 sedang

< 0,3 rendah

2. Data Kualitatif a. Angket


(38)

Angket diberikan kepada siswa kelas eksperimen untuk mengetahui respon siswa terhadap metode Genius Learning. Angket terdiri dari dua pernyataan yaitu pernyataan positif dan negatif. Setelah data terkumpul, kemudian dilakukan pengolahan data. Adapun kategori jawaban angket (Suherman, 2003: 190) disajikan dalam Tabel 3.10.

Tabel 3.10

Kategori Jawaban Angket Jenis

Pernyataan

Skor

SS S TS STS

Positif 5 4 2 1

Negatif 1 2 4 5

Setelah data terkumpul, data disajikan dalam bentuk tabel. Kemudian data dipresentasekan dengan menggunakan rumus perhitungan presentase sebagai berikut.

= × 100%

Keterangan:

p : persentase jawaban f : frekuensi jawaban n : banyak responden


(39)

Tabel 3.11

Interpretasi Persentase Angket, Kuntjaraningrat (Yulianti, 2011: 58)

Besar Persentase Tafsiran

0% tidak ada

0% <� 25% sebagian kecil

25% <� 50% hampir setengahnya

50% setengahnya

50% < � 75% sebagian besar

75% <� 100% pada umumnya

100% seluruhnya

b. Lembar Observasi

Data yang terkumpul ditulis dalam tabel berdasarkan permasalahan yang kemudian dianalisis secara deskriptif dan akan disajikan dalam bentuk tabel untuk mempermudah pembacaan data.

c. Jurnal Harian

Jurnal harian siswa dianalisis untuk mengetahui respon siswa tentang pembelajaran matematika dengan menggunakan metode Genius Learning di akhir pembelajaran. Selanjutnya mengelompokkan pendapat siswa ke dalam kelompok positif dan negatif, kemudian persentasenya dihitung.


(40)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pembelajaran dengan metode Genius Learning terhadap peningkatan kemampuan kecerdasan logis matematis siswa SMP dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

1) Peningkatan kemampuan kecerdasan logis matematis siswa SMP dengan pembelajaran menggunakan metode Genius Learning lebih baik daripada peningkatan kemampuan kecerdasan logis matematis siswa SMP dengan pembelajaran menggunakan metode ekspositori.

2) Pada umumnya siswa menunjukkan respon positif terhadap pembelajaran matematika menggunakan metode Genius Learning.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, terdapat beberapa saran yang dapat dikemukakan yaitu sebagai berikut.

1) Metode Genius Learning dapat dijadikan salah satu alternatif dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan kecerdasan


(41)

2) Metode Genius Learning dapat diujicobakan pada materi lainnya yang sesuai dan pada jenjang pendidikan yang lainnya.


(42)

DAFTAR PUSTAKA

Ardiyanti, Y.N. (2006). Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Teknik SQ4R dalam Kelompok Kecil Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa SMP. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Fitriyani, N. (2010). Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Gunawan, A.W. (2007). Genius Learning Strategy. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Handayani, Y. (2011). Penerapan Model Pembelajaran PCL (Problem Centered Learning) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika dan Self Regulated Learning Siswa SMP. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Krutetskii, V.A. (1996). The Psychology of Mathematical Abilities in Schoolchildren (Translated from the Russian).

Kurniadi, E. (2010). Pengaruh Pendekatan Open-ended dalam Pembelajaran Matematika Terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa SMA. Skripsi pada Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Lwin, et al. (2008). How To Multiply Your Childs Intellegence: Cara Mengembangkan Berbagai Komponen Kecerdasan. Cetakan Kedua. Penerbit Indeks.

Mariana, S. (2011). Penerapan Pendekatan Kontekstual dengan Pemberian Tugas Mind Map Setelah Pembelajaran terhadap Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMP. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Mulyadi, M. (2011). Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Materi Pokok Segitiga Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung. Tidak diterbitkan.


(43)

Natalia, M.M dan Kania Islami Dewi. (2008). Seni Mengajarkan Matematika Berbasis Kecerdasan Majemuk. Cetakan Pertama. Bandung: Tinta Emas Publishing.

Nurdiansyah, B. (2009). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Skripsi pada Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Rikayanti. (2005). Pengaruh Asesmen Portofolio dalam Pembelajaran Matematika terhadap Kecerdasan Logis-Matematis Siswa. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Ruseffendi, ET dan Achmad Sanusi. (1994). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya. Semarang : IKIP Semarang Press. Suherman, et al. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. JICA.

FPMIPA UPI.

Suherman, E. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. JICA. FPMIPA UPI. Trend In International Mathematics And Science Study (TIMSS). [Online].

Tersedia: http://nces.ed.gov/timss/results07_1.asp. [ 1 Februari 2012]. Uno, H dan Masri Kuadrat. (2009). Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran.

Jakarta : PT Bumi Aksara.

Yulianti, Isty. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Knisley-Mulyana dalam Upaya Menigkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa. Skripsi pada Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung. Tidak diterbitkan. Yusniati. (2009). Pengaruh Model Penemuan Terbimbing Berbasis Kontekstual

untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung. Tidak diterbitkan.


(1)

Natalia, 2012

Penggunaan Metode Genius Learning Untuk Meningkatkan Kecerdasan Logis Matematis Siswa Smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Angket diberikan kepada siswa kelas eksperimen untuk mengetahui respon siswa terhadap metode Genius Learning. Angket terdiri dari dua pernyataan yaitu pernyataan positif dan negatif. Setelah data terkumpul, kemudian dilakukan pengolahan data. Adapun kategori jawaban angket (Suherman, 2003: 190) disajikan dalam Tabel 3.10.

Tabel 3.10

Kategori Jawaban Angket Jenis

Pernyataan

Skor

SS S TS STS

Positif 5 4 2 1 Negatif 1 2 4 5

Setelah data terkumpul, data disajikan dalam bentuk tabel. Kemudian data dipresentasekan dengan menggunakan rumus perhitungan presentase sebagai berikut.

= × 100%

Keterangan:

p : persentase jawaban f : frekuensi jawaban n : banyak responden

Selanjutnya dilakukan penafsiran dengan menggunakan kriteria persentase angket yang disajikan dalam Tabel 3.11.


(2)

Natalia, 2012

Tabel 3.11

Interpretasi Persentase Angket, Kuntjaraningrat (Yulianti, 2011: 58)

Besar Persentase Tafsiran

0% tidak ada

0% <� 25% sebagian kecil

25% <� 50% hampir setengahnya

50% setengahnya

50% < � 75% sebagian besar

75% <� 100% pada umumnya

100% seluruhnya

b. Lembar Observasi

Data yang terkumpul ditulis dalam tabel berdasarkan permasalahan yang kemudian dianalisis secara deskriptif dan akan disajikan dalam bentuk tabel untuk mempermudah pembacaan data.

c. Jurnal Harian

Jurnal harian siswa dianalisis untuk mengetahui respon siswa tentang pembelajaran matematika dengan menggunakan metode Genius Learning di akhir pembelajaran. Selanjutnya mengelompokkan pendapat siswa ke dalam kelompok positif dan negatif, kemudian persentasenya dihitung.


(3)

Natalia, 2012

Penggunaan Metode Genius Learning Untuk Meningkatkan Kecerdasan Logis Matematis Siswa Smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pembelajaran dengan metode Genius Learning terhadap peningkatan kemampuan kecerdasan logis matematis siswa SMP dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

1) Peningkatan kemampuan kecerdasan logis matematis siswa SMP dengan pembelajaran menggunakan metode Genius Learning lebih baik daripada peningkatan kemampuan kecerdasan logis matematis siswa SMP dengan pembelajaran menggunakan metode ekspositori.

2) Pada umumnya siswa menunjukkan respon positif terhadap pembelajaran matematika menggunakan metode Genius Learning.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, terdapat beberapa saran yang dapat dikemukakan yaitu sebagai berikut.

1) Metode Genius Learning dapat dijadikan salah satu alternatif dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan kecerdasan logis matematis siswa.


(4)

Natalia, 2012

2) Metode Genius Learning dapat diujicobakan pada materi lainnya yang sesuai dan pada jenjang pendidikan yang lainnya.


(5)

Natalia, 2012

Penggunaan Metode Genius Learning Untuk Meningkatkan Kecerdasan Logis Matematis Siswa Smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Ardiyanti, Y.N. (2006). Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Teknik SQ4R dalam Kelompok Kecil Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa SMP. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Fitriyani, N. (2010). Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Gunawan, A.W. (2007). Genius Learning Strategy. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Handayani, Y. (2011). Penerapan Model Pembelajaran PCL (Problem Centered Learning) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika dan Self Regulated Learning Siswa SMP. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Krutetskii, V.A. (1996). The Psychology of Mathematical Abilities in Schoolchildren (Translated from the Russian).

Kurniadi, E. (2010). Pengaruh Pendekatan Open-ended dalam Pembelajaran Matematika Terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa SMA. Skripsi pada Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Lwin, et al. (2008). How To Multiply Your Childs Intellegence: Cara Mengembangkan Berbagai Komponen Kecerdasan. Cetakan Kedua. Penerbit Indeks.

Mariana, S. (2011). Penerapan Pendekatan Kontekstual dengan Pemberian Tugas Mind Map Setelah Pembelajaran terhadap Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMP. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Mulyadi, M. (2011). Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Materi Pokok Segitiga Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung. Tidak diterbitkan.


(6)

Natalia, 2012

Natalia, M.M dan Kania Islami Dewi. (2008). Seni Mengajarkan Matematika Berbasis Kecerdasan Majemuk. Cetakan Pertama. Bandung: Tinta Emas Publishing.

Nurdiansyah, B. (2009). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Skripsi pada Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Rikayanti. (2005). Pengaruh Asesmen Portofolio dalam Pembelajaran Matematika terhadap Kecerdasan Logis-Matematis Siswa. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Ruseffendi, ET dan Achmad Sanusi. (1994). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya. Semarang : IKIP Semarang Press. Suherman, et al. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. JICA.

FPMIPA UPI.

Suherman, E. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. JICA. FPMIPA UPI. Trend In International Mathematics And Science Study (TIMSS). [Online].

Tersedia: http://nces.ed.gov/timss/results07_1.asp. [ 1 Februari 2012]. Uno, H dan Masri Kuadrat. (2009). Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran.

Jakarta : PT Bumi Aksara.

Yulianti, Isty. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Knisley-Mulyana dalam Upaya Menigkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa. Skripsi pada Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung. Tidak diterbitkan. Yusniati. (2009). Pengaruh Model Penemuan Terbimbing Berbasis Kontekstual

untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung. Tidak diterbitkan.


Dokumen yang terkait

Kecerdasan Visual Spasial dan Logis Matematis dalam Menyelesaikan Masalah Geometri Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 10 Jember

1 26 7

Kecerdasan Visual Spasial dan Logis Matematis dalam Menyelesaikan Masalah Geometri Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 10 Jember;

4 36 310

Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Teknik Scaffolding Terhadap Kemampuan Berpikir Logis Matematis Siswa

6 54 244

Pengaruh model pembelajaran learning cycle 5e terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa: penelitian quasi eksperimen di salah satu SMP di Tangerang.

6 24 248

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING : Studi Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VIII SMPN 4 Cimahi.

1 3 39

PENINGKATAN LITERASI MATEMATIS DAN SELF-ESTEEM SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN CONCRETE-REPRESENTATIONAL-ABSTRACT (CRA): (Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri di Cimahi ).

1 5 41

PENGGUNAAN TEKNIK SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN INTERPERSONAL PESERTA DIDIK : Penelitian Pra-Eksperimen terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Lembang Tahun Ajaran 2012/2013.

2 7 60

PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA: Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 4 Bandung.

0 2 43

PENGARUH KECERDASAN LOGIS MATEMATIS DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 BAKUNG BLITAR Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 22

PENGARUH STRATEGI GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PESERTA DIDIK YANG MEMILIKI KECERDASAN LOGIS-MATEMATIS SISWA KELAS VIII MTs NEGERI BALANG-BALANG KABUPATEN GOWA

0 0 121