PENINGKATAN LITERASI MATEMATIS DAN SELF-ESTEEM SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN CONCRETE-REPRESENTATIONAL-ABSTRACT (CRA): (Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri di Cimahi ).

(1)

PENINGKATAN LITERASI MATEMATIS

DAN SELF-ESTEEM SISWA SMP

MELALUI PEMBELAJARAN

CONCRETE-REPRESENTATIONAL-ABSTRACT (CRA)

(Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri di Cimahi )

TESIS

diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh

Ibrahim Sani Ali Manggala 1101199

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PENINGKATAN LITERASI MATEMATIS DAN SELF-ESTEEM SISWA SMP

MELALUI PEMBELAJARAN

CONCRETE-REPRESENTATIONAL-ABSTRACT (CRA) (Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri di Cimahi )

Ibrahim Sani Ali Manggala 1101199

Disetujui dan Disahkan Oleh

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. H. Endang Cahya, MA., M.Si Dr. Kusnandi, M.Si

NIP. 196506221990011001 NIP. 196903301993031002

Mengetahui :

Ketua Program Studi Matematika S.Ps. UPI,

Dr. H. Sufyani Prabawanto, M.Ed. NIP. 196008301986031003


(3)

PENINGKATAN LITERASI MATEMATIS DAN SELF-ESTEEM SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN

CONCRETE-REPRESENTATIONAL-ABSTRACT (CRA) Ibrahim Sani Ali Manggala

ABSTRAK

Literasi matematis dan self-esteem siswa penting untuk dikembangkan, oleh karena itu, diperlukan suatu pendekatan pembelajaran matematika yang dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan siswa, salah satunya adalah pendekatan Concrete-Representational-Abstract (CRA). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menelaah peningkatan kemampuan literasi matematis dan juga self-esteem

siswa SMP setelah mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan CRA. Penelitian ini berjenis kuasi eksperimen dengan desain kelompok kontrol non ekuivalen. Kelompok eksperimen memperoleh pembelajaran dengan pendekatan CRA dan kelompok kontrol memperoleh pembelajaran konvensional. Semua siswa kelas VIII salah satu SMP Negeri di Cimahi dijadikan populasi dan dipilih dua kelas VIII siswa SMP tersebut sebagai sampel. Kedua kelas diberikan pretes, kemudian pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CRA diberikan pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol, dan kemudian postes. Data penelitian diperoleh melalui pemberian tes kemampuan literasi matematis dan skala sikap self-esteem. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan kemampuan literasi matematis dan self-esteem siswa yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CRA lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional, serta tidak terdapat hubungan kemampuan literasi matematis dan self-esteem siswa dalam matematika.


(4)

MATHEMATICAL LITERACY IMPROVEMENT AND SELF-ESTEEM SMP STUDENTS LEARNING THROUGH

CONCRETE-REPRESENTATIONAL-ABSTRACT (CRA) Ibrahim Sani Ali Manggala

ABSTRACT

Mathematical literacy and self-esteem of students need to be developed, therefore, needed an approach to learning math is done in stages according to the ability of the students, one of which is the approach of Concrete-Representational-Abstract (CRA). This study aimed to describe and analyze the increase in mathematical literacy skills and self-esteem after a junior high school students get a lesson with CRA approach. This research was a quasi-experimental design with non-equivalent control group. The experimental group gained CRA learning approach and gain control group of conventional learning. All eighth grade students of SMP Negeri one in Cimahi used as population and selected two eighth grade junior high school students as a sample. Both of class are given a pretest, then learning by using CRA approach given the experimental class and the conventional learning control class, and then the post-test. Data were obtained through the provision of mathematical literacy test capabilities and attitudes of self-esteem scale. The results showed an increase in mathematical literacy skills and self-esteem of students who acquire learning by using CRA approach is better than the students who received conventional learning, and there is no relationship mathematical literacy and self-esteem of students in mathematics.


(5)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN... Error! Bookmark not defined. LEMBAR PERNYATAAN ... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI ... 1

DAFTAR TABEL ... 3

DAFTAR GAMBAR ... 5

DAFTAR LAMPIRAN ... 6 BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. A. Latar Belakang Masalah ... Error! Bookmark not defined. B. Rumusan Masalah... Error! Bookmark not defined. C. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. D. Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined. E. Definisi Operasional ... Error! Bookmark not defined. BAB II KAJIAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined. A. Literasi Matematis ... Error! Bookmark not defined. B. Self-esteem dalam Matematika ... Error! Bookmark not defined. C. Pendekatan CRA... Error! Bookmark not defined. D. Teori Belajar yang Berhubungan dengan Pendekatan CRA... Error! Bookmark not defined.

E. Kaitan Pembelajaran CRA dengan Literasi Matematis dan Self-Esteem . Error! Bookmark not defined.

F. Penelitian yang Relevan ... Error! Bookmark not defined. G. Hipotesis ... Error! Bookmark not defined. BAB III METODE PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined. A. Desain Penelitian ... Error! Bookmark not defined. B. Subjek Penelitian ... Error! Bookmark not defined. C. Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not defined. D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... Error! Bookmark not defined. E. Prosedur Penelitian ... Error! Bookmark not defined.


(6)

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined. A. Temuan ... Error! Bookmark not defined. B. Pembahasan Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined. A. Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined. B. Saran ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined. LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined.


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kriteria Validitas Butir Soal... Error! Bookmark not defined. Tabel 3.2 Validitas Soal Literasi Matematis Level 3 dan Level 4 ... Error!

Bookmark not defined.

Tabel 3.3 Data Hasil Uji Validitas Soal Literasi Matematis Level 3 dan Level 4 ... Error! Bookmark not defined. Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas Butir Soal... Error! Bookmark not defined. Tabel 3.5 Data Hasil Uji Reliabilitas Soal Literasi Matematis

Level 3 dan Level 4 ... Error! Bookmark not defined. Tabel 3.6 Kriteria Daya Pembeda Butir Soal ... Error! Bookmark not defined. Tabel 3.7 Data Hasil Uji Daya Pembeda Soal Literasi Matematis

Level 3 dan Level 4 ... Error! Bookmark not defined. Tabel 3.8 Kriteria Indeks Kesukaran Butir Soal .... Error! Bookmark not defined. Tabel 3.9 Data Hasil Uji Indeks Kesukaran Soal Literasi Matematis

Level 3 dan Level 4 ... Error! Bookmark not defined. Tabel 3.10 Klasifikasi N-Gain (g) ... Error! Bookmark not defined. Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Data Hasil Pretes dan Postes Literasi Matematis

Level 3 ... Error! Bookmark not defined. Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Data Hasil Pretes dan Postes Literasi Matematis

Level 4 ... Error! Bookmark not defined. Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Data Hasil Skala Self-esteem .Error! Bookmark not

defined.

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas N-Gain Literasi Matematis .Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Gain Ternormalisasi Literasi Matematis Level 3 ... Error! Bookmark not defined. Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas untuk Skor N-Gain Literasi

Matematis ... Error! Bookmark not defined. Tabel 4.7 Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Data N-Gain Literasi Matematis

Level 3 ... Error! Bookmark not defined. Tabel 4.8 Uji Mann Whitney Data N-Gain Literasi Matematis Level 4... Error!


(8)

Tabel 4.9 Uji Normalitas Data N-Gain Self-esteem ...Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.10 Hasil Uji Mann-Whitney Data N-Gain Self-esteem .. Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas Data Skor Literasi Matematis dan Self-esteem ... Error! Bookmark not defined. Tabel 4.12 Hasil Uji Korelasi antara Literasi Matematis dan Self-esteem

Siswa Di Kelas Kontrol ... Error! Bookmark not defined. Tabel 4.13 Hasil Uji Korelasi antara Literasi Matematis dan Self-esteem


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Prosedur Pengolahan Data Tes... Error! Bookmark not defined. Gambar 3.2 Prosedur Penelitian ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.1 Rata-rata Pretes dan Postes Literasi Matematis Level 3 ... Error!

Bookmark not defined.

Gambar 4.2 Rata-rata N-Gain Literasi Matematis Level 3 ...Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.3 Rata-rata Pretes dan Postes Literasi Matematis Level 4 ... Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.4 Rata-rata N-Gain Literasi Matematis Level 4 ...Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.4 Skala Awal dan Skala Akhir Self-Esteem...Error! Bookmark not defined.


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A ... Error! Bookmark not defined. A.1. RPP Kelas Eksperimen... Error! Bookmark not defined. A.2. RPP Kelas Kontrol ... Error! Bookmark not defined. A.3. Lembar Aktifitas Siswa ... Error! Bookmark not defined. A.4. Tes Literasi Matematis ... Error! Bookmark not defined. A.5. Skala Self-Esteem ... Error! Bookmark not defined.

LAMPIRAN B ... Error! Bookmark not defined. B.1. Hasil Uji Coba Instrumen Literasi Matematis Level 3 ..Error! Bookmark not

defined.

B.2. Hasil Uji Coba Instrumen Literasi Matematis Level 4 ..Error! Bookmark not defined.

LAMPIRAN C ... Error! Bookmark not defined. C.1. Data Literasi Matematis Level 3 Siswa Kelas Eksperimen ... Error!

Bookmark not defined.

C.2. Data Literasi Matematis Level 3 Siswa Kelas Kontrol ... Error! Bookmark not defined.

C.3. Data Literasi Matematis Level 4 Siswa Kelas Eksperimen ... Error! Bookmark not defined.

C.4. Data Literasi Matematis Level 4 Siswa Kelas Kontrol ... Error! Bookmark not defined.

C.5. Data Skor Self-Esteem Per Butir ... Error! Bookmark not defined. C.6. Proses Transformasi Data Skala Self-Esteem ...Error! Bookmark not

defined.

C.7. Data Hasil Transformasi Skala Self-Esteem ...Error! Bookmark not defined.

C.8. Data Self-Esteem Siswa Kelas Eksperimen ...Error! Bookmark not defined.


(11)

C.10. Normalitas N-Gain Tes, Homogenitas N-Gain Tes, Uji t N-Gain Tes .... Error! Bookmark not defined.

C.11. Normalitas N-Gain Skala Self-Esteem, Uji Mann Whitney... Error! Bookmark not defined.

C.12. Normalitas Literasi Matematis dengan Self-Esteem ... Error! Bookmark not defined.

C.13. Korelasi Antara Literasi Matematis dengan Self-Esteem ... Error! Bookmark not defined.


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indikator dari perkembangan dan majunya suatu negara sangat ditentukan dari majunya pendidikan di negara tersebut. Semakin tinggi mutu pendidikan di suatu negara otomatis masyarakatnya juga semakin cerdas dan kemakmuran dari masyarakat akan tercapai sehingga negara tersebut memiliki sumber daya manusia yang berkualitas. Dapat kita lihat di negara-negara maju, bahwa pendidikan dijadikan prioritas utama dalam membangun negara karena pendidikan dianggap paling penting demi mewujudkan generasi bangsa yang lebih berkualitas sehingga dapat memajukan negara tersebut kelak.

Indonesia memiliki sumber daya alam yang berlimpah ruah bahkan dapat langsung mengambil hasil alam hanya dengan bermodalkan tongkat, namun mengapa sampai usia 68 tahun ini Indonesia hanya bisa mendapatkan gelar “negara berkembang”. Salah satu penyebab utamanya adalah karena tidak didukung sumber daya manusia yang berkualitas. Indikator untuk melihat lemahnya sumber daya manusia Indonesia jika dibandingkan dengan negara-negara lain dapat dilihat dari berbagai hasil tes yang diselenggarakan secara internasional tentang prestasi siswa.

Saat ini terdapat dua asesmen utama berskala internasional yang menilai kemampuan matematis dan sain siswa, yaitu Trend in International Mathematics and Science Study (TIMSS) dan Program for International Student Assessment (PISA). Keikutsertaan negara kita dalam PISA dan TIMSS merupakan bukti konkrit untuk melihat perkembangan pendidikan di negara kita dibandingkan negara-negara peserta lainnya. Hasil tes tersebut dapat dijadikan acuan untuk memperbaiki, mengembangkan, dan meningkatkan mutu pendidikan di negara kita serta dapat digunakan sebagai masukan dalam perumusan kebijakan untuk peningkatan mutu pendidikan, khususnya dalam pendidikan matematika.

Indonesia sudah beberapa kali mengikuti kedua ajang internasional di atas, namun hasilnya hampir selalu di bawah rata-rata internasional. Hal ini


(13)

menunjukkan mutu pendidikan Indonesia masih rendah. Hal tersebut sejalan dengan yang dikemukakan pada POM (Project Operation Manual) program BERMUTU (Better Education through Reformed Management and Universal Teacher Upgrading) yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional tahun 2008, Bab II sub-bagian latar belakang halaman II-1 disebutkan hal sebagai berikut.

Salah satu indikator yang menunjukkan mutu pendidikan di tanah air cenderung masih rendah adalah hasil penilaian internasional tentang, prestasi siswa. Survei Trends International Mathematics and Science Study (TIMSS) pada tahun 2003 menempatkan Indonesia pada peringkat 34 dari 45 negara. Walaupun rerata skor naik menjadi 411 dibandingkan 403 pada tahun 1999, kenaikan tersebut secara statistik tidak signifikan, dan skor itu masih di bawah rata-rata untuk wilayah ASEAN. Prestasi itu bahkan relatif lebih buruk pada Programme for International Student Assessment (PISA), yang mengukur kemampuan anak usia 15 tahun dalam, literasi membaca, matematika, dan ilmu pengetahuan. Program yang diukur setiap tiga tahun, pada tahun 2003 menempatkan Indonesia pada peringkat 2 terendah dari 40 negara sampel, yaitu hanya satu peringkat lebih tinggi dari Tunisia.

Salah satu tes internasional yang dijadikan acuan untuk melihat mutu pendidikan di Indonesia berdasarkan penjelasan di atas adalah hasil PISA. PISA merupakan sebuah proyek yang disponsori dari Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) yang berkedudukan di Paris, Perancis. PISA dilaksanakan secara regular sekali dalam tiga tahun sejak tahun 2000 untuk mengetahui literasi siswa usia 15 tahun dalam matematika, sains, dan membaca serta tahun 2012 ditambahkan satu mata uji lagi berupa financial literacy atau literasi keuangan. Fokus dari PISA adalah literasi yang menekankan pada keterampilan dan kompetensi siswa yang diperoleh dari sekolah dan dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan dalam berbagai situasi (OECD, 2010).

Literasi matematis merupakan salah satu komponen penting yang dibutuhkan siswa untuk dapat berhasil dalam memecahkan soal-soal PISA. Selain itu, Kusumah (2011:18) menyatakan bahwa dalam hidup di abad modern ini, semua orang perlu memiliki literasi matematis untuk digunakan saat menghadapi


(14)

berbagai permasalahan, karena literasi matematis sangat penting bagi semua orang terkait dengan pekerjaan dan tugasnya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, kita dituntut untuk memahami peranan matematika dalam kehidupan nyata dan menggunakannya dalam menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan konteks kehidupan sehari-hari.

Literasi sering dihubungkan dengan huruf atau aksara yang artinya kemampuan untuk membaca dan menulis, kemampuan ini sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Gagasan literasi ini kemudian diserap dalam bidang-bidang yang lain, khususnya bidang-bidang matematika yang memunculkan istilah literasi matematis. PISA (2000) (Kemdiknas, 2011:11-12) mendefinisikan literasi matematis sebagai kemampuan seseorang untuk merumuskan, menerapkan, dan menafsirkan matematika dalam berbagai konteks, termasuk kemampuan melakukan penalaran secara matematis dan menggunakan konsep, prosedur, dan fakta untuk menggambarkan, menjelaskan atau memperkirakan fenomena/kejadian. Literasi matematis membantu seseorang untuk memahami peran atau kegunaan matematika di dalam kehidupan sehari-hari sekaligus menggunakannya untuk membuat keputusan-keputusan yang tepat sebagai warga negara yang membangun, peduli, dan berpikir.

Literasi matematis dalam PISA adalah fokus kepada kemampuan siswa dalam menganalisis, memberikan alasan, dan menyampaikan ide secara efektif, merumuskan, memecahkan, dan menginterpretasi masalah-masalah matematika dalam berbagai bentuk dan situasi. Literasi menjadi hal yang penting untuk dimiliki oleh siswa. Hal ini disebabkan karena literasi matematis dipandang sebagai kemampuan yang dibutuhkan dalam kehidupan nyata, kita sering menghadapi situasi ketika berbelanja, melakukan perjalanan, memasak, masalah keuangan, menganalisis situasi politik, dan hal-hal lain di mana penggunaan quatitative or spatial reasoning atau kemampuan matematis lainnya merupakan alat bantu yang menjelaskan atau memecahkan suatu masalah.

Indonesia sudah beberapa kali mengikuti PISA, yaitu pada tahun 2000, 2003, 2006, 2009, dan 2012. Dalam laporan PISA dipaparkan bahwa khususnya literasi matematis siswa Indonesia berada signifikan di bawah rata-rata


(15)

internasional. Untuk literasi matematis, siswa Indonesia pada tahun 2000 berada di peringkat ke 39 dari 41 negara, pada tahun 2003 berada di peringkat ke 38 dari 40 negara, dan pada tahun 2006 berada di peringkat ke 50 dari 56 negara (Litbang, 2012). Sedangkan hasil PISA 2012, Indonesia kembali lagi menempati posisi terendah (urutan 64 dari 65 negara) dalam PISA.

Buruknya peringkat dan skor Indonesia di PISA menjadi cerminan bahwa mayoritas siswa SMP di Indonesia masih lemah dalam kemampuan matematis khususnya literasi matematis. Hal ini terbukti dari data OECD (2010) dan dijelaskan oleh Yusuf (2012), bahwa hasil studi PISA 2009 menunjukkan sebanyak 31,1% siswa Indonesia berada di bawah tingkat literasi-1; 37,6% berada pada tingkat literasi-1; 24,8% berada pada tingkat literasi-2; 6,1% berada pada tingkat literasi-3; dan hanya 0,4% berada pada tingkat literasi-4; serta tidak ada seorang pun yang meraih nilai pada tingkat literasi-5. Ironis, untuk level 5 dan 6 persentase siswa Indonesia secara statis tidak ada. Kemampuan untuk masing-masing tingkatan ini masih jauh di bawah kemampuan rerata negara-negara yang disurvey.

Literasi matematis pada level 1 dan 2 sudah dikuasai oleh sebagian siswa, walaupun belum memuaskan. Literasi matematis pada level 3 dan 4 hanya sebagian kecil yang menguasai. Literasi matematis pada level 5 dan 6 memang sudah jelas tak ada siswa yang bisa mencapai, karena pada level di bawahnya yaitu level 3 dan level 4 masih belum tercapai. Oleh karena itu, literasi matematis siswa perlu ditingkatkan segera terutama literasi 3 dan 4 yang masih rendah. Jika pencapaian literasi matematis level 3 dan 4 tercapai, diharapkan dapat memudahkan untuk penguasaan literasi matematis level selanjutnya, yaitu level 5 dan level 6.

Hasil dari PISA yang rendah tentunya disebabkan oleh banyak faktor. Faktor yang menyebabkan hasil PISA Indonesia rendah secara umum adalah: (1) Siswa belum mampu mengembangkan kemampuan berpikirnya secara optimum dalam mata pelajaran matematika di sekolah. (2) Proses pembelajaran matematika belum mampu menjadikan siswa mempunyai kebiasaan membaca sambil berpikir dan bekerja, agar dapat memahami informasi esensial dan


(16)

strategis dalam menyelesaikan soal. (3) Dari penyelesaian soal-soal yang dibuat siswa, tampak bahwa kadar mekanistik masih terlalu besar dan kadar penalaran masih rendah. (4) Mata pelajaran matematika bagi siswa belum menjadi “sekolah

berpikir”. Siswa masih cenderung “menerima” informasi kemudian

melupakannya, sehingga mata pelajaran matematika belum mampu membuat siswa cerdik, cerdas dan cekatan (Kementerian Depdiknas, 2011: 57).

Tidak sedikit siswa yang menganggap bahwa matematika sebagai suatu pelajaran yang menyeramkan, membosankan, dan sulit sehingga banyak siswa yang berusaha menghindari mata pelajaran tersebut. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Ruseffendi (2006) yang menyatakan bahwa matematika bagi anak-anak pada umumnya merupakan mata pelajaran yang tidak disenangi, dianggap sebagai ilmu yang sukar, rumit, dan banyak memperdayakan. Oleh karena itu, perubahan proses pembelajaran matematika yang menyenangkan harus menjadi prioritas utama bagi para pendidik.

Terdapat dua faktor yang memengaruhi kesulitan siswa dalam belajar. Pertama, dari faktor internal yang berasal dari dalam diri siswa yaitu motivasi, intelegensi, minat, dan keadaan psikologis siswa. Kedua, faktor dari luar diri siswa. Sering kita temui siswa yang kurang tertarik mengikuti pelajaran matematika bahkan ada pula siswa yang takut dan benci pada pelajaran matematika. Mungkin hal ini merupakan salah satu penyebab dari faktor internal siswa.

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat literasi matematis siswa juga diungkapkan oleh Ojose (2011), yaitu rumah, sekolah, orang tua dan masyarakat pada umumnya. Perlu dicatat bahwa setiap orang mampu untuk menguasai literasi matematis. Jalan menuju tujuan ini dimulai dari rumah dan ruang kelas, kemudian didukung oleh keluarga dan masyarakat. Alur pengajaran yang disajikan dapat mempengaruhi kemampuan anak-anak dalam matematika. Pengajaran harus dibuat sedemikian rupa sehingga pemahaman konseptual diperoleh siswa. Ini adalah satu-satunya cara sehingga mereka akan mampu menerapkan matematika dipelajari dalam kehidupan nyata sebagai orang dewasa. Ojose (2011) lebih lanjut menjelaskan, bahwa konten yang diajarkan dalam matematika sekolah harus


(17)

relevan dengan lingkungan masyarakat. Dengan begitu, pertanyaan yang pernah ada yaitu, “Apakah materi yang dipelajari dalam matematika akan digunakan dalam kehidupan nyata?” dapat dihilangkan.

Kecakapan matematika lain yang perlu dikembangkan selain dari aspek kognitif yaitu, sikap percaya bahwa dirinya mampu dalam menyelesaikan soal matematika dan percaya matematika bermanfaat dalam kehidupannya. Hal ini penting karena sikap positif siswa terhadap matematika berkorelasi positif dengan prestasi belajar matematika (Russeffendi, 1991). Sikap siswa terhadap matematika erat kaitannya dengan minat siswa terhadap matematika. Jika siswa berminat terhadap matematika maka ia akan dapat mengikuti proses pembelajarannya dengan baik dan suka mengerjakan tugas-tugas matematika.

Self-esteem merupakan salah satu komponen afektif yang harus diperhatikan dalam dunia pendidikan khususnya di matematika. Istilah self-esteem diartikan pula sebagai kepercayaan diri atau keyakinan diri. Self-esteem berkaitan dengan perasaan bahwa kita pantas, layak, berharga, mampu, dan berguna. Self-esteem adalah penilaian tinggi atau rendah yang dibuat individu tentang hal-hal yang berkaitan dengan dirinya yang menunjukkan bahwa sejauh mana individu tersebut menyukai dirinya sebagai individu yang mampu, penting dan berharga.

Pengaruh self-esteem pada siswa memiliki dampak positif terhadap aktivitas-aktivitas yang dilakukannya, bagaimana ia menyikapi tantangan, dan sejauhmana ia berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya (Utari, 2007). Utari (2007) juga mengatakan bahwa rendahnya self-esteem siswa disebabkan karena sekolah tidak memperhatikan pada pengembangan self-esteem sejalan dengan kemampuan kognitif siswa dan masih rendahnya self-esteem siswa tampak pada rendah dirinya siswa dalam mengemukakan pendapat dan menunjukkan kemampuannya secara umum. Hal ini sejalan dengan pendapat Prihadi (2012) bahwa self-esteem seringkali tidak mendapat perhatian khusus di sekolah.

Steven Ward (Utari, 2007) mengatakan bahwa tinggi atau rendahnya self-esteem sangat berpengaruh pada prestasi akademik, penyesuai diri anak, bahkan lebih jauh lagi kehidupan pernikahan. Hal ini sejalan dengan Muijs dan Reynolds


(18)

(Al Hadad, 2010) self-esteem yang rendah memiliki efek yang merugikan terhadap prestasi belajar siswa.

Berdasarkan hasil penelitian mengenai self-esteem yang berkorelasi dengan perilaku positif dan prestasi akademik siswa, maka guru salah satunya berperan dalam meningkatkan self-esteem siswa khususnya dalam pembelajaran matematika. Guru hendaknya menciptakan suatu kondisi pembelajaran agar siswa tidak selalu merasa bahwa matematika itu sulit dan membosankan. Salah satunya dengan tidak segan-segan mengungkapkan tanggapan berupa pujian pada siswa yang mampu melakukan sesuatu, memberikan dorongan ketika siswa gagal melakukan sesuatu, melatih siswa untuk membuat pernyataan positif terhadap dirinya dan matematika. Hal ini dapat mengembangkan self-esteem siswa dalam pembelajaran matematika. Ketika self-esteem yang tinggi telah terbentuk pada siswa, maka diharapkan prestasi belajar siswa meningkat.

Pertanyaan yang kemudian muncul berdasarkan penjelasan di atas adalah pendekatan apa yang cocok untuk melatih kemampuan siswa dalam berpikir, melibatkan aktivitas siswa secara optimal, dan membuat pelajaran matematika menjadi lebih bermakna dan menyenangkan. Suatu pendekatan pembelajaran berperan penting untuk meningkatkan literasi matematis dan self-esteem siswa, oleh karena itu diperlukan adanya pembelajaran yang menekankan pada belajar siswa aktif. Dengan berbekal literasi matematis siswa dan self-esteem siswa diharapkan dapat menguasai matematika lebih banyak dan mampu menerapkan matematika pada disiplin ilmu lain. Selain itu, siswa diharapkan mampu menyelesaikan masalah matematika dalam kehidupan sehari-hari karena matematika harus dipelajari dalam konteks yang bermakna yang mengaitkannya dengan subyek lain dan dengan minat dan pengalaman siswa. Ketika aplikasi yang digunakan di dunia nyata ada dalam kelas matematika, minat siswa akan tergugah dan mereka termotivasi untuk belajar (Martin, 2007). Pernyataan di atas mendukung perlu dipikirkannya pembelajaran matematika yang lebih menekankan pada pengembangan literasi matematis dan self-esteem siswa.

Literasi matematis dan self-esteem siswa penting untuk dikembangkan, oleh karena itu diperlukan suatu pendekatan pembelajaran matematika yang dilakukan


(19)

secara bertahap sesuai kemampuan siswa. Alternatif pendekatan pembelajaran dalam upaya untuk menumbuhkembangkan literasi matematis dan self-esteem siswa dalam penelitian ini adalah pendekatan CRA (Concrete-Representational-Abstract).

Pendekatan CRA ini secara sistematis mengajarkan siswa belajar melalui tiga tahap yaitu: Concrete (konkrit), Representational (representasi), Abstract (abstrak). Pengajaran dengan CRA adalah tiga tahap proses pembelajaran di mana siswa memecahkan masalah matematika melalui manipulasi fisik benda konret, diikuti dengan pembelajaran melalui representasi bergambar dari manipulasi benda konkrit, dan diakhiri dengan pemecahan masalah matematika melalui notasi abstrak (Witzel, 2005). Istilah lain yang telah digunakan untuk menggambarkan rangkaian pengajaran ini adalah rangkaian pengajaran konkrit ke semi konkrit, kemudian ke abstrak (Maccini dan Gagnon, 2000). Di Singapura, pendekatan ini lebih dikenal dengan pendekatan CPA (Concrete-Pictorical-Abstract).

Proses pembelajaran dengan pendekatan CRA ini terdiri atas tahapan yang diyakini oleh penulis merupakan tahapan yang dibutuhkan dalam kemampuan literasi matematis. Literasi matematis merupakan kemampuan untuk dapat mengaitkan antara masalah konkrit dalam hal ini masalah dalam kehidupan sehari-hari, kemudian direpresentasikan kedalam bentuk abstrak yaitu kedalam bentuk matematis. Sama halnya dengan tahap dalam proses pembelajaran dengan CRA, yaitu: Concrete (konkrit), Representational (representasi), Abstract (abstrak). Pola yang sama yang ada pada keduanya, yaitu literasi matematis dan pendekatan CRA, menjadikan pembelajaran dengan pendekatan CRA diyakini dapat meningkatkan kemampuan literasi matematis siswa.

Pembelajaran dengan pendekatan CRA memberikan kesempatan kepada siswa agar siswa mengeksplorasi hal-hal yang diamati selama proses pembelajaran, kemudian membandingkan dengan hal-hal yang telah diketahui. Siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuannya, sedangkan guru membimbing dan membantu jika siswa menemukan kesulitan atau melakukan kesalahan. Peran siswa dalam proses pembelajaran CRA sangat banyak karena siswa dituntut untuk menggunakan pengetahuan dan kemampuan siswa itu sendiri dalam mengenali,


(20)

memahami, menyelesaikan masalah atau materi yang disajikan oleh guru. Siswa mau tidak mau harus percaya pada kemampuan dirinya, sehingga siswa bisa menilai sendiri, menganggap dirinya mempunyai peran, dengan kata lain, siswa merasa berharga atau layak untuk berperan dalam memecahkan masalah yang dihadapi selama pembelajaran CRA berlangsung. Sikap inilah yang disebut self-esteem yang diyakini oleh penulis bahwa sikap self-esteem erat kaitannya dengan pembelajaran CRA.

Pendekatan CRA ini telah diteliti oleh beberapa peneliti di antaranya adalah Witzel (2005), Arvianto (2011) dan Yuliawaty (2011). Witzel menyebutkan bahwa CRA sukses diterapkan dalam pembelajaran (dari seting kelompok kecil sampai klasikal) serta bermanfaat bagi siswa dengan dan tanpa kesulitan belajar. Selain itu, siswa dengan nilai pada atau di atas tingkat kelasnya, ketika belajar menggunakan pendekatan ini secara signifikan mendapat nilai yang lebih tinggi dari rekan-rekan mereka yang diajarkan secara tradisional. Lebih lanjut, Yuliawaty (2011) dan Arvianto (2011) menemukan dampak positif dari pendekatan CRA pada kemampuan pemahaman konsep dan kemampuan pemecahan masalah.

Sebagai tindak lanjut, peneliti berkeinginan untuk mengetahui dan menelaah tentang peningkatan literasi matematis dan self-esteem siswa SMP melalui pendekatan CRA (Concrete-Representational-Abstract), khususnya mengenai literasi matematis level 3 dan literasi matematis level 4.

B. Rumusan Masalah

Uraian pada latar belakang masalah di atas dapat disusun menjadi rumusan masalah, yakni sebagai berikut:

1. Apakah peningkatan literasi matematis level 3 siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan CRA lebih baik daripada peningkatan literasi matematis level 3 siswa yang memperoleh pendekatan konvensional? 2. Apakah peningkatan literasi matematis level 4 siswa yang memperoleh

pembelajaran dengan pendekatan CRA lebih baik daripada peningkatan literasi matematis level 4 siswa yang memperoleh pendekatan konvensional?


(21)

3. Apakah peningkatan self-esteem siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan CRA lebih baik daripada peningkatan self-esteem siswa yang memperoleh pendekatan konvensional?

4. Apakah terdapat korelasi antara literasi matematis dan self-esteem siswa?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan, maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis:

1. Peningkatan literasi matematis level 3 siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan CRA dibandingkan dengan peningkatan literasi matematis level 3 siswa yang memperoleh pendekatan konvensional.

2. Peningkatan literasi matematis level 4 siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan CRA dibandingkan dengan peningkatan literasi matematis level 4 siswa yang memperoleh pendekatan konvensional.

3. Self-esteem siswa dalam matematika yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan CRA dibandingkan dengan self-esteem siswa yang memperoleh pendekatan konvensional.

4. Korelasi antara literasi matematis dan self-esteem siswa.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi:

1. Siswa, pembelajaran melalui pendekatan CRA dapat menambah wawasan mereka untuk lebih memahami materi-materi dalam matematika, dan dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tingginya yang berujung pada meningkatnya literasi matematis siswa dan self-esteem siswa;

2. Guru, pendekatan CRA dapat dijadikan sebagai informasi mengenai penerapan pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan CRA terhadap peningkatan literasi matematis siswa dan self-esteem siswa dan pendekatan ini dapat dijadikan salah satu pendekatan alternatif yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran matematika;


(22)

3. Sekolah, dapat dijadikan salah satu bahan masukan dalam rangka peningkatan literasi matematis di sekolah menengah pertama.

4. Peneliti, menjadi sarana bagi pengembangan diri peneliti dan dapat dijadikan acuan/referensi untuk peneliti lain (penelitian yang relevan) dan pada penelitian yang sejenis.

E. Definisi Operasional

Penelitian ini melibatkan berbagai istilah, sehingga untuk memperoleh kesamaan pendapat dan menghindari penafsiran yang berbeda tentang penelitian ini, berikut diberikan beberapa penjelasan istilah yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Pembelajaran dengan Pendekatan CRA

Pembelajaran matematika dengan pendekatan CRA dalam konteks penelitian ini adalah proses pembelajaran yang sengaja direncanakan oleh guru yang dilakukan secara bertahap melalui tiga tahapan, yaitu siswa memecahkan masalah dan menemukan konsep dengan menggunakan benda manipulatif yang konkrit kemudian dilanjutkan dengan tahap representasi sehingga siswa belajar dengan menggunakan gambar dan diakhiri dengan tahap abstrak yaitu siswa belajar memecahkan masalah matematika melalui notasi abstrak.

2. Literasi Matematis

Literasi matematis yang dimaksud dalam penelitian yaitu literasi matematis level 3 dan literasi matematis level 4. Literasi matematis level 3 yaitu kemampuan melaksanakan prosedur dalam memilih dan menerapkan strategi pemecahan masalah. Literasi matematis level 4 adalah kemampuan bekerja secara efektif untuk dapat memilih dan mengintegrasikan representasi yang berbeda, dan menghubungkannya dengan situasi nyata yang terkandung dalam permasalahan.

3. Self-esteem

Self-esteem yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penilaian siswa terhadap kemampuan, keberhasilan, kemanfaatan, dan kebaikan diri mereka sendiri dalam matematika.


(23)

4. Pembelajaran Kovensional

Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaraan ekspositori. Proses pembelajaran dimulai dengan penjelasan materi dari guru kemudian diberikan contoh soal beserta penyelesaiannya diakhiri dengan pemberian soal latihan yang harus dikerjakan oleh siswa.


(24)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode kuasi eksperimen. Pada penelitian ini ada dua kelompok subjek penelitian yaitu kelompok eksperimen memperoleh pembelajaran matematika dengan pendekatan CRA dan kelompok kontrol pembelajaran matematika dengan pendekatan konvensional. Kedua kelompok diberikan pretes dan postes, dengan menggunakan instrumen tes yang sama. Pada kuasi eksperimen ini, subjek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi peneliti menerima keadaan subjek apa adanya (Ruseffendi, 2005). Penggunaan desain ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa kelas yang ada telah terbentuk sebelumnya, sehingga tidak dilakukan lagi pengelompokkan secara acak. Pembentukan kelas baru hanya akan menyebabkan kekacauan jadwal pelajaran yang telah ada di sekolah.

Adapun desain eksperimen yang digunakan adalah kuasi eksperimen Nonequivalent Control Group Pretest-posttest Design di mana kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random. Diagram desain penelitiannya sebagai berikut (Ruseffendi, 2005:47):

O X O

---O O

Keterangan:

O = Pretes/Tes awal atau Postes/Tes akhir literasi matematis X = Pembelajaran matematika dengan pendekatan CRA

Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah:

1. Tanpa acak dipilih dua kelompok dari subjek penelitian yang tersedia, sampel yang terpilih masing-masing sebagai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.


(25)

2. Memberikan pelatihan kepada guru tentang pendekatan pembelajaran, dan membuat kesepakatan bahwa pembelajaran dilaksanakan oleh guru yang bersangkutan, peneliti bertugas sebagai observer dan partner guru dan pembelajaran dilaksanakan sesuai jadwal yang direncanakan.

3. Setiap kelompok diberikan pretest kemudian menentukan nilai rerata dan simpangan baku dari tiap-tiap kelompok untuk mengetahui kesamaan tingkat penguasaan kedua kelompok terhadap literasi matematis.

4. Memberikan perlakuan kepada tiap-tiap kelompok, perlakuan yang diberikan kepada kelompok eksperimen yaitu pendekatan CRA sedangkan kepada kelompok kontrol diberikan perlakuan dengan pendekatan konvensional. 5. Tahap selanjutnya kepada setiap kelompok diberikan postes untuk

mengetahui literasi matematis dan self-esteem.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 8 di Cimahi sebagai populasi. Penelitian ini dipilih sekolah yang dikategorikan level menengah ditinjau dari kemampuan siswanya. Sampel yang dipilih adalah dua kelas VIII siswa SMP Negeri 8 Cimahi. Kedua kelas dipilih karena memiliki kemampuan awal yang hampir sama, setelah melihat daftar nilai matematika siswa kedua kelas yang sudah tersedia sebelumnya. Satu kelas selanjutnya dijadikan sebagai kelas eksperimen dan satu kelas lainnya dijadikan kelas kontrol.

Alasan dipilihnya sekolah dengan level menengah dikarenakan pada level ini kemampuan akademik siswanya heterogen, mulai dari yang terendah sampai yang tertinggi terwakili. Menurut Darhim (2004) sekolah yang berasal dari level tinggi (baik) cenderung memiliki hasil belajar yang lebih baik tetapi baiknya itu terjadi bukan akibat baiknya pembelajaran yang dilakukan, demikian juga dengan sekolah yang berasal dari level rendah (kurang) cenderung hasil belajarnya akan kurang (jelek) dan kurangnya itu bisa terjadi bukan akibat kurang baiknya pembelajaran yang dilakukan. Oleh karena itu dalam penelitian ini, sekolah dengan level baik dan level rendah tidak dipilih sebagai subjek penelitian.


(26)

C. Instrumen Penelitian

Penelitian ini mengunakan tiga macam instrumen untuk memperoleh data, yang terdiri dari: (a) soal tes literasi matematis level 3, (b) soal tes literasi matematis level 4, dan (c) skala self-esteem. Instrumen ini dikembangkan melalui beberapa tahap, yaitu: tahap pembuatan instrumen, tahap konsultasi dan tahap uji coba instrumen (untuk tes literasi matematis).

Uji coba instrumen dilakukan untuk melihat validitas butir tes, reliabilitas tes, daya pembeda butir tes, dan tingkat kesukaran butir tes. Selanjutnya data hasil uji coba instrumen kemudian dianalisis menggunakan program komputer Microsoft Excel dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Validitas

Validitas berkenaan dengan sejauh mana suatu alat mampu mengukur apa yang dianggap orang seharusnya diukur oleh alat tersebut. Validitas butir soal dihitung dengan cara menghitung korelasi antara skor tiap butir soal (X) dengan skor total (Y). Adapun rumus yang digunakan adalah rumus korelasi product moment seperti berikut ini:

 

2 2

2

 

2

    Y Y N X X N Y X XY N rxy

(Suherman, 2003: 120)

Keterangan: xy

r = Koefisien korelasi antara variable X dan Y X = skor tiap butir soal

Y = skor total N = jumlah siswa

Interpretasi besarnya koefisien korelasi berdasarkan patokan menurut Suherman (2003: 113) adalah sebagai berikut:


(27)

Tabel 3.1

Kriteria Validitas Butir Soal Koefisien Validitas (rxy) Interpretasi

sangat baik (sangat tinggi) baik (Tinggi)

cukup (Sedang) rendah (jelek)

sangat rendah (sangat jelek) Tidak valid

Berdasarkan hasil perhitungan, validitas butir soal dari soal uji coba literasi matematis siswa di level 3 dan 4 adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2

Validitas Soal Literasi Matematis Level 3 dan Level 4

Jenis Tes No.

Soal

Koefisien

Korelasi Interpretasi Keterangan

Literasi Matematis Level 3

1 0,75 Baik Digunakan

4 0,758 Baik Digunakan

7 0,648 Sedang Digunakan

Literasi Matematis Level 4

2 0,699 Sedang Digunakan

3 0,635 Sedang Digunakan

5 0,651 Sedang Digunakan

6 0,537 Sedang Digunakan

Kemudian untuk menguji keberartian koefisien korelasi yang diperoleh digunakan statistik uji:

2 N r 1 r t 2 hitung    Keterangan:

r = Nilai koefisien korelasi N = Jumlah sampel


(28)

Setelah diperoleh nilai thitung maka, langkah selanjutnya adalah

menentukan ttabel dengan df = n – 2 = 31 – 2 = 29 dengan nilai df = 29 dan

pada nilai alpha sebesar 95% didapat nilai t(0,95;29) = 1,69

Pengambilan keputusan didasarkan pada uji hipotesis dengan kriteria sebagai berikut:

1. Jika thitung positif, dan thitung≥ ttabel, maka butir soal valid

2. Jika thitung negatif, dan thitung < ttabel, maka butir soal tidak valid

Berikut adalah perhitungan hasil uji validitas soal literasi matematis level 3 dan level 4:

Tabel 3.3

Data Hasil Uji Validitas

Soal Literasi Matematis Level 3 dan Level 4

Jenis Tes No.

Soal r hitung t hitung t tabel

Interpretasi

Validitas Keterangan

Literasi Matematis Level 3

1 0,75 6,11 1,69 Valid Digunakan

4 0,758 6,26 1,69 Valid Digunakan

7 0,648 4,58 1,69 Valid Digunakan

Literasi Matematis Level 4

2 0,699 5,26 1,69 Valid Digunakan

3 0,635 4,43 1,69 Valid Digunakan

5 0,651 4,62 1,69 Valid Digunakan

6 0,537 3,43 1,69 Valid Digunakan

2. Reliabilitas

Reliabilitas suatu alat evaluasi (tes) dikatakan reliabel jika hasil evaluasi tersebut memberikan hasil yang tetap sama untuk subjek yang sama (konsisten), kalaupun mengalami perubahan tetapi perubahan itu tidak signifikan (Ruseffendi, 1991). Menghitung reliabilitas tes bentuk uraian digunakan rumus Alpha sebagai berikut:

11

r

      1 n n        

2

2 1 t i s s


(29)

Keterangan: r11 = reliabilitas yang dicari n = jumlah butir soal

2

i

s = jumlah varians skor tiap item

2

t

s = varians skor total

Sedangkan untuk menghitung varians tiap-tiap item digunakan rumus:

 

n n x x 2 2 2

         s dengan,

n = banyaknya siswa peserta tes

2

s = varians tiap item x = nilai tiap butir soal.

Tolak ukur untuk menginterpretasikan koefisien reliabilitas alat evaluasi dapat digunakan tolak ukur yang dibuat J.P Guilford.

Tabel 3.4

Kriteria Reliabilitas Butir Soal Koefisien Reliabilitas

(r11)

Interpretasi Derajat Reliabilitas Sangat rendah

Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi

(Suherman, 2003:139)

Berdasarkan hasil perhitungan, reliabilitas dari soal uji coba literasi matematis siswa di level 3 dan 4 adalah sebagai berikut:


(30)

Tabel 3.5

Data Hasil Uji Reliabilitas

Soal Literasi Matematis Level 3 dan Level 4

Jenis Tes Koefisien Reliabilitas Interpretasi Reliabilitas

Literasi Matematis Level 3 0,53 Sedang

Literasi Matematis Level 4 0,56 Sedang

3. Daya Pembeda.

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berada pada kelompok atas dengan siswa yang berada pada kelompok bawah.

Bantuan program excel digunakan untuk menghitung daya pembeda, sedangkan rumus yang digunakan adalah (Suherman, 2003: 160):

Dengan, = Jumlah siswa kelompok atas yang menjawab dengan benar = Jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab dengan benar = Jumlah siswa kelompok atas

Kriteria daya pembeda butir soal yang digunakan berdasarkan (Suherman, 2003:161) diuraikan pada Tabel di bawah ini:

Tabel 3.6

Kriteria Daya Pembeda Butir Soal Daya Pembeda (DP) Interpretasi

Sangat baik Baik Cukup

Jelek Sangat jelek (Suherman, 2003:161)

Hasil perhitungan daya pembeda untuk soal literasi matematis level 3 dan level 4 disajikan pada tabel 3.7 di bawah ini.


(31)

Tabel 3.7

Data Hasil Uji Daya Pembeda Soal Literasi Matematis Level 3 dan Level 4

Jenis Tes No. Soal Daya Pembeda Interpretasi Keterangan

Literasi Matematis Level 3

1 0,3 Cukup Digunakan

4 0,22 Cukup Digunakan

7 0,33 Cukup Digunakan

Literasi Matematis Level 4

2 0,34 Cukup Digunakan

3 0,23 Cukup Digunakan

5 0,22 Cukup Digunakan

6 0,22 Cukup Digunakan

4. Indeks Kesukaran

Indeks kesukaran butir soal merupakan bilangan yang menunjukkan tingkat kesukaran butir soal. Untuk menghitung indeks kesukaran digunakan nilai rata-rata setiap butir dan nilai maksimum (SMI) dari setiap butir soal, dengan menggunakan rumus berikut (Suherman, 2003: 170):

dengan, = Jumlah skor semua siswa kelompok atas = Jumlah skor semua siswa kelompok bawah = Jumlah siswa kelompok atas

Kriteria indeks kesukaran butir soal yang digunakan berdasarkan Suherman (2003:170) yang diuraikan pada Tabel 3.8 di bawah ini:

Tabel 3.8

Kriteria Indeks Kesukaran Butir Soal Indeks Kesukaran (IK) Interpretasi terlalu mudah 0,70 < IK < 1,00 mudah 0,30 < IK  0,70 sedang 0,00 < IK  0,30 sukar


(32)

(Suherman, 2003:170)

Berdasarkan hasil perhitungan indeks kesukaran butir soal tes yang telah diujicobakan, diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 3.9

Data Hasil Uji Indeks Kesukaran Soal Literasi Matematis Level 3 dan Level 4

Jenis Tes No. Soal

Indeks

Kesukaran Interpretasi Keterangan

Literasi Matematis Level 3

1 0,35 Sedang Digunakan

4 0,17 Sukar Digunakan

7 0,58 Sedang Digunakan

Literasi Matematis Level 4

2 0,26 Sukar Digunakan

3 0,2 Sukar Digunakan

5 0,29 Sukar Digunakan

6 0,15 Sukar Digunakan

D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil tes selanjutnya diolah melalui tahap sebagai berikut:

a. Memberikan skor jawaban siswa sesuai dengan kunci jawaban dan sistem penskoran yang digunakan.

b. Membuat tabel skor tes siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol c. Peningkatan kompetensi yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran

dihitung dengan rumus g faktor (N-Gain) dengan rumus:

keterangan:

SPost = Skor Postes

SPre = Skor Pretes


(33)

Hasil perhitungan N-Gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi dari Hake dalam Meltzer yaitu:

Tabel 3.10 Klasifikasi N-Gain (g)

Besarnya g Interpretasi

g 0,3 Rendah

0,3 g 0,7 Sedang

g 0,7 Tinggi

(Hake, 2002)

Terlebih dahulu ditentukan normalitas dan homogenitas varians dengan menggunakan SPSS versi 16.0 untuk menentukan uji statistik yang digunakan. Analisa data dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan pada data skor pretes, postes, dan gains pada kelompok eksperimen dan kontrol. Dalam uji normalitas ini digunakan uji Shapiro-wilk dengan taraf signifikansi 5%.

Jika data berasal dari populasi yang berdistribusi normal, maka analisis dilanjutkan dengan uji homogenitas varians untuk menentukan uji parametrik yang sesuai. Namun, jika data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal,a tidak dilakukan uji homogenitas varians akan tetapi langsung dilakukan uji perbedaan dua rata-rata (uji non-parametrik).

b. Uji Homogenitas Varians

Uji homogenitas varians dilakukan untuk mengetahui apakah dua sampel yang diambil mempunyai varians yang homogen atau tidak.


(34)

Untuk menguji homogenitas digunakan uji Levene dengan taraf signifikansi 5%.

c. Uji perbedaan

Uji perbedaan dimaksudkan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan secara signifikan antara dua populasi dengan melihat rata-rata atau rangking kedua sampel. Uji perbedaan dilakukan terhadap indeks gains. Jika data berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen maka pengujiannya dilakukan dengan uji t. Adapun untuk data yang berdistribusi normal akan tetapi tidak memiliki varians yang homogen

maka pengujiannya menggunakan uji t’. Sedangkan untuk data yang

tidak berdistribusi normal, maka pengujiannya menggunakan statistik non-parametrik yaitu menggunakan uji Mann-Whitney.

Gambar 3.1

Prosedur Pengolahan Data Tes

Uji t’

Uji t Normal

Uji Non-Parametrik

Mann-Whitney

Data Gain

tidak

Kesimpulan

tidak

ya ya


(35)

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini dikelompokkan dalam tiga tahap, yaitu: tahap awal, tahap eksperimen, dan tahap analisis data. Prosedur penelitian ini dirancang untuk memudahkan dalam pelaksanaannya.

Gambar 3.2 Prosedur Penelitian

Penyusunan Instrumen & Bahan Ajar Seminar Proposal & revisi Studi Kepustakaan M enyusun Proposal

Uji Instrumen

Revisi Instrumen

Pretes

Pembelajaran biasa (konvesional)

Pembelajaran dengan Pendekatan CRA

Postes

Penarikan Kesimpulan & Rekomendasi Analisis Data


(36)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan kajian, temuan dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Peningkatan literasi matematis level 3 siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan CRA lebih baik daripada peningkatan literasi matematis level 3 siswa yang memperoleh pendekatan konvensional. 2. Peningkatan literasi matematis level 4 siswa yang memperoleh

pembelajaran dengan pendekatan CRA lebih baik daripada peningkatan literasi matematis level 4 siswa yang memperoleh pendekatan konvensional. 3. Peningkatan self-esteem siswa yang memperoleh pembelajaran dengan

pendekatan CRA lebih baik daripada peningkatan self-esteem siswa yang memperoleh pendekatan konvensional.

4. Tidak terdapat korelasi antara literasi matematis dan self-esteem siswa tentang matematika.

B. Saran

Berdasarkan eksperimen yang telah dilakukan, ditemukan hal-hal yang bisa dijadikan pertimbangan. Penulis menyarankan hal-hal berikut ini:

1. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CRA dapat meningkatkan literasi matematis serta self-esteem siswa. Oleh karena itu pembelajaran dengan pendekatan CRA dapat dijadikan alternatif pembelajaran dalam tujuan meningkatkan prestasi siswa khususnya literasi matematis.

2. Kemampuan matematis yang diteliti pada pembelajaran dengan pendekatan CRA adalah literasi matematis level 3 dan level 4. Untuk peneliti selanjutnya sebaiknya meneliti kemampuan matematis dan aspek afektif yang lainnya, sehingga ditemukan aspek kemampuan matematis dan aspek afektif mana yang saling mendukung sehingga memudahkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.


(37)

3. Bahasan yang dikembangkan dalam penelitian ini hanya pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada materi bangun ruang sisi datar, oleh karena itu perlu diadakan penelitian lanjutan pada jenjang dan pokok bahasan matematika yang lain seperti pada tingkat Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Atas (SMA).


(38)

DAFTAR PUSTAKA

Access Center Research Continuum. (2004). Concrete-Representational-Abstract Instructional Approach. [Online]. Tersedia: http://165.139.150.129/ intervention/ConcreteRepresentationalAbstractInstructionalApproach.pdf. [22 februari 2013].

Al Hadad, S. F. (2010). Meningkatkan Kemampuan Representasi Multipel Matematis dan Self-esteem Siswa SMP melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Open Ended. Bandung: Disertasi Doktor SPs UPI: Tidak diterbitkan.

Arvianto, IR dkk. (2011). Prosiding Seminar Nasional Matematika: Penggunaaan Multimedia Pembelajaran Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa dengan Pendekatan Instruksional CRA. Disajikan pada Seminar Nasional Matematika, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Dahar, R W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta:Erlangga.

Echols, John M & Hassan, Shadily. (1983). Kamus Inggris-Indonesia (Cetakan XII). Jakarta: Gramedia.

Hake, R.R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. [Online]. Tersedia:

http://www.physics.indiana.edu/~sdi/Analyzingchange-Gain.pdf. [1 April 2013].

Hasan, A. (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Hayat, B. dan Yusuf, S. (2010). Benchmark Internasional Mutu Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Ifdil. (2007). Self-esteem. [Online]. Tersedia: http://konselingindonesia.com/ index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=69. [22 februari 2013]. Kementerian Depdiknas P4TK. (2011). Instrumen Penilaian Hasil Belajar

Matematika SMP Belajar dari PISA ddan TIMSS. Yogyakarta: Depdiknas. Kusumah, Y. S. (2011). Prosiding Seminar Nasional Pendidikan MIPA: Literasi

Matematis. Disajikan pada Seminar Nasional Matematika, Universitas Bandar Lampung.

Litbang. (2012). Survei Internasional Pisa. [Online]. Tersedia:

http://litbang.kemdikbud.go.id/index.php/survei-internasional-pisa [19 Februari 2013].


(39)

Martin, H. (2007). Mathematical Literacy. Journal of Principal Leadership, v7 n5 p28-31. [Online]. Tersedia: http://www.eric.ed.gov/ERICWebPortal/ search/detailmini.jsp?_nfpb=true&_&ERICExtSearch_SearchValue_0=EJ 767854&ERICExtSearch_SearchType_0=no&accno=EJ767854. [2 April 2013].

Maryanti, E. (2012). Peningkatan Literasi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Metacognitive Guidance. Bandung: Tesis SPs UPI: Tidak diterbitkan. NCES. (2012). Overview PISA. [Online]. Tersedia: http://nces.ed.gov/

surveys/pisa/. [19 Februari 2013].

NN. Comparing NAEP, TIMSS, and PISA in Mathematics and Science. [Online]. Tersedia: http://nces.ed.gov/timss/pdf/naep_timss_pisa_comp.pdf. [21 februari 2013]

OECD. (2009). PISA 2009 Assessment Framework: Key competencies in Reading, Mathematics and Science. . [Online]. Tersedia http://www.oecd.org/ dataoecd/61/15/46241909.pdf [19 Februari 2013].

_____. (2010). PISA 2009 Results: Executive Summary. [Online]. Tersedia:

http://www.oecd.org [19 Februari 2013].

_____. (2010). Draft PISA 2012 Assessment Framework. [Online]. Tersedia:

http://www.oecd.org/pisa/pisaproducts/46961598.pdf. [19 Februari 2013]. Ojose, B. (2011). Mathematics Literacy: Are We Able To Put The Mathematics

We Learn Into Everyday Use?. Journal of Mathematics Education © Education for All, Vol. 4, No. 1, pp. 89-100. [Online]. Tersedia:

http://educationforatoz.com/images/8.Bobby_Ojose_--_Mathematics_ Literacy_Are_We_Able_To_Put_The_Mathematics_We_Learn_Into_Ever yday_Use.pdf [2 April 2013].

Ortiz, E. (2005). Levels Of Learning In Mathematics Teaching And Learning. Journal of College Teaching & Learning Volume 2, Number 4 pp. 65. [Online]. Tersedia: http://journals.cluteonline.com/index.php/TLC/ article/download/1809/1788 [2 April 2013].

Prihadi K, Chua M. (2012). Students' Self-Esteem at School: The Risk, the Challenge, and the Cure. Journal of Education and Learning. Vol.6 (1) pp. 1-14. [Online]. Tersedia: http://www.journal.uad.ac.id/index.php/ EduLearn/article/download/EduLearn-6-1-1/pdf [22 februari 2013]


(40)

Riccomini, P.J. et al. (2008). Improving the Mathematics Instruction for Students With Emotional and Behavioral Disorders: Two Evidenced-Based Instructional Approaches. Improving The Mathematics Instruction.

Rohaeti, T. (2012). Pendekatan Problem Posing pada Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis dan Self Esteem siswa Sekolah Menengah Atas. Bandung: Tesis SPs UPI: Tidak diterbitkan.

Ruseffendi, H. E. T. (1991). Penilaian Pendidikan dan Hasil Belajar Siswa Khususnya dalam Pengajaran Matematika untuk Guru dan Calon Guru. __________________. (2005). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan & Bidang

Non-Eksata Lainnya. Bandung: Tarsito.

__________________. (2006). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya Dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

Sembiring. (2012). Kontes Literasi Matematika untuk SMP/MTs Tingkat Nasional. [Online]. Tersedia: http://p4tkmatematika.org/2012/04/kontes-literasi-matematika-untuk-smpmts-tingkat- nasional/ [21 februari 2013]. Suherman, E.. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. JICA: FPMIPA UPI

Bandung.

___________. Dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. JICA: FPMIPA UPI Bandung.

Sulistyo, J. (2010). 6 Hari Jago SPSS 17. Yogyakarta: Cakrawala.

Suparno, P. (1997). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.

________. (2001). Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta: Kanisius.

UNESCO Education Sector. (2004). The Plurality of Literacy and its implications

for Policies and Programs”: (Paris: United National Educational,

Scientific and Cultural Organization) hal.13. Tersedia:

http://unesdoc.unesco.org/images/0013/001362/136246e.pdf [22 Februari 2013].


(41)

Utari, R. (2007). Upaya Sekolah dalam Pembentukan Self-Esteem Siswa Melalui Pembelajaran. [Online]. Tersedia: http://eprints.uny.ac.id/4980/1/ UPAYA_SEKOLAH_DALAM_PEMBENTUKAN_SELF_ESTEEM_SIS WA.pdf [21 Februari 2013].

Witzel, Bradley S. et al. (2008). Implementing CRA With Secondary Students With Learning Disabilities in Mathematics. Intervention in School and Clinic,Vol. 43(5), 270-276.

Yuliawaty, L. (2011). Penerapan Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan CRA untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan Masalah Matematik Siswa SMP. Bandung: Tesis SPs UPI: Tidak diterbitkan.

Yusuf, S. (2012). Outlook Literasi Siswa Indonesia. Disajikan pada Konferensi Linguistik Tahunan Atma Jaya (Kolita) kesepuluh Tingkat Internasional, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan kajian, temuan dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Peningkatan literasi matematis level 3 siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan CRA lebih baik daripada peningkatan literasi matematis level 3 siswa yang memperoleh pendekatan konvensional. 2. Peningkatan literasi matematis level 4 siswa yang memperoleh

pembelajaran dengan pendekatan CRA lebih baik daripada peningkatan literasi matematis level 4 siswa yang memperoleh pendekatan konvensional. 3. Peningkatan self-esteem siswa yang memperoleh pembelajaran dengan

pendekatan CRA lebih baik daripada peningkatan self-esteem siswa yang memperoleh pendekatan konvensional.

4. Tidak terdapat korelasi antara literasi matematis dan self-esteem siswa tentang matematika.

B. Saran

Berdasarkan eksperimen yang telah dilakukan, ditemukan hal-hal yang bisa dijadikan pertimbangan. Penulis menyarankan hal-hal berikut ini:

1. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CRA dapat meningkatkan literasi matematis serta self-esteem siswa. Oleh karena itu pembelajaran dengan pendekatan CRA dapat dijadikan alternatif pembelajaran dalam tujuan meningkatkan prestasi siswa khususnya literasi matematis.

2. Kemampuan matematis yang diteliti pada pembelajaran dengan pendekatan CRA adalah literasi matematis level 3 dan level 4. Untuk peneliti selanjutnya sebaiknya meneliti kemampuan matematis dan aspek afektif yang lainnya, sehingga ditemukan aspek kemampuan matematis dan aspek afektif mana yang saling mendukung sehingga memudahkan untuk meningkatkan


(2)

3. Bahasan yang dikembangkan dalam penelitian ini hanya pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada materi bangun ruang sisi datar, oleh karena itu perlu diadakan penelitian lanjutan pada jenjang dan pokok bahasan matematika yang lain seperti pada tingkat Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Atas (SMA).


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Access Center Research Continuum. (2004). Concrete-Representational-Abstract Instructional Approach. [Online]. Tersedia: http://165.139.150.129/ intervention/ConcreteRepresentationalAbstractInstructionalApproach.pdf. [22 februari 2013].

Al Hadad, S. F. (2010). Meningkatkan Kemampuan Representasi Multipel Matematis dan Self-esteem Siswa SMP melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Open Ended. Bandung: Disertasi Doktor SPs UPI: Tidak diterbitkan.

Arvianto, IR dkk. (2011). Prosiding Seminar Nasional Matematika: Penggunaaan Multimedia Pembelajaran Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa dengan Pendekatan Instruksional CRA. Disajikan pada Seminar Nasional Matematika, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Dahar, R W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta:Erlangga.

Echols, John M & Hassan, Shadily. (1983). Kamus Inggris-Indonesia (Cetakan XII). Jakarta: Gramedia.

Hake, R.R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. [Online]. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/Analyzingchange-Gain.pdf. [1 April 2013].

Hasan, A. (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Hayat, B. dan Yusuf, S. (2010). Benchmark Internasional Mutu Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Ifdil. (2007). Self-esteem. [Online]. Tersedia: http://konselingindonesia.com/ index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=69. [22 februari 2013]. Kementerian Depdiknas P4TK. (2011). Instrumen Penilaian Hasil Belajar

Matematika SMP Belajar dari PISA ddan TIMSS. Yogyakarta: Depdiknas. Kusumah, Y. S. (2011). Prosiding Seminar Nasional Pendidikan MIPA: Literasi

Matematis. Disajikan pada Seminar Nasional Matematika, Universitas Bandar Lampung.

Litbang. (2012). Survei Internasional Pisa. [Online]. Tersedia:


(4)

Martin, H. (2007). Mathematical Literacy. Journal of Principal Leadership, v7 n5 p28-31. [Online]. Tersedia: http://www.eric.ed.gov/ERICWebPortal/ search/detailmini.jsp?_nfpb=true&_&ERICExtSearch_SearchValue_0=EJ 767854&ERICExtSearch_SearchType_0=no&accno=EJ767854. [2 April 2013].

Maryanti, E. (2012). Peningkatan Literasi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Metacognitive Guidance. Bandung: Tesis SPs UPI: Tidak diterbitkan. NCES. (2012). Overview PISA. [Online]. Tersedia: http://nces.ed.gov/

surveys/pisa/. [19 Februari 2013].

NN. Comparing NAEP, TIMSS, and PISA in Mathematics and Science. [Online]. Tersedia: http://nces.ed.gov/timss/pdf/naep_timss_pisa_comp.pdf. [21 februari 2013]

OECD. (2009). PISA 2009 Assessment Framework: Key competencies in Reading, Mathematics and Science. . [Online]. Tersedia http://www.oecd.org/ dataoecd/61/15/46241909.pdf [19 Februari 2013].

_____. (2010). PISA 2009 Results: Executive Summary. [Online]. Tersedia: http://www.oecd.org [19 Februari 2013].

_____. (2010). Draft PISA 2012 Assessment Framework. [Online]. Tersedia: http://www.oecd.org/pisa/pisaproducts/46961598.pdf. [19 Februari 2013]. Ojose, B. (2011). Mathematics Literacy: Are We Able To Put The Mathematics

We Learn Into Everyday Use?. Journal of Mathematics Education © Education for All, Vol. 4, No. 1, pp. 89-100. [Online]. Tersedia: http://educationforatoz.com/images/8.Bobby_Ojose_--_Mathematics_

Literacy_Are_We_Able_To_Put_The_Mathematics_We_Learn_Into_Ever yday_Use.pdf [2 April 2013].

Ortiz, E. (2005). Levels Of Learning In Mathematics Teaching And Learning. Journal of College Teaching & Learning Volume 2, Number 4 pp. 65. [Online]. Tersedia: http://journals.cluteonline.com/index.php/TLC/ article/download/1809/1788 [2 April 2013].

Prihadi K, Chua M. (2012). Students' Self-Esteem at School: The Risk, the Challenge, and the Cure. Journal of Education and Learning. Vol.6 (1) pp. 1-14. [Online]. Tersedia: http://www.journal.uad.ac.id/index.php/ EduLearn/article/download/EduLearn-6-1-1/pdf [22 februari 2013]


(5)

Riccomini, P.J. et al. (2008). Improving the Mathematics Instruction for Students With Emotional and Behavioral Disorders: Two Evidenced-Based Instructional Approaches. Improving The Mathematics Instruction.

Rohaeti, T. (2012). Pendekatan Problem Posing pada Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis dan Self Esteem siswa Sekolah Menengah Atas. Bandung: Tesis SPs UPI: Tidak diterbitkan.

Ruseffendi, H. E. T. (1991). Penilaian Pendidikan dan Hasil Belajar Siswa Khususnya dalam Pengajaran Matematika untuk Guru dan Calon Guru.

__________________. (2005). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan & Bidang Non-Eksata Lainnya. Bandung: Tarsito.

__________________. (2006). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya Dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

Sembiring. (2012). Kontes Literasi Matematika untuk SMP/MTs Tingkat Nasional. [Online]. Tersedia: http://p4tkmatematika.org/2012/04/kontes-literasi-matematika-untuk-smpmts-tingkat- nasional/ [21 februari 2013]. Suherman, E.. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. JICA: FPMIPA UPI

Bandung.

___________. Dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. JICA: FPMIPA UPI Bandung.

Sulistyo, J. (2010). 6 Hari Jago SPSS 17. Yogyakarta: Cakrawala.

Suparno, P. (1997). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.

________. (2001). Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta: Kanisius.

UNESCO Education Sector. (2004). The Plurality of Literacy and its implications

for Policies and Programs”: (Paris: United National Educational,

Scientific and Cultural Organization) hal.13. Tersedia: http://unesdoc.unesco.org/images/0013/001362/136246e.pdf [22 Februari 2013].


(6)

Utari, R. (2007). Upaya Sekolah dalam Pembentukan Self-Esteem Siswa Melalui Pembelajaran. [Online]. Tersedia: http://eprints.uny.ac.id/4980/1/ UPAYA_SEKOLAH_DALAM_PEMBENTUKAN_SELF_ESTEEM_SIS WA.pdf [21 Februari 2013].

Witzel, Bradley S. et al. (2008). Implementing CRA With Secondary Students With Learning Disabilities in Mathematics. Intervention in School and Clinic,Vol. 43(5), 270-276.

Yuliawaty, L. (2011). Penerapan Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan CRA untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan Masalah Matematik Siswa SMP. Bandung: Tesis SPs UPI: Tidak diterbitkan.

Yusuf, S. (2012). Outlook Literasi Siswa Indonesia. Disajikan pada Konferensi Linguistik Tahunan Atma Jaya (Kolita) kesepuluh Tingkat Internasional, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya.


Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS MATEMATIS SISWA (Kasus: Eksperimen pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 5 Metro Tahun Pelajaran 2011/2012)

1 9 58

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN DENGAN METODE PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Bandar Lampung)

5 24 68

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA (Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 Gadingrejo Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014)

2 27 61

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 28 Bandar Lampung T.P. 2013/2014)

1 26 152

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 21 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 17 52

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THREE-STEP INTERVIEW (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 1 Gadingrejo Tahun Pelajaran 2013/2014)

2 31 59

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 24 Bandar Lampung T.P. 2013/2014)

1 19 66

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 1 Pringsewu Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 5 54

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN BELIEF SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Pringsewu T.P. 2013/2014)

1 7 66

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 28 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 5 54