PENGARUH MODEL PENDEKATAN TAKTIS DAN MODIFIKASI ALAT TERHADAP HASIL BELAJAR BOLAVOLI PADA SISWA KELAS X MADRASAH ALIYAH NEGERI SURADE KABUPATEN SUKABUMI.

(1)

Lukmanul Hakim, 2013

Pengaruh Model Pendekatan Taktis Dan Modifikasi Alat Terhadap Hasil Belajar Bola Voli Pada

PENGARUH MODEL PENDEKATAN TAKTIS DAN MODIFIKASI ALAT TERHADAP HASIL BELAJAR BOLA VOLI PADA SISWA KELAS X

MAN SURADE KABUPATEN SUKABUMI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Oleh :

LUKMANUL HAKIM 0806362

JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Lukmanul Hakim, 2013

Pengaruh Model Pendekatan Taktis

dan Modifikasi Alat Terhadap Hasil

Belajar Bolavoli Pada Siswa Kelas X

MAN Surade Kabupaten Sukabumi

Oleh Lukmanul Hakim

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

© Lukmanul Hakim 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

Lukmanul Hakim, 2013

Pengaruh Model Pendekatan Taktis Dan Modifikasi Alat Terhadap Hasil Belajar Bola Voli Pada

LEMBAR PENGESAHAN

LUKMANUL HAKIM 0806362

PENGARUH MODEL PENDEKATAN TAKTIS DAN MODIFIKASI ALAT TERHADAP HASIL BELAJAR BOLAVOLI PADA SISWA KELAS X

MAN SURADE KABUPATEN SUKABUMI

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I

Drs. Yoyo Bahagia, M.Pd. NIP. 194903161972111001

Pembimbing II

Jajat Darajat KN, S.Pd. M.Kes. AIFO NIP. 197608022005011002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Drs. Mudjihartono. M.Pd. NIP. 196508171990011001


(4)

ABSTRAK

Lukmanul Hakim. Judul : Pengaruh Model Pendekatan Taktis dan Modifikasi Alat Terhadap Hasil Belajar Bolavoli Pada Siswa Kelas X Madrasah Aliyah Negeri Surade Kabupaten Sukabumi. Skripsi Program Studi Pendidkan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (PJKR). Jurusan Pendidikan Olahraga. FPOK – UPI. Pembimbing I: Drs. Yoyo Bahagia, M.Pd. Pembimbing II: Jajat Darajat KN. S.Pd. M.Kes. AIFO

Pembelajaran aktivitas Pendidikan Jasmani dalam permainan bolavoli yang diajarkan kepada siswa dengan menggunakan pendekatan taktis dan modifikasi alat memberikan kontribusi yang optimal untuk mempermudah siswa mengerti dan memahami bagaimana melakukan keterampilan permainan bolavoli. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan model pendekatan taktis dengan kelompok pendekatan teknis secara keseluruhan.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode Eksperimen. Desain penelitian yang digunakan adalah Faktorial 2x2. Populasi penelitian adalah siswa kelas X MAN Surade dengan sampel 28 siswa laki-laki. Instrumen penelitian yang digunakan adalah NCSU Volleyball Skills Test Battery. Analisis data dilakukan dengan menggunakan SPSS 20 dengan cara ANOVA 2x2 factorial.

Hasil analisis data dan kesimpulan dapat diperoleh bahwa tidak terdapat perbedaan hasil belajar bola voli antara kelompok model pendekatan taktis dengan kelompok pendekatan teknis secara keseluruhan, besar perbedaan 6,14% (tidak signifikan). Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan modifikasi alat. Bagi kelompok bola softvolley kelompok pendekatan taktis lebih baik daripada kelompok pendekatan teknis, besar perbedaan 50,86% (signifikan). Bagi kelompok bola standar, data menunjukan kedua kelompok dapat memberikan pengaruh yang sama, akan tetapi terdapat perbedaan sebesar 36,00% (tidak signifikan).


(5)

ABSTRACT

Lukmanul Hakim. Topic : The Influence of Tactic Model Approach and Tools Modification toward Volley Ball Learning Outcome for X Grade Students Surade State Islamic Boarding School, Sukabumi. A Thesis of Program Studi Pendidkan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (PJKR). Sports Education Department. FPOK – UPI. Supervisor I : Drs. Yoyo Bahagia, M.Pd. Supervisor II : Jajat Darajat KN. S.Pd. M.Kes. AIFO

Learning activity of Sports Education in the volley ball game that is taught to students by employing tactic approach and tools modification gave an optimal contribution to easily help the students understand how to perform the volley ball game. This research was aimed at finding out the difference between the tactic model approach and the group of technical approach in general.

This research employed experimental method. The research designed used in this research was 2x2 Factorial. The population was X grade students Surade State Islamic Boarding School in which the sample consisted of 28 male students. The instrument in this research was NCSU Volleyball Skills Test Battery. The data were analyzed by using SPSS 20 through ANOVA 2x2 Factorial.

The result of the data analysis showed that there was no difference between the volley ball learning outcome by using tactic model approach and the group of technical approach in general, with the difference 6.14 % (not significant). There was an interaction between instructional model and tools modification. For the soft-volley ball group, the tactic approach was better than the technical approach, with the difference 50.86% (significant). For the standard ball group, the data showed that the two approaches gave the same influence, however, there was a difference 36.00% (not significant).

Key Words : Tactic Approach, Tools Modification, The Volley Ball Learning Outcome


(6)

Lukmanul Hakim, 2013

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Batasan Penelitian ... 4

F. Pengertian Istilah ... 5

BAB II TINJAUAN TEORITIS, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS... 7

A. Kajian Pustaka ... 7

1. Model Pembelajaran ... 7

2. Model Pendekataan Taktis ... 9

a. Memahami Pendekatan Taktis ... 10

b. Dasar-dasar Pendekatan Taktis ... 11

1) Minat dan Kegembiraan ... 11

2) Pengetahuan Sebagai Pemberdayaan ... 11

3) Transfer Pemahaman dan Penampilan Melalui Bermain ... 12

c. Kerangka Kerja ... 13

3. Model Pendekatan Teknis ... 15

4. Modifikasi Alat Pembelajaran ... 16

5. Sejarah Bolavoli ... 19

6. Permainan Bolavoli ... 22

7. Pengertian Permainan Bolavoli... 24

8. Keterampilan Dasar Bolavoli ... 24

a. Passing Atas ... 24

b. Passing Bawah ... 26

c. Servis ... 27

1) Servis Bawah ... 27

2) Servis Atas ... 28

3) Change up Servis ... 30

4) Jumping Servis ... 31

9. Pembelajaran Bolavoli ... 32

10. Hasil Belajar Permainan Bolavoli ... 34


(7)

viii

1. Perbedaan Model Pendekatan Taktis dengan Kelompok Pendekatan

Teknis Penelitian ... 35

2. Interaksi Antara Model Pendekatan Taktis dengan Modifikasi Alat .... 36

3. Bagi Siswa yang Belajar Menggunakan Bola Modifikasi (Softvolley), Apakah Terdapat Perbedaan Hasil Belajar Bolavoli antara Kelompok Model pendekatan Taktis dengan Kelompok Model Pendekatan Teknis ... 37

4. Bagi Siswa yang Belajar Menggunakan Bola Tanpa Modifikasi (Bola Standar), Apakah Terdapat Perbedaan Hasil Belajar Bolavoli antara Kelompok Model Pendekatan Taktis dengan Kelompok Model Pendekatan Teknis ... 38

C. Hipotesis Penelitian ... 38

1. Terdapat perbedaan hasil belajar bolavoli antara model pendekatan taktis dengan model pendekatan teknik secar keseluruhan ... 38

2. Terdapat Interaksi antara Model Pembelajaran dengan Modifikasi Alat ... 38

3. Bagi siswa yang belajar menggunakan bola modifikasi (softvolley), Terdapat perbedaan hasil belajar bolavoli antara kelompok model pendekatn taktis dengan kelompok model pendekatan teknis ... 38

4. Bagi siswa yang belajar menggunakan bola tanpa modifikasi (bola standar). Terdapat perbedaan hasil belajar bolavoli antara kelompok model pendekatan taktis dengan kelompok model pendekatna teknis ... 38

BAB III SUBJEK DAN METODE PENELITIAN ... 39

A. Subjek Penelitian... 39

1. Populasi dan Sampel ... 39

a. Populasi ... 39

b. Sampel ... 39

B. Metode Penelitian ... 41

1. Tipe Penelitian ... 41

2. Desain Penelitian ... 42

3. Variabel Penelitian ... 43

4. Definisi Operasional Variabel ... 43

5. Instrumen Penelitian ... 44

a. Validitas dan Reliabilitas ... 44

b. Tes Passing Bawah ... 45

c. Tes Passing Atas ... 47

d. Tes Servis ... 49

6. Langkah-langkah Penelitian... 50

7. Program Pembelajaran ... 52

8. Rancangan Analisis Data ... 55

9. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 56

a. Tempat Penelitian ... 56


(8)

ix

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 57

A. Deskripsi Seluruh Data ... 57

B. Uji Kesamaan Dua Rata-rata... 59

C. Uji Prasyarat Analisis ... 60

D. Uji Hipotesis ... 64

E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 68

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 74

A. Kesimpulan ... 74

B. Implikasi ... 75

C. Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 77


(9)

Lukmanul Hakim, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Permainan bola voli merupakan permainan terpopuler diseluruh dunia, bahkan di Indonesia. Sehingga permainan bola voli mengalami perkembangan yang sangat pesat baik dari Negara-negara Eropa maupun Indonesia sendiri. Di Indonesia sendiri permainan bola voli dewasa ini menjadi permainan terpopuler selain cabang olahraga permainan lain dan berkembang dengan pesat, hal ini bisa dilihat dari masyarakat yang menggermari permainan bolavoli mulai dari anak-anak, remaja dan dewasa.

Perkembangan permainan bola voli tidak lepas dari peran serta sekolah mulai dari Sekolah Dasar, Sekolah Menegah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Perguruan Tinggi ikut serta dalam pengembangan permainan bola voli. Demikian pula dukungan dari klub-klub bola voli yang ada di seluruh Nusantara sehingga permaian bola voli di gemari oleh masyarakat mulai dari kalangan anak-anak, remaja, serta orang dewasa.

Perkembangan olahraga permainan bola voli dewasa ini sangat pesat bahkan di lingkungan sekolah. Hal ini terbukti dengan masuknya olahraga permainan bola voli kedalam kurikulum pendidikan baik dari tingkat Sekolah Dasar (SD), tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Anak-anak, remaja, serta orang dewasa baik laki-laki maupun permpuan yang menyenangi permainan bola voli tidak akan melewatkan olahraga permainan ini hanya untuk mengisi waktu luang saja, tetapi mereka yang memiliki minat dan bakat dalam permainan bola voli dapat memfokuskan diri kepada keterampilan yang lebih tinggi sebagai atlet untuk mencapai prestasi yang maksimal.

Dalam konteks pendidikan, permainan bolavoli telah dimasukan ke dalam kurikulum mata pelajaran Pendidikan Jasmani (Penjas). Penjas merupakan proses pendidikan yang memanfatkan aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematik berjutuan untuk meningkatkan individu secara organik, neuromuskuler,


(10)

perseptual, kognitif dan emosional dalam kerangka sistem penjas. Selain itu penjas juga dapat diartikan pendidikan melalui aktivitas jasmani, permainan atau olahraga yang terpilih untuk mencapai tujuan penjas.

Proses pembelajaran pendidikan jasmani khususnya pembelajaran permainan bola voli harus mengacu kepada kurikulum yang berlaku dan harus terlaksana dengan baik. Namun pada kenyataannya tidak mudah dalam melaksanakan pembelajaran tersebut khususnya didaerah-daerah yang masih memiliki kekurangan. seperti : guru yang masih kesulitan menentukan model pembelajaran senhingga mengandalkan konsep model tradisional yang menekankan keterampilan dasar kecabangan olahraga sehingga perkembangan yang terjadi pada peserta didik tidak merata, dan juga fasilitas dan peraturan yang digunakan langsung kepada aturan yang sesungguhnya sehingga menyulitkan peserta didik dalam pembelajaran.

Proses pembelajaran permainan bola voli di sekolah merupakan aktivitas yang cukup di gemari oleh para siswa. Namun permaian bola voli kadang kala bisa menyulitkan siswa dalam aktivitas pembelajarannya, karena guru masih menuntut siswa untuk bisa melakukan aktivitas permainan bola voli dengan teknik yang benar. Sehingga siswa mengalami kesulitan dalam proses pembelajarannya, dan juga guru masih terkesan monoton dalam menyampaikan materi ajar, sehingga akan berakibat aktivitas permainan bola voli tidak kondusif dan siswa akan cepat bosan. Apabila permasalahan-permasalahan tersebut diabaikan maka kegiatan pembelajaran penjas itu sendiri akan terus berjalan dengan kurang kondusif dan kurang efektif. Oleh sebab itu permasalahan-permasalahan di atas merupakan permasalahan yang harus di tindak lanjuti supaya dalam proses pembelajaran penjas bisa berjalan dengan efektif dan lancar serta mudah dipahami dan bisa digemari oleh para siswa.

Sepengetahuan penulis proses pembelajaran permaianan bola voli itu dipengaruhi oleh model pembelajaran. Dalam hal ini model pembelajaran yang dianggap paling cocok dengan pembelajaran aktivitas permainan yaitu dengan menggunakan model pendekatan taktis. Dengan menggunakan model pendekatan taktis siswa diharapkan dapat memunculkan aktivitas yang terkandung di dalam


(11)

diri siswa, karena dalam pendekatan taktis siswa ditempatkan pada situasi bermain dalam suatu permainan.

Untuk mendukung proses pembelajaran bola voli di sekolah, guru penjas harus bisa menyesuaikan atau memodifikasi pembelajaran permainan bola voli yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Modifikasi pembelajaran dimaksudkan untuk memudahkan siswa dan menumbuhkan kegembiraan pada saat melakukan aktivitas pembelajaran permainan bola voli di sekolah.

Dari penjelasan di atas penulis ingin meneliti lebih jauh mengenai pengaruh pendekatan taktis dan modifikasi alat terhadap hasil belajar permainan bola voli.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar bolavoli antara model pendekatan taktis dengan medel pendekatan teknik secara keseluruhan?

2. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan modifikasi alat? 3. Bagi siswa yang belajar menggunakan bola modifikasi (softvolley), apakah

terdapat perbedaan hasil belajar bolavoli antara kelompok model pendekatan taktis dengan kelompok pendekatan teknis?

4. Bagi siswa yang belajar menggunakan bola tanpa modifikasi (bola standar), apakah terdapat perbedaan hasil belajar bolavoli antara kelompok model pendekatan taktis dengan kelompok pendekatan teknis?

C.

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang di uraikan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai penulis dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar bolavoli antara model pendekatan taktis dengan medel pendekatan teknik secara keseluruhan

2. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan modifikasi alat


(12)

3. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar bolavoli antara kelompok model pendekatan taktis dengan kelompok model pendekatan teknis, bagi siswa yang belajar menggunakan bola modifikasi (softvolley).

4. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar bolavoli antara kelompok model pendekatan taktis dengan kelompok model pendekatan teknis, bagi siswa yang belajar menggunakan bola tanpa modifikasi (bola standar),

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat dalam pembelajaran bola voli di SMA/MAN melalui model pendekatan taktis dan modifikasi alat. Adapun manfaat dari penelitian ini, antara lain :

1. Bagi guru, diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai penerapan model pendekatan taktis dan modifikasi alat pada pembelajaran pendidikan jasmanaidalam meningkatkan keterampilan bola voli.

2. Bagi pihak sekolah dan institusi pendidikan lainnya, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi dan pertimbangan dalam pengembangan pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah.

3. Bagi para peneliti lain, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dan kajian untuk penelitian lebih lanjut.

E. Batasan Penelitian

Untuk menghindari terjadinya variabel penelitian yang lebih luas, maka peneliti membatasi masalah pengaruh pendekatan taktis dan modifikasi alat terhadap keterampilan bola voli. Adapun batasan tersebut, antara lain :

1. Variabel bebas adalah variabel stimulus atau variabel yang mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas merupakan variabel yang faktornya diukur, dimanipulasi, atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungannya dengan suatu gejala yang diteliti. Lebih jelas lagi, menurut Sugiyono (2009 : 39) “Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)”. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pendekatan taktis.


(13)

2. Adapun variabel terikat adalah variabel yang memberikan reaksi atau respon jika dihubungkan dengan variabel bebas. Lebih jelas lagi, Sugiyono (2009 : 39) menambahkan “Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas”. Variabel terikat adalah variabel yang faktornya diamati dan diukur untuk menentukan pengaruh yang disebabkan oleh variablel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar bola voli.

3. Hasil belajar permainan bolavoli dalam penelitian ini hanya mencakup aspek psikomotor.

4. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah siswa laki-laki kelas X Madrasah Aliyah Negeri Surade.

F. Pengertian Istilah

Agar tidak terdapat kesalah pahaman dalam penafsiran dalam penelitian ini, maka penulis perlu menjelaskan istilah-istilah penting yang terdapat dalam judul penelitian. Adapun istilah-istilah yang terdapat dalam judul penelitian ini adalah, sebagai berikut :

1. Pendekatan Taktis. Menurut Ma’mun dan Subroto (2001:7) Pendekatan taktis dalam pembelajaran permainan adalah untuk meningkatkan kesadaran siswa tentang konsep bermain melalui penerapan teknik yang tepat sesuai dengan masalah atau situasi dalam permainan sesungguhnya.

2. Esensi modifikasi. Menurut Bahagia dan Suherman (2000:1) esensi modifikasi adalah menganalisa sekaligus mengembangkan materi pelajaran dengan cara meruntuhkannya dalam bentuk aktivitas belajar yang potensial dapat memperlancar siswa dalam belajarnya.

3. Permainan bola voli. Menurut Robison (1991:12) Permainan bola voli adalah permainan diatas lapangan persegi empat yang lebarnya 900 cm dan panjangnya 1800 cm dibatasi oleh garis selebar 5 cm ditengah-tengahnya dipasang jarring/jala yang lebarnya 900 cm terbentang kuat dan mendaki sampai pada ketinggian 240 cm dari bawah (khusus anak laki-laki) dan untuk


(14)

perempuan ukurannya 230 cm dan terdiri dari dua regu, masing-masing regu terdiri dari 6 orang pemain.

4. Siswa adalah objek belajar atau anak didik yang terlibat dalam proses belajar mengajar di sekolah dalam rangka memperoleh ilmu.


(15)

Lukmanul Hakim, 2013

Pengaruh Model Pendekatan Taktis Dan Modifikasi Alat Terhadap Hasil Belajar Bola Voli Pada

BAB II

TINJAUAN TEORITIS, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka

1. Model Pembelajaran

Mengajar adalah perbuatan kompleks. Perbuatan yang kompleks dapat diterjemahkan sebagai penggunaan secara integratif sejumlah komponen yang terkandung dalam perbuatan mengajar itu untuk menyampaikan pesan pengajaran. Oleh karena itu dalam dunia pengajaran ada baiknya guru menggunakan suatu protipe dari suatu teori atau model. Disebut model karena hanya merupakan garis besar atau pokok-pokok yang memerlukan pengembangan yang sangat situasional. Dalam studi pengembangan pembelajaran, model mendapat perhatian khusus. Secara umum istilah “model” diartikan sebagai pedoman atau acuan dalam melakukan suatu kegiatan.

Model merupakan suatu penyajian fisik atau konseptual dari suatu obyek atau sistem yang mengkombinasikan/menyatukan bagian-bagian khusus tertentu dari obyek aslinya. Jadi suatu model bukan merupakan bentuk asli, tetapi berupa rancangan yang terdiri dari banyak reproduksi. Juliantine (Harjanto 2006 : 55) menjelaskan bahwa, “ Model merupakan kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman atau rujukan dalam melakukan suatu kegiatan.”

Model seringkali digunakan untuk memperoleh informasi yang lebih banyak tentang gejala-gejala. Hal ini sesuai dengan fungsi model yang bersifat mencari. Model dapat berupa skema, gambar, bagan atau tabel. Model menjelaskan keterkaitan berbagai komponen dalam suatu pola pemikiran yang disajikan secara utuh, sehingga membantu kita melihat kejelasan keterkaitan secara lebih cepat, utuh, konsisten dan menyeluruh. Hal ini disebabkan karena suatu model disusun dalam upaya mengkonkretkan keterkaitan hal-hal abstrak dalam suatu skema, bagan, gambar, atau tabel.

Dalam konteks pembelajaran, model adalah suatu penyajian fisik atau konseptual dari sistem pengajaran, serta berupaya menjelaskan keterkaitan berbagai komponen sistem pembelajaran ke dalam suat pola/kerangka pemikiran


(16)

yang disajikan secara utuh. Suatu model pengjaran meliputi keseluruhan sistem pembelajaran yang mencakup kompenen tujuan, kondisi pembelajaran, proses belajar-mengajar, dan evaluasi hasil pembelajaran.

Model digunakan untuk dapat membantu memperjelas prosedur, hubungan, serta keadaan keseluruhan dari apa yang didisain. Ada beberapa kegunaan dari model, antara lain :

 Dengan adanya model, meka hubungan fungsional diantara berbagai komponen, unsure atau elemen system tertentu dapat diperjelaskan.

 Dengan adanya model, maka prosedur yang akan ditempuh dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan dapat diidentifikasikan secara tepat.

 Dengan adanya model, maka berbagai kegiatan yang dicakupnya dapat dikendalikan.

 Dengan adanya model, mempermudah para administrator untuk mengidentifikasikan komponen, elemen yang menglami hambatan, jika kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan terasa adaya ketidakefektifan atau ketidakproduktifan.

 Dengan adanya model, maka dapat diidentifikasikan secara tepat cara-cara untuk mengadakan perubahan jika terdapat adanya ketidaksesuaian dari apa yang telah dirumuskan.

Walaupun banyak kegunaan dari model, namun terdapat pula kelemahannya, yaitu dapat menjadikan seseorang kurang berinisiatif dalam mengkreasikan kegiatan-kegiatan. Hal tersebut dapat diatasi jika suatu model dapat menjamin adanya fleksibilitas sehingga memungkinkan seseorang yang menggunakan model tertentu untuk mengadakan penyesuaian terhadap situasi atau kondisi secara lebih baik. Apalagi dalam menangani masalah-masalah pendidikan, yang banyak hal sangat terpengaruh oleh perubahan variable-variabel lain di luar bidang pendidikan tersebut. Karena itu dalam melukiskan suatu model sebaiknya dimungkinkan diadakannya perubahan-perubahan dalam mengadakan penyesuaian terhadap kebutuhan yang ada.


(17)

2. Model Pendekatan Taktis

Jika seorang guru pendidikan jasmani berusaha mengajarkan keterampilan teknik suatu cabang olahraga dan sekaligus mengajarkan bagaimana penerapannya dalam situasi permainan khususnya permainan bola voli, maka pendekatan taktis merupakan suatu pendekatan yang cocok untuk digunakan. Tujuan utama pendekatan taktis dalam pembelajaran pendidikan jasmani adalah untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep bermain.

Melalui pendekatan taktis, siswa didorong untuk memecahkan taktik dalam permainan. Masalah taktik pada hakikatnya adalah penerapan keterampilan teknik dalam situasi permainan. Dengan menggunakan pendekatan taktik, siswa semakin memahami kaitan antara teknik dan taktik dalam suatu permainan.

Dengan menggunakan pendekatan taktis, diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran cabang olahraga permainan di lingkungan sekolah khususnya permainan bola voli. Namun pendekatan taktis ini bukan satu-satunya model pembelajaran yang di anggap paling cocok untuk pembelajaran pendidikan jasmani karena dalam pengajaran dan pembelajaran pendidikan jasmani juga harus memperhatikan keadaan dan karakteristik siswa serta materi ajar yang akan disampaikan.

Dari pengamatan terhadap pelaksanaan proses pembelajaran cabang olahraga permainan di beberapa sekolah, banyak ditemukan masalah ketidakseimbangan pembelajaran antara pembelajaran yang menekankan pada penguasaan keterampilan teknik dan pembelajaran yang menekankan pada usaha untuk meningkatkan penampilan bermain. Masalah tersebut telah membawa pembelajaran kepada salah satu dari dua bentuk pembelajaran yang terpisah. Bentuk pertama menekankan pada drill keterampilan teknik, dan bentuk kedua menekankan pada keterampilan bermain.


(18)

Gambar 2.1

Tiga Pendekatan Pembelajaran Permainan

Selanjutnya kita sering melihat proses pembelajaran yang mengkombinasikan proses pembelajaran keterampilan teknik dengan proses pembelajaran bermain secara terpisah. Pada pembelajaran tersebut anak dilatih untuk menguasai keterampilan teknik, dan selanjutnya anak disuruh bermain. Jarang ditemukan pembelajaran keterampilan teknik dan pembelajaran keterampilan bermain dalam suatu proses pembelajaran yang utuh.

Bagi siswa, tujuan pendekatan dengan menggunakan pendekatan taktis adalah :

 Meningkatkan kemampuan bermain melalui pemahaman terhadap keterkaitan antara taktik permainan dan perkembangan keterampilan.

 Memberikan kesenangan dalam proses pembelajaran.

 Belajar memecahkan masalah-masalah dan membuat keputusan selama bermain.

a. Memahami Pendekatan Taktis

Bagi peserta didik (siswa), olahraga dan bermain yang dirancang dalam suatu proses pembelajaran yang kondusif diyakini dapat menghasilkan rasa senang, edukatif, menarik dan menantang, dan dapat pula membina kesehatan dan rasa percaya diri. Mengajarkan cabang olahraga permainan harus tetap merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kurikulum pendidikan jasmani.

Beberapa guru penjas biasanya mengajar keterampilan teknik dan taktik bermain, tetapi biasanya dilakukan secara terpisah, sehingga keterkaitan pembelajaran keterampilan teknik dengan permainan tidak jelas. Misalnya dalam pembelajaran permainan sepak bola, setengah dari waktu jam pelajaran digunakan

Pendekatan pembelajaran konsep bermain

Pendekatan keterampilan taktis Pendekatan teknik dasar : drill


(19)

untuk latihan passing, dribbling, dan keterampilan shooting secara terpisah, dan setengah waktu berikutnya baru digunakan untuk bermain, padahal pada kenyataanya perkembangan keterampilan teknik tidak jelas terlihat selama bermain. Padahal tujuan pendekatan taktis menurut Subroto (2010 : 6) adalah :

Tujuan pendekatan taktis dalam pembelajaran cabang olahraga permainan adalah untuk meningkatkan kesadaran siswa tentang konsep bermain melalui penerapan teknik yang tepat sesuai dengan masalah atau situasi dalam permainan.

b. Dasar-dasar Untuk Pendekatan Taktis 1) Minat dan Kegembiraan

Dalam pembelajaran bola voli sering kali siswa ditugaskan untuk mengembangkan teknik servis, passing, dan spike dengan mengkonsentrasikan pada unsur-unsur yang lebih spesifik dan terpisah dari keterampilan bermain.

Meskitpun bentuk pembelajaran ini dapat meningkatkan keterampilan teknik, hal ini telah banyak dikritik, yaitu keterampilan diajarkan sebelum siswa dapat mengerti keterkaitannya dengan situasi bermain yang sesungguhnya. Hasilnya dapat menghilangkan esensi dari permainan. Padahal proses pembelajaran permainan merupakan sebuah rangkaian dari bermacam latihan keterampilan teknik dan taktik yang terpadu.

Pendekatan taktis memberikan alternatif, satu jalan keluar yang memungkinkan siswa dapat mempelajari teknik dalam situasi bermain. Penelitian dan pengamatan lain menunjukan bahwa melalui pendekatan taktis guru dan siswa termotivasi untuk belajar keterampilan bermain secara lebih baik. Keistimewaan lain dari pendekatan taktis adalah urutan pembelajaran yang alamiah, yang meminimalkan proses pembelajaran yang kurang sesuai dengan tahap-tahap perkembangan siswa.

2) Pengetahuan Sebagai Pemberdayaan

Keputusan yang tepat di dalam situasi bermain adalah sesuatu yang sangat penting. Karena pada situasi bermain siswa dihadapkan dalam sistuasi yang lebih nyata dan menuntut kemampuan memecahkan masalah. Jika siswa kurang memahami kondisi dan situasi bermain, kemampuan mereka untuk


(20)

mengidentifikasi teknik yang benar dalam satu situasi tertentu akan terganggu. Untuk meningkatkan kesadaran bermain pendekatan taktis dianggap paling cocok diterapkan dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Jadi pemahaman bermain lambat laun siswa akan memiliki kecakapan untuk memecahkan suatu masalah dalam bermain yang ada kaitannya dengan aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Dengan demikian, olahraga permainan alam konteks pendidikan jasmani berpeluang untuk menjadi wahana yang efektif memberi keterampilan berfikir guna mencapai tujuan pendidikan.

3) Transfer Pemahaman dan Penampilan Melalui Bermain

Transfer dalam pembelajaran pendidikan jasmani yang dimaksudkan adalah kesanggupan seseorang untuk menggunakan kecakapan, keterampilan, pengetahuan dan lainnya yang diperoleh melalui pengalaman dan latihan kedalam situasi yang baru.

Fokus kajian pendekatan taktis adalah untuk membantu siswa agar mampu mengalihkan pemahaman bermain dari satu jenis olahraga permainan ke olahraga permainan yang lainnya. Hal ini akan terjadi apabila jenis permainan yang baru mirip dengan jenis permainan yang telah dipahami.

Untuk mengembangkan system klasifikasi dalam pembelajaran pendidikan jasmani khususnya pembejaran permainan, guru penjas dapat memilih beberapa bentuk permainan yang memiliki taktik bermain yang sama. Salah satu alternatif untuk menggunakan sistem pengklasifikasian ini adalah pemilihan bentuk kategori permainan. Hal ini dapat membantu siswa maupun guru untuk lebih memahami dan menghayati hakikat permainan berdasarkan kesamaan-kesamaan taktik dalam kategori permainan tersebut.


(21)

Tabel 2.1

Sistem Klasifikasi Dalam Olahraga Permainan

Invasion Net / Wall Fielding / runscoring Target Bola basket Netball Bola tangan Polo air Sepak bola Hockey Speedball Rugby Net Badminton Tennis Tenis meja Bola voli Wall Racquetball Squash Baseball Sortball Rounders Cricket Kickball Golf Bowling Billiards Snooker

Sebagai kesimpulan pembahasan pendekatan taktis dalam proses pembelajaran keterampilan bermain adalah sebagai berikut :

 Melalui latihan yang mirip dengan permainan yang sesungguhnya, minat dan kegembiraan seluruh siswa akan meningkat.

 Peningkatan pengetahuan taktik, penting bagi siswa untuk menjaga konsistensi keberhasilan pelaksanaan keterampilan teknik yang sudah dimiliki.

 Dengan menggunakan pendekatan taktis dapat memperdalam pemahaman bermain dan meningkatkan kemampuan mentransfer pemahaman secara lebih efektif dari satu permainan ke permainan lainnya.

c. Kerangka Kerja

Suatu hal yang sangat penting untuk menerapkan pendekatan taktis dalam pembelajaran olahraga permainan adalah mengembangkan kerangka kerja, yaitu untuk mengidentifikasi dan menguraikan masalah-masalah taktik yang relevan. Dengan memilih meteri secara tepat, guru penjas dapat memastikan bahwa siswa akan terbiasa dengan keterampilan bermain dan juga keterampilan teknik, terutama ketika pembelajaran dihubungkan dengan keterampilan bermain yang sesungguhnya.


(22)

Dalam Tabel 2.2 menyajikan sebuah contoh mengenai kerangka kerja memecahkan masalah taktik dalam permainan bola voli. Kerangka kerja ini juga menyajikan sercara sfesifik gerak tanpa bola dan gerak dengan bola yang menuju kepada masalah taktis.

Tabel 2.2

Masalah Taktik, Gerak, dan Keterampilan dalam Bolavoli Masalah taktik Gerak tanpa bola Gerak dengan bola

Scoring (offense)

Umpan untuk serangan

Memenangkan angka

Serangan tim

Base

Open-up

Support

Persuit

Transition

 Transition : to attack, to base

 Penerimaan servis

Free ball

Transition

Communication

 Pas bawah : free ball.

 Pas atas : umpan

 Serangan : spike, tipuan, roll shot, down ball.  Serve : servis

bawah, servis.

Pass-set-attack

 kombinasi

Mencegah skor

Pertahanan ruang di lapangan sendiri

Pertahanan dan penyerangan Pertahanan tim

Base

Open up

Prsuit

Base : read, ajust

Transition

Base

Floor defense : up

defense, back defense

communication

Dig, Solo block

Counter attack Double block


(23)

Selanjutnya untuk memudahkan guru menyusun perencanaan pengajaran, disajikan kerangka kerja da tingkat kompleksitas taktik untuk bola voli seperti pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3

Tingkat Kompleksitas Taktik Untuk Bolavoli Masalah taktik Tingkat kompleksitas taktik

I II III IV V

Skoring

Persiapan serangan

Memenangkan angka

Serangan tim

 pass : passing bawah, passing atas  pergerak-kan meneruskan dan menyelamatk an bola spike transisi  transisi

spike Servis

Permainan servis (3 vs 3)

Spike : menyilang, ke garis, berputar, tipuan Permainan servis (6 vs 6)

 Permaina n umpan

Attack coverage

Mencegah skor

 Pertahanan ruang pada lapangan sendiri  Bertahan

melawan sebuah serangan  Pertahanan tim

 Fire ball  Posisi

dasar  Pergerak

kan

 Dig  Blok : tunggal

 Posisi rendah  Blok

ganda

3. Model Pendekatan Teknis

Model pembelajaran dalam proses aktivitas pendidikan jasmani pada umumnya yang sering digunakan adalah model pendekatan teknis. Pendekatan teknis lebih menekankan pada keterampilan teknik dasar serta pengulangan-pengulangan latihan teknik dasar yang sesungguhnya. Griffin, Oslin, dan Mitchel,


(24)

1997 dan Metzler (Yunyun, 2010:2) menjelaskan bahwa pendekatan teknik yaitu model latihan keterampilan yang lebih menekankan kepada penguasaan teknik dasar terlebih dahulu sebelum kepada teknik pola-pola bermain.

Model pendekatan teknis pada umumnya sudah tidak lagi sesuai untuk diterapkan dilingkungan sekolah, karena tidak menarik partisipasi atau keterlibatan siswa dalam suatu proses pembelajaran pendidikan jasmani, serta tidak meningkatkan pemahaman dan kemampuan bermain dalam cabang olahraga yang diajarkan. Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani yang ideal tidak boleh mengandung unsur paksaan terhadap siswa, keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani seharusnya berdasarkan keinginan dan kesadaran yang timbul dari diri siswa itu sendiri.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa model pendekatan teknis lebih menekankan pada latihan, pengulangan serta penguasaan teknik dasar yang sesungguhnya, sehingga siswa akan langsung memiliki pengetahuan teknik dasar dari suatu cabang olahraga. Dilihat dari karakteristiknya model pendekatan ini kurang sesuai dan kurang efektif dalam meningkatkan keterampilan bermain, selain itu siswa akan merasa cepat bosan sehingga kurang antusias dalam menerima pembelajaran yang disampaikan karena pembelajaran kurang menyenangkan. Disamping itu untuk mencapai tingkat penguasaan suatu teknik dasar kecabangan olahraga dibutuhkan waktu yang relatif lama.

4. Modifikasi Alat Pembelajaran

Modifikasi adalah cara merubah bentuk sebuah benda atau barang yang kurang menarik menjadi lebih menarik tanpa menghilangkan funsi aslinya, serta menampilkan bentuk yang lebih menarik dari aslinya. Memodifikasi berarti melakukan perubahan baik secara bentuk atau struktur maupun secara fungsi atau kegunaan tanpa harus menghilangkan sifat asli dari yang dirubah datu ditiru. Perubahan dimaksudkan untuk mempermudah sesuatu hal yang dianggap sulit dari aslinya, contoh dalam pembelajaran pendidikan jasmani ketika guru penjas menemukan kesulitan pada anak didiknya mengenai alat pembelajaran maka guru dapat membuat suatu tiruannya yang mirip dengan karakter dari alat aslinya.


(25)

Modifikasi alat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah modifikasi alat dalam pembelajaran permainan bola voli.

Alat atau media yang biasa digunakan dalam pembelajaran permainan bola voli adalah bola, net, lapangan serta aturan permainan. Dalam hal ini penulis melakukan modifikasi terhadap bola, net, lapangan, aturan permainan serta jumlah pemain yang bermain. Modifikasi alat ini disesuaikan dengan kemampuan siswa maupun siswa pada Sekolah Menengah Atas (SMA). Serta ukuran lapangan dan tinggi net desesuaikan dengan lapangan yang ada dan juga mengenai aturan permainan dan jumlah pemain di sesuaikan dengan jumlah atau sampel yang ada.

Hal ini untuk memudahkan siswa dalam proses belajarnya. Seperti yang di ungkapkan Bahagia dan Suherman (2000:1) : “Esensi modifikasi adalah menganalisa sekaligus mengembangkan materi pelajaran dengan cara meruntuhkannya dalam bentuk aktivitas belajar yang potensial dapat memperlancar siswa dalam belajarnya”.

Adapun contoh modifikasi bola dalam permainan bola voli adalah mengganti bola voli yang sesungguhnya dengan bola karet dan urkurannya sama atau lebih besar. Modifiasi seperti ini mudah dilakukan karena ada yang menjual tetapi bisa juga dengan membuat sendiri dari barang-barang bekas seperti dari sterofom ataupun plastik.

Gambar 2.2

Bola Karet (Modifikasi Bolavoli)

Selanjutnya modikasi lapangan dan net serta aturan permainan dimaksudkan untuk mempermudah siswa dalam pembelajaran penjas khususnya dalam permainan bola voli, dan juga supaya siswa merasa lebih mudah dalam


(26)

melakukan aktivitas bermain bola voli. Adapun contoh dari modifikasi lapangan net serta aturan permainan (jumlah pemain) lihat Gambar 2.3

Gambar 2.3

Modifikasi Lapangan Bolavoli

Keterangan : satu lapangan bola voli di bagi menjadi 2 lapangan yang dibatasi oleh pembatas lapangan, dan jumlah pemain 3 vs 3.

Modifikasi aturan maupun jumlah pemain yang bermain pada intinya bisa dirubah sesuai dengan kesepakatan guru dengan siswa. Dalam pembelajaran permainan bola voli tentunya harus menggunakan sarana dan alat bantu pembelajaran yaitu : bola, net, dan lapangan yang keberadaanya sangat mendukung kepada proses pembelajaran. Keberadaan alat dan media pembelajaran adalah sebagai pengembangan media pendidikan yang sekaligus sumber belajar yang dapat diaktualisasikan dengan berbagai bentuk baik dalam bentuk sesungguhnya/aslinya maupun dalam bentuk modifikasi, yang tentunya disesuaikan dengan kondisi dan situasi serta kebutuhan dari suatu pembelajaran.

Seperti pada pembelajaran permainan yang lainnya, pembelajaran permainan bola voli mempunyai konpetensi yang harus dicapai oleh para siswa. Secara spesifik kompetensi yang diwujudkan dalam bentuk indikator keberhasilan belajar yang dijelaskan Subroto dan Yudiana (2010:27). Bentuk keberhasilan belajar pada permainan bola voli adalah :


(27)

 Melambungkan dan menangkap bola sambil bergerak

 Melempar dan menangkap bola sambil bergerak

 Memantul-mantulkan bola sambil bergerak

 Memvoli bola dengan satu dan dua tangan

 Melambungkan/memvoli bola dengan kontrol yang baik

 Melakukan passing (bawah, atas) dengan kontrol yang baik

 Mengembangkan kerjasama tim dalam permainan

 Melakukan permainan bola voli dengan peraturan yang berlaku.

Indikator-indikator inilah yang harus menjadi pedoman guru pendidikan jasmani dalam melaksanakan pembelajaran permainan bolavoli. Indikator keberhasilan belajar tersebut tidak cukup dicapai oleh permainan bolavoli itu sendiri, namun dituntut juga kecerdasan seorang guru dalam menerapkan berbagai pendekatan, gaya mengajar, motode mengajar yang tepat, termasuk daya dukung sarana dan prasarana pembelajaran yang memadai.

5. Sejarah Bola Voli

Pada tahun 1895, William G. Morgan, seorang guru pendidikan jasmani dari Young Man Christian Assosiation (YMCA) di kota Holyoke, Negara bagian Massachusetes, memperkenalkan permainan Minonette, yaitu pemainan memantul-mantulkan bola menyebrangi atas net, dan bola tidak boleh menyentuh lantai. Bola terbuat dari bolabagian dalam bola basket. Net yang digunakan adalah net tennis yang digantungkan setinggi 2,16 meter dari permukaan lantai. Permainan ini banyak dilakukan oleh para pengusaha sebagai kegiatan rekreasi di musim dingin, sehingga kegiatannya banyak dilakukan di lapangan tertutup.

Di Negara-negara Eropa terutama di Jerman, permainan semacam Minonette ini tercatat sudah diperkenalkan sejak tahun 1983 oleh orang-orang Italia dengan sebutan permainan Fautsball. Ukuran lapangan yang digunakan untuk permainan ini adalah 50 x 20 meter pemisah lapangan dipergunakan tali yang tingginya 2 meter dari lantai. Bola yang digunakan mempunyai keliling 70 cm. jumlah pemain untuk masing-masing regu terdiri dari 5 orang. Cara memainkan bola yaitu dengan memantul-mantulkan bola di udara melewati atas tali/net dengan tanpa adanya batas sentuhan, bola diperbolehkan menyentuh lantai sebanyak dua kali.


(28)

Dalam percobaan-percobaan yang dilakukan, khususnya di Amerika, dirasakan bahwa bola yang digunakan terlalu ringan, sedangkan bola basket terlalu berat. Akhirnya Morgan menulis surat kepada A. G. Spalding dan Brothers, suatu perusahaan industry alat-alat olahraga, agar dibuatkan bola sebagai percobaan. Tidak lama kemudian permainan tersebut didemonstrasikan di depan ahli pendidikan jasmani dalam suatu konferensi di Springfield College di Massachusetes. Atas anjuran Dr. Alfred T. Halstead, anggota dari YMCA College, nama permainan ini diganti menjadi Volleyball. Anjuran ini dengan alasan bahwa dasar permainan Minonette adalah to volley, yaitu permainan memukul-mukul bola hilir mudik di udara tanpa menyentuh lantai.

Pada tahun 1896, barulah ditentukan peraturan-peraturan permainan volleyball sebagai berikut :

a. Permainan terdiri dari 9 innings b. Innings terdiri dari :

1) Kalau pada masing tempat ada satu orang pemain maka masing-masing memiliki hak satu kali servis.

2) Kalau ada tiga orang pemain dalam satu regu maka masing-masing regu memiliki hak tiga kali servis.

Keterangan :

 Pindah servis terjadi apabila kesalahan dilakukan oleh pemain/regu yang servis.

 Servis harus dilakukan bergiliran dalam setiap regu.

c. Lapangan permainan berukuran panjang 16 meter dan lebar 8 meter (16 x 8 meter)

d. Ukuran net/jarring, lebar 70 cm dan panjang 8 meter. e. Tinggi net 2.16 cm (6,6 kaki)

f. Bola :

 Dibuat dari karet yang dilapisi dengan kulit kanvas

 Ukuran keliling 25-27 inci (63,5 cm – 68,5 cm)


(29)

g. Servis dan server :

 Server harus berdiri dengan satu kaki di atas garis belakang

 Bola harus dipukul dengan tangan

 Servis seperti pada tennis

 Bola servis yang kiranya tidak akan melewati net, akan tetapi mengenai kawan seregu sebelum menyentuh net, kemudian bola melewati atas net masuk kebidang lapangan lawan, maka servis dianggap sah. Akan tetapi bila bola jatuh diluar lapangan permainan maka server tidak diberi kesempatan melakukan servis untuk kedua kalinya.

 Servis kedua menyentuh net dianggap mati.

h. Memperoleh angka/point : servis yang sah dan tidak dapat dikembalikan oleh lawan atu bola dalam permainan yang tidak dapat dikembalikan ke pihak lawan, maka regu yang melakukan servis memperoleh angka. Hanya regu yang melakukan giliran servis yang memperoleh angka.

i. Bola yang jatuh diatas garis lapangan dianggap keluar. j. Jumlah pemain dan cara permainan :

 Jumlah pemain tidak dibatasi

 Setiap pemain boleh menyentuh/memainkan bola

 Bola dianggap mati apabila pemain menyentuh jaring

 Bola yang menyentuh benda diluar lapangan permainan, kemudian jatuh dan masuk kedalam lapangan permainan adalah bola sah.

Perkembangan bola voli di Asia, mulai dari India pada tahun 1900. Diperkenalkan oleh De Gray, seorang ahli pendidikan jasmani dari YMCA. Di daratan Cina, permainan bola voli diperkenalkan oleh Gaily dan Robertson juga dari YMCA. Sedangkan di Negara-negara timur jauh (seperti Jepang, Korea, dan Philipina) mulai diperkenalkan pada tahun 1910 – 1913 oleh Elwood E. Brown. Negera Asia pertama yang menjadi anggota IVBF adalah Lebanon, yaitu pada tahun 1947.

Permainan bola voli yang berkembang di Negara-negara timur jauh tidak seperti yang berkembang di Negara-negara Eropa atau Amerika, yaitu permainan bola voli enam pemaian, namun permainan bola voli sembilan pemain.


(30)

Permainan ini selanjutnya dikenal dengan nama The Far Eastern Volleyball System atau Nine Men System. Di Indonesia sekitar tahun 1962 dikenal dengan nama System Timur Jauh, atau System Sembilan Orang Pemain. System ini dipakai karena disesuaikan dengan karakteristik antropometrik bangsa Asia Timur saat itu, yaitu rata-rata tinggi badan relatif lebih pendek dibandingkan dengan bangsa Amerika dan Eropa. Begitu juga tinggi net yang dikurangi enam inci. Permainan bola voli dengan sistem ini mulai dipertandingkan pada Olympiade Timur Jauh atau Far Eastern Olympic Games (FEOG) yang diselenggarakan di Manila, Philipina, tahun 1915.

Di Indonesia permainan bolavoli sudah dikenal saat penjajahan Belanda, yaitu sekitar tahun 1928. Diperkenalkan oleh guru-guru Belanda yang bertugas di sekolah-sekolah lanjutan HBS, dan AMS, dan tentera Belanda. Selain itu angkatan laut Jepang ikut pula memperkenalkan permainan bolavoli terutama di Indonesia bagian timur. Setelah Indonesia merdeka, banyak bekas tentara Belanda bergabung dengan Tentara Republik Indonesia (TNI) ikut serta dalam mempopulerkan permainan bolavoli pada masyarakat Indonesia.

Penbentukkan induk organisasi bolavoli Nasional dipelopori oleh Ikatan Perkumpulan volleyball Surabaya (IVPOS) dan Persatuan Volleyball Indonesia Djakarta (PERVID). Pada tanggal 22 Januari 1955 terbentuklah top organisasi bolavoli nasional di Indonesia dengan nama “Persatuan Bola Volley Seluruh Indonesia”, disingkat PBVSI yang diketuai oleh bapak Wim J. Latumeten.

6. Permainan Bola Voli

Permainan bola voli pada awal ide dasarnya adalah permainan memantul-mantulkan bola (to volley) oleh tangan atau lengan ari dua regu yang bermain di atas lapangan yang mempunyai ukuran-ukuran tertentu. Satu orang pemain tidak boleh memantulkan bola dua kali berturut-turut, dan satu regu dapat memainkan bola maksimal tiga kali sentuhan dilapangannya sendiri. Prinsip permainan bola voli adalah menjaga bola jangan sampai jatuh di lapangan sendiri dan berusaha menjatuhkan bola di lapangan lawan atau mematikan bola di pihak lawan. Permainan dimulai dengan pukulan servis dari daerah servis. Peraturan dasar yang


(31)

digunakan adalah bola harus dipantulkan oleh tangan, lengan, atau bagian depan badan dan anggota badan. Bola harus disebrangkan ke lapangan lawan melalui atas net.

Pada awalnya tujuan orang bermain bola voli bersifat rekreatif, kemudian berkembang ke tujuan-tujuan lain seperti untuk mencapai prestasi yang tinggi, meningkatkan prestise diri atau bangsa dam Negara, memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kebugaran jasmani, memanfaatkan waktu luang, bersosialisasi bahkan saat ini ada sebagian pemain yang bertujuan untuk kepentingan ekonomi dan bisnis. Dilingkungan persekolahan permainan bola voli digunakan sebagai salah satu sarana atau alat untuk mencapai tujuan pendidikan.

Permainan bola voli dewasa ini menjadi salah satu olahraga permainan terpopuler dan digemari oleh banyak kalangan khususnya anak-anak remaja dan dilingkungan sekolah. Namun permainan bola voli bukanlah permainan yang mudah untuk di lakukan. Dalam permainan bola voli selain dibutuhkan kerja sama kelompok juga dibutuhkan kemampuan individu pemain. Seperti, passing, servis, dan spike guna penompang agar berjalannya suatu permainan.

Dalam hal ini diperlukan teknik dasar penguasaan bola sejak usia muda, sebab jika tidak orang akan mengalami kesulitan dalam kemampuan untuk bermain bola voli. Dengan demikian apabila kemampuan bermain bola voli dikembangkan sejak usia muda yang ditunjang dengan bakat dan kecintaan kepada permainan ini maka dikemudian hari mereka akan bermain dengan penuh kegembiraan dan tingkat permainan yang cukup tinggi.

Di dalam permainan bola voli dibutuhkan keterampilan dan penguasaan teknik dan taktik sebaik mungkin. Karena setiap pemain harus menguasai teknik sebagai landasan permainan dan taktik sebagai usaha dalam mengembangkan cara bermain. Oleh sebab itu diperlukan berbagai cara atau model pembelajaran dan pendekatan untuk meningkatkan peran siswa dalam pembelajaran bola voli.


(32)

7. Pengertian Permainan Bola Voli

Menurut Menurut Robison (1991 : 12) Permainan bola voli adalah :

Permainan diatas lapangan persegi empat yang lebarnya 900 cm dan panjangnya 1800 cm dibatasi oleh garis selebar 5 cm ditengah-tengahnya dipasang jarring/jala yang lebarnya 900 cm terbentang kuat dan mendaki sampai pada ketinggian 240 cm dari bawah (khusus anak laki-laki) dan untuk perempuan ukurannya 230 cm dan terdiri dari dua regu, masing-masing regu terdiri dari 6 orang pemain.

Tujuan dari permainan ini adalah untuk menjatuhkan bola ke daerah lawan dan melewati net terlebih dahulu tanpa bisa dikembalikan oleh lawan agar mendapatkan angka. Dan menjaba bola agar tidak jatuh pada daerah regu sendiri. Tanda dimulainnya permainan yaitu dengan cara melakukan servis di belakang garis lapangan, dan bola harus melewati net dan harus masuk ke daerah lapangan lawan.

Masing-masing regu berhak memainkan tiga kali sentuhan atau pantulan kecuali pantulan saat membendung serangan lawan (block) untuk mengembalikannya kedaerah lawan. Seorang pemain tidak boleh dan tidak diperkenankan mamainkan atau memukul bola sebanyak dua kali. Dalam permainan bola voli setiap pemain harus memiliki kemampuan memainkan bola serta kerja sama yang baik agar dapat memenangkan permainan. Seorang pemain yang memiliki kemampuan individu yang sangat tinggi tidak aka ada artinya apabila tidak ada kerja sama antar pemain dalam suatu pertandingan. Sehingga perlu perpaduan antara individu dengan regu (kelompok) sendiri agar permainan berjalan dengan lancar.

8. Keterampilan Dasar Bola Voli

Untuk dapat melaksanakan seluruh keterampilan dasar bermain bola voli, seorang pemain harus menguasai keterampilan dalam permainan bola voli, diantaranya :

a. Passing Atas

Passing atas adalah cara memainkan bola di atas depan dahi dengan menggunakan kedua jari tangan. Passing atas biasanya digunakan untuk


(33)

memainkan bola yang datang baik dari lawan maupun kawan seregu, yang memiliki cirri melambung dan kecepatannya mudah diprediksi. Misalnya bola yang datang dari servis lawan yang melambung, operan teman seregu, atau kadangkala dari bola yang diseberangkan dari pihak lawan (bukan dari servis) yang datang melambung. Selain itu passing atas juga biasa digunakan untuk memainkan bola yang mementingkan ketepatan seperti umpan spike dan tipuan ke lawan.

Cara melakukan passing atas :

 Sikap permulaan

Posisi siap normal, yaitu berdiri menghadap ke arah bola, kaki dibuka selebar bahu, salah satu kaki ke depan, berat badan berumpu pada tapak kaki bagian depan, lutut sedikit ditekuk dengan badan sedikit membungkuk, segera bergerah ke arah jatuhnya bola, kedua tangan diangkat lebih tinggi dari dahi, kedua jari tangan dibuka lebar membentuk setengah bulatan bola, ibu jari dan telunjuk membentuk segi tiga.

 Pelaksanaan

Tepat saat bola berada di atas depan dahi, luruskan kedua lengan dengan gerakan agak melecut (eksplosif) untuk segera mendorong bola. Perkenaan bola pada bagian ujung jari tangan, terutama ujung jari ibu jari, telunjuk, dan jari tengah. Ujng jari lainnya membantu menahan bola, pada waktu perkenaan, ujung jari ditegangkan, kemudian diikuti gerak fleksi pergelangan tangan.

 Gerak lanjutan

Setelah bola memantul dengan baik, lanjutkan dengan meluruskan kedua lengan ke depan atas dan lutut sebagai gerak lanjutan, diikuti dengan memindahkan berat badan ke depan, dan segera kembali ke posisi siap normal.


(34)

Gambar 2.4

Gerakan Saat Melakukan Passing Atas

b. Passing Bawah

Passing bawah adalah cara memainkan bola yang datang lebih rendah dari bahu dengan menggunkan kedua pergelangan tangan yang dirapatkan. Passing ini biasanya digunakan untuk memainkan bola yang datang baik bari lawan maupun dari kawan seregu, yang memiliki cirri sulit, misalnya : bola rendah, cepat, keras, atau yang datang tiba-tiba, namun masih dapat dijangkau oleh kedua tangan. Cara melakukan passing bawah :

 Sikap permulaan

Posisi siap normal, yaitu berdiri dengan salah satu kaki di depan, lutut sedikit ditekuk, badan sedikit dibungkukkan, titik berat badan bertumpu pada kedua tapak kaki bagian depan, sehingga posisi bandan labil, kedua tangan siap di depan dada dalam kondisi rileks.

 Pelaksanaan

Bergerak ke arah jatuhnya bola, kedua tangan dirapatkan, ayunkan tangan ke arah bola dan sasaran dengan poros gerak pada persendian bahu, kedua sikut lurus dan ditegangkan. Perkenaan bola pada bagian pergelangan tangan pada waktu lengan membentuk kira-kira 45 derajat dengan badan. Bola dipukul pada 1/3 bagian bawah bola.

 Gerak lanjutan

Setelah ayunan lengan mengenai bola, kaki belakang melangkah ke depan untuk kembali ke posisi siap untuk memainkan bola berikutnya.


(35)

Gambar 2.5

Posisi Lengan dan Gerakan Passing Bawah

c. Servis

Servis adalah pukulan pertama untuk mengawali permainan. Servis dilakukan dari daerah servis masuk ke bidang lapangan lawan melewati atas net. Pada awalnya servis hanya merupakan penyajian bola pertama untuk mengawali permainan. Dalam perkembangan bola voli modern, servis merupakan sertangan pertama untuk memperoleh angka. Cara melakukan servis terntang dari mulai yang sangat sederhana hingga yang paling kompleks, dan dapat menyulitkan atau mematikan permainan lawan. Berikut berbagai macam servis yang banyak dilakukan oleh pemain bolavoli.

1) Servis bawah

Servis ini merupakan servis yang paling sederhana, dan banyak dilakukan oleh pemain pemula. Ciri bola hasil pukulan servis adalah melambung, sehingga bagi pemain yang sudah memiliki ketermpilan tinggi, menerima bola dari servis ini sangat mudah. Cara melakukan servis bawah adalah sebagai berikut :

 Sikap permulaan

Berdiri di daerah servis menghadap ke lapangan lawan, kaki kiri di depan (bagi yang tidak kidal) dan sebaliknya bagi yang kidal. Bola dipegang tangan kiri, telapak tangan kanan mengepal atau terbuka, lutut sedikit ditekuk, titik berat badan di tengah.


(36)

 Pelaksanaan

Bola dilambungkan didepan pundak kanan setinggi kurang lebih 30 cm, pada saat bersamaan tangan kanan ditarik ke belakang, kemudian segera diayunkan ke depan ke arah bola mengenai bagian bawah bola. Pada saat perkenaan, lengan dan tangan ditegangkan.

 Gerak lanjutan

Setelah bola dipukul, segera pindahkan berat badan ke depan dengan cara melangkahkan kaki kanan ke depan dan segera memasuki lapangan permainan untuk siap memainkan bola berikutnya.

Gambar 2.6

Gerakan Saat Melakukan Servis Bawah 2) Servis atas

Servis atas merupakan servis yang paling banyak dilakukan oleh pemain bolavoli. Bola hasil pukulan servis ini dapat membentuk topspin atau jalan bola berputar ke depan dan floating atau jalan bola mengapung atau mengambang. Jalan bola topspin menukik dan akan cepat turun, sedangkan jalan bola floating akan berubah-ubah, tidak datar, sehingga penerima sulit memprediksi arah jatuhnya bola secara tepat. Bentuk bola hasil pukulan ini tergantung pada cara memukul bola terutama saat perkenaan tangan dengan bola. Jika bola dipukul dengan menggunakan gerak pols pergelangan tangan, bola akan berjalan topspin. Jika bola dipukul oleh pangkal lengan yang ditegangkan dan mengenai bagian


(37)

tengah bola atau pada pentil bola, bola akan berjalan floating. Cara melakukan servis ini adalah sebagai berikut :

 Sikap permulaan

Berdiri di daerah servis menghadap lapangan permainan lawan, bagi yang tidak kidal kaki kiri sedikit di depan kaki kanan dan sebaliknya bagi yang kidal. Bola dipegang di depan dada oleh tangan kiri dan tangan kanan menahannya.

 Pelaksanaan

Bola dilambungkan setinggi kurang lebih 40 cm di depan atas kepala. Bersamaan dengan itu kaki kiri sedikit dilangkahkan ke depan, dan tangan kanan diangkat keatas belakang kepala dan segera memukul bola di atas depan kepala dengan pangkal lengan atau telapak tangan yang ditegangkan. Bola dipukul pada bagian tengah belakang bola.

 Gerak lanjutan

Gerak lanjutan lengan harus segaris dengan gaya yang didorongkan ke depan segera masuk lapangan untuk siap memaikan bola berikutnya.

Gambar 2.7


(38)

3) Change-up service

Servis ini banyak juga digunakan oleh para pemain terutama pemain putera. Servis ini ditampilkan secara luar biasa oleh pemain puteri tim Jepang saat Olympiade Tokyo tahun 1964. Jenis servis ini kurang diminati oleh para pemain puteri Indonesia. Cara melakukan servis ini adalah :

 Sikap permulaan

Beridiri menyamping lapangan, posisi kedua kaki sejajar, tangan kiri memegang bola di depan badan, pandangan ke arah lapangan lawan.

 Pelaksanaan

Langkahkan kaki kiri ke samping, dan segera lambungkan bola ke depan pundak kiri. Segera ayunkan tangan kanan dengan gerak melingkar, pukul bola sambil memindahkan titik berat badan ke kaki kiri. Bola dipukul di depan atas pundak kiri, lengan pukul lurus, saat perkenaan pergelangan tangan ditegangkan.

 Gerak lanjutan

Setelah tangan memukul bola, gerak lengan lurus ke depan sesuai dengan arah bola. Sambil memindahkan berat badan ke depan, segera masuk lapangan permainan untuk siap memainkan bola berikutnya.

Gambar 2.8


(39)

4) Jumping service

Jumping service dilakukan dari daerah servis dengan cara melompat. Bola dipukul oleh telapak tangan yang dibantu oleh gerak pols pergelangan tangan, sehingga bola hasil pukulan berjalan topspin, keras dan menukik tajam. Gerak melompat dilakukan ke depan masuk ke atas daerah lapangan permainan, dan bola dipukul pada titik jangkauan tertinggi di atas kira-kira 1/3 lapangan permainan daerah belakang. Sehingga bola menukik tajam seperti layaknya bola hasil spike di dekat net. Cara melakukan servis ini adalah sebagai berikut :

 Sikap permulaan

Berdiri di daerah servis kira-kira berjarak tiga meter di belakang garis belakang lapangan menghadap ke lapangan lawan. Kegua tangan memegang bola.

 Pelaksanaan

Berjalan kira-kira 2-3 langkah ke depan, segera lambungkan bola ke depan, kemudian segera merendahkan badan dan mengayunkan kedua lengan ke balakang, dengan gerakan tanpa terputus ayunkan kedua lengan ke atas depan dan melompat. Pukul bola oleh seluruh telapak tangan dibantu oleh gerak pols tergelangan tangan, sehingga bola berjalan topspin. Bola dipukul pada titik jangkauan tertinggi.

 Gerak lanjutan

Setelah memukul bola, langsung mendarat di lapangan permainan dengan lutut mengeper, dan kembali ke sikap siap untuk memainkan bola berikutnya.


(40)

Gambar 2.9

Gerakan Jumping Service (Yunus M. 1992)

9. Pembelajaran Bola Voli

Mengajarkan sejumlah kegiatan belajar merupakan upaya pokok dalam mewujudkan pendidikan jasmani untuk mencapi tujuannya. Bagaimana memilih dan menetapkan bergagai kegiatan mengajar dan kegiatan belajar merupakan bidang garapan dari strategi belajar mengajar. Strategi belajar mengajar akan mengahasilkan proses belajar mengajar yang lebih menekankan kepada perubahan-perubahan. Pada dasarnya perubahan-perubahan tersebut menuju kepada peningkatan kemampuan dan kondisi fisik, perkembangan mental dan sosial anak didik melalui kegiatan anak seutuhnya.

Pembelajarn permainan bola voli di sekolah pada umumnya sangat degemari oleh para siswa atau perserta didik, namun guru penjas kadang kala kurang memperhatikan kondisi dan situasi pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Sehingga pembelajaran bola voli pada umumnya lebih menekankan pada keterampilan teknik. Oleh sebab itu kemampuan mengajar serta menyajikan materi ajar dari seorang guru penjas sangatlah berperan dalam menangani permasalahan tersebut.

Permainan bola voli merupakan salah satu aktivitas fisik yang berada dalam kelompok aktivitas permainan dan olahraga. Kompetensi yang diharapkan tercapai oleh pembelajaran bola voli disekolah, secara spesifik diwujudkan dalam bentuk indikator keberhasilan belajar seprti yang diungkapkan Subroto dan


(41)

Yudiana (2010 : 27). Bentuk keberhasilan belajar pada permainan bola voli adalah:

 Melambungkan dan menangkap bola sambil bergerak

 Melempar dan menangkap bola sambil bergerak

 Memantul-mantulkan bola sambil bergerak

 Memvoli bola dengan satu dan dua tangan

 Melambungkan/memvoli bola dengan kontrol yang baik

 Melakukan passing (bawah, atas) dengan kontrol yang baik

 Mengembangkan kerjasama tim dalam permainan

 Melakukan permainan bola voli dengan peraturan yang berlaku.

Indikator-indikator inilah yang harus menjadi pedoman guru pendidikan jasmani dalam melaksanakan pembelajaran permainan bolavoli. Indikator keberhasilan belajar tersebut tidak cukup dicapai oleh permainan bolavoli itu sendiri, namun dituntut juga kecerdasan seorang guru dalam menerapkan berbagai pendekatan, gaya mengajar, motode mengajar yang tepat, termasuk daya dukung sarana dan prasarana pembelajaran yang memadai. Pendekatan, gaya mengajar, metode mengajar yang terangkum dalam suatu model pembelajaran tentu saja harus dilandasi oleh teori-teori yang kokoh, sehingga kompetensi yang diharapkan dimiliki siswa dapat tercapai.

Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani khususnya pembelajaran permainan bola voli yang terpenting adalah memaksimalkan partisipasi dari semua siswa. Partisipasi siswa dapat terjadi apabila atmosfir belajar menggairahkan dan keadaan lingkungan berlajar mendukung, maksudnya siswa merasa aman, merasa diakui dan berharga dikelasnya.

Semua kemampuan siswa dakui oleh gurunya, penampilan guru sangat hangat dan bersahabat, tidak menimbulkan rasa takut, tegang atau resah. Untuk mencapai suasana tersebut, guru pendidikan jasmani harus memahami tugasnya dan menguasai keterampilan dalam menerapkan pendekatan dalam pembelajaran permainan bola voli.


(42)

10. Hasil Belajar Pembelajaran Bola Voli

Menurut TIM Pengajar Belajar dan Pembelajaran Penjas FPOK Belajar berarti dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak tahu menjadi tahu. Belajar juga berarti suatu proses perubahan individu yang dipengaruhi oleh lingkungan. Dalam kehidupan manusia tidak akan terlepas dari proses belajar mulai dari lahir sampai meninggal dunia. Oleh sebab itu proses belajar tidak hanya dialami oleh orang yang menjalani pendidikan formal, tetapi juga mencakup seluruh proses dalam kehidupan manusia.

Dari proses belajar kita dapat memperoleh suatu pengetahuan dan juga sesuatu perubahan sesuai dengan yang diharapkan. Dalam hal pembelajaran bola voli diharapkan adanya perubahan tingkah laku setiap siswa ke arah yang lebih baik atau yang berguna bagi diri sendiri maupun untuk lingkungannya. Perubahan tingkah laku merupakan hasil dari proses belajar.

Hasil belajar mengajar merupakan akibat atau sebab dari adanya proses belajar mengajar berbentuk perubahan tingkah laku siswa meliputi pengetahuan, keterampilan, kemampuan, sikap serta nilai-nilai sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Hasil belajar pembelajaran bola voli di sekolah lebih menekankan kepada perubahan perilaku yang bersifat kognitif, afektif dan psikomotor. Perubahan kognitif itu pada dasarnya terjadi pada pemikiran atau intelektual siswa yang meliputi pengetahuan, kemampuan aplikasi, pemahaman, mampu berfikir kritis, analisis dan evaluasi. Perubahan perilaku afektif meliputi sikap, kepribadian, dan perkembangan emosi. Sedangkan perubahan perilaku psikomotor meliputi pada kondisi fisik serta kemampuan gerak siswa serta tingkat kebugarn jasmani siswa.

B. Kerangka Pemikiran

Model pembelajaran merupakan hal yang sangat penting dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani, hal ini sangat berkaitan dengan interaksi belajar yang akan dilaksanakan guru penjas kepada peserta didik. Model pembelajaran dapat dijadikan pilihan dalam menyampaikan materi ajar, artinya guru penjas boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dengan keadaan siswa maupun


(43)

sekolah dan juga memilih model pembelajaran yang efisien untuk mencapai tujuan pendidikan.

Modifikasi merupakan proses pembelajaran yang jarang digunakan oleh guru penjas dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Modifikasi dalam proses belajar mengajar akan sangat bermanfaat dalam rangka mempermudah siswa dalam melaksanakan aktivitas geraknya. Model pendekatan taktis dan modifikasi alat apabila diterapkan secara bersamaan diharapkan mampu meningkatkan dan mempermudah dalam pencapaian tujuan pendidikan itu sendiri khususnya dalam tujuan pendidikan jasmani.

Dengan demikian proses pembelajaran keterampilan dasar permainan bolavoli guru harus mampu menggunakan model manakah yang paling tepat diterapkan, dalam hal ini penulis mencoba menggunakan model pendekatan taktis dan juga melakukan modifikasi alat pembelajaran guna memperlancar dan mempermudah suatu pembelajaran pendidikan jasmani, serta diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar permainan bolavoli. Model pendekatan taktis dan modifikasi alat ini memiliki dan juga kekurangan masing-masing. Di dalam pendekatan taktis lebih menekankan kepada aktivitas bermain guna memecahkan masalah yang terjadi sehingga murid bisa merasa lebih senang, sedangkan modifikasi dimaksudkan untuk mempermudah dalam melakukan tugas gerak dengan mengutamakan unsur kegembiraan.

1. Perbedaan model pendekatan taktis dengan kelompok pendekatan teknis penelitian

Model pendekatan taktis adalah model yang lebih menekankan pada aktivitas bermain dalam suatu permainan olahraga dan juga untuk memecahkan masalah yang terjadi. Oleh sebab itu model pendekatan taktis merupakan model yang dianggap paling tepat digunakan bagi aktivitas permainan bola besar seperti aktivitas permainan bolavoli.

Pada umumnya suatu model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangannya seperti halnya dalam model pendekatan taktis. Berikut kelebihan model pendekatan taktis : dalam aktivitas pembelajarannya model pendekatan


(44)

taktis mampu meningkatkan unsur kegembiraan, siswa mampu mengambil keputusan dalam permainan, selanjutnya melalui latihan yang mirip dengan permainan yang sesungguhnya, minat dan kegembiraan seluruh siswa akan meningkat. Secara garis besarnya model pendekatan taktis mampu meingkatkan kemampuan siswa baik dari segi afektif, kognitif serta psikomotor. Sedangkan kekurangannya adalah bagi siswa yang sudah memiliki kemampuan keterampilan permainan bolavoli yang cukup baik akan cepat merasa bosan.

Bagi siswa penerapan atau aplikasi model pembelajaran dengan menggunakan model pendekatan taktis merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan bermain melalui pemahaman terhadap keterkaitan antara taktik permainan dan perkembangan keterampilan, juga bisa memberikan kesenangan dalam proses pembelajaran penjas, selanjutnya mampu memecahkan masalah-masalah dan membuat keputusan selama bermain.

Kelompok model pendekatan teknis lebih menekankan pada aktivitas permainan bolavoli yang sesungguhnya serta melakukan latihan dan pengulangan teknik dasar kecabangan olahraga, sehingga dalam pelaksanaannya cenderung monoton serta menggunakan lapangan dan peraturan yang sesungguhnya. Di tambah lagi dalam penerapannya lebih menekankan kepada kemampuan teknik sehingga hal ini menimbulkan kesulitan bagi para siswa dalam melakukan tugas gerak karena belum memiliki kemampuan keterampilan yang cukup baik. Namun kelebihannya yaitu para siswa bisa langsung memiliki pengetahuan mengenai teknik-teknik dalam suatu cabang olahraga khususnya permainan bolavoli dan mengetahui peraturan yang seungguhnya dalam permainan bolavoli.

2. Interaksi antara model pendekatan taktis dengan modifikasi alat

Kemampuan keterampilan siswa merupakan keterampilan yang bersifat stabil, sehingga keterampilan siswa dalam permainan bolavoli bisa disebut sebagai unsur pendukung untuk melakukan aktivitas permainan bolavoli. Aritnya kemampuan keterampilan siswa dalam aktivitas permainan bolavoli menentukan baik tidaknya dalam melakukan aktivitas permainan bolavoli. Seperti yang


(45)

diketahui untuk meingkatkan keterampilan dasar bolavoli perlu dilakukan latihan yang berulang-ulang dan juga pengalaman bermain yang banyak.

Namun demikian, kemampuan keterampilan dasar permainan bolavoli tidak merupakan satu-satunya syarat untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal, karena proses pembelajaran pun akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar permainan bolavoli. Peserta didik atau siswa apabila tidak diberi perlakuan dalam proses belajar mengajar yang teapat akan berpengaruh terhadap hasil belajarnya. Model pendekatan taktis dan modifikasi alat yang penulis kaji dalam penelitian ini diyakini betul akam memberikan perlakuan pada siswa yang memiliki kemampuan keterampilan yang berbeda-beda.

Pembelajaran model pendekatan taktis menekankan kepada aktivitas bermain dalam satu permainan bolavoli sedangkan modifikasi alat lebih mengacu untuk mempermudah siswa dalam melakukan tugas gerak. Dengan uraian diatas maka diduga terdapat pengaruh interaksi antara model pendekatan taktis dengan modifikasi alat.

3. Bagi siswa yang belajar menggunakan bola modifikasi (softvolley), apakah terdapat perbedaan hasil belajar bolavoli antara kelompok model pendekatan taktis dengan kelompok model pendekatan teknis.

Bagi kelompok siswa yang dimodifikasi atau kelompok yang menggunakan bola soft-volley pada dasarnya lebih menekankan pada aktivitas bermain karena menggunakan model pendekatan taktis dalam permainan bolavoli serta dalam pelaksanaannya dapat memudahkan siswa dalam melakukan tugas gerak. Penerapan modifikasi tersebut mampu meningkatkan unsur kegembiraan dan dapat memperlancar aktivitas pembelajaran penjas. Kelompok siswa yang menggunakan modifikasi pada dasarnya mampu meningkatkan kemampuan emosional siswa, minat dan kegembiraan, mampu memecahkan masalah dalam situasi bermain serta dapat membuat keputusan dalam situasi permainan dan mampu meningkatkan kemampuan siswa secara merata.


(46)

4. Bagi siswa yang belajar menggunakan bola tanpa modifikasi (bola standar), apakah terdapat perbedaan hasil belajar bolavoli antara kelompok model pendekatan taktis dengan kelompok model pendekatan teknis.

Kelompok yang menggunakan bola standard lebih menekankan pada aktivitas permainan yang sesungguhnya dengan menggunakan peraturan yang sesungguhnya, oleh sebab itu apabila dibandingkan dengan kelompok pendekatan taktis kelompok pendekatan teknis lebih cocok apabila dalam pelaksanaanya menggunakan bola standar karena dalam penerapannya langsung menggunakan paraturan permainan bolavoli yang sesungguhnya serta lebih menekankan pada kemampuan teknik, Sehingga dalam penerapannya siswa yang menggunakan bola standar akan lebih padu dan sesuai apabila deterapkan pada kelompok pendekatan teknis.

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan di atas maka hipotesis yang diajukan adalah :

1. Terdapat perbedaan hasil belajar bolavoli antara model pendekatan taktis dengan medel pendekatan teknik secara keseluruhan

2. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan modifikasi alat.

3. Bagi siswa yang belajar menggunakan bola modifikasi (softvolley). Terdapat perbedaan hasil belajar bolavoli antara kelompok model pendekatan taktis dengan kelompok model pendekatan teknis.

4. Bagi siswa yang belajar menggunakan bola tanpa modifikasi (bola standar). Terdapat perbedaan hasil belajar bolavoli antara kelompok model pendekatan taktis dengan kelompok model pendekatan teknis.


(47)

Lukmanul Hakim, 2013

Pengaruh Model Pendekatan Taktis Dan Modifikasi Alat Terhadap Hasil Belajar Bola Voli Pada

BAB III

SUBJEK DAN METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian

1. Populasi dan Sampel

Populasi dan sampel merupakan objek yang akan diteliti dalam suatu penelitian, sehingga dalam penelitian sangat perlu menentukan populasi dan juga sampel penelitian, dengan demikian populasi dan sampel mendukung untuk mencapai suatu tujuan penelitian. Adapun populasi dan sampel pada peneltian ini adalah :

a. Populasi

Untuk memecahkan suatu masalah dalam suatu penelitian perlu adanya data dan informasi dari objek penelitian yang akan diteliti, dalam mendukung ketercapaian suatu tujuan penelitian. Peran populasi dalam suatu penelitian sangat diperlukan untuk memperoleh atau mendapatkan data dan informasi yang akan diteliti berdasarkan permasalahan dalam penelitian. Arikunto (1993 : 115) mengatakan bahwa, “Populasi adalah keseluruhan objek penelitian”. Selanjutnya Putraman (1990 : 5) mengemukakan bahwa “populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita temukan”.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa populasi adalah sekumpulan objek yang memiliki karakteristik tertentu. Adapun yang dijadikan populasi dalam penelitian ini adalah Siswa laki-laki kelas X Madrasah Aliyah Negeri Surade Kabupaten Sukabumi.

b. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Menurut Sugyono (2005 : 91) sampel adalah “Bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa sampel adalah wakil dari populasi yang diambil datanya dan kemudian data tersebut diolah dan diteliti. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian terdapat beberapa cara atau teknik, teknik pengambilan sampel


(48)

dalam peneitian ini menggunakan simple random sampling (secara acak). Diakatakan simple atau sederhana karena pengambilan anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strara yang ada dalam populasi tersebut. Populasi dalam penelitian ini adalah kelas X dengan jumlah siswa laki-laki secara keseluruhan adalah 140 siswa, teknik pengambilan sampel yang dilakukan secara acak (random) yang penulis pilih dimaksudkan karena dengan teknik tersebut setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi sampel penelitian.

Selanjutnya untuk pembagian sampel dalam masing-masing kelompok adalah dengan menggunakan rumus Federrer, yaitu :

(r-1) (t-1) ≥ 15 (r-1) (4-1) ≥ 15 (r-1) (3) ≥ 15 (r-1) ≥

r ≥ 5+1 r ≥ 6

keterangan : r = sampel/kelompok t = treatment (perlakuan)

Dari hasil di atas pengambilan sampel perkelompok berjumlah 6 orang atau lebih. Selanjutnya penulis menentukan jumlah sampel sebanyak 28 orang siswa laki-laki. Sehingga jumlah sampel perkelompok berjumlah 7 orang siswa. Untuk lebih jelasnya lagi dapat dilihat pada Tabel 3.1 dibawah ini :

Tabel 3.1

Komposisi Pengelompokan Sampel Eksperimen

MODIFIKASI ALAT

MODEL PEMBELAJARAN

JUMLAH PENDEKATAN

TAKTIS

PENDEKATAN TEKNIS

SOFT VOLLEY 7 7 14

BOLA STANDAR 7 7 14


(49)

B. Metode Penelitan 1. Tipe Penelitian

Dalam suatu penelitian diperlukan suatu metode yang sesuai dan dapat membantu memecahkan suatu permasalahan yang akan dikaji kebenarannya, penggunaan metode dalam suatu penelitian disesuaikan dengan masalah dan tujuan penelitian itu sendiri. Hal ini berarti metode penelitan mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam pelaksanaan pengumpulan dan analisis data.

Adapun yang dimaksud motode itu sendiri yang dikemukakan oleh Arikunto (2006:206) menjelaskan penelitian, adalah “Suatu proses yang dilakukan oleh peneliti yang bertujuan untuk mencapai jawaban atas pertanyaan yang diajukan melalui prosedur ilmiah yang telah ditentukan”.

Dari penjelajasan tersebut dapat dijelaskan kembali bahwa metode merupakan suatu cara yang digunakan oleh peneliti yang bertujuan untuk mempermudah memecahkan suatu permasalahan dengan menggunakan teknik atau alat-alat tertentu sehingga dalam penelitian dapat mempermudah memperoleh hasil sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai peneliti. Sedangkan penelitian itu sendiri merupakan tujuan untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang telah dirumuskan.

Metode penelitian yang dijelaskan Arikunto (2006 : 151) yaitu : “Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data

penelitian”. Pada dasarnya ada beberapa metode penelitian yang biasa digunakan

dalam suatu penelitian, antara lain : historis, deskriptif, dan eksperimen, berkaitan dengan masalah yang ingin dikaji oleh penulis maka metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Mengenai metode eksperimen dijelaskan kembali oleh Arikunto (2006 : 207) : “Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada


(50)

tidaknya akibat dari “sesuatu” yang dikenakan pada subjek selidik. Dengan kata lain penelitian eksperimen mencoba meneliti ada tidaknya hubungan sebab akibat”. Dari penjelajas tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian eksperimen adalah suatu penelitian dangan tujuan untuk menentukan ada tidaknya hubungan sebab akibat dari variabel-variabel yang akan diteliti.

Hal ini dilakukan untuk memperoleh gambaran yang jelas sehingga tujuan penelitian dapat tercapai seperti yang diharapkan. Oleh sebab itu metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metede eksperimen. Secara spesifik dapat dikemukakan bahwa penelitian ini ingin meneliti pengaruh pendekatan taktis dan modifikasi alat terhadap hasil belajar permainan bola voli.

2. Desain Penelitian

Desain penetitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan desain factorial 2x2. Digunakan desain factorial dalam penelitian ini karena melibatkan dua variabel independen yaitu model pembelajaran dan modifikasi alat. Yang masing-masing terdiri dari dua taraf. Model pembelajaran (model pembelajaran pendekatan taktis dan model pembelajaran pendekatan teknis) dan modifikasi alat (bola softvolley dan bola standar). Adapun desain penelitian factorial 2x2 dapat dilihat pada Tabel 3.2 di bawah ini:

Tabel 3.2 Desain Faktorial 2x2

MODIFIKASI ALAT (B)

MODEL PEMBELAJARAN (A)

PENDEKATAN TAKTIS (1)

PENDEKATAN TEKNIS (2)

SOFT VOLLEY

(1) A1B1

A2B1

BOLA STANDAR


(51)

T1 T1 T1 T1

A1B1 A1B2 A2B1 A2B2

T2 T2 T2 T2

Keterangan: T1 : Pre Test T2 : Post Test

A1 : Model Pembelajaran Pendekatan Taktis A2 : Model Pembelajaran Pendekatan Teknis B1 : Modifikasi Softvolley

B2 : Modifikasi Bola Standar

A1B1 : Kelompok Model Pembelajaran Taktis Softvolley A1B2 : Kelompok Model Pembelajaran Taktis Bola Standar A2B1 : Kelompok Model Pembelajaran Teknis Softvolley A2B2 : Kelompok Model Pembelajaran Teknis Bola Standar 3. Variabel Penelitian

Penelitian ini secara operasional terdiri dari variabel bebas atau biasa disebut dengan variabel independen, variabel intervening dan variabel terikat atau dependen. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat, variabel bebas dalam penelitian ini yaitu model pendekatan taktis. Selanjutnya antara variabel bebas dan variabel terikat terdapat variabel intervening, variabel intervening adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen menjadi hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat diamati dan diukur. Variabel ini merupakan variabel penyela/antara yang terletak di antara variabel independen dan dependen, sehingga variabel independen tidak langsung mempengaruhi berubahnya atau timbulnya variabel dependen. Variabel intervening dalam penelitian ini adalah


(1)

melakukan aktivitas permainan bola voli selama 2 set

C.Penutup

 Peregangan kembali otot-otot yang telah bekererja

Do’a tutup

C.Penutup

 Peregangan kembali otot-otot yang telah bekererja

Do’a tutup

SABTU

A. Pendahuluan  Peregangan statis,

dinamis dan jogging  Passing bawah 20 x  Passing atas 20 x  Servis 10 x B. Inti

 Game, Siswa melakukan aktivitas permainan bola voli selama 1 set

 Drill, passing bawah, passing atas 50 x dan servis 5 x 3

 Game, Siswa melakukan aktivitas permainan bola voli selama 2 set

C. Penutup

 Peregangan kembali otot-otot yang telah bekererja

Do’a tutup

A.Pendahuluan  Peregangan statis,

dinamis dan jogging  Passing bawah 20 x  Passing atas 20 x  Servis 10 x B. Inti

 Siswa melakukan passing bawah, passing atas 50 x dan servis 5 x 3

 Game, Siswa melakukan aktivitas permainan bola voli selama 2 set

C.Penutup

 Peregangan kembali otot-otot yang telah bekererja Do’a tutup Berpasangan Berpasangan Perorangan (servis) Berpasangan Perorangan (servis) MI N G G U K E (VI) RABU A.Pendahuluan  Peregangan statis,

dinamis dan jogging  Passing bawah 20 x  Passing atas 20 x  Servis 10 x B. Inti

 Game, Siswa melakukan aktivitas permainan bola voli selama 1 set

 Drill, passing bawah, passing atas 50 x dan

A.Pendahuluan  Peregangan statis,

dinamis dan jogging  Passing bawah 20 x  Passing atas 20 x  Servis 10 x B. Inti

 Siswa melakukan passing bawah, passing atas 50 x dan servis 5 x 3

 Game, Siswa melakukan aktivitas

Berpasangan Berpasangan Perorangan (servis) Berpasangan Perorangan (servis)


(2)

C.Penutup

 Peregangan kembali otot-otot yang telah bekererja

Do’a tutup

C.Penutup

 Peregangan kembali otot-otot yang telah bekererja

Do’a tutup KAMIS

SABTU TES AKHIR

(POST TEST)

TES AKHIR (POST TEST)


(3)

Siswa sedang melakukan pre test pasing bawah

Siwa sedang melakukan pre test pasing atas

Siswa sedang melakukan pre test servis

LAMPIRAN 11

DOKUMENTASI LAPANGAN

Siswa sedang melakukan post test pasing atas


(4)

Siswa sedang melakukan aktivitas permainan bolavoli dengan menggunakan

bola softvolley Siswa sedang melakukan aktivitas

permainan bolavoli dengan menggunakan bola softvolley

Siswa sedang melakuka aktivitas permainan bolavoli dengan menggunakan

bola standar

Siswa sedang melakukan aktivitas permainan bolavoli dengan menggunakan

bola standar

Siswa sedang melakukan aktivitas permainan bolavoli dengan menggunakan

bola standar

Siswa sedang melakuka aktivitas permainan bolavoli dengan menggunakan


(5)

Siswa sedang melakukan aktivitas permainan bolavoli dengan menggunakan

bola standar

Siswa sedang melakukan aktivitas permainan bolavoli dengan menggunakan

bola standar Siswa sedang melakukan aktivitas

permainan bolavoli dengan menggunakan bola softvolley

Siswa sedang melakukan aktivitas permainan bolavoli


(6)

Foto Bersama

Siswa Madrasah Aliyah Negeri Surade

Kabupaten Sukabumi