PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN FISIKATERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PADA SISWA SMP.

(1)

Fatimah, Sayyidah. 2014

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN FISIKATERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PADA SISWA SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN FISIKATERHADAP PENINGKATAN

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PADA SISWA SMP SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari Syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Fisika

Disusun Oleh: Sayyidah Fathimah

0901980

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

Fatimah, Sayyidah. 2014

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN FISIKATERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PADA SISWA SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN FISIKATERHADAP PENINGKATAN

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PADA SISWA SMP SKRIPSI

Oleh

Sayyidah Fathimah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Sayyidah Fathimah 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Desember 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, Dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

Fatimah, Sayyidah. 2014

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN FISIKATERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PADA SISWA SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN FISIKATERHADAP PENINGKATAN

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PADA SISWA SMP

Oleh

Sayyidah Fathimah NIM. 0901980

Disetujui dan disahkan oleh: Pembimbing I

Drs. Hikmat, M.Si. NIP 196204061989031001

Pembimbing II,

Endi Suhendi, S.Si., M.Si. NIP. 197905012003121001

Mengetahui, Ketua Jurusan

Pendidikan Fisika FPMIPA UPI

Dr. Ida Kaniawati, M.Si. NIP. 196807031992032001


(4)

Fatimah, Sayyidah. 2014

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN FISIKATERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PADA SISWA SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN FISIKA TERHADAP PENINGKATAN

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PADA SISWA SMP SKRIPSI

Sayyidah Fathimah NIM. 0901980

Pembimbing I : Drs. Hikmat, M.Si. Pembimbing II : Endi Suhendi, M.Si. Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI

e-mail : sayyi09@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa SMP dalam pembelajaran fisika melalui penerapan pendekatan brain based learning. Metode penelitian yang digunakan adalah metode pre-experiment dengan desain penelitian one group pretest-posttest design. Sampel penelitiannya adalah siswa kelas VIII di salah satu SMP negeri kota Bandung. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan observasi keterlaksanaan pendekatan brain based learning, tes keterampilan berpikir kritis, jurnal harian dan angket. Indikator keterampilan berpikir kritis yang diukur yaitu analisis argumen, menanyakan dan menjawab klarifikasi pertanyaan yang menantang, membuat keputusan dan mempertimbangkan keputusan, serta menilai kredibilitas sumber. Hasil penelitian ini menunjukan adanya peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa yang ditunjukan dengan nilai N-gain sebesar 0.42 yang menunjukan kategori sedang. Dari hasil N-gain tersebut dapat terlihat bahwa melalui pendekatan brain based learning dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis. Pembelajaran yang telah dilaksanakan pun mendapat respon positif dari sebagian besar siswa.


(5)

Fatimah, Sayyidah. 2014

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN FISIKATERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PADA SISWA SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

Application of Brain Based Leraning Approach to learning Physics for Improving Junior High School Student’ Critical Thinking Skills

The purpose of this study was to overview of critical thinking skills improvement at the junior high school students in learning physics through the application of brain-based learning approach. The method used is pre-experimental research with one group pretest-posttest design. A sample of research is eighth grade students of one of junior high schools in Bandung. Data was collected through observation of the implementation brain-based learning approach, tests of critical thinking skills, daily journals and questionnaires. Indicators of critical thinking skills are analysing of the arguments, asking and answering challenging questions, making and considering decisions, and assessing the credibility of the source. These results indicate an improvement in students' critical thinking skills shown by the value of the gain by 0.42 and showed the moderate category. From the results of the N-gain can be seen that the brain-based learning approach can improve critical thinking skills. Learning which have been implemented also received a positive response from most students.

Keywords: Brain Based Learning and Critical Thinking


(6)

Fatimah, Sayyidah. 2014

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN FISIKATERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PADA SISWA SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR PERSAMAAN... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 7

BAB II BRAIN BASED LEARNING DAN BERPIKIR KRITIS ... 8

A. Brain Based Learning ... 8

B. Keterampilan Berpikir Kritis ... 14

BAB III METODE PENELITIAN ... 19

A. Metode Penelitian dan Desain Penelitian ... 19

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 19

C. Definisi Operasional ... 20

D. Prosedur Penelitian ... 20

E. Instrumen Penelitian ... 22

F. Teknik Pengolahan Data... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 32


(7)

vi

B. Hasil Penelitian ... 32

C. Pembahasan Hasil Analisis Data ... 38

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 43

A. Kesimpulan ... 43

B. Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 44

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 47


(8)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel hal

1. Nilai Rata-rata tes keterampilan berpikir kritis ... 3

2.1. Indikator Keterampilan Berpikir Kritis ... 14

2.2. Indikator Keterampilan Berpikir Kritis yang Diukur ... 17

2.3. Keterkaitan Tahapan Pendekatan Brain Based Learning dengan Keterampilan Berpikir Kritis ... 18

3.1. Tabel One Group Pretest Posttest Design ... 19

3.2. Pedoman Pemberian Skor Soal Esai Berpikir Kritis ... 23

3.3. Interpretasi Koefisien Korelasi Reliabilitas ... 25

3.4. Interpretasi Tingkat Kesukaran ... 26

3.5. Interpretasi Daya Pembeda ... 27

3.6. Hasil Uji Coba Instrumen Tes Keterampilan Berpikir Kritis... 28

3.7. Kategori Skor N-Gain yang Dinormalisasi ... 29

3.8. Kriteria Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran ... 30

3.10. Kriteria Persentase Respon Skala Sikap ... 31

4.1. Persentase Keterlaksanaan Pendekatan Brain Based Learning ... 32

4.2. Persentase Kualitas Keteraksanaan Pembelajaran ... 33

4.3. Rata-rata Pretest dan Postest untuk Setiap Sub Indikator Keterampilan Berpikir Kritis ... 34

4.4. Rekapitulasi Nilai Rata-rata dan N-Gain Sub Indikator Keterampilan Berpikir Kritis ... 35


(9)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar hal

3.1. Diagram Alur Penelitian ... 22 4.1. Diagram persentase keterlaksanaan pembelajaran ... 33 4.2. Diagram Peningkatan pretest dan posttest untuk setiap sub


(10)

ix

DAFTAR PERSAMAAN

Persamaan . hal

3.1. Uji Reliabilitas dengan Rumus Alpha ... 24

3.2. Uji Taraf Kesukaran Butir Soal ... 25

3.3. Uji Daya Pembeda Butir Soal ... 27

3.4. N-Gain Scores ... 29

3.5. Persentase Skala Sikap ... 30


(11)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran hal

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 47

LAMPIRAN A - Perangkat Pembelajaran ... 48

A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pertemuan ke-1 ... 49

A.2 Lembar Kerja Siswa Pertemuan ke-1 ... 53

A.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pertemuan ke-2 ... 57

A.4 Lembar Kerja Siswa Pertemuan ke-2 ... 60

A.5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pertemuan ke-3 ... 63

A.6 Lembar Kerja Siswa Pertemuan ke-3 ... 66

LAMPIRAN B - Instrumen Penelitian ... 68

B.1 Lembar Observasi Keterlaksanaan Pendekatan Brain Based Learning 1 69 B.2 Lembar Observasi Keterlaksanaan Pendekatan Brain Based Learning 2 73 B.3 Lembar Observasi Keterlaksanaan Pendekatan Brain Based Learning 3 79 B.5 Kisi-kisi Instrumen Tes Keterampilan Berpikir Kritis ... 84

B.6 Soal Tes Keterampilan Berpikir Kritis ... 94

B.7 Skala Sikap ... 97

B.8 Jurnal Harian ... 98

LAMPIRAN C - Pengolahan Data ... 99

C.1 Hasil Uji Coba Instrumen Berpikir Kritis ... 100

C.2 Pengolahan Data Observasi Keterlaksanaan Pendekatan Brain Based Learning ... 102

C.3 Rekapitulasi Data Hasil Pretest Keterampilan Berpikir Kritis ... 103

C.4 Rekapitulasi Data Hasil Postest Keterampilan Berpikir Kritis ... 104

C.5 N-Gain Tes Keterampilan Berpikir Kritis ... 105

C.6 N-Gain Tes Keterampilan Berpikir Kritis Berdasarkan Sub Indikator Keterampilan Berpikir Kritis ... 107


(12)

xi

C.8 Rekapitulasi Hasil Skala Sikap Respon Siswa ... 112 C.9 Rekapitulasi Jurnal Harian Siswa ... 115 LAMPIRAN D - Dokumentasi ... 116


(13)

Fatimah, Sayyidah. 2014

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN FISIKATERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PADA SISWA SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Permendiknas Nomor 41 tahun 2007 mengatur mengenai standar proses untuk satuan pendidikan dasar menengah menyatakan:

Proses pembelajaran pada setiap satuan pedidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi para prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Ilmu pengetahuan alam merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang mendasari perkembangan teknologi.Fisika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam dan juga memiliki peranan penting terhadap perkembangan teknologi. Cakupan kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan alam dan teknologi dimaksudkan untuk memperoleh kompetensi dasar ilmu pengetahuan alam dan teknologi serta membudayakan berpikir ilmiah secara kritis, kreatif, dan mandiri (Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi). Oleh karena itu, pembelajaran fisika di sekolah harus senantiasa ditingkatkan dan dilaksanakan sesuai tujuan standar isi.

Isi dari kutipan diatas sejalan dengan salah satu faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum 2013, yaitu penyempurnaan pola pikir yang dilatarbelakangi oleh adanya berbagai tantangan, baik itu tantangan internal maupun tantangan eksternal. Tantangan internal salah satunya harus mempersiapkan SDM (Sumber Daya Manusia) Indonesia yang melimpah agar dapat memiliki kompetensi dan keterampilan dalam menghadapi era globalisasi yang semakin pesat perkembangannya. Sementara tantangan eksternal salah satunya arus globalisasi dan berbagai isu


(14)

2

terkait lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, serta perkembangan pendidikan di tingkat internasional (Depdikbud, 2013). Oleh karena itu pengembangan kurikulum 2013 merumuskan kompetensi minimal yang harus dimiliki siswa dalam standar kompetensi lulusan, salah satunya kompetensi sikap yang memiliki keterampilan berpikir kritis agar dapat menghadapi berbagai tantangan di masa yang akan datang (Debdikbud,2013).

Terdapat temuan dari Pusat Kurikulum (2008 dalam Rachman, 2013) mengenai kecenderungan pembelajaran IPA/sains di Indonesia bahwa pembelajaran hanya berorientasi pada tes atau ujian saja, pembelajaran lebih bersifat teacher centered, guru hanya menyampaikan IPA sebagai produk dan peserta didik menghafal informasi faktual, siswa hanya mempelajari IPA pada domain kognitif rendah saja dan tidak dibiasakan untuk mengembangkan potensi keterampilan berpikir. Selain itu, guru merupakan satu-satunya sumber belajar dan belajar hanya menyentuh ranah kognitif rendah yang hanya mengandalkan ingatan dan pemahaman, karena hanya berupa penyampaian fakta yang tidak membutuhkan pemikiran mendalam.

Beberapa kali perbaikan kurikulum pun telah dilaksanakan oleh pemerintah, tetapi pada kenyataanya hasil pendidikan di jenjang sekolah menengah masih rendah, terutama untuk mata pelajaran fisika. Hal tersebut dapat terjadi karena kebanyakan proses pembelajaran di kelas lebih bersifat informatif sehingga menuntut siswa menghafal rumus fisika. Sedangkan dalam melatih berpikir kritis, analisis, sintesis dan evaluasi belum dilatihkan pada siswa. Pengalaman ini menyebabkan siswa cenderung kesulitan untuk berpikir yang melibatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Padahal siswa yang memiliki kemampuan berpikir yang baik, maka baik pula kemampuannya dalam menyusun strategi dan taktik agar dapat meraih kesuksesan dalam persaingan global di masa depan(Azhar, 2011).

Temuan lain yang menguatkan mengapa keterampilan berpikir kritis perlu ditingkatkan karena terlihat dari hasil penelitian Ambarwati (2012) disalah satu SMP yang berada di kotaBandungbahwa keterampilan berpikir kritis pada mata pelajaran fisika masih rendah. Rendahnya keterampilan


(15)

3

berpikir kritis initerlihat darihasil tes keterampilan berpikir kritis yang hanyamemilikinilai rata-rata sebesar 49.35 dari skala 100 dan memiliki standar deviasi (SD) sebesar 9.47. Terdapat 50% siswa yang nilainya masih dibawah rata-rata. Nilai tertinggi yang diperoleh sebesar 70.83 dan hanya ada 9% siswa saja yang mendapat nilai tertinggi.Tabel pengelompokan nilai rata-rata untuk tiap indikator ditunjukan pada Tabel 1.

Tabel 1. Nilai Rata-rata tes keterampilan berpikir kritis

Berdasarkan hasil tes yang telah diuraikan diatas terlihat bahwa keterampilan berpikir kritis siswa masih rendah, begitupun untuk tiap indikator yang ditunjukan pada Tabel 1. Siswa masih lemah dalam “mengidentifikasikan alasan”, “menerapkan konsep”, “berhipotesis dan menyimpulkan”, “bertanya dan menjawab pertanyaan mengapa” bahkan dalam “bagaimana mengaplikasikan sebuah kasus”.Lemahnya keterampilan berpikir kritis tersebut dapat terjadi karena siswa tidak terbiasa mengerjakan soal-soal keterampilan berpikir kritisdan siswa tidak dilatihkan keterampilan berpikir kritis saat pembelajaran di kelas. (Ambarwati, 2012)

Menurut Asih (2011) salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesiayaitu lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran masih diarahkan pada kemampuan anak untuk menghapal, otak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya dan dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari (Asih, 2011). Menurut Exline (2004 dalam Asih, 2011), dangkalnya penguasaan konsep-konsep fisika salah satunya

Indikator Keterampilan Berpikir Kritis Nilai Rata-rata

Mengidentifikasi alasan 50

Menerapkan prinsip, hukum dan asas 49

Berhipotesis dan menyimpulkan 40

Bertanya dan menjawab pertanyaan mengapa 54


(16)

4

disebabkan karena siswa tidak banyak dilibatkan dalam proses pengkonstruksian suatu konsep dalam pikirannya, siswa tidak terlibat untuk mendistribusikan dan menanyakan banyak hal melainkan tidak lebih dari sekedar mendengar dan mengulangi jawaban-jawaban yang diharapkan. Begitupun dengan pendapatnya Rustaman (2005 dalam Nurfajrianti, 2010) menyatakan bawa pengujian atau penilaian dalam proses pembelajaran yang dilakukan selama ini baru mengukur penguasaan materi saja, dan itupun hanya ranah kognitif tingkat rendah, sementara ranah kognitif tingkat tinggi sangat jarang dikembangkan dalam penyusunan tes, padahal untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis diperlukan kemampuan untuk melakukan analisis, sintesis, dan evaluasi.

Menurut Fachrurajzi (2011) pentingnya mengajarkan dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis harus dipandang sesuatu yang urgen dan tidak bisa disepelekan lagi. Penguasaan kemampuan berpikir kritis tidak cukup dijadikan sebagai tujuan pendidikan semata, tetapi juga sebagai proses fundamental yang memungkinkan siswa untuk mengatasi tantangan kedepannya. Pendapat tersebut sesuai dengan yang tertulis dalam permendiknas nomor 22 tahun 2006 bahwa pembelajaran itu harus didasari oleh pemikiran kritis.

Berdasarkan temuan-temuan yang telah dijelaskan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa betapa pentingnya untuk meningkatkan keterampilan berpikir, terutama dalam berpikir kritis.Menurut Costa (dalam Liliasari, 2012) ada 4 pola berpikir tingkat tinggi, yaitu berpikir kritis, berpikir kreatif, pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan. Menurut Lilasari (2012) diantara pola berpikir tingkat tinggi tersebut, berpikir kritis mendasari tiga pola berpikir yang lain, sehingga berpikir kritis perlu dikuasai lebih dahulu sebelum mencapai ke tiga pola berpikir tingkat tinggi lain. Pentingnya meningkatkan keterampilan berpikir kritis juga dikuatkan dengan tujuan kurikulum yang disebutkan dalam permendiknas nomor 22 tahun 2006 bahwa dalam mengajarkan fisika di kelas harus memiliki dasar pemikiran kritis. Begitupun yang dinyatakan dalam permendiknas No 23 tahun 2006 tentang standar kompetensi lulusan diantaranya harus dapat membangun,


(17)

5

menggunakan, dan menerapkan informasi tentang lingkungan secara kritis serta menunjukan kemampuan berpikir kritis. Berdasarkan peraturan dalam permendiknas tersebut sudah jelas bahwa kemampuan berpikir kritis memang harus ditingkatkan dalam proses pembelajaran.

Terkait mengenai pentingnya keterampilan berpikir kritis agar dimiliki oleh siswa, maka diperlukan proses pembelajaran yang melatihkan keterampilan berpikir kritis.Proses pembelajaran yang melatihkan keterampilan berpikir kritis inisesuai dengan pendekatan brain based learning. Hal ini sejalan dengan apa yang dinyatakan Jensen (2008) bahwa brain based learning merupakan pembelajaran yang dapat melatihkan keterampilan berpikir. Pembelajaran dengan menggunakan prinsip brain based learning merupakan pembelajaran yang sesuai dengan cara otak dirancang secara alamiah untuk belajar. Jensen (2008) menjelaskan bahwa pendekatan brain based learning adalah pembelajaran yang sangat memperhatikan fungsi dari otak. Dalam International Journal of Environmental and Science Education, Saleh (2011) menyebutkan ada tiga strategi pembelajaran yang dikembangkan dari pendekatan brain based learning yaitu menciptakan lingkungan belajar yang menantang kemampuan berpikir siswa, menciptakan lingkungan pembelajaran yang menyenangkan, dan menciptakan situasi pembelajaran yang aktif. Pendekatan pembelajaran ini sesuai dengan yang distandarkan dalam permendiknas nomor 24 bahwa dalam pembelajaran harus menciptakan proses pembelajaran menantang atau memotivasi, aktif, dan menyenangkan.

Menurut Jensen (2008) seorang guru yang melakukan pembelajaran dengan prinsip brain based learning akan berpikir mengenai bagaimana cara untuk dapat menemukan kesukaran siswa dan membangun motivasi sehingga perilaku yang diinginkan muncul sebagai konsekuensi alamiah. Kemampuan untuk berpikir sangat tergantung pada suasana (mood) dan keadaan emosional (Jensen, 2008), sehingga sangatlah penting untuk menjaga perasaan nyaman siswa didalam kelas.Selain itu, pada pembelajaran ini juga ada partisipasi siswa yang tinggi selama proses pembelajaran. Guru memberikan tantangan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan


(18)

6

berpikir siswa, tapi pemberian tantangan ini juga tetap memperhatikan kondisi otak, karena otak memerlukan waktu istirahat tanpa kegiatan pembelajaran (Prasetyani, 2012). Hal ini diperlukan bagi otak untuk memproses dan mentransfer pembelajaran dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang (Jensen, 2008).

Menurut Prasetyani (2012) otak merupakan pusat dari semua aktivitas termasuk berpikir maka kemampuan berpikir dipengaruhi oleh otak.Oleh karena itu, diperlukan pembelajaran yang memperhatikan dan mengembangkan potensi otak yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Kegiatan pembelajaran yang kaya akan pengalaman dan berdasarkan cara kerja serta struktur otak dapat meningkatkan kecerdasan siswa. Menurut Burke (1949 dalam Gumilar, 2013) salah satu keterampilan berpikir yang dapat dikembangkan melalui pembelajaran fisika adalah keterampilan berpikir kritis.Menurut Nickerson (1985 dalam Liliasari, 2012) keterampilan berpikir kritis dapat diajarkan, karena itu perlu ditemukan pola pembelajaran sains yang dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas,maka peneliti tertarik melakukan penelitian untuk melihat pengaruh dari penerapan pendekatan brain based learning terhadap keterampilan berpikir kritis siswa SMP.Untuk itu peneliti mengambil judul “PengaruhPenerapan Pendekatan Brain Based Learningdalam Pembelajaran Fisika terhadap Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis pada Siswa SMP”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa di SMP sebagai efek diterapkannyapendekatan brain based learning?”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa sebagai


(19)

7

efek daripenerapan pendekatan brain based learningterhadap pembelajaran fisika di SMP.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu sebagai berikut:

1. Dapat memperkaya hasil penelitian tekait pengaruh pendekatan brain based learning terhadap peningkatan keterampilan berpikir kritis.

2. Dapat memberikan referensi dan bahan masukan bagi guru atau pun bagi peneliti pendidikan dalam merencanakan pembelajaran dalam melatihkan keterampilan berpikir kritis.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Skripsi yang berjudul “PengaruhPenerapan Pendekatan Brain Based Learningdalam Pembelajaran Fisika terhadap peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis pada siswa SMP” disusun menjadi lima bab sebagai berikut: 1. Bab I adalah bab pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan

masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, dan struktur organisasi skripsi.

2. Bab II berisi kajian pustaka yang memaparkan tentang pengertian pendekatan brain based learning, prinsip brain based learning, tahap pembelajaran dalambrain based learning, dan Keterampilan Berpikir Kritis.

3. Bab III Bab III adalah bab metode penelitian yang terdiri dari lokasi dan subjek penelitian, metode penelitian, instrumen penelitian, alur penelitian. 4. Bab IV adalah bab yang berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan. Bab ini terdiri dari dua bagian utama, yaitu pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan dan pembahasan atau analisis dari temuan tersebut.

5. Bab V berisi kesimpulan dan saran dari temuan penelitian yang telah dilakukan.


(20)

Fatimah, Sayyidah. 2014

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN FISIKATERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PADA SISWA SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode Pre-Experiment. Desain penelitian yang hanya melibatkan satu kelompok saja, tanpa adanya kelompok kontrol. Desain penelitian yang digunakan ini adalah one group pretest-postest design. Dalam desain penelitian ini pretest dilakukan sebelum perlakuan, dan postest dilakukan setelah perlakuan. Pengaruh yang diberikan adalah perlakuan berupa pendekatan pembelajaran Brain Based Learning terhadap peningkatanketerampilan berpikir kritis siswa SMP kelas VIII pada materi tekanan. Desain tersebut digambarkan padaTabel 3.1.

Tabel 3.1Tabel One Group Pretest Posttest Design Kelompok Pre-test Treatment Post-test

Eksperimen O X O

Keterangan :

O = Tesketerampilanberpikirkritis

X =Perlakuan dengan menggunakan pendekatan Brain Based Learning

Diberikannya pretest pada siswa untuk mengetahui pengetahuan awal siswa pada materi tekanan, kemudian dalam pembelajaran siswa diberikan pendekatan pembelajaran (treatment) selama tiga pertemuan dengan pendekatan Brain Based Learning. Setelah medapatkan treatment siswa diberikan postest dengan instrumen yang sama seperti pretest.


(21)

20

Populasi penelitian ini adalah seluruhsiswakelasVIII pada salah satu SMP Negeri di kota Bandung sebanyak sebelas kelas, dari kesebelas kelas tersebut dipilih salah satu kelas sebagai sampel. Penentuan sampel disini menggunakan teknik purposive sample. Pengambilan sampel dengan cara tersebut berdasarkan tujuan atau pertimbangan bahwa pemilihan kelas penelitian berdasarkan rekomendasi dari guru mata pelajaran fisika.

C. Definisi Operasional

1. Pendekatan brain based learning merupakan prinsip pembelajaran yang

mengoptimalkan fungsi otak dengan menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan sehingga siswa tidak merasa jenuh di dalam pembelajarannya. Keterlaksanaan kegiatan pendekatan brain based learning diukur menggunakan lembar observasi dengan melihat persentase keterlaksanaan. Lembar observasi diisi oleh observer pada saat pembelajaran di kelas berlangsung.

2. Berpikir kritis adalah kemampuan seseorang untuk menentukan apa yang

harus diyakini atau tidak dan apa yang harus dilakukan atau tidak. Pada penelitian ini, keterampilan berpikir kritis diukur dengan soal keterampilan berpikir kritis yang berbentuk essai. Peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa diukur dari hasil pretest dan posttest. Peningkatan keterampilan berpikir kritis dicari dengan menghitung nilai N-gain.

D. Prosedur Penelitian 1. Tahap perencanaan

a. Melakukan studi literatur. Pada tahap ini peneliti mengumpulkan berbagai informasi terkait keterampilan berpikir kritis dan pendekatan brain based learning.

b. Penyusunan proposal penelitian. c. Seminar proposal.

d. Revisi proposal.

e. Menentukan sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian. f. Mengurus surat izin penelitian dan menghubungi pihak sekolah.


(22)

21

g. Menyusun rencana pembelajaran dan instrumen penelitian.

h. Melakukan judgement instrumen (tes) keterampilan berpikir kritis kepada dua orang dosen fisika. Instrumen digunakan untuk pre-test dan post-test

i. Melakukan judgement Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan LKS.

j. Merevisi instrumen penelitian.

k. Mengujicobakan instrumen penelitian

l. Analisi statistik dan revisi soal yang dibuat apabila terdapat kekurangan atau kesalahan.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Menentukan sampel penelitian yang terdiri dari satu kelas b. Pelaksanaan pretest

c. Melaksanakan proses pembelajaran dengan pendekatan Brain Based Learning

d. Pelaksanaan posttest 3. Tahap Akhir

a. Mengolah hasil pretest, posttest, lembar skalasikap dan lembar observasi.

b. Menganalisis dan membahas temuan penelitian c. Menarik kesimpulan


(23)

22

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk memperoleh data yang dibutuhkan pada penelitian, maka dipergunakan instrumen tes dan instrumen non-tes. Instrumen tesberupates keterampilan berpikir kritis.

Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian Revisi

instrumen Studi literatur:

Pendekatan brain based learning dan keterampilan berpikir kritis

Pembuatan perangkat pembelajaran dan instrumen:

1. Soal tes keterampilan berpikir

kritis

2. Lembar Observasi

3. Lembar Skala Sikap

Judgement instrumen dan perangkat pembelajaran

Uji coba dan analisis instrumen serta perangkat pembelajaran Pretest KBM dengan menggunakan pendekatan Brain Based Learning Posttest Pengolahan dan analis data

Kesimpulan Tahap Persiapan Tahap Pelaksanaan Tahap Akhir Observasi keterlaksanaan pendekatan brain based learing Pengisian lembar skala sikap siswa


(24)

23

Sementara instrumen non-tes berupa lembar observasi dan lembar skala sikap.

1. InstrumenTes

Untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa diberikan tes sebanyak dua kali yaitu pretest dan posttest dengan mengunakan soal keterampilan berpikir kritis yang sama. Soal ini disusun oleh peneliti sendiri dan sudah hasil judgment. Tujuan pretest untuk mengetahui kemampuan awal berpikir kritis siswasebelumditerapkanpembelajaran sedangkan posttest untuk melihat pengaruh keterampilan berpikir kritis setelah diterapkan pembelajaran menggunakan pendekatan brain based learning.

Tes diberikan dalam bentuk essaisupaya dapat melihat sejauh mana kemampuan berpikir kritis siswa. Proses keterampilan berpikir kritis peserta didik dilihat dari setiap langkah-langkah penyelesaian dalam menjawab tes. Sesuai dengan apa yang dinyatakan Ennis (2001) dalam menyusun tes lebih baik dengan menggunakan pertanyaan terbuka, karena lebih mudah diadaptasi oleh diri sendiri dan lebih komprehensif dalam menilai keterampilan, pengetahuan atau kompetensi yang ingin diukur. Begitupun dengan Bialin (2002 dalam Hafsah, 2012) salah satu peneliti dibidang berpikir kritis juga menganjurkan agar tes berpikir kritis dibuat dalam bentuk essai.

Rubrik penskoran tes esai mengacu pada rubric penskoran menurut Stiggins (1994) yang diuraikan padaTabel 3.2.

Tabel 3.2 Pedoman Pemberian Skor Soal Esai Berpikir Kritis

Skor IndikatorPenilaian

5 Jawaban yang diberikan jelas, fokus, dan akurat. Hubungan antara

jawaban soal tergambar jelas.

3 Jawaban yang diberikan jelas dan cukup fokus, namun kurang lengkap.

Keterkaitan antara jawaban dengan soal kurang akurat.

1

Jawaban yang diberikan kurang sesuai dengan apa yang dimaksudkan dalam soal, berisi informasi yang tidak akurat, atau menunjukan kurangnya penguasaan terhadap materi. Poin-poin yang diberikan tidak


(25)

24

jelas, tidak memberikan contoh yang mendukung.

0 Tidak ada jawaban

Soal uraian yang telah dibuat berdasarkan indikator keterampilan berpikir kritis ini sebelumnya dilakukan uji validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran dari instrumen tersebut, agar instrumen tersebut layak untuk digunakan dalam penelitian ini, yakni untuk mengukur keterampilan berpikir kritis.

a. Validitas instrumen penelitian

Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukan tingkat ketepatan/keabsahan sebuah instrumen (Arikunto, 2011). Suatu instrumen dikatakan valid jika alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur. Validitas sebuah tes dilakukan dengan penilaian oleh ahli (Expert judgement) dibidangnya.

b. Reliabilitas

Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan suatu tes. Sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg/konsisten. Menurut Suharsimi Arikunto (2011: 100), reliabilitas instrumen dalam bentuk uraian dapat menggunakan rumus alpha sebagai berikut:

Keterangan:

r11 = koefisien reliabilitas yang dicari

n = jumlah butir soal = varians skor total

∑ = jumlah varians skor tiap butir soal

Interpretasi derajat reliabilitas menurut Guilford (Suherman, 1990: 177 dalam Prasetyani), yaitu:

. . . (3.1)


(26)

25

Tabel 3.3 Interpretasi Koefisien Korelasi Reliabilitas Nilai r11 Interpretasi

Sangat rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat Tinggi

c. Taraf Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak mendorong siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya, soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mengerjakannya.Bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran (dificullty index). Menurut Arikunto (2011), besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai 1,00. Indeks kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,00 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,00 menunjukkan bahwa soalnya terlalu mudah. Rumus mencari (indeks kesukaran) adalah sebagai berikut.

Keterangan:

P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan

benar


(27)

26

JS = jumlah seluruh siswa peserta tes

Menurut Arikunto (2011), indeks kesukaran sering diklasifikasikan dalamTabel 3.5.

Tabel 3.4 Interpretasi Tingkat Kesukaran Nilaip Interpretasi

P < 0.3 Sukar

0.3 P 0.7 Sedang

P > 0.7 Mudah

d. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Bagi suatu soal yang dapat dijawab benar oleh siswa yang berkemampuan tinggi maupun siswa yang berkemampuan rendah, artinya soal itu tidak baik, karena tidak mempunyai daya pembeda. Demikian pula apabila semua siswa baik siswa yang berkemampuan tinggi maupun siswa yang berkemampuan rendah tidak dapat menjawab dengan benar, soal tersebut tidak baik juga, karena tidak mempunyai daya pembeda. Soal yang baik adalah soal yang dapat dijawab benar oleh siswa berkemampuan tinggi saja.Seluruh peserta tes dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok atas (kelompok siswa berkemampuan tinggi) dan kelompok bawah (kelompok siswa berkemampuan rendah). Jika seluruh kelompok atas dapat menjawab soal tersebut dengan benar, sedangkan seluruh kelompok bawah menjawab salah, maka soal tersebut mempunyai D paling besar, yaitu 1,00. Sebaliknya, jika semua kelompok atas menjawab salah, tetapi semua kelompok bawah menjawab benar, maka nilai D -1,00. Akan tetapi, jika siswa kelompok atas dan siswa kelompok bawah sama-sama menjawab benar atau sama-sama menjawab salah, maka soal tersebut mempunyai nilai D 0,00. Hal ini dikarenakan soal tidak mempunyai daya pembeda sama sekali.Menurut Suharsimi Arikunto (2011: 213),


(28)

27

daya pembeda dapat ditentukan dengan nilai indeks diskriminasi sebagai berikut.

Keterangan:

J = jumlah peserta tes

JA = banyaknya peserta kelompok atas

JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar

BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab

benar

PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Menurut Suharsimi Arikunto (2011: 218), daya pembeda dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Tabel 3.5 Interpretasi Daya Pembeda NilaiDP Interpretasi Bertandanegative SangatBuruk

DP < 0.20 Buruk

0.20 < DP < 0.40 Cukup 0.41 < DP < 0.70 Baik 0.70 < DP < 1.00 BaikSekali

Setelah tes butir soal tersebut diujicobakan, maka tes tersebut diberikan saat pretes dan postest, hal ini dilakukan untuk melihat apakah ada pengaruh setelah diberikan materi dengan perlakuan pembelajaran pendekatan Brain Based Learning.Berikut ini adalah Tabel 3.7 yang memuat hasil dari analisis uji coba dan judgement.


(29)

28

Tabel 3.6 Hasil Uji Coba Instrumen Tes Keterampilan Berpikir Kritis

2. IntrumenNon Tes a. Lembar Observasi

Lembar observasi ditujukan untuk mengetahui persentase keterlaksanaan pendekatan brain based learning sesuai dengan RPP yang telah disusun. Lembar observasi diisi oleh observer saat pelaksanaan pembelajaran berlangsung.

No. Soal

Daya Pembeda Taraf Kemudahan Reliabilitas Nilai Interpretasi Nilai Interpretasi Skor Interpretasi

1 0.4 cukup 0.56 Sedang

0.70 tinggi 2 0.8 Baik sekali 0.52 Sedang

3 0.8 Baik sekali 0.7 Mudah

4 0.67 baik 0.61 Sedang

5 0.93 Baik sekali 0.43 Sedang

6 0.533 baik 0.59 Sedang

7 0.87 Baik sekali 0.56 sedang 8 0.87 Baik sekali 0.59 sedang 9 0.8 Baik sekali 0.47 sedang 10 0.8 Baik sekali 0.68 sedang 11 0.8 Baik sekali 0.44 sedang

12 0.67 baik 0.64 sedang

13 0.33 cukup 0.49 sedang

14 0.53 baik 0.52 sedang

15 0.67 baik 0.51 sedang

16 0.67 baik 0.45 sedang

17 0.67 baik 0.61 sedang

18 0.4 cukup 0.72 mudah

19 0.4 cukup 0.773 mudah


(30)

29

b. Skala Sikap

SkalaSikapdigunakanuntukmengumpulkaninformasitentangtangga pansiswaterhadappembelajaran yang terbagi kedalam duajenis pernyataan positif dan pernyataan negatif.Skalasikap yang dibuat menggunakan skala likert, yang terdiri dari empat pilihan jawaban yaitu: SS (Sangat setuju), S (Setuju), TS (Tidak setuju) dan STS (Sangat tidak setuju).

F. Teknik Pengolahan Data

1. Peningkatan keterampilan berpikir kritis

Peningkatan keterampilan berpikir kritis dilakukan berdasarkan peningkatan skor dari hasil pretest ke posttest siswa kemudian dilanjutkan dengan analisis gain yang dinormalisasi. Persamaan yang digunakan dalam menghitung N-gain menggunakan rumus sebagai berikut:

Kriteria klasifikasi indeks N-gain disajikan selangkapnya dalam Tabel3.8.

Tabel 3.7 Kategori Skor N-Gain yang Dinormalisasi

2. Keterlaksanaan Pendekatan Brain Based Learning

Lembar observasi disusun berdasarkan kegiatan-kegiatan pembelajaran yang menerapkan pendekatan brain based learning. Keterlaksanaan kegiatan pembelajaran dalam lembar observer ini disertai pilihan kategori “terlaksana“ dan “tidak terlaksana”. Untuk kategori “terlaksana” dilihat juga kategori kualitas keterlaksanaannya yang

Indeks N-Gain Kriteria

Tinggi

Sedang

Rendah


(31)

30

terdiri dari kategori KB (KurangBaik), B (Baik), dan BS (BaikSekali). Dalam menentukan keterlaksanaan pembelajaran yang memiliki kriteria KB (Kurang Baik) jika sedikit (±0%-30%) siswa yang merespon, keterlaksanaan dengan kriteria B (Baik) jika hanya sebagian (±30%-70%) siswa merespon, sementara untuk keterlaksanaan dengan kriteria BS (Baik Sekali) jika hamper semua (±70%-100%) siswa merespon. Data yang diperoleh dari hasil observasi digunakan sebagai data pendukung yang menggambarkan suasana pembelajaran fisika dengan menggunakan pendekatan Brain Based Learning. Data tersebut dianalisis dengan menghitung persentase keterlaksanaan ( ) yang menggunakan rumus sebagai berikut:

Tabel 3.8 Kriteria Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran K (Keterlaksanaan) % Kriteria

0 Tak satu kegiatan pun terlaksana 0<K<25 Sebagian kecil kegiatan terlaksana 25<K<50 Hampir setengah kegiatan terlaksana

50 Setengah kegiatan terlaksana

50<K<75 Sebagian besar kegiatan terlaksana 75<K<100 Hampir seluruh kegiatan terlaksana

100 Seluruh kegiatan terlaksana

3. Respon Skala Sikap

Analisis data dari skala sikap bertujuan untuk mengetahui respon siswa terhadap penerapan pembelajaran brain based learning. Skala sikap yang dibuat memuat pernyataan yang memiliki empat pilihan jawaban SS (Sangat setuju), S (Setuju), TS (Tidak setuju) dan STS (Sangat Tidak Setuju). Kemudian jawaban tersebut dinyatakan dalam persentase. Hasil persentase ini bisa mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran. Data yang diperoleh dari skala sikap diolah . . . (3.5)


(32)

31

dengan cara menghitung jumlah seluruh siswa yang memilih poin-poin yang tersedia, kemudian jumlah tersebut diubah kedalam bentuk persentase dengan cara sebagai berikut:

Keterangan:

R = Persentase responden yang menjawab

P = Jumlah responden yang memilih masing-masing poin-poin yang tersedia

F = Jumlahseluruhresponden

Tabel 3.9 Kriteria Persentase Respon Skala Sikap K (Keterlaksanaan) % Kriteria

0 Tak seorangpun

0<R<25 Sebagian kecil

25<R<50 Hampir setengahnya

50 Setengahnya

50<R<75 Sebagian besar

75<R<100 Hampir seluruhnya

100 Seluruhnya


(33)

Fatimah, Sayyidah. 2014

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN FISIKATERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PADA SISWA SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh pendekatan brain based learning dalam pembelajaran fisika terhadap peningkatkan keterampilan berpikir kritis diperoleh N-gain sebesar 0.42 dan menunjukan peningkatan pada kategori sedang. Ditinjau dari tiap sub indikatornya maka untuk sub indikator “Analisis argumen” sebesar 0.37, sub indikator “menanyakan dan menjawab klarifikasi pertanyaan yang menantang” sebesar 0.54, sub indikator “menilai kredibilitas sumber” sebesar 0.62, dan sub indikator “membuat keputusan dan mempertimbangkan hasilnya” sebesar 0.66. Masing-masing nilai tersebut menunjukan bahwa peningkatan yang diperoleh pada kategori sedang.

B. Saran

Dari keseluruhan kegiatan penelitian yang telah dilakukan, diajukan beberapa saran, diantaranya:

1. Bagi peneliti selanjutnya disarankan supaya saat pembelajaran dikelas tidak terlalu banyak menyita waktu ditahap “inisiasi dan akuisisi” dengan mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS), tapi memperbanyak tanya jawab secara langsung antara siswa dengan guru supaya mampu melatih keberanian siswa dan mampu melatih keterampilan berpikir kritis peserta didik lebih optimal lagi.

2. Disarankan setiap tahapan brain based learning dilakukan secara sempurna dan tidak diharuskan seluruh tahapan dilakukan dalam satu pertemuan jika siswa sulit untuk dikondisikan.


(34)

47

3. Untuk melatihkan keterampilan berpikir kritis memerlukan waktu yang lebih lama karena dalam melatihkan keterampilan berpikir kritis tidak dapat langsung diperoleh hanya dengan menghapalkan, tapi perlu dilatih agar terbiasa dalam menghadapi soal keterampilan berpikir kritis.


(1)

Tabel 3.6 Hasil Uji Coba Instrumen Tes Keterampilan Berpikir Kritis

2. IntrumenNon Tes a. Lembar Observasi

Lembar observasi ditujukan untuk mengetahui persentase keterlaksanaan pendekatan brain based learning sesuai dengan RPP yang telah disusun. Lembar observasi diisi oleh observer saat pelaksanaan pembelajaran berlangsung.

No. Soal

Daya Pembeda Taraf Kemudahan Reliabilitas Nilai Interpretasi Nilai Interpretasi Skor Interpretasi

1 0.4 cukup 0.56 Sedang

0.70 tinggi 2 0.8 Baik sekali 0.52 Sedang

3 0.8 Baik sekali 0.7 Mudah 4 0.67 baik 0.61 Sedang 5 0.93 Baik sekali 0.43 Sedang 6 0.533 baik 0.59 Sedang 7 0.87 Baik sekali 0.56 sedang 8 0.87 Baik sekali 0.59 sedang 9 0.8 Baik sekali 0.47 sedang 10 0.8 Baik sekali 0.68 sedang 11 0.8 Baik sekali 0.44 sedang 12 0.67 baik 0.64 sedang 13 0.33 cukup 0.49 sedang 14 0.53 baik 0.52 sedang 15 0.67 baik 0.51 sedang 16 0.67 baik 0.45 sedang 17 0.67 baik 0.61 sedang

18 0.4 cukup 0.72 mudah

19 0.4 cukup 0.773 mudah 20 0.47 baik 0.32 sedang


(2)

29

b. Skala Sikap

SkalaSikapdigunakanuntukmengumpulkaninformasitentangtangga pansiswaterhadappembelajaran yang terbagi kedalam duajenis pernyataan positif dan pernyataan negatif.Skalasikap yang dibuat menggunakan skala likert, yang terdiri dari empat pilihan jawaban yaitu: SS (Sangat setuju), S (Setuju), TS (Tidak setuju) dan STS (Sangat tidak setuju).

F. Teknik Pengolahan Data

1. Peningkatan keterampilan berpikir kritis

Peningkatan keterampilan berpikir kritis dilakukan berdasarkan peningkatan skor dari hasil pretest ke posttest siswa kemudian dilanjutkan dengan analisis gain yang dinormalisasi. Persamaan yang digunakan dalam menghitung N-gain menggunakan rumus sebagai berikut:

Kriteria klasifikasi indeks N-gain disajikan selangkapnya dalam Tabel3.8.

Tabel 3.7 Kategori Skor N-Gain yang Dinormalisasi

2. Keterlaksanaan Pendekatan Brain Based Learning

Lembar observasi disusun berdasarkan kegiatan-kegiatan pembelajaran yang menerapkan pendekatan brain based learning. Keterlaksanaan kegiatan pembelajaran dalam lembar observer ini disertai pilihan

kategori “terlaksana“ dan “tidak terlaksana”. Untuk kategori

“terlaksana” dilihat juga kategori kualitas keterlaksanaannya yang

Indeks N-Gain Kriteria

Tinggi

Sedang

Rendah


(3)

terdiri dari kategori KB (KurangBaik), B (Baik), dan BS (BaikSekali). Dalam menentukan keterlaksanaan pembelajaran yang memiliki kriteria KB (Kurang Baik) jika sedikit (±0%-30%) siswa yang merespon, keterlaksanaan dengan kriteria B (Baik) jika hanya sebagian (±30%-70%) siswa merespon, sementara untuk keterlaksanaan dengan kriteria BS (Baik Sekali) jika hamper semua (±70%-100%) siswa merespon. Data yang diperoleh dari hasil observasi digunakan sebagai data pendukung yang menggambarkan suasana pembelajaran fisika dengan menggunakan pendekatan Brain

Based Learning. Data tersebut dianalisis dengan menghitung

persentase keterlaksanaan ( ) yang menggunakan rumus sebagai berikut:

Tabel 3.8 Kriteria Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran

K (Keterlaksanaan) % Kriteria

0 Tak satu kegiatan pun terlaksana 0<K<25 Sebagian kecil kegiatan terlaksana 25<K<50 Hampir setengah kegiatan terlaksana

50 Setengah kegiatan terlaksana 50<K<75 Sebagian besar kegiatan terlaksana 75<K<100 Hampir seluruh kegiatan terlaksana

100 Seluruh kegiatan terlaksana

3. Respon Skala Sikap

Analisis data dari skala sikap bertujuan untuk mengetahui respon siswa terhadap penerapan pembelajaran brain based learning. Skala sikap yang dibuat memuat pernyataan yang memiliki empat pilihan jawaban SS (Sangat setuju), S (Setuju), TS (Tidak setuju) dan STS (Sangat Tidak Setuju). Kemudian jawaban tersebut dinyatakan dalam persentase. Hasil persentase ini bisa mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran. Data yang diperoleh dari skala sikap diolah . . . (3.5)


(4)

31

dengan cara menghitung jumlah seluruh siswa yang memilih poin-poin yang tersedia, kemudian jumlah tersebut diubah kedalam bentuk persentase dengan cara sebagai berikut:

Keterangan:

R = Persentase responden yang menjawab

P = Jumlah responden yang memilih masing-masing poin-poin yang tersedia

F = Jumlahseluruhresponden

Tabel 3.9 Kriteria Persentase Respon Skala Sikap

K (Keterlaksanaan) % Kriteria

0 Tak seorangpun

0<R<25 Sebagian kecil 25<R<50 Hampir setengahnya

50 Setengahnya

50<R<75 Sebagian besar 75<R<100 Hampir seluruhnya

100 Seluruhnya


(5)

Fatimah, Sayyidah. 2014

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN FISIKATERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PADA SISWA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh pendekatan brain based learning dalam pembelajaran fisika terhadap peningkatkan keterampilan berpikir kritis diperoleh N-gain sebesar 0.42 dan menunjukan peningkatan pada kategori sedang. Ditinjau dari tiap sub indikatornya maka untuk sub indikator “Analisis argumen” sebesar 0.37, sub indikator “menanyakan dan menjawab klarifikasi pertanyaan yang menantang” sebesar 0.54, sub indikator “menilai kredibilitas sumber” sebesar 0.62, dan sub indikator “membuat keputusan dan mempertimbangkan hasilnya” sebesar 0.66. Masing-masing nilai tersebut menunjukan bahwa peningkatan yang diperoleh pada kategori sedang.

B. Saran

Dari keseluruhan kegiatan penelitian yang telah dilakukan, diajukan beberapa saran, diantaranya:

1. Bagi peneliti selanjutnya disarankan supaya saat pembelajaran dikelas tidak terlalu banyak menyita waktu ditahap “inisiasi dan akuisisi” dengan mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS), tapi memperbanyak tanya jawab secara langsung antara siswa dengan guru supaya mampu melatih keberanian siswa dan mampu melatih keterampilan berpikir kritis peserta didik lebih optimal lagi.

2. Disarankan setiap tahapan brain based learning dilakukan secara sempurna dan tidak diharuskan seluruh tahapan dilakukan dalam satu pertemuan jika siswa sulit untuk dikondisikan.


(6)

47

3. Untuk melatihkan keterampilan berpikir kritis memerlukan waktu yang lebih lama karena dalam melatihkan keterampilan berpikir kritis tidak dapat langsung diperoleh hanya dengan menghapalkan, tapi perlu dilatih agar terbiasa dalam menghadapi soal keterampilan berpikir kritis.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Model Problem Based Learning Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas IV SDN I Sajira Pada Mata Pelajaran IPA Konsep Ekosistem,

0 7 171

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KEAKTIFAN SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Keaktifan Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Dalam Pembelajaran Matematika (PT

0 5 16

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KEAKTIFAN SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Keaktifan Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Dalam Pembelajaran Matematika (PT

0 3 14

PENGARUH PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA.

8 40 64

PENERAPAN PENDEKATAN METAKOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN FISIKA GUNA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP.

0 1 38

IMPLEMENTASI BRAIN-BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SMP.

1 12 56

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN FISIKATERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PADA SISWA SMP - repository UPI S FIS 0901980 Title

0 0 3

Pelatihan Keterampilan Berpikir Ilmiah p

0 0 1

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMP

1 1 10

PENGGUNAAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS ABSTRAK - PENGGUNAAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS - rep

0 0 22