PENERAPAN METODE LEARNING STARTS WITH A QUESTION DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT SISWA : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Tanjungsiang.

(1)

PEMBELAJARAN SEJARAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT SISWA (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPS

1 SMA Negeri 1 Tanjungsiang)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Sejarah

Oleh :

ANA SUPRIHATNA 0704375

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2013


(2)

PENERAPAN METODE LEARNING STARTS WITH A QUESTION DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT SISWA (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPS

1 SMA Negeri 1 Tanjungsiang)

Oleh Ana Suprihatna

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Ana Suprihatna 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Mei 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

ANA SUPRIHATNA 0704375

PENERAPAN METODE LEARNING STARTS WITH A QUESTION DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

MENGEMUKAKAN PENDAPAT SISWA (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Tanjungsiang)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :

Pembimbing I

Dra. Yani Kusmarni, M.Pd NIP. 19660113 199001 2 002

Pembimbing II

Drs. Tarunasena NIP.19680828 199802 1 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI

Prof. Dr. H. Dadang Supardan, M. Pd. NIP. 19570408 198403 1 033


(4)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Penerapan Metode Learning Starts with a Question dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Kemampuan Mengemukakan Pendapat Siswa (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Tanjungsiang)”. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa dengan layanan profesional guru dalam menangani proses belajar mengajar. Hal ini disebabkan keaktifan siswa selama proses pembelajaran sejarah rendah, dikarenakan pembelajaran sejarah kurang menarik, kurangnya kreatifitas guru dalam mengembangkan proses pembelajaran di kelas, guru jarang menggunakan metode pembelajaran yang dapat menarik minat belajar siswa, serta guru belum mengembangkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa dalam pembelajaran sejarah. Hal tersebut menyebabkan peneliti merasa perlu untuk memperbaiki kondisi pembelajaran di kelas XI IPS 1 melalui penerapan metode learning starts with a question dalam pembelajaran sejarah dalam upaya meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Melalui PTK masalah-masalah pendidikan dan pembelajaran dapat dikaji, ditingkatkan dan dituntaskan, sehingga diharapkan dapat menciptakan sebuah budaya belajar (learning culture) dikalangan guru-siswa di sekolah. Prosedur yang dilakukan pada penelitian ini mengacu pada model Kemmis dan Mc.Taggart, yang dimulai dengan perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Data penelitian diperoleh melalui observasi terbuka, wawancara, dokumentasi, laporan tanya jawab siswa, dan jurnal kesan siswa. Penelitian ini terdiri dari empat siklus dan empat tindakan. Hasil penelitian yang penulis peroleh menunjukan bahwa pembelajaran sejarah dengan menerapkan metode learning starts with a question, mampu meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa. Penerapan metode pembelajaran tersebut dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, dinamis, serta terarah, dengan melibatkan siswa secara aktif melalui kegiatan tanya jawab dalam menyelesaikan permasalahan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Tanjungsiang dapat disimpulkan bahwa penerapan metode learning starts with a question dalam pembelajaran sejarah untuk meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa menunjukan tingkat keberhasilan. Perubahan setelah diterapkannya metode tersebut dalam pembelajaran sejarah, mengalami peningkatan terkait dengan meningkatnya kemampuan mengemukakan pendapat siswa dari tiap siklusnya. Hal ini terbukti dari hasil penelitian yang diperoleh, menunjukan peningkatan yang signifikan pada tiap siklusnya, baik dari hasil lembar observasi pada saat proses pembelajaran, keaktifan siswa yang diindikasikan telah memiliki kemampuan mengemukakan pendapat yang baik serta respon siswa yang pada umumnya menunjukan ketertarikan dan menyenangi pembelajaran sejarah melalui penggunaan metode tersebut. Hasil dari penelitian ini bukanlah merupakan hasil penelitian yang sempurna, sehingga perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai penerapan metode learning starts with a question dalam pembelajaran sejarah pada kelas yang berbeda agar memperoleh hasil penelitian yang lebih sempurna.


(5)

ABSTRACT

The background of this research is the low of expression ability of students in teaching history in class XI IPS 1 SMA Negeri 1 Tanjungsiang. This is due to the activity of students during the learning process historical low, due to the lack of interesting history lesson, teachers lack of creativity in developing the learning process in the classroom, teachers rarely use teaching methods that can attract students learning, and teachers have not developed the ability to express opinions of students in the teaching of history. This led the researchers felt the need to improve conditions for learning in class XI IPS 1 through the application of learning methods starts with a question of teaching history in an effort to improve students' ability to express opinions. The method used in this study is the method of Classroom Action Research (CAR). CAR through issues of education and learning can be assessed, improved and completed. The procedures performed in this study refers to the model of Kemmis and Mc.Taggart, which started with planning, action, observation, and reflection. Data were obtained through an open observation, interviews, documentation, reports questioning students, and student journals impression. The study consisted of four cycles and four acts. Problem formulation used in this study is how history teachers plan learning development method starts with a question in the teaching of history in class XI IPS 1 to enhance the students ability to express an opinion?; how are teachers of history to implement learning method starts with a question of teaching history in the class XI IPS 1 to enhance the students ability to express opinions; what constraints faced by teachers of history in developing learning method starts with a question in class XI IPS 1 to enhance the students ability to express their opinions, and how do teachers and students towards learning method starts with a question in the teaching of history in class XI IPS 1 to enhance students ability to express an opinion?. The results obtained indicate that the authors of learning history by applying the learning method starts with a question, can improve students ability to express opinions. The application of learning methods can create fun learning, dynamic, and focused, with students actively involved through questions and answers in solving the problems. This is evident from the research results obtained, showed a significant increase in each cycle, whether of the observation sheets during the learning process, active students who indicated to have had a good ability to express opinions and responses of students who show interest in general and enjoys teaching history through the use of such methods. Results from this study is not a perfect study, so the need for further research on the application of learning methods starts with a question of teaching history in a different class in order to get a more perfect results.


(6)

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Metode Learning Starts with a Question dalam Pembelajaran Sejarah .. 8

1. Metode Pembelajaran ... 8

2. Metode Learning Starts with a Question ... 9

a. Pengertian Metode Learning Starts with a Question ... 9

b. Karakteristik Metode Learning Starts with a Question ... 10

c. Kelebihan dan kelemahan Metode Learning Starts with a Question ... 11

d. Tahapan-tahapan Pelaksanaan Metode Learning Starts with a Question ... 12

B. Kemampuan Mengemukakan Pendapat ... 14

1. Pengertian Kemampuan Mengemukakan Pendapat ... 14

2. Kemampuan Mengemukakan Pendapat dalam Pembelajaran Sejarah ... 15

C. Penerapan Metode Learning Starts with a Question dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Kemampuan Mengemukakan Pendapat Siswa ... 17

BAB III METODE PENELITIAN ... 20

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 20

B. Metode Penelitian... 25

C. Desain Penelitian ... 26

D. Definisi Operasional... 34

E. Instrumen Penelitian... 37

F. Teknik Pengumpulan Data ... 38

G. Analisis Data ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43

A. Deskripsi Hasil Temuan Pra tindakan ... 43

B. Deskripsi Tindakan Pembelajaran Siklus I ... 45

1. Perencanaan Tindakan Pembelajaran Siklus I ... 45

2. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus I ... 45

3. Observasi Tindakan Pembelajaran Siklus I... 51


(7)

1. Perencanaan Tindakan Pembelajaran Siklus II ... 56

2. Deskripsi PelaksanaanTindakan Siklus II ... 57

3. Observasi Tindakan Pembelajaran Siklus II ... 64

4. Refleksi dan Revisi Tindakan Pembelajaran Sikus II ... 68

D. Deskripsi Tindakan Pembelajaran Siklus III ... 70

1. Perencanaan Tindakan Pembelajaran Siklus III ... 70

2. Deskripsi PelaksanaanTindakan Siklus III... 70

3. Observasi Tindakan Pembelajaran Siklus III ... 78

4. Refleksi dan Revisi Tindakan Pembelajaran Sikus III ... 82

E. Deskripsi Tindakan Pembelajaran Siklus IV ... 83

1. Perencanaan Tindakan Pembelajaran Siklus IV ... 83

2. Deskripsi PelaksanaanTindakan Siklus IV ... 84

3. Observasi Tindakan Pembelajaran Siklus IV ... 93

4. Refleksi Tindakan Pembelajaran Sikus IV ... 96

F. Deskripsi Hasil Pengolahan Data Penelitian ... 97

1. Data Hasil Wawancara ... . 97

2. Data Hasil Pengolahan Laporan Tanya Jawab Siswa ... 101

3. Data Hasil Pengolahan Jurnal Kesan Siswa ... 103

G. Analisis Hasil Penelitian ... 112

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 122

A. Kesimpulan ... 122

B. Saran ... 124

DAFTAR PUSTAKA ... 126


(8)

Tabel 3.1. Data Sarana dan Prasarana SMA Negeri 1 Tanjungsiang... 22

Tabel 4.1. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Terhadap Kegiatan Metode Learning Starts with a Question ... 51

Tabel 4.2. Hasil Pengamatan Terhadap Kemampuan Mengemukakan Pendapat Siswa ... 53

Tabel 4.3. Hasil Pengamatan Terhadap Penilaian Laporan Tanya Jawab Siswa ... 54

Tabel 4.4. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Terhadap Kegiatan Metode Learning Starts with a Question ... 64

Tabel 4.5. Hasil Pengamatan Terhadap Kemampuan Mengemukakan Pendapat Siswa ... 66

Tabel 4.6. Hasil Pengamatan Terhadap Penilaian terhadap Laporan Tanya Jawab Siswa ... 67

Tabel 4.7. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Terhadap Kegiatan Metode Learning Starts with a Question ... 79

Tabel 4.8. Hasil Pengamatan Terhadap Kemampuan Mengemukakan Pendapat Siswa ... 80

Tabel 4.9. Hasil Pengamatan Terhadap Penilaian Laporan Tanya Jawab Siswa ... 81

Tabel 4.10. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Terhadap Kegiatan Metode Learning Starts with a Question ... 93

Tabel 4.11. Hasil Pengamatan Terhadap Kemampuan Mengemukakan Pendapat Siswa ... 94

Tabel 4.12. Hasil Pengamatan Terhadap Penilaian terhadap Laporan Tanya Jawab Siswa ... 95

Tabel 4.13. Skor Laporan Tanya Jawab Siswa ... 101

Tabel 4.14. Persentase Laporan Tanya Jawab Siswa ... 103

Tabel 4.15. Komentar Siswa pada Jurnal Kesan Siswa ... 104


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Denah SMA Negeri 1 Tanjungsiang ... 21

Gambar 3.2. Denah Kelas XI IPS 1 ... 38

Gambar 3.3. Adopsi Desain PTK Model Kemis dan Mc Taggart ... 27

Gambar 4.1. Siswa melakukan tahap pencarian dan perumusan pendapat ... 48

Gambar 4.2. Siswa melakukan tahap pencarian dan perumusan pendapat ... 60

Gambar 4.3. Siswa melakukan tahap mengamati video berjudul “Propaganda Jepang tahun 1942” ... 71

Gambar 4.4. Siswa melakukan tahap pencarian dan perumusan pendapat ... 87

Gambar 4.5. Diagram Persentase Laporan Tanya Jawab Siswa ... 103


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan peneliti di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Tanjungsiang ini memfokuskan kajian pada upaya guru untuk meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa dalam mata pelajaran sejarah. Fokus kajian ini diambil berdasarkan data hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti selama pra penelitian terhadap siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Tanjungsiang dalam proses pembelajaran di kelas. Dari hasil pengamatan di kelas, peneliti menemukan beberapa permasalahan yang berkaitan dengan aktivitas belajar di kelas, yaitu sebagai berikut: pertama, pada saat siswa diberikan kesempatan untuk bertanya, memberikan pernyataan dan tanggapannya terhadap suatu peristiwa hanya ada satu siswa saja yang mengajukan pertanyaan, sedangkan siswa lainnya hanya diam dan memperhatikan saja. Padahal bertanya merupakan salah satu cara untuk mendapatkan suatu informasi, bahkan menurut Hasyimi (2001: 247) menyatakan bahwa “bertanya adalah kunci ilmu pengetahuan karena bertanya merupakan bentuk dari usaha menjawab pertanyaan yang diajukan oleh dirinya sendiri”. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru dan siswa, sulitnya siswa mengajukan pertanyaan, memberikan pernyataan dan tanggapannya dikarenakan siswa merasa malu dan canggung. Selain itu siswa juga kurang dilatih untuk bertanya, memberikan pernyataan ataupun memberikan tanggapannya, sehingga keterampilan siswa dalam bertanya, memberikan pernyataan ataupun tanggapannya sangat kurang.

Kedua, pada saat siswa diminta untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru, sebagian besar siswa hanya diam saja dan sebagian lagi membuka buku namun tidak ada yang memberikan jawaban sehingga guru harus menjawab pertanyaannya sendiri. Padahal siswa telah memiliki buku sumber yaitu buku paket yang dipinjam dari perpustakaan dan buku pegangan siswa, namun buku sumber tersebut tidak dimanfaatkan secara maksimal oleh siswa. Hal tersebut terbukti dengan tidak adanya siswa yang menjawab pertanyaan. Padahal


(11)

dengan memanfaatkan buku sumber dengan baik, siswa akan dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru dan siswa, alasan siswa enggan untuk menjawab pertanyaan karena tiga faktor. Pertama, siswa malu pada teman dan guru apabila jawaban yang diberikan salah. Kedua, siswa takut dimarahi oleh guru jika jawaban yang diberikan salah. Alasan yang ketiga adalah siswa kurang memanfaatkan buku sumber yang tersedia.

Permasalahan-permasalahan pembelajaran tersebut lebih mengarah pada rendahnya kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat yang ditunjukkan dengan rendahnya kemampuan bertanya, menjawab, memberikan pernyataan dan tangapan. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, diperlukan suatu pemecahan yang dapat meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa. Kemampuan ini merupakan suatu keterampilan yang perlu dikembangkan dalam diri siswa agar bermanfaat untuk dirinya di masa yang akan datang. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Hasan (1999):

Tujuan pendidikan sejarah di masa mendatang hendaklah berkenaan dengan: Keterampilan sejarah yang dapat digunakan siswa dalam mengkaji berbagai informasi yang sampai kepadanya untuk menentukan kesahihan informasi, memahami dan mengkaji setiap perubahan yang terjadi dalam masyarakat di sekitarnya, dan digunakan dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan analitis.

Kemampuan mengemukakan pendapat merupakan suatu keterampilan yang perlu dimiliki oleh siswa, karena kemampuan ini merupakan salah satu aspek dari keterampilan berpikir. Siswa perlu dilatih agar dapat mengemukakan pendapat supaya bisa memunculkan daya kritis dan memberikan pemahaman mengenai informasi yang didapatnya. Siswa juga perlu dilatih untuk menggunakan kata-kata yang tepat dan menyusunnya menjadi kalimat yang jelas agar pendapatnya tersebut dapat dimengerti oleh orang lain. Hal tersebut senada dengan pendapat yang disampaikan Parera (1984: 156) yaitu:

Untuk dapat mengutarakan pendapat dengan jelas sehingga mudah dimengerti itu, orang perlu belajar dan melatih diri menggunakan kata-kata yang tepat dan menyusunnya menjadi kalimat yang baik di samping ia harus dapat pula mengutarakan gagasan itu dalam urutan yang logis.


(12)

Pemaparan di atas menegaskan bahwa kemampuan mengemukakan pendapat sangat penting diterapkan dalam proses belajar mengajar khususnya dalam pembelajaran sejarah, karena pembelajaran sejarah kaya akan informasi mengenai peristiwa-peristiwa penting dan fakta-fakta masa lalu yang dapat melatih daya kritis siswa sehingga dengan banyaknya informasi dan fakta-fakta tersebut, kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat akan dapat dilatih. Salah satu tujuan pendidikan sejarah yang dikemukakan oleh Hasan (1999: 9) juga menjelaskan pentingnya suatu keterampilan yang dapat digunakan siswa dalam menentukan kesahihan informasi, mengkaji dan memahami perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Keterampilan tersebut peneliti kaitkan dengan kemampuan mengemukakan pendapat dalam pembelajaran sejarah, namun pada kenyataannya siswa sulit untuk mengemukakan pendapatnya padahal melalui kemampuan ini, siswa akan dapat mengkaji berbagai informasi yang sampai kepadanya.

Berdasarkan penjelasan di atas, kemampuan mengemukakan pendapat merupakan keterampilan yang dapat digunakan dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan analitis karena berkaitan dengan cara berpikir yang dilakukan oleh siswa dalam mengkaji informasi yang diperolehnya. Keterampilan mengemukakan pendapat inilah yang harus dikembangkan untuk memperbaiki permasalahan di kelas XI IPS 1. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat pada siswa tersebut adalah menerapkan metode learning starts with a question. Metode ini merupakan metode pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat pertanyaan berdasarkan hal-hal yang tidak dipahami oleh siswa atau suatu informasi yang ingin diketahui oleh siswa. Hal tersebut diperjelas oleh Zaini (2008: 44) yang menyebutkan bahwa learning starts with a question merupakan salah satu cara untuk membuat peserta didik belajar secara aktif yaitu dengan membuat mereka bertanya tentang materi pelajaran sebelum adanya penjelasan dari pengajar. Selain itu, dalam metode learning starts with a question, siswa juga diharapkan dapat menjawab pertanyaan mereka sendiri (Silberman, 2009: 146). Metode pembelajaran tersebut nampaknya merupakan salah-satu metode


(13)

pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa untuk berperan aktif dan meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa dalam proses belajar mengajar. Metode learning starts with a question merupakan suatu metode pembelajaran yang merupakan bagian dari Active Learning yang dikembangkan oleh Melvin L. Silberman (2009). Active Learning merupakan suatu strategi belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental, intelektual, dan emosional, sehingga keterampilan yang dibentuk tersebut diharapkan dapat menciptakan suatu kondisi yang kondusif untuk meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa kelas XI IPS 1.

Peneliti juga melihat hasil dari penelitian yang dilakukan Samsiah (2010) bahwa penggunaan metode learning starts with a question dapat meningkatkan kemampuan dan aktivitas siswa. Hal inilah yang menjadi landasan berpikir peneliti untuk mencoba menerapkan metode learning starts with a question dalam pembelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Tanjungsiang dengan harapan dapat memperbaiki permasalahan yang terjadi di kelas XI IPS 1.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka peneliti tertarik untuk lebih memperdalam kajian mengenai “Penerapan Metode Learning Starts with a Question dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Kemampuan Mengemukakan Pendapat Siswa (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Tanjungsiang)“.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penelitian dilakukan dengan perumusan masalah yaitu “Bagaimana menerapkan metode learning Starts with a question dalam pembelajaran sejarah untuk meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa di kelas XI IPS 1?”. Masalah pokok penelitian ini dirumuskan dengan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimana guru sejarah merencanakan pengembangan metode learning starts with a question dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 1 untuk meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa?


(14)

2. Bagaimana guru sejarah menerapkan metode learning starts with a question dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 1 untuk meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa?

3. Apa kendala-kendala yang dihadapi oleh guru sejarah dalam mengembangkan metode learning starts with a question di kelas XI IPS 1 untuk meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa?

4. Bagaimana pendapat guru dan siswa terhadap metode learning starts with a question dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 1 untuk meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa?

C. Tujuan Penelitian

Secara garis besar yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji usaha yang dilakukan dalam meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa pada mata pelajaran sejarah. Adapun yang menjadi tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Mengkaji dan mendeskripsikan desain perencanaan metode learning starts with a question dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 1 untuk meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa.

2. Mendeskripsikan penerapkan metode learning starts with a Question dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS untuk meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa.

3. Menganalisis kendala-kendala yang dihadapi oleh guru sejarah dalam mengembangkan metode learning starts with a question di kelas XI IPS 1 untuk meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa.

4. Mengkaji dan mendeskripsikan pendapat guru dan siswa terhadap metode learning starts with a question dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 1 untuk meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berhubungan secara langsung ataupun tidak langsung dalam bidang


(15)

pendidikan, khususnya pada pendidikan SMA dalam mata pelajaran sejarah. Adapun beberapa manfaat yang akan didapatkan dari penerapan metode learning starts with a question adalah sebagai berikut:

1. Bagi Guru Sejarah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam mengembangkan proses kegiatan belajar mengajar di kelas. Metode learning starts with a question ini dapat dijadikan salah satu alternatif yang dimaksud. Selain itu metode ini diharapkan dapat membantu meningkatkan kualitas guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas, sehingga dapat pula meningkatkan mutu pendidikan terutama untuk mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Tanjungsiang.

2. Bagi Siswa

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan siswa dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam berpikir, terutama meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa.

3. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan bagi penulis sebagai calon pendidik dalam meningkatkan peranan siswa di dalam kelas serta dapat memantapkan usaha diri peneliti sebagai calon guru sejarah. selain itu, hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan dalam mengembangkan Metode Learning Starts with a Question pada pembelajaran sejarah.

4. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah. Selain itu, hasil penelitian ini dapat pula digunakan sebagai alternatif dalam mengembangkan pembelajaran sejarah.


(16)

E.Struktur Organisasi Skripsi

Struktur organisasi skripsi yang digunakan penulis adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN

Bab pertama merupakan pendahuluan sebagai pengantar untuk menuju bab-bab selanjutnya. Dalam bab ini dibicarakan tentang latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bab dua berisi konsep-konsep utama dan turunan yang berkaitan dengan judul skripsi tentang Penerapan Metode Learning Starts with a Question pada Mata Pelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Kemampuan Mengemukakan Pendapat Siswa yang diambil dari berbagai literatur. Selain itu juga berisi sedikit gambaran mengenai penelitian terdahulu yang relevan dengan judul skripsi. BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini terbagi dalam beberapa sub bab, yaitu: metode penelitian, desain penelitian, lokasi penelitian, subyek penelitian, definisi operasional, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian dan analisis data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini membahas hasil-hasil penelitian dan pembahasannya yang didasarkan atas data yang diperoleh selama penelitian dilakukan. Pada bab empat ini terbagi ke dalam sub-sub bab sebagai berikut : deskripsi sekolah, deskripsi kelas/tempat dilaksanakan tindakan, deskripsi perencanaan penelitian, pengembangan program tindakan, evaluasi, kendala-kendala pada pelaksanaan penelitian, hasil Penelitian, Analisis pembelajaran sejarah dengan metode learning starts with a question.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan pembahasan kesimpulan yang terbagi-bagi ke dalam sub-sub bab yaitu: Kesimpulan dan saran.


(17)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini peneliti akan memaparkan tentang metode penelitian yang digunakan untuk mengaplikasikan penerapan metode learning starts with a question pada mata pelajaran sejarah. Adapun sub-sub yang akan dijabarkan dalam bab ini, yaitu: A. Lokasi dan subjek penelitian; B. Metode penelitian; C. Desain penelitian; D. Definisi operasional; E. Instrumen penelitian; F. Teknik pengumpulan data; dan G. Analisis data.

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Tanjungsiang yang beralamat di Jl Sindanglaya, kec Tanjungsiang, kab Subang. Subjek yang dijadikan kelas penelitian adalah kelas XI IPS 1 yang memiliki jumlah siswa 35 orang terdiri dari 19 orang siswa laki-laki dan 16 orang siswa perempuan. Pemilihan subjek tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran sejarah dan berdasarkan pengamatan terhadap kelas tersebut. Alasan dipilihnya kelas ini sebagai subjek penelitian adalah karena kurangnya kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapatnya.

1. Sejarah Berdirinya SMA Negeri 1 Tanjungsiang

SMA Negeri 1 Tanjungsiang didirikan pada tahun 2001 yang pada saat itu merupakan bagian dari SMA Negeri 1 Jalan Cagak. Kemudian tahun 2002 SMA Negeri 1 Tanjungsiang berdiri sendiri dan terpisah dari SMA Negeri 1 Jalan Cagak dengan kepala sekolah pertama yaitu Drs. Anton Imam M.As. Selama kurun waktu yang masih baru tersebut, terdapat beberapa nama Kepala Sekolah yang memimpin SMA Negeri 1 Tanjungsiang yakni sebagai berikut :

a. Drs. Anton Imam, M.As (Februari 2002 – Desember 2005) b. Drs. H. EHJ. Marbun (Desember 2005 – Juni 2007)

c. Drs. Sis Djalaludin (Juni 2007 – Agustus 2008) d. Drs. Sugiyanto, M.M (Agustus 2008 – Sekarang)


(18)

A

A A A

N N

A A A

A

O

A

H H

J

P

I

B

C D E

F G

A A

M

L

K K

N N

A

B

SMA Negeri 1 Tanjungsiang berlokasi di Jl. Sindanglaya-Tanjungsiang, Desa Sindanglaya, Kecamatan Tanjungsiang, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat.

2. Sarana dan Prasarana di SMA Negeri 1 Tanjungsiang

Sebagai upaya peningkatan kualitas pendidikan di SMA Negeri 1 Tanjungsiang, upaya pengembangan prasarana dan sarana terus ditingkatkan sebagai pendukung proses belajar dan mengajar. Secara umum sarana dan prasarana di SMA Negeri 1 Tanjungsiang sudah lengkap yang ditunjukkan dengan adanya ruangan-ruangan kelas yang cukup memadai untuk proses belajar mengajar. Selain itu juga terdapat lapangan upacara yang cukup luas, yang dapat menampung seluruh siswa dari kelas X sampai kelas XII.


(19)

Gambar 3.1. Denah SMA Negeri 1 Tanjungsiang

Pada saat ini sarana dan prasarana yang dimiliki SMA Negeri 1 Tanjungsiang dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.1. Data Sarana dan Prasarana SMA Negeri 1 Tanjungsiang Tahun Pelajaran 2012/2013

a.Jenis sarana yang dimiliki sekolah

Ruang Jumlah

Keadaan Ruangan

Baik Rusak

Ringan Sedang Berat

Ruang Belajar 11  - - -

Lab. IPA 1  - - -

Lab. Bahasa 1  - - -

Lab. Komputer 1  - - -

R. Guru 1  - - -

R. Perpustakaan 1  - - -

Ruang BP / BK 1  - - -

RuangTata Usaha 1  - - -

R.Kepala Sekolah 1  - - -

Mushola 1  - - -

Keterangan :

A. Ruang Kelas I. Ruang OSIS

B. Laboratorium Komputer J. Laboratorium IPA

C. Ruang Tamu K. Kantin

D. Ruang Kepala Sekolah L. Perpustakaan

E. Ruang TU M. Mushola

F. Ruang Koperasi Sekolah N. WC

G. Ruang Guru O. Lapangan Basket


(20)

Gudang 1  - - -

Ruang WC 16  - - -

b. Sarana dan Prasarana

Ruang Jumlah Luas (M2) Buku Jumlah

Teori/Kelas 11 870 Judul Buku 550

Laboratorim 3 Jmlh Buku 9.200

Perpustakaan 1 - - -

Keterampilan Belum - - -

3. Kondisi Guru dan Siswa di SMA Negeri 1 Tanjungsiang

Guru-guru yang ada di sekolah SMA Negeri 1 Tanjungsiang sebagian besar strata I (S-I) dan ada beberapa orang guru yang jenjang pendidikannya sudah Strata II (S-II). SMA Negeri 1 Tanjungsiang pada Tahun Pelajaran 2010/2011 dapat menampung peserta didik sebanyak 484 orang, dengan jumlah rombongan belajar sebanyak 12 kelas. Sebagian besar siswa-siswi SMA Negeri 1 Tanjungsiang berasal dari daerah-daerah yang berada di sekitar kampus SMA Negeri 1 Tanjungsiang.

a. Kondisi Kelas Penelitian

Kondisi ruang belajar di kelas XII IPS 1 cukup baik dan memadai untuk dapat berlangsungnya proses belajar mengajar yang baik. Hal ini dapat dilihat dari ruang kelas yang cukup bersih dan luas. Ventilasi udara dan pencahayaan cukup, letak jendela yang berada 1,5 meter di atas lantai, sehingga kegiatan belajar mengajar tidak terganggu oleh aktivitas di luar ruangan. Jumlah meja belajar siswa lebih banyak dari jumlah siswa, sehingga beberapa siswa cenderung berpindah-pindah meja. Terdapat meja guru yang terletak di pojok depan kelas. Selain itu di bagian depan kelas tersebut juga dilengkapi dengan papan tulis, white board, foto presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wapres Budiono, gambar pancasila, papan absensi, papan tata tertib, struktur organigram, jadwal piket siswa, dan jadwal pelajaran. Sebelah utara dan selatan kelas tersebut terdapat jendela yang ditutup dengan gorden.


(21)

A B C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C

D D

D D

D D

D D

D D

D D

D D

D D

D D

D D

D D

D D

D D

D D

D D

D D

D D

D D

D D

D D

E

Sebelah timur terdapat pintu tertutup yang menghubungkan dengan kelas XI IPS 2. Adapun denah kelas penelitian sebagai berikut:

Gambar 3.2. Denah Kelas XI IPS 1

Keterangan:

A. Papan Tulis (Black Board) B. Meja Guru

C. Meja Siswa D. Kursi Siswa


(22)

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan oleh peneliti adalah Classroom Action Research atau yang lebih dikenal dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan pemahaman terhadap tindakan yang dilakukan serta memperbaiki kondisi dimana praktek-praktek pembelajaran tersebut dilakukan. Hal tersebut senada dengan pengertian PTK yang dijabarkan Hopkins dalam Wiriaatmadja (2009:11) yaitu penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan. Wiriaatmadja (2009:124) sendiri menjabarkan PTK sebagai kegiatan yang dilakukan oleh guru atau pendidik dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas mengajarnya atau mengajar sejawatnya, atau untuk menguji asumsi-asumsi dalam teori-teori pendidikan dalam praktek atau kenyataannya di kelas atau juga untuk mengimplementasikan atau mengevaluasi kebijakan-kebijakan sekolah.

Ada juga beberapa pendapat dari para ahli yang turut melengkapi pendapat di atas, seperti pendapat Sugiyono (2007) menyatakan bahwa PTK adalah penelitian tindakan bidang pendidikan yang dilaksanakan dalam kawasan sebuah kelas tempat guru melaksanakan tugasnya, yang bertujuan memperbaiki pembelajaran di kelas. Kemudian Arikunto (2002) menjelaskan PTK melalui paparan gabungan definisi dari tiga kata yaitu: penelitian, tindakan dan kelas yang dijelaskan sebagai berikut :

1. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

2. Tindakan adalah sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan.

3. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.


(23)

Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa PTK merupakan studi sistematis terhadap praktek pembelajaran di kelas untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas praktek pembelajaran secara berkesinambungan dengan melakukan tindakan tertentu.

Tujuan utama PTK adalah untuk memperbaiki berbagai persoalan dalam peningkatan mutu pembelajaran di kelas yang di alami langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa. Secara lebih rinci, tujuan PTK antara lain : (Permatasari, 2009:51)

1. Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, serta hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah.

2. Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan luar kelas.

3. Meningkatkan sikap professional pendidik dan tenaga kependidikan.

4. Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah sehingga tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan.

PTK yang akan peneliti lakukan bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran sejarah secara berkesinambungan dan diharapkan dapat memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada dalam proses pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 1. Berdasarkan tujuan tersebut maka peneliti melakukan berbagai tindakan alternatif dalam memecahkan persoalan pembelajaran di kelas. Tindakan-tindakan alternatif tersebut telah dirancang sebelumnya oleh peneliti dan mitra dengan mengacu kepada upaya pemecahan masalah yang dihadapi oleh guru.

C. Desain Penelitian

Desain atau model penelitian yang akan penulis gunakan dalam PTK ini yaitu model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart dalam suatu sistem spiral atau dalam bentuk pengkajian berdaur siklus. Model ini penulis pilih karena dianggap sebagai model yang paling sederhana dan paling cocok digunakan dalam melakukan penelitian tindakan tersebut karena terdiri dari empat tahap


(24)

yaitu: Perencanaan (Planning), Tindakan (Action), Pengamatan (Observation), Refleksi (Reflection). Secara rinci tahapan-tahapan yang terdapat dalam penelitian tindakan kelas dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.3. Adopsi Desain PTK Model Kemis dan Mc Taggart (Wiriaatmadja, 2009)

Dari gambar 3.3 tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Perencanaan (Planning)

Perencanaan penelitian yaitu melakukan identifikasi masalah kemudian membuat rencana suatu kegiatan pembelajaran berdasarkan analisa masalah yang didapatkan. Perencanaan dalam penelitian ini adalah melakukan identifikasi masalah, kemudian membuat rencana suatu kegiatan pembelajaran berdasarkan analisis masalah yang didapatkan, mulai dari penetapan waktu, materi, metode, penyampaian materi. Rencana tindakan disusun secara reflektif, partisipatif dan kolaboratif antara peneliti dan kolaborator dengan cara melakukan kesepakatan bersama mengenai fokus observasi meliputi alat pengumpul data berupa lembar observasi, metode observasi, sampai pada alternatif tindakan dan analisis data.


(25)

Pada tahap ini, perencanaan yang dilakukan meliputi kegiatan berikut: a. Menentukan kelas penelitian dan melakukan pengamatan ke kelas yang

akan digunakan sebagai subjek penelitian dalam penerapan metode learning starts with a question untuk meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa.

b. Menyusun kesepakatan dengan kolaborator untuk menentukan kapan penelitian akan dimulai dan meminta kesediaan kolaborator untuk mengamati proses belajar mengajar.

c. Menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang akan dilaksanakan pada saat penelitian.

d. Mempersiapkan media pembelajaran yang akan digunakan sebagai stimulus dalam penerapan metode learning starts with a question untuk meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa tersebut. e. Mempersiapkan hal-hal yang mendukung pelaksanaan metode learning

starts with a question.

f. Menyusun alat ukur yang dapat melihat tingkat keberhasilan belajar siswa dalam hal meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa dalam kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode learning starts with a question.

g. Menyusun alat observasi yang akan digunakan dalam penelitian untuk melihat aktivitas siswa dalam penerapan metode learning starts with a question yang digunakan dalam penelitian.

h. Menyusun jurnal kesan siswa yang akan disebarkan kepada siswa.

i. Merencanakan untuk melakukan diskusi dengan kolaborator berdasarkan hasil pengamatannya berkaitan dengan penerapan metode learning starts with a question untuk meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa dalam kegiatan belajar mengajar.

j. Membuat rencana untuk melakukan perbaikan-perbaikan terhadap kekurangan yang ditemukan setelah melakukan dialog dengan kolaborator. k. Merencanakan untuk mengolah data yang diperoleh setelah penelitian


(26)

Perencanaan yang akan digunakan dalam penelitian ini untuk dua pertemuan. Adapun rincian perencanaan untuk kedua pertemuan tersebut meliputi:

a. Alokasi waktu yang akan digunakan untuk pertemuan pertama yaitu satu jam pelajaran. Sedangkan untuk pertemuan kedua yaitu dua jam pelajaran. b. Kegiatan atau aktivitas yang dilakukan pada pertemuan pertama yaitu

menampilkan media pembelajaran yang akan digunakan sebagai stimulus dalam penerapan metode learning starts with a question dan meminta siswa untuk mengajukan pertanyaan. Sedangkan pada pertemuan kedua yaitu siswa mencari informasi dari berbagai sumber dalam upaya menjawab pertanyaan, siswa menjawab pertanyaan dan mengengemukakan pendapatnya, kemudian siswa mengisi jurnal kesan siswa.

c. Alat ukur yang digunakan pada pertemuan pertama yaitu penilaian terhadap kegiatan metode learning starts with a question yang berfokus pada aktivitas siswa dalam mengajukan pertanyaan. Sedangkan pada pertemuan kedua yaitu penilaian terhadap kegiatan metode learning starts with a question yang berfokus pada aktivitas mengemukakan pendapat, penilaian terhadap kemampuan mengemukakan pendapat siswa dan penilaian terhadap laporan tanya jawab siswa.

2. Tindakan (Action)

Tindakan merupakan tahap pelaksanaan dari berbagai rencana yang telah dirancang pada tahap sebelumnya. Pelaksanaan tindakan harus sesuai dengan perencanaan yang telah disepakati dan dilakukan oleh peneliti dan kolaborator. Pelaksanaan tindakan ditentukan di SMA Negeri 1 Tanjungsiang yang dilakukan di kelas yang telah ditentukan yaitu kelas XI IPS 1. Pelaksanaan tindakan yang akan dilaksanakan yaitu penerapan metode learning starts with a question dalam meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa.


(27)

Tindakan yang akan digunakan dalam penelitian ini untuk dua pertemuan, artinya dalam satu tindakan terdiri dari dua pertemuan. Adapun rincian tindakan untuk kedua pertemuan tersebut yaitu:

a. Pertemuan pertama meliputi:

1) Melaksanakan tindakan dalam pembelajaran sejarah sesuai dengan materi, silabus, rencana pembelajaran, serta metode dan langkah-langkah yang telah direncanakan.

2) Mengoptimalkan penggunaan metode learning starts with a question dalam kegiatan belajar mengajar yang memfokuskan pada aktivitas siswa dalam mengajukan pertanyaan.

3) Menggunakan alat observasi yang telah dibuat untuk melihat aktivitas siswa dalam penerapan metode learning starts with a question yaitu penilaian terhadap kegiatan metode learning starts with a question yang berfokus pada aktivitas siswa dalam mengajukan pertanyaan. b. Pertemuan kedua meliputi:

1) Melaksanakan tindakan dalam pembelajaran sejarah sesuai dengan materi, silabus, rencana pembelajaran, serta metode dan langkah-langkah yang telah direncanakan.

2) Mengoptimalkan penggunaan metode learning starts with a question dalam kegiatan belajar mengajar yang memfokuskan pada aktivitas siswa dalam mengemukakan pendapat.

3) Menggunakan alat observasi yang telah dibuat untuk melihat aktivitas siswa dalam penerapan metode learning starts with a question yaitu penilaian terhadap kegiatan metode learning starts with a question yang berfokus pada aktivitas siswa dalam mengemukakan pendapat, penilaian terhadap kemampuan mengemukakan pendapat siswa dan penilaian terhadap laporan tanya jawab siswa.

4) Melaksanakan evaluasi hasil belajar untuk melihat peningkatan kemampuan mengemukakan pendapat siswa setelah kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode learning starts with a question.


(28)

5) Menyebarkan jurnal kesan siswa kepada siswa.

6) Melakukan diskusi dengan kolaborator berdasarkan hasil pengamatannya berkaitan dengan penerapan metode learning starts with a question dalam kegiatan belajar mengajar.

7) Membuat rencana perbaikan-perbaikan terhadap kekurangan-kekurangan yang ditemukan setelah melakukan dialog dengan kolaborator.

8) Melaksanakan pengolahan data yang diperoleh setelah penelitian selesai dilaksanakan.

3. Pengamatan (Observation)

Observasi atau pengamatan dilakukan untuk memperoleh data mengenai aktivitas siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Pelaksanaan pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pada tahap ini, peneliti dan kolaborator mengumpulkan berbagai informasi di kelas dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan format observasi yang telah disusun, termasuk juga pengamatan secara cermat pelaksanaan skenario tindakan dari waktu ke waktu.

Seperti yang telah di jelaskan di atas, dalam satu tindakan terdapat dua kali pertemuan. Sehingga dalam penelitian ini, peneliti melakukan dua kali pengamatan. Pada tahap ini, pengamatan yang dilakukan meliputi kegiatan berikut :

a. Melakukan pengamatan terhadap kelas yang akan digunakan sebagai kelas penelitian.

b. Mengamati kesesuaian penerapan metode learning starts with a question dengan pokok bahasan.

c. Mengamati kesesuaian penerapan metode learning starts with a question dengan kaidah-kaidah teoritis.

d. Mengamati apakah metode learning starts with a question yang digunakan dapat meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa.


(29)

Adapun rincian pengamatan yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini yaitu:

a. Pertemuan pertama meliputi:

1) Melakukan pengamatan terhadap kelas yang akan digunakan sebagai kelas penelitian dengan memfokuskan pada aktivitas siswa melakukan tahap mengamati media pembelajaran.

2) Mengamati kesesuaian penerapan metode learning starts with a question dengan memfokuskan pada aktivitas siswa dalam mengajukan pertanyaan.

3) Mengamati apakah media pembelajaran yang ditampilkan dapat menstimulus siswa dalam mengajukan pertanyaan.

b. Pertemuan kedua meliputi:

1) Melakukan pengamatan terhadap kelas yang akan digunakan sebagai kelas penelitian dengan memfokuskan pada aktivitas siswa dalam mencari informasi dari berbagai sumber dan aktivitas siswa dalam mengengemukakan pendapatnya.

2) Mengamati kesesuaian penerapan metode learning starts with a question dengan memfokuskan pada aktivitas siswa dalam mengengemukakan pendapatnya.

3) Mengamati apakah metode learning starts with a question yang digunakan dapat meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa.

4. Refleksi (Reflection)

Tahap ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya. Refleksi merupakan sarana untuk melakukan pengkajian kembali terhadap tindakan yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap subjek penelitian yang telah dicatat dalam pengamatan. Pada tahap ini guru dan kolaborator melakukan evaluasi dan revisi terhadap seluruh proses penelitian mengenai kekurangan dan kelebihan kegiatan belajar mengajar.


(30)

Dalam refleksi juga dilakukan perbaikan dan pengembangan untuk melaksanakan tindakan pada siklus berikutnya.

Seperti yang telah di jelaskan di atas, dalam satu tindakan terdapat dua kali pertemuan. Sehingga peneliti melakukan dua kali refleksi untuk mendapatkan data hasil penelitian yang lebih maksimal.

Pada tahap ini, refleksi yang dilakukan meliputi kegiatan berikut:

a. Melakukan diskusi dengan kolaborator dan siswa setelah tindakan dilakukan.

b. Menyimpulkan hasil diskusi, apakah penelitian dapat dihentikan atau dilanjutkan ke siklus selajutnya.

Adapun rincian refleksi yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini yaitu: a. Pertemuan pertama, yaitu melakukan diskusi dengan kolaborator dan

siswa setelah tindakan dilakukan dengan fokus refleksi berkenaan dengan media pembelajaran yang ditampilkan dan penerapan metode learning starts with a question dengan memfokuskan pada aktivitas siswa dalam mengajukan pertanyaan.

b. Pertemuan kedua, yaitu melakukan diskusi dengan kolaborator dan siswa setelah tindakan dilakukan dengan fokus refleksi berkenaan dengan penerapan metode learning starts with a question dengan memfokuskan pada aktivitas siswa dalam mencari informasi dari berbagai sumber dan aktivitas siswa dalam mengengemukakan pendapatnya. Kemudian menyimpulkan hasil diskusi, apakah penelitian dapat dihentikan atau dilanjutkan ke siklus selajutnya.


(31)

C. Definisi Operasional

Di bawah ini terdapat beberapa definisi operasional yang akan menjelaskan mengenai variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:

1. Pembelajaran Sejarah dengan Menggunakan Metode Learning Starts with

a Question

Metode learning starts with a question merupakan suatu metode pembelajaran yang mengharuskan siswa mengajukan pertanyaan di awal pelajaran sebelum ada penjelasan dari guru. Penggunaan metode ini lebih diarahkan untuk meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa. Metode ini merupakan bagian dari strategi pembelajaran aktif atau lebih dikenal dengan Active Learning. Active Learning lebih dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki (Mahmudah dan Abdul Wahab, 2008: 63). Active Learning merupakan suatu strategi belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental, intelektual, dan emosional, sehingga keterampilan yang dibentuk tersebut diharapkan dapat menciptakan suatu kondisi yang kondusif untuk meningkatkan keterampilan mengemukakan pendapat siswa kelas XI IPS 1. Metode learning starts with a question lebih menekankan kepada aktivitas yang dilakukan oleh siswa.

Tahapan-tahapan yang dilaksanakan pada metode learning starts with a question dalam penelitian ini yaitu:

a. Tahap Persiapan

Pada tahapan ini guru menyiapkan berbagai macam bahan yang dapat menstimulus siswa untuk mengajukan pertanyaan. Bahan yang dapat menstimulus siswa tersebut salah satunya adalah media pembelajaran. Media pembelajaran yang dapat digunakan untuk menstimulus siswa dalam mengajukan pertanyaan yaitu berupa gambar tokoh, benda-benda di sekitar siswa yang dapat dikaitkan dengan materi pembelajaran, ataupun video sejarah yang berkaitan dengan materi sejarah.


(32)

b. Tahap Pelaksanaan

1) Menampilkan media pembelajaran di dalam kelas.

Pada tahapan ini, guru menampilkan media pembelajaran yang telah dipersiapkan tersebut agar dapat menstimulus siswa untuk mengajukan pertanyaan sedangkan siswa mengamati media pembelajaran yang telah ditampilkan oleh guru tersebut.

2) Pengajuan pertanyaan.

Pada tahapan ini, beberapa orang siswa diminta untuk mengajukan pertanyaan. Pertanyaan yang diajukan oleh siswa tersebut disampaikan secara lisan. Pada tahapan ini tugas guru adalah membimbing serta mengarahkan siswa dalam mengajukan pertanyaan.

3) Menjawab pertanyaan.

Pada tahapan ini, siswa diminta untuk menjawab pertanyaan. Siswa yang menjawab pertanyaan adalah semua siswa termasuk siswa yang mengajukan pertanyaan. Pada tahapan ini semua siswa diberi kesempatan yang sama dalam menjawab pertanyaan dan tugas guru adalah membimbing serta mengarahkan siswa dalam menjawab pertanyaan.

2. Kemampuan Mengemukakan Pendapat

Menurut Effendi (Setyani, 2008:9) pendapat merupakan respon yang diberikan seseorang yaitu komunikan kepada komunikator yang sebelumnya telah memberikan pertanyaan. Berdasarkan penjelasan tersebut, pendapat merupakan suatu respon yang diberikan seseorang kepada orang lain dalam menjawab suatu pertanyaan. Kemampuan mengemukakan pendapat yang dimaksudkan dalam penelitian ini yaitu kemampuan siswa dalam menyampaikan pandangan, ide dan gagasan yang disampaikan secara lisan. Kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat tersebut ditandai dengan pemberian jawaban, pernyataan dan tanggapan.

Keterampilan mengemukakan pendapat dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 1 ini berdasarkan definisi di atas kemudian disusun menjadi beberapa indikator-indikator keterampilan mengemukakan pendapat, yaitu:


(33)

a. Mengidentifikasi pertanyaan

Pada tahapan ini siswa diarahkan untuk mengidentifikasi suatu pertanyaan. Tahapan dari mengidentifikasi pertanyaan tersebut meliputi, siswa mengamati pertanyaan yang diajukan temannya, kemudian siswa mencari maksud/tujuan dari pertanyaan yang diajukan temannya tersebut, kemudian setelah siswa menemukan maksud/tujuan dari pertanyaan yang diajukan tersebut siswa diharapkan mampu mengemukakan pendapatnya dengan menjawab pertanyaan tersebut.

b. Mencari ide atau gagasan

Pada tahapan ini siswa mencari ide atau gagasan untuk dijadikan pendapat. Tahap pencarian ide atau gagasan tersebut diperoleh dari berbagai sumber referensi sepert buku, artikel ataupun media lain yang dapat dijadikan sumber rujukan.

c. Menemukan ide atau gagasan

Pada tahapan ini siswa diarahkan agar mampu menemukan ide atau gagasan dari berbagai sumber tersebut yang nantinya akan digunakan siswa dalam berpendapat.

d. Merumuskan Pendapat

Pada tahapan ini siswa diarahkan untuk menyusun atau merumuskan suatu pendapat berdasarkan ide atau gagasan yang diperoleh dari berbagai sumber. e. Menyampaikan Pendapat

Pada tahapan ini siswa mengemukakan pendapatnya berdasarkan ide atau gagasan yang diperolehnya dari berbagai sumber.

Indikator-indikator kemampuan mengemukakan pendapat tersebut selanjutnya diolah dan dianalisis dengan menggunakan lembar observasi, sehingga setelah diolah dan dianalisis maka akan diperoleh tingkat keberhasilan yang terkait dengan kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat. Pengukuran berhasil atau tidaknya kemampuan mengemukakan pendapat siswa di kelas XI IPS 1 yaitu dapat dilihat pada saat mejawab pertanyaan. Setelah terlihat hasil pengolahan lembar aktivitas siswa menunjukan tingkat keberhasilan terkait tumbuhnya keterampilan mengemukakan pendapat siswa dalam pembelajaran


(34)

sejarah di kelas XI IPS 1, diharapkan berpengaruh juga terhadap peningkatan hasil belajar siswa kelas XI IPS 1 dalam bentuk angka keberhasilan. Adapun penilaian tingkat keberhasilan siswa dapat dilihat dari kriteria penilaian atau rubrik yang berdasarkan interval skala angka menjadi 1, 2, dan 3. Penjelasan untuk skala angka tersebut dimulai dari 1 sebagai penilaian kurang baik, 2 sebagai cukup baik, dan 3 sebagai penilaian baik.

E. Instrumen Penelitian

Data penelitian yang dibutuhkan adalah kemampuan mengemukakan pendapat siswa pada pra-penelitian maupun pada saat tindakan dilakukan. Oleh karena itu dalam mengumpulkan semua data yang ada di lapangan diperlukan beberapa perangkat penelitian. Adapun perangkat-perangkat yang digunakan penulis dalam mengumpulkan data diantaranya yaitu:

1. Lembar Panduan Observasi

Menurut Kurniawati dalam Wawan (2011: 46) bahwa lembar panduan observasi merupakan perangkat yang digunakan untuk mengumpulkan data mengenai aktivitas guru dan siswa baik pada pra penelitian maupun selama pelaksanaan tindakan dalam pembelajaran sejarah. Data yang ingin diperoleh adalah data yang berupa perkataan dan aktivitas yaitu komunikasi interaktif antara guru dan siswa, maupun siswa dengan siswa secara langsung pada saat pembelajaran sejarah berlangsung.

2. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara dipergunakan untuk memperoleh data berkenaan dengan rencana pelaksanaan tindakan, pandangan dan pendapat guru dan siswa untuk mengetahui lebih mendalam terhadap penerapan metode learning starts with a question yang dikembangkan dalam pembelajaran sejarah, baik sebelum maupun sesudah dilakukan tindakan. Pedoman wawancara ini merupakan kisi-kisi pertanyaan yang disiapkan oleh peneliti sebelum melakukan wawancara. Jawaban dari siswa atau guru yang diwawancarai dengan wawancara semi terstruktur ini akan dijadikan bahan refleksi bagi peneliti untuk perbaikan tindakan selanjutnya.


(35)

3.LembarDokumentasi

Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah perangkat dokumen resmi yang digunakan selama proses belajar menajar berlangsung seperti silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Selain itu, dokumen penunjang seperti tugas-tugas siswa, catatan tentang kehadiran, dan aktivitas siswa di kelas juga digunakan sebagai dokumentasi.

4. Jurnal Kesan Siswa

Jurnal kesan merupakan jurnal harian yang harus diisi oleh setiap siswa berkenaan dengan pembelajaran sejarah. Data yang diperoleh dari jurnal kesan siswa dikelompokan ke dalam tiga kategori yakni: positif, negatif dan tidak berkomentar. Jurnal harian yang dipakai dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui sikap, perasaan dan respons siswa terhadap pembelajaran sejarah melalui metode learning starts with a question terhadap kemampuan mengemukakan pendapat siswa.

Selain keempat instrumen di atas, maka untuk memperoleh data lain yang berkembang selama pelaksanaan tindakan dan sebagai bahan perbandingan untuk validasi data peneliti juga mempergunakan catatan lapangan (field note).

F.Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini didapat dengan menggunakan beberapa metode untuk memperoleh data penelitian. Adapun metode-metode yang digunakan penulis dalam mengumpulkan data diantaranya yaitu:

1. Observasi

Pengumpulan data dengan observasi dilakukan untuk memperoleh data tentang pelaksaan proses belajar mengajar di kelas, yang meliputi aktivitas guru dan siswa ketika tindakan dilakukan. Metode observasi yang dilakukan adalah observasi terbuka, dengan tujuan agar pengamat mampu menggambarkan secara utuh atau mampu merekonstruksi proses implementasi tindakan perbaikan yang dimaksud dalam diskusi balikan (Sukidin, 2002: 114-115). Observasi dalam penelitian tindakan ini berfungsi untuk mendokumentasikan aktivitas siswa dan guru sebagai dasar bagi refleksi yang akan dilakukan pada siklus berikutnya.


(36)

2.Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara atau penanya dengan responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide atau panduan wawancara (Moh. Nasir, 1999: 234). Wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa dan guru terutama mengenai penerapan metode learning starts with a question terhadap kemampuan mengemukakan pendapat siswa. Pedoman wawancara digunakan untuk mendapatkan data secara kualitatif yang diperoleh untuk bahan analisis pada tahap selanjutnya terutama untuk mengetahui aktivitas siswa dan tanggapan siswa terhadap proses belajar mengajar.

Peneliti hanya melakukan wawancara pada beberapa orang siswa yang dianggap dapat mewakili seluruh siswa, mulai dari siswa yang memiliki kemampuan baik, cukup dan kurang. Pedoman wawancara untuk siswa disusun oleh peneliti sendiri, untuk memperoleh pandangannya mengenai metode learning starts with a question terhadap kemampuan mengemukakan pendapat siswa. Oleh karena itu, bentuk wawancara yang digunakan pada penelitian ini adalah wawancara semi terstruktur. Data wawancara tersebut direkam dengan menggunakan tape rekaman, untuk membantu peneliti mengingat kembali hasil wawancara yang telah dilakukan. Hasil wawancara itu dimaksudkan agar guru melaksanakan perbaikan dalam proses belajar mengajar sesuai dengan yang telah direncanakan bersama peneliti, peneliti mitra, dan guru dalam proses pembelajaran selanjutnya.

3.Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan informasi yang digunakan dalam penelitian, sebagai sumber data yang berkaitan dengan suasana yang terjadi di kelas pada waktu pembelajaran pada saat penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan. Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tape rekaman untuk merekam suasana kelas secara mendetail tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di kelas, dokumen-dokumen resmi, seperti: silabus dan rencana


(37)

pelaksanaan pembelajaran.

4. Jurnal Kesan Siswa

Menurut Tamam dalam Wawan (2011: 47), jurnal kesan adalah catatan harian yang diisi oleh siswa pada akhir pembelajaran, yang berisi tentang kesan siswa setelah pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai kesan siswa terhadap pembelajaran dalam upaya perbaikan pada pembelajaran berikutnya.

G. Analisis Data

Teknik pengolahan data yang dilakukan peneliti pada penelitian ini bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data yang terkumpul dari penelitian ini yaitu data hasil observasi siswa baik pada saat pra-penelitian maupun pelaksanaan tindakan, data observasi guru baik pada saat pra-penelitian maupun pelaksanaan tindakan, dan data tes hasil lembar kerja siswa pada saat pelaksanaan tindakan. Data-data temuan kemudian diolah dan dianalisis. Analisis data merupakan bagian yang penting dalam penelitian ini, sebab data mentah yang telah dikumpulkan oleh peneliti tidak ada gunanya jika tidak dilakukan analisis. Melalui analisis, data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara terus menerus dari awal sampai berakhirnya pelaksanaan penelitian.

Adapun prosedur pengolahan dan analisis data adalah sebagai berikut:

a. Pengumpulan, Kodifikasi dan Kategorisasi Data

Pada tahap ini, peneliti mengumpulkan seluruh data yang telah diperoleh berdasarkan instrumen penelitian, kemudian data tersebut diberikan kode-kode tertentu menurut jenis dan sumbernya. Selanjutnya, peneliti melakukan interpretasi terhadap keseluruhan data untuk memudahkan penyusunan kategorisasi data, sehingga dapat memberi penjelasan dan makna terhadap isi temuan penelitian. Kategorisasi data dilakukan terhadap empat aspek, yaitu: strategi belajar mengajar, proses belajar mengajar, aktivitas berupa tindakan guru dan siswa, latar sosial kelas dan latar fisik kelas.


(38)

b. Validasi Data

Data yang baik adalah data yang valid. Suatu data dikatakan valid jika data tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas merupakan salah satu syarat penting dalam pelaksanaan seluruh jenis penelitian termasuk dalam PTK. Kegiatan yang bisa digunakan dalam meningkatkan validitas yaitu :

1) Trianggulasi

Dalam proses ini, peneliti mencek kebenaran data atau informasi yang diperoleh dari sumber data, yaitu peneliti utama, peneliti mitra, guru dan siswa, dengan menggunakan metode pengumpulan data yang telah dipilih dan disepakati bersama. Dari peneliti utama, data atau informasi tentang pelaksanaan tindakan diperoleh melalui lembar hasil observasi tentang aktivitas guru dalam bentuk catatan dan jurnal pelaksanaan tindakan. Dari peneliti mitra, data atau informasi tentang pelaksanaan tindakan diperoleh melalui lembar hasil observasi tentang aktivitas siswa.

Guru berperan memberikan data atau informasi tentang pelaksanaan tindakan dilakukan dengan melakukan refleksi-kolaboratif pada saat diskusi balikan di setiap akhir siklus tindakan. Siswa berperan dalam memberikan data atau informasi tentang pelaksanaan tindakan dilakukan dengan memberikan lembar refleksi siswa kepada seluruh siswa kelas XI IPS 1 pada setiap akhir pelaksanaan tindakan, serta melalui wawancara terhadap beberapa orang siswa yang dianggap dapat memberikan informasi yang tepat setelah berakhirnya keseluruhan tindakan.

2) Members Check

Members Check yaitu mencek kebenaran dan kesahihan data temuan dengan cara mengkonfirmasikan dengan sumber data. Dalam proses ini, data atau informasi tentang seluruh pelaksanaan tindakan yang diperoleh peneliti dan mitra peneliti dikonfirmasikan kebenarannya kepada guru kelas melalui diskusi balikan (refeksi kolaboratif) pada setiap akhir pelaksanaan tindakan dan pada akhir keseluruhan pelaksanaan


(39)

tindakan. 3) Audit Trail

Audit trail yaitu mencek kebenaran hasil penelitian sementara beserta prosedur dan pengumpulan datanya, dengan mengkonfirmasikan pada bukti-bukti temuan yang telah diperiksa, dan dicek kesahihannya pada sumber data tangan pertama. Proses ini juga dilakukan dengan mengkonfirmasikan atau mendiskusikan dengan rekan-rekan mahasiswa jurusan pendidikan sejarah FPIPS UPI yang melakukan PTK.

4) Expert Opinion

Expert opinion yaitu pengecekan terakhir terhadap kesahihan temuan penelitian kepada para pakar yang professional di bidang ini, yaitu para pembimbing penelitian ini.

c. Interpretasi

Pada tahap ini peneliti berusaha menginterpretasikan temuan-temuan penelitian berdasarkan landasan teoritis yang telah dipilih. Hasil interpretasi ini diharapkan dapat memperoleh makna yang cukup berarti sebagai bahan untuk kegiatan tindakan selanjutnya.


(40)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan hasi penelitian terhadap penerapan metode learning starts with a question dalam pembelajaran sejarah untuk meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa. Data-data penelitian tindakan kelas ini diperoleh dari hasil observasi, wawancara, lembar pendapat siswa dan tugas siswa. Kesimpulan adalah jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam bab pendahuluan yang akan diuraikan secara singkat di bab ini. Selain kesimpulan, vab V juga berisi rekomendarsi dari peneliti terhadap beberapa pihak yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk lebih mengembangkan pembelajaran sejarah dengan menggunakan metode learning starts with a question.

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya dan hasil pengolahan pada Bab IV, penelitian yang dilakukan terhadap kelas XI IPS 1 di SMA Negeri 1 Tanjungsiang dapat disimpulkan sebagai berikut :

Pertama, perencanaan penerapan metode learning starts with a question dalam pembelajaran sejarah untuk meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Tanjungsiang meliputi penyusunan silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, lembar observasi, lembar penilaian siswa dan media pembelajaran yang digunakan untuk menstimulus siswa dalam mengajukan pertanyaan.

Kedua, perubahan setelah diterapkannya metode learning starts with a question dalam proses pembelajaran sejarah, mengalami peningkatan terkait dengan kemampuan mengemukakan pendapat siswa di kelas XI IPS 1 di SMA Negeri 1 Tanjungsiang dari tiap siklusnya. Hal ini terbukti dari data yang peneliti dapatkan, menunjukkan peningkatan yang signifikan pada setiap siklusnya. Baik dari hasil lembar observasi pada saat proses pembelajaran, keaktifan siswa yang diindikasikan telah memiliki kemampuan mengemukakan pendapat siswa, laporan tanya jawab siswa yang dikerjakan secara individu, serta respon siswa yang dilihat


(41)

dari jurnal kesan siswa, yang pada umumnya menunjukkan ketertarikan dan menyenangi proses pembelajaran sejarah dengan menggunakan metode learning starts with a question tersebut.

Penerapan metode learning starts with a question dalam pembelajaran sejarah tidak hanya meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa di kelas XI IPS 1 yang memang menjadi fokus penelitian, ternyata penerapan metode learning starts with a question ini dapat memberikan dampak ganda yang cukup baik, yakni dalam hal peningkatan keaktifan siswa dan minat belajar siswa terhadap pembelajaran sejarah. Hal ini terlihat dari data hasil pengolahan lembar observasi terkait dengan keaktifan siswa pada saat pembelajaran berlangsung, keterlibatan dan keaktifan siswa menunjukkan peningkatan dari tiap siklusnya.

Ketiga, dalam penerapan metode learning starts with a question sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa dalam pembelajaran sejarah memang menemui banyak kendala. Kendala yang dialami sebagian besar disebabkan karena keterbatasan waktu untuk mengeksplorasi pertanyaan dan materi pelajaran lebih mendalam dengan menggunakan metode learning starts with a question dalam pembelajaran sejarah. Selain itu, pemilihan media pembelajaran yang sesuai untuk menstimulus siswa dalam mengajukan pertanyaan juga menjadi kendala dalam penerapan metode learning starts with a question dalam pembelajaran sejarah ini karena pemilihan media harus disesuaikan dengan materi pembelajaran dan harus dapat merangsang siswa untuk mengajukan pertanyaan. Namun kendala-kendala tersebut dapat diatasi melalui upaya-upaya perbaikan yang dilakukan berdasarkan hasil refleksi dan revisi yang dilakukan peneliti dan mitra peneliti dari setiap tindakan siklus pembelajarannya.

Keempat, berdasarkan data hasil wawancara terkait dengan pendapat guru dan siswa terhadap metode learning starts with a question dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 1 menunjukkan bahwa metode tersebut dapat meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa. Selain itu, pembelajaran sejarah dengan menggunakan metode learning starts with a question menjadi lebih menyenangkan. Siswa lebih berperan secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Siswa juga dapat mengemukakan pendapatnya dengan


(42)

lebih leluasa sehingga kemampuan siswa dalam menyampaikan suatu pendapat dapat terlihat.

B. Saran

Setelah peneliti melaksanakan penelitian di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Tanjungsiang dengan menerapkan metode learning starts with a question dalam pembelajaran sejarah, pembelajaran ini sangat bermanfaat untuk membantu dalam meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa sehingga dapat dijadikan alternatif metode pembelajaran sejarah di sekolah. Melalui pembelajaran sejarah dengan menerapkan metode learning starts with a question, siswa dapat memperoleh pengalaman, mengeksplorasi pengetahuannya dari topik atau tema yang dikembangkan kedalam bentuk mengemukakan pendapat. Selain itu, pembelajaran ini telah berhasil meningkatkan kualitas pembelajaran dan aktivitas siswa di kelas.. Adapun saran yang ingin penulis sampaikan berkaitan dengan penerapan metode learning starts with a question dalam pembelajaran sejarah sebagai berikut:

1. Bagi Sekolah

Pihak sekolah sebaiknya mendukung dan memberikan kemudahan pada berlangsungnya pembelajaran sejarah yang bermanfaat dan bermakna bagi kehidupan sehari-hari sebagai salah satu cara untuk membentuk pribadi siswa yang aktif peka terhadap masalah-masalah sosial yang ada di lingkungannya. 2. Bagi Guru

Guru hendaknya lebih memaksimalkan lagi penggunaan atau pemanfaatan media pembelajaran, pada saat menerapkan metode learning starts with a question, agar ketertarikan dan keterlibatan siswa pada saat pembelajaran sejarah lebih baik lagi. Kreatifitas guru dalam memadukan kegiatan pembelajaran dengan metode learning starts with a question, menjadi alternatif-alternatif yang dapat dikembangkan lagi agar pembelajaran sejarah lebih menarik dan menyenangkan. Selain itu, guru harus bertindak sebagai motivator dan fasilitator agar dapat memotivasi siswa untuk berpartisipasi dan juga bersifat aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.


(43)

3. Bagi Siswa

Penerapan metode learning starts with a question kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Tanjungsiang memberikan pengaruh positif terhadap siswa yang ditandai dengan meningkatnya kemampuan mengemukakan pendapat siswa. Selain itu aktifitas bertanya dan mencari jawaban atas pertanyaan tersebut juga dapat terlatih dengan menggunakan metode ini.

4. Bagi Peneliti

Penerapan metode learning starts with a question kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Tanjungsiang yang dilakukan peneliti telah menambah wawasan dan pengalaman dalam memprkatekan metode pembelajaran yang selama ini jarang digunakan oleh guru sejarah. Penerapan metode ini telah memberikan pengalaman yang berharga untuk peneliti kelak apabila peneliti menjadi seorang guru.

5. Bagi Peneliti lain

Hasil dari penelitian ini bukanlah merupakan hasil penelitian yang sempurna, sehingga perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai penerapan metode learning starts with a question dalam kegiatan pembelajaran sejarah pada kelas yang berbeda agar memperoleh hasil penelitian yang lebih sempurna.

Demikian kesimpulan dan saran yang dapat penulis kemukakan, secara umum semoga bermanfaat terhadap peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia dan secara khusus semoga menjadi bahan pertimbangan bagi perkembangan pembelajaran sejarah di sekolah.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan hasi penelitian terhadap penerapan metode learning starts with a question dalam pembelajaran sejarah untuk meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa. Data-data penelitian tindakan kelas ini diperoleh dari hasil observasi, wawancara, lembar pendapat siswa dan tugas siswa. Kesimpulan adalah jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam bab pendahuluan yang akan diuraikan secara singkat di bab ini. Selain kesimpulan, vab V juga berisi rekomendarsi dari peneliti terhadap beberapa pihak yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk lebih mengembangkan pembelajaran sejarah dengan menggunakan metode learning starts with a question.

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya dan hasil pengolahan pada Bab IV, penelitian yang dilakukan terhadap kelas XI IPS 1 di SMA Negeri 1 Tanjungsiang dapat disimpulkan sebagai berikut :

Pertama, perencanaan penerapan metode learning starts with a question dalam pembelajaran sejarah untuk meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Tanjungsiang meliputi penyusunan silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, lembar observasi, lembar penilaian siswa dan media pembelajaran yang digunakan untuk menstimulus siswa dalam mengajukan pertanyaan.

Kedua, perubahan setelah diterapkannya metode learning starts with a question dalam proses pembelajaran sejarah, mengalami peningkatan terkait dengan kemampuan mengemukakan pendapat siswa di kelas XI IPS 1 di SMA Negeri 1 Tanjungsiang dari tiap siklusnya. Hal ini terbukti dari data yang peneliti dapatkan, menunjukkan peningkatan yang signifikan pada setiap siklusnya. Baik dari hasil lembar observasi pada saat proses pembelajaran, keaktifan siswa yang diindikasikan telah memiliki kemampuan mengemukakan pendapat siswa, laporan tanya jawab siswa yang dikerjakan secara individu, serta respon siswa yang dilihat


(2)

dari jurnal kesan siswa, yang pada umumnya menunjukkan ketertarikan dan menyenangi proses pembelajaran sejarah dengan menggunakan metode learning starts with a question tersebut.

Penerapan metode learning starts with a question dalam pembelajaran sejarah tidak hanya meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa di kelas XI IPS 1 yang memang menjadi fokus penelitian, ternyata penerapan metode learning starts with a question ini dapat memberikan dampak ganda yang cukup baik, yakni dalam hal peningkatan keaktifan siswa dan minat belajar siswa terhadap pembelajaran sejarah. Hal ini terlihat dari data hasil pengolahan lembar observasi terkait dengan keaktifan siswa pada saat pembelajaran berlangsung, keterlibatan dan keaktifan siswa menunjukkan peningkatan dari tiap siklusnya.

Ketiga, dalam penerapan metode learning starts with a question sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa dalam pembelajaran sejarah memang menemui banyak kendala. Kendala yang dialami sebagian besar disebabkan karena keterbatasan waktu untuk mengeksplorasi pertanyaan dan materi pelajaran lebih mendalam dengan menggunakan metode learning starts with a question dalam pembelajaran sejarah. Selain itu, pemilihan media pembelajaran yang sesuai untuk menstimulus siswa dalam mengajukan pertanyaan juga menjadi kendala dalam penerapan metode learning starts with a question dalam pembelajaran sejarah ini karena pemilihan media harus disesuaikan dengan materi pembelajaran dan harus dapat merangsang siswa untuk mengajukan pertanyaan. Namun kendala-kendala tersebut dapat diatasi melalui upaya-upaya perbaikan yang dilakukan berdasarkan hasil refleksi dan revisi yang dilakukan peneliti dan mitra peneliti dari setiap tindakan siklus pembelajarannya.

Keempat, berdasarkan data hasil wawancara terkait dengan pendapat guru dan siswa terhadap metode learning starts with a question dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 1 menunjukkan bahwa metode tersebut dapat meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa. Selain itu, pembelajaran sejarah dengan menggunakan metode learning starts with a question menjadi lebih menyenangkan. Siswa lebih berperan secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Siswa juga dapat mengemukakan pendapatnya dengan


(3)

lebih leluasa sehingga kemampuan siswa dalam menyampaikan suatu pendapat dapat terlihat.

B. Saran

Setelah peneliti melaksanakan penelitian di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Tanjungsiang dengan menerapkan metode learning starts with a question dalam pembelajaran sejarah, pembelajaran ini sangat bermanfaat untuk membantu dalam meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa sehingga dapat dijadikan alternatif metode pembelajaran sejarah di sekolah. Melalui pembelajaran sejarah dengan menerapkan metode learning starts with a question, siswa dapat memperoleh pengalaman, mengeksplorasi pengetahuannya dari topik atau tema yang dikembangkan kedalam bentuk mengemukakan pendapat. Selain itu, pembelajaran ini telah berhasil meningkatkan kualitas pembelajaran dan aktivitas siswa di kelas.. Adapun saran yang ingin penulis sampaikan berkaitan dengan penerapan metode learning starts with a question dalam pembelajaran sejarah sebagai berikut:

1. Bagi Sekolah

Pihak sekolah sebaiknya mendukung dan memberikan kemudahan pada berlangsungnya pembelajaran sejarah yang bermanfaat dan bermakna bagi kehidupan sehari-hari sebagai salah satu cara untuk membentuk pribadi siswa yang aktif peka terhadap masalah-masalah sosial yang ada di lingkungannya. 2. Bagi Guru

Guru hendaknya lebih memaksimalkan lagi penggunaan atau pemanfaatan media pembelajaran, pada saat menerapkan metode learning starts with a question, agar ketertarikan dan keterlibatan siswa pada saat pembelajaran sejarah lebih baik lagi. Kreatifitas guru dalam memadukan kegiatan pembelajaran dengan metode learning starts with a question, menjadi alternatif-alternatif yang dapat dikembangkan lagi agar pembelajaran sejarah lebih menarik dan menyenangkan. Selain itu, guru harus bertindak sebagai motivator dan fasilitator agar dapat memotivasi siswa untuk berpartisipasi dan juga bersifat aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.


(4)

3. Bagi Siswa

Penerapan metode learning starts with a question kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Tanjungsiang memberikan pengaruh positif terhadap siswa yang ditandai dengan meningkatnya kemampuan mengemukakan pendapat siswa. Selain itu aktifitas bertanya dan mencari jawaban atas pertanyaan tersebut juga dapat terlatih dengan menggunakan metode ini.

4. Bagi Peneliti

Penerapan metode learning starts with a question kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Tanjungsiang yang dilakukan peneliti telah menambah wawasan dan pengalaman dalam memprkatekan metode pembelajaran yang selama ini jarang digunakan oleh guru sejarah. Penerapan metode ini telah memberikan pengalaman yang berharga untuk peneliti kelak apabila peneliti menjadi seorang guru.

5. Bagi Peneliti lain

Hasil dari penelitian ini bukanlah merupakan hasil penelitian yang sempurna, sehingga perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai penerapan metode learning starts with a question dalam kegiatan pembelajaran sejarah pada kelas yang berbeda agar memperoleh hasil penelitian yang lebih sempurna.

Demikian kesimpulan dan saran yang dapat penulis kemukakan, secara umum semoga bermanfaat terhadap peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia dan secara khusus semoga menjadi bahan pertimbangan bagi perkembangan pembelajaran sejarah di sekolah.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Budiningsih, A. (2005). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Davies, K. (1981). (diterjemahkan). Instructional Technique. Washington DC:

Mc. Grawhill inc.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Buku Standar Isi Sma. [Online]. Tersedia:http://www.puskur.or.id/data/2006/buku-standar-isi-sma.pdf [17 Nopember 2012].

Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Fathurrohman, et al. (2007). Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Reflika Aditama.

Fikri, M. L, R. (2010). Strategi Pembelajaran Aktif. [Online].

Tersedia:http://joelians.wordpress.com/2010/05/27/strategi-pembelajaran-aktif/ [17 Nopember 2012].

Hamalik, O. (2001). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hasan, S. H. (1999). “Pendidikan Sejarah untuk Membangun Manusia Baru Indonesia. Mimbar Pendidikan. 18, (2), 4-11.

Hasyimi, A. H. (2001). Mendidik Ala Rasulullah. Jakarta : Pustaka Azzam. Hikmat, A. (2009). “Dampak Instruksional Pembelajaran Sinektik dan

Konvensional Terhadap Kemampuan Mahasiswa dalam mengapresiasi Cerita Pendek”. Mimbar Pendidikan. 28, (2), 67-88.

Ismaun. (2001). Paradigma Pendidikan Sejarah yang Terarah dan Bermakna. Historia Jurnal Pendidikan Sejarah. No 4 Vol II, tahun 2001. Bandung: Historia Utama Press.

Mahmudah, U. dan Abdul W. R. (2008). Active Learning dalam Pembelajaran Bahasa Arab. Malang: UIN-Malang Press.

Nasution. (2000). Didaktik Asas-asas Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.

Parera, J. D. (1984). Belajar Mengemukakan Pendapat. Jakarta : Erlangga.

Permatasari. (2010). Penggunaan Teknik Argumen Tandingan untuk Meningkatkan Kemampuan Menyampaikan Pendapat dalam


(6)

Pembelajaran Berbicara. Skripsi pada FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Pujiastuti, G. (2010). Implementasi Pembelajaran Matematika dengan Strategi Learning Starts with a Question dan Strategi Questions Student Have terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Keaktifan Belajar Siswa (Eksperimen Pembelajaran Matematika Di Kelas VII SMPN 1 Bendosari). Skripsi pada FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta: tidak diterbitkan.

Sardiman, A. M. (2004). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sari, R. B. W. (2009). Efektivitas Strategi Pembelajaran Learning Starts with a Question (LSQ) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X2 Sma Negeri 2 Grabag Kabupaten Magelang Tahun Ajaran 2008/2009. Skripsi pada FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta: tidak diterbitkan.

Silberman, M. L. (2009). (diterjemahkan). Active Learning, 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nusamedia.

Sternberg, R. J. (1994). Psikologi Kognitif. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Sugiyono. (2007). Metode penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Sukidin, et al. (2002). Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Insan Cendikia.

Suryobroto, B. (2002). Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta.

Wawan, A. (2011). Penerapan Metode Quantum Learning dengan Teknik Peta Pikiran (Mind Mapping) dalam Pembelajaran Sejarah untuk Menumbuhkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 2 Garut). Skripsi pada FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Wiriaatmadja, R. (2009). Metode Penelitian Tindakan Kelas untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: Remaja Rosdakarya. Zaini, H. et al. (2008). Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan


Dokumen yang terkait

Pengaruh penggunaan strategi pembelajaran aktif tipe learning starts with a question terhadap hasil belajar: kuasi eksperimen pada Kelas X SMAN 65 Jakarta

2 9 202

Pengaruh strategi pembelajaran aktif metode memulai pelajaran dengan pertyanaan (learning starts with quetion) terhadap hasil belajar metematika siswa

0 22 143

Pengaruh Metode Pembelajaran Learning Starts With A Question (LSQ) Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran IPS Kelas IV Di MIN 15 Bintaro

4 49 215

PENERAPAN TEKNIK PEMBELAJARAN STUDENT RECAP UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR SINTESIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : penelitian tindakan kelas di xi ips 3 SMA negeri 1 Cimahi.

4 14 47

PENERAPAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPS 3 SMA Pasundan 1 Bandung.

0 4 36

PENERAPAN TEKNIK BERTANYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH: Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas X Mia 2 SMA Negeri 26 Bandung.

1 6 57

PENERAPAN EMANCIPATORY QUESTION HABERMAS UNTUK MENINGKATKAN KESADARAN SEJARAH SISWA : Penelitian Tindakan Kelas Pada Pembelajaran Sejarah Di Kelas XI IPS SMA Bina Bangsa Palembang.

2 9 60

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS XI IPS 1 SMA MUHAMMADIYAH KEDAWUNG DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan di Kelas XI IPS 1 SMA Muhammadiyah Kedawung Kabupaten Cirebon.

4 39 100

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE lEARNING TIPE THINK-PAIR-SQUARE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA : Penelitian Tindakan Kelas Pada Pembelajaran Sejarah Di Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 18 Bandung.

0 0 55

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN LEARNING STARTS WITH A QUESTION UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN EKOSISTEM DI KELAS VII SMP NEGERI 1 CILIMUS

0 0 21