Pengaruh strategi pembelajaran aktif metode memulai pelajaran dengan pertyanaan (learning starts with quetion) terhadap hasil belajar metematika siswa

(1)

TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

Oleh:

NILMA PURNAMA

105017000430

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010


(2)

jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh strategi pembelajaran

Learning Starts With a Question terhadap hasil belajar matematika siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan rancangan penelitian two group randomized subject pretest posttest. Penelitian ini dilakukan di SMPN 181 Jakarta dari tanggal 12 Mei – 04 Juni 2010. Teknik pengambilan sample dalam penelitian ini menggunakan cluster random sampling. Instrumen penelitian yang diberikan berupa 5 soal bentuk uraian. Teknik analisa data untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji Mann-Whitney. Dari hasil perhitungan uji hipotesis diperoleh nilai z = -4,46 pada taraf signifikan 0,05 dan sesuai dengan sifat distribusi normal, maka diperoleh nilai p = 0,00. Karena p <

hitung

α (0,00 < 0,05), maka H0 ditolak, sehingga tingkat hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan metode learning starts with a question

lebih tinggi daripada yang diajarkan dengan metode ekspositori. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif metode learning starts with a question berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa.

Kata Kunci : Learning Starts With a Question


(3)

Question on Students Mathematics Learning Outcomes, the paper of Mathematic Education Department, Faculty of Tarbiya and Teaching Science Islamic Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.

The purpose of this research is to determine the influence strategy active learning metode starts with a question on students mathematics learning outcomes. In this research, we used quasi experiment with research program the two group randomized subject pretest posttest design. The research is done in SMPN 181 Jakarta from May 12th to June 4th 2010. In this research we used cluster random sampling as a sample technique. A research instrument which is given to students is an essay question, the students were given 5 question. A technique of analysis data which is used Mann-Whitney for hypothesis testing. Pursuant to result of calculation hypothesis test is get value of z count -4,46 in significant level (α) 0,05 and according to distribution normal of type can get value p = 0,00, Because pcount < α (0,00 < 0,05), then H0 is decline, so that the level of result student studying mathematic which touhgt with learning starts with a question is higher than thought by using conventional. therefore the learning starts with a question is effected to the result of student studying mathematics.

Keyword : Learning Starts With a Quetion


(4)

karena atas rahmat dan hidayah-Nya maka skripsi ini dapat diselesaikan. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Disadari sepenuhnya bahwa kemampuan dan pengetahuan penulis sangat terbatas, maka adanya bimbingan, pengarahan dan dukungan dari berbagai pihak sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya, kepada yang terhormat : 1. Bapak Prof. Dr. H. Dede Rosyada, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan.

2. Ibu Maifalinda Fatra, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Bapak Otong Suhyanto, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika.

3. Ibu Muhlisrarini, M.Pd, selaku pembimbing I serta penasihat akademik dan Ibu Gelar Dwirahayu, M.Pd, selaku pembimbing II yang selalu memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih yang tak terhingga penulis ucapkan atas segala ilmu yang telah ibu berikan kepada penulis, semoga ilmu yang ibu berikan menjadi amal jariah kelak.

4. Seluruh Dosen dan Staff Jurusan Pendidikan Matematika.

5. Bapak Drs. Y. Yoel Manurung, MM selaku kepala SMP Negeri 181 Jakarta yang telah mengizinkan penulis untuk mengadakan penelitian di sekolah yang beliau pimpin.

6. Ibu Aam Amelia, S.Pd dan seluruh guru-guru SMP Negeri 181 yang sangat banyak membantu penulis dalam melakukan penelitian.

7. Ayahanda dan ibunda tercinta yang senantiasa memberikan dukungan moril, materil dan doa kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih banyak atas segala yang kalian berikan, jasa kalian takkan pernah dapat penulis balas, semoga Allah membalas segalanya.


(5)

KOMDA FITK terima kasih atas bantuan, doa dan dukungan yang kalian berikan semoga kebersamaan kita menjadi kenangan terindah untuk menggapai kesuksesan dimasa mendatang.

10.Siswa dan siswi kelas VII SMP Negeri 181 Jakarta, khususnya kelas VII-1 dan VII-3 yang telah bersikap kooperatif selama penulis mengadakan penelitian.

11.Semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan, dorongan dan informasi serta pendapat yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah SWT dapat menerima sebagai amal kebaikan atas jasa baik yang diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan-kekurangan karena terbatasnya kemampuan penulis. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi khasanah ilmu pengetahuan. Amin.

Jakarta, Juli 2010

Penulis

Nilma Purnama


(6)

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN... 7

A. Kajian Teori ... 7

1. Hasil Belajar Matematika... 7

a. Pengertian Belajar ... 7

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar... 9

c. Cara Belajar yang Baik... 14

d. Pengertian, Karakteristik, dan Kegunaan Matematika .... 15

1) Pengertian Matematika ... 15

2) Karakteristik Matematika ... 17

3) Kegunaan Matematika ... 19

e. Hasil Belajar Matematika... 20


(7)

d. Karakteristik Pembelajaran Aktif... 31

e. Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Pembelajaran Aktif ... 32

f. Metode Pembelajaran Aktif Memulai Pelajaran dengan Pertanyaan (Learning Starts With a Question) ... 34

g. Langkah-langkah Metode Pembelajaran Aktif Memulai Pelajaran dengan Pertanyaan (Learning Starts With a Question) ... 37

B. Kerangka Berpikir... 38

C. Hipotesis Penelitian... 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 40

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 40

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 40

C. Metode dan Desain Penelitian... 40

D. Instrumen Penelitian ... 41

1. Uji Coba Instrumen ... 41

a. Uji Validitas ... 41

b. Uji Reliabilitas ... 42

c. Uji Pembeda Butir Soal... 43

d. Uji Kesukaran Butir Soal ... 44

2. Kisi-kisi Instrumen... 45

E. Teknik Analisis Data ... 46

1. Uji Prasyarat Analisis Data ... 47

a. Uji Normalitas... 47

b. Uji Homogenitas ... 47

2. Pengujian hipotesis ... 48


(8)

3. Data Postest Matematika Siswa Kelompok Ekperimen... 53

4. Data Postest Matematika Siswa Kelompok Kontrol... 55

B. Pengujian Persyaratan Analisis ... 58

1. Uji Normalitas Kelompok Eksperimen... 58

2. Uji Normalitas Kelompok Kontrol... 58

C. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan... 59

1. Pengujian Hipotesis... 59

2. Pembahasan... 60

D. Keterbatasan Penelitian... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 63

A. Kesimpulan ... 63

B. Saran... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 65

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 68


(9)

Tabel 2. Klasifikasi Interpretasi Korelasi... 43

Tabel 3. Klasifikasi Interpretasi Daya Pembeda ... 44

Tabel 4. Klasifikasi Interpretasi Taraf Kesukaran ... 45

Tabel 5. Kisi-kisi Instrumen Tes ... 46

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Pretest Matematika Kelompok Eksperimen .... 51

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Pretest Matematika Kelompok Kontrol... 52

Tabel 8. Hasil Pehitungan Uji Homogenitas Pretest... 53

Tabel 9. Distribusi Frekuensi Postest Matematika Kelompok Eksperimen.... 54

Tabel 10. Distribusi Frekuensi Postest Matematika Kelompok Kontrol ... 56

Tabel 11. Perbandingan Postest Matematika Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 58

Tabel 12. Hasil Perhitungan Uji Normalitas ... 59


(10)

Matematika Kelompok Eksperimen... 55 Gambar 2. Grafik Histogram dan Poligon Distribusi Frekuensi Hasil Belajar

Matematika Kelompok Kontrol ... 57


(11)

x

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Eksperimen... 69

Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kontrol ... 74

Lampiran 4 Bahan Ajar Segiempat ... 78

Lampiran 5 Lembar Latihan kelompok... 86

Lampiran 6 Kisi-kisi Uji Coba Instrumen Tes Penelitian... 90

Lampiran 7 Uji Coba Instrumen Tes Penelitian... 91

Lampiran 8 Ulangan Harian Segiempat (Instrumen Tes Penelitian) ... 94

Lampiran 9 Kunci Jawaban Instrumen Tes Penelitian... 96

Lampiran 10 Daftar Nilai Pretest ... 99

Lampiran 11 Perhitungan Uji Homogenitas Pretest... 100

Lampiran 12 Uji Validitas... 101

Lampiran 13 Uji Reliabilitas Instrumen Tes ... 103

Lampiran 14 Uji Taraf Kesukaran Uji Coba Instrumen Tes... 105

Lampiran 15 Uji Daya Pembeda Butir Soal Uji Coba Instrumen Tes ... 107

Lampiran 16 Hasil Belajar Matematika (Postest) ... 109

Lampiran17 Perhitungan Daftar Distribusi Frekuensi Mean, Median, Modus, Varian, Simpangan Baku, Kemiringan, dan Kurtosis Kelompok Eksperimen... 110

Lampiran18 Perhitungan Daftar Distribusi Frekuensi Mean, Median, Modus, Varian, Simpangan Baku, Kemiringan, dan Kurtosis Kelompok Kontrol ... 113

Lampiran 19 Perhitungan Uji Normalitas Kelompok Eksperimen ... 116

Lampiran 20 Perhitungan Uji Normalitas Kelompok Kontrol... 118

Lampiran 21 Penghitungan Pengujian Hipotesis ... 120

Lampiran 22 Tabel Penentuan Peringkat Nilai Posttest (Uji Mann-Whitney) 123 Lampiran 23 Tabel-tabel ... 125


(12)

A.

Latar Belakang Masalah

Matematika dipelajari pada setiap jenjang pendidikan dan menjadi salah satu pengukur (indikator) keberhasilan siswa dalam menempuh suatu jenjang pendidikan, serta menjadi materi ujian untuk seleksi penerimaan menjadi tenaga kerja bidang tertentu. Tantangan masa depan yang selalu berubah sekaligus persaingan yang semakin ketat memerlukan keluaran pendidikan yang tidak hanya trampil dalam suatu bidang tetapi juga kreatif dalam mengembangkan bidang yang ditekuni. Hal tersebut perlu dimanifestasikan dalam setiap mata pelajaran di sekolah, termasuk matematika. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Mengembangkan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis maupun bekerja sama sudah lama menjadi fokus dan perhatian pendidik matematika di kelas, karena hal itu berkaitan dengan sifat dan karakteristik keilmuan matematika. Tetapi, fokus dan perhatian pada upaya meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dalam matematika jarang atau tidak pernah tersentuh oleh pendidik. Melalui pendidikan matematika yang baik, siswa dimungkinkan untuk memperoleh berbagai macam bekal dalam menghadapi tantangan era global.

Menurut Yuliani Indarwati1 berdasarkan data Institute of Education (2003), hasil penelitian statistic yang dilakukan secara internasional dalam Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) menunjukan bahwa Indonesia pada peringkat ke-34 dari 45 negara untuk penguasaan pelajaran di bidang matematika. Score Indonesia (411) masih berada di bawah Singapura

1

Yuliani Indarwati, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru Matematika dalam Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada Sekolah Menengah Atas Kota Palembang, http://digilib.unsri.ac.id/download/Jurnal%20MM%20Vol%204%20No%207%20 Artikel%203%20Yuliani%20Indrawaty.pdf.h.1-2


(13)

(605) dan Malaysia (508), tetapi tetap berada di atas Filipina (378). Skala matematika TIMSS-Benchmark International menunjukkan bahwa siswa Indonesia berada pada peringkat bawah, Malaysia pada peringkat tengah, dan Singapura berada pada peringkat atas. Padahal jam pelajaran matematika di Indonesia 136 jam untuk kelas VIII, lebih banyak dibanding Malaysia yang hanya 123 jam dan Singapura 124 jam. Hal ini menunjukkan bahwa waktu yang dihabiskan siswa Indonesia di sekolah tidak sebanding dengan prestasi yang diraih.

Menurut Zulkardi dalam Yuliani Indarwati, dua masalah utama dalam pendidikan matematika di Indonesia adalah rendahnya prestasi siswa (rendahnya daya saing siswa di ajang Internasional dan rendahnya nilai rata-rata EBTANAS murni nasional khususnya matematika) serta kurangnya minat mereka dalam belajar matematika (matematika dianggap sulit dan diajarkan dengan metode yang tidak menarik karena guru menerangkan, sedangkan siswa hanya mencatat). Diduga, pendekatan pembelajaran matematika di Indonesia masih menggunakan pendekatan tradisional atau mekanistik yang menekankan pada latihan mengerjakan soal atau drill and practice, prosedur serta penggunaan rumus. Siswa kurang terbiasa memecahkan masalah atau aplikasi yang banyak disekeliling mereka. Sementara itu banyak negara telah mereformasi sistem pendidikan matematika dari pendekatan tradisional ke arah aplication based curricular, yaitu mendekatkan matematika ke alam nyata bagi siswa melalui aplikasi atau masalah kontekstual yang bermakna serta proses yang membangun sikap siswa ke arah yang positif tentang matematika.

Faktor lain yang mengakibatkan rendahnya hasil belajar adalah cara guru memberikan evaluasi yang kurang bervariatif. Akibatnya, siswa di Indonesia lebih banyak mengerjakan soal yang diekspresikan dalam bahasa dan simbol matematika yang diset dalam konteks yang jauh dari realitas kehidupan sehari-hari. Fenomena yang terjadi di lapangan, banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam proses belajar matematika. Siswa umumnya kesulitan dalam memahami soal yang diberikan. Hal ini dikarenakan kurangnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru dan terhadap soal-soal matematika yang


(14)

disajikan. Pemikiran siswa untuk soal-soal yang diebrikan oleh guru biasanya hanya terpaku pada contoh soal yang telah guru berikan sehingga mereka tidak kreatif.

Rendahnya hasil belajar matematika siswa juga terjadi pada siswa kelas VII SMP Negeri 181 Jakarta. Berdasarkan hasil observasi langsung, dari dua kelas yang dijadikan sampel diperoleh nilai rata-rata pretes yang dilakukan penulis pada pokok bahasan segiempat nilai rata-rata kedua sampel berkisar 30an.

Keadaan ini tentu sangat ironis dengan kedudukan dan peran matematika untuk pengembangan ilmu dan pengetahuan. Pasalnya, matematika merupakan induk ilmu pengetahuan. Tapi, ternyata matematika hingga saat ini belum menjadi pelajaran yang difavoritkan. Rasa takut terhadap pelajaran matematika masih kerap menghinggapi perasaan para siswa dari tingkat SD sampai dengan SMA, bahkan hingga perguruan tinggi itu semua disebabkan karena dalam proses belajar mengajar banyak didominasi oleh peran guru saja. Menurut Agus Suprijono2 guru hanya bertindak sebagai pengajar yang berusaha memberikan ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya dan peserta didik giat mengumpulkan atau menerimanya, padahal menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono3 dalam psikologi belajar pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut: “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan”.

Salah satu pendidikan matematika yang ada adalah proses belajar mengajar di kelas, yaitu berupa interaksi antara siswa, guru serta lingkungan sekolah untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Proses belajar mengajar tersebut harus mampu membelajarkan siswa, baik dalam berpikir maupun bersikap.

Banyak strategi pembelajaran yang dapat diterapkan guru dalam upaya meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Pemilihan pendekatan yang tepat selain dapat mengatur siswa di dalam kelas, juga dapat memberikan motivasi serta

2

Agus Suprijono, Cooperatif Learning Teori Dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h.3

3

Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), h.128.


(15)

dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya secara optimal, dengan demikian siswa tidak hanya menyerap informasi dari guru, akan tetapi siswa dapat memahami konsep matematika secara utuh karena adanya interaksi antara siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa lainnya.

Salah satu bentuk strategi pembelajaran yang dapat diterapkan guru dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan pembelajaran aktif agar belajar mengajar tidak hanya berpusat pada guru, tetapi siswa juga dapat menggali potensi yang mereka miliki untuk memahami suatu materi pelajaran. Pembelajaran yang dapat menumbuhkan suasana sedemikian rupa sehingga siswa akif bertanya, mempertanyakan dan mengemukakan gagasan, dan pembelajaran aktif mempunyai beberapa metode yang bisa digunakan salah satunya ialah pembelajaran aktif dengan metode memulai pelajaran dengan pertanyaan (learning stars with a question), yaitu metode yang mengajak siswa untuk dapat bertanya dan menemukan jawaban dari pertanyaan yang mereka ajukan dengan berdiskusi sesama kelompoknya agar mereka lebih mengerti materi yang diajarkan oleh guru. Sebelum mereka mengemukakan pertanyaan terlebih dahulu mereka harus membaca dan memahami materi yang diberikan oleh guru agar mereka bisa mengemukakan pertanyaan yang mereka ingin ajukan dari materi yang belum mereka pahami.

Strategi pembelajaran aktif dengan metode memulai pelajaran dengan pertanyaan (learning stars with a question) diharapkan dapat mengoptimalkan proses pembelajaran matematika di kelas karena dengan strategi ini siswa diharuskan untuk memahami materi yang akan diberikan oleh guru dengan cara mendiskusikannya sesama kelompoknya, selain itu mereka juga diminta untuk membuat pertanyaan-pertanyaan dari materi yang belum mereka pahami dengan cara seperti itu diharapkan siswa dapat meningkatkan hasil belajar matematikanya, atas dasar hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: ”Pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif Metode Memulai Pelajaran dengan Pertanyaan (Learning Starts With a Question) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa”.


(16)

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disebutkan di atas, terdapat beberapa masalah yang dapat dikemukakan, antara lain:

1. Hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika masih rendah 2. Kualitas pendidikan matematika di Indonesia saat ini masih rendah.

3. Pembelajaran matematika selama ini dirasakan belum bermakna bagi siswa 4. Praktik pendidikan yang selama ini berlangsung di sekolah masih jauh dari

hakikat pendidikan yang sesungguhnya.

5. Pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif metode memulai pelajaran dengan pertanyaan dapat dianggap meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

C.

Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini masalah yang disajikan dibatasi pada strategi pembelajaran yang digunakan yaitu strategi pembelajaran aktif dengan metode memulai pelajaran dengan pertanyaan yang pada hakikatnya bertujuan untuk merangsang siswa secara aktif untuk menggali informasi tentang materi yang akan dipelajari sebelum guru mengajarkannya di kelas. Selain itu juga dibatasi pada hasil belajar matematika siswa yang dinilai pada aspek kognitif, pokok bahasan segiempat

D.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah maka perumusan masalah dalam penelitian ini dapat ditulis sebagai berikut:

1. Bagaimana hasil belajar matematika dengan strategi pembelajaran konvensional?

2. Bagaimana hasil belajar matematika dengan strategi pembelajaran aktif dengan metode memulai pelajaran dengan pertanyaan (learning starts with a question)?


(17)

3. Apakah ada pengaruh startegi pembelajaran aktif dengan metode memulai pelajaran dengan pertanyaan (learning starts with a question) terhadap hasil belajar matematika siswa?

E.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Hasil belajar matematika dengan strategi pembelajaran konvensional.

2. Hasil belajar matematika dengan strategi pembelajaran aktif dengan metode memulai pelajaran dengan pertanyaan (learning starts with a question).

3. Pengaruh startegi pembelajaran aktif dengan metode memulai pelajaran dengan pertanyaan (learning starts with a question) terhadap hasil belajar matematika siswa.

F.

Manfaat Penelitian

Peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi:

1. Peneliti, dapat memperluas wawasan tentang cara pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif metode memulai pelajaran dengan pertanyaan (learning starts with a question)

2. Siswa, mendapat pengalaman belajar matematika melalui strategi pembelajaran aktif metode memulai pelajaran dengan pertanyaan (learning starts with a question) untuk dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

3. Guru, hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu strategi pembelajaran yang dapat diaplikasikan dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa. 4. Sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk mengembangkan

atau menerapkan strategi pembelajaran aktif metode memulai pelajaran dengan pertanyaan (learning starts with a question) di kelas-kelas lain.


(18)

A.

Kajian Teori

1.

Hasil Belajar Matematika

a. Pengertian Belajar

Belajar merupakan hal yang penting dalam dunia pendidikan, karena dengan belajar maka kita dapat mengetahui segala hal, dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak bisa menjadi bisa. Belajar juga merupakan kewajiban bagi setiap Muslim untuk menambah pengetahuan dan mengoptimalkan potensi yang Allah anugerahkan. Begitu pentingnya belajar dalam Islam hingga Allah menjanjikan akan meninggikan derajat orang-orang yang berilmu dan bertakwa. Hal ini dinyatakan dalam surat Al-Mujadilah:11 yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Q.S. Al-Mujadilah: 11). Begitulah Islam memuliakan orang-orang yang belajar atau menuntut ilmu.

Menurut Asep Herry Hermawan1 belajar adalah proses perubahan perilaku, dimana perubahan perilaku itu dilakukan secara sadar dan bersifat menetap, perubahan perilaku tersebut meliputi perubahan dalam hal perilaku kognitif, afektif dan psikomotor. Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktifitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alami. Sejalan dengan

1

Asep Herry Hermawan, dkk., Belajar & Pembelajaran Sekolah Dasar, (Bandung: Upi Press, 2007), h.2.


(19)

pengertian belajar diatas Morgan (Agus Suprijono)2 mendefinisikan belajar yaitu

Learning is any relatively permanent change in behavior that is a result of past experience (Belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman). Sedangkan Gagne mendefisikan belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktifitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan. Harold Spears berpendapat bahwa belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu.

Bagi Hilgard (Wina Sanjaya)3 belajar itu adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan baik latihan di dalam laboratorium maupun dalam kegiatan alamiah. Definisi yang tidak jauh berbeda dengan definisi di atas dikemukakan oleh Howard L. Kingsley (Wasty Soemanto)4 yaitu belajar adalah proses dimana tinglah laku (dalam artian luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.

Dari definisi-definisi yang dikemukakan diatas, M. Ngalim Purwanto5 mengemukakan adanya beberapa elemen yang penting yang mencirikan pengertian tentang belajar, yaitu bahwa:

1) Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah pada tingkah laku yang lebih baik.

2) Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman, dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar, seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi.

3) Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap, harus merupakan akhir daripada suatu periode waktu yang cukup panjang. Berapa lama periode itu berlangsung sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaknya akhir dari suatu periode yang mungkin berlangsung

2

Agus Suprijono, Cooperatif Learning Teori & Aplikasi PAKEM, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h.3

3

Wina Sanjaya, Kurikulum & Pembelajaran Teori dan Praktik Pemgembangan KTSP,(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008) h.229.

4

Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h.104. 5


(20)

hari, berbulan-bulan ataupun bertahun-tahun. Ini berarti kita harus mengenyampingkan perubahan-perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh motivasi, kelelahan, adaptasi, ketajaman perhatian atau kepekaan seseorang, yang biasanya hanya berlangsung sementara.

4) Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti: perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah/berpikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan ataupun sikap.

Menurut Wina Sanjaya6 belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan. Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Aktifitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari. Imam sakroni7 mengatakan bahwa dalam proses belajar mengajar, siswa bukan hanya sebagai objek, tetapi siswa harus aktif berinteraksi dengan lingkungan belajarnya. Semakin aktif siswa berinteraksi, semakin baik hasil perubahan yang didapatnya. Dari definisi-definisi dan uraian sebelumnya, maka penulis menyimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang tidak berasal dari pertumbuhan alami, melainkan melalui suatu proses latihan dan pengalaman yang bersifat permanen dan perubahan itu mencakup tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotor, tetapi dari ketiga ranah tersebut ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai bahan pelajaran yang telah dijelaskan oleh guru.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Menurut M. Ngalim Purwanto8 belajar adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku dan atau kecakapan. Dalam belajar banyak sekali faktor yang mempengaruhinya,

6

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran..., h.229 7

Imam Sakroni, Perbedaan Hasil Belajar Matematika Antara Siswa yang Diajar dengan Metode Problem Solving dengan Siswa yang Diajar dengan Pendekatan Problem Posing, (Jakarta: UNJ Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, 2005),h.23

8


(21)

menurut Wasti Soemanto9 faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu:

1) Faktor-faktor Stimuli Belajar

Yang dimaksud dengan stimuli belajar yaitu segala hal di luar individu yang merangsang individu untuk melakukan kegiatan belajar. Berikut ini dikemukakan hal yang berhubungan dengan faktor-faktor stimuli belajar: a) Panjangnya bahan pelajaran

Panjangnya bahan pelajaran berhubungan dengan jumlah bahan pelajaran. Bahan yang terlalu panjang dapat menyebabkan kesulitan siswa dalam belajar, kesulitan itu tidak semata-mata karena lamanya waktu yang digunakan untuk belajar, melainkan faktor kelelahan dan kejenuhan siswa. Semakin panjang bahan pelajaran, semakin panjang juga waktu yang diperlukan individu untuk mempelajarinya. Bahan yang terlalu panjang atau banyak dapat menyebabkan kesulitan individu untuk mempelajarinya. b) Kesulitan bahan pelajaran

Tiap-tiap bahan pelajaran mempunyai tingkat kesulitan yang berbeda. Tingkat kesulitan pelajaran mempengaruhi kecepatan siswa dalam menerima pelajaran. Makin sulit bahan pelajaran, makin lambat siswa menerimanya. Bahan yang sulit memerlukan aktifitas belajar yang lebih intensif.

c) Berat-ringannya tugas

Mengenai berat-ringannya tugas hal ini berkaitan dengan kemampuan individu. Tugas yang sama kesukarannya berbeda bagi masing-masing individu. Hal ini disebabkan karena kapasitas intelektual dan pemahaman yang mereka punya tidak sama. Tugas-tugas yang terlalu ringan dapat mengurangi tantangan belajar, dan tugas-tugas yang terlalu sulit dapat membuat individu kapok untuk belajar.

d) Suasana lingkungan eksternal

Suasana lingkungan eksternal menyangkut banyak hal, antara lain: cuaca, waktu (pagi, siang, sore, malam), kondisi tempat (kebersihan,

9


(22)

fasilitas, ketenangan), penerangan dan lain-lain. Faktor-faktor ini mempengaruhi sikap atau reaksi individu dalam belajar, sebab individu dalam belajar bereaksi dengan lingkunganya.

2) Faktor-Faktor Metode Belajar

Metode belajar yang digunakan oleh guru sangat mempengaruhi belajar yang digunakan oleh siswa, maksudnya metode pembelajaran yang digunakan guru menimbulkan perbedaan yang berarti bagi proses belajar siswa. Faktor-faktor metode belajar menyangkut hal-hal berikut:

a) Kegiatan berlatih atau praktek

Kegiatan berlatih dapat diberikan secara terus menerus atau secara terdistribusi dengan selingan waktu-waktu istirahat. Latihan yang dilakukan secara terus menerus dapat melelahkan dan membosankan, sedangkan latihan yang diberikan secara selingan dapat menjaga stamina dan keinginan belajar.

Jam pelajaran atau latihan yang terlalu lama kurang efektif, semakin pendek distribusi waktu untuk berlatih, semakin efektiflah latihan itu. Suatu latihan atau pekerjaan memerlukan waktu untuk istirahat. Lamanya istirahat tergantung pada jenis tugas yang dipelajari.

b) Overlearning dan drill

Untuk kegiatan yang bersifat abstrak misalnya mengingat dan menghafal, maka overlearning sangat diperlukan karena overlearning

dilakukan untuk mengurangi kelupaan untuk mengingat keterampilan- keterampilan yang diberikan tetapi dalam sementara waktu tidak dipraktekan. Apabila overlearning diberikan untuk keterampilan motorik, maka drill digunakan untuk berlatih abstrak, misalnya berhitung. Baik ”drill” ataupun ”overlearning” berguna untuk memantapkan reaksi dalam belajar.

c) Resitasi selama belajar

Resitasi lebih cocok untuk diterapkan pada belajar membaca atau belajar hafalan. Setelah diadakan kegiatan membaca atau penyampaian materi, kemudian siswa berusaha untuk menghafalnya tanpa melihat


(23)

bacaannya, jika dia telah menguasai suatu bagian, dapat melanjutkan kebagian selanjutnya dan seterusnya.

d) Belajar dengan keseluruhan dan bagian-bagian

Belajar dari keseluruhan ke bagian-bagian adalah lebih menguntungkan daripada belajar mulai dari bagian-bagian, karena mulai dari keseluruhan individu menemukan set yang tepat untuk belajar. Kelemahannya adalah memerlukan banyak waktu dan pemikiran sebelum belajar yang sesungguhnya berlangsung.

e) Pengenalan tentang hasil-hasil belajar

Dalam proses belajar, individu sering mengabaikan tentang perkembangan hasil belajar selama dalam belajarnya. Penelitian menunjukkan, bahwa pengenalan seseorang terhadap hasil atau kemajuan belajarnya adalah penting, karena dengan mengetahui hasil-hasil yang sudah tercapai, seseorang akan lebih berusaha menigkatkan hasil belajarnya.

f) Penggunaan modalitas indra

Modalitas indra yang digunakan masing-masing individu tidak sama. Ada tiga impresi yang penting dalam belajar, yaitu: oral, visual, dan kinestetik. Ada individu yang lebih berhasil belajarnya dengan menggunakan oral yaitu pendengaran, dalam belajar ia perlu membaca atau mengucapkan pelajaran dengan nyaring ataupun mendengarkan orang lain membaca. Ada yang belajar menekankan impresi visual yaitu penglihatan, dimana dalam belajar ia harus banyak menggunakan fungsi indra penglihatan. Begitu pula ada yang belajar dengan menekankan impresi kinstetik dengan banyak menggunakan fungsi motorik. Disamping itu ada juga yang belajar menggunakan kombinasi impresi indra.

g) Bimbingan dalam belajar

Bimbingan yang terlalu banyak diberikan oleh guru atau orang lain cenderung membuat sipelajar menjadi tergantung. Bimbingan harus diberikan dalam batas-batas yang wajar, hal yang terpenting ialah


(24)

memberikan modal kecakapan pada individu sehingga dapat melaksanakan tugas dengan sedikit bantuan dari orang lain.

3) Faktor-Faktor Individu

Faktor-faktor individual sangat besar pengaruhnya terhadap belajar seseorang, adapun faktor-faktor individual itu menyangkut hal berikut:

a) Kematangan

Kematangan pada individu terjadi karena proses pertumbuhan fisiologisnya. Kematangan memberikan kondisi dimana fungsi-fungsi fisiologis termasuk sistem saraf dan otak menjadi berkembang. Dengan berkembangnya sistem saraf dan otak hal ini dapat menumbuhkan kapasitas mental seseorang dan mempengaruhi dalam hal belajar.

b) Faktor usia kronologis

Pertambahan dalam hal usia selalu dibarengi dengan proses pertumbuhan dan perkembangan. Semakin tua usia individu semakin meningkat pula kematangan berbagai fungsi fisiologisnya. Usia kronologis merupakan faktor penentu daripada tingkat kemampuan belajar individu. Anak yang lebih tua lebih bisa mengerjakan tugas-tugas yang lebih berat dibandingkan anak yang lebih muda.

c) Faktor perbedaan jenis kelamin

Fakta menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang berarti antara pria dan wanita dalam hal intelegensi. Hingga saat ini belum petunjuk yang menguatkan tentang adanya perbedaan skill, minat, kemampuan dalam hal belajar dari perbedaan jenis kelamin.

d) Kondisi kesehatan jasmani

Orang yang belajar memerlukan kondisi badan yang sehat, orang yang sakit tidak dapat menerima pelajaran dengan efektif.

e) Kondisi kesehatan rohani

Gangguan serta cacat mental yang dialami seseorang sangat mempengaruhi hal belajar orang yang bersangkutan. Bagaimana orang bisa belajar dengan baik jika ia mengalami kesedihan, frustasi, atau sakit ingatan?


(25)

f) Motivasi

Motivasi yang berhubungan dengan kebutuhan, motif dan tujuan sangat mempengaruhi kegiatan dan hasil belajar, motivasi adalah penting bagi proses belajar, karena motivasi dapat menggerakan organisme agar dapat belajar dengan baik untuk mencapai tujuan.

c. Cara Belajar yang Baik

Menurut Syaiful Sagal10 proses pembelajaran tidak selalu efektif dan efisien, sehingga hasilnya tidak selalu optimal, karena terdapat beberapa hambatan yang dialami selama proses belajar berlangsung. Cara belajar yang baik secara umum menggambarkan bahwa:

1) Belajar secara efisien (mampu) yang ditampakkan pada komitmen yang tinggi untuk memenuhi waktu yang telah diatur, rajin melaksanakan tugas-tugas belajar, sungguh-sungguh menerima pelajaran, cahaya ruang belajar yang cukup dan lingkungan yang tenang, dan tersedia buku pelajaran yang baik dan cukup di sekolah (perpustakaan).

2) Mampu membuat berbagai catatan yaitu selalu mencatat pelajaran dan tertib dalam membuat catatan.

3) Mampu membaca, yaitu mampu memahami isi bacaan dari mata pelajaran, mampu membaca cepat (bagi siswa tertentu 1 halaman 1 menit), mata pelajaran yang dibaca lama tersimpan dalam ingatan, tahu mana yang perlu dihafal mana yang tidak, membaca utuh bukan bagian-bagian.

4) Siap belajar, yaitu belajar sebelum dan sesudah mengikuti mata pelajaran, menguasai atau memahami isi bacaan dari materi pelajaran, belajar berangsur atau bertahap agar tidak jenuh, dan mengulang bacaan untuk mengokohkan ingatan.

5) Keterampilan belajar yaitu membaca cepat dan faham apa yang dibaca, mencatat materi pelajaran secara sistematis, memiliki kemampuan bahasa untuk memahami pelajaran, mampu mengerjakan hitungan sesuai tingkat

10

Syaiful Sagal, Konsep dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar, (Bandung: ALVABETA, cv, 2008),h.58


(26)

sekolahnya, dan mengerti serta mampu menyatakan pikirannya dalam bentuk tulisan maupun lisan.

6) Memahami perbedaan belajar pada tingkat sekolah seperti SD, SLTP dan SMU yaitu apa yang dipelajari jauh lebih banyak, berusaha belajar secara mandiri, ada keseimbangan belajar tatap muka di kelas dengan belajar sendiri, dan pengendalian belajar tidak ketat agar tidak jenuh dan kaku. 7) Dukungan orangtua yang faham akan perbedaan belajar dimasing-masing

tingkatan sekolah dimana anaknya belajar. 8) Status harga diri lebih atau kurang.

d. Pengertian, Karakterisik dan Kegunaan Matematika 1) Pengertian Matematika

Menurut Erna Suwangsih dan Tiurlina11 kata matematika berasal dari bahasa Latin mathematika yang pada mulanya diambil dari basaha Yunani itu

mathematike yang berarti mempelajari. Kata itu mempunyai asal kata mathema

yang berarti pengetahuan atau ilmu. Kata mathematike berhubungan dengan kata lain yang hampir sama, yaitu mathen atau mathenein yang artinya belajar atau berfikir. Jadi, berdasarkan asal katanya, maka perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan berfikir (bernalar). Selain dari asal katanya matematika juga didefinisikan oleh beberapa para ahli diantaranya, James dan James (Erna Suwangsih dan Tiurlina)12, menurutnya matematika adalah ilmu tentang logika, mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan lainnya. Matematika terbagi dalam tiga bagian besar yaitu aljabar, analisis dan geometri. Reys mendefinisikan matematika adalah telaahan tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berfikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat.

11

Erna Suwangsih dan Tuirlina, Model Pembelajaran Matematika, (Bandung: Upi Press, 2006),h.3.

12


(27)

Menurut Kline (Mulyono Abdurahman)13 matematika merupakan bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah penggunaan cara bernalar deduktif, tetapi tidak juga melupakan cara bernalar induktif. Selanjutnya, Paling mengemukakan bahwa, matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia, suatu cara menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menggunakan pengetahuan tentang menghitung, dan yang paling penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan-hubungan.

Matematika tumbuh dan berkembang karena proses berfikir, oleh karena itu logika adalah dasar untuk terbentuknya matematika. Melalui penggunaan abstraksi dan penalaran logika, matematika dikembangkan dari pencacahan, penghitungan, dan pengkajian sistematik terhadap bentuk dan gerak objek-objek fisika. Pengetahuan dan penggunaan matematika dasar selalu menjadi sifat melekat dan bagian utuh dari kehidupan individual dan kelompok. Menurut TIM MKPBM jurusan pendidikan matematik UPI14 matematika hanyalah sebagai alat untuk berfikir, fokus utama belajar matematika adalah memberdayakan siswa untuk berfikir mengkonstruksi pengetahuan matematika yang pernah ditemukan oleh ahli-ahli sebelumnya.

Dari beberapa pendapat di atas, memang tidak mudah untuk mendefinisikan matematika secara tepat mengingat matematika memiliki cakupan yang luas. Namun, penulis menyimpulkan bahwa matematika merupakan bahasa simbolis yang terbagi dalam tiga bagian besar yaitu aljabar, analisis, dan geometri dengan ciri utama penggunaan cara bernalar deduktif dengan tidak melupakan cara bernalar induktif yang didapat melalui proses berpikir.

13

Mulyono Abdurahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h.252.

14

TIM MKPBM jurusan pendidikan matematik, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: JICA UPI, 2001),h.73


(28)

2) Karakteristik Matematika

Matematika berbeda dengan ilmu yang lainya, dari definisi yang telah diungkapkan di atas matematika memiliki karakteristik, diantaranya:

a) Matematika memiliki objek kajian yang abstrak

Objek dasar yang dipelajari matematika merupakan sesuatu yang abstrak, sering juga disebut objek mental. Menurut A. Saepul Hamdani15 objek-objek itu merupakan objek pikiran. Objek dasar itu meliputi:

i) Fakta, yaitu berupa konvensi-konvensi yang diungkap dengan simbol tertentu. Contoh: ”3+4” yang dipahami sebagai ”tiga tambah empat”

ii) Konsep, ide abstrak yang dapat digunakan untuk menggolongkan atau mengklarifikasikan sekumpulan objek. Apakah objek itu merupakan sekumpulan konsep atau bukan. Contoh: ”Segitiga” adalah suatu konsep. Dengan konsep itu kita dapat membedakan mana yang merupakan contoh segitiga dan mana yang bukan. Konsep berhubungan erat dengan definisi. Definisi adalah ungkapan yang membatasi suatu konsep. Dengan adanya definisi orang dapat membuat ilustrasi, gambar atau lambang dari konsep yang didefinisikan.

iii) Prinsip, secara sederhana dapatlah dikatakan bahwa prinsip adalah hubungan antara berbagai objek dasar matematika. Prinsip dapat berupa aksioma, teorema, sifat dan sebagainya. Contoh: Teorema Phytagoras. iv) Operasi, pengerjaan hitung, pengerjaan aljabar dan pengerjaan matematika

yang lain. Contoh: Penjumlahan, Perkalian, konjungsi, disjungsi, dan lain sebagainya.

b) Bertumpu pada kesepakatan

Dalam matematika kesepakatan merupakan tumpuan yang amat penting. Sebagai contoh adalah lambang bilangan yang digunakan sekarang: 1, 2, 3, lambang operasi perhitungan yang digunakan seperti penjumlahan (+), pengurangan (-), perkalian (x), pembagian (:) dan seterusnya merupakan contoh sebuah kesepakatan dalam matematika.

15

A. Saepul Hamdani dkk, Matematika 1 Edisi Pertama Paket 1-7, (Surabaya: LAPIS-PGMI, 2008), h.2-6.


(29)

c) Berpola pikir deduktif

Pola pikir deduktif secara sederhana dapat dikatakan sebagai pemikiran yang berpangkal dari hal yang bersifat umum diterapkan dan diarahkan pada hal yang bersifat khusus. Contoh: seorang siswa atau siswi telah memahami konsep lingkaran. Ketika berada di dapur siswa dapat menggolongkan peralatan dapur yang berbentuk lingkaran dan yang bukan. Ketika siswa-siswi mampu menunjukkan peralatan yang berbentuk lingkaran maka siswa-siswi tersebut telah menggunakan pola pikir deduktif. Contoh lainnya ialah ketika seorang siswa sudah mengerti konsep pembagian dan dia akan membagikan beberapa kue yang dimilikinya kepada beberapa orang temannya dengan pembagian yang sama rata. Ketika siswa mampu membagi kue-kue yang dimilikinya sama rata kebeberapa orang temannya maka siswa tersebut telah menggunakan pola pikir deduktif.

d) Memiliki simbol yang kosong dari arti

Secara umum simbol matematika sesungguhnya kosong dari arti. Simbol akan bermakna bila kita mengaitkannya dengan konteks tertentu. Contoh: tanda ”+” belum tentu berarti operasi tambah untuk dua bilangan, tanda ”-” belum tentu berarti operasi pengurangan untuk dua buah bilangan.

e) Memperhatikan semesta pembicaraan

Sehubungan dengan pernyataan tentang kekosongan arti simbol dan tanda dalam matematika di atas, ditunjukkan dengan jelas bahwa dalam penggunaan matematika diperlukan kejelasan lingkup model itu dipakai. Bila lingkup pembicaraannya bilangan, maka simbol-simbol itu diartikan suatu bilangan. Bila lingkup pembicaraannya transformasi, simbol-simbol itu diartikan suatu transformasi.

f) Konsisten dalam sistemnya

Dalam matematika terdapat banyak sistem. Dalam tiap-tiap sistem berlaku konsistensi, yaitu dalam setiap sistem tidak boleh terdapat kontradiksi. Suatu teorema ataupun suatu definisi harus menggunakan istilah atau konsep yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Konsistensi itu berlaku baik dalam makna maupun dalam hal penilaian kebenarannya.


(30)

3) Kegunaan Matematika

Menurut Erna Swaningsih dan Tirulina16 dalam kehidupan sehari-hari matematika memiliki beberapa kegunaan, diantaranya:

a) Matematika sebagai ilmu pelayan yang lain

Banyak ilmu-ilmu yang penemuan dan pengembanganya bergantung dari matematika.

Contoh:

- Penemuan dan pengembangan teori mandel menggunakan konsep probabilitas dalam ilmu biologi

- Untuk memecahkan masalah tentang kelistrikan digunakan perhitungan bilangan imajiner

- Matematika digunakan untuk memprediksi jumlah penduduk dalam ilmu kependudukan

- Pada ilmu pendidikan dan psikologi, khususnya dalam teori belajar, selain digunakan statistik juga digunakan persamaan matematis untuk menyajikan teori atau model dari penelitian.

- Barisan bilangan digunakan untuk merancang alat musik pada seni musik. - Banyak teori-teori dari fisika dan kimia (modern) yang ditemukan dan

dikembangkan melalui konsep kalkulus.

- Dengan matematika, Einstein membuat rumus yang dapat digunakan untuk menaksir jumlah energi yang diperoleh dari ledakan atom.

- Konsep transformasi geometrik digunakan untuk melukis mozaik pada seni grafis.

- Konsep fungsi kalkulus tentang diferensial dan integral digunakan dalam teori ekonomi untuk mengetahui permintaan dan penawaran

b) Matematika digunakan manusia untuk memecahkan masalahnya dalam kehidupan sehari-hari

Contoh:

- Memecahkan persoalan kehidupan sehari-hari.

16


(31)

- Pada melakukan transaksi jual beli, maka manusia memerlukan proses perhitungan matematika yang berkaitan dengan bilangan dan operasi hitungnya.

- Menghitung jarak yang ditempuh dari satu tempat ketempat yang lain

e. Hasil Belajar Matematika

Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu yang belajar. Imam Sakroni17 mengatakan bahwa tujuan proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa setelah menerima atau menempuh pengalaman belajar. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan hasil belajar. Menurut Agus Suprijono18 hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa:

1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.

2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang.

3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktifitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam pemecahan masalah.

4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian objek tersebut.

Jika belajar menimbulkan perubahan perilaku, maka hasil belajar merupakan hasil perubahan perilakunya. Menurut Purwanto19 karena perubahan perilaku menunjukkan perubahan perilaku kejiwaan yang meliputi domain kognitif, afektif,

17

Imam sakroni, Perbedaan Hasil...,h.24 18

Agus Suprijono, Cooperatif Learning…, h.5 19


(32)

dan psikomotorik. Sejalan dengan hal tersebut menurut Bloom (Agus Suprijono)20, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Berikut ini penjelasan tentang ketiga aspek tersebut:

1) Domain kognitif

Menurut taksonomi bloom (Tatang M. Amirin21, Prasetyo W.Wijaya22), penjabaran masing-masing level pada domain kognitif sebagai berikut:

a) Level 1 Remember (mengingat) yaitu memunculkan kembali apa yang sudah diketahui dan tersimpan dalam ingatan jangka-panjang. Kerja otak kita hanya mengambil informasi dalam satu langkah dan menulis informasi apa adanya.

Contoh: Apa rumus untuk mencari luas persegi?

Untuk menjawab soal level 1, kerja otak kita adalah mencari dan kegiatan berpikir praktis tidak ada. Seperti pada soal di atas kita cukup mencari rumus mencari luas persegi yaitu s2

b) Level 2 Understand (paham, memahami) yaitu menegaskan pengertian atau makna bahan-bahan yang sudah diajarkan, mencakup komunikasi lisan, tertulis, maupun gambar. Kerja otak kita mengambil informasi dalam satu langkah dan menjelaskannya secara lugas.

Contoh: Jelaskan apa perbedaan dari luas persegi dan keliling persegi? Untuk menjawab soal level 2, otak kita akan mengambil informasi tentang luas dan keliling persegi dalam sekali langkah. Kemudian kita akan menjelaskan luas dan keliling persegi itu secara bersama-sama untuk mengetahui perbedaannya. Penjelasannya menggunakan bahasa kita sendiri. Maka dari itu pada level ini, jawaban akan sangat bervariasi. Jadi dalam memeriksanya kita melihat apakah jawaban yang diberikan sudah mengandung poin-poin penting.

20

Agus Suprijono, Cooperatif Learning…, h.6 21

Tatang M. Amirin, Taksonomi Bloom Versi Baru, http://tatangmanguny.wordpree.com/2010/01/ 19/taksonomi-bloom-versi-baru/05 Maret 2010,h.11-12

22

Prasetyo W. Wijaya, Mengetahui Level Soal Matematika dengan Taksonomi Bloom, http://www docstoc.com /docs/4956972/Mengetahui-level-soal-matematika-dengan-taksonomi-bloom


(33)

Perbedaan luas dan keliling persegi adalah sebagai berikut:

No Item Luas Persegi Keliling Persegi

1. Rumus s2 4s

2. Yang diukur Luas Persegi

Bidang yang diarsir pada persegi diatas adalah luas

bidang. Luas persegi adalah mencari luas

bidang yang diarsir

Panjang garis yang mengelilingi bidang persegi

Garis tebal yang mengelilingi persegi diatas adalah keliling. Keliling persegi

adalah mencari panjang dari garis

itu.

c) Level 3 Apply (menerapkan) yaitu melakukan sesuatu, atau menggunakan sesuatu prosedur dalam situasi tertentu. Kerja otak kita mengambil informasi dalam satu langkah dan menerapkan informasi itu untuk memecahkan persoalan yang ada.

Contoh: Berapa luas persegi dengan sisi 8cm?

Untuk menjawab soal level 3, kita akan mencari permasalahannya terlebih dahulu. Setelah diketahui permasalahannya adalah mencari luas persegi, kemudian kita mencari rumus mencari luas persegi. Setelah itu langsung diterapkan dan bisa memecahkan permasalahan.

Rumus luas persegi = s2


(34)

Jawab : Luas persegi = s2

= 82 = 64 cm2

d) Level 4 Analyze (analisis) yaitu menguraikan sesuatu ke dalam bagian-bagian yang membentuknya dan menetapkan bagaimana bagian-bagian-bagian-bagian atau unsur-unsur tersebut satu sama lain saling terkait, dan bagaimana kaitan unsur-unsur tersebut kepada keseluruhan struktur atau tujuan sesuatu itu. Kerja otak kita mengambil informasi dalam satu langkah dan menerapkan informasi itu untuk memecahkan persoalan yang ada. Akan tetapi informasi itu belum bisa memecahkan permasalahan, sehingga dibutuhkan informasi lagi yang berbeda dari informasi yang sebelumnya untuk memecahkan permasalahan.

Contoh:

Pak Tani mempunyai pekarangan yang berbentuk persegi dengan sisi 20 m. Tiap 1 m2 pak tani membutuhkan pupuk sebanyak 10 gram. Jika 1 gram pupuk harganya Rp 5000, berapa uang yang harus disediakan pak tani untuk membeli pupuk?

Untuk menjawab soal di level 4, permasalahannya adalah berapa uang yang harus disediakan oleh pak tani untuk membeli pupuk yang cukup untuk pekarangannya. Untuk mengetahui berapa uang yang disediakan maka dibutuhkan data Jumlah pupuk yang dibutuhkan. Data Jumlah pupuk ini tidak tersedia jadi harus dicari terlebih dahulu. Untuk mencari data Jumlah pupuk yang dibutuhkan, diperlukan data luas pekarangan. Karena takarannya 10 gram pupuk diperuntukkan untuk 1m2. Data luas pekarangan tidak diketahui, tapi dapat dihitung dengan menggunakan rumus luas persegi karena sisi pekarangan diketahui.

Jadi dalam menyelesaikan permasalahan pada level 4 harus mencari informasi baru dengan data yang telah diketahui. Rumus yang diberikan tidak serta merta bisa langsung digunakan.

Permasalahan: Berapa Uang yang harus disediakan pak tani untuk membeli pupuk ?


(35)

Diketahui : 1 gram pupuk = Rp 5.000 1 m2 = 10 gram pupuk sisi pekarangan = 20 m

Jawab :

Luas persegi = s2

= 202

= 400 m2

jika 1 m2 = 10 gram pupuk,

maka 400 m2 = 400 x 10 gram pupuk = 4.000 gram pupuk Jika 1 gram pupuk = Rp 5.000,

Maka 4.000 gram pupuk = 4.000 x Rp 5.000 = Rp 20.000.000

Jadi uang yang harus disediakan pak tani untuk membeli pupuk sebesar Rp 20.000.000

e) Level 5 Evaluate (evaluasi atau menilai) yaitu menetapkan derajat sesuatu berdasarkan kriteria atau patokan tertentu. Pada level 5, kita dihadapkan dalam suatu permasalahan yang menuntut suatu keputusan. Dimana keputusan ini diambil setelah kita melakukan analisa secara menyeluruh. Contoh:

Diketahui persegi A mempunyai luas 81 cm2 dan persegi B mempunyai keliling 24 cm. Tentukan apakah persegi A dan B merupakan persegi dengan ukuran yang sama, jelaskan jawabanmu!

Untuk menjawab soal level 5, pertama kali yang kita perlukan adalah mengetahui syarat persegi dengan ukuran yang sama itu apa? persegi dikatakan memiliki ukuran yang sama jika luasnya sama atau kelilingnya sama. Tetapi persegi A diketahui luasnya sedangkan persegi B diketahui kelilingnya. Sehingga tidak bisa dibandingkan, maka perlu dicarikan suatu jalan untuk membandingkan kedua persegi.

Selain luas dan keliling, persegi dikatakan sama jika sisinya memiliki panjang yang sama. Di soal, tidak diketahui sisi persegi A dan B. Tetapi sisi persegi bisa dihitung jika diketahui luas atau keliling persegi.


(36)

Setelah itu baru dibandingkan. Jika sisi persegi A sama dengan sisi persegi B maka persegi A dan persegi B memiliki ukuran yang sama.

Permasalahan : Apakah persegi A dan B memiliki ukuran yang sama? Diketahui : luas persegi A = 81 cm2

Keliling persegi B = 24 cm Jawab :

Luas persegi A = sA2

81 = sA2

sA2 = 81

sA = 9 cm Keliling persegi B = 4sB

24 = 4sB

sB =

4 24

sB = 7cm

Dibandingkan, sA dengan sB, 9 > 7

Sisi persegi A (sA) lebih besar dari pada sisi persegi B (sB), jadi persegi A dan persegi B tidak memiliki ukuran yang sama

f) Level 6 Create (mencipta) yaitu memadukan unsur-unsur menjadi sesuatu bentuk utuh yang koheren dan baru, atau membuat sesuatu yang orisinil. Pada level 6, kita diharuskan untuk menghasilkan sesuatu hal/rumus yang baru yang bisa kita gunakan untuk memecahkan persoalan.

Contoh: Jelaskan secara matematika hubungan antara keliling dan dan persegi!

Untuk menjawab soal level 6, kita akan memperkirakan hubungan apa yang bisa terjalin. Secara logika, luas dan keliling persegi pasti memiliki hubungan karena perseginya sama.

Untuk langkah awal analisanya, kita memunculkan rumus luas dan keliling persegi terlebih dulu.

· Luas persegi (L) = s2


(37)

Ternyata dari rumus kita bisa mengetahui bahwa untuk menghitung luas dan keliling persegi dibutuhkan panjang sisi (s). dari sini kita bisa membayangkan langkah apa yang akan kita lakukan selanjutnya.

Langkah pertama kita harus mencari rumus menghitung panjang sisi jika diketahui keliling perseginya. Kemudian memasukkan rumus panjang sisi ke dalam rumus luas persegi. Setelah penghitungan akan keluar hasilnya dan hasilnya merupakan rumus baru.

- Kll = 4s

4

Kll

= s

s =

4

Kll

... (rumus 1)

- L = s2

L =

2 4 ⎟⎠

⎞ ⎜ ⎝ ⎛Kll

... (rumus 1 dimasukan)

L = 16

2

Kll

L = 16

1

Kll2 ... (rumus 2) Kll2 = 16L

Kll = 16 = 4L L... (rumus 3)

Jadi hubungan antara keliling dan luas persegi bisa dilihat pada rumus-2 dan rumus-3. Setelah menjawab soal level 6 kita mendapatkan 3 rumus baru. 2) Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan

respons), valuing (nilai), organization (organisasi), dan characterization

(karaktristik)

3) Domain psikomotor meliputi initatoty, pre-routine, dan rountinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, tekhnik, fisik, social, manajerial dan intelektual.


(38)

Sementara menurut Lindgren (Agus Suprijono)23 hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Jadi dari beberapa penjelasan terkait hasil belajar oleh beberapa pakar pendidikan diatas, hasil belajar matematik adalah hasil perubahan tingkah laku yang dialami siswa dalam proses pembelajaran matematika untuk menyelesaikan masalah yang berkenaan dengan matematik setelah ia menerima pembelajaran matematik dan perubahan tingkah laku tersebut umumnya dapat diamati yang menyangkut ranah kognitif yang berupa nilai.

2.

Strategi Pembelajaran Aktif

a. Pengertian Strategi Pembelajaran

Menurut Wina Sanjaya dalam Akhmad Sudrajat24 strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-kepuusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi dua bagian pula, yaitu: (1)

exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning. Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif. Strategi pembelajaran masih bersifat konseptual dan untuk mengimpletasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah

“a way in achieving something”.

Menurut Syaiful Sagal25 pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama

23

Agus Suprijono, Cooperatif Learning…, h.7 24

Akhmad Sudrajat, Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik dan Model Pembelajaran, http://www.psb-psma.org/content/blog/pengertian-pendekatan-strategi-metode-teknik-taktik-dan-model-pembelajaran, 12 Januari 2010

25


(39)

keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid. Menurut Asep Herry Hermawan26 Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses komunikasi transaksional antara guru dan siswa dimana proses tersebut bersifat timbal balik, proses transaksional juga terjadi antara siswa dengan siswa. Menurut Agus Suprijono27 pembelajaran berdasarkan makna lesikal berarti proses, cara, perbuatan mempelajari. Mengajar menurut William H. Burton (Syaiful Sagal)28 adalah upaya memberikan stimulus, bimbingan pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar.

Pendapat lain juga dikemukakan oleh Oemar Hamalik (Asep Herry Hermawan)29 bahwa ”pembelajaran adalah prosedur dan metode yang ditempuh oleh pengajar untuk memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar secara aktif dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran”

Dari pendapat yang dikemukakan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa strategi pembelajaran penekanannya pada kegiatan belajar siswa yang telah dirancang oleh guru dengan menggunakan berbagai metode yang telah melalui prosedur dan terlebih telah dirancang agar terjadi perubahan prilaku secara komprehensif. Dan yang terpenting dalam pembelajaran adalah adanya komunikasi timbal balik antara guru dengan siswa ataupun antara siswa dengan siswa baik itu secara langsung maupun tidak langsung yaitu melalui media. Jadi, subjek pembelajaran adalah peserta didik. Pembelajaran berpusat pada peserta didik, bukan berpusat pada guru dan siswa hanya pasif mendengarkan materi yang diberikan guru.

b. Pengertian Pembelajaran Aktif

Pembelajaran aktif adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan siswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri baik dalam bentuk interaksi antar siswa maupun siswa dengan pengajar dalam proses

26

Asep Herry Hermawan, dkk., Belajar dan..., h.3. 27

Agus Suprijono, Cooperatif Learning…, h.13. 28

Syaiful Sagal, Konsep dan Makna...,h.61 29


(40)

pembelajaran tersebut. Ketika peserta didik belajar dengan aktif berarti mereka yang mendominasi pelajaran. Dengan cara seperti ini berarti mereka menggunakan otak, baik untuk mengemukakan ide dalam pelajaran, mencari solusi dalam memecahkan masalah atau mengaplikasikan materi pelajaran yang telah mereka dapatkan. Dengan belajar aktif peserta didik dilibatkan dalam proses pembelajaran, sehingga pembelajaran dapat menciptakan suasana yag menyenangkan dan mendapatkan hasil yang optimal.

Menurut Hartono30 pembelajaran aktif dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Di samping itu pembelajaran aktif juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa/anak didik agar tetap tertuju pada proses pembelajaran. Mel Siberman31 menyebutkan paham belajar aktif, yaitu:

What I Hear, I Forget

What I hear, see, and ask questions about or discusswith someone else, I begin to understand.

What I hear, see, discuss, and do, I acqueri knowledge and skill What I teach to another, I master.

Jika kita hanya mendengar dan tidak melakukan apapun, maka kita akan lupa, ketika kita tidak hanya mendengar tetapi juga kita diskusikan dengan orang lain maka kita menjadi paham, dan untuk dapat menguasainya maka kita tidak cukup mendiskusikan dengan orang lain tetapi ketika kita sudah paham, maka kita harus mengajarkan kepada orang lain, karena dengan mengajarkan kepada orang lain kita mengulang kembali pelajaran yang sudah kita dapat.

Belajar aktif sangat diperlukan oleh peserta didik untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimum. Karena ketika peserta didik pasif atau hanya mendengarkan pelajaran cenderung mudah melupakan pelajaran yang telah

30

Hartono, Strategi Pembelajaran Aktif, http://sditalqalam.wordpress.com/2008/01/09/strategi-pembelajaran-active-learning/ 11 Januari 2010

31

Mel Siberman, Active Learning: 101Strategi Pembelajaran Aktif, Terj. Dari Active Learning: 101 Strategies to teach Any Subject oleh Sarjuli dkk, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2002), h. 1-2.


(41)

diberikan oleh guru. Oleh sebab itu diperlukan perangkat tertentu yang dilakukan oleh guru untuk dapat mengikat materi pelajaran yang telah diberikan. Belajar aktif adalah salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengikat informasi yang didapatkan dan disimpannya di dalam otak. Belajar yang hanya mengandalkan pendengaran mempunyai beberapa kelemahan, padahal hasil belajar seharusnya disimpan dalam waktu yang lama, sesuai dengan konsep pembelajaran aktif yang dikemukakan oleh Mell Siberman.

Jadi dari definisi terkait belajar aktif diatas maka dalam pembelajaran aktif, pembelajaran harus menumbuhkan suasana sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang proses aktif bagi siswa untuk membangun prses pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru dari materi yang diajarkan.

c. Urgensi Pembelajaran Aktif

Pembelajaran aktif penting untuk diterapkan karena di dalamnya terdapat cara agar siswa dapat belajar secara aktif. Untuk itu, penting pula diuraikan urgensi dari pembelajaran aktif. Terdapat urgensi penerapan pembelajaran aktif yang dikemukakan oleh Junaedi dkk32 yaitu:

1) Banyaknya kesempatan untuk membaca, mendengar, melihat, mempraktikkan dan mendiskusikan materi pembelajaran akan membuat siswa lebih banyak mengingat sesuatu yang telah dipelajarinya.

2) Aktivitas yang terdapat dalam pembelajaran aktif dapat mencegah terjadinya sesi monoton sehingga siswa akan lebih banyak memberikan perhatian dan lebih menikmati sesi pembelajaran.

3) Pembelajaran aktif dapat mengintegrasikan bahan-bahan ataupun pengetahuan baik yang lama maupun yang baru.

4) Siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran karena kemampuan berpikir siswa akan ditunjukkan dalam proses pembelajaran.

32


(42)

5) Gaya belajar siswa juga dilibatkan saat siswa diberi kesempatan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat mandiri.

6) Siswa akan lebih mampu mengulang langkah-langkah penting jika kegiatan tersebut dilakukan secara mandiri.

7) Tanggung jawab dan kerjasama yang tinggi sangat dibutuhkan dalam pembelajaran aktif.

8) Pembelajaran aktif mendorong interaksi tidak hanya antara siswa dengan siswa yang lain tetapi juga antara siswa dan guru.

9) Keterlibatan siswa secara optimal dalam pembelajaran menyebabkan minat dan motivasi belajar peserta didik meningkat.

d. Karakteristik Pembelajaran Aktif

Beberapa karakteristik pembelajaran aktif menurut Junaedi dkk33 sebagai berikut:

1) Pembelajaran tidak ditekankan pada penyampaian informasi oleh guru melainkan pada eksplorasi informasi dan pembangunan konsep oleh peserta didik.

2) Atmosfer pembelajaran mendukung atau kondusif mengembangkan keterbukaan dan penghargaan terhadap semua gagasan peserta didik. Peserta didik (laki-laki dan perempuan) juga merasa nyaman mengemukakan pendapat atau menanggapi pendapat orang lain karena lebih banyak berinteraksi antar peserta didik.

3) Peserta didik tidak hanya mendengarkan ceramah secara pasif melainkan mengerjakan beberapa hal yang berkaitan dengan materi pembelajaran.

4) Peserta didik dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan kooperatif yang memerlukan tanggung jawab indivual sekaligus ketergantungan positif antar anggota kelompok.

5) Peserta didik juga dirangsang untuk menggunakan kemampuan berpikir kritis analitis dan evaluatif.

33


(43)

6) Peserta didik terlibat dengan pemanfaatan berbagai sumber belajar baik di dalam maupun di luar kelas.

7) Guru mendapatkan umpan balik yang lebih cepat tentang proses dan hasil pembelajaran.

Selain karakteristik diatas, menurut Ari Samadi34 secara umum suatu proses pembelajaran aktif memungkinkan diperolehnya beberapa hal:

1) Interaksi yang timbul selama proses pembelajaran akan menimbulkan positive interdependence dimana konsolidasi pengetahuan yang dipelajari hanya dapat diperoleh secara bersama-sama melalui eksplorasi aktif dalam belajar.

2) Setiap individu harus terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan pengajar harus dapat mendapatkan penilaian untuk setiap siswa sehingga terdapat

individual accountability.

3) Proses pembelajaran aktif ini agar dapat berjalan dengan efektif diperlukan tingkat kerjasama yang tinggi sehingga akan memupuk social skills.

e. Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Pembelajaran Aktif

Untuk menerapkan pembelajaran aktif beberapa hal harus diperhatikan agar tujuan pembelajaran dapat dicapai sebagaimana mestinya. Melupakan hal-hal ini dapat saja membuat pembelajaran aktif tidak berhasil dan mengakibatkan tujuan pembelajaran tidak tercapai.

1) Tujuan pembelajaran aktif harus ditegaskan dengan jelas.

Pembelajaran aktif ditujukan agar siswa secara aktif bertanya dan menyatakan pendapat dengan aktif selama proses pembelajaran. Dengan proses seperti ini diharapkan siswa lebih memahami materi pembelajaran. 2) Siswa harus diberitahu apa yang akan dilakukan

Pada saat awal pembelajaran siswa harus diberi penjelasan apa yang akan dilakukan sehingga siswa dapat mengerti apa yang diharapkan darinya selama proses pembelajaran. Tekankan penjelasan ini berulang-ulang sehingga siswa memiliki kesadaran dan keinginan yang tinggi untuk berpartisipasi.

34

Ari Samadi, Pembelajaran Aktif (Active Learning), http://eng.unri.ac.id/download/teaching improvement/BK2_Teach&Learn_2/Active %20learning_5.doc 11 Januari 2010


(44)

3) Memberikan pengarahan yang jelas dalam diskusi

Diskusi dalam kelas merupakan tanggungjawab pengajar untuk menjaganya dalam alur dan tempo yang baik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam diskusi adalah:

a) Buat ringkasan dan hal-hal penting yang menjadi pendapat siswa serta kembalikan ke dalam diskusi untuk dapat mengundang pendapat-pendapat lain,

b) terima terlebih dahulu semua pendapat yang berkembang dan beri kesempatan yang sama pada pendapat-pendapat lain,

c) tunggu sampai beberapa siswa mengemukakan pendapat sebelum pengajar memberikan komentar,

d) setiap saat temukan isu penting yang menjadi bahasan dalam materi pembelajaran dan berikan penjelasan lebih lengkap dan arahkan diskusi pada isu-isu berikutnya.

4) Pertimbangkan teknik pembelajaran aktif yang dipergunakan

Setiap cara atau teknik dalam pembelajaran aktif memerlukan persiapan-persiapan yang berbeda tingkat kemudahannya begitu pula dalam pelaksanaannya. Oleh sebab itu perlu dipertimbangkan dengan baik teknik yang akan dipergunakan.

5) Penciptaan iklim pembelajaran aktif

Iklim pembelajaran aktif harus dapat diciptakan oleh pengajar. Beberapa cara untuk menciptakan ini adalah sebagai berikut:

a) Pada awal pertemuan minta siswa untuk menjelaskan ringkasan materi yang dibahas pada pertemuan sebelumnya.

b) Pada awal pertemuan minta siswa untuk memberikan pandangan serta perkiraan mengenai materi yang akan dibahas pada pertemuan tersebut.

c) Berikan contoh-contoh soal dan mintakan siswa untuk menyelesaikannya secara bersama

d) Secara periodik, hentikan memberi penjelasan dan minta siswa untuk membuat ringkasan mengenai materi yang telah dibicarakan selama 2


(45)

menit. Kemudian minta siswa mendiskusikannya dengan teman yang duduk di sebelahnya selama 2 menit.

e) Bentuk kelompok-kelompok kecil dalam kelas untuk mendiskusikan suatu topik, latihan mengerjakan soal, atau membuat ilustrasi konsep yang dipelajari pada saat pertemuan tersebut.

f) Minta siswa pada akhir pertemuan untuk membuat pertanyaan atas materi pertemuan dan menukarkannya dengan teman yang duduk di dekatnya, kemudian minta mereka menjawabnya pada pertemuan berikutnya.

g) Minta siswa untuk menilai learning objective mana yang telah dicapai dengan pembahasan materi pada pertemuan tersebut.

f. Metode Pembelajaran Aktif Memulai Pelajaran dengan Pertanyaan (Learning Starts With a Question)

Pada hakikatnya strategi pembelajaran aktif diberikan agar perhatian peserta didik terhadap materi yang dipelajarinya dapat membuat dirinya memahami secara utuh materi tersebut. Dari beberapa metode pembelajaran aktif yang ada, penulis mengambil metode memulai pelajaran dengan pertanyaan (learning starts with a question) sebagai metode pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian ini.

Alasan kenapa penulis mengambil metode memulai pelajaran dengan pertanyaan (learning start with a question) pada penelitian ini adalah metode ini dapat membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan tanggung jawab belajar siswa tentang apa yang mereka pelajari melalui cara yang menyenangkan dan tidak menakutkan. Strategi memulai pelajaran dengan pertanyaan (learning start with a question) merupakan strategi yang menekankan pada keterampilan membaca dan keterampilan bertanya. Keterampilan membaca diasah ketika siswa membaca dan memahami materi yang diberikan oleh guru, sedangkan keterampilan bertanya, ketika siswa menemukan permasalahan yang dihadapai dalam memahami materi dan menyusunnya menjadi sebuah pertanyaan. Belajar sesuatu yang baru akan lebih efektif jika peserta didik itu aktif dan terus bertanya ketimbang hanya menerima


(46)

apa yang disampaikan oleh pengajar. Menurut Hisyam Zaini35 Salah satu cara untuk membuat peserta didik belajar secara aktif adalah dengan membuat mereka bertanya tentang materi pelajaran sebelum ada penjelasan dari pengajar. Strategi ini dapat menggugah peserta didik untuk mencapai kunci belajar yaitu bertanya. Melalui metode memulai pelajaran dengan pertanyaan (learning starts with a question) ini, diharapkan siswa dapat lebih berkonsentrasi dalam belajar karena proses belajar siswa melalui beberapa tahap kejenuhan. Tentunya bimbingan guru dalam melakukan tahap demi tahap akan menambah motivasi siswa dalam belajar. Metode memulai pelajaran dengan pertanyaan (learning starts with a question) adalah suatu strategi pembelajaran aktif dalam bertanya, agar siswa aktif dalam bertanya maka siswa diminta untuk mempelajari materi yang akan dipelajarinya, yaitu dengan membaca terlebih dahulu, dengan membaca maka siswa memiliki gambaran tentang materi yang akan dipelajari, sehingga apabila dalam membaca atau membahas materi tersebut terjadi kesalahan konsep akan terlihat dan dapat dibahas serta dibenarkan secara bersama-sama. Untuk melihat apakah siswa telah mempelajari materi tersebut, maka guru memberi tugas kepada siswa membuat daftar pertanyaan, sehingga dapat terlihat berapa persen siswa yang belajar dan yang tidak belajar. Dengan membaca maka dapat memetik bahan-bahan pokok yang penting.

Selain alasan yang dikemukakan di atas, juga sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Chotimah di SMA Negeri 1 Comal, pada pelajaran biologi metode memulai pelajaran dengan pertanyaan (learning starts with a question) mempunyai pengaruh yang baik terhadap aktifitas dan hasil belajar siswa dan sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mayta Safitri di SD Negeri Kedaung 5 Sragen, pada pelajaran biologi dengan metode memulai pelajaran dengan pertanyaan (learning starts with a question) dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam memahami konsep sistem gerak pada manusia dan hewan serta dapat menigkatkan prestasi hasil belajar. Sedang dalam matematika metode memulai pelajaran dengan pertanyaan (learning starts with a question) hampir serupa

35

Hisyam Zaini, dkk, Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008),h.44


(47)

dengan problem posing yang pada prinsipnya, metode pembelajaran problem posing adalah metode pembelajaran yang mewajibkan para siswa untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar (berlatih soal) secara mandiri. Istilah

problem posing yang digunakan dalam reformasi dokumen pendidikan matematika kontemporer menurut Edward A. Silver (Imam Sakroni36), mengacu pada aktifitas yang agak berbeda, yaitu ”the problem posing itself the focus of attention” dimana problem posing itu sendiri merupakan fokus perhatian. Dalam hal ini tujuannya bukan solusi dari problem yang disediakan, tetapi kreasi problem baru dari suatu situasi atau pengalaman. Proses belajar mengajar dalam problem posing menekankan perumusan dan penyelesaian dari masalah yang dibuat oleh siswa.

Langkah-langkah pembelajaran problem posing menurut Bestari Dwi Handayani37yaitu: 1) memahami soal, 2) merencakan langkah penyelesaian soal dan 3) menyelesaikan soal tersebut. Dalam menggunakan metode problem posing

guru memulai pelajaran dengan menjelaskan materi kepada siswa dan dilanjutkan guru memberikan latihan soal-soal secukupnya kepada siswa. Setelah melakukan latihan soal-soal yang diberikan oleh guru, siswa diminta untuk mengajukan soal yang menantang dan siswa yang bersangkutan harus mampu menyelesaikannya. Selanjutnya secara acak guru mempersilahkan siswa untuk menyajikan soal temuannya di depan kelas.

Walaupun antara memulai pelajaran dengan pertanyaan(learning starts with a question) dan problem posing terdapat kesamaan yaitu kedua metode sama-sama mengasah kemampuan siswa dalam hal bertanya tetapi terdapat perbedaan antara metode memulai pelajaran dengan pertanyaan (learning starts with a question) dengan problem posing, yaitu pada problem posing guru memulai pelajaran dengan memberikan materi dan selanjutnya soal-soal latihan secukupnya, sedangkan pada memulai pelajaran dengan pertanyaan (learning starts with a question) guru tidak menjelaskan materi pada awal pelajaran, tetapi hanya memberikan bahan bacaan dan siswa secara berkelompok memahami dan

36

Imam Sakroni, Perbedaan Hasil...,h.26 37

Bestari Dwi Handayani, Efektifitas Penerapan Metode Problem Posing Dan Tugas Terstruktur Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa , (Palembang: FKIP Universitas Sriwijaya, 2008)h.3


(48)

mendiskusikan bahan ajar yang diberikan oleh guru. Selain itu pada problem posing siswa harus bisa membuat soal-soal baru yang menantang dan dapat menyelesaikannya setelah mendengarkan materi dan mengerjakan soal-soal latihan yang diberikan oleh guru, sedangkan pada memulai pelajaran dengan pertanyaan (learning starts with a question) siswa mengajukan pertanyaan dari bahan ajar yang telah mereka diskusikan yang tidak mereka pahami.

Kelebihan memulai pelajaran dengan pertanyaan (learning starts with a question) dibandingkan problem posing adalah pada memulai pelajaran dengan pertanyaan (learning starts with a question) siswa harus bisa membaca dengan baik bahan ajar yang diberikan guru karena membaca adalah kunci dari belajar, sehingga siswa bisa memahami materi pelajaran yang mereka pelajari dengan cara membuat pertanyaan dari bahan ajar yang tidak mereka pahami dan mendiskusikan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah buat agar mereka benar-benar mengerti maksud dari bahan ajar dan materi yang diberikan oleh guru. Sedang dalam problem posing guru memberikan materi terlebih dahulu dan siswa hanya diminta mebuat kreasi soal-soal yang beda dari soal-soal latihan yang telah diberikan oleh guru.

g. Langkah-langkah Metode Pembelajaran Memulai Pelajaran dengan Pertanyaan Aktif (Learning Starts With a Question)

Adapun langkah-langkah pembelajaran dalam metode memulai pelajaran dengan pertanyaan (learning starts with a question) adalah:

1) Guru membagikan bahan materi pada setiap pertemuan kepada peserta didik 2) Peserta didik mempelajari bahan materi yang telah dibagikan bersama dengan

teman sekelompoknya

3) Peserta didik memberi tanda bahan materi yang diberikan guru yang tidak mereka dipahami, kemudian peserta didik membahas poin-point yang tidak dipahami yang telah diberi tanda bersama dengan temannya.

4) Peserta didik menuliskan pertanyaan yang telah mereka bahas terkait bahan materi yang telah mereka pelajari.


(49)

5) Guru mengumpulkan pertanyaan yang telah ditulis oleh peserta didik, lalu secara bergantian perwakilan tiap kelompok mengemukakan pertanyaannya di depan kelas dan kelompok lain diberi kesempatan menjawab. Begitu seterusnya sampai semua kelompok mendapat giliran. Guru hanya berperan sebagai fasilitator untuk meluruskan yang salah dan menguatkan yang benar.

B.

Kerangka Berfikir

Fokus utama belajar matematika adalah memberdayakan siswa untuk berfikir mengkonstruksi pengetahuan matematika yang pernah ditemukan oleh ahli-ahli sebelumnya. Betapa pentingnya mempelajari matematika karena belajar matematika adalah belajar tentang kehidupan dan belajar untuk berfikir kritis. Sehingga siswa merasakan makna matematika dalam kehidupannya sehari-hari. Oleh karena itu pembelajaran yang diberikan oleh guru harus memperhatikan model, pendekatan, strategi dan metode yang tepat.

Salah satu strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk memudahkan siswa belajar matematika adalah strategi pembelajaran aktif dengan metode memulai pelajaran dengan pertanyaan (learning starts with a question), sehingga mendorong siswa untuk dapat mengerti dan memahami materi yang diajarkan oleh guru. Pembelajaran aktif adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan siswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri baik dalam bentuk interaksi antar siswa maupun siswa dengan pengajar dalam proses pembelajaran tersebut. Ketika peserta didik belajar dengan aktif berarti mereka yang mendominasi pelajaran, dengan cara seperti ini berarti mereka menggunakan otak, baik untuk mengemukakan ide dalam pelajaran, mencari solusi dalam memecahkan masalah atau mengaplikasikan materi pelajaran yang telah mereka dapatkan. Dengan belajar aktif peserta didik dilibatkan dalam proses pembelajaran, sehingga pembelajaran dapat menciptakan suasana yag menyenangkan dan mendapatkan hasil yang optimal.

Metode memulai pelajaran dengan pertanyaan (learning starts with a question) dapat membuat suasana kelas menjadi dinamis dan memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif, karena metode memulai pelajaran dengan


(50)

pertanyaan (learning starts with a question) adalah suatu strategi pembelajaran aktif dalam bertanya, agar siswa aktif dalam bertanya maka siswa diminta untuk mempelajari materi yang akan dipelajarinya, yaitu dengan membaca terlebih dahulu. Dengan membaca maka siswa memiliki gambaran tentang materi yang akan dipelajari dan membaca merupakan kunci dari pembelajaran sehingga apabila dalam membaca atau membahas materi tersebut terjadi kesalahan konsep akan terlihat dan dapat dibahas serta dibenarkan secara bersama-sama. Untuk melihat apakah siswa telah mempelajari materi tersebut, maka guru memberi tugas kepada siswa untuk membuat daftar pertanyaan, sehingga dapat terlihat berapa persen siswa yang belajar dan yang tidak belajar dengan membaca maka dapat memetik bahan-bahan pokok yang penting.

Berdasarkan uraian tersebut terliha adanya keterkaitan antara strategi pembelajaran aktif metode memulai pelajaran dengan pertanyaan (learning starts with a question) terhadap hasil belajar matematika siswa dengan demikian diduga adanya pengaruh strategi pembelajaran aktif dengan metode memulai pelajaran dengan pertanyaan (learning starts with a question) dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

C.

Hipotesis Penelitian

Rata-rata hasil belajar matematika siswa yang dalam pembelajarannya menggunakan strategi pembelajaran aktif dengan metode memulai pelajaran dengan pertanyaan (learning starts with a question) lebih tinggi dari rata-rata hasil belajar matematika siswa yang dalam pembelajarannya menggunakan metode konvensional.


(51)

A.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 181 Jakarta Pusat pada kelas VII semester genap tahun ajaran 2009/2010 dari tanggal 12 Mei sampai dengan 04 Juni 2010.

B.

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah kelas VII SMP Negeri 181 Jakarta. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah cluster random sampling yaitu memilih sampel bukan berdasarkan pada individual, tetapi berdasarkan subjek yang secara alami berkumpul bersama.

Setelah dilakukan cluster random sampling pada populasi yang akan diteliti maka didapat sampel untuk penelitian ini adalah kelas VII-1 sebagai kelas eksperimen dan kelas VII-3 sebagai kelas kontrol.

C.

Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuasi eksperimen, menurut Gempur Santoso1 yaitu apabila pada penelitian tiga prinsip rancangan penelitian eksperimen (replikasi, randomisasi, dan kontrol) diusahakan dipenuhi tetapi belum mencapai sempurna (sebenarnya). Peneliti menguji coba strategi pembelajaran aktif metode memulai pelajaran dengan pertanyaan (learning stars with a question) untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa dengan membandingkan tes hasil belajar matematika antara siswa yang menggunakan strategi pembelajaran aktif metode memulai pelajaran dengan pertanyaan (learning starts with a question) sebagai kelas eksperimen dan siswa yang menggunakan strategi pembelajaran konvensional sebagai kelas kontrol.

1

Gempur Santoso, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kulitatif, (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2005),h. 32


(52)

Desain penelitian yang digunakan adalah two group randomized subjects pretest posttest. Desain penelitian tersebut dinyatakan dalam tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1

Desain Penelitian Two Group Randomized SubjectsPretest Posttest

Kelompok Pretest Treatmen Posttest

E

R)

( Y XE Z

K

R)

( Y - Z

Keterangan:

(R)E : Kelompok eksperimen (R)K : Kelompok kontrol Y : tes awal yang diberikan

E

X : Perlakuan Kelompok eksperimen

Z : Tes yang diberikan

D.

Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes hasil belajar matematika untuk mengukur hasil belajar matematika siswa. Tes tersebut sebelumnya diuji cobakan kepada 30 orang siswa kelas VII-6 SMP Negeri 40 untuk menentukan validitas tiap butir, reliabilitas instrumen, uji tingkat kesukaran dan uji daya pembeda.

1. Uji Coba Instrumen a. Uji Validitas

Untuk mengukur validitas butir soal atau validitas item pada tes hasil belajar matematika digunakan korelasi Product MomentPearson sebagai berikut:

rxy

(

)( )

(

)

( )

− − − = } }{

{n X 2 X 2 n Y2 Y 2

Y X Y X n i I I i


(53)

Keterangan:

rxy = koefisien validitas instrument Xi = skor-skor tiap item ke-i

Y = skor total item

Dengan kriteria, jika r < rtabel, maka item dinyatakan tidak valid tetapi

Jika , maka item dinyatakan valid. Pada taraf siginifikasi 5%. Dari

hasil uji validitas 10 soal yang diujicobakan terdapat 5 soal yang valid (pada lampiran 12) dan soal yang tidak valid selanjutnya dibuang.

hitung

tabel hitung r

r

b. Uji Reliabilitas

Suatu alat ukur memiliki reliabilitas yang baik jika alat ukur itu memiliki konsistensi yang handal walau dikerjakan oleh siapapun (dalam level yang sama), dimanapun dan kapanpun. Untuk mengukur koefisien reliabilitas instrumen tes hasil belajar matematika digunakan rumus Alpha Cronbach sebagai berikut:

⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ − ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ −

=

2

2 1 1 t i it s s n n r Keterangan:

rit = koefisien reliabilitas instrumen

n = banyaknya butir soal

2

i

s = jumlah varians skor tiap-tiap item st2 = varians skor total

Klasifikasi reliabilitas yang digunakan menurut M. Subana dan Sudrajat mengacu2 pada klasifikasi interpetasi korelasi yaitu sebagai berikut:

2

Subana dan Sudrajat, Dasar-Dasar Penelitian Penelitian Ilmiah, (Bandung: Pustaka Setia, 2005),h.132


(1)

(2)

(3)

(4)

Nilai Kritis Distribusi F


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh penggunaan strategi pembelajaran aktif tipe learning starts with a question terhadap hasil belajar: kuasi eksperimen pada Kelas X SMAN 65 Jakarta

2 9 202

Pengaruh Metode Pembelajaran Learning Starts With A Question (LSQ) Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran IPS Kelas IV Di MIN 15 Bintaro

4 49 215

STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN STRATEGI PEMBELAJARAN LEARNING STARTS WITH A QUESTION TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH

0 6 154

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI STRATEGI LSQ (LEARNING STARTS WITH A QUESTION) DENGAN MEDIA KERTAS Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Strategi LSQ (Learning Starts With A Question) Dengan Media Kertas Berpetak Pada Siswa Kelas IV

0 1 12

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN IPA DENGAN METODE LEARNING STARTS WITH A QUESTION PADA Peningkatan Hasil Belajar pada Mata Pelajaran IPA dengan Metode Learning Starts With A Question pada Siswa Kelas 5 SD Negeri Pajang 3 Surakarta 2011/2012

0 2 11

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN IPA DENGAN METODE LEARNING STARTS WITH A QUESTION PADA SISWA KELAS 5 Peningkatan Hasil Belajar pada Mata Pelajaran IPA dengan Metode Learning Starts With A Question pada Siswa Kelas 5 SD Negeri Pajang 3 Surak

0 1 15

PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN LEARNING STARTS WITH A QUESTION PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN LEARNING STARTS WITH A QUESTION DENGAN MEDIA GAMBAR PADA POKOK BAHASAN KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HI

0 1 14

PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MENGGUNAKAN STRATEGI PEMBELAJARAN LEARNING STARTS WITH A QUESTION Peningkatan Hasil Belajar Biologi Menggunakan Strategi Pembelajaran Learning Starts With A Question Materi Sistem Pernapasan Pada Siswa Kelas Viii E Smp N

0 0 14

PERBANDINGAN PEMBELAJARAN STRATEGI QUESTION STUDENT HAVE DENGAN LEARNING STARTS WITH A QUESTION UNTUK MENINGKATKAN Perbandingan Pembelajaran Strategi Question Student Have Dengan Learning Starts With A Question Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Po

0 2 15

PERBANDINGAN PEMBELAJARAN STRATEGI QUESTION STUDENT HAVE DENGAN LEARNING STARTS WITH A QUESTION UNTUK MENINGKATKAN Perbandingan Pembelajaran Strategi Question Student Have Dengan Learning Starts With A Question Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Po

0 2 15