Pengaruh Metode Pembelajaran Learning Starts With A Question (LSQ) Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran IPS Kelas IV Di MIN 15 Bintaro

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar SarjanaPendidikan (S.Pd)

oleh

Resty Meidiana

NIM 1110018300086

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1435 H/2014 M


(2)

(3)

(4)

disusun oleh Resty Meidiana NIM. 1110018300086, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 17 November 2014 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.

Jakarta, 17 November 2014

Panitia Ujian Munaqasah

Ketua Panitia (Ketua Jurusan PGMI) Tanggal Tanda Tangan

Dr. Fauzan, MA ________ _____________

NIP. 19761107 200701 1 003

Sekretaris (Sekretaris Jurusan PGMI)

Asep Ediana Latip, M.Pd ________ _____________

NIP. 19810623 200912 1 003 Penguji I

Dr. Muhammad Arif, M.Pd ________ _____________

NIP. 19700606 199702 1 002 Penguji II

Dr. Iwan Purwanto, M.Pd ________ _____________

NIP. 19700606 199702 1 002

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Dra. Nurlena Rifa’I, MA., Ph.D


(5)

(6)

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Metode Pembelajaran

Learning Starts With A Question (LSQ) Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran IPS

Kelas IV di MIN 15 Bintaro. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan rancangan penelitian two group randomized subject pretest

posttest. Penelitian ini dilakukan di MIN 15 Bintaro tanggal 21 April – 12 Mei 2014.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan cluster random

sampling. Instrument penelitian ini berupa tes (pilihan ganda) yang berjumlah 25 soal

pilihan ganda (PG). Untuk mengukur validitas menggunakan Program Annates. Setelah dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan teknik Paired Sample T-Test diperoleh thitung sebesar 0,034 pada taraf signifikansi < 0,05, dengan demikian, H1 diterima dan H0 ditolak karena 0,034 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh Pengaruh Metode Pembelajaran Learning Starts With A Question (LSQ) Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran IPS.


(7)

of Tarbiyah and Teaching, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2014.

The purpose of this research is to determine the influence of LSQ Learning Method (Learning Starts With A Question) Against Learning Outcomes Subject IPS Class IV at MIN 15 Bintaro. In this research, we used quasi-experimental with research program with the two group randomized subject pretest posttest design. The research

is done in MIN 15 Bintaro from April 21th to May 12th 2014. In this research we used

cluster random sampling as a sample technique. This research instrument in the form of a test (multiple choice), amounting to 25 multiple choice questions (PG). To measure the validity may use the Annates Program. After testing the hypothesis by

using Paired Sample T-Test obtained t of 0.034 at a significance level of ρ < 0.05,

Thus, H1 is accepted and H0 is rejected because 0.034 < 0.05, so it can be concluded

that there are significant The Influence of LSQ Learning Method (Start Learning With A Question) Against Learning Outcomes Subject IPS.


(8)

“Pengaruh Metode Pembelajaran Learning Starts With A Question (LSQ) Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran IPS Kelas IV di MIN 15 Bintaro”. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar sarjana pendidikan (S.Pd) Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Banyak hambatan yang Penulis alami dalam penyusunan skripsi ini, namun dengan keyakinan dan kesungguhan, akhirnya Penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Tidak lupa pula Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu dalam penyusunan skripsi ini baik moral maupun material. Adapun ucapan terima kasih yang disampaikan Penulis kepada,

1. Dra. Nurlena Rifa’I MA, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah.

2. Dr. Fauzan, MA. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan izin atas penyusunan skripsi.

3. Asep Ediana Latip, M.Pd, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.

4. Takiddin, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang selalu sabar dan penuh pengertian membantu, dan memberikan pemahaman mengenai materi yang berhubungan dengan skripsi ini.

5. Seluruh Bapak dan Ibu dosen PGMI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang banyak membantu dan mengembangkan ilmu selama penulisan mengikuti proses perkuliahan.


(9)

kakak-kakaku Reza Annisa, SE, Arief Setyohadi, S.Pd, dan Febriyanti Istratul Jannah, AM. Keb, adik-adiku Reni Afriyanti Azizah, dan Muhammad Rizki Afrian. Yang selalu mendoakan dan mendorong penulis untuk tetap semangat dan telah banyak memberikan bantuan tenaga dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Sahabat-sahabatku tercinta, Roza Indah Pratiwi, S.Pd, Della Triwidiastuti, S.Pd, Risa Afriyanti, S.Pd, Rizka Muzayyinatul Jannah, Djehan Nur Mulyani, Triastuti Nur Hidayah, Saniatur Rohimah, Fitri Wahyuniarti, Putri Dwi Kartika, dan Dina Rosalina. Dan seluruh rekan mahasiswa PGMI 2010. Terima kasih atas bantuan, doa dan dukungan yang kalian berikan semoga kebersamaan kita menjadi kenangan terindah untuk menggapai kesuksesan dimasa mendatang.

9. Kepada Muhammad Ali Nasrullah (Anas), Orang yang selalu ada di hati penulis terima kasih atas kesetiaan menemani penulis di saat suka maupun duka dan perhatian, pengertian, pengorbanan serta semangat yang tercurahkan untuk penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah SWT dapat menerima sebagai amal kebaikan atas jasa baik yang diberikan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan-kekurangan karena terbatasnya kemampuan penulis. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan umunya bagi khasanah ilmu pengetahuan. Amin.

Jakarta, 08 Oktober 2014 Penulis


(10)

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ... 7

A. Kajian Teoretik ... 7

1. Metode Pembelajaran Learning Starts With A Question ... 7

a. Pengertian Metode Learning Starts With A Question (LSQ) ... 7

b. Langkah-langkah Metode Pembelajaran Learning Starts With A Question (LSQ) ... 7

c. Kelebihan dan kekurangan Metode Pembelajaran Learning Starts With A Question (LSQ) ... 9

2. Hakikat Belajar ... 10

a. Pengertian Belajar ... 10


(11)

4. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 16

a. Pengertian IPS ... 16

b. Tujuan Pembelajaran IPS ... 17

c. Karakteristik Pembelajaran IPS ... 18

d. Pendekatan-pendekatan Pembelajaran IPS ... 19

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 19

C. Kerangka Berpikir ... 22

D. Hipotesis Penelitian ... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 24

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 24

B. Metode dan Desain Penelitian ... 25

C. Populasi dan Sampel ... 25

1. Populasi ... 25

2. Sampel ... 26

D. Instrumen Pengumpulan Data ... 26

1. Tes ... 26

a. Pretest ... 26

b. Posttest ... 26

2. Wawancara ... 27

3. Observasi ... 28

4. Catatan Lapangan ... 28

E. Teknik Pengumpulan Data ... 28

F. Instrumen Penelitian ... 29


(12)

H. Teknik Analisis Data ... 35

1. Uji Persyaratan Analisis ... 35

a. Uji Normalitas ... 35

1) Uji Normalitas Pretest ... 36

2) Uji Nomrlaitas Posttest ... 36

b. Uji Homogenitas ... 37

1) Uji Homogenitas Pretest ... 37

2) Uji Homogenitas Posttest ... 37

2. Uji Hipotesis ... 38

I. Hipotesis Statistik ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41

A. Deskripsi Data ... 41

1. Pelaksanaan Pembelajaran ... 41

a. Kelas Eksperimen ... 41

1) Pertemuan Pertama ... 41

2) Pertemuan Kedua ... 42

3) Pertemuan Ketiga ... 42

4) Pertemuan keempat ... 43

b. Kelas Kontrol ... 44

1) Pertemuan Pertama ... 44

2) Pertemuan Kedua ... 44

3) Pertemuan Ketiga ... 45

4) Pertemuan Keempat ... 46


(13)

a. Data Posttest IPS Kelompok Eksperimen ... 55

b. Data Posttest IPS Kelompok Kontrol ... 57

B. Pengujian Persyaratan Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 60

1. Pengujian Persyaratan Analisis ... 60

a. Uji Normalitas ... 60

1) Uji Normalitas Pretest ... 60

2) Uji Normalitas Posttest ... 61

b. Uji Homogenitas ... 62

1) Uji Homogenitas Pretest ... 62

2) Uji Homogenitas Posttest ... 63

2. Pengujian Hipotesis ... 63

C. Pembahasan terhadap Temuan Penelitian ... 65

BAB V PENUTUP ... 68

A. Kesimpulan ... 68

B. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(14)

Tabel 3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 28

Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrument Penelitian ... 30

Tabel 3.5 Kriteria Besar Korelasi ... 33

Tabel 3.6 Klarifikasi Interprestasi Indeks Kesukaran ... 34

Tabel 3.7 Klarifikasi Interprestasi Daya Pembeda ... 35

Tabel 4.1 Daftar Nilai Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen ... 44

Tabel 4.2 Daftar Nilai Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol ... 45

Tabel 4.3 Deskripsi Data Pretest Kelompok Eksperimen ... 47

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai Pretest Kelompok Eksperimen ... 48

Tabel 4.5 Deksripsi Data Pretest Kelompok Kontrol ... 49

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai Pretest Kelompok Kontrol ... 50

Tabel 4.7 Deskripsi Data Posttest Kelompok Eksperimen ... 52

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai Posttest Kelompok Eksperimen ... 53

Tabel 4.9 Deskripsi Data Posttest Kelompok Kontrol ... 54

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai Posttest Kelompok Kontrol ... 55

Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas Pretest ... 57

Tabel 4.12 Hasil Uji Normalitas Posttest ... 58

Tabel 4.13 Hasil Uji Homogenitas Pretest ... 59

Tabel 4.14 Hasil Uji Homogenitas Posttest ... 60


(15)

Gambar 4.3 Histogram Nilai Posttest Kelompok Eksperimen ... 54 Gambar 4.4 Histogram Nilai Posttest Kelompok Kontrol ... 56


(16)

Lampiran 3 Kisi-kisi Instrumen Tes Lampiran 4 Soal Uji Instrumen Tes

Lampiran 5 Kunci Jawaban Instrumen Tes

Lampiran 6 Korelasi Skor Butir dengan Skor Total (UJi Validitas) Lampiran 7 Reliabilitas Tes

Lampiran 8 Daya Pembeda Lampiran 9 Tingkat Kesukaran Lampiran 10 Soal Pretest dan Posttest

Lampiran 11 Kunci Jawaban Soal Pretest dan Posttest

Lampiran 12 Rencana Pelaksana Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen Lampiran 13 Rencana Pelaksana Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol Lampiran 14 Hasil Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen

Lampiran 15 Hasil Pretest dan Posttest Kelas Kontrol Lampiran 16 Lembar Observasi Guru (Kelas Eksperimen) Lampiran 17 Lembar Observasi Guru (Kelas Kontrol) Lampiran 18 Lembar Observasi Siswa (Kelas Eksperimen) Lampiran 19 Lembar Observasi Siwa (Kelas Kontrol) Lampiran 20 Catatan Lapangan

Lampiran 21 Wawancara Guru IPS Kelas IV Setelah Pelaksanaan Tindakan Lampiran 22 Wawancara Siswa Kelas IV Setelah Pelaksanaan Tindakan Lampiran 23 Permohonan Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 24 Surat Permohonan Izin Penelitian Lampiran 25 Surat Keterangan Telah Penelitian Lampiran 26 Biodata Penulis


(17)

“Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dan siswa. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan.”1

Proses belajar terjadi secara abstrak, karena terjadi secara mental dan tidak dapat diamati, dapat diketahui jika ada perubahan perilaku yang berbeda dari seseorang baik dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Melalui proses pembelajaran, guru dituntut untuk mampu membimbing dan memfasilitasi peserta didik agar mereka dapat memahami kekuatan serta kemampuan yang mereka miliki, untuk selanjutnya memberi motivasi agar siswa terdorong untuk belajar sebaik mungkin untuk mewujudkan keberhasilan berdasarkan kemampuan yang mereka miliki.

Terutama di tingkat MI/SD yang merupakan lembaga pendidikan formal yang berperan penting dalam mengembangkan segala potensi dasar yang dimiliki peserta didik. Pengembangan potensi dasar peserta didik tersebut dapat dilakukan dengan berbagai upaya, salah satunya adalah melalui proses belajar mengajar. Untuk mencapai keberhasilan dalam proses belajar mengajar, sekolah harus menyediakan perangkat yang cukup agar dapat mengembangkan segala potensi dan kreativitas peserta didik secara optimal melalui penggunaan metode pembelajaran aktif dalam proses pembelajaran.

Guru harus dapat memasuki dunia peserta didik dalam proses pembelajaran melalui perencanaan pembelajaran. Dalam hal ini diperlukan kemampuan guru untuk memasuki dunia siswa baik sebelum maupun saat

1Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka


(18)

berlangsungnya pembelajaran, sehingga dapat mewujudkan pembelajaran yang berhasil secara akademik karena membantu guru menyelesaikan pembelajaran lebih cepat, lebih melekat dan lebih bermakna dengan hasil belajar yang memuaskan.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan guru mata pelajaran IPS di MIN 15 Bintaro, beliau menggunakan metode pembelajaran seperti sosio drama, ceramah, diskusi dan tanya jawab, tetapi mayoritas menggunakan metode ceramah. Dan hasil wawancara penulis dengan siswa kelas IV A dan IV B di MIN 15 Bintaro, beberapa siswa menyukai IPS dan beberapa siswa tidak menyukai IPS. Tapi lebih banyak yang kurang menyukai IPS karena IPS materi yang banyak menghafal.

Dalam pembelajaran metode yang digunakan guru belum bervariasi. mengakibatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS sangat kurang memuaskan, nilai rata-rata mata pelajaran IPS kelas IV di MIN 15 Bintaro adalah 55 sedangkan KKM mata pelajaran IPS 65. Hal itu disebabkan oleh pemahaman siswa yang masih kurang terhadap materi pokok yang diajarkan, dan materi IPS cenderung menghafal materi. Siswa cenderung pasif dalam setiap proses KBM yang dilaksanakan di dalam kelas, walaupun ada beberapa dari siswa yang bersikap aktif dalam menjawab beberapa pertanyaan guru dengan pemahaman konsep yang kurang memadai.

Dalam proses pembelajaran sering terjadi salah konsep antara guru dan siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru yang disebabkan oleh penguasaan konsep awal siswa yang tidak terbentuk sejak proses KBM dimulai. Bahkan sebagian dari mereka belum mengetahui materi apa yang akan dipelajari pada saat itu, mereka melaksanakan proses pembelajaran tanpa adanya kesiapan berupa pengetahuan dasar. Mereka hanya duduk, mendengarkan, dan menjawab pertanyaan semampu mereka tanpa mengetahui alur pembahasan yang dijelaskan oleh guru. Padahal, penguasaan konsep awal materi sangat dibutuhkan untuk mengarahkan peserta didik pada pembahasan materi selanjutnya.


(19)

Selain itu, jika siswa memiliki konsep materi lebih awal, pembelajaran menjadi terarah dan peserta didik menjadi paham materi yang akan disampaikan oleh guru. Kondisi kelas yang kurang kondusif semakin mempersulit tujuan pembelajaran dalam menciptakan komunikasi dua arah antara siswa dan guru. Guru harus melakukan diagnosis terhadap kondisi awal siswa, apakah peserta didik sudah membaca buku yang berisi materi yang akan dibahas dan apakah siswa memahami tentang materi yang akan dijelaskan.

Guru harus mampu mengambil tindakan untuk menenangkan suasana kelas sehingga terjadi interaksi yang kondusif antara guru dan peserta didik. Salah satu usaha untuk menstimulus siswa adalah dengan menggunakan media yang merangsang peserta didik untuk berpikir, cara lainnya adalah dengan menghubungkan materi yang akan dijelaskan dengan pengetahuan yang telah dimiliki oleh peserta didik sebagai bahan apersepsi.2

Maka perlu diterapkan metode pembelajaran yang bernilai edukatif dan inovatif agar dapat membuat peserta didik untuk tertarik mengikuti proses pembelajaran di kelas. Guru IPS di MIN 15 Bintaro dalam pembelajaran kurang menggunakan metode yang bervariasi, hanya menggunakan metode ceramah, diskusi dan tanya jawab. Jika guru dalam pembelajaran hanya menggunakan metode tersebut akan terjadi kejenuhan pada siswa saat proses pembelajaran berlangsung. Realitanya, Setiap siswa memiliki cara belajar yang berbeda-beda, maka diperlukan metode pembelajaran aktif yang harus diterapkan oleh guru pada saat penyampaian materi.

Banyak metode pembelajaran yang dapat diterapkan guru dalam upaya meningkatkan hasil belajar IPS siswa. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat selain dapat mengatur siswa di dalam kelas, juga dapat memberikan motivasi serta dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya secara optimal, dengan demikian siswa tidak hanya menyerap informasi dari guru, akan tetapi siswa dapat memahami konsep


(20)

IPS secara utuh karena adanya interaksi antara siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa lainnya.

Salah satu bentuk metode pembelajaran yang dapat diterapkan guru dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan pembelajaran aktif agar belajar mengajar tidak hanya berpusat pada guru, tetapi siswa juga dapat menggali potensi yang mereka miliki untuk memahami suatu materi pelajaran. Pembelajaran yang dapat menumbuhkan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan dan mengemukakan gagasan, dan pembelajaran aktif mempunyai beberapa metode yang bisa digunakan salah satunya ialah pembelajaran aktif dengan metode memulai pelajaran dengan pertanyaan

(Learning Starts With A Question), yaitu metode yang mengajak siswa

untuk dapat bertanya dan menemukan jawaban dari pertanyaan yang mereka ajukan dengan berdiskusi sesama kelompoknya agar mereka lebih mengerti materi yang diajarkan oleh guru. Sebelum mereka mengemukakan pertanyaan terlebih dahulu mereka harus membaca dan memahami materi yang diberikan oleh guru agar mereka bisa mengemukakan pertanyaan yang mereka ingin ajukan dari materi yang belum mereka pahami.

Metode memulai pelajaran dengan pertanyaan (Learning Starts With A

Question) diharapkan dapat mengoptimalkan proses pembelajaran IPS di

kelas karena dengan metode ini siswa diharuskan untuk memahami materi yang akan diberikan oleh guru dengan cara mendiskusikan sesama kelompoknya, selain itu mereka juga diminta untuk membuat pertanyaan-pertanyaan dari materi yang belum mereka pahami dengan cara seperti itu diharapkan siswa dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPS, atas dasar hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh Metode Pembelajaran Learning Starts With A Question (LSQ) Terhadap Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran IPS


(21)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:

1. IPS merupakan mata pelajaran yang kurang diminati siswa karena menghafal materi.

2. Peserta didik kurang menguasai konsep awal materi pada saat proses KBM berlangsung.

3. Interaksi antara guru dan siswa kurang aktif.

4. Kegiatan mengajar yang kurang bervariasi, sehingga berdampak pada pencapaian hasil belajar yang rendah dalam aspek kognitifnya.

C. Pembatasan Masalah

Untuk memperjelas masalah yang akan dibahas, maka penulis membatasi pada masalah:

1. Peserta didik kurang menguasai konsep awal materi pada saat proses KBM berlangsung.

2. Kegiatan mengajar yang kurang bervariasi, sehingga berdampak pada pencapaian hasil belajar yang rendah dalam aspek kognitifnya.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang dapat dirumuskan adalah Bagaimana pengaruh metode pembelajaran Learning Starts With A

Question (LSQ) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di kelas

IV MIN 15 Bintaro?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran Learning Starts With A Question (LSQ) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS.


(22)

F. Kegunaan penelitian

Secara umum hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi program pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, diantaranya adalah :

1. Manfaat bagi Sekolah

Sebagai bahan masukan bagi sekolah terutama guru-guru dalam memilih metode pembelajaran yang tepat dalam proses belajar mengajar.

2. Manfaat bagi Guru

Bagi guru mata pelajaran Ilmu Pendidikan Sosial, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi alternatif pilihan untuk menggunakan metode pembelajaran yang lebih efektif dalam pembelajaran.

3. Manfaat bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru dalam bidang pendidikan dan pendekatan-pendekatan pembelajaran yang akan menjadi bekal untuk diaplikasikan dalam kehidupan nyata setelah menyelesaikan studinya.


(23)

1. Metode Pembelajaran Learning Starts With A Question

a. Pengertian Metode Learning Starts With A Question (LSQ)

Suryo Budi Susanto berpendapat, “Metode learning starts with a

question adalah metode dimana siswa diarahkan untuk belajar mandiri

dengan membuat pertanyaan berdasarkan bacaan yang diberikan oleh guru.” 1 Kemudian siswa berusaha menemukan jawaban dari pertanyaan tersebut melalui diskusi dengan siswa lain dan guru ikut membantu apabila siswa kesulitan dalam menemukan jawaban.

Hamruni mengungkapkan, “Metode Learning Starts With A

Question (LSQ) adalah suatu metode pembelajaran dimana proses

belajar sesuatu yang baru akan lebih efektif jika siswa aktif dalam bertanya sebelum mereka mendapatkan penjelasan tentang materi yang akan dipelajari dari guru sebagai pengajar.”2

Salah satu cara untuk membuat siswa belajar secara aktif adalah dengan membuat mereka bertanya tentang materi pelajaran sebelum ada penjelasan dari pengajar. metode ini dapat memberikan stimulus siswa untuk mencapai kunci belajar, yaitu bertanya.

b. Langkah-langkah Metode Pembelajaran learning starts with a question

Agus Suprijono mengatakan, “Langkah-langkah penerapan metode pembelajaran Learning Starts With A Question (LSQ), adalah:”

1 Suryo Budi Susanto, Pengaruh Strategi Learning Starts With A Question Terhadap Hasil

Belajar Siswa Pada Standar Kompetensi Memahami Sifat Dasar Sinyal Audio di SMK Negeri 2 Surabaya, (Jurnal Pendidikan Teknik Elektro, No. 1, Tahun 2013), hal. 432.

2 Hamruni, Strategi dan Model-model Pembelajaran aktif-Menyenangkan, (Yugyakarta: Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2009), hal. 276.


(24)

1) Pilih bacaan yang sesuai kemudian bagikan kepada siswa. Dengan cara memilih satu topik atau bab tertentu dari buku teks. Usahakan bacaan itu bacaan yang memuat informasi umum atau bacaan yang memberi peluang ntuk ditafsirkan berbeda-beda. 2) Mintalah kepada siswa untuk mempelajari bacaan secara sendiri

atau dengan teman.

3) Mintalah kepada siswa untuk memberi tanda pada bagian bacaan yang tidak dipahami. Anjurkan kepada mereka untuk memberi tanda sebanyak mungkin. Jika waktu memungkinkan, gabungkan pasangan belajar dengan pasangan yang lain, kemudian minta mereka untuk membahas poin-poin yang tidak diketahui yang telah diberi tanda.

4) Di dalam pasangan atau kelompok kecil, minta kepada siswa untuk menuliskan pertanyaan tentang materi yang telah mereka baca.

5) Kumpulkan pertanyaan-pertanyaan yang telah ditulis oleh siswa. 6) Sampaikan materi pelajaran dengan menjawab

pertanyaan-pertanyaan tersebut.3

Teknik bertanya merupakan cara yang digunakan oleh guru untuk mengajukan sejumlah pertanyaan kepada siswanya dengan memperhatikan karakteristik dan latar belakang siswa. Dengan mengajukan pertanyaan yang menantang, siswa akan terangsang untuk berimajinasi sehingga dapat mengembangkan gagasan-gagasan barunya yang berisi tentang informasi yang lengkap. Dalam proses belajar mengajar, bertanya memegang peranan penting, sebab bertanya dapat membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu masalah yang sedang dibicarakan, menuntun proses berpikir siswa, dan memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang sedang dibahas.

3Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hal. 112.


(25)

c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Learning Starts With A Question

“Sudrajat dalam blognya mengatakan bahwa terdapat kelebihan dan kelemahan dalam Metode Pembelajaran Learning Starts With A

Question. Diantaranya adalah:”

1) Kelebihan Metode Pembelajaran Learning Starts With A Question a) Siswa lebih siap memulai pelajaran, karena siswa telah terlebih dahulu belajar sehingga mempunyai sedikit gambaran dan lebih paham setelah mendapat tambahan penjelasan dari guru;

b) Siswa menjadi aktif bertanya;

c) Materi dapat diingat lebih lama oleh siswa;

d) Kecerdasan siswa lebih diasah pada saat siswa belajar untuk mengajukan pertanyaan;

e) Mendorong tumbuhnya keberanian siswa untuk mengutarakan pendapat secara terbuka dan memperluas wawasan siswa melalui bertukar pendapat;

f) Siswa belajar memecahkan masalah sendiri dan bekerjasama antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai; g) Dapat mengetahui mana siswa yang belajar dan mana siswa

yang tidak belajar.

2) Kekurangan Metode Pembelajaran Learning Starts With A Question

a) Membutuhkan waktu panjang jika banyak pertanyaan yang dilontarkan siswa;

b) Jika guru memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk menjawab, pertanyaan atau jawaban bisa melantur jika siswa tersebut tidak belajar atau tidak menguasai materi;

c) Apatis bagi siswa yang tidak terbiasa berbicara dalam forum atau siswa yang pasif;


(26)

d) Mensyaratkan siswa memiliki latar belakang yang cukup tentang topik atau masalah yang diskusikan.4

2. Hakikat Belajar a. Pengertian Belajar

Slameto berpendapat, “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.” 5 Jamil Suprihatiningrum

berpendapat, “Belajar merupakan suatu proses perubahan kegiatan dan reaksi terhadap lingkungan.”6Syaiful Bahri Djamarah mengungkapkan,

“Belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.”7

Dengan demikian, belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan dengan individu secara sadar untuk memperoleh perubahan tingkah laku tertentu, baik dapat diamati secara langsung maupun yang tidak dapat diamati secara langsung sebagai pengalaman (latihan) dalam interaksinya dengan lingkungan. Pengalaman hidup sehari-hari dalam bentuk apapun dapat diartikan sebagai belajar karena pengalaman hidup juga berpengaruh besar terhadap pembentukan kepribadian yang bersangkutan.

b. Teori Belajar

Berikut ini akan dikemukakan beberapa teori belajar, yang merupakan hasil penyelidikan para ahli psikologi sesuai dengan aliran

4Hamruni., op.cit., hal. 280.

5 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), hal. 2.

6 Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran Teori dan Praktek, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hal. 13.


(27)

psikologinya masing-masing. Ngalim Purwanto berpendapat, “Teori belajar yang terkenal dalam psikologi antara lain adalah:”8

1) Teori Conditioning

a) Teori Classical Conditioning (Pavlov dan Watson)

Maka menerut teori conditioning belajar itu adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat (conditions) yang kemudian menemukan reaksi (response). Untuk menjadikan seseorang itu belajar haruslah kita memberikan syarat-syarat tertentu. Yang terpenting dalam belajar menurut teori conditioning ialah adanya latihan-latihan yang kontinu. Yang diutamakan dalam teori ini ialah hal belajar yang terjadi secara otomatis.

b) Teori Conditioning dari Guthrie

Masih dalam rangka uraian tentang teori conditioning, berikut ini diuraikan sekedarnya teori Guthrie yang kami anggap penting untuk diketahui Guthrie mengemukakan bagaimana cara metode untuk mengubah kebiasaan-kebiasaan yang kurang baik, berdasarkan teori conditioning Guthrie juga mengemukakan baha tingkah laku manusia itu secara keseluruhan dapat dipadang sebagai deretan-deretan tingkah laku yang terdiri dari unit-unit. Unit-unit tingkah laku ini reaksi atau respon dari stimulus sebenarnya dan kemudian unit tersebut menjadi pula stimulus yang kemudian menimbulkan response bagi unit tingkah laku yang berikutnya. Demikianlah seterusnya sehingga merupakan deretan-deretan unit tingkah laku yang terus-menerus.

c) Teori Operant Conditioning (Skinner)

Sepeti Pavlov dan Watson, Skinner juga memikirkan tingkah laku sebagai hubungan antara perangsangan dan respons.


(28)

Hanya perbedaannya Skinner membuat perincian lebih jauh Skinner membedakan adanya dua macam respons, yaitu:

(1) Respondent response (ferlexive response), respon yang

ditimbulkan oleh perangsang-perangsang tertentu. Misalnya, keluar air liur setelah lihat makanan tertentu. Apa umumnya, perangsang-perangsang yang demikian itu mendahului respon yang ditimbulkannya.

(2) Operant response (instrumental response), respon yang

timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang-perangsang tertentu. Perangsang yang demikian itu disebut reinforcing stimull atau reinforce, karena perangsang itu memperkuat respon yang telah dilakukan oleh organisme. Jadi yang demikian itu mengikuti (dan karenanya memperkuat) sesuatu tingkah laku tertentu yang telah dilakukan.

d) Teori Systematic Behavior (Hull)

Clark C. Hull mengemukakan teorinya, yaitu bahwa suatu kebutuhan atau keadaan terdorong (oleh motif, tujuan, maksud, aspirasi, ambisi) harus ada dalam diri seseorang yang belajar, sebelum suatu respon dapat diperkuat atas dasar pengurangan kebutuhan itu.

2) Teori Conectionism (Thorndike)

Proses belajar menurut Thorndike melalui proses:

a) Trial and error (mencoba-coba dan mengalami kegagalan),

dan

b) Law of effect; yang berarti bahwa segala tingkah laku yang

berakibatkan suatu keadaan yang memuaskan (cocok dengan tuntutan situasi) akan diingat dan dipelajari dengan sebaik-baiknya.


(29)

Sedangkan segala tingkah laku yang berakibat tidak menyenangkan akan dihilangkan atau dilupakannya. Tingkah laku ini terjadi secara otomatis.

3) Teori Belajar menurut Psikologi Gestalt

Maka belajar menurut psikologi Gestalt bukan hanya sekedar merupakan proses asosiasi antara stimulus-respons yang makin lama makin kuat karena adanya latihan-latihan atau ulangan-ulangan. Dengan singkat, belajar menurut psikologi Gestalt dapat diterangkan sebagai beriku:

a) Dalam belajar faktor pemahaman atau pengertian merupakan faktor yang penting. Dengan belajar dapat memahami atau mengerti hubungan antara pengetahuan dan pengalaman. b) Dalam belajar, pribadi atau organisme memegang peranan

yang paling central. Belajar tidak hanya dilakukan secara reaktif-mekanistis belaka, tetapi dilakukan dengan sadar, bermotif dan bertujuan.

Yang penting bagi kita sebagai pendidik ialah mengambil manfaat dari masing-masing teori itu, dan menggunakannya dalam praktek sesuai dengan situasi dan materi yang dipelajari dan diajarkan. Sebab kita mengetahui bahwa macam-macam cara belajar yang dikemukakan oleh berbagai teori belajar tersebut di atas dalam batas tertentu berlaku pula bagi manusia apabila teori yang dikemukakan oleh psikologi Gestalt.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Peristiwa belajar yang terjadi pada diri peserta didik dapat diamati pada perbedaan kinerja, perilaku dan proses sebelum dan setelah mengalami proses belajar. Pada dasarnya makna belajar adalah adanya perubahan tingkah laku setelah seseorang melaksanakan proses belajar dan pembelajaran. Proses belajar seseorang dapat dinilai berhasil jika peserta didik mampu mencapai indikator yang telah ditentukan dalam


(30)

tujuan pembelajaran. Hasil belajar setiap peserta didik memiliki karakteristik dan hasil belajar yang berbeda-beda. Ngalim purwanto

berpendapat, “faktor-faktor itu, dapat kita bedakan menjadi dua golongan:”

1) Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang kita sebut faktor individual, antara lain: faktor kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi.

2) Faktor yang ada di luar individu yang kita sebut faktor sosial, antara lain: faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan dalam belajar mengajar, lingkungan dan motivasi sosial.9

3. Hakikat Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar

Nana Sudjana mengatakan, ”Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.”10 Hasil belajar yang dimaksud dapat berupa pemahaman siswa mengenai pelajaran yang telah diberikan, atau dapat berupa analisis terhadap suatu hal, dan dapat pula dalam bentuk pemecahan masalah yang dilakukan oleh siswa terhadap suatu hal tertentu.

Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh Ngalim Purwanto, menurutnya, “Hasil belajar adalah hasil-hasil pelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswa dalam jangka waktu tertentu.”11 Hasil belajar yang dimaksud dapat berupa tes, ulangan harian, atau evaluasi akhir. Gredler mengatakan bahwa “Hasil belajar merupakan respon (tingkah laku) yang baru.”12 Sedangkan menurut Hamalik,

9Ngalim Purwanto, ibid., hal. 102.

10 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), hal. 22.

11 Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Tehnik Evaluasi Pengajaran, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 1994), Cet VII, hal. 33

12 Nurdin Ibrahim, Pengaruh Pembelajaran Berbantuan KomputerTerhadap Hasil Belajar, (Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 1, Januari 2009), hal. 111.


(31)

“Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku subjek yang meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik dalam situasi tertentu berkat pengalamannya yang berulang-ulang.”13

Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan bukti pencapaian kemampuan belajar yang diperoleh siswa setelah melalui serangkaian kegiatan pembelajaran, yang bertujuan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

Agus Suprijono mengatakan bahwa, “Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Masing- masing kemampuan meliputi:”

1) Domain kognitif meliputi: knowledge (pengetahuan, ingatan),

omprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas),

application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan

hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan,),

evaluation (menilai).

2) Domain afektif terdiri dari: receiving (sikap menerima),

responding (memberikan respon), valuing (nilai), organization

(organisasi), characterization (karakteristik).

3) Domain psikomotorik terdiri dari: mencakup kemampuan produktif, tekink, fisik, sosial dan intelektual.14

b. Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Pada dasarnya hasil belajar siswa yang baik dalam kegiatan pembelajaran di sekolah bukan hanya disebabkan oleh kecerdasan siswa itu saja, akan tetapi masih ada hal lain yang juga menjadi faktor penentu yang tidak dapat dipisahkan dalam mencapai keberhasilan

13 Ahmad Jamalong, Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Kooperatif NHT di Kelas X SMA Negeri 1 Beduai Kabupaten Sanggau, (Jurnal Pendidikan & Kebudayaan, No. 4, Desember 2012).


(32)

belajar siswa. Ngalim Purwanto berpendapat, “faktor-faktor tersebut dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:”

1) Faktor Eksternal dapat diklasifikasikan menjadi dua, yakni faktor lingkungan dan faktor instrumental. Yang dikategorikan faktor lingkungan antara lain: alam dan sosial. Sedangkan yang dikategorikan faktor instrumental antara lain: kurikulum/bahan pelajaran, guru/pengajar, sarana, fasilitas, dan administrasi/manajemen.

2) Faktor internal dapat diklasifikasikan menjadi dua, yakni faktor fisiologi dan faktor psikologi. Yang dikategorikan faktor fisiologi antara lain: kondisi fisik dan kondisi panca indera. Sedangkan yang dikategorikan faktor psikologi antara lain: bakat, minat, kecerdasan, motivasi dan kemamapuan kognitif.15

4. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) a. Pengertian IPS

Istilah “Ilmu Pengetahuan Sosial”, disingkat IPS, merupakan nama

mata pelajaran di tingkat sekolah dasar dan menenagah atau nama program studi di perguruan tinggi yang identik dengan istilah

“social studies” dalam kurikulum persekolahan di Negara lain,

khususnya di Negara-negara Barat seperti Australia dan Amerika Serikat.16

Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu social dan kewarganegaraan.17

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya. IPS juga dirumuskan atas dasar realita dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial.18

15Ngalim Purwanto., op.cit., 107.

16 Sapriya, Pendidikan IPS, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), Cet 1, hal. 19.

17 Arnie Fajar, Portofolio Dalam Pelajaran IPS, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), Cet 1, hal. 110.

18 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hal. 124.


(33)

Jadi IPS adalah mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial. Dan IPS juga membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Lingkungan masyarakat dimana peserta didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat, dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitar. Pembelajaran IPS membantu peserta didik dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi sehingga akan menjadikannya semakin mengerti dan memahami lingkungan sosial masyarakatnya.

b. Tujuan Pembelajaran IPS

Tujuan mata pelajaran IPS di SD dan MI adalah:

1) Mengajarkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, dan kewarganegaraan melalui pendekatan pedagogis dan psikologis;

2) Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan social;

3) Membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai social dan kemanusiaan;

4) Meningkatkan kemampuan bekerjasama dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk, baik secara rasional maupun global.19

Tujuan utama IPS ialah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat.20

Dan tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program pelajaran IPS disekolah diorganisasikan secara baik. Jadi kesimpulannya tujuan dari pembelajaran IPS adalah untuk mendidik

19Arnie Fajar., ibid., hal. 110-111. 20 Trianto., op.cit., hal. 176.


(34)

dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan lingkungannya, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

c. Karakteristik Pembelajaran IPS

Karakteristik pembelajaran IPS yang membedakan dengan pembelajaran ilmu-ilmu social lainnya (geografi, sejarah, ekonomi, hokum dll). A. Kosasih Djahiri mengatakan bahwa ciri dan sifat utama dari pembelajaran IPS, sebagai berikut:

1) IPS berusaha mempertautkan teori ilmu dengan fakta atau sebaliknya;

2) Pembahasan IPS tidak hanya dari saru bidang disiplin ilmu saja, melainkan bersifat komprehensif (meluas/dari berbagai ilmu sosial lainnya, sehingga berbagai konsep ilmu secara terintegrasi terpadu) digunakan untuk menaalah satu masalah/tema/topic. Pendekatan seperti itu disebut pendekatan integrated, pendekatan

broadfield, dan multiple resources (banyak sumber);

3) Mengutamakan peran aktif siswa melalui proses belajar nquiri agar siswa mampu mengembangkan berpikir kritis, rasional dan analitis;

4) Pembelajaran tidak hanya mengutamakan pengetahuan semata, juga nilai dan keterampilannya;

5) Berusaha untuk memuaskan setiap siswa yang berbeda melalui program maupun pembelajarannya dalam arti memperhatikan minat siswa dan masalah-masalah kemasyarakatan yang dekat dengan kehidupannya.21

21Sapriya, Dadang Sundawa, dan Iin Siti Masyitoh, Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS, (Bandung: UPI PRESS, 2006), hal. 7-8.


(35)

d. Pendekatan-pendekatan Pembelajaran IPS

Adapun pendekatan-pendekatan yang dipergunakan dalam pembelajaran IPS baik dalam mengembangkan program maupun metode pembelajarannya adalah sebagai berikut:

1) Siswa sentris, dimana faktor siswa diutamakan;

2) Kemasyarakatan sentris (Community Oriented), dimana masalah kehidupan nyata dan kemasyarakatan yang dijadikan sumber dan bahan serta tempat pembelajaran;

3) Ekosistem, dimana factor lingkungan fisik maupun budayanya selalu dijadikan pertimbangan dalam pembelajaran IPS;

4) Bersifat meluas (Komprehensif-Broadfield, Multidimensional), dengan pola pengorganisasian bahan yang terpadu (integrated) an bersifat korelated (bertautan dan berkesinambungan);

5) Menggunakan teknik inkuiri dan menunjukkan student active

learning ( siswa belajar dengan aktif) sebagai media pembelajaran

utama dan sekaligus akan melahirkan Cara Mengajar Guru Aktif (CMGA);

6) Tujuan (Oriented), maksudnya program dan pelaksanaan pembelajatannya berfokus pada Tujuan Instruksional Khusus (TIK) yang telah ditentukan sebagai pengarah program dan sasaran;

7) Integrated (terpadu) menelaah suatu permasalahan social dari berbagai konsep dan sudut pandang ilmu-ilmu social dan lainnya; 8) Efisien dan efektif, efesien dari segi tenaga/biaya dan ekeftif dari

segi waktu dengan hasil yang maksimal.22

B. Hasil Penelitian yang Relevan

1. Linda Feni Haryati, “Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar Matematika Siswa Melalui Model Pembelajaran Learning Starts With


(36)

A Question”, Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Sains dan Teknologi.

Terdapat perbedaan keaktifan belajar siswa secara signifikan antara siswa kelas X MAN Yogyakarta III yang memperoleh pembelajaran menggunakan metode pembelajaran Learning Starts

With A Question dengan model pembelajaran Konvensional. Dan

terdapat perbedaan peningkatan prestasi belajar Matematika siswa secara signifikas antara siswa kelas X MAN Yogyakarta III yang menggunakan model pembelajaran Learning Starts With A Question dengan model pembelajaran Konvensional.

2. Nur Komariah, “Pengaruh Penggunaan Strategi Learning Starts With A

Question Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV di SDN

Marunda”. Program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Bahwa ada pengaruh strategi pembelajaran Learning Starts With A

Question terhadap hasil belajar IPS siswa kelas IV. Dari hasil

perhitungan uji validitas pada 35 butir soal maka 30 soal yang dinyatakan valid karena didapat rhitung rtabel. Setelah pengujian validitas dilanjutkan reliabilitas dengan menggunakan rumus K-R 20 (Kuder Richardason) diperoleh reliabilitas hitung 0,90. Karena nilai r 11 rtabel yakni 0,90 0,316 maka butir soal dinyatakan reliabel dan layak digunakan untuk penelitian.

Dari perhitungan posttest pada kelas eksperimen dengan jumlah 35 siswa, dengan jumlah keseluruhan 2562. Dari perhitungan posttest pada kelas kontrol dengan jumlah 35 siswa, dengan jumlah keseluruhan 2300. Uji normalitas pada taraf signifikansi (�) = 0,05 didapat Ltabel yaitu 0,1496 dan Lhitung untuk kelas eksperimen sebesar 0,1080 dan Lhitung kelas kontrol sebesar 0,1054, karena pada kedua kelas Lhitung Ltabel maka dapat disimpulkan bahwa kedua sampel berasal dari distribusi normal. Selanjutnya perhitungan homogenitas


(37)

didapat nilai Fhitung dan Ftabel berturut-turut sebesar 1,073 dan 1,785. Berdasarkan kriteria pengujian karena Fhitung Ftabel atau (1,073 1,785). Maka sampel kedua kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai kondisi homogen.

Uji hipotesis dengan uji-t diperoleh hasil thitung sebesar 2,307 dan ttabel sebesar 1,671. Karena thitung ttabel atau 3,064 1,671 maka H0 ditolak. Hal ini berarti ada Pengaruh Strategi Pembelajaran Learning

Start With A Question Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV

SDN Marunda 03 Pagi Jakarta Utara.

3. Zahrotun Sholihah “Peningkatan Aktivitas Belajar Matematika Siswa dengan Menerapkan Strategi Pembelajaran Aktif Metode Learning

Starst With A Question” Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

Penerapan strategi pembelajaran aktif metode learning starts with

a question dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika.

Peningkatan ini terlihat pada lembar observasi aktivitas belajar matematika siswa yang menunjukkan peningkatan dari siklus I ke siklus II. Dari empat indikator aktiitas belajar siswa yang diukur, seluruh aspek aktivitas dapat ditingkatkan melalui strategi pembelajaran aktif metode learning starts with a question yaitu aktivitas memperlihatkan gambar, mengajukan/membuat pertanyaan, menanggapi penjelasan/menjawab pertanyaan, dan senang selama proses pembelajaran.

Indikator aktivitas yang paling tinggi peningkatannya adaah aktivitas menjawab atau berpendapat. Siswa terlibat aktif dalam menjawab dan berpendapat. Sementara itu, aktivitas melihat/mengamati gambar mengalami peningkatan yang lebih kecil dibandingkan aktivitas lain karena aktivitas melihat pada siklus I sudah cukup tinggi sehingga peningkatannya tidak terlalu besar pada siklus II.


(38)

C. Kerangka Berpikir

Sampai saat ini pelajaran IPS cenderung kurang diminati oleh peserta didik karena menghafal materi. Hal itu disebabkan oleh pemahaman siswa yang kurang terhadap materi pokok yang diajarkan. Siswa cenderung pasif dalam setiap proses KBM yang dilaksanakan di dalam kelas, dan penguasaan konsep awal siswa yang tidak terbentuk sejak proses KBM dimulai. Bahkan sebagian dari mereka belum mengetahui materi apa yang akan dipelajari pada saat itu, mereka melaksanakan proses pembelajaran tanpa adanya kesiapan berupa pengetahuan dasar.

Penerapan suatu model, strategi atau metode dalam pembelajaran suatu hal yang sangat penting dalam meningkatkan kemampuan siswa pada penguasaan materi, karena itu dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi dan metode pembelajaran yang tepat, efektif, efesien dan mencapai pada tujuan yang diharapkan salah satunya dapat melibatkan siswa secara aktif, menarik minat dan perhatian siswa, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Dalam metode pembelajaran Learning Starts With A Question, Siswa di minta untuk membaca dan memahami bacaan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan, lalu dari bacaan tersebut beri tanda pada bagian yang tidak dipahami. Selanjutnya bahas poin-poin yang tidak diketahui yang telah diberi tanda dengan teman atau kelompok kecil, minta kepada siswa untuk menuliskan pertanyaan tentang materi yang telah mereka baca. Dan sampaikan materi pelajaran dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Dari metode pembelajaran yang telah ditentukan, diharapkan siswa mendapat hasil belajar yang baik sehingga mendorong siswa untuk dapat mengerti dan memahami materi yang diajarkan oleh guru, dan menarik minat dan perhatian peserta didik dalam proses pembelajaran berlangsung.


(39)

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis penelitian ini

adalah ”terdapat pengaruh metode pembelajaran Learning Starts With A

Question (LSQ) terhadap hasil belajar pada mata pelajaran IPS kelas IV di

MIN 15 Bintaro.

H0 : Tidak terdapat pengaruh metode pembelajaran Learning Starts With

A Question (LSQ) terhadap hasil belajar pada mata pelajaran IPS

kelas IV di MIN 15 Bintaro.

Ha : Terdapat pengaruh metode pembelajaran Learning Starts With A

Question (LSQ) terhadap hasil belajar pada mata pelajaran IPS kelas


(40)

Adapun tempat penelitiannya adalah di MIN 15 Bintaro, Jl. Mawar I Rempoa-Bintaro Jakarta Selatan. Waktu penelitiannya adalah semester genap bulan Januari-September 2014. Jadwal kegiatan penelitian tersebut dinyatakan dalam tabel 3.1 sebagai berikut:

Tabel 3.1

Jadwal Kegiatan Penelitian

Kegiatan Penelitian Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agts Sept

Penyusunan Proposal

Skripsi 

Wawancara 

Observasi (Studi

Lapangan) 

Penyusunan

Instrumen Penilaian 

Uji Instrumen 

Kegiatan Penelitian  

Pengolahan Data 

Teknis Analisis Data  

Penyusunan Laporan


(41)

B. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi ekperimen. Peneliti menguji coba metode pembelajaran aktif memulai pelajaran dengan pertanyaan (Learning

Starts With A Question) untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa dengan

membandingkan tes hasil belajar IPS antara siswa yang menggunakan metode pembelajaran aktif memulai pelajaran dari bertanya (Learning Starts With A

Question) sebagai kelas eksperimen dan siswa yang menggunakan metode

pembelajaran konvensional sebagai kelas kontrol.

Desain penelitian yang digunakan adalah Two Group Randomized Subjects

Pretest Posttest. Desain penelitian tersebut dinyatakan dalam tabel 3.2 sebagai

berikut:

Tabel 3.2

Desain Penelitian Two Group Randomized Subject Pretest Posttest

Kelompok Pretest Treatmen Posttest

(R) E Y X E Z

(R) K Y - Z

Keterangan:

(R) E = Kelompok eksperimen (R) K = Kelompok kontrol Y = Tes awal yang diberikan

X E = Perlakuan kelompok eksperimen Z = Tes yang diberikan

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Sugiyono mengatakan, “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang


(42)

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.”1 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas IV MIN 15 Bintaro, Tahun Ajaran 2013/2014 sejumlah 3 kelas.

2. Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Purposive Sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan

dari guru. Penentuan sampel dilakukan dengan memilih dua kelas yang memiliki kesamaan karakter, baik dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotoriknya, kelas yang terpilih sebagai kelas eksperimen dalam penelitian ini adalah kelas IV A yang berjumlah 38 siswa, sedangkan kelas yang terpilih sebagai kelas kontrol adalah kelas IV B dengan jumlah 38 siswa.

D. Instrumen Pengumpulan Data 1. Tes

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan tes. Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.2 Menggunakan dua tes, yaitu pretest dan posttest sebagai berikut:

a. Pretest

Data hasil pretest diperoleh dari pemberian tes awal pelajaran sebelum diadakan tindakan terhadap pembelajaran. tes ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik dalam memahami dan mengenal materi yang akan dipelajari.

b. Posttest

Data hasil tes akhir ini diambil dari pemberian tes kepada peserta didik setelah dilakukan tindakan pembelajaran. tujuan tes ini adalah untuk

1 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008), hal. 80.

2Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), Cet. I, hal. 67.


(43)

mengetahui sejauh mana pemahaman peserta didik dalam mempelajari suatu materi yang diberikan.

Tes yang diberikan dalam bentuk soal pilihan ganda (PG). Soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu jawaban yang benar atau paling tepat. Tes dalam teknik penelitian merupakan sebagai cara yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar yang diperoleh siswa setelah memperoleh pengajaran.

2. Wawancara

Dalam teknik wawancara dikenal adanya dua macam pendoman wawancara, yaitu:3

a. Wawancara berstruktur, pewawancara sudah mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan tertulis yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat berupa pokok-pokok persoalan saja, kuesioner tertutup, kuesioner terbuka, kuesioner campuran atau esai bebas.

b. Wawancara tidak berstruktur, pewawancara tidak menggunakan pertanyaan-pertanyaan tertulis yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu, melainkan langsung mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara lisan kepada responden dan mencatat jawabannya secara langsung pula.

Wawancara dilakukan dengan guru IPS dan siswa kelas IV pada penelitian pendahuluan untuk mengetahui permasalahan yang ada di sekolah. Wawancara dilakukan untuk mengungkapkan kebiasaan yang dilakukan oleh guru dan siswa selama pembelajaran IPS dan hasil belajar yang didapat oleh siswa serta cara guru dalam mengatasi permasalahan yang terjadi di kelas.

3 Deni Darmawan, Metode Penelitian Kuantitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), hal. 162-163.


(44)

3. Observasi

Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada penelitian. S. Margono mengungkapkan,

“Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek di tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa, sehingga berada bersama objek yang diselidiki.”4 Observasi yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar observasi untuk melihat aktivitas siswa ketika proses pembelajaran berlangsung dan lembar observasi kegiatan guru. Aktivitas siswa yang diamati ketika proses pembelajaran disesuaikan dengan indilator Learning Starts With

A Question (LSQ).

4. Catatan Lapangan

Catatan lapangan adalah catatan yang dibuat oleh peneliti atau mitra peneliti yang melakukan pengamatan atau observasi terhadap subjek dan objek. Catatan lapangan ini memuat kondisi siswa pada saat proses pembelajaran dengan menerapkan metode Learning Starts With A Question (LSQ).

E. Teknik Pengumpulan Data

Data yang telah diperoleh diklarifikasikam berdasarkan analisis kaitan logisnya, kemudian diinterprestasikan dan disajikan secara actual dan sistematis dalam keseluruhan permasalahan dan kegiatan penelitian.

Tabel 3.3

Teknik Pengumpulan Data

No. Instrument Kegiatan Pengumpulan Data

1. Tes Soal pretest diberikan sebelum pembelajaran,


(45)

sedangkan soal posttest di akhir pertemuan dengan menggunakan metode pembelajaran

Learning Starts With A Question (LSQ).

2. Wawancara

Dilaksanakan sebelum tindakan karena untuk mengetahui permasalahan-permasalahan proses pembelajaran di kelas dan wawancara juga dilaksanakan setelah tindakan dilakukan untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode pembelajaran Learning Starts With A Question (LSQ).

3. Observasi

Dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung, hal yang diamati aktivitas siswa dan guru yang muncul selama proses pembelajaran berlansung.

4. Catatan

Lapangan

Dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung, hal yang diamati berupa kondisi siswa selama proses pembelajaran menggunakan metode pembelajaran Learning

Starts With A Question (LSQ).

F. Instrumen Penelitian

Instrument yangakan digunakan untuk mengukur hasil belajar IPS siswa yang berupa tes pencapaian (achievement test) terdiri dari tes obyektif bentuk pilihan ganda sebanyak 40 soal, dengan penskoran jika benar diberi skor 1 dan jika salah diberi skor 0. Tes yang diberikan kepada kelas eksperimen sama dengan tes yang diberikan kepada kelas kontrol. Hasil belajar yang diukur adalah aspek kognitif yang meliputi pengetahuan atau ingatan (C1), dan pemahaman (C2).


(46)

Sebelum dibuat instrumen, terlebih dahulu dibuat kisi-kisi soal untuk menentukan ruang lingkup dan tekanan tes yang setepat-tepatnya sehingga dapat menjadi petunjuk dalam penulisan soal. Sebelum digunakan untuk penelitian instrumen, instrumen terdiri dari 40 soal tersebut terlebih dahulu diuji cobakan kepada siswa di kelas atas, guna mengukur validitas dan reliabilitas.

Tabel 3.4

Kisi-kisi Instrumen Penelitian Standar

Kompetensi

Kompetensi

dasar Indikator

Aspek kognitif

Soal

C1 C2

2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi 2.3 Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya Menjelaskan pengertian teknologi

3, 5, 6, 9, 11 5 Menjelaskan perkembangan teknologi produksi

1, 7, 8 3

Memberikan contoh perubahan teknologi


(47)

produksi masa lalu dan masa kini

Menjelaskan perkembangan teknologi komunikasi

14, 18, 20 3 Menyebutkan macam-macam teknologi komunikasi

16, 19 2

Menyebutkan alat-alat komunikasi

12, 13, 15, 17 4 Menjelaskan perkembangan teknologi transportasi

25, 26 2

Menyebutkan alat-alat transportasi

21, 22, 23, 28, 29, 30 6 Menyebutkan kelebihan dan kelemahan alat transportasi

24, 27 2


(48)

sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi permasalah sosial di daerahnya bentuk-bentuk masalah sosial

33, 34, 36, 38,

Menyebutkan cara

mengatasi masalah sosial

35, 37, 39, 40

4

G. Kontrol Terhadap Validitas Internal

Data dalam penelitian ini diperoleh melalui instrument tes hasil belajar IPS bentuk objektif yang diberikan kepada siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Namun sebelum instrument tersebut diujicobakan kepada responden untuk menguji butir soal yang valid, reliabilitas instrument, indeks kesukaran dan daya pembeda soal. Berikut ini prosedur pengujian validitas, reliabilitas, indeks kesukaran dan daya pembeda soal.

1. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrument yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrument yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.5 Untuk mengukur validitas soal tersebut menggunakan ANNATES versi 4.0.2. Dari hasil penghitungan terhadap 40

5 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 211.


(49)

butir soal yang diujicobakan, maka soal yang tidak valid disisihkan. Butir soal yang valid berjumlah 25 soal, dan yang tidak valid berjumlah 15 soal (pada lampiran 6).

2. Reliabilitas

Suatu alat ukur memiliki reliabilitas yang baik jika alat ukur itu memiliki konsistensi yang handal walau dikerjakan oleh siapapun (dalam level yang sama), dimanapun dan kapanpun. Selain pengujian validitas, sebuah tes juga hasrus memiliki reliabilitas. Reliabilitas alat penilaian adalah ketepatan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya.

Tes hasil belajar yang baik harus memiliki reliabilitas yang harus dipercaya, artinya setelah tes hasil belajar itu dilaksanakan berulang kali terhadap subyek yang sama, hasilnya selalu relatif sama. Uji ini dilakukan dengan menggunakan program ANNATES versi 4.0.2 dengan kriteria kategori reliabilitas sebagai berikut:

Tabel 3.5

Kriteria Besar Korelasi

Nilai Korelasi Kriteria

r

11 0,20 Tidak ada korelasi 0,20

r

11 0,40 Korelasi rendah 0,40

r

11 0,70 Korelasi sedang 0,70

r

11 0,90 Korelasi tinggi 0,90

r

11 1,00 Korelasi sangat tinggi


(50)

3. Indeks Kesukaran Soal

Tingkat kesukaran untuk setiap item soal menunjukkan apakah butir soal itu tergolong sukar, sedang atau mudah. Tingkat kesukaran merupakan salah satu analisis kuantitatif proporsi atau perbandingan siswa yang menjawab benar dengan keseluruhan siswa yang mengikuti tes.

Indeks kesukaran rentangnya dari 0,0 – 0,1. Semakin besar indeks kesukaran menunjukkan semakin mudah butir soal dan sebaliknya semakin rendah indeks kesukaran menunjukkan semakin sulit butir soal. Tingkat kesukaran dapat diketahui dengan menggunakan program ANNATES. Tingkat kesukaran yang baik adalah P = 0,5 atau 0,15. dengan klasifikasi sebagai berikut:

Table 3.6

Klasifikasi Interprestasi Indeks Kesukaran

Nilai IK Interprestasi

IK = 0,00 Sangat sukar 0,00 IK 0,30 Sukar

0,30 IK 0,70 Sedang

0,70 IK 1,00 Mudah

IK = 1,00 Sangat mudah

Hasil penghitungan butir soal menunjukkan dari 40 butir soal yang diujikan terdapat 20 butir soal sangat mudah, 8 butir soal mudah, 7 butir soal sedang, 2 butir soal sukar, dan 3 butir soal sangat sukar (pada lampiran 8).

4. Daya Pembeda Soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan sebuah soal untuk membedakan antara siswa yang menjawab dengan benar (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang menjawab salah (berkemampuan rendah). Angka yang


(51)

menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi, disingkat D. Untuk mengetahui daya pembeda dapat dilakukan dengan program ANNATES versi 4.0.2. Klasifikasi interprestasi daya pembeda tiap butir soal yang digunakan adalah sebagai berikut:6

Table 3.7

Klasifikasi Interprestasi Daya Pembeda

Nilai Dp Interprestasi

0,00 – 0,20 Buruk

0,21 – 0,40 Cukup

0,41 – 0,70 Baik

0,71 – 1,00 Baik Sekali

Hasil 40 butir soal yang diujikan menunjukkan terdapat 4 soal berkategori baik sekali, 2 soal berkategori baik, 10 soal berkategori cukup, dan 24 soal berkategori buruk (pada lampiran 9).

H. Teknik Analisis Data

Setelah data diperoleh, kemudian dilakukan perhitungan statistik dan membandingkan hasil belajar IPS kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Perhitungan statistik meliputi uji persyaratan analisis dan uji hipotesis. Uji persyaratan analisis terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas.

1. Uji Persyaratan Analisis a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah sebaran data pada dua kelompok sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak.


(52)

Analisis data ini menggunakan SPSS 16 for windows version dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnova. Syarat suatu data dapat dikatakan berdistribusi normal adalah jika signifikasi atau nilai probabilitas > 0,05.

1) Uji Normalitas Pretest

Kelompok Kolmogorov-Smirnov

a

Statistic df Sig.

Pretest Eksperimen .121 38 .171

Kontrol .128 38 .121

a. Lilliefors Significance Correction

Berdasarkan hasil uji normalitas data di atas menunjukkan bahwa hasil pretest kelompok eksperimen signifikansinya 0,171. Hal itu menunjukkan bahwa data berdistribusi normal karena signifikansinya 0,171 > 0,05. Begitu pun dengan hasil pretest kelompok kontrol signifikansinya 0,121. Hal itu juga menunjukkan bahwa data berdistribusi normal karena signifikansinya 0,121 > 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil pretest baik kelompok eksperimen dan kelompok kontrol keduanya berdistribusi normal.

2) Uji Normalitas Posstest

Kelompok Kolmogorov-Smirnov

a

Statistic df Sig.

Posttest Eksperimen .110 38 .200

Kontrol .132 38 .092

a. Lilliefors Significance Correction

Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa data hasil posttest kelompok eksperimen signifikansinya 0,200. Hal itu menunjukkan bahwa data berdistribusi normal karena signifikansinya 0,200 > 0,05. Begitu pun dengan hasil posttest kelompok kontrol signifikansinya 0,092. Hal itu juga menunjukkan bahwa data berdistribusi normal karena


(53)

signifikansinya 0,092 > 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil posttest baik kelompok eksperimen dan kelompok kontrol keduanya berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah kedua kelompok tersebut memiliki tingkat varian data yang sama atau tidak. Analisis ini menggunakan SPSS 16 for windows version yaitu One Way Anova. Jika hasil uji homogenitas ditunjukkan bahwa tingkat signifikasi atau nilai probabilitas > 0,05 maka dapat dikatakan bahwa varian yang dimiliki oleh sampel yang bersangkutan tidak jauh berbeda, maka sampel-sampel tersebut homogen.

1) Uji Homogenitas Pretest Levene

Statistic df1 df2 Sig.

1.604 8 27 .170

Berdasarkan hasil uji homogenitas data pretest di atas, menunjukkan bahwa tingkat signifikansinya adalah 0,170. Maka dengan hasil uji homogenitas di atas disimpulkan bahwa varian yang dimiliki kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak jauh berbeda dan cukup homogen karena 0,170 > 0,05.

2) Uji Homogenitas Posttest Levene

Statistic df1 df2 Sig.

1.247 10 30 .307

Berdasarkan hasil uji homogenitas data posttest di atas, menunjukkan bahwa tingkat signifikansinya adalah 0,307 Maka dengan hasil uji homogenitas di atas disimpulkan bahwa varian yang dimiliki kelompok


(54)

eksperimen dan kelompok kontrol tidak jauh berbeda dan cukup homogen karena 0,307 > 0,05.

2. Uji Hipotesis

Setelah dilakukan pengujian populasi data dengan menggunakan normalitas dan homogenitas, apabila data populasi berdistribusi normal dan data populasi homogen maka dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis ini digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh metode pembelajaran LSQ

(Learning Starts With A Question) dibandingkan dengan yang menggunakan

model pembelajaran konvensional.

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed) Mean

Std. Deviatio

n

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Posttest Eksperimen -

Kontrol 5.00000 13.97875 2.26765 .40530 9.59470 2.205 37 .034 Berdasarkan tabel di atas, dari perhitungan uji beda hasil belajar IPS antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dapat dilihat jika > 0,05 maka H0 diterima. Terlihat bahwa nilai probabilitas pada signifikansi

(2-tailed) adalah 0,034. Dengan demikian H1 diterima dan H0 ditolak karena

0,034 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS kelas IV antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Sedangkan jika pada uji normalitas diperoleh bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal, maka untuk menguji hipotesis digunakan uji non parametrik. Adapun jenis uji non


(55)

parametrik yang digunkana pada penelitian ini adalah Uji Mann-Whitney (Uji

“U”) untuk sampel besar dengan taraf signifikan α = 0,05. Rumus Uji Mann

-Whitney (Uji “U”) yang digunakan yaitu:

U = n

1

n

2

+

R

1 Dimana,

U = Statistik Uji Mann Whitney n1n2 = Ukuran sampel pada kelas 1 dan 2

R1 = Jumlah rangking pada sampel dengan ukuran n1 (n terkecil)

Untuk sampel berukuran besar (n 20), dapat digunakan pendekatan ke distribusi normal dengan bentuk statistik sebagai berikut:

z =

=

Dimana, z = statistik uji z yang berdistribusi normal N(0,1). Dengan hipotesis statistik

H0 = z = z0 H1 = z z1

I. Hipotesis Statistik

Perumusan hipotesis statistik adalah sebagai berikut: H0 : 1 = 2

H1 : 1≠ 2

Keterangan:

H0 : Tidak terdapat pengaruh metode pembelajaran Learning Starts With A

Question (LSQ) terhadap hasil belajar pada mata pelajaran IPS kelas IV


(56)

H1 : Terdapat pengaruh metode pembelajaran Learning Starts With A

Question (LSQ) terhadap hasil belajar pada mata pelajaran IPS kelas IV


(57)

A. Deskripsi Data

1. Pelaksanaan Pembelajaran

Penelitian ini dilakukan pada saat pengajuan proposal dimulai pada Januari. Sedangkan pengambilan data dilakukan pada April-Mei 2014 di MIN 15 Bintaro yang memiliki jumlah siswa kelas IV semester genap sebanyak 38 siswa di kelas IVA dan IVB. Kelas IVA dijadikan sebagai kelompok eksperimen dan kelas IVB jadikan sebagai kelompok kontrol. Sebelum melakukan proses pembelajaran, peneliti memberikan pretest kepada kedua kelas ini untuk diuji kesamaan varian dan keduanya menunjukkan bahwa data yang diperoleh berdistribusi normal dan homogen. Hal ini menunjukkan jika sebelum diberi perlakuan kedua kelas ini memiliki kemampuan awal yang sama, terbukti dari varian yang tidak jauh berbeda di antara kedua kelas tersebut.

a. Kelas Eksperimen 1) Pertemuan Pertama

Pada pertemuan pertama di kelas ekperimen, sebelum guru menyampaikan materi peserta didik diminta mengerjakan pretest untuk mengetahui pengetahuan awal setiap individu. Selanjutnya peserta didik berkumpul dengan kelompok masing-masing. Setiap peserta didik diminta membaca materi yang akan dibahas hari, lalu berilah tanda pada bagian yang kurang dipahami.

Selanjutnya peserta didik mendiskusikan point-point yang kurang dipahami dengan teman kelompoknya masing-masing. guru meminta kepada setiap kelompok membuat pertanyaan dan dikumpulkan kepada guru. Selanjutnya guru menyampaikan materi “Pengembangan


(58)

Teknologi Produksi” dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dibuat perkelompok. Kemudian di akhir pembelajaran, guru memberikan evaluasi yang dilakukan secara individu untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan.

2) Pertemuan Kedua

Dilanjutkan pada pertemuan berikutnya yaitu pertemuan kedua. Guru meminta semua peserta didik berkumpul dengan kelompok yang sudah ditentukan oleh guru. Guru membagikan bahan ajar tentang “Perkembangan Teknologi Komunikasi” kepada semua peserta didik. Selanjutnya guru meminta kepada peserta didik untuk mempelajari bahan ajar dan memberi tanda pada bagian yang kurang dipahami. Kemudian masing-masing kelompok membahas point-point yang kurang dipahami dengan teman kelompok masing-masing.

Guru meminta kepada setiap kelompok membuat pertanyaan materi yang sudah dibahas. Dan setiap kelompok presentasi hasil pembahasan dari pertanyaan kelompok masing-masing, kelompok lain menanggapi. Guru meluruskan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan. Di akhir pembelajaran, guru memberikan evaluasi yang dilakukan secara individu untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan.

3) Pertemuan Ketiga

Pertemuan selanjutnya yaitu pertemuan ketiga. Guru meminta semua peserta didik berkumpul dengan kelompok yang sudah ditentukan oleh guru. Kemudian setiap peserta didik untuk mempelajari bahan ajar dan memberi tanda pada bagian yang kurang dipahami. Lalu guru meminta kepada setiap peserta didik membahas


(59)

point-point yang kurang dipahami dengan teman kelompok masing-masing.

Guru meminta kepada setiap kelompok membuat pertanyaan dari materi tersebut dan dikumpulkan kepada guru. Selanjutnya guru menyampaikan materi dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Kemudian guru meminta kepada beberapa peserta didik menceritakan pengalamannya menggunakan teknologi transportasi. Dan diakhiri dengan evaluasi.

4) Pertemuan Keempat

Pertemuan selanjutnya yaitu pertemuan keempat. Setiap peserta didik berkumpul dengan kelompok yang sudah ditentukan oleh guru. Guru meminta kepada peserta didik untuk mempelajari bahan ajar dan memberi tanda pada bagian yang kurang dipahami. Kemudian guru meminta kepada setiap peserta didik membahas point-point yang kurang dipahami dengan teman kelompok masing-masing.

Guru mengamati kegiatan diskusi setiap kelompok. Guru meminta kepada setiap kelompok membuat pertanyaan dari materi tersebut. Guru mengintruksikan kepada setiap kelompok presentasi hasil pembahasan dari pertanyaan kelompok masing-masing. Guru meluruskan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan. Di akhir pertemuan guru memberikan posttest kepada peserta didik. Selanjutnya guru memberikan evaluasi yang dilakukan secara individu untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan.


(60)

b. Kelas Kontrol

1) Pertemuan Pertama

Pada pertemuan pertama di kelas kontrol, sebelum guru menyampaikan materi peserta didik diminta mengerjakan pretest untuk mengetahui pengetahuan awal setiap individu. Selanjutnya guru memaparkan materi “Perkembangan Teknologi Produksi”. Setelah guru menjelaskan materi pembelajaran guru meminta peserta didik mengerjakan soal yang berkaitan dengan materi, guru mengamati siswa yang sedang mengerjakan soal.

Selanjutnya guru mengadakan games yang berkaitan dengan materi pembelajaran, sebelum games dimulai guru menjelaskan prosedur games. Lalu peserta didik duduk dengan kelompok masing-masing. Guru memberikan pertanyaan lalu kelompok yang bisa mnejawab langsung menulisnya di papan tulis. Melakukan seperti itu sampai pertanyaan habis. Guru mengadakan games untuk mengetahui pengetahuan yang didapat siswa pada hari ini. Kemudian di akhir pembelajaran, guru memberikan evaluasi yang dilakukan secara individu untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan.

2) Pertemuan Kedua

Dilanjutkan dengan pertemuan selanjutnya, yaitu pertemuan kedua. Guru memaparkan materi “Perkembangan Teknologi Komunikasi”. Setelah guru menjelaskan materi pembelajaran guru meminta peserta didik mengerjakan soal yang berkaitan dengan materi, guru mengamati siswa.

Selanjutnya guru mengadakan games yang berkaitan dengan materi pembelajaran, sebelum games dimulai guru menjelaskan


(61)

prosedur games. Guru melemparkan bola kertas yang berisi pertanyaan kepada peserta didik, seterusnya sampai pertanyaan habis, Peserta didik yang mendapatkan bola kertas langsung menjawab pertanyaan yang terdapat dibola kertas, dilanjutkan sampai pertanyaan habis. Guru mengadakan games untuk mengetahui pengetahuan yang didapat siswa pada hari ini. Kemudian di akhir pembelajaran, guru memberikan evaluasi yang dilakukan secara individu untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan.

3) Pertemuan Ketiga

Selanjutnya pertemuan ketiga di kelas kontrol, guru memaparkan materi “Perkembangan Teknologi Transportasi”. Setelah guru menjelaskan materi pembelajaran guru meminta peserta didik mengerjakan soal yang berkaitan dengan materi, guru mengamati siswa yang sedang mengerjakan soal.

Selanjutnya beberapa peserta didik diminta untuk menceritakan di depan kelas pengalamannya menggunakan transportasi. Setelah itu guru mengadakan games yang berkaitan dengan materi pembelajaran, sebelum games dimulai guru menjelaskan prosedur games. Lalu peserta didik duduk dengan kelompok masing-masing. Guru memberikan pertanyaan lalu kelompok yang bisa mnejawab langsung menulisnya di papan tulis. Melakukan seperti itu sampai pertanyaan habis.

Guru mengadakan games untuk mengetahui pengetahuan yang didapat siswa pada hari ini. Kemudian di akhir pembelajaran, guru memberikan evaluasi yang dilakukan secara individu untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan.


(1)

Lampiran 22

WAWANCARA DENGAN SISWA KELAS IV SETELAH PELAKSANAAN TINDAKAN

Pewawancara : Resty Meidiana Responden : Siswa kelas IV A Hari/Tanggal : Senin, 12 Mei 2014 Pukul : 08.00

Tempat : MIN 15 Bintaro

1. Bagaimana menurut pendapatmu mengenai pembelajaran IPS yang telah kalian ikuti di kelas?

Jawab :

Siswa 1: Menyenangkan dan tidak membosankan Siswa 2 : Asik, seru

Siswa 3 : Menyenangkan

Siswa 4 : Tidak membosankan, menyenangkan, dan asik Siswa 5 : Seru, asik, dan menyenangkan

2. Apakah kalian senang belajar dengan metode pembelajaran LSQ (Learning Start With A Question)?

Jawab :

Siswa 1: Sangat senang Siswa 2 : Senang

Siswa 3 : Senang banget Siswa 4 : Sangat senang Siswa 5 : Senang sekali

3. Apakah belajar dengan metode pembelajaran LSQ (Learning Start With A Question) membuatmu lebih mudah memahami materi perkembangan teknologi dan masalah sosial?


(2)

Siswa 1: Menjadi lebih mudah paham dengan materi yang disampaikan Siswa 2 : Iya, sangat paham dengan materi yang diajarkan guru

Siswa 3 : Betul, lebih mudah memahami pelajaran

Siswa 4 : Iya, gampang memahami materi yang disampaikan Siswa 5 : iya, jadi lebih mudah

4. Apakah kalian merasa lebih aktif dan berani mengeluarkan pendapat? Jawab :

Siswa 1: Saya menjadi berani mengeluarkan pendapat saya sendiri Siswa 2 : Lebih berani untuk bertanya, sudah tidak malu-malu lagi Siswa 3 : Sedikit lebih berani bertanya dan mengeluarkan pendapat Siswa 4 : Sangat merasa lebih aktif

Siswa 5 : Berani menyampaikan sesuatu

5. Apakah hasil belajarmu meningkat setelah belajar dengan menggunakan metode pembelajaran LSQ (Learning Start With A Question)?

Jawab :

Siswa 1: Meningkat dibandingkan dengan yang sebelumnya Siswa 2 : Nilainya menjadi lebih bagus

Siswa 3 : Lumayan bagus Siswa 4 : Sangat bagus Siswa 5 : Sangat meningkat


(3)

(4)

(5)

(6)

Lampiran 26

Biodata Penulis

Resty Meidiana. Lahir di Jakarta, 05 Mei 1992. Anak ke-3 dari 5 bersaudara dari pasangan Bapak H. Afrizal, SHI dan Ibu Rosni Fitri. Penulis beralamat di Komplek Departemen Agama Jl. Sunan Bonang 1 Blok C. 25 Rt 003 Rw 015 Pabuaran, Bojong Gede-Bogor. Penulis menempuh pendidikan di Taman Kanak-kanak Da’wah Islam (1997-1998), Sekolah Dasar di SDN Pabuaran 03 (1998-2004), Sekolah Menengah Pertama di Ponpes Qotrun Nada (2004-2006) dan MTS Tansyitul Muta’allimin (2006-2007), dan Sekolah Menengah Atas di MAN 13 Jakarta (2007-2010), dan melanjutkan S1 tahun 2010 pada Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Judul skripsi penulis “Pengaruh Metode Pembelajaran Learning Starts With A Question (LSQ) Terhadap Hasil Belajar

Mata Pelajaran IPS Kelas IV di MIN 15 Bintaro”


Dokumen yang terkait

Pengaruh penggunaan strategi pembelajaran aktif tipe learning starts with a question terhadap hasil belajar: kuasi eksperimen pada Kelas X SMAN 65 Jakarta

2 9 202

Pengaruh strategi pembelajaran aktif metode memulai pelajaran dengan pertyanaan (learning starts with quetion) terhadap hasil belajar metematika siswa

0 22 143

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI STRATEGI LSQ (LEARNING STARTS WITH A QUESTION) DENGAN MEDIA KERTAS Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Strategi LSQ (Learning Starts With A Question) Dengan Media Kertas Berpetak Pada Siswa Kelas IV S

0 2 15

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI STRATEGI LSQ (LEARNING STARTS WITH A QUESTION) DENGAN MEDIA KERTAS Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Strategi LSQ (Learning Starts With A Question) Dengan Media Kertas Berpetak Pada Siswa Kelas IV

0 1 12

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN IPA DENGAN METODE LEARNING STARTS WITH A QUESTION PADA Peningkatan Hasil Belajar pada Mata Pelajaran IPA dengan Metode Learning Starts With A Question pada Siswa Kelas 5 SD Negeri Pajang 3 Surakarta 2011/2012

0 2 11

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN IPA DENGAN METODE LEARNING STARTS WITH A QUESTION PADA SISWA KELAS 5 Peningkatan Hasil Belajar pada Mata Pelajaran IPA dengan Metode Learning Starts With A Question pada Siswa Kelas 5 SD Negeri Pajang 3 Surak

0 1 15

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN STRATEGI LEARNING STARTS WITH A QUESTION (LSQ) DAN EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN STRATEGI LEARNING STARTS WITH A QUESTION (LSQ) DAN PREDICTION GUIDE DITINJAU DARI MOTIVASI BERPRESTASI (Pada Si

0 0 16

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI METODE LEARNING START WITH A QUESTION (LSQ) DAN STUDENT EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI METODE LEARNING START WITH A QUESTION (LSQ) DAN STUDENT TEAMS ACHIVIEMENT DEVISIONS (STAD) DITINJAU DAR

0 0 16

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING STARTS WITH A QUESTION TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI IPS SMA NEGERI 7 KOTA JAMBI

0 0 17

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN LEARNING STARTS WITH A QUESTION (LSQ) TERHADAP HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS IV DI MIN 9 BANDAR LAMPUNG - Raden Intan Repository

0 0 106