PENELITIAN TINDAKAN KELAS UNTUK SMP BAB I Lomba
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Belajar adalah suatu proses yang komplek yang terjadi pada diri setiap orang dan berlangsung sepanjang hidupnya (life long education). Proses belajar dapat terjadi kapan saja dan di mana saja terlepas dari ada yang mengajar atau tidak. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi dengan lingkungannya. Salah satu indikator bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan dalam dirinya. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotorik) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif) (Winarno, 2009).
Proses belajar itu diselenggarakan secara formal di sekolah-sekolah, tidak lain dimaksudkan untuk mengarahkan perubahan pada diri siswa secara terencana, baik dari aspek pengetahuan, keterampilan maupun sikap (Arsyad, 2007). Sebagaimana diketahui bahwa terdapat hal penting yang terjadi selama proses belajar yakni interaksi. Interaksi yang terjadi selama proses belajar tersebut dipengaruhi oleh lingkungannya, antara lain terdiri atas murid, guru, petugas perpustakaan, kepala sekolah, bahan atau materi pembelajaran (buku, modul, dan sejenisnya) dan berbagai sumber belajar dan fasilitas belajar lainnya.
Proses pembelajaran memegang peranan yang sangat penting dalam menghasilkan atau menciptakan kualitas lulusan pendidikan. Oleh karena itu, hal utama yang seyogyanya mendapatkan perhatiaan lebih serius oleh stakeholder
(2)
pendidikan adalah menciptakan pembelajaran yang berkualitas. Karena proses pembelajaran yang berkualitas memiliki pengaruh yang signifikan dalam menghasilkan lulusan yang berkualitas. Untuk menghasilkan proses pembelajaran yang berkualitas, terdapat banyak aspek yang turut mempengaruhinya. Aspek tersebut antara lain: pengajar (guru dan dosen) yang profesional dan berkualitas dengan kualifikasi yang diamanatkan oleh Undang-Undang Guru dan Dosen, penggunaan metode mengajar yang menarik dan bervariasi, perilaku belajar peserta didik yang positif dan penggunaan media pembelajaran yang tepat dalam mendukung proses belajar itu sendiri (Winarno, 2009).
Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan formal dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Dalam proses belajar mengajar sebagian besar hasil belajar peserta didik ditentukan oleh peranan guru. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola proses belajar mengajar, sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat yang optimal (Suryosubroto, 2002). Tugas guru adalah menyampaikan materi pelajaran kepada siswa melalui interaksi komunikasi dalam proses belajar mengajar yang dilakukannya. Keberhasilan guru dalam menyampaikan materi sangat tergantung pada kelancaran komunikasi antara guru dan siswanya (Asnawir, 2002) .
Guru merupakan sumber informasi bagi siswanya, jadi guru dituntut pro-aktif guna mengatasi permasalahan siswanya dalam proses belajar, agar proses belajar mengajar berjalan dengan baik secara kondusif. Hal ini akan berdampak positif dalam pencapaian hasil belajar yang optimal. Untuk mendapatkan respon yang baik,
(3)
sebaiknya menggunakan strategi, tehnik, metode dan model pembelajaran yang tepat, sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan secara optimal .
Media pembelajaran merupakan unsur yang amat penting dalam proses pembelajaran selain metode mengajar. Kedua unsur ini saling berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pembelajaran yang digunakan. Meskipun masih ada beberapa aspek lain yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran. Pemakaian media pembelajaran dalam proses pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap peserta didik (siswa). Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan memadatkan informasi.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar. Para guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Guru sekurang-kurangnya dapat menggunakan alat yang murah dan efisien, meskipun sederhana dan bersahaja tetapi merupakan keharusan dalam upaya mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan. Di samping mampu menggunakan alat-alat yang tersedia, guru juga dituntut untuk dapat mengembangkan keterampilan membuat media pembelajaran yang akan
(4)
digunakannya apabila media tersebut belum tersedia. Untuk itu guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pembelajaran (Arsyad, 2007).
Penggunaan media pembelajaran diharapkan proses belajar mengajar (PBM) yang sering kali dihadapkan pada materi sulit, bersifat abstrak dan di luar pengalaman siswa sehari-hari dapat dikonkritkan dari yang abstrak menjadi nyata, materi yang sulit menjadi mudah dengan adanya visualisasi melalui multimedia. Gambar dua dimensi atau model tiga dimensi adalah visualisasi yang sering dilakukan dalam proses belajar mengajar. Pada era informatika visualisai berkembang dalam bentuk gambar bergerak (animasi) yang dapat ditambahkan dengan suara (audio).
Perkembangan teknologi multimedia telah menjanjikan potensi besar dalam merubah cara seseorang untuk belajar, untuk memperoleh informasi, menyesuaikan informasi dan sebagainya. Multimedia juga menyediakan peluang bagi pendidik untuk mengembangkan teknik pembelajaran sehingga menghasilkan hasil yang maksimal. Demikian juga bagi pelajar, dengan multimedia diharapkan mereka akan lebih mudah untuk menentukan dengan apa dan bagaimana siswa dapat menyerap informasi secara cepat dan efisien (Saroso, 2008).
Multimedia bertujuan untuk menyajikan informasi dalam bentuk yang menyenangkan, menarik, mudah dimengerti dan jelas. Informasi akan mudah dimengerti karena sebanyak mungkin indera, terutama telinga dan mata, digunakan untuk menyerap informasi itu (Arsyad, 2007).
(5)
Dengan berkembangnya multimedia, unsur-unsur video, bunyi, teks dan grafik dapat dikemas menjadi satu melalui Pembelajaran Berbasis Komputer (PBK). Multimedia berbasis komputer ini sangat menjanjikan untuk penggunaan dalam bidang pendidikan. Menurut Anitah (2008), jenis-jenis multimedia terdiri atas: 1). Multimedia Kits (Multimedia kits merupakan kumpulan bahan-bahan yang berisi lebih dari satu jenis media yang diorganisasikan sekitar satu topik, yang termasuk jenis ini adalah CD-ROM, slides, audiotapes, gambar diam, media cetak, OHT, peta, lembar kerja, bagan, grafis, objek dan model), 2). Hypermedia, merupakan media yang memiliki komposisi materi-materi yang berurutan. Hypermedia mengacu pada software komputer yang menggunakan unsur teks, grafik, video dan audio yang dihubungkan dengan cara yang dapat memudahkan pemakai untuk beralih ke suatu informasi, 3). Media interaktif yaitu media yang meminta siswa mempraktikkan keterampilan dan menerima kebalikan. Media interaktif berbasis komputer menciptakan lingkungan belajar multimedia dengan ciri-ciri baik video maupun pembelajaran berbasis komputer.
SETS merupakan salah satu pendekatan dalam proses pembelajaran, dengan SETS diharapkan siswa memiliki kemampuan memandang sesuatu secara terintegratif dengan memperhatikan keempat unsur SETS, sehingga mereka memperoleh pemahaman yang mendalam tentang pengetahuan yang dimiliki.
Titik berat pembelajaran sains berwawasan SETS adalah mengaitkan antara konsep sains yang dipelajari dengan keberadaan serta implikasi konsep tersebut pada lingkungan, teknologi, dan masyarakat dalam konteks SETS. Teknologi
(6)
yang merupakan unsur SETS melibatkan keterampilan proses sains dan keterampilan proses teknologi yang juga melibatkan lingkungan dan juga sosial, Menurut Satchwell dan Dugger, Jr. (1996) bahwa: 1). Teknologi merupakan aplikasi pengetahuan manusia, dan tidak sekedar aplikasi sains, 2). Teknologi merupakan application based karena merupakan kombinasi dari pengetahuan, pemikiran dan tindakan, 3). Teknologi mengembangkan kemampuan manusia oleh karena teknologi memungkinkan manusia mengadaptasi dan menata dunia fisik yang telah ada, 4). Teknologi berada dalam ranah sosial dan ranah fisik oleh karena dikenal teknologi keras (seperti tool dan equipments) serta teknologi lunak (seperti sistem managemen, perangkat lunak, internet dan lain-lain).
Demikian halnya pembelajaran sistem koordinasi dengan bervisi SETS. Guru sedapat mungkin membawa siswa ke arah pemikiran yang menyeluruh dan terpadu dengan mengaitkan antara materi sistem koordinasi yang dipelajari dengan keberadaan serta implikasi materi tersebut dengan lingkungan, teknologi dan masyarakat.
Pada proses pembelajaran, guru dapat mengangkat isu yang berkembang di masyarakat mengenai sistem koordinasi kemudian mencoba mengaitkan ke bentuk teknologi dan dampaknya terhadap lingkungan dan masyarakat serta cara pemecahannya dan tindakan positif apa yang dapat dilakukan menanggapi isu tersebut. Siswa akan dituntut berpikir aktif dan kreatif.
Pemikiran yang kreatif mendorong siswa menguasai pengetahuan, manfaat dan efek sampingnya. Pembelajaran Bervisi SETS (Science, Environment, Technology, And
(7)
Society) mengandung makna bahwa di dalam pembelajaran yang dilaksanakan selalu memperlakukan materi pembelajaran dalam konteks SETS. Dalam arti, materi pembelajaran diupayakan untuk ditempatkan dalam kaitan unsur Sains, Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat secara timbal balik. Dengan pemikiran serta perlakukan semacam itu kita akan dapat melihat kemanfaatan hasil pembelajaran lebih besar dari sekedar memahami konsep pengetahuan yang dibelajarkan tanpa keterhubungkaitannya dalam konteks SETS.
Pengembangan media pembelajaran perlu dilakukan untuk melengkapi, membantu dan mengoptimalkan kualitas pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran biologi. Media berbasis komputer (Multimedia interaktif) dengan segala kemampuannya dapat memudahkan dalam kegiatan proses pembelajaran, media berbasis teknologi ini sekaligus untuk mengenalkan produk ilmu pengetahuan dan teknologi kepada siswa agar anak didik tidak kesulitan dalam mengembangkan potensinya baik saat belajar di sekolah maupun kelak mereka hidup di masyarakat di era global. Penggunaan Multimedia interaktif sebagai perlengkapan pembelajaran, bentuk peralatan ini berupa keping CD yang dipergunakan untuk melakukan komunikasi dua arah bersifat saling aktif, dikemas dan dioperasikan dengan menggunakan komputer dalam pembelajaran sangat efektif digunakan sebagai media pembelajaran (Sadiman dkk, 1984). Jika Multimedia interaktif dirancang dan dikembangkan secara baik dapat mewakili guru dalam menyajikan informasi dan membimbing kegiatan belajar siswa, pada situasi tertentu fungsi guru dapat diperankan oleh Multimedia interaktif. Diharapkan pembelajaran biologi akan terlaksana lebih menarik, bermakna dan menyenangkan.
(8)
Di SMP materi sistem koordinasi adalah materi yang disampaikan di semester genap kelas IX, merupakan materi yang sering menyulitkan bagi peserta didik untuk mempelajarinya karena selain materinya yang terlalu banyak (sistem saraf, sistem hormon dan sistem indera), materi bersifat abstrak yang menyebabkan anak malas belajar tapi juga karena banyak istilah yang tidak dipahami sehingga hasil belajar siswa cenderung jelek dibanding dengan materi lainnya. Dengan pembelajaran bervisi SETS diharapkan: 1). Peserta didik terbiasa memiliki pola pikir yang menyeluruh (komprehensif) dalam memandang materi sistem koordinasi sebagai science yang terintegrasi dengan environment, technology and society, 2). SETS dapat membuat peserta didik mengetahui bahwa teknologi mempengaruhi laju pertumbuhan sains, serta dampaknya bagi lingkungan dan masyarakat, 3). Dengan SETS siswa menjadi lebih tertarik dalam mempelajari materi karena dikaitkan dengan hal-hal nyata dalam kehidupan sehari-hari, sehingga memperoleh pemahaman yang mendalam tentang pengetahuan yang dimilik. Sebagai contoh materi sistem koordinasi yaitu saraf (sebagai sains) dapat dihubungkan dengan teknik pengobatan dan penanganan penderita epilepsi, parkinson, alzaimer (teknologi), atau penyakit lainnya yang disebabkan oleh saraf, para ahli saraf yang mengadakan penelitian tentang saraf semakin banyak dan antusias (masyarakat), hasil dari penelitian para ahli dapat bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan (lingkungan).
Untuk itu perlu untuk melakukan penelitian dengan implementasi pembelajaran pada materi sistem koordinasi bervisi SETS (dilengkapi dengan multimedia interaktif) sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan hasil belajar pada SMPN 2
(9)
Pemalang. Salah satu alasan diadakannya penelitian di SMPN 2 Pemalang adalah latar belakang nilai harian peserta didik untuk materi sistem koordinasi lebih rendah dibanding dengan materi lainnya dan belum adanya perangkat pembelajaran Biologi bervisi SETS (lihat tabel 1) .
Tabel 1. Data Kondisi Awal Pembelajaran Kelas IX.B.
No Kualitas Pembelajaran Nilai (dlm Prosen)
1 2
3 4
Keaktifan Bertanya
Keaktifan bekerja sama dengan temen dan kelompok
Keaktifan mempersentasikan hasil diskusi Hasil Belajar
63,00 59,85
63,78 62,21
Penelitian ini berjudul “Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran dengan Pendekatan Bervisi SETS Materi Sistem Koordinasi di Kelas VIII.B SMPN 2 Pemalang”. Pada dasarnya penelitian yang dilakukan ini adalah Meningkatkan kualitas pembelajaran yang meliputi keaktifan siswa dan hasil belajar.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:
1. Perubahan Kurikulum dari KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) kemudian ke KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) berakibat pengurangan jam Biologi dari 3 jam menjadi 2 jam dengan tuntutan materi dan bobot yang relatif
(10)
sama menyebabkan keluhan akan kurangnya jam dalam proses belajar. Dengan strategi yang sama menyebabkan penurunan hasil belajar. Oleh karena itu diperlukan media pembelajaran yang efektif dan efesien.
2. Belum tersedianya perangkat pembelajaran bervisi SETS pada mata pelajaran IPA biologi.
3. Masih ada anggapan bahwa biologi merupakan materi yang bersifat hafalan dengan nama-nama ilmiah yang sulit untuk diingat. Sehingga peserta didik merasa malas yang mengakibatkan hasil belajar pada peserta didik SMPN 2 Pemalang tidak memenuhi KKM (75) dilihat dari 10 dari 32 peserta didik selalu remidial saat ulangan harian. Sehingga diperlukan media yang mampu memberi kesan pada proses pembelajaran.
4. Perlu adanya solusi dalam proses pembelajaran yang efektif mengingat Biologimerupakan salah satu mata pelajaran UAN (Ujian Akhir Nasional) 1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana Kulaitas pembelajaran bervisi SETS materi sistem koordinasi untuk meningkatkan keaktifan bertanya peserta didik?
2. Bagaimana Kulaitas pembelajaran bervisi SETS materi sistem koordinasi untuk meningkatkan keaktifan bekerja kelompok dengan teman dan kelompok
3. Bagaimana Kulaitas pembelajaran bervisi SETS materi sistem koordinasi untuk meningkatkan presentasi hasil diskusi peserta didik?
(11)
4. Bagaimana Kulaitas pembelajaran bervisi SETS materi sistem koordinasi untuk meningkatkan ketuntasan hasil belajar peserta didik?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan: 1. Untuk mengetahui kulaitas pembelajaran bervisi SETS materi sistem koordinasi
dapat meningkatkan keaktifan bertanya peserta didik?
2. Untuk mengetahui kulaitas pembelajaran bervisi SETS materi sistem koordinasi meningkatkan keaktifan bekerja kelompok dengan teman dan kelompok
3. Untuk mengetahui kulaitas pembelajaran bervisi SETS materi sistem koordinasi untuk presentasi hasil diskusi peserta didik?
4. Untuk mengetahui kulaitas pembelajaran bervisi SETS materi sistem koordinasi untuk meningkatkan ketuntasan hasil belajar peserta didik?
1.5 Manfaat Penelitian
Upaya Meningkatkan Kulaitas Dengan Pembelajaran Bervisi SETS Materi Sistem Koordinasi di kelas VIII.B SMPN 2 Pemalang adalalah :
1. Untuk memberi gambaran tentang kontribusi pembelajaran bersvisi SETS dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar peserta didik.
2. Untuk menambah perbendaharan tentang metode – metode pembelajaran.
(12)
Untuk menghindari kesalahan dalam penafsiran terhadap judul penelitian ini maka diberikan penegasan istilah sebagai berikut:
1. Sistem saraf
Sistem kordinasi manusia (saraf,) terdiri atas struktur dan fungsi organ manusia, kelainan/penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada SETS (Science, Environment, Technology, and Society).
2. SETS
SETS adalah singkatan dari Science, Environment, Technology, And Society. mengandung makna bahwa di dalam pembelajaran yang dilaksanakan selalu memperlakukan materi pembelajaran (sistem koordinasi) dalam konteks SETS. Dalam arti, materi pembelajaran diupayakan untuk ditempatkan dalam kaitan unsur Science, Environment, Technology, And Society secara timbal balik.
(1)
Society) mengandung makna bahwa di dalam pembelajaran yang dilaksanakan selalu memperlakukan materi pembelajaran dalam konteks SETS. Dalam arti, materi pembelajaran diupayakan untuk ditempatkan dalam kaitan unsur Sains, Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat secara timbal balik. Dengan pemikiran serta perlakukan semacam itu kita akan dapat melihat kemanfaatan hasil pembelajaran lebih besar dari sekedar memahami konsep pengetahuan yang dibelajarkan tanpa keterhubungkaitannya dalam konteks SETS.
Pengembangan media pembelajaran perlu dilakukan untuk melengkapi, membantu dan mengoptimalkan kualitas pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran biologi. Media berbasis komputer (Multimedia interaktif) dengan segala kemampuannya dapat memudahkan dalam kegiatan proses pembelajaran, media berbasis teknologi ini sekaligus untuk mengenalkan produk ilmu pengetahuan dan teknologi kepada siswa agar anak didik tidak kesulitan dalam mengembangkan potensinya baik saat belajar di sekolah maupun kelak mereka hidup di masyarakat di era global. Penggunaan Multimedia interaktif sebagai perlengkapan pembelajaran, bentuk peralatan ini berupa keping CD yang dipergunakan untuk melakukan komunikasi dua arah bersifat saling aktif, dikemas dan dioperasikan dengan menggunakan komputer dalam pembelajaran sangat efektif digunakan sebagai media pembelajaran (Sadiman dkk, 1984). Jika Multimedia interaktif dirancang dan dikembangkan secara baik dapat mewakili guru dalam menyajikan informasi dan membimbing kegiatan belajar siswa, pada situasi tertentu fungsi guru dapat diperankan oleh Multimedia interaktif. Diharapkan pembelajaran biologi akan terlaksana lebih menarik, bermakna dan menyenangkan.
(2)
Di SMP materi sistem koordinasi adalah materi yang disampaikan di semester genap kelas IX, merupakan materi yang sering menyulitkan bagi peserta didik untuk mempelajarinya karena selain materinya yang terlalu banyak (sistem saraf, sistem hormon dan sistem indera), materi bersifat abstrak yang menyebabkan anak malas belajar tapi juga karena banyak istilah yang tidak dipahami sehingga hasil belajar siswa cenderung jelek dibanding dengan materi lainnya. Dengan pembelajaran bervisi SETS diharapkan: 1). Peserta didik terbiasa memiliki pola pikir yang menyeluruh (komprehensif) dalam memandang materi sistem koordinasi sebagai science yang terintegrasi dengan environment, technology and society, 2). SETS dapat membuat peserta didik mengetahui bahwa teknologi mempengaruhi laju pertumbuhan sains, serta dampaknya bagi lingkungan dan masyarakat, 3). Dengan SETS siswa menjadi lebih tertarik dalam mempelajari materi karena dikaitkan dengan hal-hal nyata dalam kehidupan sehari-hari, sehingga memperoleh pemahaman yang mendalam tentang pengetahuan yang dimilik. Sebagai contoh materi sistem koordinasi yaitu saraf (sebagai sains) dapat dihubungkan dengan teknik pengobatan dan penanganan penderita epilepsi, parkinson, alzaimer (teknologi), atau penyakit lainnya yang disebabkan oleh saraf, para ahli saraf yang mengadakan penelitian tentang saraf semakin banyak dan antusias (masyarakat), hasil dari penelitian para ahli dapat bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan (lingkungan).
Untuk itu perlu untuk melakukan penelitian dengan implementasi pembelajaran pada materi sistem koordinasi bervisi SETS (dilengkapi dengan multimedia interaktif) sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan hasil belajar pada SMPN 2
(3)
Pemalang. Salah satu alasan diadakannya penelitian di SMPN 2 Pemalang adalah latar belakang nilai harian peserta didik untuk materi sistem koordinasi lebih rendah dibanding dengan materi lainnya dan belum adanya perangkat pembelajaran Biologi bervisi SETS (lihat tabel 1) .
Tabel 1. Data Kondisi Awal Pembelajaran Kelas IX.B.
No Kualitas Pembelajaran Nilai (dlm Prosen)
1 2
3 4
Keaktifan Bertanya
Keaktifan bekerja sama dengan temen dan kelompok
Keaktifan mempersentasikan hasil diskusi Hasil Belajar
63,00 59,85
63,78 62,21
Penelitian ini berjudul “Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran dengan Pendekatan Bervisi SETS Materi Sistem Koordinasi di Kelas VIII.B SMPN 2 Pemalang”. Pada dasarnya penelitian yang dilakukan ini adalah Meningkatkan kualitas pembelajaran yang meliputi keaktifan siswa dan hasil belajar.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:
1. Perubahan Kurikulum dari KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) kemudian ke KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) berakibat pengurangan jam Biologi dari 3 jam menjadi 2 jam dengan tuntutan materi dan bobot yang relatif
(4)
sama menyebabkan keluhan akan kurangnya jam dalam proses belajar. Dengan strategi yang sama menyebabkan penurunan hasil belajar. Oleh karena itu diperlukan media pembelajaran yang efektif dan efesien.
2. Belum tersedianya perangkat pembelajaran bervisi SETS pada mata pelajaran IPA biologi.
3. Masih ada anggapan bahwa biologi merupakan materi yang bersifat hafalan dengan nama-nama ilmiah yang sulit untuk diingat. Sehingga peserta didik merasa malas yang mengakibatkan hasil belajar pada peserta didik SMPN 2 Pemalang tidak memenuhi KKM (75) dilihat dari 10 dari 32 peserta didik selalu remidial saat ulangan harian. Sehingga diperlukan media yang mampu memberi kesan pada proses pembelajaran.
4. Perlu adanya solusi dalam proses pembelajaran yang efektif mengingat Biologimerupakan salah satu mata pelajaran UAN (Ujian Akhir Nasional) 1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana Kulaitas pembelajaran bervisi SETS materi sistem koordinasi untuk meningkatkan keaktifan bertanya peserta didik?
2. Bagaimana Kulaitas pembelajaran bervisi SETS materi sistem koordinasi untuk meningkatkan keaktifan bekerja kelompok dengan teman dan kelompok
3. Bagaimana Kulaitas pembelajaran bervisi SETS materi sistem koordinasi untuk meningkatkan presentasi hasil diskusi peserta didik?
(5)
4. Bagaimana Kulaitas pembelajaran bervisi SETS materi sistem koordinasi untuk meningkatkan ketuntasan hasil belajar peserta didik?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan: 1. Untuk mengetahui kulaitas pembelajaran bervisi SETS materi sistem koordinasi
dapat meningkatkan keaktifan bertanya peserta didik?
2. Untuk mengetahui kulaitas pembelajaran bervisi SETS materi sistem koordinasi meningkatkan keaktifan bekerja kelompok dengan teman dan kelompok
3. Untuk mengetahui kulaitas pembelajaran bervisi SETS materi sistem koordinasi untuk presentasi hasil diskusi peserta didik?
4. Untuk mengetahui kulaitas pembelajaran bervisi SETS materi sistem koordinasi untuk meningkatkan ketuntasan hasil belajar peserta didik?
1.5 Manfaat Penelitian
Upaya Meningkatkan Kulaitas Dengan Pembelajaran Bervisi SETS Materi Sistem Koordinasi di kelas VIII.B SMPN 2 Pemalang adalalah :
1. Untuk memberi gambaran tentang kontribusi pembelajaran bersvisi SETS dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar peserta didik.
2. Untuk menambah perbendaharan tentang metode – metode pembelajaran.
(6)
Untuk menghindari kesalahan dalam penafsiran terhadap judul penelitian ini maka diberikan penegasan istilah sebagai berikut:
1. Sistem saraf
Sistem kordinasi manusia (saraf,) terdiri atas struktur dan fungsi organ manusia, kelainan/penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada SETS (Science, Environment, Technology, and Society).
2. SETS
SETS adalah singkatan dari Science, Environment, Technology, And Society. mengandung makna bahwa di dalam pembelajaran yang dilaksanakan selalu memperlakukan materi pembelajaran (sistem koordinasi) dalam konteks SETS. Dalam arti, materi pembelajaran diupayakan untuk ditempatkan dalam kaitan unsur Science, Environment, Technology, And Society secara timbal balik.