PENELITIAN TINDAKAN KELAS UNTUK SMP BAB 2 Lomba

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pendidikan memiliki tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti yang luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap, mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan kebangsaan. Pendidikan harus mampu mempersiapkan warga negara agar dapat berperan aktif dalam seluruh lapangan kehidupan, cerdas, aktif, kreatif, terampil, jujur, berdisiplin dan bermoral tinggi, demokratis, dan toleran dengan mengutamakan persatuan bangsa (Sutikno, 2007)

2.1 Tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Dalam Pembelajaran

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006).

Kurikulum 2006 atau yang sering disebut dengan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. Silabus adalah rencana


(2)

pembelajaran pada suatu dan /kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006).

Kurikulum 2006 menitik beratkan pada keaktifan peserta didik sebagai sentral pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, karena sentral pembelajaran adalah keaktifan peserta didik maka peran guru hanya sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran.

Guru sebagai fasilitator dituntut untuk aktif dalam mendesain proses pembelajaran, salah satu alternatif desain pembelajaran adalah pembelajaran bervisi SETS (dilengkapi dengan multimedia interaktif) berfungsi sebagai media penyampaian materi yang diharapkan dapat memberi wawasan pengetahuan tentang sistem koordinasi pada manusia. Dengan bantuan CD interaktif maka materi yang disampaikan kepada peserta didik menjadi jelas, berkesan dan bermakna.

2.1.1 Pembelajaran Biologi

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 tahun 2006 tentang standar kompetensi bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara


(3)

mencari tahu (inquiry) tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya sebagai penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA di sekolah menengah diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang dirinya sendiri dan alam sekitar.

Biologi sebagai salah satu bidang IPA menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan keterampilan proses sains. Keterampilan proses ini meliputi keterampilan mengamati, mengajukan hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara baik dan benar dengan selalu mempertimbangkan keamanan dan keselamatan kerja, mengajukan pertanyaan, menggolongkan dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil temuan secara lisan atau tertulis, menggali dan memilah informasi faktual yang relevan untuk menguji gagasan-gagasan atau memecahkan masalah sehari-hari. Ini berarti siswa benar-benar diajak atau diikutsertakan dalam mempelajari


(4)

kehidupan nyata (kontekstual) dan belajar dari orang lain yang pada akhirnya jika diterapkan dalam proses pembelajaran akan meningkatkan keterampilan bermasyarakat dan meningkatkan hasil belajar siswa (Deen dan Smith, 2006). Mata pelajaran Biologi dikembangkan melalui kemampuan berpikir analitis, induktif, dan deduktif untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar. Mata pelajaran Biologi bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Membentuk sikap positif terhadap biologi dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.

2. Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerjasama dengan orang lain.

3. Mengembangkan pengalaman untuk dapat mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis.

4. Mengembangkan kemampuan berpikir analitis, induktif, dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip biologi.

5. Mengembangkan penguasaan konsep dan prinsip biologi dan saling keterkaitannya dengan IPA lainnya serta mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap percaya diri


(5)

6. Menerapkan konsep dan prinsip biologi untuk menghasilkan karya teknologi sederhana yang berkaitan dengan kebutuhan manusia.

7. Meningkatkan kesadaran dan berperan serta dalam menjaga kelestarian lingkungan.

2.1.2 Hasil Belajar

Pengertian kata hasil menurut Poerwadarminta (2006), yaitu sesuatu yang diadakan (dibuat, dijadikan dan sebagainya) oleh usaha. Di samping itu beliau mengemukakan definisi belajar sebagai usaha melalui latihan dan usaha lainnya agar mendapat sesuatu kepandaian atau suatu ilmu pengetahuan.

Belajar merupakan proses aktif pelajar mengkontruksi arti entah teks, dialog, pengalaman fisik, dan lain-lain. Belajar juga merupakan proses mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dipunyai seseorang sehingga pengertiannya dikembangkan. Proses tersebut bercirikan sebagai berikut belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan, dan alami. Kontruksi arti itu dipengaruhi oleh pengertian yang telah ia punyai (Suparno, 1997).

Menurut Abdurrahman (2003) hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Sedangkan menurut Sudjana (1999) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar Jadi hasil belajar peserta didik pada hakikatnya


(6)

merupakan perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotoris. Hasil belajar dapat diukur melalui tiga hal yaitu: (1) keefektifan, (2) efisiensi, (3) daya tarik. Keefektifan pembelajaran biasanya diukur dengan tingkat pencapaian hasil belajar. Ada 4 aspek untuk mendiskripsikan keefektifan pembelajaran yaitu: (1) kecermatan penguasaan perilaku yang dipelajari (tingkat kesalahan), (2) kecepatan unjuk kerja, (3) tingkat hasil belajar, dan (4) tingkat retensi dari apa yang dipelajari. Menurut Rustad dan Sugiyanto (2007), efektifitas belajar sangat dipengaruhi gaya belajar dan bagaimana cara belajar. Efisiensi pembelajaran biasanya diukur rasio antara keefektifan dan jumlah waktu yang dipakai pembelajaran dan atau jumlah biaya pembelajaran yang digunakan. Daya tarik pembelajaran biasanya juga dapat diukur dengan mengamati kecenderungan siswa untuk tetap terus belajar. Adapun daya tarik pembelajaran erat sekali dengan daya tarik bidang studi. Keduanya dipengaruhi kualitas belajar.

Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku yang baru yang menunjuk pada prestasi belajar peserta didik setelah melalui usaha dalam proses belajar pada mata pelajaran. Hasil belajar dapat diketahui setelah dilakukan penilaian hasil belajar. Penilaian hasil belajar pembelajaran bervisi SETS materi sistem koordinasi (dilengkapi dengan multimedia interaktif) yaitu berupa penilaian kognitif, psikomotorik (keterampilan proses dan keaktivan) dan afektif (respon) dari peserta didik.


(7)

2.3 Keaktifan Peserta Didik Dalam Pembelajaran

Keaktifan dapat diartikan kegiatan yang dilakukan peserta didik dalam proses pembelajaran untuk mencapai hasil belajar (Sudjana, 1999). Keaktifan siswa untuk berfikir mempunyai ciri-ciri: (a) mengarahkan peserta didik untuk mengamati, menghitung, mengukur, mencatat data menggolongkan data dan mencari hubungan antara dua data, (b) meminta peserta didik untuk hipotesis dengan memecahkan masalah yang dihadapi, (c) mengarahkan peserta didik untuk melakukan penelitian percobaan serta menyampaikan kembali variabel-variabel dalam percobaan yang dilakukan, (d) meminta peserta didik untuk menyimpulkan, menerapkan konsep serta mengkomunikasikan proses suatu hasil belajar.

2.4. Pembelajaran Dengan SETS

Dasar dari pengembangan SETS adalah Constructivism oleh Glasersfeld pada 1986 (Glasersfeld, 1986). Teori konstruktivisme ini pada pokoknya menggambarkan bahwa si pembelajar membentuk atau membangun pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungannya (Glasersfeld, 1986). Dalam teori konstruktivisme siswa lebih diberikan tempat dibanding guru atau instruktur, maksudnya dalam penyelenggaraan proses pembelajaran siswa dijadikan sebagai pusat pembelajaran (student center), atau konstruktivisme merupakan pembangunan pemahaman peserta didik secara aktif dalam pemahaman sebuah makna (Jones dkk, 2002). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 1


(8)

Gambar 1. Peta konsep sistem koordinasi manusia. Bagian bagiannya

Sistem Koordinasi Manusia

Berdasarkan Asalnya Cara

Kerja

Sistem Indera Hormon

- Neuron Sensorik

- Neuron Motorik

Sistem Saraf

- Indera Penglihatan

- Indera Pendengar

- Indera Pembau

- Indera Peraba

- Indera Perasa

- Kelenjar Hipofisis

- Kelenjar Adrenal

- Kelenjar Tiroid

- Kelenjar Paratiroid

- Kelenjar Pulau Langerhans

- Kelenjar Kelamin Kelenjar Endokrin Sistem Saraf Tepi Sistem Saraf Pusat Otak Arah Impuls Sumsum Tulang Belakang Saraf Cranial

Sistem Saraf Tak sadar

- Saraf Servikalis

- Saraf Torakalis

- Saraf Lumbalis

- Saraf sakralis

- Otak Besar

- Otak tengah

- 0tak Belakang

- Otak kecil

- Medula Oblongata Saraf Sprinal Sistem Saraf sadar Terdiri atas Dihasilkan oleh Dibedakan berdasarkan meliputi Antara lain Antara lain Terdiri atas


(9)

Singkatan kata SETS mengandung makna tertentu. Akronim SETS, bila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia akan memiliki kepanjangan Sains, Lingkungan, Teknologi, dan masyarakat (SETS) diturunkan dengan landasan filosofis yang mencerminkan kesatuan unsur SETS dengan mengingat urutan unsur-unsur SETS dalam susunan akronim tersebut. Selanjutnya landasan filosofis tersebut dipakai sebagai dasar pengembangan konsep pendidikan SETS itu sendiri dalam implementasinya untuk ikut berperan dalam sistem pendidikan, di mana saja dia diadopsi (Binadja, 1999).

Pada penelitian ini unsur sains menjadi perhatian utama. Namun tidak menutup kemungkinan pada penelitian yang lain unsur lingkungan, teknologi maupun masyarakat yang menjadi perhatian utama. Dengan meletakkan sains sebagai fokus perhatian, seperti yang biasa dilakukan dalam kegiatan pengajaran sains, maka guru sains serta para siswa yang menghadapi pelajaran sains dapat dibawa melihat bentuk keterkaitan sebenarnya dari ilmu yang dipelajarinya (sains) dikaitkan unsur lain dalam SETS. Oleh karena itu dalam pengajaran sains seharusnya guru dan siswa dapat mengambil berbagai contoh serta fakta yang ada atau kemungkinan fakta yang dapat dikaitkan secara terpadu dalam pengenalan atau pembelajaran konsep sains yang dihadapi sesuai dengan tujuan pengajaran dan pada saat memungkinkan siswa mengembangkan diri berdasarkan pengetahuan yang dipelajari tersebut. Adapun keterkaitan antara keempat unsur SETS dapat dilihat pada gambar 2.


(10)

Gambar 2. Keterkaitan antar unsur SETS (Binadja, 1999).

Pendidikan SETS atau yang sering disebut Salingtemas (Sains, Lingkungan, Teknologi dan Masyarakat) merupakan kecenderungan masa depan pendidikan yang belum banyak disadari oleh masyarakat (Binadja, 2001). Oleh karena itu salah satu usaha untuk membumikan SETS dalam kehidupan mungkin bisa di awali melaui pendidikan formal di sekolah dimana materi-materi pelajaran yang disampaikan oleh guru selalu dihubungkaitkan dengan SETS.

SETS harus memberikan kepada peserta didik pengetahuan yang sesuai dengan tingkatan pendidikannya. Isi pendidikan SETS perlu dikaitkan dengan target


(11)

pendidikannya. Hubungan yang tepat antara SETS dalam pembahasannya adalah ketekaitan antara topik bahasan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Ini berarti bahwa bahasan yang berkaitan dengan kehidupan peserta didik harus diutamakan (Binadja, 1999).

Dalam pembelajaran biologi, pengintegrasian dalam konteks SETS memerlukan kesediaan guru atau pendidik biologi untuk memiliki cara pandang terbuka di samping selalu mengikuti perkembangan-perkembangan yang terjadi di dalam masyarakat berkenaan dengan subjek biologi. Untuk itu perlu kepekaan yang tinggi dari guru biologi terhadap situasi di masyarakat yang bernuansa biologi. Hal-hal yang bernuansa biologi tersebut dapat berupa informasi baru, pengungkapan peristiwa lama yang baru ditemukan, masalah penyakit, kaitan dengan bidang-bidang tertentu yang menyangkut biologi seperti bidang medis, kefarmasian, pertanian, perikanan, kehutanan, kelautan, bahkan keantariksaan. Dari sana para guru atau pendidik biologi diminta untuk mengkaitkan topik pembelajaran yang akan diperkenalkan kepada siswa dari berbagai segi SETS sehingga memungkinkan peserta didik memiliki keutuhan pandangan tentang sesuatu yang harus dipelajari saat itu (Binadja, 2001).

Dalam pembelajaran biologi bervisi SETS, ciri atau karakteristik pendekatan SETS yang perlu ditampilkan adalah:


(12)

2.41. Sistem Saraf Dalam Konteks SETS

Gambar 3. Dua orang yang sedang telepon (Lestari dan Idun, 2009).

Gambar tersebut memperlihatkan dua orang yang berbincang-bincang melalui telepon. Seseorang di suatu tempat menyampaikan suatu pesan dan ditanggapi oleh orang di tempat lain. Melalui komunikasi tersebut akhirnya pesan yang disampaikan seseorang dapat ditanggapi oleh orang lain. Ilustrasi tersebut ternyata dapat menjelaskan tentang sistem saraf. Dilihat dari cara kerja dan fungsinya, saraf bagaikan sebuah jaringan komunikasi. Sistem saraf berfungsi untuk menerima pesan dan menanggapi pesan tersebut. Dalam hal ini, pesan disebut rangsang. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa saraf merupakan bagian dari tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang dan kemudian menanggapi rangsang tersebut.

Sebagai contoh saraf (sains) dapat dihubungkan dengan teknologi penanggulangan parkinson yang sekarang ini sedang ramai dibahas manfaatnya bagi masyarakat dan lingkungan yang sangat besar, diantaranya didirikannya klinik terapi parkinson, obat untuk penderita parkinson, lebih jelasnya lihat gambar 4.


(13)

2.4.2. Sistem Hormon Dalam Konteks SETS

Pernahkah kalian merasa takut saat bertemu dengan orang gila atau dikejar-kejar orang gila, mengahadapi ujian atau menunggu kelulusan atau peristiwa lain yang menyebabkan perasaaan was-was. Tahukah kalian sebenarnya apa yang terjadi dengan tubuh kalian saat itu? Pada saat itu tubuh mengeluarkan hormon adrenalin (epinefrin) yang berpengaruh dalam penyempitan pembuluh darah sehingga tekanan darah dan denyut jantung meningkat, hormon ini juga mengubah glikogen (gula otot) menjadi glukosa untuk memenuhi kebutuhan energi sehingga pada saat dikejar orang gila memiliki kekuatan untuk lari, dan memiliki semangat untuk mempersiapkan ujian sehingga saat kelulusan tidak begitu ketakutan. Hormon dari bahasa Yunani yaitu hormaen yang berarti menggerakkan. Hormon merupakan suatu zat yang dihasilkan oleh bagian dalam tubuh. Organ yang berperan dalam menghasilkan hormone adalah kelenjar ada dua kelenjar yaitu endokrin dan eksokrin.


(14)

Gambar 4. Penyakit parkinson dalam konteks SETS.

Lingkungan yang buruk akibat karbon monoksida, pestisida, herbisida diduga penyebab kerusakan subtansia nigra pada otak Pemanfaatan darah

penderita Parkinson untuk pendeteksian sejak dini penyakit tersebut

Pemanfaatan tumbuhan dan hewan sebagai sumber makanan bergizi akan membantu bagi penderita Parkinson untuk tetap sehat

Teknologi terapi Parkinson untuk melatih motorik penderita Parkinson: kursi roda, tongkat penyanggga, bola dsb

Teknologi farmasi untuk penerita

Parkinson diantaranya obat: Obat

Dopaminergik sentral. Levodopa. Bromokriptin. Carbidopa

Obat,antikolinergik sentral; Triheksifenidil dsb

NuroPro (alat tes darah dari Power 3Product): untuk meneteksi sejak dini penyakit Parkinson

Saraf: Penyakit

parkinson Bagi penderita Parkinson menurunkan kualitas

hidupnya karena aktifitas (motoriknya) terganggu: suara mengecil, mandi, berpakaian,mengancingkan baju,makan,berjalan sangat lambat

Klinik terapi Parkinson: terapi nur Syifa

Dokter psesialis saraf

melalukan penelitian tentang Parkinson

Ada harapan bagi masyarakat untuk deteksi sejak dini tentang parkinson


(15)

Kelenjar endokrin pada manusia terdiri dari kelenjar hipofisis, kelenjar adrenal, kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid dan kelenjar pulau langerhans. Salah satu contoh kelenjar langerhans (kelenjar pankreas) menghasilkan hormon insulin yang berfungsi untuk mengatur kadar gula dalam darah, kekurangan hormon insulin menyebabkan Diabetes mellitus (kencing manis), bila dihubungkan dengan SETS dengan adanya Diabetes mellitus (sains) maka diproduksinya insulin sintetis, obat untuk diabetes, produk susu diabetasol (teknologi), dokter special untuk amputasi jika penderita diabet sampai mengalami pembusukan pada organ tubuh yang mengalami luka, dokter mata jika diabetesnya dapat menyebabkan kebutaan (masyarakat dan lingkungan) (gambar 5).

2.4.3 Sistem Indera Dalam Konteks SETS

Rasa nikmat dan lezat dari setiap masakan yang dirasakan dipengaruhi oleh adanya rangsangan pada lidah. ungkapan rasa sakit seperti mengucap kata “aduh” juga terkait rangsangan pada bagian tertentu tubuh kita. Oleh kerena itu, rangsangan (stimulus) diartikan sebagai sesuatu yang menyebabkan perubahan pada tubuh atau bagian tubuh tertentu. Sedangkan alat tubuh yang menerima rangsangan tersebut dinamakan indera (reseptor). Adanya reseptor memungkinkan ransangan dihantarkan menuju saraf pusat. Di dalam saraf pusat rangsangan di olah untuk dikirim kembali meneuju efektor, seperti otot dan tulang oleh suatu sel saraf sehingga terjadi tanggapan (respons).


(16)

Gambar 5. Penyakit Diabetus mellitus dalam konteks SETS.

Pemanfaatan tumbuhan untuk mengobati diabetes Pemanfaatan mikrooragisme (bakteri) untuk produksi insulin

Alat untuk tes gula ; USB yang diberi nama Bayer CONTOUR USB meter.

Hormon Insulin: mengontrol kadar gula dalam darah: Diabetes mellitus

Bagi penderita diabetes menyebabkan

penurunan berat badan secara dratis, mudah ngatuk,mudah lapar dan haus.

Penderita diabet untuk mengatur pola makannya

Menambah pengetahuan bagi masyarakat tentang diabetes baik peyebab dan pengobatannya Masyarakat mulai bergaya


(17)

Sementara rangsangan yang menuju tubuh dapat berasal dari luar tubuh dan dalam tubuh. Rangsangan dari luar tubuh misalnya bau, rasa (pahit, manis, asin, dan masam), sentuhan, cahaya, suhu, tekanan, dan gaya berat. Rangsangan itu akan diterima indera penerima (reseptor luar/eksteroreseptor). Sedangkan reseptor yang berasal dari dalam tubuh misalnya rasa kenyang, lapar, haus, dan lelah diterima oleh indera yang disebut reseptor dalam (interoreseptor). Eksoreseptor sering disebut alat indera yang terdiri indera penglihat, indera peraba, perasa, pencium dan pengecap.

Bila dihubungkan dengan SETS, misalnya mata (sains) dapat dihubungkaitkan dengan kaca mata (soflen) untuk membantu penglihatan, operasi katarak (Lasik), obat mata (teknologi), dokter spesialis mata dan rumah sakit khusus mata merupakan manfaatnya untuk lingkungan dan masyarakat. Telinga sebagai indera pendengar, lidah sebagai indera pengecap, hidung sebagai indera pencium dan kulit sebagai indera perasa, semua dapat dihubungkan dengan SETS. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar 6.


(18)

Gambar 6. Penyakit katarak dalam konteks SETS

 Faktor-faktor yang

mempengaruhi timbulnya katarak: penggunaan obat-obatan terlalu lama, efek samping diabet, darah tinggi, akibat kecelakaan, usia, radiasi penggunaan komputer/laptop, televisi

Teknologi operasi katarak dengan Phacoemulsification di

singapura(SNEC): mengunakan alat ultra sound: membentuk emulsi untuk mengeluarkan lensa katarak

Teknolog Lazik: dengan teknologi laser orpersi mata menjadi lebih cepat ± 10 menit

Indera Mata: Penyakit

Katarak” Kondisi lensa mata yangt semula bening menjadi buram”

Bagi penderita katarak menyebabkan sulit untuk melihat dan dalam kondisi yang parah menyebabkan kebutaan

Adanya dokter spesialis mata untuk operasi katarak

Menambah pengetahuan bagi masyarakat tentang katarak baik peyebab dan

pengobatannya Dengan adanya teknologi

operasi katarak yang efesien dan akurat menyebabkan penderita merasa aman dan nyaman


(19)

arakat berkenaan dengan subjek biologi. Untuk itu perlu kepekaan yang tinggi dari guru biologi terhadap situasi di masyarakat yang bernuansa biologi. Hal-hal yang bernuansa biologi tersebut dapat berupa informasi baru, pengungkapan peristiwa lama yang baru ditemukan, masalah penyakit, kaitan dengan bidang-bidang tertentu yang menyangkut biologi seperti bidang-bidang medis, kefarmasian, pertanian, perikanan, kehutanan, kelautan, bahkan keantariksaan. Dari sana para guru atau pendidik biologi diminta untuk mengkaitkan topik pembelajaran yang akan diperkenalkan kepada siswa dari berbagai segi SETS sehingga memungkinkan peserta didik memiliki keutuhan pandangan tentang sesuatu yang harus dipelajari saat itu (Binadja, 2001).

Dalam pembelajaran biologi bervisi SETS, ciri atau karakteristik pendekatan SETS yang perlu ditampilkan adalah:

Tetap memberi pembelajaran konsep biologi yang diinginkan

 Murid dibawa ke situasi untuk melihat teknologi yang berkaitan dengan konsep yang dibelajarkan atau memanfaatkan konsep biologi ke bentuk teknologi untuk kepentingan masyarakat

 Murid diminta untuk menjelaskan keterhubungkaitan antara unsur sains biologi yang dibincangkan dengan unsur-unsur lain dalam SETS yang mempengaruhi berbagai keterkaitan antar unsur tersebut


(20)

 Murid dibawa untuk mempertimbangkan manfaat atau kerugian menggunakan konsep sains biologi tersebut bila diubah dalam bentuk teknologi

 Murid diajak untuk mencari alternatif pengatasan terhadap kerugian (bila ada) yang ditimbulkan oleh penerapan sains ke bentuk teknologi tersebut terhadap lingkungan dan masyarakat (mencari teknologi yang lebih baik)

 Kontruktivisme, murid dapat diajak berbincang tentang SETS berkaitan dengan konsep sains yang dibelajarkan, dari berbagai macam arah dan berbagai macam titik awal tergantung pengetahuan dasar yang dimiliki siswa yang bersangkutan (Binadja, 2001).

2.5. Media Pembelajaran Dan Pengembangannya

Dalam proses pembelajaran terjadi proses interaksi antara guru dan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik yang lain dalam memahami, mendiskusikan, tanya jawab, mendemontrasiksan, mempraktikan materi pelajaran di dalam kelas. Dari situ terjadi komunikasi antara guru dan peserta didik atau peserta didik dengan peserta didik yang lainnya, di dalamnya terjadi dan terlaksana hubungan timbal balik (komunikatif). Guru menyampaikan pesan, peserta didik bertanya atau sebaliknya.

Menurut Yamin (2007a), interaksi pada intinya terdiri atas empat unsur yang tidak terlepaskan, yaitu: komunikator, komunikan, pesan dan media. Media memegang peranan yang penting dalam pembelajaran.


(21)

Media dalam proses pembelajaran cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, fotografis atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi final atau verbal. Media juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, dapat membangkitkan semangat, perhatian, dan kemauan siswa sehinggga dapat mendorong terjadinya proses pembelajaran pada diri siswa (Angkowo dan Kosasih, 2007)

Sadiman dkk (1984) mengatakan bahwa media pembelajaran memiliki kegunaan-kegunaan sebagai berikut: (1) memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka), (2) penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran pada saat itu, (3) penggunaan media dapat menjadikan proses pembelajaran menjadi lebih interaktif, dengan diterapkannya teori belajar dengan prinsip-prinsip psikologis (partisipasi siswa, umpan balik, dan penguatan), (4) penggunaan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif peserta didik. Dalam hal ini media pembelajaran berguna untuk: (a) menimbulkan kegairahan belajar, (b) memungkinkan peserta didik belajar mandiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya, (c) memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara peserta didik dengan lingkungan dan kenyataan, (5) mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti: (a) objek yang terlalu besar .


(22)

2.6. Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 5.Kerangka berfikir pembelajaran bervisi SETS sistem saraf

SETS merupakan pembelajaran

yang terintegrasi yang

mengaitkan antara materi pembelajaran dengan lingkungan, masyarakat dan teknologi

Perangkat pembelajarn biologi bervisi SETS (Silabus, RPP, LKS/LDS, Bahan Ajar)

 Materi sistem koordinasi (saraf, hormone dan indera) memiliki sub materi yang banyak dibanding dengan materi lain di kelas IX

 Berkurangnya jam biologi dari 3 jam menjadi 2 jam

 Nilai harian siswa untuk materi saraf rendah dibanding materi lain

 Belum adanya perangkat

 Perlu solusi dalam PBM yaitu dengan

pembelajaran yang efektif dan efesien

 Perlu dikembangkan perangkat pembelajaran Biologi bervisi SETS materi sistem koordinasi

Dalam proses pembelajaran terjadi peningkatan pada:

 Ketuntasan hasil belajar

 Keterampilan proses peserta didik

 Keaktifan peserta didik

 Respon positif peserta didik

 Kesan positif guru

Hasil Belajar akan mengalami peningkatan pada:

Nilai kognitif


(23)

2.7. Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini adalah:

1. Pembelajaran bervisi SETS materi sistem saraf dapat meningkatkan keaktifan bertanya peserta didik

2. Pembelajaran bervisi SETS materi sistem saraf meningkatkan keaktifan bekerja kelompok dengan teman dan kelompok

3. Pembelajaran bervisi SETS materi sistem saraf dapat meningkatkan presentasi hasil diskusi peserta didik

4. Pembelajaran bervisi SETS materi sistem saraf dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik


(1)

Gambar 6. Penyakit katarak dalam konteks SETS

 Faktor-faktor yang

mempengaruhi timbulnya katarak: penggunaan obat-obatan terlalu lama, efek samping diabet, darah tinggi, akibat kecelakaan, usia, radiasi penggunaan komputer/laptop, televisi

Teknologi operasi katarak dengan Phacoemulsification di

singapura(SNEC): mengunakan alat ultra sound: membentuk emulsi untuk mengeluarkan lensa katarak

Teknolog Lazik: dengan teknologi laser orpersi mata menjadi lebih cepat ± 10 menit

Indera Mata: Penyakit

Katarak” Kondisi lensa mata yangt semula bening menjadi buram”

Bagi penderita katarak menyebabkan sulit untuk melihat dan dalam kondisi yang parah menyebabkan kebutaan

Adanya dokter spesialis mata untuk operasi katarak

Menambah pengetahuan bagi masyarakat tentang katarak baik peyebab dan

pengobatannya Dengan adanya teknologi

operasi katarak yang efesien dan akurat menyebabkan penderita merasa aman dan nyaman


(2)

arakat berkenaan dengan subjek biologi. Untuk itu perlu kepekaan yang tinggi dari guru biologi terhadap situasi di masyarakat yang bernuansa biologi. Hal-hal yang bernuansa biologi tersebut dapat berupa informasi baru, pengungkapan peristiwa lama yang baru ditemukan, masalah penyakit, kaitan dengan bidang-bidang tertentu yang menyangkut biologi seperti bidang-bidang medis, kefarmasian, pertanian, perikanan, kehutanan, kelautan, bahkan keantariksaan. Dari sana para guru atau pendidik biologi diminta untuk mengkaitkan topik pembelajaran yang akan diperkenalkan kepada siswa dari berbagai segi SETS sehingga memungkinkan peserta didik memiliki keutuhan pandangan tentang sesuatu yang harus dipelajari saat itu (Binadja, 2001).

Dalam pembelajaran biologi bervisi SETS, ciri atau karakteristik pendekatan SETS yang perlu ditampilkan adalah:

Tetap memberi pembelajaran konsep biologi yang diinginkan

 Murid dibawa ke situasi untuk melihat teknologi yang berkaitan dengan konsep yang dibelajarkan atau memanfaatkan konsep biologi ke bentuk teknologi untuk kepentingan masyarakat

 Murid diminta untuk menjelaskan keterhubungkaitan antara unsur sains biologi yang dibincangkan dengan unsur-unsur lain dalam SETS yang mempengaruhi berbagai keterkaitan antar unsur tersebut


(3)

 Murid dibawa untuk mempertimbangkan manfaat atau kerugian menggunakan konsep sains biologi tersebut bila diubah dalam bentuk teknologi

 Murid diajak untuk mencari alternatif pengatasan terhadap kerugian (bila ada) yang ditimbulkan oleh penerapan sains ke bentuk teknologi tersebut terhadap lingkungan dan masyarakat (mencari teknologi yang lebih baik)

 Kontruktivisme, murid dapat diajak berbincang tentang SETS berkaitan dengan konsep sains yang dibelajarkan, dari berbagai macam arah dan berbagai macam titik awal tergantung pengetahuan dasar yang dimiliki siswa yang bersangkutan (Binadja, 2001).

2.5. Media Pembelajaran Dan Pengembangannya

Dalam proses pembelajaran terjadi proses interaksi antara guru dan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik yang lain dalam memahami, mendiskusikan, tanya jawab, mendemontrasiksan, mempraktikan materi pelajaran di dalam kelas. Dari situ terjadi komunikasi antara guru dan peserta didik atau peserta didik dengan peserta didik yang lainnya, di dalamnya terjadi dan terlaksana hubungan timbal balik (komunikatif). Guru menyampaikan pesan, peserta didik bertanya atau sebaliknya.

Menurut Yamin (2007a), interaksi pada intinya terdiri atas empat unsur yang tidak terlepaskan, yaitu: komunikator, komunikan, pesan dan media. Media memegang peranan yang penting dalam pembelajaran.


(4)

Media dalam proses pembelajaran cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, fotografis atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi final atau verbal. Media juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, dapat membangkitkan semangat, perhatian, dan kemauan siswa sehinggga dapat mendorong terjadinya proses pembelajaran pada diri siswa (Angkowo dan Kosasih, 2007)

Sadiman dkk (1984) mengatakan bahwa media pembelajaran memiliki kegunaan-kegunaan sebagai berikut: (1) memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka), (2) penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran pada saat itu, (3) penggunaan media dapat menjadikan proses pembelajaran menjadi lebih interaktif, dengan diterapkannya teori belajar dengan prinsip-prinsip psikologis (partisipasi siswa, umpan balik, dan penguatan), (4) penggunaan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif peserta didik. Dalam hal ini media pembelajaran berguna untuk: (a) menimbulkan kegairahan belajar, (b) memungkinkan peserta didik belajar mandiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya, (c) memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara peserta didik dengan lingkungan dan kenyataan, (5) mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti: (a) objek yang terlalu besar .


(5)

2.6. Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 5.Kerangka berfikir pembelajaran bervisi SETS sistem saraf

SETS merupakan pembelajaran yang terintegrasi yang mengaitkan antara materi pembelajaran dengan lingkungan, masyarakat dan teknologi

Perangkat pembelajarn biologi bervisi SETS (Silabus, RPP, LKS/LDS, Bahan Ajar)

 Materi sistem koordinasi (saraf, hormone dan indera) memiliki sub materi yang banyak dibanding dengan materi lain di kelas IX

 Berkurangnya jam biologi dari 3 jam menjadi 2 jam

 Nilai harian siswa untuk materi saraf rendah dibanding materi lain

 Belum adanya perangkat

 Perlu solusi dalam PBM yaitu dengan

pembelajaran yang efektif dan efesien

 Perlu dikembangkan perangkat pembelajaran Biologi bervisi SETS materi sistem koordinasi

Dalam proses pembelajaran terjadi peningkatan pada:

 Ketuntasan hasil belajar

 Keterampilan proses peserta didik

 Keaktifan peserta didik

 Respon positif peserta didik

 Kesan positif guru

Hasil Belajar akan mengalami peningkatan pada:

Nilai kognitif


(6)

2.7. Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini adalah:

1. Pembelajaran bervisi SETS materi sistem saraf dapat meningkatkan keaktifan bertanya peserta didik

2. Pembelajaran bervisi SETS materi sistem saraf meningkatkan keaktifan bekerja kelompok dengan teman dan kelompok

3. Pembelajaran bervisi SETS materi sistem saraf dapat meningkatkan presentasi hasil diskusi peserta didik

4. Pembelajaran bervisi SETS materi sistem saraf dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik