STRATEGI PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN PADA PROGRAM STUDI LANGKA PEMINAT DI PTAIN: Studi Program Studi Aqidah Filsafat di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, IAIN Walisongo Semarang dan STAIN Surakarta.

(1)

STRATEGI PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN

PADA PROGRAM STUDI LANGKA PEMINAT

DI PERGURUAN TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

(Studi Prodi Aqidah Filsafat di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,

IAIN Walisongo Semarang dan STAIN Surakarta)

DISERTASI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat untuk Memperoleh Gelar Doktor Pendidikan

Program Studi Administrasi Pendidikan

Konsentrasi Pendidikan Tinggi

Oleh:

FETTY ERNAWATI NIM. 0800792

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG


(2)

STRATEGI PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN

PADA PROGRAM STUDI LANGKA PEMINAT

DI PERGURUAN TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

(Studi Prodi Aqidah Filsafat di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, IAIN

Walisongo Semarang dan STAIN Surakarta)

Oleh Fetty Ernawati

S.Psi Universitas Muhammadiyah Surakarta, 1998 M.Pd Universitas Negeri Yogyakarta, 2005

Sebuah Disertasi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Doktor Administrasi Pendidikan (Dr.) pada Sekolah Pascasarjana

© Fetty Ernawati 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

September 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.


(3)

(4)

(5)

KATA PENGANTAR

Persoalan utama yang dihadapi oleh perguruan tinggi Agama Islam (PTAI) saat ini adalah kekurang berhasilannya dalam mencapai dua tujuan pokok pendidikan tinggi seperti yang termaktub dalam PP 60 tahun 1999, yaitu masalah kualitas lulusan yang dihasilkannya dan sumbangan PTAI pada pengembangan Ilmu, dalam hal ini ilmu Agama Islam. Kekurang berhasilan PTAIN dalam menunaikan tugas pokoknya tersebut mungkin disebabkan oleh berbagai factor ekternal, maupun internal.

Pendidikan yang bermutu, dalam arti sistem terdiri dari adanya input pendidikan yang bermutu, quality learning process, output yang bermutu dan out comes bermutu. Pada gilirannya lulusan yang sesuai dengan harapan dan kebutuhan masyarakat, baik dalam kualitas pribadi, moral, pengetahuan dan kompetensi kerja menjadi syarat mutlak dalam masyarakat global yang semakin tinggi tingkat kompetisinya.Oleh karena itu, untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu diperlukan adanya penerapan program mutu untuk seluruh komponen yang ada dalam sistem pendidikan.

Program Studi Keislaman yang sangat diharapkan mampu menghasilkan lulusan yang mempunyai kompetensi keagamaan yang baik, tetapi pada kenyataannya masih banyak pihak mengeluhkan kualitas lulusan dari program studi keislaman di perguruan tinggi agama Islam yang dianggap kurang memenuhi harapan.Hal inilah yang menjadikan keprihatinan dari segenap pengelola PTAIN. Oleh karena itu, dipandang perlu untuk melakukan penelitian tentang “Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan pada Program Studi Langka Peminat/Program Studi Khusus Kajian Keislaman di PTAIN (Studi Prodi Aqidah Filsafat di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, IAIN Walisongo Semarang dan STAIN Surakarta)”.

Laporan Penelitian dalam bentuk disertasi ini terdiri dari lima bab. Bab I menyajikan latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat/signifikansi penelitian.Bab II menyajikan kajian pustaka, hasil penelitian terdahulu dan kerangka pemikiran.Bab III membahas tentang metode penelitian.Bab IV menyajikan hasil penelitian dan pembahasan dan Bab V menyajikan kesimpulan dan saran.

Penulis telah berusaha dengan sungguh-sungguh untuk dapat menyajikan laporan penelitian ini dengan sebaik-baiknya, namun karena berbagai keterbatasan tentunya masih banyak kekurangan.Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari semua pihak dalam rangka perbaikan dan penyempurnaan laporan ini. Terima Kasih.

Bandung,Agustus2013 Peneliti/Promovendus,


(6)

Fetty Ernawati UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia yang dilimpahkan-Nya, sehingga disertasiyang berjudul “ Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan pada Prodi Langka Peminat di PTAIN (Studi Prodi Aqidah Filasafat di UIN Yogyakarta, IAIN Walisongo Semarang dan STAIN Surakarta)” dapat terselesaikan dengan baik.Dalam kesempatan, ini peneliti ingin menyampaikan rasa terima kasih sedalam-dalamnya kepada berbagai pihak yang telah memberi bantuan berupa arahan dan dorongan selama peneliti mengikuti studi. Oleh karena itu, peneliti menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr. H. Djam’an Satori, MA. selakupromotor, di tengah-tengah kesibukannya, beliau selalu menyempatkan waktu dengan senang hati untuk membantu mengarahkan, membimbing, dan memberi dorongan sampai disertasi ini terwujud.

2. Prof. H. Udin Syaefuddin Sa’ud, Ph. D. yang telah banyak membantu mengarahkan dan membimbing sampai disertasi ini terwujud.

3. Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd. yang telah banyak memberikan masukan untuk penulisan disertasi ini.

4. Pimpinan UPI Bandung, Rektor, Pembantu Rektor, Direktur, Asisten Direktur, Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan serta segenap Staf Sekolah Pascasarjana UPI yang telah memberikan motivasi agar mahasiswa giat melakukan kajian baik secara teoritik maupun lapangan serta banyak memberikan kemudahan yang mendukung terhadap penyelesaian disertasi ini. 5. Pimpinan Fakultas Ushuluddin dan Ketua Program Studi Aqidah Filsafat di

UIN Yogyakarta, IAIN Walisongo Semarang dan STAIN Surakarta yang telah membantu kelancaran selama penelitian.

6. Tim Penguji Proposal, yaitu Prof. Dr. H. Djam’an Satori, MA, Prof. Dr. H. Aziz Wahab, MA, Prof. Dr. Nanang Fattah, M.Pd, dan Prof. Dr. H. Tb. Abin Syamsuddin Makmun, MA yang telah bersedia memberikan masukan demi penyempurnaan proposal dari disertasi ini.

7. Teman-teman sekelas diSekolah Pascasarjana UPIdan berbagai pihak yang tidak dapat kami sebut satu persatu, yang telah memberi dukungan moril sehingga penelitidapat menyelesaikan studi.

8. Suami (Heri Purwanto), bapak ibu, kakak, adik dan segenap keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan semangat dan iringan doa selama penyelesaian program doktor.

9. Berbagai pihak yang tidak dapat kami sebut satu persatu, yang telah memberi dukungan moril sehingga penelitidapat menyelesaikan studi.

Semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT, dan semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi yang membacanya. Aamiin.

Bandung, Agustus 2013 Peneliti/Promovendus


(7)

(8)

STRATEGI PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN PADA PROGRAM STUDI LANGKA PEMINAT DI PTAIN

(Studi Program Studi Aqidah Filsafat di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, IAIN Walisongo Semarang dan STAIN Surakarta)

FETTY ERNAWATI, 0800792

Tingginya tuntutan masyarakat akan kualitas pemuka agama yang akan mereka jadikan panutan memaksa lembaga penyelenggara program pendidikan Islam untuk berbenah diri, meningkatkan kualitas program pendidikannya agar dapat menghasilkan lulusan yang memenuhi harapan masyarakat. Namun dalam perkembangannya selama ini justru terjadi kelangkaan peminat pada program-program studi kajian khusus keislaman (program-program studi di Fakultas/Jurusan Ushuluddin, Dakwah dan Adab). Penelitian ini mengkaji tentang strategi peningkatan mutu pendidikan pada program studi langka peminat tersebut dengan tujuanuntuk mengetahui: 1) Pemahaman terhadap realitas program studi langka peminat di PTAIN dan factor-faktor yang mempengaruhinya, 2) Mutu program studi langka peminat di PTAIN dan factor-faktor yang mempengaruhinya, 3) Strategi peningkatan mutu pendidikan pada program studi langka peminat di PTAIN.

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dan latar penelitian adalah prodi Aqidah Filsafat di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, IAIN Walisongo Semarang dan STAIN Surakarta. Data dikumpulkan dengan cara pengamatan, wawancara, dan dokumentasi, dan dianalisis melalui reduksi data, display data, dan verifikasi data, yang berjalan secara simultan.

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Pemahaman stakeholders terhadap realitas kelangkaan peminat pada program studi langka peminat di PTAIN dan factor-faktor yang mempengaruhinya adalah sebagai berikut:a) Krisis input, jumlahnya sedikit dan kurang berkualitas,karena peminat adalah mahasiswa yang tidak diterima di prodi lain, b) Pemahaman yang salah dari masyarakat tentang prodi AF, c) Ketidakjelasan lapangan pekerjaan bagi lulusan, 2) Mutu program studi langka peminat di PTAINdan factor-faktor yang mempengaruhinya dapat disimpulkan sebagai berikut: mutu proses pendidikan relatif memenuhi kepuasan pelanggan yang terlihat dari aspek: a) Keandalan, b) Daya Tangkap, c) Jaminan, d) Empati, e) Bukti langsung. Permasalahan mutu prodi AF terletak pada mutu input dan mutu outputnya.3) Strategi peningkatan mutu pendidikan dititikberatkan pada peningkatan Relevancy dan Sustainabilityyang selama ini menjadi problem pokok pada prodi AF ini.Model strategi peningkatan mutu yang ditawarkan adalah: 1) peningkatan mutu input melalui penyelenggaraan matrikulasi; 2) peningkatan citra prodi dan daya saing melalui mengkomunikasikan citra prodi, pemasaran jasa pendidikan dan membangun centre of excellence; 3) peningkatan kompetensi dan kejelasan lapangan kerja lulusan melalui pemetaan lapangan kerja dan kerjasama dengan berbagai pihak (nasional dan Internasional).

Rekomendasi bagi Pengelola PTAIN, Diktis atau Kemenag, serta peneliti selanjutnya perlu melakukan ujicoba temuan strategi ini bagi prodi langka peminat di lingkungan PTAIN (UIN, IAIN, STAIN) yang lain.


(9)

THE STRATEGY OF IMPROVING THE QUALITY OF EDUCATION IN STUDY PROGRAM WITH LOW REGISTRIES IN PTAIN

(A Study at Aqidah Filsafat Study Program in UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, IAIN Walisongo Semarang, and STAIN Surakarta)

FETTY ERNAWATI, 0800792

The great demand of the society in the quality of the leader of religion as their model forces the institution organizing Islamic education program to change, improve the quality of its education program to produce output fulfilling the expectation of the society. However, in its growth during the time, the rarity of devotee happens in Islamic study programs (study programs in Ushuluddin, Dakwah, and Adab). This research studies the strategy of improving the quality of education in study program with low registries to know: 1) the understanding toward the reality of study program with low registries in PTAIN and factors influencing it, 2) the quality of study program with low registries in PTAIN and factors influencing it, 3) The strategy of improving the quality of education in study program with low registries in PTAIN.

The approach used is qualitative and the setting of research is Aqidah Filsafat study program in UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, IAIN Walisongo Semarang, and STAIN Surakarta. The data were collected through observation, interview, and documentation. They were analyzed through data reduction, data display, and data verification simultaneously.

The result of the research can be concluded as follows: 1) the understanding of stakeholders toward the reality of study program with low registries in PTAIN and factors influencing it as follows: a) the crisis of input, less quality and quantity, because the devotees are students who are not accepted in other study programs, b) false understanding of society about AF study program, , c) unclear opportunities of employment for the graduates, 2) the quality of study program with low registries in PTAIN and factors influencing it can be concluded as follows: the quality of education process relatively fulfils customer satisfaction seen from aspects of: a) Reliability, b) Responsiveness, c) Assurance, d) Empathy, e) Tangibles. The problem of the quality of AF study program is the quality of its input and output. 3) The strategy focuses on the improvement of Relevancy and Sustainability which becomes the main problem in AF study program. The models of the development of the strategy offered are the development through cooperation, marketing and communication of the image of study program, the establishment of centre of excellence in meeting the demand of relevancy and sustainability.

The recommendation for the managers of PTAIN, Diktis or Kemenag, and the next researchers is conducting try-out of the finding of this strategy in study program with low registries in other PTAIN (UIN, IAIN, STAIN).


(10)

DAFTAR ISI

Halaman Halaman Judul ...

Halaman Pengesahan ... i

Pernyataan ... ii

Kata Pengantar ... iii

Ucapan Terima Kasih ... iv

Abstrak ... v

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... xi

Daftar Gambar ... xii

Daftar Lampiran ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Penelitian ... 1

B.Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 18

C.Tujuan Penelitian ... 20

D.Manfaat Penelitian ... 21

E.Struktur Organisasi Disertasi ... 22

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 24

A.Peningkatan Mutu Pendidikan Tinggi Islam ... 24

1. Pengertian Manajemen Mutu ... 24

2. Manajemen Mutu dalam Pendidikan ... 33

3. Mutu Terpadu Pendidikan ... 37

B.Pemasaran Jasa Pendidikan ... 48

1. Konsep Pemasaran dalam Jasa Pendidikan ... 48

2. Pemasaran Jasa Pendidikan Perguruan Tinggi ... 53

3. Memuaskan Pelanggan Perguruan Tinggi ... 55

4. Bauran Pemasaran ... 59

5. Kepuasan Pelanggan Perguruan Tinggi ... 65

6. Loyalitas Perguruan Tinggi ... 84


(11)

8. Membangun Citra Baik PT ... 97

C.Hasil Penelitian Terdahulu ... 100

D.Kerangka Pemikiran ... 106

BAB III METODE PENELITIAN ... 112

A.Pendekatan Penelitian ... 112

B.Subyek Penelitian ... 112

C.Instrumen Penelitian ... 115

D.Tempat dan Waktu Penelitian ... 118

E.Pemilihan Setting Penelitian ... 118

F. Teknik Pengumpulan Data ... 120

1. Observasi ... 120

2. Wawancara ... 122

3. Analisis Dokumen ... 125

G.Keabsahan Data ... 126

1. Kredibilitas ... 126

2. Transferabilitas ... 132

3. Dependabilitas ... 132

4. Konfirmabilitas ... 133

H.Teknik Analisis Data ... 134

1. Tahap Pengumpulan Data ... 135

2. Tahap Reduksi Data ... 137

3. Tahap Display Data ... 138

4. Tahap Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi ... 139

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 141

A. Hasil Penelitian ... 141

1. Pemahaman Stakeholders terhadap Realitas Kelangkaan Peminat Pada Prodi Langka Peminat dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya ... 142

a. Pemahaman Stakeholders STAIN Surakarta terhadap Realitas Kelangkaan Peminat Pada Prodi Langka Peminat dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya ... 142


(12)

b. Pemahaman Stakeholders IAIN Walisongo Semarang terhadap realitas Kelangkaan Peminat Pada Prodi Langka

Peminat dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya ... 147 c. Pemahaman Stakeholders UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

terhadap Realitas Kelangkaan Peminat Pada Prodi Langka

Peminat dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya ... 149

2. Mutu Prodi Langka Peminat dan Faktor-faktor yang

Mempengaruhinya... 153 a. Mutu Prodi Langka Peminat di STAIN Surakarta dan

Faktor-faktor yang Mempengaruhinya ... 153 b. Mutu Prodi Langka Peminat di IAIN Walisongo Semarang

dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya ... 157 c. Mutu Prodi Langka Peminat di UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya ... 160

3. Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan pada Prodi Langka

Peminat ... 162 a. Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan pada Prodi Langka

Peminat di STAIN Surakarta ... 162 b. Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan pada Prodi Langka

Peminat di IAIN Walisongo Semarang ... 165 c. Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan pada Prodi Langka

Peminat di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ... 168

B. Pembahasan ... 173 1. Pemahaman Stakeholders terhadap Realitas Kelangkaan

Peminat Pada Prodi Langka Peminat dan Faktor-faktor yang

Mempengaruhinya... 174 2. Mutu Prodi Langka Peminat dan Faktor-faktor yang


(13)

3. Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan pada Prodi Langka

Peminat ... 209

C.Model Hipotetik Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan pada Prodi Langka Peminat di PTAIN ... 265

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 281

A.Kesimpulan ... 281

B.Rekomendasi ... 284


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Rekapitulasi Jumlah Mahasiswa ... 7

Tabel 2. Kuota Daya Tampung dan Peminat Setiap Prodi ……… 7

Tabel 3. Alur Sejarah PerjalananTotal Quality Management……… 31


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.Pengaruh Harapan terhadap Kepuasan Mahasiswa ……… 80 Gambar 2.Berbagai kemungkinan Pemecahan Masalah

Pelanggan yang tidak Puas ………. 81 Gambar3. Kerangka Pemikiran ……… 109 Gambar 4.Analisis Kualitatif Model Interaktif

Dari Miles and Huberman ... 135 Gambar 5. Model Hipotetik ... 276


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.Kisi-Kisi Penelitian ... 297 Lampiran 2. Catatan Lapangan ... 300


(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Dewasa ini terjadi persaingan yang makin ketat antar Perguruan Tinggi (PT) di Indonesia yang antara lain disebabkan oleh dampak globalisasi serta makin banyaknya perguruan tinggi di Indonesia, sementara jumlah animo masuk para siswa SMU ke perguruan tinggi justru makin kecil karena pertimbangan ekonomis maupun sisi kepraktisan. Berdasarkan kondisi tersebut, terdapat beberapa masalah utama yang dihadapi oleh hampir seluruh pendidikan tinggi di Indonesia. Menurut Serian Wijatno (2009: 193) beberapa masalah utama tersebut antara lain persoalan manajemen, relevansi program pendidikan tinggi terhadap pasar kerja, perluasan daya tampung, dan pemerataan mutu pendidikan di seluruh Indonesia.

Dalam rangka menangani berbagai masalah manajemen tersebut,perlu disusun format yang mengacu pada paradigma baru manajemen pendidikan tinggi. Format paradigma baru manajemen pendidikan tinggi tersebut adalah peningkatan mutu berkelanjutan, otonomi perguruan tinggi, akuntabilitas, akreditasi dan evaluasi. Tujuan utama format paradigma baru manajemen pendidikan tinggi adalah terwujudnya sistem pendidikan tinggi yang lebih dinamis dan efektif, sehingga menjamin terjadinya peningkatan mutu secara berkelanjutan agar produk sistem pendidikan tinggi dapat selaras dengan kebutuhan masyarakat dan


(18)

pembangunan dalam arti dapat memenuhi perangkat standar yang terkait dengan tuntutan masyarakat pengguna.

Dalam rangka meningkatkan peran pendidikan tinggi di Indonesia dan memperkuat daya saing bangsa dalam menghadapi persaingan global, selain analisis lingkungan eksternal dan internal, Rencana Strategis Pendidikan Tinggi 2010-2014, dan PP No. 17 tahun 2010 tentang penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan juga bisa digunakan sebagai acuan untuk meningkatkan peran pendidikan tinggi di Indonesia dan memperkuat daya saing bangsa dalam menghadapi persaingan global.

Secara makro perguruan tinggi akan mengahadapi tantangan yang tidak ringan. Akibat percepatan arus perubahan sosial yang drastis, akhirnya secara sadar atau tidak, telah memaksa berbagai penjual jasa, termasuk perguruan tinggi untuk lebih adaptif terhadap perubahan tersebut. Untuk mengantisipasi perubahan yang dinamis itu, maka perguruan tinggi harus sedianya menyiapkan manajemen yang adaptif dan berorientasi pada kebutuhan customer. Perguruan tinggi (PT) dituntut memiliki misi, visi dan orientasi yang jelas, terbuka dan mempunyai tujuan jangka panjang yang dapat menciptakan produktifitas lulusan yang dapat diperhitungkan. Untuk memperoleh out put yang dapat berdaya saing ditingkat nasional, serta lebih-lebih bisa bersaing dengan lulusan dari pendidikan luar negeri.

Dalam perguruan tinggi, manajemen merupakan salah satu tuntutan yang tidak dapat dielak lagi. Karena itu, manajemen PT harus segera mencari jalan tengah untuk membingkai pengelolaanya secara elegan dan menyejukkan. Apapun


(19)

yang akan dilakukan oleh pihak perguruan tinggi merupakan tuntutan masyarakat dan sekaligus untuk memenuhi kebutuhan dan tantangan global. Sehingga agaknya menajemen merupakan jantung dari dunia pendidikan tinggi yang akan memberikan atmosfir bagi pemenuhan kebutuhan pasar, serta mampu menciptakan lapangan kerja.

Perguruan Tinggi di Indonesia, saat ini dan yang akan datang, menghadapi permasalahan rendahnya tingkat kelayakan strategis yang bersumber dari adanya kesenjangan antara tuntutan lingkungan dan persaingan dengan sumber daya internalnya. Daya saing sejumlah Perguruan Tinggi di Indonesia dalam persaingan Pendidikan Tinggi cenderung menurun sehingga mengancam keunggulan posisi dan keberlanjutan Perguruan Tinggi yang bersangkutan.

Fenomena masalah di atas dihadapi oleh Perguruan Tinggi manapun, tidak terkecuali Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI), yang merupakan bagian integral dalam sistem pendidikan tinggi di Indonesia. Permasalahan tersebut dapat dipecahkan dengan cara melakukan perbaikan secara berkelanjutan terhadap mutu sumber daya manusia, proses, dan fasilitas fisik.

Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) di Indonesia menghadapi berbagai tantangan, diantaranya berkurangnya dana dari pemerintah, kebutuhan akan pengembangan program studi yang relevan dengan kebutuhan masyarakat, dan tuntutan akan efisiensi dan efektifitas di PTAI adalah beberapa tantangan yang harus dihadapi oleh PTAIN. Hal ini menuntut PTAIN untuk lebih meningkatkan mutu pendidikannya. PTAIN tidak dapat terlepas dari kebijakan kementerian pendidikan nasional yang mewajibkan setiap lembaga pendidikan


(20)

untuk senantiasa meningkatkan mutu pendidikan. Direktorat Pendidikan Tinggi Agama Islam Kementrian Agama yang bertanggung jawab terhadap pengembangan PTAIN, juga mewajibkan setiap PTAIN untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Mutu telah menjadi pusat perhatian perguruan tinggi baik di negara maju maupun negara berkembang. Perguruan tinggi dituntut untuk selalu memperhatikan dan secara terus menerus meningkatkan mutu pendidikan. Ada banyak alasan atau faktor mengapa perguruan tinggi harus benar-benar memperhatikan mutu pendidikan. Secara garis besar faktor-faktor tersebut dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar (external forces) dan faktor-faktor yang berasal dari dalam (internal driven) institusi pendidikan tinggi. Globalisasi dan liberalisasi merupakan dua faktor luar utama yang mengharuskan institusi Pendidikan Tinggi melakukan antisipasi dan adaptasi dan jika perlu melakukan perubahan untuk dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan stakeholders (Azra, 2005). Sedangkan dari faktor internal antara lain berkurangnya subsidi untuk pendidikan tinggi akibat kecilnya anggaran negara untuk sektor pendidikan, persaingan untuk mendapatkan mahasiswa, permintaan dan akuntabilitas dan produktivitas perguruan tinggi oleh stakeholders.

Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan budaya masyarakat menimbulkan tuntutan yang semakin tinggi terhadap mutu pendidikan. Apalagi, ketika disadari bahwa pendidikan merupakan faktor penentu bagi kemajuan peradaban dan kebudayaan bangsa, membuat kelemahan yang ada pada


(21)

pendidikan Islam semakin terasa sekali dan tentunya harus segera diselesaikan dan diatasi bersama-sama.

Untuk memenuhi tuntutan yang semakin tinggi itu, seringkali para pengelola lembaga pendidikan Islam tidak memiliki cukup kemampuan, baik kemampuan yang menyangkut sumber daya manusia maupun kemampuan finansialnya. Dalam kondisi demikian itu, kualitas dan eksistensi lembaga pendidikan Islam sangat terancam.

Secara umum, lembaga pendidikan Islam masih tertinggal. Kita harus menerima kenyataan yang pahit bahwa posisi pendidikan Islam di Indonesia

menempati “kelas ekonomi” walau tetap memiliki komitmen untuk

menjadikannya sebagai bahan pertimbangan dalam membangun kembali di masa mendatang. Hal ini menuntut para pemimpin lembaga pendidikan Islam mampu membaca selera masyarakat. Para pemimpin atau pengelola lembaga pendidikan Islam dituntut memiliki orientasi yang jelas dan melakukan pembenahan-pembenahan melalui strategi-strategi baru untuk meningkatkan kemajuan sehingga menjadi lembaga pendidikan Islam yang menjanjikan masa depan, baik jaminan keilmuan, kepribadian, maupun ketrampilan.

Seluruh manajemen komponen pendidikan harus senantiasa berorientasi pada pencapaian mutu pendidikan. Semua program dan kegiatan pendidikan serta pembelajaran di lembaga pendidikan pada hakekatnya harus bisa diarahkan pada pencapaian mutu pendidikan. Semua pikiran, tenaga, dan strategi perlu dikerahkan untuk bisa mewujudkan mutu tersebut dalam lembaga pendidikan, termasuk lembaga pendidikan Islam.


(22)

Permasalahan mutu di dalam lembaga pendidikan Islam merupakan permasalahan yang paling serius dan paling kompleks. Rata-rata, lembaga pendidikan Islam belum ada yang berhasil merealisasikan mutu pendidikannya. Padahal mutu pendidikan itu menjadi cita-cita bersama seluruh pemikir dan praktisi pendidikan Islam, bahkan telah diupayakan melalui berbagai cara, metode, pendekatan, strategi dan kebijakan. (Mujamil Qomar, 2007:204).

Sejak beberapa tahun terakhir muncul kecenderungan jumlah mahasiswa atau peminat Program Studi (Prodi) tertentu di Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri(PTAIN) mengalami kelangkaan dari tahun ke tahun. Program Studi yang mengalami kelangkaan peminat itu terutama berada di fakultas/jurusan Ushuluddin (Prodi Aqidah Filsafat, Tafsir Hadits, dan Perbandingan Agama), Dakwah (Pengembangan Masyarakat Islam, Bimbingan dan Penyuluhan Islam, dan Komunikasi & Penyiaran Islam), dan Adab yaitu Prodi Sejarah Kebudayaan Islam (Direktorat Pendidikan Tinggi Islam, 2009:2).

Jumlah mahasiswa program studi keislaman mengalami peningkatan,

setelah diadakannya program beasiswa “Program Studi Langka Peminat” tahun

2009 yang selanjutnya disebut dengan Beasiswa Penguatan Program Studi Khusus Kajian Keislaman. Namun menurut para pengelola program beasiswa tersebut, program itu hanya mampu meningkatkan peminat, tetapi belum sampai pada peningkatan mutu secara keseluruhan. Sehingga, apabila nanti program tersebut tidak berlanjut, kemungkinan peminatnya belum tentu sebanyak ketika ada beasiswa. Berdasarkan data dokumentasi yang peneliti peroleh pada pra


(23)

penelitian, jumlah mahasiswa baru tahun akademik 2007/2008 sampai dengan 2010/2011 pada program studi Aqidah Filsafat adalah sebagai berikut:

Tabel 1.

Rekapitulasi Jumlah Mahasiswa Baru TA. 2007/2008 s.d 2010/2011

Tahun Akademik PTAIN Jumlah

Mahasiswa 2007/2008 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 30 orang

IAIN Walisongo Semarang 4 orang

STAIN Surakarta 6 orang

2008/2009 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 30 orang IAIN Walisongo Semarang 9 orang

STAIN Surakarta 1 orang

2009/2010 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 28 orang IAIN Walisongo Semarang 27 orang

STAIN Surakarta 26 orang

2010/2011 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 66 orang IAIN Walisongo Semarang 49 orang

STAIN Surakarta 8 orang

Sumber: Rekapitulasi Data Mahasiswa

Peminat pada prodi Aqidah Filasafat sebenarnya dari tahun ke tahun relatif mengalami peningkatan, namun jika dibandingkan dengan prodi-prodi lain prodi ini tergolong mempunyai peminat yang relatif rendah. Gambaran peminat Prodi Aqidah Filsafat jika dibandingkan peminat prodi lain di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta adalah sebagai berikut:

Tabel 2.

Kuota-Daya Tampung dan Peminat Setiap Prodi di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Tahun 2011 Kelompok IPA

Kode Program Studi Ujian Tulis Undangan


(24)

Tampung Lalu Tampung

481012 Matematika 30 36 3

481026 Fisika 30 26 4

481034 Kimia 30 47 4

481042 Biologi 30 37 3

481056 Teknik

Informatika 30 362 4

481064 Teknik Industri 30 119 4

481072 Pend. Matematika 30 275 4

481086 Pend. Fisika 30 104 4

481094 Pend. Kimia 30 161 4

481101 Pend. Biologi 30 228 3

Kelompok IPS

Kode Program Studi Ujian Tulis Undangan

Daya Tampung Peminat Tahun Lalu Daya Tampung

482014 Bahasa dan Sastra Arab 20 18 10

482022 Sejarah & Kebudayaan

Islam 10 13 10

482036 Ilmu Perpustakaan 10 107 5

482125 Keuangan Islam 30 169 30

482133 Pend. Agama Islam 140 236 35

482141 Pend. Bhs. Arab 69 60 19

482155 Kependidikan Islam 78 24 22

482163 Aqidah Filsafat 5 1 5

482171 Perbandingan Agama 5 6 5

482185 Tafsir Hadis 10 16 10

482193 Sosiologi Agama 10 6 10

482206 Psikologi 80 220 10

482214 Sosiologi 25 47 5

482222 Ilmu Komunikasi 60 167 20

482236 Pend. Guru Madrasah

Ibtidaiyah (PGMI) 40 87 9

482244 Bahasa Inggris 10 88 5


(25)

482266 Bimbingan & Penyuluhan

Islam 25 0 15

482274 Ilmu Hukum 60 0 60

482282 Ilmu Kesejahteraan Sosial 20 0 5

482296 Jinayah Siyasah 30 0 30

482303 Komunikasi & Penyiaran

Islam 25 0 15

482311 Manajemen Dakwah 7 0 3

482325 Mu‟amalat 30 0 30

482333 Pengembangan Masyarakat

Islam 7 0 3

482341 Perbandingan Mazhab &

Hukum 30 0 30

Sumber: snmptn.ac.id

Ada beberapa faktor mengapa Prodi-prodi tersebut tidak atau kurang menarik bagi calon mahasiswa PTAIN. Pertama, ada anggapan bahwa masa depan lulusan fakultas/jurusan/prodi tersebut tidak jelas berkaitan dengan lapangan pekerjaan atau bidang kerja yang tersedia di masyarakat. Persepsi ini muncul karena selama ini lulusan PTAIN (IAIN dan STAIN) hanya mengisi peluang bidang pekerjaan yang berkaitan dengan agama saja, seperti bidang dakwah, pendidikan, aktif di lembaga keagamaan, atau berkiprah di birokrasi keagamaan (Departemen Agama). Ketika bidang pekerjaan pada sektor modern semakin berkembang dan diversifikatif, alumni PTAIN tidak mampu mengisinya.

Kedua, berkurangnya minat masyarakat Muslim (sebagai pendukung PTAI) mengirimkan anak-anaknya untuk mendalami ilmu-ilmu agama

„tradisional-murni‟ke UIN/IAIN/STAIN. Kondisi ini dipicu mungkin karenaada perubahanmindset atau bahkan paradigma tentang ”belajar agama” yang tidak


(26)

mesti dan melulu melalui lembaga pendidikan Islam semacam pesantren atau perguruan tinggi Islam. Di sisi lain, kondisi ini berkaitan dengan semakin banyaknya pilihan bagi orang tua Muslim untuk memilih perguruan tinggi mana yang cocok dan lebih menjanjikan masa depan bagi anak-anaknya.

Ketiga, persaingan antar perguruan tinggi semakin ketat dan kompetitif. Masing-masing perguruan tinggi berupaya menarik calon mahasiswa sedemikian rupa sehingga calon mahasiswa memunyai pilihan bebas untuk menentukan perguruan tinggi mana yang akan dipilih. Pada saat yang sama, di satu daerah terdapat banyak perguruan tinggi agama Islam swasta (PTAIS) sehingga harus berbagi mahasiswa dengan PTAIN yang ada.

Keempat, sebagian pengelola/pimpinan PTAIN kurang memberikan perhatian sewajarnya terhadap fakultas/jurusan/prodi yang mengalami kejenuhan atau kurang peminat dengan tawaran program yang lebih menarik, kreatif, dan menjanjikan. Kebanyakan calon mahasiswa lebih tertarik pada jurusan/fakultas Tarbiyah dan Syariah, atau Prodi umum di UIN, sementara jurusan/fakultas lain

mengalami penurunan peminat.

(http://www.ditpertais.net/06/read.asp?newsID=182;http://www.ditpertais.net/06/r ead.asp?newsID=213).

Berdasarkan informasi tersebut di atas, terlihat bahwa kelangkaan peminat terjadi pada program-program studi kajian khusus keislaman (program-program studi di Fakultas/Jurusan Ushuluddin, Dakwah dan Adab). Sementara itu, fakultas/jurusan tersebut, terutama fakultas/jurusan Ushuluddin merupakan ilmu Islam murni dan ilmu pokok agama Islam. Oleh karena itu, apabila berbicara


(27)

tentang masalah program studi langka peminat itu berarti berbicara tentang masalah program-program studi khusus kajian keislaman yang merupakan ilmu pokok dalam PTAI. Karena program-program studi tersebut adalah ilmu-ilmu pokok agama Islam. Hal inilah yang menjadikan keprihatinan dari segenap pengelola PTAIN.

Tingginya tuntutan masyarakat akan kualitas pemuka agama yang akan mereka jadikan panutan memaksa lembaga penyelenggara program pendidikan Islam untuk berbenah diri, meningkatkan kualitas program pendidikannya agar dapat menghasilkan lulusan yang memenuhi harapan masyarakat. Banyak pihak yang masih mengeluhkan kualitas lulusan perguruan tinggi agama Islam yang dianggap kurang memenuhi harapan. Ada yang mengeluhkan lulusan PTAIN kurang fasih dalam membaca Al-Qur‟an, apalagi membaca kitab berbahasa Arab. Ada juga yang mengeluhkan sarjana agama yang tidak mampu memahami persoalan masyarakat karena kurangnya pengetahuan tentang masyarakat.

Hasil penelitian Abdurrahman Mas‟ud (2004) menunjukkan bahwa kompetensi professional lulusan PTAI/ IAIN berada di posisi tengah, middle way atau in between. Yakni lulusan PTAI/ IAIN berada di tengah antara alumni pesantren dan alumni perguruan tinggi umum, antara ulama dan intelek, juga antara da`i panggung dan relawan LSM. alumni PTAI/ IAIN tidak mampu bersaing dengan alumni pesantren dalam hal penguasaan ke-Islaman dan khususnya penguasaan bahasa Arab dan kitab kuning. Lebih tragis lagi alumni PTAI/ IAIN jarang menunjukkan kemampuan praktis seperti kompetensi memandikan dan mengkafani janazah yang memang secara konkrit dibutuhkan


(28)

masyarakat. Demikian juga jika dibandingkan dengan alumni perguruan tinggi umum, mahasiswa PTAI/ IAIN terkesan Gatek (gagap teknologi), hingga sering ketinggalan dengan modernitas dan perkembangan-perkembangan aktual dalam masyarakat. Bahkan ada kritik tajam bahwa PTAI/IAIN terkadang sok ilmiah.

Keluhan-keluhan masyarakat akan kualitas lulusan PTAIN perlu didengarkan dan ditindaklanjuti. Kualitas sebuah perguruan tinggi akan ditentukan oleh kualitas lulusannya. Lulusan yang tinggi kualitasnya akan menunjukkan program pendidikan yang dilakukan di perguruan tinggi tersebut bagus. Demikian pula sebaliknya.

Banyak factor yang juga ikut mempengaruhi tinggi rendahnya kualitas lulusan itu, diantaranya adalah kurikulum, kualitas dosen yang mengelola perkuliahan, kualitas fasilitas belajar, kualitas lingkungan belajar, kualitas manajemen dan kepemimpinan, dan kualitas input calon mahasiswa (Arief Furchan, 2004: 128).

Berdasarkan rumusan misi, tujuan dan visi ke masa depan itu, PTAIN perlu melakukan pembenahan-pembenahan terhadap kurikulum, dosen, proses belajar mengajar, fasilitas belajar, manajemen pendidikan dan lingkungan belajar. Usaha meningkatkan mutu pendidikan Islam juga dipengaruhi oleh kualitas input mahasiswa. Ini adalah factor yang amat penting karena kualitas mahasiswalah yang menjadi ukuran bagi suatu lembaga pendidikan. Lulusan yang baik menunjukkan bahwa proses pendidikan di lembaga tersebut baik, begitu pula sebaliknya. Ini dapat dilakukan dengan melakukan saringan masuk yang standar


(29)

dan ketat. Namun, yang dihadapi saat ini adalah kenyataan bahwa calon yang berminat masuk ke PTAIN adalah lulusan SLTA yang bukan bibit unggul (yang bibit unggul lebih memilih perguruan tinggi lain yang lebih menjanjikan masa depan yang lebih cerah). Dengan kenyataan seperti ini, yang bisa kita usahakan hanyalah melakukan pembinaan pada bibit yang kurang unggul itu sehingga dapat keluar dengan kemampuan yang mendekati standar yang telah kita tetapkan.

Rendahnya mutu kebanyakan lulusan PTAIN dalam menerapkan hasil studinya di PTAIN demi kemaslahatan masyarakat dapat menimbulkan citra bahwa mutu program pendidikan di PTAIN memang kurang/tidak bermutu sehingga tidak dapat menghasilkan lulusan-lulusan yang bermutu sesuai dengan harapan masyarakat. Dampak ikutannya dapat berupa anggapan bahwa ahli pendidikan Islam di PTAIN memang tidak mampu membuat program pendidikan Islam yang bermutu dan dapat menghasilkan lulusan yang memenuhi harapan masyarakat. Yang lebih parah adalah jika sampai timbul angapan di masyarakat, setelah melihat prestasi alumni PTAIN yang hanya begitu-begitu saja, bahwa memang ilmu agama Islam itu hanya sebegitu saja dan, karenanya, jangan banyak mengharap darinya.

Persoalan utama yang dihadapi oleh perguruan tinggi Agama Islam (PTAI) saat ini adalah kekurang berhasilannya dalam mencapai dua tujuan pokok pendidikan tinggi seperti yang termaktub dalam PP 60 tahun 1999, yaitu masalah kualitas lulusan yang dihasilkannya dan sumbangan PTAI pada pengembangan Ilmu, dalam hal ini ilmu Agama Islam. Kekurang berhasilan PTAIN dalam


(30)

menunaikan tugas pokoknya tersebut mungkin disebabkan oleh berbagai factor ekternal, maupun internal.

Untuk faktor ekternal dapat disebutkan antara lain: 1) bergesernya aspirasi pendidikan masyarakat (Ummat Islam) yang dulu lebih mementingkan pendidikan agama ke ilmu umum seiring dengan laju pembangunan bangsa; 2) semakin sempitnya peluang lulusan PTAIN untuk bekerja sebagai pegawai negeri sebagai akibat zero growth (atau bahkan minus growth) pemerintah dibidang kepegawaian. Sementara itu, pekerjaan disektor swasta tidak memberikan imbalan yang cukup menarik bagi lulusan PTAIN; 3) PTAIN dianggap sebagai perguruan tinggi yang tidak menjanjikan prospek masa depan cerah. Lulusan SLTA yang mempunyai potensi akademik tinggi cenderung memilih perguruan Tinggi selain PTAIN, yang dianggapnya lebih menjanjikan; 4) beratnya tantangan yang harus dihadapi oleh ahli agama dalam profesinya mungkin juga membuat sebagian calon mahasiswa kurang berminat untuk menjadi ahli agama; 5) kurangnya minat lulusan SLTA yang memiliki potensi akademik tinggi untuk belajar di PTAIN menyebabkan mutu kebanyakan mahasiswa PTAIN menjadi kurang ideal. Banyak PTAIN yang terpaksa harus menerima dengan mutu kurang ideal ini karena mereka takut kekurangan mahasiswa apabila mereka terlalu selktif dalam memilih mahasiswa; 6) input mahasiswa yang kurang ideal ini menyebabkan sulitnya PTAIN menghasilkan lulusan yang bermutu sesuai dengan harapan masyarakat.

Untuk faktor internal dapat disebutkan, antara lain: 1) manajemen dan kepemimpinan: banyak PTAI yang masih dikelola secara tradisional dan dengan modal semangat berjuang tanpa disertai kemampuan mengelola sebuah


(31)

perguruan tinggi secara modern; 2) kurikulum: kelemahan utama kurikulum PTAIN yang digunakan saat ini adalah kurang komunikatifnya kurikulum itu bagi semua fihak yang terkait; 3) dosen: kebanyakan dosen PTAIN adalah lulusan PTAIN sendiri dengan berbagai jurusannya. Kecuali mereka yang berasal dari Fakultas Tarbiyah, kebanyakan dosen PTAIN tidak memperoleh latihan kependidikan. Kendati kebanyakan mereka kini sudah menyelesaikan pendidikan S2 namun disayangkan ada sebagian PTAI yang lebih mementingkan formalitas pendidikan S2 dosennya daripada mutunya; 4) proses belajar mengajar: proses belajar mengajar yang dilaksanakan oleh PTAIN kebanyakan masih bersifat tradisional dan formalistis. Mungkin hal ini adalah akibat kurang jelas (komunikatif) nya kurikulum PTAIN saat ini sehingga arah pendidikan disuatu PTAI kurang dipahami oleh pelaksana pendidikan dilapangan; 5) input mahasiswa: sebagai akibat kurangnya minat lulusan SLTA yang berkualitas masuk PTAIN maka mutu input mahasiswa PTAIN menjadi kurang bagus. Di samping itu, kesiapan mereka untuk mengikuti perkuliahan di PTAIN juga beragam akibat beragamnya asal sekolah menengah mereka. Mereka yang berasal dari Madrasah Aliyah (MA) umumnya mempunyai pengetahuan Agama dan kemampuan bahasa Arab yang bagus, sementara mereka yang berasal dari sekolah menengah Umum (SMU) dan sekolah Menengah Ketrampilan (SMK) umumnya mempunyai dasar pengetahuan agama dan kemampuan bahasa Arab yang kurang bagus. Sayangnya, kebanyakan PTAIN tidak menyelenggarakan program penyiapan (program matrikulasi) untuk calon mahasiswa yang mutunya kurang bagus ini. Ini


(32)

menambah kesulitan PTAIN untuk dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas; 6) fasilitas belajar: fasilitas belajar ini sangat minim berupa ruang kuliah dan perkantoran yang sederhana. Dibeberapa PTAIN yang dibiayai pemerintah pun tampaknya fasilitas belajar ini (laboratorium, perpustakaan, dsb) kurang mendapatkan perhatian. Beberapa PTAIN lebih mementingkan tampilan fisik kantor pimpinan daripada pembangunan laboratorium ataupun penyediaan buku perpustakaan yang lengkap; 7) lingkungan belajar : untuk mendukung proses pendidikan calon ilmuwan dan ahli agama Islam yang memiliki integritas, akhlak mulia, dan profesional diperlukan suasana kampus yang ilmiah dan Islami dimana nilai-nilai dan norma-norma ilmiah Islam dijunjung tinggi. Namun hal ini belum memperoleh perhatian yang cukup dari pimpinan kebanyakan PTAIN; 8) dana operasional. Dana operasional yang cukup diperlukan guna menjamin lancarnya kegiatan proses belajar mengajar guna menghasilkan lulusan yang bermutu dan berguna bagi masyarakat; 9) rendahnya kemampuan dosen PTAIN dalam melakukan penelitian ilmiah. Kelemahan ini akan mengakibatkan rendahnya mutu hasil penelitian yang mereka lakukan sehingga tidak digunakan oleh masyarakat sebagai acuan. Kita juga tidak mengharapkan dosen seperti ini akan menghasilkan lulusan yang mampu dan terampil dalam melakukan penelitian; 10) rendahnya kemampuan dosen PTAIN dalam menulis laporan penelitian atau artikel yang berdasarkan hasil penelitian yang menarik. Kelemahan ini menyebabkan kurangnya pasokan artikel dijurnal-jurnal ilmiah yag diterbitkan PTAIN sehingga dapat menyebabkan dimuatnya artikel-artikel yang tak terseleksi sehingga dapat


(33)

menurunkan mutu dan kredibilitas jurnal yang bersangkutan; 11) kurangnya perhatian pimpinan PTAIN untuk menyebarluaskan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh dosen dan mahasiswanya. Hal ini tampak dari kecilnya dana yang dialokasikan untuk penerbitan jurnal ilmiah dikampusnya; 12) kurang terkaitnya kegiatan program pengabdian kepada masyarakat dengan hasil penelitian. Kebanyakan kegiatan program pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan oleh PTAIN digabungkan dengan kegiatan Kuliah Kerja Nyata yang seringakali tidak merupakan penerapan hasil penelitian di bidang agama (Swara Ditpertais: No. 12 Th. II, 31 Juli 2004).

Berkaitan dengan data lulusan yang diperoleh melalui tracer study yang dilakukan oleh UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada 19 Juli 2009 diperoleh hasil bahwa prosentase lulusan yang bekerja pada bidang yang sesuai dengan keahliannya hanya mencapai 19,80%, selebihnya tersebar di berbagai sektor seperti pendidikan 63,37%; kesehatan 3,96%; 13,86% sosial; 3,96% sains & teknologi; 0% pariwisata; 0,99% entertainment; 23,76 ekonomi (Sumber: Tracer StudyFakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2009).

Agar keberadaan PTAIN tetap mampu survive, maka tidak ada pilihan lain kecuali memicu dan memacu kualitas diri serta membuka diri terhadap trend global dunia pendidikan, tanpa harus kehilangan identitas. Konsekwensinya kebutuhan akan manajemen mutu (quality management) tidak dapat dihindari.

Program Studi Keislaman yang sangat diharapkan mampu menghasilkan lulusan yang mempunyai kompetensi keagamaan yang baik, tetapi pada kenyataannya masih banyak pihak mengeluhkan kualitas lulusan dari program


(34)

studi keislaman di perguruan tinggi agama Islam yang dianggap kurang memenuhi harapan. Hal inilah yang menjadikan keprihatinan dari segenap pengelola PTAIN. Oleh karena itu, dipandang perlu untuk melakukan penelitian

tentang “Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan pada Program Studi Langka

Peminat di PTAIN (Studi ProdiAqidah Filsafat di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, IAIN Walisongo Semarang dan STAIN Surakarta) ”.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang sudah disampaikan, dapat diidentifikasi berbagai masalah yaitu:

1. Calon yang berminat masuk ke PTAIN dan program studi khusus kajian keislaman di PTAIN adalah lulusan SLTA yang bukan bibit unggul (yang bibit unggul lebih memilih perguruan tinggi lain yang lebih menjanjikan masa depan yang lebih cerah). Dengan kenyataan seperti ini, yang bisa diusahakan hanyalah melakukan pembinaan pada bibit yang kurang unggul itu sehingga dapat keluar dengan kemampuan yang mendekati standar yang telah kita tetapkan.

2. Kelemahan utama kurikulum PTAIN pada umumnya dan kurikulum program studi kajian keislaman pada khususnya yang digunakan saat ini adalah kurang komunikatifnya kurikulum itu bagi semua fihak yang terkait. Kurikulum PTAIN belum mencerminkan identitas lembaga tersebut sebagai perguruan tinggi yang bermutu (melakukan pendidikan, pengembangan ilmu/penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat). Di


(35)

samping itu belum mencerminkan misi dan visi perguruan tinggi tersebut sebagai lembaga. Kurikulum belum memberikan gambaran yang jelas tentang lulusan yang ingin dihasilkan dan bagaimana lembaga pendidikan tersebut akan mewujudkan lulusan yang diharapkan itu melalui berbagai program studi (jurusan) yang ada di perguruan tinggi tersebut. Sehingga belum menunjukkan keistimewaan perguruan tinggi tersebut jika dibandingkan dengan perguruan tinggi sejenis.

3. Banyak program studi khusus kajian keislaman di PTAIN yang masih dikelola secara tradisional dan dengan modal semangat berjuang tanpa disertai kemampuan mengelola sebuah perguruan tinggi secara modern. Untuk memenuhi tuntutan kualitas yang semakin tinggi itu, seringkali para pengelola lembaga pendidikan Islam tidak memiliki cukup kemampuan, baik kemampuan yang menyangkut sumber daya manusia maupun kemampuan finansialnya. Dalam kondisi demikian itu, kualitas dan eksistensi lembaga pendidikan Islam sangat terancam. Sehingga PTAIN membutuhkan peningkatan kualitas manajemen dan kepemimpinan.

4. Masih dibutuhkan sebuah strategi untuk meningkatkan mutu pendidikan pada program studi langka peminat (studi khusus kajian keislaman) yang meliputi berbagai factor tersebut di atas, sehingga mutu lulusan akan mampu diterima di masyarakat dan diharapkan akan berdampak pada peningkatan peminat pada program studi tersebut.


(36)

Dalam penelitian ini, perlu ada pembatasan yang jelas, agar penelitian ini tepat mencapai sasaran yang dikehendaki. Penelitian ini difokuskan pada :

“Bagaimana strategi peningkatan mutu pendidikan pada program studi langka peminat (program studi khusus kajian keislaman) di PTAIN?”. Mengingat

rumusan masalah tersebut masih sangat umum maka secara terinci perlu dikemukakan pokok-pokok permasalahan berdasarkan tingkatan pemecahan, oleh sebab itu yang menjadi rumusan masalah penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pemahaman stakeholders terhadap realitas kelangkaan peminat pada program studi langka peminat (program studi Aqidah Filafat) di PTAIN dan factor-faktor yang mempengaruhinya?

2. Bagaimana mutu program studi langka peminat (program studi Aqidah Filsafat) di PTAIN dan factor-faktor yang mempengaruhinya?

3. Bagaimana strategi peningkatan mutu pendidikan pada program studi langka peminat (program studi Aqidah Filsafat) di PTAIN?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentangstrategi peningkatan mutu pendidikan pada program studi langka peminat (program studi Aqidah Filsafat) di PTAIN, khususnya untuk memperoleh gambaran dan menganalisis mengenai :

1. Pemahaman terhadap realitas program studi langka peminat (program studi Aqidah Filsafat) di PTAIN dan factor-faktor yang mempengaruhinya.


(37)

2. Mutu program studi langka peminat (program studi Aqidah Filsafat) di PTAIN dan factor-faktor yang mempengaruhinya.

3. Strategi peningkatan mutu pendidikan pada program studi langka peminat (program studi Aqidah Filsafat) di PTAIN.

D. Manfaat/Signifikansi Penelitian

Dari penelitian ini akan dapat diperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Manfaat Teoritis

a. sebagai input konsep-konsep pengembangan ilmu manajemen pendidikan khususnya untuk strategi peningkatan mutu pendidikan PT dan upaya-upaya memuaskan kebutuhan customer di bidang pendidikan;

b. sebagai referensi untuk masalah-masalah organisasional sekaligus referensi untuk penelitian lebih lanjut pada ruang lingkup kajian yang lebih spesifik terkaitstrategi peningkatan mutu pendidikan PT; menjadi model;

c. sebagai masukan untuk penelitian lebih lanjut terkait strategi peningkatan mutu pendidikan PT.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi PTAIN, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian, dan bila mungkin dijadikan sebagai masukan penerapan strategi peningkatan mutu pendidikan pada program studi langka peminat atau


(38)

program studi khusus kajian keislaman di PTAI yang lain. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan dan perbandingan serta perbaikan dalam penerapan strategi peningkatan mutu pendidikan pada program studi langka peminat atau program studi khusus kajian keislaman di PTAI yang lain.

b. Bagi Kementerian Agama, hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai masukan dalam rangka pengambilan kebijakan untuk peningkatan mutu pendidikan pada program studi langka peminat atau program studi khusus kajian keislaman di PTAIN pada khususnya, dan peningkatan mutu pendidikan di PTAI pada umumnya.

E. Struktur Organisasi Disertasi

Sistematika penulisan laporan penelitian disertasi ini terdiri dari lima bab, dengan penjelasan sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan. Bab ini membahas hal-hal yang meliputi: pertama, latar belakang penelitian bahwa tuntutan meningkatkan mutu program studi langka peminat melalui manajemen mutu dan manajemen pemasaran jasa pendidikan; kedua, identifikasi dan perumusan masalah yang mencakup analisis dan rumusan masalah serta pertanyaan-pertanyaan penelitian; ketiga, tujuan penelitian yang memaparkan hasil-hasil yang ingin dicapai atas penelitian yang dilakukan; keempat, manfaat/signifikansi penelitian yang meliputi manfaat praktis dan teoritis atas hasil-hasil penelitian; kelima,


(39)

struktur organisasi disertasi yang berisi rincian urutan penulisan disertasi ke dalam bentuk bab per bab.

Bab II berisi Kajian Pustaka yang membahas berbagai konsep dasar dan teori-teori yang berkaitan dengan manajemen mutu dan manajemen pemasaran jasa pendidikan dan mendiskusikan berbagai hasil penelitian yang terdahulu yang sesuai dengan masalah yang diteliti dan menguraikan kerangka pemikiran.

Bab III membahas tentang metode penelitian yang meliputi pendekatan penelitian, subjek penelitian, instrumen penelitian, tempat dan waktu penelitian, pemilihan setting penelitian, teknik pengumpulan data, keabsahan data dan teknik analisa data.

Bab IV membahas tentang hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian dan model konseptual temuan penelitian yang memaparkan tentang data hasil penelitian, menarik kesimpulan pembahasan, mendiskusikan temuan hasil penelitian dengan teori, dan membuat rekomendasi untuk penelitian-penelitian yang akan datang.

Bab V Kesimpulan dan Saran yang berisi mengenai kesimpulan hasil penelitian secara terpadu, dan rekomendasi atau saran bagi para pembuat kebijakan, para pengguna hasil penelitian serta para peneliti berikutnya yang melakukan kajian sesuai bidang penelitian ini.


(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, karena proses untuk melakukan penelitian dan data yang diperoleh dari kegiatan tersebut berupa data kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk mengetahui 1) pemahaman stakeholders terhadap realitas program studi langka peminat (program studi Aqidah Filsafat) di PTAIN dan faktor-faktor yang mempengaruhi kelangkaan peminat pada program studi khusus kajian keislaman di PTAIN; 2) mutu program studi langka peminat (program studi Aqidah Filsafat) di PTAIN dan faktor-faktor yang mempengaruhi mutu program studi langka peminat atau program studi Aqidah Filsafat di PTAIN; 3) strategi peningkatan mutu pendidikan pada program studi langka peminat (program studi Aqidah Filsafat) di PTAIN.

Melalui penelitian ini diharapkan dapat dijelaskan fenomena yang terjadi apa adanya.Persoalan-persoalan yang ada akan lebih penting diungkap dengan mengamati dan merasakan langsung prosesnya di lapangan.

B. Subyek Penelitian

Dalam penelitian kualitatif sebenarnya jumlah informan penelitian bukan kriteria utama, tetapi lebih ditekankan kepada sumber data yang


(41)

dapat memberikan informasi yang sesuai dengan tujuan penelitian.

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata- kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.

Sumber data dalam penelitian kualitatif adalah subyek penelitian yang berupa individu atau kelompok yang bertindak sebagai sumber informasi, dengan kata lain subyek penelitian adalah sumber tempat data empiris diperoleh. Agar kesimpulan-kesimpulan maupun data mengandung kebenaran, maka subyek penelitian yang dipilih sebagai

landasan penyimpulan haruslah mewakili atau representatif untuk kelompoknya. Salah satu cara teknik untuk memperoleh subyek penelitian semacam itu dalam penelitian kualitatif adalah dengan teknik indept

intervewing. Untuk itu peneliti mengambil sumber data penelitian ini

adalah dari pihak-pihak yang benar-benar dapat menjadi informan kunci

(key informan) sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.

Subyek penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan strategi peningkatan mutu pendidikan pada program studi langka peminat di fakultas/jurusan Ushuluddin di PTAIN. Spradley (1980: 35) menyatakan informan merupakan sumber informasi. Informan adalah orang dalam pada latar belakang penelitian, mereka adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Informan harus memenuhi beberapa persyaratan yang harus diperhatikan antara lain: (1) informan sudah cukup lama dan intensif menyatu dalam


(42)

kegiatan atau bidang yang menjadi fokus penelitian, (2) informan terlibat penuh dengan kegiatan atau bidang tersebut, (3) informan memiliki waktu yang cukup untuk dimintai informasi. (Spradley,1980: 61).

Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut, ditetapkan beberapa informan dalam penelitian ini, yaitu: manajemen fakultas/jurusan Ushuluddin (dekan/ketua jurusan/ketua program studi, pembantu dekan bidang akademik), dosen, karyawan, dan mahasiswa.

1. Manajemen fakultas/jurusan Ushuluddin (dekan/ketua jurusan/ketua program studi, pembantu dekan bidang akademik), sebagai pimpinan di fakultas yang sekaligus pengendali dan pengatur manajemen yang dilaksanakan di fakultas/jurusan/prodi tersebut.

2. Dosen, yaitu orang-orang yang berhubungan langsung dengan para mahasiswa dan termasuk salah satu pihak yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan dan keberhasilan pelaksanaan pembelajaran di fakultas/jurusan Ushuluddin.

3. Karyawan, merupakan orang-orang yang juga memiliki peranan yang tidak kecil andilnya dalam proses pendidikan di fakultas/jurusan Ushuluddin. Keberadaan karyawan ini cukup penting dalam mendukung terlaksananya pendidikan dan pembinaan secara efektif dan efisien, terutama membantu kelancaran di bidang administrasi dan kepegawaian yang diperlukan dosen maupun mahasiswa.

4. Mahasiswa, yaitu peserta didik yang menjadi bagian terpenting dalam proses pendidikan di fakultas/jurusan Ushuluddin. Mereka adalah


(43)

termasuk pihak yang merasakan langsung manfaat dan keberhasilan pendidikan yang diikutinya di fakultas/jurusan Ushuluddin.

5. Alumni, merupakan pihak yang bisa memberikan informasi tentang relevansi kompetensi antara pengguna alumni dengan yang diperoleh alumni sebagai masukan peningkatan mutu prodi.

6. Pengguna lulusan, anggota masyarakat dan orang tua mahasiswa, merupakan pihak yang bisa mengevaluasi dan memberikan masukan atas penyelenggaraan pendidikan di fakultas/jurusan/prodi.

7. Beberapa civitas kampus yang sekiranya dapat menambah atau memperkuat data-data yang dibutuhkan.

C. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif sebagaimana paradigm penelitian ini, peneliti adalah pencari tahu alamiah dalam pengumpulan data. Oleh karena itu peneliti sendirilah sebagai alat pengumpul, pengembang, dan penyimpul data. Untuk itu peneliti sendirilah sebagai instrument kunci, seperti yang diistilahkan oleh Bogdan dan Biklen (1982:27) sebagai key instrument.

Lincoln dan Guba (1985) mengemukakan keuntungan dan peran peneliti sebagai instrument adalah untuk: (1) merespon; (2) mengadaptasi; (3) memahami konteks secara keseluruhan; (4) lebih memungkinkan memperoleh data sesuai dengan masalah; (5) dapat memproses data secara


(44)

langsung di lapangan; (6) memungkinkan melakukan peringkasan dan penggambaran data setelah dikumpulkan secara konseptual.

Pandangan-pandangan tersebut di atas menunjukkan bahwa terdapat alasan kuat dan mendasar mengapa diri peneliti dapat bertindak sebagai instrumen dalam suatu penelitian kualitatif. Pertama,manusia (peneliti) bersifat dinamis dan kreatif. Sedangkan instrument penelitian yang biasanya berupa tes dan kuesioner sukar digunakan untuk memfokuskan penelitian secara tepat apa yang akan diteliti, karena alat tersebut bersifat statis. Kedua, manusia sebagai instrumen memiliki kemampuan untuk menilai, menyimpulkan, dan memutuskan apa yang sebaiknyadilakukan sehingga apa yang ingin diperoleh dalam penelitiannya dapat diwujudkan dalam bentuk catatan, rekaman, statistic, dan dokumen yang berkaitan dengan subyek penelitiannya.

Mengingat pentingnya fungsi kehadiran peneliti sebagi key instrument dan peranan peneliti yang demikian strategis maka hubungan yang baik antara peneliti dengan orang-orang yang terlibat di lokasi penelitian harus dibangun atau dibentuk. Miles & Huberman (1992:58) lebih jauh mengungkapkan:

Peneliti seharusnya senantiasa menjalin hubungan yang baik dengan orang-orang yang ada dalam latar penelitian. Peneliti harus beradaptasi, tanpa harus menjadi penduduk asli, dan peneliti harus selalu ingat walaupun dekat, beradaptasi dengan orang-orang yang ada dalam latar, peneliti harus tetap selalu ingat bahwa dia adalah peneliti.

Dengan menciptakan hubungan baik antara peneliti dan subyek yang terteliti sebagaimana yang dikatakan Miles dan Huberman (1992:58)


(45)

maka peneliti akan semakin mendalam dan akurat dalam menggali data penelitian.

Berpijak pada pendapat di atas, maka peneliti bertindak sebagai instrument kunci (key instrument) penelitian. Peneliti sebagai instrument pada proses penelitian, di mana peneliti aktif dan terlibat langsung dalam proses pengumpulan data. Misalnya, upaya peneliti sebagai instrumen manakala peneliti berupaya untuk melakukan wawancara dengan subyek penelitian dan melakukan observasi terhadap situasi, kondisi dan aktivitas yang terkait dengan focus penelitian. Di sini peneliti secara langsung menemui informan serta mengajukan pertanyaan-pertanyaan, baik secara bebas maupun terstruktur sesuai dengan fokus penelitian. Demikian juga dalam penggalian data melalui observasi maupun dokumen, peneliti secara langsung bertindak sebagai instrumen penelitian.

Peneliti sebagai instrumen pada proses penelitian, di mana peneliti aktif dan terlibat langsung dalam proses pengumpulan data. Misalnya, upaya sebagai instrument manakala peneliti berupaya untuk melakukan wawancara dengan informan dalam penelitian ini yaitu dekan/ketua jurusan/ketua program studi, pembantu dekan bidang akademik, dosen, karyawan, dan mahasiswa. Dalam melakukan kegiatan observasi dan wawancara, peneliti langsung bertindak sebagai instrumen penelitian sehingga dengan demikian peneliti berupaya secara maksimal memahami focus penelitian secara holistic di latar penelitian.


(46)

D.Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada program studi Aqidah Filasafat di Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang dan Jurusan Ushuluddin STAIN Surakarta. Pelaksanaan penelitian ini akan dibagi menjadi tiga tahap yaitu tahap persiapan, tahap pengumpulan data dan tahap pengecekan data.

1. Persiapan : tahap pengamatan awal untuk memantapkan permasalahan penelitian

2. Pengumpulan data : wawancara, mengamati dan mencari berbagai informasi yang berhubungan dengan fokus dan permasalahan penelitian mengenai strategi peningkatan mutu pendidikan pada program studi langka peminat di PTAIN

3. Pengecekan data : tahap mengadakan check recheck data guna memperkuat hasil penelitian dengan cara mendiskusikan kembali mengenai kesimpulan akhir hasil penelitian.

E.Pemilihan Setting Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, pemilihan setting mutlak diperlukan.Setting penelitian ideal adalah yang memungkinkan peneliti dapat memasukinya, kemudian menjalin hubungan secara akrab dengan subyek penelitian, informan maupun key informan. Tujuan menjalin keakraban ini agar data yang diperoleh dapat lebih obyektif sesuai dengan tujuan penelitian


(47)

yang sebenarnya. Setting penelitian disesuaikan dengan permasalahan yang akan dijawab melalui penelitian.

Dalam penelitian ini, penentuan setting dijabarkan ke dalam empat dimensi sosial yaitu tempat, waktu, pelaku dan kegiatan. Pertama, dimensi tempat penelitian pada Program Studi Aqidah Filsafat di Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Yogyakarta, Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang dan Jurusan Ushuluddin STAIN Surakarta dengan pertimbangan bahwa PTAIN tersebut adalah merupakan lembaga pendidikan Islam yang menerapkan strategi peningkatan mutu pendidikan. Kedua, dimensi waktu penelitian. Ketiga, dimensi pelaku yaitu tim pelaksana strategi peningkatan mutu di fakultas/jurusan Ushuluddin dan beberapa informan dalam penelitian ini, yaitu: manajemen fakultas/jurusan (dekan/ketua jurusan/ketua program studi, pembantu dekan bidang akademik), dosen, karyawan, dan mahasiswa. Dimensi pelaku sangat penting karena dari pelaku tersebut peneliti dapat melakukan pengamatan tingkah laku dan sikap yang dapat memberikan informasi yang penting dari suatu kegiatan yang menjadi obyek penelitian. Penelitian yang mendalam untuk memanfaatkan waktu dan kesempatan dalam berdialog dengan pelaku menggunakan metode pengamatan, wawancara, dan analisis dokumen. Keempat, dimensi kegiatan yaitu kegiatan peningkatan mutu pendidikan pada fakultas/jurusan Ushuluddin di PTAIN.


(48)

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti sekaligus berfungsi sebagai instrumen utama (key instrument) yang terjun ke lapangan serta berusaha sendiri mengumpulkan data melalui teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Menurut Nasution (1996: 54) ada beberapa metode pengumpulan data yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu pengamatan berpartisipasi, wawancara mendalam, penyelidikan sejarah hidup dan analisis dokumen. Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah pengamatan, wawancara, dan analisis dokumen. Untuk lebih jelasnya, teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Teknik Observasi (Pengamatan)

Peneliti dalam melaksanakan penyelidikannya mengikuti pola pengamatan tak terstruktur yaitu kegiatan pengamatan dengan mencatat atau merekam keadaan sesuai dengan fokus penelitian, tanpa terikat pada daftar tertentu,juga subyek terteliti tidak dikondisikan sebelumnya, melainkan diobservasi pada latar alami.

Dalam penelitian ini pengamatan digunakan untuk menyelidiki tentang suasana kehidupan kampus, sarana-prasarana, pola kerja dan hubungan antar komponen dengan berlandaskan peraturan, tata tertib sebagaimana dalam dokumen. Lebih lanjut mengamati bagaimana civitas PTAIN, khususnya pada prodi aqidah filsafat berhubungan dengan dunia luar serta memanfaatkan segala sumberdaya yang ada untuk mencapai visi dan misinya.


(49)

Dalam penelitian ini observasi peneliti arahkan pada dua hal, yaitu infonnasi (apa yang terjadi) dan konteks. (hal-hal yang berkaitan dengan sekitarnya). Dalam setiap situasi terdapat tiga komponen utama. yang perlu diperhatikan, yakni ruang (tempat), ·perilaku (aktor), dan kegiatan (aktivitas). Berdasarkan ketiga dimensi tersebut, maka dalam penelitian ini memerlukan beberapa data/informasi yang diperlukan mencakup jenis data, sebagai berikut: (1) lingkungan kampus, (2) aktivitas para pejabat kampus, (3) kegiatan/aktivitas kampus, dan (4) faktor-faktor lain yang terkait dengan strategi peningkatan mutu pendidikan pada prodi aqidah filsafat.

Sehubungan dengan pengamatan ini sangat dijaga agar kehadiran peneliti tidak mengganggu komunitas subyek yang diteliti, sehingga mereka tidak akan memanipulasi perilakunya. Oleh karena itu peneliti melakukan teknik observasi terbuka dan tertutup. Sementara pada waktu mencatat hasil wawancara dan pengamatan, peneliti selalu berhati-hati dan waspada agar jangan mencampuradukkan hasil pengumpulan data dengan interpretasi. Memang dalam praktek sukar untuk melakukannya karena begitu mulai mencatat hasil pengamatan atau wawancara mulailah menyelinap subyektivitas pribadi. Hal ini disebabkan apabila pada tahap pengumpulan data sudah memilih-milih berdasarkan selera, maka fakta yang. diperoleh sudah bukan fakta lagi, hasil laporan nantinya merupakan data versi pribadi. Oleh sebab itu semua fakta .dicatat seperti apa yang dapat dikumpulkan mengenai obyek meskipun rasanya tidak logis atau


(50)

relevan (ketika itu).

2. Wawancara

Di dalam pengumpulan data, wawancara ini mempunyai peran ganda. Teknik ini berkedudukan sebagai salah satu metode sekaligus sebagai teknik pelengkap. Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara secara mendalam, yaitu pertemuan langsung secara berulang-ulang antara peneliti dengan informan dalam hal kehidupannya, pengalamannya, atau situasi-situasi yang dialaminya, yang diuangkapkan dengan kata-kata informan itu sendiri.

Dalam penelitian ini teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara tak berstruktur (unstructure interview) dengan dua macam cara yaitu wawancara tidak terarah (non directed) yang juga disebut wawancara bebas (free interview) dan wawancara terarah (directed) yang juga disebut wawancara terfokus (focused interview). Wawancara tidak terarah dilakukan peneliti untuk memperoleh keterangan yang rinci dan mendalam mengenai pandangan subyek yang diteliti, sehingga informan memperoleh kebebasan dan berkesempatan untuk mengeluarkan pikiran, pandangan,

dan perasaannya tanpa diatur ketat oleh peneliti.

Perencanaan wawancara tidak terarah dalam penelitian ini dengan mempertimbangkan beberapa hal, antara lain: (1) menemukan siapa yang akan diwawancarai, (2) mencari tahu bagaimana cara yang sebaiknya


(51)

membiarkan orang ketiga yang menghubungi tetapi peneliti sendiri yang melakukannya, dan (3) mengadakan persiapan yang matang untuk pelaksanaan wawancara.

Wawancara tidak terarah ini lebih banyak dilakukan pada masa

awal-awal berlangsungnya penelitian, dan hasilnya diharapkan lebih

memberikan keterangan yang tidak terduga sebelumnya. Hasil wawancara tidak terarah ini diharapkan memberikan informasi emic yaitu pandangan subyek yang diteliti. Informasi emic selanjutnya disusun secara bertahap dalam wawancara terarah agar lebih mengarah dan terfokus. Dengan

demikian maka hasil wawancara akan bersifat etic yaitu pandangan

peneliti setelah mengolah, menafsir, dan menganalisis informasi emic.

Dalam teknik ini wawancara sudah tersusun dan terarah, demikian juga

jawaban yang diharapkan pun sudah dibatasi dan relevan, dengan

mengusahakan sedemikian rupa agar informasi tidak melantur ke

mana-mana. Untuk mendukung kedua teknik di atas, maka peneliti. melakukan

pula wawancara sambil lalu (casual interview), di mana orang yang

diwawancarai tidak diseleksi terlebih dahulu dan dilakukan secara

informal dan spontanitas. Mereka itu adalah para dosen .maupun aktivis

mahasiswa.

Wawancara dilakukan secara terbuka (opended) yaitu untuk

menggali pandangan subyek penelitian tentang strategi peningkatan mutu

fakultas secara umum kemudian diarahkan kepada fokus utama, yaitu: 1)


(52)

studi Aqidah Filsafat) di PTAIN dan faktor-faktor yang mempengaruhi kelangkaan peminat pada program studi Aqidah Filsafat di PTAIN, 2) Mutu program studi langka peminat (program studi Aqidah Filsafat) di PTAIN dan faktor-faktor yang mempengaruhi mutu program studi langka peminat atau program studi Aqidah Filsafat, 3) Strategi dalam meningkatkan mutu pendidikan pada program studi langka peminat (program studi Aqidah Filsafat) di PTAIN.

Kegiatan wawancara ini dilakukan pada waktu dan konteks yang

dianggap tepat guna mendapatkan data yang memiliki keandalan, dengan

dilakukan berkali-kali sesuai keperluan. Wawancara .semacam ini yang

peneliti sebut sebagai wawancara mendalam (indepth interview).

Kepada informan yang terseleksi wawancara dilakukan secara

formal dan berdasarkan kesepakatan terlebih dahulu,. terutama wawancara

dengan para pejabat di .tingkat fakultas serta beberapa informan yang

karena kesibukannya tidak dapat ditemui sewaktu-waktu. Dalam

wawancara ini peneliti akan menyodorkan beberapa pertanyaan yang

sudah disiapkan sebelumnya terkait dengan fokus penelitian.

Dalam penelitian ini wawancara dilakukan menggunakan pertanyaan-pertanyaan terbuka namun mengarah (focused interview). Hal itu dimaksudkan agar subyek terteliti dapat memberikan informasi sebanyak. mungkin serta dapat mengemukakan pendapat, ide-ide, pandangan-pandangan seluas dan sebebas mungkin. Untuk mendapatkan informasi dan data yang lebih valid maka peneliti akan mewawancarai


(53)

informan kunci (key informant), yang dalam hal ini adalah manajemen fakultas/jurusan Ushuluddin (dekan/ketua jurusan/ketua program studi, pembantu dekan bidang akademik), dosen, karyawan, dan mahasiswa, serta beberapa pihak yang tugasnya terkait dengan pengembangan mutu akademik.

3. Analisis Dokumen

Dokumen sudah lama digunakan dalam. penelitian kualitatif sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan.

Peneliti berusaha mengumpulkan dokumen sebanyak-banyaknya setelah itu dipilah dan dipilih sesuai dengan tujuan, fokus dan sub fokus penelitian. Pengumpulan data melalui teknik ini digunakan untuk melengkapi data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi. Dengan analisis dokumentasi ini diharapkan data yang diperlukan menjadi benar-benar valid. Selain itu dengan menganalisis dokumen peneliti dapat mengetahui pelaksanaan strategi peningkatan mutu pendidikan pada program studi langka peminat yang selama ini pernah dilaksanakan. Dokumentasi yang dapat dijadikan sumber antara lain foto-foto kegiatan, kalender akademik, struktur program, dokumen-dokumen penjaminan mutu, dan kurikulum program studi.


(54)

G. Keabsahan Data

Penelitian kualitatif memiliki karakteristik tersendiri dalam mengecek keabsahan data. Menurut Guba dan Lincoln (1985), ada empat kegiatan untuk mengecek keabsahan data dalam penelitian, yaitu: derajat kepercayaan atau kredibilitas (credibility), kecocokan (transfermablity), ketergantungan atau dependabilitas (dependability), dan penegasan atau konfrrmabilitas (confirmability). Keempat kegiatan pengecekan keabsahan data penelitian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1.Kredibilitas

Di dalam melakukan penelitian kualitatif, instrumen penelitian adalah peneliti sendiri. Oleh sebab itu sangat mungkin terjadi going native dalam pelaksanaan penelitian atau kecondongpurbasangkaan (bias). Apalagi dalam kegiatan penelitian ini, status peneliti sekaligus sebagai civitas STAIN Surakarta sebagai lembaga yang disajikan subyek penelitian. Maka untuk meminimalkan bahkan berusaha menghindari terjadinya subyektivitas dan kebiasan data penelitian, maka sangat diperlukan adanya pengujian keabsahan data (credibility).

Kredibilitas data adalah upaya peneliti untuk menjamin kesahihan data dengan mengkonfirmasikan antara data yang diperoleh dengan obyek penelitian. Tujuannya adalah untuk membuktikan bahwa apa yang diamati peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada dan sesuai dengan apa yang sebenarnya terjadi pada obyek penelitian (Nasution, 1988 : 105-108). Kriteria kredibilitas data digunakan untuk menjamin bahwa data


(55)

yang dikumpulkan peneliti mengandung nilai kebenaran, baik bagi pembaca pada umumnya maupun subyek penelitian. Untuk menjamin kesahihan (trustworthiness) data, menurut Lincoln dan Guba (1985) maupun Moleong (1990: 173), ada beberapa teknik pencapaian kredibilitas data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

a. Perpanjangan keikutsertaan

Teknik ini dilandasi pada konsep semakin panjang peneliti ikutserta dalam lapangan penelitian akan semakin meningkatkan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan. Teknik pengecekan dengan memperpanjang keikutsertaan peneliti di lapangan dengan jalan melakukan observasi secara terus-menerus akan bermanfaat untuk memahami sejauh mana kredibilitas data yang didapatkan di lapangan. Peneliti berusaha melakukan observasi berulang-ulang terkait dengan fokus penelitian. Mengingat dalam penelitian ini, kedudukan peneliti sebagai orang dalam, maka akan menambah kemudahan peneliti terlibat dalam segala aktivitas di kampus STAIN Surakarta dalam waktu yang lama sehingga akan semakin meningkatkan derajat keabsahan yang diperoleh.

b. Teknik ketekunan pengamatan

Teknik ini merujuk pada teori semakin tekun dalam pengamatan akan semakin mendalam informasi yang diperoleh. Atau dengan kata lain, ketekunan pengamatan akan memperkecil kecerobohan dan kedangkalan memperoleh data yang. absah. Teknik ketekunan .pengamatan akan


(1)

Apabila demikian adanya, nampaknya penyelenggara program perlu untuk mereformulasi menjadi program yang relevan dengan program S-1 dan dunia kerja.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Peneliti lanjut disarankan untuk melakukan penelitian tentang strategi yang telah dan akan dilakukan oleh diktis atau kemenag dalam rangka peningkatan mutu pendidikan pada prodi langka peminat di PTAIN. Untuk melihat relevansinya terhadap kebutuhan setiap prodi langka peminat di PTAIN

b. Peneliti lanjut disarankan untuk melakukan ujicoba temuan strategi peningkatan mutu pendidikan pada prodi langka peminat ini bagi prodi langka peminat di lingkungan PTAIN (UIN, IAIN, STAIN) yang lain.


(2)

Fetty Ernawati,2013

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, et al. (2011).A Theory of Quality Management Underlying The Deming Management Method. Academy of Management (Online), Vol. 19, 39 halaman.Tersedia:http://www.jstor.org/stable/258936 (05/09/2011 23:07).

Andrian, Yayan. (2005). Total Quality Management: Strategies to Improve the Quality of

Teaching and Learning in Islamic Higher Education in Indonesia”. Australia: A

Coursework Project

Arief Furchan. (2004). Transformasi Pendidikan Islam di Indonesia. Yogyakarta: Gama Media

Anonim. (2003). Pedoman Penjaminan Mutu (Quality Assurance) Pendidikan Tinggi. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Anonim. (2005). Bahan Pelatihan “Pengembangan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi”, Kerjasama DIKTI-KOPERTIS Wilayah III

Anonim. (2006). Bahan Pelatihan “Tim Monitoring dan Evaluasi (MONEV) Internal”, Kegiatan Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Pendidikan Tinggi , DIKTI

Jerome.S, Arcaro. (2005). Pendidikan Berbasis Mutu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Arsovski, Zora. (2007). Approach to Quality Assurance in Higher Education. Dalam International Journal of Quality Research (Online). Vol.1 No.1, hal. 53-60. Tersedia: http://www.cqm.rs/ijqr/journal/v1-n1/6.pdf. (18 Maret 2008)

Azra,Azyumardi. (2005). IAIN di Tengah Paradigma Baru Perguruan Tinggi. Tersediahttp:// www.diktis.net/artikel/azyu01.asp (3 Maret 2005)

Beaumont, Leland R. (2000). ISO 9001: The Standard Interpretation. New Jersey: Simply Quality.

Bogdan, Robert C., danBiklen, Sari Knopp (2007). Qualitative-Research for Education. New York: Peasron education, 5th edition.

Brennan, John danTarla Shah (2000).Managing Quality in Higher Education.Philadelpia. Brown, Roger. (2004). Quality Assurance in Higher Education. The UK Experience Since


(3)

Buchari Alma dan Ratih Hurriyati. (2008). Manajemen Corporate & Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan: Fokus Pada Mutu dan Pelayanan Prima. Bandung: Alfabeta

Bloor, Robin (2003). Loyalty Bulders Drives Bussiniss Using Customer Loyalty. Journal. Arlington: Vantagepoint-Baraudi Bloor

Cartin, Thomas J. (1999). Principles and Practices of Organizational Performance Excellence. USA: ASQ Quality Press

Daulat P Tampubolon. (2001). Perguruan Tinggi Bermutu. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Departemen Pendidikan Nasional (2004). Strategi Jangka Panjang Pendidikan Tinggi (HELTS) 2003 - 2010. Jakarta: Depdiknas.

Djam’an Satori & Aan Komariah. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:

Alfabeta

Duffy, Francis M. (2002). Step-Up-To-Excellence: An Innovative Approach to Managing and Rewarding Performance in School System. London: The Scrarecrow Press, Inc. Drucker, Peter. F. (1999). Management Challenges for the 21stCentury. Boston: Butterworth

Heineiman

Duderstadt, James Johnson.(2003). A University for the 21st Century. The United States of America: The University of Michigan Press

Duffy, Denis L. (1998). Customer Loyalty Strategies. Journal of Customer Marketing, Vol. 15 No. 5, p.435-448

Eugene Sivadas, Jamie L. Baker-Prewitt. (2000). An Examination of the Relationship Between Service Quality, Customer Satisfaction, and Store Loyalty. International Journal of Retail & Distribution Management. Volume 28 Number 2 pp.73-82. Copyright MCB University Press ISSN 0959-0552

Evans, James R & William M. Lindsay. (2005). The Management and Control of Quality. Singapore: Thomson Corporation

Harman, Grant. (1996). Quality Assurance for Higher Education: Developing & Managing Quality Assurance for Higher Education System and Institutions in Asia and The Pacific. Bangkok: ACEID


(4)

Fetty Ernawati,2013

Gibbs, Paul & Michael Knapp. (2002). Marketing Higher and Further Education. British Library Cataloguing in Publication Data

Griffin, Jill. (2002). Customer Loyality How to Earn It, How to Keep It. McGraw Hill. Kentucky

Hitendra Pillay, Megan Kimber. (2009). Quality assurance in higher education: for whom and of what?.Dalam International Journal of Management in Education 2009 (Online) - Vol. 3, No.3/4 pp. 270-281.

Tersedia:http://www.inderscience.com/search/index.php?action=record&rec_id=2734 9&prevQuery=&ps=10&m=or.(5 Januari 2010)

Hoecht, Andreas (2006). Quality assurance in UK higher education: Issues of trust, control, professional autonomy and accountability.Springer (Online). Tersedia: http://www.jstor.org/29734995.

Hoy, Charles, Colin Bayne Jardin and Margaret Wood. (2000). Improving Quality in Education. London: Longman Publishing Company

Hoy, Wayne. K. & Miskel, CecilG. (2001). Educational Administration: Theory, Research, and Practice (Sixth Edition). New York: McGraw Hill

Idrus, N. (1999). Toward Quality Higher Education in Indonesia. Quality Assurance in Education, 7(3), 134-140. Retrieved from ProQuest database

Johson, S.L., Rush, S.C. (1995). Reiventing The University. New York : John Wiley & Sons Kartajaya, Hermawan. (2003) Marketing in Venus. Jakarta: Gramedia

Kessler, Sheila. (1996). Measuring and Managing Customer for Educational Institutions. 2nd Edition. New Jersey: Prentice-Hall, Inc

Khan, Munawar, et al. (2002). Teaching Quality in Higher Education: What do we need to improve? Interdicilinary Journal af Research of Business (Online), Vol 1, 6 halaman. Tersedia: http://www.jstor.org/(05/09/2011).

Kevin (1999). Quality Assurance for Higher Education in Asia and The Pacific.

Khodayari (2011). Servis Quality in Higher Education. Interdisiplinary Journal of Research in Business (Online), Vol. 1, 9 halaman.Tersedia: http://www.jstor.org/(05/09/2011). Konting, Majid et al. (2009). Quality Assurance in Higher Education Institution: Exist


(5)

Educational Studies (online), Vol.2. Tersedia: http://www.cosenet.org/journal/htm/(05/09/2011).

Kotler, Philip, Hermawan Kartajaya, Hooi Den Huan, Sandra Liu. (2003). Rethinking Marketing; Meninjau Ulang Pemasaran, Sustainable, Market-ing, Enterprise di Asia. Jakarta: Prentice Hall

Kotler, Philip. (2000). Manajemen Pemasaran. edisi Melenium Jilid 1. Jakarta: Prenhallindo Kotler, Philip. (2000). Manajemen Pemasaran. edisi Melenium Jilid 2. Jakarta: Prenhallindo Kotler, Philip., Thomas Hayes & Paul N. Bloom (2002). Marketing Professional Services.

2nd Editions. New Jersey: Prentice-Hall Press

Lincoln, Y.S., & Guba, E.G. 1985. Naturalistic Inquiry. Beverly hills, Ca: Sage Publications, Inc

Lovelock, Christopher & Lauren Wright (2002). Principles of Service Marketing and Management. 2nd Edition. Pearson Education International, Inc. Prentice Hall. Lumpiyoadi, Rambat & A. Hamdani. (2006). Manajemen Pemasaran Jasa. Jakarta: Salemba

empat

Mas'ud, Abdurrahman, dkk.,( 2004). "Kompetensi Lulusan PTAI dalam

PerspektifMasyarakat Pengguna di Jawa Tengah". Laporan Penelitian Kompetitif Miles, M.B dan Huberman, A.M. (1992). Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang

Metode-Metode Baru. Jakarta: UI Press

Moleong, Lexy J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung Remaja Rosda Karya. Mujamil Qomar. (2007). Manajemen Pendidikan Islam: Strategi Baru Pengelolaan Lembaga

Pendidikan Islam. Jakarta: Penerbit Erlangga

Nanus, Burt (1999). Leader Who Make a Difference. San Fransisco: Jossey-Bass Publisher. Nanus, Burt (2001). KepemimpinanVisioner.Jakarta: Prenhalindo, alih bahasa Frederik

Ruma.

Nasution. (1996). Metode penelitian naturalistik-kualitatif. Bandung : Tarsito.

Rao, DigumartiBhaskara (2003). Higher Education in The 21st Century (Vision and Action). New Delhi: Discovery Publisihing House.


(6)

Fetty Ernawati,2013

Robbins, Stephen P dan Mary Coulter (2005). Management, Eight Edition. Pearson Education Inc

Sallis, Edward (2010).Total Quality Management in Education.Jogjakarta: Ircisod.

Schijns, Jos M. C. (2003). Loyality and Satisfaction in Physical and Remote Service Encounters.Journal. DEMF Educator’s Conference.

Serian Wijatno. (2009). Pengelolaan Perguruan Tinggi Secara Efisien, Efektif, dan Ekonomis: Untuk Meningkatkan Mutu Penyelenggaraan Pendidikan Mutu Lulusan. Jakarta : Salemba Empat

Shankar, Venkatesh., Amy K. Smith, Arvind Rangaswamy. (2002). Customer Satisfaction and Loyality in online and offline Environments. Journal. Business Research Centre Case Study

Stackpole, Irving L. (2004). Satisfaction is Cheap-Loyality Is Priceless. Journal. Stackpole & Associates, Inc

Spradley, James P. (1980). Participant observation. New York : Holt, Reinhart and Winston. Tilaar, H.A.R. (2006). Manajemen Pendidikan Nasional: Kajian pendidikan Masa Depan.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Tjiptono, Fandy. (2001). Manajemen Jasa. Yogyakarta: Andi Offset

Yorke, M. (1999) . Assuring Quality and Standards in Globalized Higher Education. Quality Assurance in Education, 7 (1), 14-46

Yukl, G. (1994). Leadership in Organizations (3rd edition). New Jersey: Prentice-Hall International, Inc.

Zeithaml Valarie. A. and Mary Jo Bitner. (2004). Service Marketing: integrating Customer focus Across the firm. 3rd Edition. The McGraw – Hill Companies