PENERAPAN ANGKLUNG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU KELAS IV DI SD NEGERI 25 TANJUNG ENIM SUMATERA SELATAN.

(1)

PENERAPAN ANGKLUNG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU KELAS IV DI SD NEGERI 25 TANJUNG ENIM

SUMATERA SELATAN TESIS

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Seni

`

Oleh Fensy Sella NIM 1201062

JURUSAN PENDIDIKAN SENI SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

PENERAPAN ANGKLUNG SEBAGAI MEDIA

PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU

KELAS IV DI SDN 25 TANJUNG ENIM

SUMATERA SELATAN

Oleh Fensy Sella

S.Pd UPI, 2011

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© Fensy Sella 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

(4)

Fensy Sella, 2014

Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR BAGAN ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 6

D.Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat/SignifikanPenelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

A.Hipotesis Penelitian ... 9

B. Konsep dan Teori Pembelajaran Seni ... 9

C. Istilah Pembelajaran, Model, Pendekatan, danMetode ... 16

D.PembelajaranTematik Terpadu ... 20

E. AsasPembelajaran Tematik ... 34

F. pembelajaran melalui Media permainan/games………...35

G.Permainan Tradisional Sebagai Media Pembelejaran Bagi Siswa Sekolah dasar………..39

H.Pengajaran Musik Berdasarkan Pengalaman Musik………46

I. Angklung ... 50

J. Penelitian Terdahulu ... 54


(5)

Fensy Sella, 2014

Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

L. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah ... 60

BAB III METODE PENELITIAN ... 66

A. Lokasi Penelitian ... 66

B. Desain Penelitian ... 67

C. Metode Penelitian ... 68

D. Definisi Operasional ... 70

E. Instrumen Penelitian ... 71

F. PengembanganInstrumen Penelitian... 74

G. Teknik Pengumpulan Data ... 75

H. Teknik Analisis Data ... 77

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 78

A. Desain Konsep Pembelajaran Tematik Terpadu ... 78

B. Langkah-langkah dan Strategi Pembelajaran Tematik Terpadu Menggunakan Angklung ... 91

C. Implikasi Penerapan Angklung sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu di SDN 25 Tanjung Enim-Sumatera Selatan ... 102

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 105

A. Simpulan ... 105

B. Saran ... 106

DAFTAR PUSTAKA ... 108


(6)

Fensy Sella, 2014

Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 66

Tabel 3.2Kisi-kisi Hubungan Variabel, Sumber data, Metode, dan Instrumen Penelitian ... 75

Tabel 3.3Kisi-kisi Pedoman Observasi Siswa ... 76

Tabel 3.4Kisi-kisi Pedoman Penilaian Memainkan Angklung ... 76

Tabel 4.1 Langkah-langkah Pembelajaran.………91

Tabel 4.2 Analisis Instruksional PTT Kelas IV SD Tema "Indahnya Kebersamaan"………..…93


(7)

Fensy Sella, 2014

Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1Integrated Curriculum ... 32

Gambar 2.2Integrated Curriculum ... 32

Gambar 2.3 Integrated Curriculum ... 33

Gambar2.4Partitur lagu Boneka Abdi versi Sunda……….……….47

Gambar 2.5 Pembelajaran Terpadu Menggunakan Angklung ... 54

Gambar2.5Pendekatan Induktif VS Pendekatan Deduktif ... 57

Gambar4.1Kegiatan Pembelajaran Angklung ... 81

Gambar 4.2Partitur Lagu "Boneka Abdi Versi Sunda" ... 82

Gambar 4.3 Partitur Lagu Boneka Abdi versi Bahasa Indonesia………...83

Gambar 4.3Kegiatan Kelompok dalam Permainan "Boneka Abdi" Menggunakan Bahasa Sumatera Selatan ... 85

Gambar 4.5 Kegiatan Mengekspresikan Seni Musik Menggunakan Angklung 88


(8)

Fensy Sella, 2014

Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 3.1 Desain Eksperimen Penelitian ... 67

Bagan 3.1Langkah-langkah Penelitian ... 69

Bagan 4.1Hubungan Seni Budaya dengan Mata Pelajaran Lain ... 63

Bagan 4.2Tahapan dari RPP ... 88

Bagan 4.3Langkah-langkah Perencanaan Pembelajaran Tematik Terpadu ... 92

Bagan 4.4Model Pembelajaran Tematik Terpadu Melalui Angklung ... 96


(9)

Fensy Sella, 2014

Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Sintak Pembelajaran Tematik Terpadu Melalui Angklung ... 111

Lampiran 2 RPP 1 ... 115

Lampiran 3 Kuisioner 1 ... 119

Lampiran 4 Kuisioner 2 ... 120

Lampiran 5Lembar Observasi Aktivitas Peserta Didik ... 122

Lampiran 6Lembar Kerja Peserta Didik ... 124

Lampiran 7Lembar Wawancara Peserta Didik... 101

Lampiran 8Lembar Penilaian Unjuk Kerja Peserta Didik ... 102

Lampiran 9RPP 2 ... 128

Lampiran 10 Kuisioner 1 ... 132

Lampiran 11 Kuisioner 2 ... 133

Lampiran 12LembarObservasiAktivitasPesertaDidik ... 110

Lampiran 13LembarKerjaPesertaDidik ... 134

Lampiran 14LembarWawancaraPesertaDidik... 137

Lampiran 15LembarPenilaianUnjukKerjaPesertaDidik ... 138

Lampiran 16RPP 3 ... 140

Lampiran 17 Kuisioner 1 ... 144

Lampiran 18 Kuisioner 2 ... 145

Lampiran 19LembarObservasiAktivitasPesertaDidik ... 146

Lampiran 20LembarKerjaPesertaDidik ... 148

Lampiran 21LembarWawancaraPesertaDidik... 149

Lampiran 22LembarPenilaianUnjukKerjaPesertaDidik ... 150


(10)

Fensy Sella, 2014

Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Penelitianiniberjudul “PenerapanAngklungSebagai Media

PembelajaranTematikTerpadukelas IV di SD Negeri 25 TanjungEnim Sumatera Selatan.Fokuspermasalahan yang dikajiadalahbagaimanadesainkonsep, langkah-langkah, danimplikasipenerapantematikterpadu di SD Negeri 25 TanjungEnim Sumatera Selatan?.Untukmembedahkonseppembelajaranini, digunakan model

WebbeddalamMajid (2014). Metodepenelitian yang

digunakanadalaheksperimensemu (kuasieksperimen)

melaluiparadigmakuantitatifdengan model one shot case study.Hal inidimaksudkanuntukmemberikanperlakuanterhadapsiswakelas IV SD. Penelitianinidikumpulkanmelaluiteknikangket, observasi,

wawancaradandokumentasi. Data

tersebutdiolahdandivalidasisertadilakukanreabilitas instrument penelitian. Hasiltemuan yang diperolehdaripenelitianiniadalahmenghasilkandesainkonsep, langkah-langkahpenerapanPembelajaranTematikTerpadusertaimplikasinya yang memperoleh model pembelajaran yang efektif, apresiatif, kreatif, danefisien, sehinggahasilpenelitianinidiharapkanberkontribusiterhadappendidikan, kurikulum, metodologipembelajaran, danpemerhatipendidikan.


(11)

Fensy Sella, 2014

Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

This study, entitled "Application of AngklungAs Integrated Thematic Instructional Media in Elementary School fourth grade 25 TanjungEnim in South Sumatra. The focus of the problem studied is how the design concepts, measures, and implications of the implementation of an integrated thematic Elementary School in TanjungEnim, South Sumatra 25?.To dissect this learning concept, used in the model Webbed Majid (2014). The research method used is a quasi-experiment (quasi-experimental) through quantitative paradigm with one shot case study models. It is intended to provide treatment to fourth grade students. This study was collected through questionnaire techniques, observation, interview and documentation. The data is processed and validated instrument reliability and conducted research. The findings obtained from this research is to produce a concept design, implementation steps and the implications Integrated Thematic Learning is obtaining an effective learning model, appreciative, creative, and efficient, so that the results of this study are expected to contribute to the education, curriculum, teaching methodology, and education observers. Keywords: Application of Angklung, Integrated Thematic Learning


(12)

Fensy Sella, 2014

Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan


(13)

1

Fensy Sella, 2014

Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Berdasarkan paparan Majid (2014, hlm. 51-53), dampak globalisasi bersifat multidimensional. Dampak ini juga terasa dalam bidang pendidikan pada semua jenjang dan jenis pendidikan. Secara spesifik, globalisasi mendorong terjadinya perubahan peran institusi pembelajaran tradisional tidak dapat dipertahankan lagi dan perlu diubah menjadi institusi pencipta pengetahuan. Sementara itu, perencanaan yang dibuat secara acak (by accident) harus diubah menjadi perencanaan strategis (by design). Ditinjau dari sudut tantangan, pendekatan komparatif harus diubah menjadi pendekatan kompetitif.

Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai suatu rancangan pendidikan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Ada tiga sifat penting pendidikan yang harus diperhatikan pada waktu akan mengembangkan kurikulum. Pertama, pendidikan mengandung nilai dan memberikan pertimbangan nilai. Hal ini diartikan bahwa pendidikan diarahkan pada pengembangan pribadi anak agar sesuai dengan nilai-nilai yang ada dan diharapkan masyarakat. Proses pendidikannya harus bersifat membina dan mengembangkan nilai. Kedua, pendidikan diarahkan pada kehidupan dalam masyarakat. Hal ini diartikan bahwa pendidikan menyiapkan anak untuk kehidupan dalam masyarakat. Anak perlu mengenal dan memahami apa yang ada dalam masyarakat, memiliki kecakapan-kecakapan untuk dapat berpartisipasi dalam masyarakat. Ketiga, pelaksanaan pendidikan dipengaruhi dan didukung oleh lingkungan masyarakat tempat pendidikan itu berlangsung.

Pengembangan kurikulum yang inovatif seyogianya mengikuti alur proses inovatif yang bercirikan interaktif atau non-linear, iteratif atau berulang secara spiral/helix yang juga dikenal sebagai feed-back loops, penyaringan dan pelurusan, serta paradoks yang perlu dipertimbangkan yang meliputi keperluan


(14)

2

Fensy Sella, 2014

Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

jangka panjang vs jangka pendek, efektifitas vs efisiensi dan kekenduran vs

kecepatan.

Salah satu bentuk pengembangan kurikulum yang akhir-akhir ini memperoleh perhatian secara sungguh-sungguh adalah pengintegrasian kurikulum yang hasilnya disebut sebagai kurikulum terpadu (integrated curriculum).

Kurikulum terpadu pada dasarnya mengintegrasikan sejumlah disiplin (mata pelajaran) melalui keterkaitan di antara tujuan, isi, keterampilan, dan sikap. Menurut mereka, berbeda dari kurikulum yang berpusat pada disiplin ilmu

(subject-centered curriculum), tujuan utama kurikulum terpadu adalah memadukan sejumlah elemen kurikulum dan pembelajaran di antara berbagai disiplin.

Tumbuh kembangnya minat dan kebutuhan atas kurikulum terpadu dipicu oleh sejumlah hal berikut:

1. kurikulum sekolah selalu ketinggalan dengan pertumbuhkembangan pengetahuan yang sangat pesat dalam berbagai bidang. Kemajuan pengetahuan itu tidak serta merta dapat diadopsi dalam kurikulum. Akibatnya, apa yang sedang dan telah dipelajari siswa kerap basi dan usang karena telah tertinggal jauh oleh perkembangan yang terjadi

2. Merancang dan melaksanakan pembelajaran di sekolah dibentengi oleh satuan waktu yang disebut menit. Karena waktunya sudah habis, kegiatan belajar yang sedang berlangsung terpaksa harus diputus dan segera berpindah pada pelajaran yang baru. Para siswa belajar dengan terpenggal-penggal dan terputus-putus tanpa memedulikan ketuntasan dan keutuhan.

3. Kegiatan pembelajaran yang dialami anak menjadi membosankan dan tidak berguna, ketika mereka tidak mengerti mempelajari Matematika, Sejarah, IPS, IPA, dan sebagainfya. Pembelajaran hanya dilakukan demi pelajaran itu sendiri, atau sekadar menghadapi tes dan ujian.


(15)

3

Fensy Sella, 2014

Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Implementasi kurikulum pada hakikatnya dapat dipahami dan akan terlihat jelas dan nyata dalam proses belajar itu sendiri sehingga secara langsung dapat pula dikatakan proses belajar mengajar yang sedang dijalani itulah yang menjadi implementasi kurikulum. Pada tahap pelaksanaan pembelajaran di SD Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan, peneliti memadukan sejumlah topik dari mata pelajaran yang berbeda, tetapi esensinya sama dalam sebuah topik tertentu. Pelaksanaannya yaitu menentukan tema terlebih dahulu, mengintegrasikan tema tersebut dengan kurikulum 2013, lalu mendesain rencana pembelajaran termasuk pengorganisasian sumber belajar, bahan ajar, media belajar, dan kegiatan di luar sekolah atau ekstrakulikuler di SD Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan.

Pemilihan tema ini dapat datang dari staf pengajar yaitu guru kelas atau guru bidang studi dan siswa. Biasanya guru yang memilih tema dasarnya dan dengan musyawarah siswa memilih unit tema. Pemilihan tema dasar yang dilakukan oleh guru dengan mengaju pada tema dan materi-materi pada pokok bahasan pada setiap mata pelajaran yang terdapat pada kurikulum. Tema dapat juga dipilih berdasarkan pertimbangan lain, yaitu tema yang dipilih merupakan consensus

antar siswa, misal dari buku-buku bacaan, pengalaman, minat, isu-isu, yang sedang beredar di masyarakat dengan mengingat ketersediaan sarana dan sumber belajar yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Tema dapat muncul dari siswa, kemudian guru yang mengorganisir atau guru melontarkan tema dasar, kemudian siswa mengembangkan unit temanya. Curah pendapat pada pembelajaran juga bermanfaat untuk memunculkan tema dasar kemudian dikembangkan menjadi unit tema. Setelah tema dasar dan unit tema dipilih maka akan terbentuk jaring-jaring.

Pada pembelajaran ini, peneliti menggunakan angklung untuk memberikan pengalaman kepada siswa yang lebih kongkret, memotivasi, serta mempertinggi daya serap dan daya ingat siswa dalam belajar. Media yang akan digunakan penulis yaitu angklung. Angklung merupakan salah satu kekayaan budaya Indonesia yang memperoleh pengakuan dunia sebagai warisan budaya tak benda


(16)

4

Fensy Sella, 2014

Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

milik dunia. Atas rintisan Daeng Soetigna, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI melalui SK. Mendikbud No. 082/1968 pada 23 Agustus 1968 menetapkan angklung sebagai media pendidikan. Keputusan menteri ini dikeluarkan atas dasar pemikiran bahwa terkandung sifat-sifat baik dalam permainan angklung seperti kerjasama, disiplin, keterampilan, tanggung jawab, dan olah rasa musikalitas. Namun sayangnya keberadaan angklung dalam dunia pendidikan formal di Indonesia belumlah optimal.

Studi lapangan terkait proses pembelajaran angklung di sekolah dilaporkan oleh Karlina (2009), Yuyus dan Oom (2010), serta Widyarahman (2011) menjelaskan bahwa pembelajaran angklung di tingkat sekolah dasar dilaksanakan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Menurut Milyartini dan Sukmayadi (2013, hlm. 3) menjelaskan bahwa proses belajar yang dikembangkan cenderung pada upaya memainkan lagu atau karya yang sudah ada dengan penekanan pada keterampilan motorik dan pengetahuan musik. Potensi angklung sebagai media pendidikan belum digunakan secara optimal. Sebaliknya, studi terkait pemanfaatan angklung dalam pendidikan luar biasa dan inklusi yang dilakukan oleh Nurhaeni (2011), Belgis (2011), dan Anjelia (2012) menunjukkan bahwa penggunaan angklung sebagai media pembelajaran mampu membantu siswa tunagrahita ringan, dan siswa autis dalam mengembangkan kemampuan interaksi sosial.

Menurut penulis, konsep matematika yang dapat dikenalkan angklung yaitu mengenal konsep pecahan senilai dan melakukan hitung pecahan menggunakan angklung tersebut. Siswa juga dapat mengidentifikasi nilai not dalam bentuk angka melalui permainan angklung dibunyikan. Pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, penulis memanfaatkan angklung dengan memainkan lagu Garuda Pancasila. Kemudian siswa disuruh mengingat pancasila sebagai dasar negara Indonesia yang pada akhirnya akan dijelaskan tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara Indonesia dalam lingkungan sehari-hari, di rumah, maupun di sekolah. Pada mata pelajaran bahasa Indonesia, siswa dapat memainkan


(17)

5

Fensy Sella, 2014

Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

angklung dengan lagu daerah Jawa Barat yang kemudian akan diartikan kembali ke bahasa Sumatera Selatan. Dengan demikian, siswa bisa mengenal berbagai bahasa di Indonesia. Begitu pula pada mata pelajaran Seni Budaya, siswa tidak hanya bisa mempelajari musiknya saja, tetapi siswa juga bisa mempelajari gerak dan tari pada permainan angklung. Hal ini bisa mengajarkan siswa bagaimana cara mengagumi ciri khas keindahan karya seni dan karya berbagai daerah sebagai anugrah Tuhan.

Dalam penelitian ini, penulis memilih angklung sebagai media kreasi untuk pengait mata pelajaran sekolah dasar dalam pengajaran tematik terpadu. Peneliti memilih beberapa mata pelajaran yang sangat cocok untuk dikaitkan melalui media angklung. Diantaranya adalah mata pelajaran Seni Budaya, Bahasa Indonesia, Pendidikan Kewarganegaraan, dan Matematika. Melalui angklung atau media abstrak atau konkret yang disediakan oleh peneliti, maka murid secara tidak langsung dapat mengungkapkan pendapat dan berdiskusi tentang media atau instrument angklung yang berasal dari daerah luar Sumatera Selatan. Selain itu melalui media seni tersebut, murid bisa berkomunikasi serta memanfaatkan media tersebut sebgai alat transformasi budaya (Bahasa Indonesia). Keanekaragaman budaya tersebut juga mengajarkan peserta untuk bisa saling menghargai, berprilaku, bekerja sama sesuai dengan tema yang telah dipilih peneliti yaitu Indahnya Kebersamaan (PKN).

Pada pembelajaran ini, peneliti menjembatani setiap mata pelajaran melalui lagu „Boneka Abdi sebagai penghubung mata pelajaran yang telah dipilih peneliti. Selain dapat memainkan angklung dengan teknik yang benar, peneliti juga mengajarkan peserta didi tentang unsur-unsur musikal yang ada pada lagu yang dimainkan (Seni Budaya). Peserta didik juga dapat menghitung unsur musik yang ada dalam lagu, dapat berpikir kritis dengan mendeskripsikan lagu tersebut dan menginterpretasikan fenomena yang ada pada lagu „Boneka Abdi” (Matematika). Pengajaran ini tidak hanya berpacu dengan kurikulum atau petunjuk yang sudah ada di sekolah. Penulis juga bisa melihat respon atau pandangan siswa terhadap


(18)

6

Fensy Sella, 2014

Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

angklung yang merupakan alat musik yang berasal dari daerah diluar sumatera. Penulis juga akan membahas tentang bagaimana respon atau pandangan guru-guru atau pihak sekolah mengenai model pembelajaran tematik terpadu, apakah hasil belajar dengan model ini bisa bertahan lama? Dan apakah angklung memiliki pengaruh besar terhadap pembelajaran tematik terpadu tersebut?

Berdasarkan latar belakang pemikiran di tas, maka langkah yang ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut dengan melakukan penelitian melalui metode kuantitatif dengan judul “Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kleas IV di SD Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan. Dari hasul penelitian yang penulis dapat menemukan adanya kontribusi antara penerapan pembelajarn tematik terpadu dengan pendidikan, kurikulum serta pemerhati pendidikan.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah yang ditemui yaitu:

1. kurikulum sekolah selalu ketinggalan dengan pertumbuhkembangan pengetahuan yang sangat pesat dalam berbagai bidang. Kemajuadjn pengetahuan itu tidak serta merta dapat diadopsi dalam kurikulum. Akibatnya, apa yang sedang dan telah dipelajari siswa kerap basi dan usang karena telah tertinggal jauh oleh perkembangan yang terjadi.

2. Kegiatan pembelajaran di sekolah seringkali membosankan karena mata pelajaran masih terpisah dan dibentengi dengan batasan waktu sehingga siswa belajar dengan terpenggal-penggal dan terputus-putus tanpa memedulikan ketuntasan dan keutuhan.

3. Siswa Kelas IV SD Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan belum memliki banyak pengalaman belajar dengan menggunakan media dan di sekolah belum diterapkan konsep pembelajaran Tematik Terpadu sehingga siswa lebih banyak


(19)

7

Fensy Sella, 2014

Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mendengarkan uraian guru tanpa adanya pembelajaran pengamatan dan praktek langsung.

C.RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, yang menjadi fokus penelitian ini adalah bagaimana penerapan pembelajaran tematik terpadu untuk siswa kelas 4 di SD Negeri 25 dengan menggunakan angklung dengan pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana desain konsep pembelajaran tematik terpadu dengan menggunakan

angklung untuk siswa kelas 4 di SD Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan?

2. Bagaimana langkah-langkah pembelajaran tematik terpadu untuk siswa kelas 4 di SD Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan?

3. Apa implikasi penerapan pembelajaran tematik terpadu untuk siswa kelas 4 di SD Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan dengan menggunakan angklung?

D.TUJUAN PENELITIAN

Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas desain konsep penerapan angklung sebagai media pembelajaran tematik terpadu untuk siswa kelas IV di SDN 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan. Sehingga dapat menemukan metodologi pembelajaran seni secara inovatif, kreatif, efektif, dan efisien.

Secara operasional, penelitian ini bertujuan untuk menguji coba desain konsep, menerapkan langkah-langkah pembelajaran serta implikasinya terhadap pembelajarn tematik terpadu di SD Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan.


(20)

8

Fensy Sella, 2014

Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi atau masukan kepada guru mata pelajaran seni budaya, institusi pendidikan, dan masyarakat. Adapun manfaat tersebut adalah sebagai berikut:

1. Manfaat bagi peneliti

Hasil penelitian ini akan menambah wawasan dan pengetahuan dalam menerapkan pembelajaran tematik terpadu menggunakan angklung.

2. Guru Bidang Studi

Bagi guru mata pelajaran, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu model pembelajaran di sekolah yaitu Pembelajaran Tematik Terpadu, sehingga dapat menerapkan model pembelajaran ini dalam setiap mata pelajaran yang dikembangkan di SD Negeri 25 khususnya untuk siswa kelas IV.

3. Bagi Siswa

Siswa akan mendapatkan pembelajaran temtaik terpadu yang lebih bermakna dan berkualitas.

4. Manfaat bagi institusi SDN 25 Tanjung Enim

Bagi institusi pendidikan, hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan dan bahan masukan dalam rangka perbaikan penyelenggaraan kurikulum sekolah di SD Negeri 25 Tanjung Enim.

5. Manfaat bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pengetahuan bagi masyarakat berupa informasi mengenai penerapan Pembelajaran Tematik Terpadu menggunakan media di SD Negeri 25 Tanjung Enim, yang diharapkan juga dapat mengenalkan dan membantu proses pembelajaran tematik terpadu di masyarakat.


(21)

9

Fensy Sella, 2014

Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan


(22)

66

Fensy Sella, 2014

Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

1. Tempat dan Waktu Penelitian

a. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan yang terletak di Jalan Trikora II Kelurahan Keban Agung Tanjung Enim Kabupaten Muara Enim Sumatera Selatan yang merupakan salah satu institusi yang melaksanakan kegiatan pendidikan untuk satuan kurikulum SD.

b. Waktu Penelitian

Pelaksanaan eksperimen dilaksanakan mulai dari bulan Maret 2014 sampai dengan April 2014. Pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel: 3.1

Jadwal pelaksanaan penelitian

No. Hari, Tanggal Kegiatan Kelompok Sub pokok bahasan 1. Sabtu, 22 Maret

2014

Pretest Eksperimen Pembelajaran terpadu

2. Senin, 24 Maret 2014

Treatment Eksperimen Pembelajaran terpadu

3. Selasa, 25 Maret 2014

Treatment Eksperimen Pembelajaran terpadu

2. Populasi dan Sampel

Menurut Suharsimi Arikunto (2006, hlm. 130) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Nurul Zuriah (2007, hlm. 116) mengemukakan bahwa populasi merupakan seluruh data yang menjadi perhatian peneliti. Jadi, populasi penelitian dapat disimpulkan sebagai subjek penelitian yang mengenainya dapat diperoleh


(23)

67

Fensy Sella, 2014

Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dari data yang dipermasalahkan. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan yang berjumlah 50 siswa dan dibagi dalam dua kelas yaitu IV A dan IV B. Mengingat hal ini maka peneliti menggunakan kedua kelas tersebut sebagai subjek penelitian dimana kelas IV A dengan jumlah siswa 24 anak terpilih menjadi kelompok eksperimen, dan kelas IV B dengan jumlah siswa 24 anak akan dipilih menjadi kelompok kontrol. Selanjutnya peneliti akan mempelajari karakteristik dari kedua kelompok tersebut dan kemudian akan ditarik kesimpulannya.

A. Desain Penelitian

Skema desain penelitian digambarkan dengan diagram dan tahapan kegiatan yaitu sebagai berikut.

out come

Bagan 3.1

Desain Eksperimen Penelitian

INPUT PROSES OUTPUT

AFEKTIF PSIKOMOTOR KOGNITIF KURIKULUM, GURU, SISWA, MEDIA, METODE, TEMATIK TERPADU BAHASA INDONESIA, PKN, MATEMATIKA, SENI BUDAYA Afektif Psikomotor kognitif SISWA MEMILIKI MINAT BELAJAR MELALUI MEDIA SENI ADANYA TRANSFORMASI NILAI


(24)

68

Fensy Sella, 2014

Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2007, hlm. 13) data penelitian pada pendekatan kuantitatif berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. Alasan peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif karena peneliti bermaksud untuk menghilangkan subjektifitas dalam penelitian. Selain itu, penelitian ini menggunakan sampel untuk memberikan penjelasan yang lebih tepat terhadap fakta yang dihadapi serta meneliti dan memahami perilaku pserta didik dimana penelitian berlangsung.

B.Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen

one-shot case study. One-shot case study adalah penelitian dimana terdapat suatu kelompok yang diberikan suatu perlakuan dan selanjutnya dilakukan observasi untuk mendapatkan hasil. (Sugiyono, 2012, hlm. 74). Desain ini juga dilakukan dengan cara memberikan perlakuan yang kemudian di observasi untuk dilihat dampak atau pengaruhnya.

Paradigma dalam penelitian eksperimen model ini dapat digambarkan seperti berikut:

Keterangan:

X = treatment yang diberikan (variabel independen) O = Observasi (variabel independen)

Paradigma diatas dapat dibaca sebagai berikut: terdapat suatu kelompok diberi treatment/perlakuan, dan selanjutnya diobservasi hasilnya. (Treatment

adalah sebagai variabel independen, dan hasil adalah sebagai variabel dependen). Sugiyono, (2011, hlm. 110).


(25)

69

Fensy Sella, 2014

Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Bagan 3.1

Rancangan Penelitian One-shot Case Study

Adapun langkah-langkah penelitian tampak dalam gambar berikut.

Bagan 3.2

Bagan: 3.2 langkah-langkah penelitian a. Tahapan Pertama, Pre Experiment Measurenment

Sebelum melaksanakan tindakan, siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diberikan pretest, yaitu mengungkapkan pengenalan mereka terhadap alat musik angklung dengan menyebutkan atau menggambarkan hal-hal yang mereka ketahui tentang angklung. Pretest ini perlu dilakukan untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa tersebut dipengaruhi karena kemampuan awal siswa yang berbeda-beda.

b. Tahap Kedua, Treatment

Setelah kelompok tersebut diberikan pretest dan telah dianggap sepadan, maka tahap selanjutnya yaitu melakukan treatment. Treatment dikelas

Perlakuan untuk kelompok belajar dengan model pembelajaran terpadu

Posttest Pretest

Menentukan subjek penelitian

Memberikan perlakuan

Diukur/di observasi


(26)

70

Fensy Sella, 2014

Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

eksperimen menggunakan media angklung yang sebenarnya. Dalam penelitian ini, perlakuan dilakukan sebanyak 4 kali yaitu 2 kali pada kelompok eksperimen dan 2 kali pada kelompok kontrol. Masing-masing perlakuan dilaksanakan dalam waktu 90 menit.

c. Tahap Ketiga, Post Experiment Measurenment

Langkah ketiga sekaligus langkah terakhir yaitu memberikan soal posttest

pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Hasilnya berupa data kemampuan akhir siswa yang digunakan untuk mengetahui pengaruh yang ditimbulkan akibat dari pemberian perlakuan.

C.Definisi Operasional

Model pembelajaran ialah suatu desain yang menggambarkan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan peserta didik/mahasiswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada peserta didik. Reigeluth dan Carr-Chellman (2009) dalam Yaumi(2013) menjelaskan bahwa istilah pembelajaran dapat dipahami melalui dua kata, yakni pembelajaran yang merujuk pada instruction dan yang berlandaskan construction. Instruction

berimplikasi pada pembelajaran yang dilakukan untuk peserta didik (pasif), sedangkan construction berimplikasi pada pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik (aktif). Dalam pandangan kaum konstruktivis, bahwa orang hanya dapat belajar dengan mengkonstruksi pengetahuan, di mana belajar membutuhkan manipulasi aktif tentang materi yang dipelajari, bukan secara pasif. Perhatian pendidik adalah bagaimana membantu dan memfasilitasi peserta didik dalam belajar, yang berarti mengidentifikasi cara-cara efektif untuk membantu peserta didik mengkonstruksi pengetahuan mereka.

Berkenaan dengan pembelajaran musik secara psikologis, Seashore (1967, hlm.150) menyebutkanbahwa pembelajaran merupakan sebuah tindakan yang seharusnya dilakukan oleh peserta didik, sebagaimana tertulis pada kutipan berikut bahwa

Learning anything is an act which must be performed by the learner. It cannot be done for him by the teacher. The only thing a teacher can do is


(27)

71

Fensy Sella, 2014

Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

to assist in creating favorable conditions by motivation, supply of materials, and general guidance.

Pandangan Seashore (1967) diatas menegaskan bahwa pembelajaran tidak dapat dilakukan oleh guru untuk peserta didik. Peranan guru dalam hal ini adalah untuk membantu dalam menciptakan kondisi pembelajaran yang baik dan menyenangkan dengan memberikan motivasi, menyediakan materi dan bahan ajar, dan bimbingan umum. Berpijak pada pendapat tersebut, maka pembelajaran seni musik yang baik adalah pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik, di lakukan secara aktif oleh peserta didik, dan dengan maksud untuk meraih kompetensi musikal peserta didik.

a. Pembelajaran Tematik Terpadu

Konsep pembelajaran tematik merupakan pengembangan dari pemikiran dua orang tokoh pendidikan yakni Jacob tahun 1997 dengan konsep pembelajaran

interdisipliner dan Fogarty pada tahun 1991 dengan konsep pembelajaran terpadu. Pembelajaran tematik terpadu merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intramata pelajaran maupun antar-mata pelajaran (Majid, 2014, hlm. 85). Dengan adanya pemaduan itu peserta didik akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran jadi bermakna bagi peserta didik. 2. Angklung Sebagai Media Pembelajaran

Angklung adalah sebuah alat musik tradisional yang terbuat dari bambu, yaitu dua ruas bambu atau lebih dengan ukuran yang berbeda disusun pada bambu yang lain sebagai penyangga. Angklung merupakan alat musik yang berasal dari Jawa Barat. Penulis memilih angklung sebagai media kreasi untuk pengait mata pelajaran sekolah dasar dalam pengajaran tematik terpadu. Pengajaran ini tidak hanya berpacu dengan kurikulum atau petunjuk yang sudah ada di sekolah. Penulis juga bisa melihat respon atau pandangan siswa terhadap angklung yang merupakan alat musik yang berasal dari daerah diluar sumatera.


(28)

72

Fensy Sella, 2014

Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keberhasilan penelitian banyak ditentukan oleh instrumen yang digunakan, sebab data yang diperlukan untuk menjawab permasalahan penelitian diperoleh melalui instrumen penelitian.

Pernyataan tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh Sudjana dan Ibrahim (2007: 96) bahwa instrument adalah alat pengumpul data yang harus betul-betul dirancang dan dibuat sedemikian rupa sehingga menghasilkan data empiris sebagaimana adanya. Hal ini senada juga diungkapkan oleh Arifin (2011, hlm. 225) bahwa instrumen penelitian merupakan komponen kunci dalam suatu penelitian. Mutu instrument akan menentukan mutu data yang digunakan dalam penelitian, sedangkan data merupakan dasar kebenaran empirik dari penemuan atau kesimpulan penelitian.

Adapun instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini yang berfungsi sebagai alat pengumpul data adalah angket dan studi dokumentasi. 1. Angket (Kuisioner)

Angket yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan menggunakan sperangkat daftar pertanyaan yang telah disusun dan kemudian disebarkan kepada responden untuk memperoleh data yang diperlukan. Kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2006, hlm.151). Sudjana dan Ibrahim (2007, hlm. 102), menjelaskan bahwa:

Wawancara dan kuisioner sebagai alat pengumpul data digunakan untuk mendapatkan informasi yang berkenaan dengan pendapat, aspirasi, harapan, persepsi, keinginan, kmeyakinan, dan lain-lain dari individu/responden. Caranya, melalui pertanyaan-pertanyaan yang sengaja diajukan kepada individu dan jawaban yang diberikan dilakukan secara lisan, maka cara ini disebut wawancara. Bila pertanyaan yang diajukan dan jawaban yang diberikan secara tertulis, disebut kuisioner. Baik wawancara maupun kuisioner sama-sama perlu dipersiapkan sejumlah pertanyaan yang dibuat peneliti.

Arikunto dalam Ramanda (2010, hlm. 63) menyebutkan beberapa keuntungan teknik pengumpulan data dengan menggunakan angket, antara lain: a. Tidak memerlukan hadirnya peneliti


(29)

73

Fensy Sella, 2014

Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu b. Dapat dibagikan secera serentak kepada banyak responden

c. Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing dan menurut waktu senggang responden

d. Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas, jujur, dan tidak malu-malu menjawab

e. Dapat dibuat standar sehingga bagi semua responden dapat diberi pertanyaan yang benarbenar sama

f. Waktu yang diperlukan relatif singkat dalam menghimpun data

g. Pengumpulan data akan lebih efisien ditinjau dari segi biaya, tenaga, dan memudahkan dalam pengelolaannya.

2. Studi Dokumentasi

Menurut Sukmadinata (2007, hlm. 221), studi dokumenter (documentary study) merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik.

Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan studi dokumenter untuk menghimpun data-data yang berhubungan dengan variabel penelitian. Dalam hal ini, studi dokumentasi digunakan untuk melengkapi beberapa data yang dirasakan perlu oleh peneliti dan tidak dapat didapatkan oleh instrumen penelitian yang sebelumnya telah dipilih.

3. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan pihak yang diwawancarai (interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut ( Moleong, 2002, hlm. 135).

Wawancara harus dilakukan dengan efektif, artinya dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dapat diperoleh data sebanyak-banyaknya. Bahasa harus


(30)

74

Fensy Sella, 2014

Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

jelas, terarah, suasana harus tetap rileks agar data yang diperoleh data yang obyektif dan dapat dipercaya (Arikunto, 1998, hlm. 129). Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah interview bebas terpimpin yaitu pewawancara membawa pedoman yang merupakan garis besar tentang hal yang akan diteliti. Wawancara dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengungkapkan bagaimana pembelajaran di SDN 25 Tanjung Enim sebelumnya tanpa menggunakan kurikulum 2013.

Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam teknik wawancara adalah : a. Menentukan lokasi.

b. Menentukan informan yang akan dijadikan sebagai sumber informasi. c. Menentukan waktu upacara

d. Membuat daftar pertanyaan wawancara, yang memuat hal-hal yang perlu ditanyakan kepada sumber/informan.

4. Studi Literatur

Studi ini dilakukan untuk mempelajari dari berbagai sumber kepustakaan yang ada, buku-buku maupun media bacaan lainnya yang berguna dan membantu dalam mencari sumber informasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan objek yang diteliti.

Sumber-sumber yang dijadikan sebagai literatur pada penelitian yang penulis lakukan, adalah sumber-sumber yang relevan dengan permasalahan yang akan dibahas dalam tujuan penelitian.

E.Pengembangan Instrumen Penelitian 1. Uji Validitas Instumen

Menurut Suharsimi Arikunto (2006, hlm. 219) validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen yang bersangkutan mampu mengukur apa yang akan diukur. Sedangkan menurut Sugiyono (2007, hlm. 173) valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya


(31)

75

Fensy Sella, 2014

Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diukur. Pada uji validitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan validitas konstrak (construct validity) sebagai pengukur tingkat validitasnya. Menurut Sugiyono (2007, hlm. 177), mengemukakan bahwa untuk menguji validitas konstrak, dapat menggunakan pendapat dari ahli.

2. Uji Reabilitas Instrumen

Menurut Suharsimi Arikunto (2006, hlm. 178) reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data-data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kali pun diambil, hasilnya tetap akan sama.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik reliabilitas internal yaitu dengan rumus Alpha. Menurut Suharsimi Arikunto (2006, hlm. 196), mengemukakan bahwa rumus Alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket atau soal dalam bentuk uraian.

F. Teknik Pengumpulan Data

Sebelum peneliti membuat instrumen penelitian, terlebih dahulu yang perlu disusun kisi-kisi umum yaitu sebuah label yang menunjukkan kaitan antara variabel yang diteliti dengan sumber data yang akan diambil, metode, dan instrumen yang akan digunakan (Suharsimi Arikunto, 2006, hlm. 151).

Tabel: 3.2.

Kisi-kisi Hubungan Variabel, Sumber Data, Metode, dan Instrumen Penelitian

No. Variabel Penelitian Sumber Data Metode Instrumen


(32)

76

Fensy Sella, 2014

Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu menggunakan angkung siswa

2. Hasil belajar Daftar nilai Tes Soal tes

Berikut ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai metode dan instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini.

1. Observasi

Berdasarkan instrumen pengamatan yang digunakan, maka peneliti melakukan observasi langsung dengan menggunakan observasi tidak tersruktur, (Sugiyono, 2007: 205) yakni observasi yang tidak menggunakan instrumen yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan. Adapun rambu-rambu pengamatan dalam pelaksanaan observasi dapat dilihat dalam tabel yang berisi kisi-kisi pedoman observasi.

No. Indikator Skor Keterangan

1. Perhatian 1,2,3,4 4 : sangat baik

3 : baik 2 : cukup baik 1 : kurang baik 2. Kesenangan

3. Interaksi dengan guru 4. Keaktifan

Tabel: 3.3

kisi-kisi pedoman observasi siswa

2. Tes

Menurut Sukardi (2007: 138) tes merupakan prosedur sistematik dimana individual yang di tes direpresentasikan dengan suatu set stimuli jawaban mereka yang dapat menunjukkan ke dalam angka. Dalam tes telah direncanakan sesuai dengan pilihan hati dan pikiran subjek guna menggambarkan respon yang kemudian diolah oleh peneliti secara sistematis menuju suatu arah kesimpulan


(33)

77

Fensy Sella, 2014

Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang menggambarkan tingkah laku dari subjek tersebut. Tes merupakan pengumpul informasiberupa serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelas. Adapun instrumen yang digunakan oleh peneliti adalah tes memainkan angklung. Tugas ini diberikan saat pre-test dan

post test yang bertujuan untuk mengungkapkan kemampuan awal dan kemampuan akhir siswa setelah diberi perlakuan. Berikut adalah penilaian apresiasi memainkan angklung siswa kelas IV SDN 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan.

No Aspek yang Dinilai Skor

1. Teknik Memegang Angklung 25

2. Ketepatan ritme 25

3. Kekompakan bermain 25

4. Ekspresi 25

Jumlah skor 100

Tabel: 3.4

Kisi-kisi pedoman penilaian memainkan angklung

G.Teknik Analisis Data

Seperti yang dinyatakan oleh Sugiyono (2007 : 207) bahwa, analisis data adalah kegiatan mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dan jenis responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Data dalam penelitian ini diperoleh data dari mulai observasi langsung pada obyek penelitian untuk mengungkapkan sejauh mana peningkatan pemahaman siswa. Observasi langsung dilaksanakan pada kondisi awal pembelajaran di dalam kelas dan pada saat diberikan perlakuan.

Tujuan analisis dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh data kepastian apakah terjadi pengaruh Penggunaan pengunaan angklung pada Pembelajaran Tematik Terpadu untuk kelas IV SD Negeri 25 Tanjung Enim. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif. Pada akhir pembelajaran, dilakukan penilaian terhadap hasil tes yang


(34)

78

Fensy Sella, 2014

Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dicapai oleh peserta didik. Seperti yang dinyatakan oleh Sugiyono (2007 : 207), bahwa statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskriptifkan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.

Dalam penelitian ini, setelah data dari nilai tes awal (pre-test) dari kelas eksperimen dan kelas kontrol telah terkumpul, maka langkah awal adalah data hasil belajar kedua kelas ditabulasikan pada tabel. Kemudian langkah selanjutnya adalah membandingkan nilai rata-rata (mean) yang dimiliki oleh kelas eksperimen dan kelas kontrol. Menurut Tulus Winarsunu (2006 : 29) mean adalah angka yang diperoleh dengan membagi jumlah nilai (X) dengan jumlah individu atau jumlah responden (N). Sedangkan menurut Sugiyono (2007:42) mean merupakan teknik penjelasan kelompok yang didasarkan atas nilai rata-rata dari kelompok tersebut.


(35)

106

Fensy Sella, 2014

Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Mengkaitkan hasil penelitian terhadap penerapan angklung sebagai media pembelajaran tematik terpadu di SD Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan melalui tema dengan rumusan masalah penelitian, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa Angklung dapat berperan sebagai media pembelajaran dalam mengembangkan karakter peserta didik. Optimalisasi potensi angklung sebagai media pendidikan dapat ditingkatkan melalui pembelajaran tematik terpadu, mengingat beberapa keunikan dan keuntungan yang diperoleh memalui pembelajaran terpadu. Pemanfaatan angklung sebagai media dalam pembelajaran tematik terpadu dapat juga menjadi wahan pembentukan manusia Indonesia yang berbudaya serta berkarakter.

Secara spesifik, simpulan yang diperoleh dari temuan penelitian ini adalah: 1. Desain konsep yang merupakan titik tolak bagi pembelajaran dan

penerapan Pembelajaran Tematik Terpadu. Untuk penerapan desain konsep Pembelajaran Tematik Terpadu diawali dengan penentuan tema. Tema merupakan alat atau wadah untuk mengemukakan berbagai konsep kepada peserta didik secara utuh. Dalam pembelajaran, tema diberikan dengan maksud menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh, memperkaya perbendaharaan bahasa peserta didik dan membuat pembelajaran lebih bermakna. Penggunaan tema tersebut dimaksudkan agar peserta didik mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas.

2. Langkah-langkah pembelajaran Tematik Terpadu adalah menghasilkan pembelajaran yang efektif, kreatif, apresiatif dan efisien. Model pembelajaran yang digunakan diadaptasi dari model webbed. Model pembelajaran ini pada dasarnya menggunakan pendekatan tematik.


(36)

107

Fensy Sella, 2014

Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pendekatan ini pengembangannya dimulai dengan menentukan tema tertentu. Tema yang ditetapkan dapat dipilih antara guru dengan siswa atau sesama guru. Setelah tema disepakati maka dilanjutkan dengan pemilihan sub-sub tema dengan memperhatikan kaitannya dengan antar mata pelajaran. Dari sub-sub tema ini direncanakan aktivitas belajar yang harus dilakukan siswa. Keuntungan dari model pembelajaran terpadu ini bagi siswa adalah diperolehnya pandangan hubungan yang utuh tentang kegiatan dari ilmu yang berbeda-beda.

3. Implikasi dari penerapan Angklung sebagai media pembelajaran tematik terpadu adalah pembelajaran tematik memiliki peluang untuk pengembangan kreativitas akademik. Hal ini disebabkan oleh model yang menekankan pada pengembangan kemampuan analitik terhadap konsep-konsep yang dipadukan, karena dapat mengembangkan kemampuan asosiasi, serta kemampuan eksploratif dan elaboratif.

Selain itu, model pembelajaran tematik dapat mempermudah dan memotivasi peserta didik untuk mengenal, menerima, menyerap, dan memahami keterkaitan atau hubungan antara konsep, pengetahuan, nilai atau tindakan yang terdapat dalam beberapa indikator dan kompetensi dasar. Dengan menggunakan model pembelajaran Tematik, secara psikologis, peserta didik digiring berpikir secara luas dan mendalam untuk menangkap dan memahami hubungan konseptual yang disajikan guru. Selanjutnya, peserta didik akan terbiasa berpikir terarah, teratur, utuh, menyeluruh, sistemik, dan analitik. Dengan demikian, pembelajaran model ini menuntun kemampuan belajar peserta didik lebih baik, baik dalam aspek intelegensi maupun kreativitas. Pembelajaran tematik perlu dilakukan dengan variasi metode yang tidak membosankan. Aktivitas pembelajaran haus lebih banyak berpusat kepada peserta didik agar dapat mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya.


(37)

108

Fensy Sella, 2014

Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Akhir dari penelitian adalah merekomendasikan hasil penelitian dengan tujuan meningkatkan dan mengembangkan pembelajaran tematik terpadu di dalam kelas. Dengan dasar tersebut, penulis merekomendasikan bahwa penerapan pembelajaran tematik terpadu menggunakan media akan menghasilkan pembelajaran yang lebih efektif dan efisien.

Untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran yang maksimal, ada beberapa hal-hal yang perlu diperhatikan oleh guru sebelum menentukan konsep pembelajaran dengan pembelajaran tematik terpadu ini yaitu:

1. Mengkaji terlebih dahulu kurikulum yang dikembangkan oleh sekolah yang dapat dilakukan guru melalui pengkajian standar isi dan standar kelulusan yang kemudian dikaitkan dengan visi dan misi sekolah.

2. Memahami kondisi sekolah termasuk sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah. Dalam hal ini guru dapat melihat berbagai macam sarana dan prasarana yang dapat mendukung atau digunakan dalam proses pembelajaran dengan sebuah tema.

3. Melihat sumber daya dan kemampuan yang dimiliki guru serta siswa. Hal ini bisa guru lakukan dengan melihat jumlah serta latar belakang guru seni yang ada di sekolah.

4. Pemahaman guru dalam pembelajaran melalui tema serta cara mengimplementasikannya dalam proses pembelajaran. Untuk memberikan pemahaman guru tentang penentuan tema, maka dapat dilakukan melalui seminar atau workshop tentang pembelajaran tematik terpadu pada musyawarah guru mata pelajaran/MGMP sekolah atau kota.

Akhir dari bahasan untuk menjadikan hasil penelitian ini lebih bermanfaat, maka peneliti mengajukan beberapa saran diantaranya:

1. Konsep pembelajaran tematik terpadu sebaiknya diimplementasikan oleh guru-guru Seni Budaya di sekolah-sekolah.


(38)

109

Fensy Sella, 2014

Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. MGMP Seni Budaya dan Keterampilan dapat mengadakan workshop atau seminar untuk menyusun pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan dengan pembelajaran tematik terpadu.

3. Penelitian lanjutan diarahkan kepada dampak pembelajaran tematik terpadu terhadap keberhasilan pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Penelitian lanjutan juga dapat dilakukan untuk mengkaji pembelajaran tematik terpadu dari konsep inter/intra disiplin, transdisiplin, dan multidisiplin.


(39)

Fensy Sella, 2014

Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A. C. (2008). Pokoknya Kualitatif. Jakarta: Pustaka Jaya.

Aqib, Z. (2013). Model-model Media dan Strategi Pembelajaran Kontekstual. Bandung: Yrama Widya

Arsyad Azhar. ( 2007). Media pembelajaran, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Ayu Sutarto. (2007). Permainan Anak-anak tradisional terpinggirkan, Padang: Tempo Interaktif

Dahar, Ratna W. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga

Departemen Pendidikan Nasional (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.

Depdiknas. (2006). Model Pembelajaran Tematik Kelas Awal Sekolah Dasar. Jakarta: Puskur Balitbang

Jamalus. (1988). Pengajaran Musik Melalui Pengalaman Musik. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Kutha, Prof. Dr. Nyoman (2008). Teori, metode dan teknik penelitian dari strukturalisme. Jakarta: Pustaka Pelajar

Majid, Abdul. (2014). Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyadi, S. (2004). Bermain dan kreativitas (Upaya Mengembangkan kreativitas anak melalui Kegiatan Bermain). Jakarta: Papas Sinar Sinanti.

Shunk, Dale. (2012). Learning Theories An Educational Perspective. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Siregar, Syofian. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Siskandar. (2003). Kegiatan Belajar Mengajar yang Efektif. Jakarta: Depdiknas Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Sukmadinata, Nana Syaodih (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.


(40)

Fensy Sella, 2014

Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Supraptiningsih, dkk. (2010). Tematik. Jakarta: Kemendiknas

Trianto. (2011). Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik. Surabaya: Kencana


(41)

Fensy Sella, 2014

Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan


(1)

107

Fensy Sella, 2014

Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pendekatan ini pengembangannya dimulai dengan menentukan tema tertentu. Tema yang ditetapkan dapat dipilih antara guru dengan siswa atau sesama guru. Setelah tema disepakati maka dilanjutkan dengan pemilihan sub-sub tema dengan memperhatikan kaitannya dengan antar mata pelajaran. Dari sub-sub tema ini direncanakan aktivitas belajar yang harus dilakukan siswa. Keuntungan dari model pembelajaran terpadu ini bagi siswa adalah diperolehnya pandangan hubungan yang utuh tentang kegiatan dari ilmu yang berbeda-beda.

3. Implikasi dari penerapan Angklung sebagai media pembelajaran tematik terpadu adalah pembelajaran tematik memiliki peluang untuk pengembangan kreativitas akademik. Hal ini disebabkan oleh model yang menekankan pada pengembangan kemampuan analitik terhadap konsep-konsep yang dipadukan, karena dapat mengembangkan kemampuan asosiasi, serta kemampuan eksploratif dan elaboratif.

Selain itu, model pembelajaran tematik dapat mempermudah dan memotivasi peserta didik untuk mengenal, menerima, menyerap, dan memahami keterkaitan atau hubungan antara konsep, pengetahuan, nilai atau tindakan yang terdapat dalam beberapa indikator dan kompetensi dasar. Dengan menggunakan model pembelajaran Tematik, secara psikologis, peserta didik digiring berpikir secara luas dan mendalam untuk menangkap dan memahami hubungan konseptual yang disajikan guru. Selanjutnya, peserta didik akan terbiasa berpikir terarah, teratur, utuh, menyeluruh, sistemik, dan analitik. Dengan demikian, pembelajaran model ini menuntun kemampuan belajar peserta didik lebih baik, baik dalam aspek intelegensi maupun kreativitas. Pembelajaran tematik perlu dilakukan dengan variasi metode yang tidak membosankan. Aktivitas pembelajaran haus lebih banyak berpusat kepada peserta didik agar dapat mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya.


(2)

108

Fensy Sella, 2014

Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Akhir dari penelitian adalah merekomendasikan hasil penelitian dengan tujuan meningkatkan dan mengembangkan pembelajaran tematik terpadu di dalam kelas. Dengan dasar tersebut, penulis merekomendasikan bahwa penerapan pembelajaran tematik terpadu menggunakan media akan menghasilkan pembelajaran yang lebih efektif dan efisien.

Untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran yang maksimal, ada beberapa hal-hal yang perlu diperhatikan oleh guru sebelum menentukan konsep pembelajaran dengan pembelajaran tematik terpadu ini yaitu:

1. Mengkaji terlebih dahulu kurikulum yang dikembangkan oleh sekolah yang dapat dilakukan guru melalui pengkajian standar isi dan standar kelulusan yang kemudian dikaitkan dengan visi dan misi sekolah.

2. Memahami kondisi sekolah termasuk sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah. Dalam hal ini guru dapat melihat berbagai macam sarana dan prasarana yang dapat mendukung atau digunakan dalam proses pembelajaran dengan sebuah tema.

3. Melihat sumber daya dan kemampuan yang dimiliki guru serta siswa. Hal ini bisa guru lakukan dengan melihat jumlah serta latar belakang guru seni yang ada di sekolah.

4. Pemahaman guru dalam pembelajaran melalui tema serta cara mengimplementasikannya dalam proses pembelajaran. Untuk memberikan pemahaman guru tentang penentuan tema, maka dapat dilakukan melalui seminar atau workshop tentang pembelajaran tematik terpadu pada musyawarah guru mata pelajaran/MGMP sekolah atau kota.

Akhir dari bahasan untuk menjadikan hasil penelitian ini lebih bermanfaat, maka peneliti mengajukan beberapa saran diantaranya:

1. Konsep pembelajaran tematik terpadu sebaiknya diimplementasikan oleh guru-guru Seni Budaya di sekolah-sekolah.


(3)

109

Fensy Sella, 2014

Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. MGMP Seni Budaya dan Keterampilan dapat mengadakan workshop atau seminar untuk menyusun pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan dengan pembelajaran tematik terpadu.

3. Penelitian lanjutan diarahkan kepada dampak pembelajaran tematik terpadu terhadap keberhasilan pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Penelitian lanjutan juga dapat dilakukan untuk mengkaji pembelajaran tematik terpadu dari konsep inter/intra disiplin, transdisiplin, dan multidisiplin.


(4)

Fensy Sella, 2014

Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A. C. (2008). Pokoknya Kualitatif. Jakarta: Pustaka Jaya.

Aqib, Z. (2013). Model-model Media dan Strategi Pembelajaran Kontekstual. Bandung: Yrama Widya

Arsyad Azhar. ( 2007). Media pembelajaran, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Ayu Sutarto. (2007). Permainan Anak-anak tradisional terpinggirkan, Padang: Tempo Interaktif

Dahar, Ratna W. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga

Departemen Pendidikan Nasional (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.

Depdiknas. (2006). Model Pembelajaran Tematik Kelas Awal Sekolah Dasar. Jakarta: Puskur Balitbang

Jamalus. (1988). Pengajaran Musik Melalui Pengalaman Musik. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Kutha, Prof. Dr. Nyoman (2008). Teori, metode dan teknik penelitian dari

strukturalisme. Jakarta: Pustaka Pelajar

Majid, Abdul. (2014). Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyadi, S. (2004). Bermain dan kreativitas (Upaya Mengembangkan kreativitas

anak melalui Kegiatan Bermain). Jakarta: Papas Sinar Sinanti.

Shunk, Dale. (2012). Learning Theories An Educational Perspective. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Siregar, Syofian. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Siskandar. (2003). Kegiatan Belajar Mengajar yang Efektif. Jakarta: Depdiknas Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Sukmadinata, Nana Syaodih (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.


(5)

Fensy Sella, 2014

Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Supraptiningsih, dkk. (2010). Tematik. Jakarta: Kemendiknas

Trianto. (2011). Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik. Surabaya: Kencana


(6)

Fensy Sella, 2014

Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan


Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DALAM PENERAPAN PEMBELAJARAN TEMATIK INTEGRATIF DI KELAS II DAN IV SD NEGERI Analisis Kompetensi Profesional Guru Dalam Penerapan Pembelajaran Tematik Integratif Di Kelas II Dan IV SD Negeri 1 Simo.

0 5 17

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IV A Implementasi Pembelajaran Tematik Kelas IV A SD Negeri 1 Peleman Sragen.

0 2 13

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK PADA KELAS IV A Implementasi Pembelajaran Tematik Kelas IV A SD Negeri 1 Peleman Sragen.

0 2 16

PEMANFAATAN MUSEUM NEGERI PROVINSI SUMATERA UTARA SEBAGAI SUMBER BELAJAR MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU PADA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU HIKMATUL FADHILLAH MEDAN.

1 9 34

PENERAPAN ANGKLUNG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS IV A DI SD NEGERI 1 CILEDUG KULON.

0 1 35

PROGRAM PELATIHAN PEMBELAJARAN TEMATIK MELALUI MEDIA ANGKLUNG BAGI GURU SD SE- GUGUS DR. SUTOMO.

0 4 33

PENERAPAN PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS 2 DI SD NEGERI WATUADEG KECAMATAN CANGKRINGAN.

0 1 153

PENERAPAN ANGKLUNG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS IV A DI SD NEGERI 1 CILEDUG KULON - repository UPI S SDT 0906936 title

0 0 3

PENERAPAN ANGKLUNG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU KELAS IV DI SD NEGERI 25 TANJUNG ENIM SUMATERA SELATAN - repository UPI T PSN 1201062 Title

0 0 3

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU DI KELAS IV SEKOLAH DASAR KOTA SINGKAWANG

0 0 16