PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYLE: studi deskriptif tentang keterampilan sosial dan attachment style di sekolah dasar laboratorium percontohan upi bandung tahun ajaran 2015/2016.

(1)

Annisa Nurfauzia, 2015

PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No. Skripsi: 305/S/PPB/2015

PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH

DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYLE

(Studi Deskriptif tentang Keterampilan Sosial dan Attachment Style di Sekolah Dasar Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2015/2016)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Departemen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

oleh

ANNISA NURFAUZIA 1104926

DEPARTEMEN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015


(2)

Annisa Nurfauzia, 2015

PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYLE

(Studi Deskriptif tentang Keterampilan Sosial dan Attachment Style di SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2015/2016)

oleh

Annisa Nurfauzia

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan

©Annisa Nurfauzia 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2015

Hak cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak sesluruh atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

Annisa Nurfauzia, 2015

PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ANNISA NURFAUZIA

PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYLE

(Studi Deskriptif tentang Keterampilan Sosial dan Attachment Style di SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2015/2016)

disetujui dan disahkan oleh pembimbing

Pembimbing I

Dra. Aas Saomah, M.Si. 19610317 198703 2001

Pembimbing II

Dadang Sudrajat, M.Pd. 19680828 199802 1002

Mengetahui,

Ketua Departemen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Prof. Dr. Uman Suherman. AS., M.Pd. 19620623 198610 1001


(4)

Annisa Nurfauzia, 2015

PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Annisa Nurfauzia (2015). Perbedaan Keterampilan Anak Sekolah Dasar Berdasarkan Attachment Style (Studi deskriptif tentang ketrampilan sosial dan attachment style di Sekolah Dasar Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2015/2016)

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan perbedaan keterampilan sosial berdasarkan attachment style. Pendekatan penelitian ini menggunakan kuantitatif studi deskriptif. Penelitian ini merupakan penelitian populasi. Populasi penelitian ini adalah peserta didik kelas VI SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2015/2016 sebanyak 65 peserta didik. Hasil penelitian menunjukan : (1) mayoritas peserta didik sangat terampil, artinya peserta didik mampu menunjukan perilaku dengan cara-cara yang dapat diterima lingkungan sosialnya dilihat dari aspek peer relation skills, self-management skills, academic skills, compliance skills, dan asertion skills, (2) mayoritas pesrta didik berada pada pola secure attachment, artinya peserta didik merasa percaya terhadap figur lekatnya yakni orang tua yang selalu siap mendampingi, sensitif, responsif, penuh cinta dan kasih sayang ketika anak mencari perlindungan dan kenyamanan, selalu menolong dan membantu dalam mengahadapi berbagai situasi yang mengancam dan menakutkan, (3) tidak ada perbedaan keterampilan sosial berdasarkan dua pola attachment, artinya keterampilan sosial anak pada pola kelekatan aman (secure attachment) dan pola kelekatan tidak aman (insecure attachment) tidak berbeda secara signifikan.

Kata Kunci :


(5)

Annisa Nurfauzia, 2015

PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

Annisa Nurfauzia (2015).Differences of Social Skills in Elementary School Children Based on Attachment Style (A descriptive research about social skills and attachment style at sixth grade of Laboratorium Percontohan Elementary School UPI Bandung in Academic Year 2015/2016)

The purpose of this study was describe the differences of social skills based on attachment style.This research is conducted through quantitative method and involved 65 participants as population at sixth grade of Laboratorium Percontohan Elementary School UPI Bandung in Academic Year 2015/2016.The results showed: (1) the majority of participants aresocial skilled, they are able to show the behavior in ways that are acceptable by social environment from the aspects of peer relations skills, self-management skills, academic skills, compliance skills, and asertion skills, (2) the majority of participants were on secure attachment, participants feel confidence to their attach figure that parents who are always ready to assist, sensitive, responsive, full of love and affection when children seek refuge and comfort, always help and assist in facing various situations threatening and intimidating, (3) there was no difference of social skills based on the two patterns of attachment, meaning that the child's social skills in a secure attachment and insecure attachment patterns did not differ significantly. Keywords :


(6)

ANNISA NURFAUZIA, 2015

PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR... i

UCAPAN TERIMAKASIH... ii

ABSTRAK... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah... 4

1.3 Tujuan Penelitian... 5

1.4 Manfaat Penelitan... 5

1.5 Sistematika Penulisan... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA KETERAMPILAN SOSIAL DAN ATTACHMENT STYLE (POLA KELEKATAN) 2.1 Konsep Dasar Keterampilan Sosial 2.1.1 Pengertian Keterampilan Sosial... 7

2.1.2 Faktor yang Memengaruhi Keterampilan Sosial... 9


(7)

ANNISA NURFAUZIA, 2015

PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2.2 Konsep Dasar Attachment Style (Pola Kelekatan)

2.2.1 Pengertian Attachment (Kelekatan)... 15

2.2.2 Perkembangan Attachment... 17

2.2.3 Faktor yang Memengaruhi Attachment... 18

2.2.4 Aspek Attachment... 19

2.2.5 Attachhment Style (Pola Keletakan)... 20

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Subjek Penelitian... 25

3.2 Pendekatan dan Metode Penelitian... 26

3.3 Definisi Operasional Variabel... 27

3.4 Pengembangan Instrumen Penelitian... 28

3.4.1 Jenis Instrumen Penelitian... 28

3.4.2 Pengembangan Kisi-Kisi Instrumen... 29

3.4.3 Uji Coba Instrumen... 33

3.4.4 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen... 34

3.5 Teknik Pengumpulan Data... 38

3.6 Teknik Analisis Data... 39

3.7. Prosedur Penelitian... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Keterampilan Sosial Peserta Didik Kelas VI SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2015/2016... 41 4.1.4 Gambaran Umum Attachment Style Peserta Didik Kelas VI SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2015/2016... 47

4.1.3. Gambaran Umum Perbedaan Ketrampilan Sosial Berdasarkan Attachment Style Peserta Didik Kelas VI SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2015/2016... 51


(8)

ANNISA NURFAUZIA, 2015

PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

4.2.1 Gambaran Umum Keterampilan Sosial... 54 4.2.2 Gambaran Umum Attachment Style... 56 4.2.3 Gambaran Perbedaan Ketrampilan Sosial Berdasarkan

Attachment Style... 59

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 Kesimpulan...,... 64 5.2 Rekomendasi... 65

DAFTAR PUSTAKA... 66 LAMPIRAN


(9)

ANNISA NURFAUZIA, 2015

PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Data Peserta Didik Kelas VI di SD Laboratorium Percontohan UPI

Bandung Tahun Ajaran 2015/2016... 25

3.2 Kisi-Kisi Instrumen Keterampilan Sosial (sebelum validasi)... 30

3.3 Kisi-Kisi Instrumen Inventory Parents Peer Attcahment Revised for Children (IPPA-R for Children) (sebelum validasi)... 31

3.4 Kriteria Penyekoran Instrumen Keterampilan Sosial... 31

3.5 Kriteria Penyekoran IPPA-R for Children... 32

3.6 Pengkategorian Attachment Style... 32

3.7 Hasil Uji Kelayakan Item Instrumen Keterampilan Sosial... 34

3.8 Hasil Uji Validitas Item Instrumen Ketrampilan Sosial (setelah validasi)... 36

3.9 Uji Validitas IPPA-R for Children dengan SPSS 21.0 for windows (setelah validasi)... 35

3.10 Interpretasi Reliabilitas... 37

3.11 Uji Reliabilias IPPA-R for Children... 38

4.1 Gambaran Umum Keterampilan Sosial Peserta Didik Kelas VI SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung... 41

4.2 Gambaran Umum Pencapaian Tiap Aspek Keterampilan Sosial Peserta Didik Kelas VI SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung... 43

4.3 Gambaran Umum Pencapaian Tiap Indikator Keterampilan Sosial Peserta Didik Kelas VI SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung... 45

4.4 Gambaran Umum Attachment Style Peserta Didik Kelas VI SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung... 48

4.5 Gambaran Umum Pencapaian Tiap Aspek Attachment Style Peserta Didik Kelas VI SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung... 49 4.6 Gambaran Umum Pencapaian Tiap Indikator Attachment Style Peserta


(10)

ANNISA NURFAUZIA, 2015

PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Didik Kelas VI SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung... 51 4.7 Perbedaan Keterampilan Sosial Berdasarkan Attachment Style Peserta

Didik Kelas VI SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung... 51 4.8 Hasil Uji Mann-Whitney dengan SPSS 21.0 for windows... 53


(11)

ANNISA NURFAUZIA, 2015

PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 4.1 Gambaran Umum Keterampilan Peserta Didik Kelas VI SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung... 42 Gambar 4.2 Gambaran Attachment Style Peserta Didik Kelas VI SD

Laboratorium Percontohan UPI Bandung... 48 Gambar 4.5 Gambaran Perbedaan Keterampilan Sosial Berdasarkan Pola

Secure Attachment Peserta Didik Kelas VI SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung... 52


(12)

ANNISA NURFAUZIA, 2015

PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(13)

1

Annisa Nurfauzia, 2015

PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Santrock menyatakan, sebagian dari kemampuan sosial yang berkembang pada masa kanak-kanak awal, akan berdasarkan pada perkembangan sosial di masa bayi. Perilaku sosial pada anak akan dibentuk sejak pertama kali pada lingkungan kelompok sederhana, yaitu keluarga. Setiap kehidupan akan dimulai di dalam keluarga, interaksi antara orang tua dan anak terjadi di dalam keluarga dimana terdapat sosialisasi timbal balik (reciprocal socialization), yang diartikan sebagai proses dua arah; anak-anak bersosialisasi dengan orang tua sama seperti orang tua bersosialisasi dengan anak-anak (2002, hlm.195). Anak-anak akan mengabiskan tahun-tahun pertamanya bersama keluargnya. Pada masa inilah, anak-anak akan mengembangkan keterampilan sosialnya.

Menurut Grusec (dalam Eisenberg, 2006, hlm. 398), keterampilan sosial anak terutama dipengaruhi oleh proses sosialisasinya dengan orang tua yang mulai terjalin sejak awal kelahiran. Proses sosialisasi yang berawal sejak bayi ini, menjadi lebih disadari dan sistematis seiring dengan bertambahnya kemampuan anak dalam keterampilan motorik dan penggunaan bahasa. Pelukan yang diberikan oleh orang tua dan pujian yang mereka terima saat memperoleh kemampuan baru atau larangan saat melakukan sesuatu merupakan beberapa contoh sosialisasi yang secara sistematis mempengaruhi anak. Nilai, kepercayaan, keterampilan, sikap dan motif yang disosialisasikan oleh orang tua ini kemudian diinternalisasikan oleh anak dan menjadi dasar perilakunya dalam kehidupan.

Keterampilan sosial pada anak akan terus berkembang seiring dengan bertambahnya usia, serta berbagai intervensi dari berbagai faktor yang memengaruhi keterampilan sosial. Dunn (dalam Csóti, 2009, hlm. 29)

menyatakan bahwa pada masa kanak-kanak akhir, anak akan semakin sering

berinteraksi dengan orang lain diluar keluarganya, salah satunya adalah dengan teman sebaya. Menurut Hurlock, pada usia 8-11 tahun, anak memiliki kesadaran yang terus menerus berkembang mengenai interaksi sosial, dan akan memiliki


(14)

2

Annisa Nurfauzia, 2015

PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

rasa yang kuat tentang siapa mereka serta mengembangkan hubungan interpersonal, terutama kepada teman sebayanya.

Pada usia 8-11 sesuai dengan periode “usia sekolah” dan perkembangan utama pada masa ini adalah sosialisasi sehingga disebut dengan usia kelompok, karena adanya minat terhadap aktivitas teman-teman dan meningkatnya keinginan yang kuat untuk diterima sebagai anggota suatu kelompok dan merasa tidak puas bila tidak bersama teman-temannya (Hurlock, 2003).

Keterampilan sosial bukanlah kemampuan yang dibawa sejak lahir, akan tetapi diperoleh melalui proses belajar, salah satunya adalah dari orang tua yang merupakan figur yang laing dekat dengan anak, Michelson dkk. (dalam Yanti, 2005, hlm. 9). Anak akan belajar mengambangkan keterampilan sosial, baik dengan proses peniruan terhadap perilaku orang tua, ataupun ketika menerima penghargaan saat melakukan seusatu yang tepat dan penerimaan hukuman ketika melakukan sesuatu yang tidak pantas menurut orang tua.

Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Anapratiwi. dkk bahwa anak yang mendapatkan pengasuhan yang konsisten dan responsif, dapat membantu anak untuk belajar mengenali sifat emosi mereka sendiri, untuk mengatur perilaku mereka sendiri dan keadaam sosial. Selain itu, anak juga belajar bagimana berhubungan dengan orang lain dan memahami apa yang diharapkan dari mereka. Anak akan mengambangkan kemampuan mereka melalui

attachment atau kelekatan mereka terhadap orang tua dengan membentuk internal working model. Model inilah yang selanjutnya akan menggiring atau menjadi dasar anak dalam membangun kepercayaan dan interaksi sosial di masa yang akan datang (2013, hlm, 7).

Menurut Teori Bowlby, (dalam Holmes,1993, hlm.103). Kelekatan diartikan sebagai relasi antara figur sosial tertentu dengan suatu fenomena tertentu yang dianggap mencerminkan karakteristik relasi yang unik. Ainsworth (dalam Holmes, 1993, hlm.105) mengemukakan tiga jenis pola kelekatan yakni pola kelekatan aman (secure attachment) sebagai pola kelekatan yang positif, dan pola kelekatan tidak aman (insecure attachment) sebagai gaya kelakatan yang negatif melalui penelitian The Strange Situation.


(15)

3

Annisa Nurfauzia, 2015

PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kelekatan membuat anak jadi lebih matang dalam hubungan sosial. Bowlby menamakannya goal corrected partnerships, hal ini membuat anak lebih mampu berhubungan dengan peer dan orang lain. Hasil penelitian dari Heard and Lake (dalam Holmes, 1993, hlm. 70), menunjukkan bahwa hanya anak-anak yang mendapat pemenuhan kebutuhan attachment, yang memiliki kemampuan untuk mengubah figur attachment-nya ke lingkungan sekitarnya. Sehingga di masa depan, anak akan memiliki kemampuan untuk bergaul, mempercayakan diri kepada orang lain, dan memiliki hubungan sosial yang sehat.

Penelitian yang dilakukan Van Ijzendoorn dan Kroonenberg pada tahun 1988 mengenai perbedaan attachment di delapan negara, menunjukan bahwa anak-anak di negara Jepang mayoritas berada pada pola insecure attachment karena orang tua di Jepang tidak memercayakan anaknya diasuh oleh orang lain. Anak-anak di negara Jerman mayoritas berada pada pola insecure attachment, karena orang tua di Jerman menginginkan anak-anaknya mandiri sedini mungkin.

Berdasarkan studi pendahuluan melalui wawancara dan observasi yang dilakukan di kelas VI-A dan VI-B, SD Laboratorium Percontohan UPI, terdapat perilaku peserta didik yang menandakan kurangnya keterampilan sosial yang dimilki oleh kurang lebih 12 orang peserta didik, yakni peserta didik berkelompok disertai dengan persaingan yang tidak sehat antar kelompok, saling mengejek, tidak mau berbaur dengan teman yang bukan kelompoknya, penolakan atau

rejected dari teman sebayanya, tidak mau belajar bersama dengan teman sebaya dari kelas yang berbeda, menunjukan sikap permusuhan serta prestasi belajar yang kurang stabil.

Akan tetapi, mayoritas orang tua dari peserta didik di kelas VI-A dan VI-B memberikan perhatian yang lebih atau cukup kepada anak mereka. Waters dan Cummings (dalam Ervika, 2005, hlm. 12) memaparkan bahwa kehangatan atau perhatian dari orang tua tidak dapat dikatakan sebagai secure attachment. Meskipun demikian, kehangatan orang tua dapat meningkatkan probabilitas terjadinya secure attachment jika dapat meningkatkan rasa percaya diri anak ketika orang tua menjadi pondasi dasar rasa aman atau secure base.

Maka dari itu, diperlukan penelitian lanjut mengenai perbedaan keterampilan siswa di sekolah dasar berdasarkan attachment style atau pola kelekatannya.


(16)

4

Annisa Nurfauzia, 2015

PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Karena, keterampilan sosial merupakan pondasi bagi anak untuk mengembangkan kemampuan sosialisasinya. Keterampilan sosial merupakan suatu bekal bagi setiap individu untuk memenuhi tugas perkembangannya. Dimensi-dimensi dari keterampilan sosial tentunya akan berkaitan dengan standar kompetensi kemandirian bimbingan dan konseling bagi peserta didik untuk jenjang sekolah dasar sepert yan dikmukakan ABKIN. Salah satunya dalam aspek perkembangan landasan perilaku etis, peserta didik akan bertindak dengan mengikuti aturan-aturan di lingkungannya. Peserta didik yang mampu memahami perasaan orang lain, mampu berinteraksi dengan orang lain dalam suasana persahabatan, menampilkan perilaku yang sesuai dengan keadaan lingkungan, melibatkan diri dalam perilaku belajar, dan mengenal norma-norma yang dijunjung tinggi dalam menjalin persahabatan dengan teman sebaya merupakan beberapa tindakan dalam standar kompetensi kemandirian yang dimana peserta didik harus mampu mengasah keterampilan sosialnya untuk mencapai tugas perkembangan yang optimal.

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah

Latar belakang permasalahan menunjukan bahwa adanya fenomena kurangnya keterampilan sosial peserta didik di kelas VI SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2015/2016. Murphy (dalam Rashid, 2010, hlm. 70) menemukan bahwa anak yang tidak mampu mengembangkan keterampilan sosial, akan mengarah pada isolasi, kesepian, dan frustasi. Kegagalan dalam mengembangakan keterampilan sosial juga dapat mengarah pada perasaan-perasaan negatif yaitu meragukan diri sendiri dan rendahnya penghargaan diri.

1.2.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini, dijabarkan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1) Bagaimana gambaran umum keterampilan sosial peserta didik di kelas VI SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2015/2016?


(17)

5

Annisa Nurfauzia, 2015

PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2) Bagaimana gambaran umum attachment style peserta didik di kelas VI SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2015/2016? 3) Apakah terdapat perbedaan keterampilan sosial berdasarkan attachment

style pada peserta didik di kelas VI SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2015/2016?

1.3 Tujuan

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh fakta empirik tentang perbedaan keterampilan sosial berdasarkan attachment style peserta didik di kelas VI. Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah memperoleh deskripsi fakta empirik tentang :

1) Gambaran umum keterampilan sosial di kelas VI Sekolah Dasar Laboratorium Percontohan UPI.

2) Gambaran umum attachment style peserta didik di kelas VI SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapakan memiliki kegunaan atau manfaat secara teoritis dan praktis, diantaranya :

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Memberikan sumbangan aspek teoritis bagi perkembangan ilmu Bimbingan dan Konseling khususnya pada bidang Bimbingan dan Konseling Anak, yang menyangkut pola kelekatan anak pada orang tua serta keterampilan sosial peserta didik, sehingga dapat diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi para akademisi dalam pengembangan teori kelekatan dan keterampilan sosial.

1.4.2 Kegunaan Praktis 1) Bagi Konselor

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi konselor untuk mempertimbangan pola kelekatan sebagai salah satu kajian teori. Karena pola kelekatan tidak hanya terbatas pada orang tua, tetapi hubungan emosional lainnya yang sekiranya dapat mempengaruhi perkembangan perserta didik di masa yang akan datang.


(18)

6

Annisa Nurfauzia, 2015

PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2) Bagi Guru

Guru diharapkan mampu mengarahkan dan membantu mengembangkan keterampilan sosial peserta didik ke arah keterampilan yang sehat melalui pembelajaran. Tentunya akan sangat banyak keterampilan sosial yang harus dimiliki peserta didik agar kelak dapat diterima oleh lingkungannnya, salah satunya adalah lingkungan sekolah.

3) Bagi Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar penelitian-penelitian selanjutnya, serta sebagai bahan untuk mengembangkan penelitian mengenai keterampilan sosial dan attachment style.

1.5 Sistematika Penulisan

Penelitian disusun dengan sistematika sebagai berikut. Bab I pendahuluan meliputi latar belakang masalah, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan, metode dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. Bab II kajian pustaka terdiri dari pembahasan teori-teori yang berhubungan dengan masalah penelitian, kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian. Beberapa teori yang dibahas diantaranya keterampilan sosial, dan teori kelekatan (attachment theory). Bab III metode penelitian berisi penjabaran rinci beberapa komponen yaitu lokasi dan subjek penelitian, desai penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, serta tahapan analisis data penelitian. Bab IV meliputi pengolahan atau analisis data penelitian dan pembahasan atau analisis temuan dikaitkan dengan dasar teoritik yang telah dibahas pada bab kajian pustaka dan temuan sebelumnya. Bab V merupakan bagian akhir dari laporan penelitian yang terdiri dari kesimpulan dan rekomendasi.


(19)

25

Annisa Nurfauzia, 2015

PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian yaitu peserta didk kelas VI di Sekolah Dasar Laboratorium Percontohan UPI. Alasan pemilihan lokasi ini yaitu terdapat peserta didik yang mengalami rejected serta adanya persaingan tidak sehat antar kelompok yang menandakan kurangnya keterampilan sosial yang dimiliki. Padahal mayoritas orang tua mereka memberikan perhatian yang cukup, bahkan lebih.

Penelitian ini merupakan penelitian populasi. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya, Sugiyono (2007, hlm. 55). Populasi penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VI SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2015/2016. Jumlah peserta didik kelas VI adalah 65 orang. Seluruh peserta didik kelas VI diambil untuk menjadi sampel penelitian. Menurut Arikunto (dalam Indah, 2014, hlm), Sampel merupakan bagian dari populasi dalam penelitian. Jika responden kurang dari 100 lebih baik diambil seluruhnya, sehingga penelitian ini merupakan penelitian populasi.

Subjek populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VI SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2015/2016, sebanyak 63 orang dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 3.1

Data Peserta Didik Kelas VI di SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2015/2016

No. Kelas Jumlah Peserta didk

1. VI A 32

2. VI B 33


(20)

26

Annisa Nurfauzia, 2015

PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Alasan pemilihan subjek terhadap kelas VI antara lain :

1) Masa kanak-kanak akhir (late childhood) adalah masa anak-anak yang berada pada periode perkembangan antara usia kira kira 6 sampai 11 tahun, merupakan masa sosialisasi.

2) Pada masa ini peserta didik akan terlibat dalam aktivitas sosial, dan dalam usia berkelompok.

3) Peserta didik akan mengaplikasikan keterampilan sosial dengan teman-temannya di sekolah dengan aman dan nyaman jika peserta didik memiliki

secure base bagi dirinya.

3.2. Pendekatan dan Metode Penelitian 3.2.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian diakukan dengan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu dan pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan angka-angka secara numerikal yang digunakan dalam mengungkap ketrampilan sosil dan attachment style peserta didik di kelas VI SD Laboratorium Percontohan UPI

3.2.2 Metode Penelitian

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif perbandingan (deskriptif komparatif). Menurut Arikunto (dalam Putri, 2013, hlm.70), metode deskriptif merupakan metode yangt digunakan untuk memperoleh jawaban tentang permasalahan yang terjadi pada masa sekarang secara aktual tanpa menghiraukan kejadian pada waktu sebelum dan sesudahnya dengan cara mengolah, menafsirkan dan menyimpulkan data hasil penelitian. Penelitian deskriptif perbandingan merupakan bentuk penelitian deskripstif yang membandingkan dua atau lebih dari dua situasi, kejadian, kegiatan yang hampir sama, Arikunto (2006, hlm.136). Dari hasil perbandingan tersebut dapat ditentukan unsur-unsur atau faktor-faktor penting yang melatarbelakangi persamaan atau perbedaan (dalam Putri, 2013, hlm. 45). Pada penelitian ini yang dibandingkan adalah keterampilan sosial berdasarkan attachment style


(21)

27

Annisa Nurfauzia, 2015

PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.3 Definisi Operasional Variabel

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang akan diukur yaitu variabel kelekatan dan variabel keterampilan sosial.

3.3.1 Keterampilan Sosial

Keterampilan sosial dideskripsikan oleh Kain, Downs, dan Black (dalam Thompson, 2006, hlm. 24) sebagai alat kehidupan yang dibutuhkan oleh setiap individu agar dapat berhasil di dalam lingkungan sosial, dan jika tidak memiliki keterampilan sosial maka individu tersebut dapat berperilaku menyimpang atau bahkan antisosial.

Dalam penelitian ini, keterampilan sosial diartikan sebagai kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain dengan cara-cara yang dapat diterima oleh lingkungan dan berhasil dalam lingkungan sosial. Merrel menyatakan bahwa terdapat lima aspek dalam keterampilan sosial (1997, hlm. 317), diantaranya :

1) Keterampilan yang berhubungan dengan teman sebaya (Peer Relationship Skills). Keterampilan atau perilaku seorang anak yang dianggap positif oleh teman sebaya serta memiliki interaksi yang positif dengan teman sebaya.

2) Keterampilan yang berhubungan dengan diri sendiri (self management skills). Keterampilan atau perilaku yang merefleksikan seorang anak untuk dapat mengatur dirinya sendiri dalam lingkungan sosial.

3) Keterampilan yang berhubungan dengan keterampilan akademik (academic skills). Merupakan perilaku atau keterampilan sosial yang dapat mendukung prestasi belajar disekolah.

4) Keterampilan yang berhubungan dengan kemampuan anak dalam memenuhi permintaan orang lain (Compliance skills) Dimensi yang akan merefleksikan seorang anak atau remaja yang dapat memenuhi permintaan dari orang lain dengan sesuai.

5) Keterampilan interpersonal (Asertion skills). Merupakan perilaku yang menyangkut keterampilan yang dipergunakan selama melakukan interaksi sosial. Perilaku ini disebut juga keterampilan menjalin persahabatan.


(22)

28

Annisa Nurfauzia, 2015

PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.3.2 Attachment Style (Pola Kelekatan)

Ainsworth berpendapat, bahwa kelekatan merupakan ikatan emosional yang dibentuk seorang individu dan bersifat spesifik, dan didukung oleh tingkah laku lekat (attachment behaviour) yang dirancang untuk memelihara hubungan emosional tersebut

.Dalam penelitian ini attachment atau kelekatan diartikan sebagai hubungan emosional antara anak dengan figur lekatnya da bersama-sama memlihara hubungan tersebut.

Terdapat dua pola kelekatan menurut Mary Ainsworth (dalam Santrock, 2002, hlm. 197), yaitu :

1) Secure Attachment (Pola Aman).

Pada pola ini, interaksi antara orang tua dan anak terjalin dengan baik. Anak merasa percaya terhadap figur lekatnya yang selalu siap mendampingi, sensitif, respinsif, penuh cinta dan kasih sayang ketika anak mencari perlindungan dan kenyamanan, selalu menolong dan membantu dalam mengahadapi berbagai situasi yang mengancam dan menakutkan. 2) Insecure Attachment (Pola Tidak Aman).

Pola ini menunjukkan adanya ketidakpastian bahwa orang tuanya akan selalu ada dan responsif serta sensitif terhadapanya. Anak tidak yakin orang tua dapat membantu ketika memiliki masalah atau ketika anak membutuhkan orang tua.Dalam pola ini, orang tua selalu menghindar dari anak yang mengakibatkan anak melakukan penolakan juga terhadap orang tuanya. Anak tidak memiliki kepercayaan kepada diri sendiri dan orang lain karena ketika mencari kasih sayang, tidak mendapatkan respon, bahkan penolakan dan pengabaian.

3.4 Pengembangan Instrumen Penelitian 3.4.1 Jenis Instrumen Penelitian

Pada penelitian, penulis menggunakan data primer yang diambil dari alat ukur berupa kuesioner, yang digunakan sebagai alat pengumpul data dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Menurut Sugiyono (2007, hlm. 142) kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien untuk mengetahui apa yang


(23)

29

Annisa Nurfauzia, 2015

PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diharapkan dari responden. Tipe kuesioner yang digunakan adalah Self-Administrated Questionnaire, yaitu kuesioner yang diisi sendiri oleh responden. Terdapat dua alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data subjek penelitian, yang pertama yaitu alat ukur keterampilan sosial, dan yang kedua adalah Inventory Parents and Peer Attachment-Revised for Children.

3.4.2 Pengembangan Kisi-Kisi Instrumen

Penelitian mengenai perbdaan keterampilan sosial berdasarkan attachment style ini menggunakan data primer yang diambil dari alat ukur berupa angket yang digunakan sebagai alat pengumpul data sekaligus alat ukur untuk mencapai tujuan penelitian.

Kisi-kisi instrumen digunakan untuk mengungkap keterampilan sosial, menggunakan kisi-kisi instrumen yang dorang tuaat oeleh peneliti, yang mengacu pada aspek peer relationship skills, self-management skills, academic skills, compliance skills, dan asertion skills yang dikembangkan dari teori keterampilan sosial Cardarella & Merrell (2003) disajikan dalam tabel 3.2. Angket Keterampilan sosial ini menggunakan skala force choice yang secara tegas memberikan pernyataan atau pilihan jawaban yaitu “Ya” atau “Tidak”. Skala ini digunakan jika ingin mendapatkan jawaban yang jelas terhadap permasalahan yang dipertanyakan.

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Instrumen Keterampilan Sosial

ASPEK INDIKATOR No. Item

Keterampilan berhubungan dengan teman sebaya (Peer relationship skills) : Perilaku seorang anak yang dianggap positif oleh teman sebaya serta memiliki interaksi positif

Berbuat Baik 1,2,3,4,5,6

Percaya Diri 7

Empati 8,9,10,11

Bermain 12,13

Keterampilan berhubungan dengan diri sendiri ( self-management-skills) : Mampu mengatur diri dalam lingkungan sosial.

Mengatur emosi 14,15,16 Mengikuti aturan 18,19,21

Kerjasama 17,20

Keterampilan kesuksesan akademik (academic skills) : Perilaku yang

Mengerjakan


(24)

30

Annisa Nurfauzia, 2015

PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sedangkan, untuk Attachment, instrumen yang digunakan adalah Inventory Parents and Peer Attachment-Revised (IPPA-R) for Children. Instrumen ini dikembangkan oleh Gullone dan Robinson pada tahun 2005. Instrumen ini merupakan pengembangan dari IPPA (Inventory of Parent and Peer Attachment) yang disusun oleh Armsden dan Greensberg pada tahun 1987 (2005, hlm. 1). Peneliti melakukan adaptasi terhadap instrumen IPPA-R for Children versi Parent Attachment. Peneliti menerjemahkan instrumen asli yang menggunakan bahasa inggris ke dalam bahasa indonesia, dan kemudian diterjemahkan kembali ke dalam bahasa inggris oleh ahli bahasa. Hal ini dilakukan untuk mengecek ketepatan hasil terjemahan instrumen asli ke dalam bahasa indonesia serta sebagai face validity dan construct validity. Kisi-kisi instrumen IPPA-R for Children dapat dilihat dalam tabel 3.3

mendukung prestasi belajar disekolah

Disiplin 26,27,28,29

Bertanya 30

Konsentrasi 31,32,33 Keterampilan memenuhi

permintaan orang lain (Compliance Skills) : Dapat memenuhi

permintaan orang lain dengan sesuai.

Mengikuti

Petunjuk 34,35,36

Bertanggung

Jawab 36,37,38,39 Keterampilan Interpersonal

(Asertion Skills)

: Perilaku yang menyangkut keterampilan yang dipergunakan selama melakukan interaksi sosial.

Menyapa Teman 40,41,42 Komunikasi 43,44,45,46 Memperkenalkan

diri 47,48,49,50,51


(25)

31

Annisa Nurfauzia, 2015

PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.3

Kisi-Kisi Instrumen IPPA-R for Children

Instrumen keterampilan sosial menggunakan skala “Ya” dan “Tidak” yang setiap itemnya diasumsikan memiliki bobot nilai 1 untuk pilihan jawaban Ya dan bobot nilai 0 untuk setiap pilihan jawaban “Tidak”. Kriteria penyekoran instrumen ini dijabarkan dalam tabel 3.4 sebagai berikut.

Tabel 3.4

Kriteria Penyekoran Instrumen Keterampilan Sosial Peserta Didik

Skor Alternatif Respon

Ya Tidak

1 0

Sedangkan untuk instrumen IPA-R for Children, penilaian item-item dalam instrumen ini didasarkan pada Likert. Setiap item memiliki kemungkinan jawaban yaitu “tidak pernah” (TP), “jarang” (J), “kadang -kadang” (KD), “sering” (S), “selalu” (SL). Skor pada setiap item berkisar dari 1 sampai dengan 5 diberikan untuk item yang bersifat favorable, sedangkan

Aspek Indikator

Item Favorable (+) Unfavor able (-)

Trust Saling memahami,

menghormati, dan yakin bahwa orang tua dapat

memenuhi kebutuhan anak

1,2,4,8,7,

8,9,10 3,5 10

Communicati on

Ungkapan

perasaan, masalah, dan kesulitan yang dialami anak kepada orang tua

12,14,16,1 7, 18,19,20

11,13,15 10

Alienation Perasaan marah dan mengasingkan atau menolak diri dari orang tua 21,22,23,2 4, 25,26,27,2 8 8


(26)

32

Annisa Nurfauzia, 2015

PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

untuk item unfavorable bergerak dari 5 sampai dengan 1. Secara lebih rinci pada tabel 3.5, teknik skoring untuk masing-masing kemungkinan jawaban ialah sebagai berikut :

Tabel 3.5

Kriteria Penyekoran IPPA-R for Chlidren Jawaban Tidak

Pernah Jarang

Kadang-kadang Sering Selalu Item

favorable (+) 1 2 3 4 5

Item

unfavorable

(-)

5 4 3 2 1

Gay Armsden dan Mark T. Greenberg mengkategorikan skor setiap aspek menjadi tiga kategori, yakni Tinggi, Sedang, dan Rendah, dengan beberapa syarat (1983, hlm. 16).

Tabel 3.6

Pengakategorian Attachment Style

Attachment Style Trust Communication Alienation

Secure Attachment Tinggi Tinggi Rendah

Sedang Sedang Sedang

Insecure Attachment

Sedang Sedang Tinggi

Rendah Sedang Sedang

Rendah Rendah Tinggi/Sedang Rendah/Sedang Rendah/Sedang Tinggi

Seseorang dikategorikan dalam pola Secure Attachment, jika :

1) Aspek Trust dan Communication ada pada level tinggi atau jika keduanya sama-sama sedang, sedangkan aspek Alienation rendah atau sedang

Seseorang akan termasuk pada pola InsecureAttachment, jika :

2) Aspek Trust dan Communication sedang, dan aspek Alienation ada pada level tinggi atau sedang

3) Salah satu diantara Trust atau Communication ada pada level sedang, dan salah satunya lagi ada pada level rendah. Sedangkan Alienation ada pada level sedang.


(27)

33

Annisa Nurfauzia, 2015

PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4) Aspek Trust dan Communication sama-sama rendah, akan tetapi aspek

Alienation ada pada level sedang atau tinggi.

5) Salah satu diantara aspek Trust atau Communication ada pada level sedang, dan salah satunya lagi ada pada level rendah. Sedangkan

Alienation ada pada level tinggi. 3.4.3 Uji Coba Alat Pengumpul Data

3.4.3.1 Uji Kelayakan Instrumen

Sebelum pelaksanaan uji coba instrumen, instrumen keterampilan sosial peserta didik yang telah disusun ditimbang kelayakannya terlebih dahulu oleh pakar, dalam hal ini 3 dosen departemen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP UPI, yaitu bpk. Dr. H. Suherman, Ibu Hj. Nani. M. Sugandhi, M.Pd., dan bpk. Drs. Sudaryat Nurdin Ahmad, M.Pd. Sedangkan untuk IPPA ditimbang kelayakannya oleh Bapak Dadang Sudrajat, M.Pd., Bapak Drs. Memen Durachman, M.Hum., dan Bapak Pupung Purnawarman, M.S.Ed., PH.D. Kegunaan dari penimbangan kelayakan ini adalah untuk melihat kesesuaian antara rumusan pertanyaan dan indikator yang diukur oleh butir pernyatan berdasarkan variabelnya. Selain itu, penimbangan juga bertujuan untuk menimbang instrumen yang akan digunakan dari segi bahasa, konstruk, maupun isi.

Merujuk pada hasil penimbangan pertama, kedua, dan ketiga hampir seluruh item pada instrumen keterampilan sosial peserta didik termasuk memadai. Hanya 3 item yang harus dibuang dari total 51 item, yang disajikan dalam tabel berikut. Terdapat juga beberapa saran perbaikan dari penimbang mengenai redaksi pernyataan yang harus lebih kontekstual dan efektif.


(28)

34

Annisa Nurfauzia, 2015

PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.7

Hasil Uji Kelayakan Item Instrumen Keterampilan Sosial

KESIMPULAN ITEM JUMLAH

Memadai 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 26, 27, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 43, 45, 44, 46, 47, 48

48

Tidak Memadai 49, 50, 51 3

3.4.3.2 Uji Keterbacaan Item

Uji keterbacaan dilakukan terhadap lima orang peserta didik kelas VI yang tidak diikutsertakan dalam sampel penelitian dan memiliki karakteristik hampir sama dengan sampel penelitian. Uji keterbacaan bertujuan untuk melihat sejauh mana keterbacaan item atau butir pernyataan instrumen oleh responden peserta didik kelas VIII sebelum digunakan dalam penelitian. Hasil uji keterbacaan oleh lima orang peserta didik menunjukkan bahwa seluruh item daat dipahami dengan baik.

3.4.4 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

3.4.4.1Uji Validitas Instrumen Keterampilan Sosial

Uji validitas berkenaan dengan tingkat ketepatan dari masing-masing item dalam instrumen. Untuk menguji validitas butir pertanyaan dalam instrumen dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi biserial titik (point biserial). Korelasi biserial titik merupakan salah satu bentuk korelasi dari Pearson yang digunakan dalam situasi khusus, yaitu mengkorelasikan satu ubah prediktor yang bersifat dikhotomis (biner atau binomial) dengan salah satu kriteia yang berskala interval atau rasio, Furqon (2009, hlm. 107). Pengujian validitas dilakukan dengan batuan pengolahan data statistik menggunakan program Microsoft Excel 2010.

Adapun langkah uji validitas instrumen adalah dengan menghitung koefisiwen korelasi skor setiap butir item dengan rumus Korelasi Biserial Titik, yaitu:


(29)

35

Annisa Nurfauzia, 2015

PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(Furqon, 2009, hlm. 108) Keterangan:

rpbis = koefisien korelasi biserial titik

Mp = rata-rata kelompok p (kelompok kesatu)

Mt = rata-rata seluruh subjek

St = simpangan baku untuk seluruh subjek p = proporsi subjek kelompok satu

q = proporsi subjek kelompok dua

Setelah menghitung nilai korelasi setiap item dalam instrumen pengungkap keterampilan sosial peserta didik yang berjumlah 48 item, maka dilanjutkan pada langkah membandingkan besar nilai thitung dengan

ttabel dengan kriteria sebagai berikut.

Jika thitung > ttabel maka item tersebut valid, dan

Jika thitung < ttabel maka item tersebut tidak valid.

Untuk menentukan skor thitung (nilai signifikansi), maka digunakan

rumus sebagai berikut.

Keterangan:

t = harga thitung untuk signifikansi

r = koefisien korelasi n = banyaknya sampel

Perhitungan validitas butir item menggunakan bantuan perhitungan program Microsotf Excel 2010 dan dari 48 butir pertanyaan didapatkan hasil sebanyak 44 butir item yang valid dan 4 butir item yang tidak valid, yang disajikan dalam tabel berikut.


(30)

36

Annisa Nurfauzia, 2015

PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.8

Hasil Uji Validitas Item Instrumen Keterampilan Sosial

KESIMPULAN ITEM JUMLAH

Valid 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 26, 27, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 43, 45, 44, 46, 47, 48

44

Tidak Valid 10,16,34,46 4

3.4.4.2 Uji Validitas IPPA-R for Children

Pengujian validitas data menggunaan rumus Spearman Brown. Semakin tinggi nilai validasi, menunjukan semakin valid instrumen yang akan digunakan. Pengolahan data dalam penelitian dilakukan dengan bantuan SPSS 21.0 for windows. Validitas item dilakukan dengan menganalisis menggunakan prosedur pengujian Spearman-Brown.

Berdasarkan pengolahan data, hasil uji validitas menunjukan bahwa sebanyak 28 butir atau seluruh butir item pernyataan valid karena p < 0,05.

Tabel 3.9

Uji Validitas IPPA-R for Children dengan SPSS 21.0 for windows

Spearman's rho item 1 item 2 item 3 item 4 item 5 item 6 item 7 item 8 item 9 item 10 Correlation

Coefficient ,771 **

,393** ,228* ,604** ,445** ,601** ,680** ,719** ,599** ,608**

Spearman's rho item 11 item 12 item 13 item 14 item 15 item 16 item 17 item 18 item 19 item 20 Correlation

Coefficient ,386 **

,464** ,548** ,731** ,264* ,492** ,617** ,642** ,659** ,577** Spearman's rho item 21 item 22 item 23 item 24 item 25 item 26 item 27 item 28 Correlation

Coefficient ,288 *

,611** ,692** ,474** ,730** ,552** ,540** ,649**

3.4.4.3 Uji Reliabilitas Instrumen Keterampilan Sosial

Salah satu ciri instrumen yang berkualitas baik adalah reliabel, yaitu mampu menghasilkan skor yang cermat dengan error pengukuran kecil. Reliabilitas mengacu kepada keterpercayaan atau konsistensi hasil ukur yang mengandung makna sesberapa tinggi kecermatan pengukuran.


(31)

37

Annisa Nurfauzia, 2015

PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Uji reliabilitas alat ukur atau instrumen dalam penelitian ini dilakukan dangan menggunakan rumus Kuder-Richardson 21 (K-R21) yang

dinyatakan sebagai berikut.

Berdasarkan perhitungan menggunakan rumus tersebut, terungkap bahwa reliabilitas instrumen ketreampilan sebesar 0,851 yang berada pada kategori Reliabel. Dengan demikian instrumen ini dapat digunakan untuk mengungkap keterampilan sosial peserta didik.

Adapun tolak ukur menurut Sugiyono (2007), dalam menentukan koefisien reliabilitasnya dengan menggunakan kriteria interpretasi r yang dapat dilihat pada tabel 3.10 berikut.

Tabel 3.10

Interpretasi Reliabilitas

Koefisien Reliabilitas Kriteria Reliabilitas

>0.900 Sangat Reliabel

0.700-0.900 Reliabel

0.400-0.700 Cukup Reliabel 0.200-0.400 Kurang Reliabel

< 0.200 Tidak Reliabel

3.4.4.4 Uji Reliabilitas IPPA-R for Children

Pengujian reliabilitas instrumen IPPA-R for Children

menggunakan split-half method, dengan formula Spearman-Brown. Cara ini hanya dapat digunakan pada instrumen dengan jumlah item genap.


(32)

38

Annisa Nurfauzia, 2015

PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Uji Reliabilitas IPPA-R for Children

Setelah mendapatkan nilai koefisien korelasi sebesar 0,538, selanjutnya dihitung melalui rumus :

Rtt = 2r 1 + r

Rtt = 0,7

Berdasarkan hasil penghitungan dari 28 butir item, menunjukan koefisien reliabilitas (konsistensi internal) instrumen IPPA-R for Children

sebesar 0,7, artinya tingkat korelasi dan derajat keterandalan instrumen berada pada kategori reliabel.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Dalam hal ini, ditempuh prosedur sebagai berikut:

1) Menetapkan jumlah peserta didik yang menjadi subjek penelitian

2) Mengecek instrumen penelitian serta menyebarkan kepada speserta didik yang menjadi anggota subjek penelitian, termasuk menjelaskan petunjuk pengisian instrumen.

3) Mengumpulkan instrumen hasil kerja peserta didik

4) Melakukan cek ulang untuk memeriksa kelengkapan identitas dan jawaban peserta didik pada setiap lembar jawaban

5) Menghitung hasil pekerjaan peserta didik pada setiap lembar jawaban dan memberi skor-skor untuk memperoleh hasil penelitian.


(33)

39

Annisa Nurfauzia, 2015

PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.6.1 Verifikasi Data

Kegunaan verifikasi data adalah untuk memeriksa kelengkapan instrumen, pra dan pasca disebarkan kepada responden. Pada tahap verifikasi ini juga dilakukan pengecekan kelengkapan data responden dan kelengkapan jawaban di tiap soal dalam instrumen. Hasil verifikasi data menunjukkan bahwa keseluruhan instrumen yang telah diisi responden layak untuk diolah. 3.7 Prosedur Penelitian

3.7.1 Penyusunan Proposal Penenlitian

Sebelum proposal penelitian dibuat, terlebih dahulu ditentukan permasalahan yang akan diteliti, selanjutnya penulis menyusun proposal penelitian. Penyusunan proposal penelitian merupakan langkah awal dari proses penelitian yang akan dilakukan.

Lingkup bahasan proposal penelitian mencakup bahasan tentang; latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, hipotesis, definisi operasional variabel, kerangka teoritis, metode penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik dan instrumen penelitian, analisis data, dan prosedur penelitian.

3.7.2 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh data yang diperlukan guna menjawab penelitian yang diajukan.

3.7.3 Permohonan Ijin Penelitian

Perijinan penelitian dilakukan sebagai persiapan untuk mengumpulkan data. Proses perijinan penelitian dimaksudkan untuk memperlancar pelaksanaan pengumpulan data. Perijinan penelitian diperoleh dari Departemen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Direktorat Akademik Universitas Pendidikan Indonesia, dan Kepala Sekolah serta Guru BK SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung.

3.7.4 Pelaksanaan Pengumpulan Data

Pengumpulan data berupa penyebaran angket yang dilakukan di kelas VI-A dan VI-B SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung tahun ajaran 2015/2016 dengan langkah-langkah sebagai berikut:


(34)

40

Annisa Nurfauzia, 2015

PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2) Mengecek siswa yang menjadi sampel dalam penelitian dan menjelaskan maksud kedatangan peneliti.

3) Menjelaskan petunjuk pengerjaan angket kepada peserta didik, kemudian mengisinya.

4) Mengumpulkan angket setelah peserta didik selesai mengerjakan. 5) Mengecek ulang dan memeriksa kelengkapan identitas dan jawaban

pada setiap lembar jawaban. 3.7.5 Analisis Data

3.7.5.1 Uji Beda

Untuk mengetahui perbedaan keterampilan sosial berdasarkan

attachment style, maka dilakukan uji Mann-Whitney menggunakan SPSS. Uji Mann-Whitney adalah uji non-parametris yang digunakan untuk mengetahui perbedaan median dua kelompok bebas dengan data yang berskala ordinal, interval atau rasio. Jika P value < 0.05, maka terdapat perbedaan.


(35)

64

Annisa Nurfauzia, 2015

PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 Kesimpulan

Hasil penelitian yang di kelas VI SD Laboratorium Percontohan UPI tahun ajaran 2015/2016, menunjukan bahwa :

1) Gambaran umum keterampilan sosial peserta didik kelas VI SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung sebagian besar berada pada kategori terampil dalam keterampilan sosial.

2) Gambaran umum attachment syle peserta didik kelas VI SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung sebagian besar berada pada pola secure attachment atau pola kelekatan aman.

3) Hasil penelitan menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan keterampilan sosial berdasarkan pola kelekatan aman (secure attachment) dan pola kelekatan tidak aman (insecure attachment) pada peserta didik kelas VI SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2015/2016.

5.2 Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, diberi rekomendasi kepada pihak sebagai berikut.

5.2.1 Bagi Guru Bimbingan dan Konseling / Konselor

Berdasarkan kondisi perbedaan keterampilan sosial berdasarkan

attachment style yang berada pada kategori sangat terampil, cukup terampil, dan kurang terampil sesuai pada bab pembahasan, penting bagi konselor untuk memberikan layanan yang bersifat preventif bagi peserta didik dengan tujuan membantu melatih keterampilan sosial anak. Guru Bimbingan dan Konseling hendaknya memberikan pemahaman bagi orang tua, bahwa orang tua sebagai figur yang paling dekat dengan anak diharapkan memberikan pengasuhan yang konsisten dan responsif, sehingga anak merasa percaya terhadap figur lekatnya, dalam hal ini orang tua, yang selalu siap mendampingi, sensitif, responsif, penuh cinta dan kasih sayang, sehingga ketika anak mencari perlindungan dan kenyamanan, orang tua selalu siap


(36)

65

Annisa Nurfauzia, 2015

PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menolong dan membantu dalam mengahadapi berbagai situasi yang mengancam dan menakutkan bagi anak.

5.2.2 Bagi Guru

Guru sangat diperlukan untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan aspek-aspek di kehidupan, termasuk dalam mengembangkan keterampilan sosial. Guru haruslah sesnsitif dan responsif terhadap keadaan anak saat berada di lingkungan sekolah.

5.2.3 Bagi Penelitian Selanjutnya

Mengacu pada hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan rekomendasi bagi penelitian selanjutnya.

1) Melakukan penelitian eksperimen dengan metode kualitatif untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam mengenai keterampilan sosial dan aspek-aspek didalamnya.

2) Melakukan penelitian mengenai perbedaan keterampilan sosial berdasarkan faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi.

3) Melakukan penelitian dengan jumlah populasi yang besar, sehingga data yang dihasilkan lebih beragam.

4) Peneliti selanjutnya dapat membuat program atau layanan berdasarkan data penelitian dari penelitian ini, sebagai tindak lanjut penelitian.

5) Peneliti selanjunya dapat melakukan penelitian attachment style

secara spesifik untuk setiap pola attachment

6) Membuat tindak lanjut penelitian dengan membuat program atau layanan bimbingan dan konseling


(37)

66

Annisa Nurfauzia, 2015

PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

ABKIN. (2007). Rambu-rambu penyelenggaraan bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal. Bandung: Depdiknas.

Anapratiwi, D. dkk. (2013). Hubungan antara pola kelekatan anak pada ibu dengan kemampuan sosialisasi anak usia 4-5 tahun. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Negeri Semarang.

Arikunto. (2006). Prosedur penelitian: suatu pendekatan praktik. Jakarta: Bumi Aksara.

Armsden, Gay. G and Greenberg, Mark. T. (1983). The inventoryof parent and peer attachment: individual differences and their relationship to psychological well-being in adolescence. Paper at the Annual Meeting of The Western Psychological Association (63rd, San Fransisco, California).

Baron, A. R dan Bryne, D. (2005). Alih bahasa oleh Ratna Djuwita, dkk.

Psikologi sosial. Jakarta: Erlangga.

Csóti, M. (2009). Developing children’s social, emotional, and behavioural skills. New York: Continuum International Publishing Group.

Desmita. (2006). Psikologi perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Eisenberg, N. (2006). Handbook of child psychology volume 3 social, emotional,

and personality development. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc. Eliasa. E. (2011). Pentingnya kelekatan orang tua dalam internal working model

untuk pembentukan karakter anak. Jurnal Univesitas Negeri Yogyakarta. Ervika, E. (2005). Kelekatan (attachment) pada anak. Artikel Fakultas Psikologi

Universitas Gadjah Mada.

Furqon. (2009). Statistik terapan unuk penelitian. Bandung: Alfabeta

Gullone and Robinson. (2005). The inventory of parent and peer atachment-revised (IPPA-R) for children: a psychometric investigation. Clinical Psychology and Psychotherapy. John Wiley & Sons, Ltd.

Helmi, A. (2004). Pola kelekatan, atribusi, respon emosi, dan perilaku marah.

Jurnal Univesitas Gadjah Mada.

Holmes. J. (1993). John Bowlby and attachment theory. London: Routledge Horst, C. P. (2011). John Bowlby-from psyhoanalysis to ethology: unraveling the

roots of attachment theory. West Sussex: John Wiley & Sons, Ltd.

Hurlock. E. (2003). Alih bahasa oleh Istiwidayanti, dkk. Psikologi perkembangan: suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakarta: Erlangga.


(38)

67

Annisa Nurfauzia, 2015

PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Indah, F. R. (2014). Hubungan antara pola kelekatan dengan motivasi belajar. Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia.

KBBI. Kamus Besar Bahasa Indonesia Online. [Online]. Diakses dari kbbi.web.id (20 Desember 2014).

Malekpour, M. (2007). Effects of attachment on early and later development. The British Journal of Development Disabilities Volume 53.

Merrell, W. K. (2003). Behavioral, social, and emotional assesment of children and adolescents second edition. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Publishers.

Nangel, W. D, dkk. (2010). Practitioner’s guide to empirically based measure’s

of social skills. New York: Springer Science+Business Media.

Nurhidayah, S. (2011). Kelekatan (attachment) dan pembentukan karakter. Jurnal Turats Volume 7.

Papalia, D. dkk. (2008). Psikologi perkembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Putri, E. W. (2013). Perbedaan perilaku konformitas remaja berdasarkan jenis kelamin serta implikasi dalam bimbingan dan konseling. Skripsi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

Rashid, T. (2010). Development of social skills among children at elementary level. Bulletin of Education and Research 2010 Volume 32.

Santrock. W. J. (2002). Alih bahasa oleh Achmad Chusairi, dkk. Perkembangan masa hidup. Jakarta: Erlangga.

Seefeltd. C. (2010). Factors affecting social development. [Online]. Diakses dari

www.education.com/reference/article/factors-affecting-social-development/ (02 Januari 2015).

Sigelman, C. K. (2008). Life-span human development. Wadsworth Publishing. Sugiyono. (2007). Metode penelitian pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Thompson, A.R. (2006). Nurturing future generations: promoting resilience in children and adolescents through social, emotional and cognitive skills second edition. New York: Routledge.

Utami, R. (2007). Hubungan antara pola kelekatan pada ayah dan ibu terhadap pola kelekatan di masa dewasa. Skripsi Universitas Indonesia.


(39)

68

Annisa Nurfauzia, 2015

PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Yanti, D. (2005). Keterampilan sosial pada anak menengah akhir yang mengalami gangguan perilaku. Skripsi Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara.


(1)

2) Mengecek siswa yang menjadi sampel dalam penelitian dan menjelaskan maksud kedatangan peneliti.

3) Menjelaskan petunjuk pengerjaan angket kepada peserta didik, kemudian mengisinya.

4) Mengumpulkan angket setelah peserta didik selesai mengerjakan. 5) Mengecek ulang dan memeriksa kelengkapan identitas dan jawaban

pada setiap lembar jawaban.

3.7.5 Analisis Data

3.7.5.1 Uji Beda

Untuk mengetahui perbedaan keterampilan sosial berdasarkan

attachment style, maka dilakukan uji Mann-Whitney menggunakan SPSS. Uji Mann-Whitney adalah uji non-parametris yang digunakan untuk mengetahui perbedaan median dua kelompok bebas dengan data yang berskala ordinal, interval atau rasio. Jika P value < 0.05, maka terdapat perbedaan.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 Kesimpulan

Hasil penelitian yang di kelas VI SD Laboratorium Percontohan UPI tahun ajaran 2015/2016, menunjukan bahwa :

1) Gambaran umum keterampilan sosial peserta didik kelas VI SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung sebagian besar berada pada kategori terampil dalam keterampilan sosial.

2) Gambaran umum attachment syle peserta didik kelas VI SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung sebagian besar berada pada pola secure attachment atau pola kelekatan aman.

3) Hasil penelitan menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan keterampilan sosial berdasarkan pola kelekatan aman (secure attachment) dan pola kelekatan tidak aman (insecure attachment) pada peserta didik kelas VI SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2015/2016.

5.2 Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, diberi rekomendasi kepada pihak sebagai berikut.

5.2.1 Bagi Guru Bimbingan dan Konseling / Konselor

Berdasarkan kondisi perbedaan keterampilan sosial berdasarkan

attachment style yang berada pada kategori sangat terampil, cukup terampil, dan kurang terampil sesuai pada bab pembahasan, penting bagi konselor untuk memberikan layanan yang bersifat preventif bagi peserta didik dengan tujuan membantu melatih keterampilan sosial anak. Guru Bimbingan dan Konseling hendaknya memberikan pemahaman bagi orang tua, bahwa orang tua sebagai figur yang paling dekat dengan anak diharapkan memberikan pengasuhan yang konsisten dan responsif, sehingga anak merasa percaya terhadap figur lekatnya, dalam hal ini orang tua, yang selalu siap


(3)

menolong dan membantu dalam mengahadapi berbagai situasi yang mengancam dan menakutkan bagi anak.

5.2.2 Bagi Guru

Guru sangat diperlukan untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan aspek-aspek di kehidupan, termasuk dalam mengembangkan keterampilan sosial. Guru haruslah sesnsitif dan responsif terhadap keadaan anak saat berada di lingkungan sekolah.

5.2.3 Bagi Penelitian Selanjutnya

Mengacu pada hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan rekomendasi bagi penelitian selanjutnya.

1) Melakukan penelitian eksperimen dengan metode kualitatif untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam mengenai keterampilan sosial dan aspek-aspek didalamnya.

2) Melakukan penelitian mengenai perbedaan keterampilan sosial berdasarkan faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi.

3) Melakukan penelitian dengan jumlah populasi yang besar, sehingga data yang dihasilkan lebih beragam.

4) Peneliti selanjutnya dapat membuat program atau layanan berdasarkan data penelitian dari penelitian ini, sebagai tindak lanjut penelitian.

5) Peneliti selanjunya dapat melakukan penelitian attachment style

secara spesifik untuk setiap pola attachment

6) Membuat tindak lanjut penelitian dengan membuat program atau layanan bimbingan dan konseling


(4)

DAFTAR PUSTAKA

ABKIN. (2007). Rambu-rambu penyelenggaraan bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal. Bandung: Depdiknas.

Anapratiwi, D. dkk. (2013). Hubungan antara pola kelekatan anak pada ibu dengan kemampuan sosialisasi anak usia 4-5 tahun. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Negeri Semarang.

Arikunto. (2006). Prosedur penelitian: suatu pendekatan praktik. Jakarta: Bumi Aksara.

Armsden, Gay. G and Greenberg, Mark. T. (1983). The inventoryof parent and peer attachment: individual differences and their relationship to psychological well-being in adolescence. Paper at the Annual Meeting of The Western Psychological Association (63rd, San Fransisco, California).

Baron, A. R dan Bryne, D. (2005). Alih bahasa oleh Ratna Djuwita, dkk.

Psikologi sosial. Jakarta: Erlangga.

Csóti, M. (2009). Developing children’s social, emotional, and behavioural skills. New York: Continuum International Publishing Group.

Desmita. (2006). Psikologi perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Eisenberg, N. (2006). Handbook of child psychology volume 3 social, emotional,

and personality development. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc. Eliasa. E. (2011). Pentingnya kelekatan orang tua dalam internal working model

untuk pembentukan karakter anak. Jurnal Univesitas Negeri Yogyakarta. Ervika, E. (2005). Kelekatan (attachment) pada anak. Artikel Fakultas Psikologi

Universitas Gadjah Mada.

Furqon. (2009). Statistik terapan unuk penelitian. Bandung: Alfabeta

Gullone and Robinson. (2005). The inventory of parent and peer atachment-revised (IPPA-R) for children: a psychometric investigation. Clinical Psychology and Psychotherapy. John Wiley & Sons, Ltd.

Helmi, A. (2004). Pola kelekatan, atribusi, respon emosi, dan perilaku marah.

Jurnal Univesitas Gadjah Mada.

Holmes. J. (1993). John Bowlby and attachment theory. London: Routledge Horst, C. P. (2011). John Bowlby-from psyhoanalysis to ethology: unraveling the


(5)

Indah, F. R. (2014). Hubungan antara pola kelekatan dengan motivasi belajar. Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia.

KBBI. Kamus Besar Bahasa Indonesia Online. [Online]. Diakses dari kbbi.web.id (20 Desember 2014).

Malekpour, M. (2007). Effects of attachment on early and later development. The British Journal of Development Disabilities Volume 53.

Merrell, W. K. (2003). Behavioral, social, and emotional assesment of children and adolescents second edition. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Publishers.

Nangel, W. D, dkk. (2010). Practitioner’s guide to empirically based measure’s

of social skills. New York: Springer Science+Business Media.

Nurhidayah, S. (2011). Kelekatan (attachment) dan pembentukan karakter. Jurnal Turats Volume 7.

Papalia, D. dkk. (2008). Psikologi perkembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Putri, E. W. (2013). Perbedaan perilaku konformitas remaja berdasarkan jenis kelamin serta implikasi dalam bimbingan dan konseling. Skripsi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

Rashid, T. (2010). Development of social skills among children at elementary level. Bulletin of Education and Research 2010 Volume 32.

Santrock. W. J. (2002). Alih bahasa oleh Achmad Chusairi, dkk. Perkembangan masa hidup. Jakarta: Erlangga.

Seefeltd. C. (2010). Factors affecting social development. [Online]. Diakses dari

www.education.com/reference/article/factors-affecting-social-development/ (02 Januari 2015).

Sigelman, C. K. (2008). Life-span human development. Wadsworth Publishing. Sugiyono. (2007). Metode penelitian pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Thompson, A.R. (2006). Nurturing future generations: promoting resilience in children and adolescents through social, emotional and cognitive skills second edition. New York: Routledge.

Utami, R. (2007). Hubungan antara pola kelekatan pada ayah dan ibu terhadap pola kelekatan di masa dewasa. Skripsi Universitas Indonesia.


(6)

Yanti, D. (2005). Keterampilan sosial pada anak menengah akhir yang mengalami gangguan perilaku. Skripsi Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara.