J U R U S A N T A R B IY A H P R O G R A M S T U D I P E N D ID IK A N A G A M A IS L A M S E K O L A H T IN G G I A G A M A IS L A M N E G E R I (S T A IN ) S A L A T IG A

  

P E N G A R U H K E S E J A H T E R A A N G U R U T E R H A D A P

P R O F E S IO N A L IS M E M E N G A J A R

(Studi Kasus pada Guru STM Muhammadiyah Salatiga Tahun 2008)

S K R I P S I

  

D ia j u k a n U n t u k M e m p e r o le h G e la r

S a r ja n a P e n d id ik a n I s la m

J U R U S A N T A R B IY A H

P R O G R A M S T U D I P E N D ID IK A N A G A M A IS L A M

  

S E K O L A H T IN G G I A G A M A IS L A M N E G E R I (S T A IN )

  

DEKLARASI

\ ^ \ \

  Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

  Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggung jawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang munaqosah skripsi.

  Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.

  Salatiga, Agustus 2008 Penulis,

  BUDI ANI FATMAWATI NIM: 114 06 463

  Siti Rukhayati, M.Ag STAIN Salatiga

  Jl. Stadion No.03 Salatiga

  N O T A P E M B I M B I N G

  Lamp : 3 eksemplar Hal : Naskah Skripsi a.n. Budi Ani Fatmawati

  Kepada Yth. Ketua STAIN di- Salatiga

  Assalamu’alaikum Wr. Wb. Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudari :

  Nama Budi Ani Fatmawati

  NIM 11406463

  Jurusan : Tarbiyah Program

  Pendidikan Agama Islam Judul : PENGARUH KESEJAHTERAAN TERHADAP

  PROFESIONALISME MENGAJAR PADA GURU ( Studi Kasus pada Guru STM Muhammadiyah Salatiga tahun 2008 )

  Telah dapat diujikan dalam sidang munaqosah skripsi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri ( STAIN ) Salatiga. Demikian, atas perhatiannya diucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

  Salatiga, Agustus 2008 Pembimbing

  D E P A R T E M E N A G A M A RI S E K O L A H T IN G G I A G A M A IS L A M N E G E R I (S T A IN ) S A L A T IG A

  Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706 323433 Salatiga 50721 ,

  Website :

P E N G E S A H A N

  Skripsi Saudari : BUDI ANI FATMAWATI dengan Nomor Induk Mahasiswa : 114 06 463 yang berjudul : “PENGARUH KESEJAHTERAAN

  

GURU TERHADAP PROFESIONALISME MENGAJAR (Studi Kasus Pada

Guru STM Muhammadiyah Salatiga Tahun 2008)”. Telah dimunaqasahkan

  dalam sidang panitia ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri

  

Sabtu, 20 September 2008 M

  Salatiga pada hari : yang bertepatan dengan tanggal 20 Ramadhan 1429 H dan telah diterima sebagai bagian dari syarat- syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Tarbiyah.

  20 September 2008 M Salatiga,

  20 Ramadhan 1429 H Panitia Ujian

  Ketua Sidang Sekretaris Sidang

  Dr. Imam Sutomo. M.Ag Dr. H. Muh. zi. M.Ag

  / NIP. 150 216 814 NIP. 150 247 014 Pent

  Mufiq, S.Aq., M.Hum

  s. Bahroni. M.Pd NIP. 150 276 927 NIP. 150 269 911

  Pembimbing

  

MOTTO

b ja * .

  1N____ ;1 . .

  

. . . Sesungguhnya A Cbh tidaf^ m en g u 6ah ^ead aan s u a tu ({gum sehingga

merehg m engu6ah h e a d a a n y a n g a d a p a d a d ir i merehg sendiri...

  

(QSAr-<Rgdu: 11J

  S k rip si in i penuCis persem6ahkgn kepada :

1. <Bapat{, N u r c a h y a o A S (fa n I 6 u C h o m s a tu n y a n g te fa h

m en d id ik^ m e m 6 e ri <Do 'a, s e rta m e n g o rb a n k a n s e g a la n y a .

  

2. Suam iku tercinta A d o lf F erdinand Laan dan anakjanakfu

A dam !Nur Izzu d in dan Y u su f Sfaidar A r i f

3. < M 6akJcTutif{i <De’ (Rjni, D e' Yasin, A d if, N anin dan Zahra

4. S ahabat kg <Bu (Rosie, (Bu FCarsini, (pakjMaftuhan, (pakjBudi Suryanto, (MbakjEndah dan DdhahjVmi.

  

5. Yeman-temanku &lt;BuAsiyah, (Bu Lum 'atun, (Bu Fatkiyah, (Bu

Sfanifah, Pak, Ihsan, (PakI A z is , (Musyayadah, (Bu N u r 'Rhasanah

  6. (B u a t a d ik - a d ik , k e c ilk u (Fanisa, (D im as, A z k g , D i r a

KATA PENGANTAR

  Segala puji senantiasa ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan karunian-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

  Keberhasilan menyelesaikan skripsi ini, bukanlah kekuatan penulis semata, melainkan cerminan dari karunia Allah dengan perantaraan banyak pihak oleh karena itu, penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

  1. Ketua STAIN Salatiga, Bapak Dr. Imam Sutomo, M. Ag 2. Ibu Siti Rukhayati, M. Ag selaku pembimbing skripsi.

  3. Para dosen yang telah banyak memberikan jasanya dalam mendidik penulis selama menuntut ilmu di STAIN Salatiga.

  4. Drs. Surono, selaku kepala sekolah STM Muhammadiyah beserta seluruh staf guru dan karyawan.

  5. Keluarga besar Bapak Nurcahyo AS atas do’a dan kasih sayangnya.

  6. Teman-teman angkatan 2008 atas kebersamaannya.

  Semoga jasa dan bantuan yang telah diberikan menjadi amal shaleh dan mendapat balasan dari Allah SWT.

  Akhir kata, penulis berharap karya sederhana ini dapat memberikan sumbangan serta manfaat bagi semua pihak.

  Salatiga, Agustus 2008

  Penulis

  

D A F T A R ISI

  Halaman

  

  

  BAB I PENDAHULUAN

  

  

  

  

  

  

  

  

   BAB II KAJIAN PUSTAKA

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

   DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP

  

BABI

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

  Terminolagi tentang pendidikan, adalah medium bagi teijadinya transformasi nilai dan ilmu pengetahuan yang berfungsi sebagai pencetak corak kebudayaan dan peradaban manusia. Secara imperatif, pendidikan bersinggungan dengan upaya pengembangan dan pembinaan seluruh potensi manusia tanpa terkecuali dan tanpa prioritas dari sejumlah potensi yang ada. Dengan pengembangan dan pembinaan seluruh potensi tersebut, pendidikan diharapkan dapat menghantarkan manusia pada suatu pencapaian tingkat kebudayaan yang menunjang harkat manusia.

  Keberhasilan mengoptimalisasikan potensi yang ada dalam diri manusia apabila pendidikan diusahakan dalam suatu keadaan dan suasana yang mendukung, sarana dan prasarana proses pendidikan berlangsung, subyek pendidikan dan pendampingnya ( murid dan guru ) yang bertanggung jawab dan fasilitas yang memadai. Penyelenggaraan pendidikan yang tidak menghiraukan salah satu komponen tersebut, dimungkinkan tingkat keberhasilannya tidak akan dapat tercapai. Salah satu contoh, seorang guru yang merupakan elemen vital dari proses belajar mengajar tidak profesional dalam mengajar, maka dapat dipastikan suasana pembelajaran tidak berkembang (statis). Akibatnya, siswa hanya sebagai pita kaset yang tidak mungkin mengembangkan wawasan keilmuannya.

  2 Setiap guru profesional harus memenuhi persyaratan sebagai manusia yang bertanggung jawab dalam arti mampu membuat pilihan dan keputusan atas dasar nilai-nilai dan norma-norma tertentu, baik yang bersumber dari dirinya maupun lingkungan sosialnya. Oleh karena itu, seorang guru profesional harus mempunyai kemampuan bertindak sesuai keputusan moral. Menurut Oemar

  Hamalik, guru bertanggung jawab mewariskan nilai-nilai dan norma-norma kepada generasi muda sehingga akan teijadi proses konservasi nilai, bahkan melalui proses pendidikan diusahakan terciptanya nilai-nilai baru yang mana dalam konteks ini pendidikan berfungsi mencipta, memodifikasi dan mengkonstruksi1.

  Seorang guru profesional harus mampu melaksanakan kewajiban dan tanggung jawab dengan sepenuhnya. Timbal balik dari profesionalisme dengan diberikan kesempatan menyelenggarakan hidup yang sehat dan cukup, fasilitas- fasilitas yang memudahkan untuk menyelesaikan kewajibannya. Di samping itu, guru profesional dapat menerima jaminan hidup yang cukup dan perumahan sebagai tempat istirahat dari waktu ke waktu sehingga dapat segar kembali dalam menunaikan tugasnya yang bersifat mental spiritual.

  Kebutuhan vital biologis merupakan salah satu kebutuhan esensial yang berkaitan dengan pelaksanaan kewajiban atau tanggung jawab seorang guru sebagai pelaksana pendidikan. Kebutuhan ini berupa sandang, pangan, papan, rasa aman, sejahtera, air, udara, seks dan sebagainya.2 Pemenuhan terhadap kebutuhan tersebut akan sangat berpengaruh terhadap semangat dan motivasi seorang guru dalam menyelesaikan kewajiban dan tanggung jawab yang diembannya.

  Profesi guru yang dipandang oleh masyarakat merupakan pekerjaan mulia, dalam tataran praktisnya sering memunculkan dilema. Pada satu sisi, seorang guru dihargai secara sosial dengan sebutan pahlawan tanpa tanda jasa yang mencerdaskan kehidupan bangsa dan bertanggung jawab terhadap kelangsungan generasi yang cerdas dan berkualitas, namun pada sisi yang lain, pada dirinya .memikul beban berat menghidupi diri dan keluarganya. Ditinjau dari segi kesejahteraan yang diterima, terkadang seorang guru lebih rendah dari hasil yang didapatkan seorang pengamen. Kondisi yang lebih memprihatinkan, apabila mencermati dan mengamati secara seksama pada sosok guru yang bekerja di sekolah-sekolah swasta yang belum mampu memberikan kesejahteraan sebagaimana seorang PNS. Berkaitan dengan tanggung jawab, tidak ada perbedaan antara guru negeri dengan guru swasta.

  Penghargaan terhadap profesi guru baik moral, sosial maupun finansial menyebabkan tanggung jawab terhadap tugas menjadi rendah dan kurang bersemangat dalam mengembangkan kompetensinya. Seorang guru bekerja sekedar menyampaikan materi pelajaran sampai jam pembelajaran habis. Ia tidak mempunyai inisiatif mengembangkan diri dalam upaya meningkatkan pencapaian hasil pendidikan. Dalam menyampaikan materi, terkesan monoton dan tidak mempunyai persiapan mengajar yang memadai. Akibatnya, nasib anak didik yang mengharap bantuan untuk mengembangkan potensi dirinya tidak akan

  Berdasarkan uraian di atas, penulis mencoba menuangkan dalam suatu penelitian dengan mengangkat sebuah judul skripsi PENGARUH KESEJAHTERAAN GURU TERHADAP PROFESIONALISME MENGAJAR ( Studi kasus pada Guru STM Muhammadiyah Salatiga tahun 2008 ).

  B. Rumusan Masalah

  Mengacu pada latar belakang masalah secara definitive masalah yang penulis teliti dapat dirumuskan sebagai berikut:

  1. Bagaimana tingkat kesejahteraan guru STM Muhammadiyah Salatiga ?

  2. Bagaimanakah tingkat profesionalisme mengajar guru STM Muhammadiyah Salatiga ?

  3. Adakah pengaruh kesejahteraan terhadap profesionalisme mengajar guru di STM Muhammadiyah Salatiga ?

  C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan: 1. Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan guru STM Muhammadiyah Salatiga.

  2. Untuk mengetahui tingkat profesionalisme mengajar guru STM Muhammadiyah Salatiga.

  3. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh tingkat kesejahteraan guru terhadap profesionalisme mengajar.

  D. Manfaat Hasil Penelitian

  Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi yang jelas tentang ada tidaknya pengaruh kesejahteraan terhadap profesionalisme guru. Dari informasi tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat secara praktis maupun secara teoritik, yaitu:

  1. Secara praktis, apabila ternyata kesejahteraan dapat berpengaruh terhadap profesionalisme mengajar pada guru, hal ini berarti bagi yayasan atau penyelenggara sekolah dapat memperoleh pemahaman tentang arti pentingnya kesejahteraan yang ternyata mempunyai pengaruh positif terhadap profesionalisme guru. Selanjutnya dari pemahaman tersebut dapat senantiasa meningkatkan kesejahteraan guru dalam membangkitkan profesionalisme pada guru. Dan bagi para guru, dari hasil penelitian ini diharapkan tingkat profesionalisme mengajar tidak dilihat dari besar kecilnya kesejahteraan yang diterima.

  2. Secara teoritik diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan pendidikan yang diperoleh dari penelitian.

E. Definisi Operasional

  Menghindari kemungkinan terjadinya penafsiran yang berbeda dengan maksud utama penulis dalam penggunaan kata pada judul penelitian ini, perlu penjelasan beberapa istilah pokok maupun kata-kata yang menjadi variabel penelitian. Istilah yang perlu penjelasan sebagai berikut:

  a. Kesejahteraan Guru Kesejahteraan yaitu keadaan sejahtera, kesenangan hidup dan sebagainya.3 Sedangkan Guru adalah orang yang berwenang dan bertanggung jawab untuk membimbing dan membina anak didik, baik secara individu maupun secara klasikal. 4Jadi yang dimaksud dengan kesejahteraan guru adalah keadaan sejahtera atau makmur orang yang bertanggung jawab membimbing dan membina anak didik,

  b. Profesionalisme Mengajar Yang dimaksud profesionalisme yaitu kualitas, mutu dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi. 5Menurut Oemar Hamalik, profesionalisme berasal dari kata profesi yang berarti suatu jabatan atau pekeijaan tertentu yang dengan sendirinya menuntut keahlian, pengetahuan, dan ketrampilan tertentu pula.6 Mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran sehingga menimbulkan teijadinya proses belajar mengajar pada diri siswa. 7 8 Mengajar pada prinsipnya adalah membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar.

  Jadi yang dimaksud profesionalisme mengajar adalah mutu atau kualitas seorang guru dalam menyampaikan bahan pelajaran yang dapat menimbulkan proses belajar pada siswa.

F. Hipotesis

  Menurut Sukandarrumidi, hipotesis adalah sebuah kesimpulan, akan tetapi kesimpulan itu belum final masih harus dibuktikan kebenarannya agar Q menjadi benar. Dalam penelitian dikenal adanya hipotesis nol ( Ho ) dan

  

4 Syafiil Bahri Djamarah, Guru dan Anak D idik dalam Interaksi E dukatif Rineka Cipta, Jakarta, 2000,

him 32

5 Em Zil Fajri, Ratu Aprilia Senja, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Difa Publisher, him 671

  hipotesis alternatif ( Ha ). Berdasarkan hal tersebut, maka penulis mengajaukan hipotesis sebagai berikut.

  Ho : Tidak Terdapat pengaruh antara tingkat kesejahteraan guru dengan profesionalisme mengajar.

  Ha : Terdapat pengaruh antara tingkat kesejahteraan guru dengan profesionalisme mengajar, dengan kata lain, semakin tinggi tingkat kesejahteraan yang diterima maka semakin tinggi pula tingkat profesionalismenya.

G. Metode Penelitian

  Dalam pembicaraan metodologi dibahas beberapa komponen yang meliputi : populasi, sampel, tehnik sampling, tehnik pengumpulan data dan tehnik analisa data, sebagaimana berikut:

  1. Populasi dan sampel Populasi penelitian ini adalah seluruh guru STM Muhammadiyah Salatiga tahun 2008 yang jumlahnya 50 guru, sedangkan sampelnya seluruh guru, karena menurut Suharsimi Arikunto jika kurang 100 maka diambil keseluruhan.9

  2. Variabel penelitian Ada dua variable yang menjadi fokus penelitian, yaitu kesejahteraan sebagai variabel pertama dan profesionalisme mengajar guru sebagai variabel kedua.

  Melengkapi pengertian operasional dari variabel yang digunakan dalam judul penelitian ini, diuraikan pula definisi operasional dari variabel tersebut sebagaimana berikut:

  a. Kesejahteraan untuk memperoleh pengertian pokok tentang kesejahteraan guru, maka penulis menyajikan indikator-indikatornya sebagai berikut:

  1. Kesejahteraan yang berhubungan dengan j asmani (kesejahteraan material)

  • Peningkatan penghasilan PNS
  • Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (TAS
  • Koperasi Pegawai Negeri • Asuransi Kesehatan Pegawai Negeri • Penyediaan rumah

  2. Kesejahteraan yang berhubungan dengan jiwa (kesejahteraan rohani)

  • Kebutuhan akan rasa aman, tentram
  • Kebutuhan akan rasa diterima dan di
  • Kebutuhan akan rasa kasih sayang dan dicintai • Kebutuhan akan mengaktualisasikan diri, berprestasi.

  b. Profesionalisme mengajar guru Untuk mengetahui pengertian profesionalisme mengajar guru, maka penulis menyajikan indikator-indikatornya sebagai berikut:

  • Memikul tugas mendidik yang bebas, berani, dan gembira ( tugas bukanlah beban baginya).
  • Guru merangsang potensi peserta didik dan mengajarnya supaya belajar.

  • Guru tidak membuat peserta didik menjadi pintar, hanya memberikan peluang agar potensi itu ditemukan dan dikembangkan.10 • Guru menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan.
  • Guru mampu menyesuaikan metode mengajar dengan bahan pelajaran.
  • Guru mampu atau menguasai tehnologi pembelajaran.
  • Guru mampu menilai prestasi belajar peserta didik.

  3. Tehnik Pengumpulan Data Ada beberapa tehnik pengumpulan data yang digunakan sesuai dengan tujuan penelitian yang hendak dicapai, yaitu : a. Angket

  Suatu metode melalui pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi responden.11 b. Interview

  Suatu dialog yang dilakukan pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara.12 Digunakan untuk mengetahui sejauhmana tingkat kesejahteraan dan profesionalisme mengajar guru STM Muhammadiyah Salatiga.

  c. Dokumentasi Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang keadaan guru, karyawan, siswa dan hal lain yang berhubungan dengan penelitian ini.

H. Teknik Data

  Sebagaimana dijelaskan diatas, bahwa penelitian ini tergolong jenis penelitian kuantitatif, maka data yang telah diakumulasikan akan diolah dan di kuantitatifkan dengan menggunakan statistik dengan rumus product moment, sebagai berikut:

  n I x y -(X x ) £ y )

  r Keterangan: rxy = Kofisien korelasi variabel x dan variabel y X - Variabel pengaruh

  Y = Variabel terpengaruh

  XY= Perkalian antara variabel X dan variabel Y N = Jumlah sampel.13

  L Sistematika Penulisan Skripsi

  Uraian sistematika ini dalam rangka memudahkan pengkajian isi antara bab satu dengan bab lainnya sehingga akan diperoleh suatu pemahaman, bahwa setiap line mempunyai keterkaitan dan tidak terpisahkan.

  Bab I Pendahuluan, memuat tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis, metode penelitian, analisis data dan sistematika penulisan skripsi. Bab II Kajian Pustaka, menguraikan tentang kesejahteraan guru yang meliputi: pengertian, bentuk kesejahteraan, dan tujuan penerimaan kesejahteraan. Di samping itu dibahas pula tentang profesionalisme mengajar guru yang meliputi pengertian, ciri-ciri guru profesional , faktor yang mempengaruhi profesionalisme, upaya meningkatkan profesionalisme bagi guru, hubungan kesejahteraan terhadap profesionalisme.

  Bab IH Laporan Penelitian, mendiskripsikan tentang sejarah berdirinya STM Muhammadiyah Salatiga, letak geografis, keadaan guru, karyawan dan siswa. Penyajian data, juga data tentang kesejahteraan guru, serta profesionalisme guru dalam mengajar.

  Selanjutnya pada Bab IV Analisis Data berisi tentang pertama; analisis pertama yang memuat tentang data tingkat kesejahteraan guru. Kedua; analisis kedua memuat tentang tingkat profesionalisme guru dalam mengajar.

  Ketiga; analisis ketiga yang berisi uji hipotesis tentang ada tidaknya pengaruh antara tingkat kesejahteraan dengan profesionalisme guru dalam mengajar. Dan juga berisi tentang interpretasi data yang merupakan pengolahan lanjutan dari hasil analisis uji hipotesis.

  Dan yang terakhir Bab V Penutup, penulis menyajikan tentang kesimpulan serta saran-saran , dan diakhiri dengan daftar pustaka juga lampiran- lampiran yang dapat mendukung laporan penelitian ini.

  

BAB n

KAJIAN PUSTAKA

A. Kesejahteraan Guru

  1. Pengertian Kesejahteraan Guru Kesejahteraan berasal dari kata sejahtera yang berarti aman, sentosa, makmur dan selamat (terlepas dari segala macam gangguan). Kesejahteraan berarti keamanan dan keselamatan hidup (kesenangan hidup).1

  Menurut hasil pra-konferensi kelompok keija internasional bidang kesejahteraan sosial XV (pre-conference working committee for the XV th international conference of social welfare), kesejahteraan ialah :

  " social welfare is all the organized arrangement which have as their direct

  and primary objective the well- being o f people in social contect, it includes the broad range o f policies and service which are concerned with various aspect o f people live. Their income, security, health, housing, education, recreation, cultural traditions etc. "2

  Kesejahteraan sosial adalah keseluruhan usaha yang terorganisir dan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat berdasarkan konteks sosialnya yang mencakup kebijakan dan pelayanan yang terkait dengan berbagai kehidupan dalam masyarakat, seperti pendapatan, jaminan sosial, kesehatan, perumahan, pendidikan, rekreasi, tradisi, budaya dan sebagainya.

  Guru merupakan kunci utama pelaksana pendidikan yang akan mengantarkan peserta didik pada perubahan perilaku, kecerdasan dan akan menentukan bangsa pada masa yang akan datang. Menurut A.Samana, guru adalah pelajar seumur hidup.3 Sedangkan menurut Abudin Nata, guru adalah orang yang kerjanya mengajar atau memberikan pelajaran di sekolah. Guru berarti orang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang bertanggung jawab dalam membantu anak mencapai kedewasaan masing- masing.4

  Berdasarkan dua pengertian tentang kesejahteraan dan guru, dapat disimpulkan kesejahteraan guru adalah pemberian kemakmuran hidup kepada orang yang bekeija di lingkungan pendidikan, baik berupa material maupun spiritual sehingga terpenuhi kehidupan yang layak dan lebih baik sebagai timbal balik atau balas jasa dari tanggung jawab yang dipikulnya. Pemenuhan kesejahteraan yang memadai kepada guru akan menambah semangat dalam pekerjaannya, sehingga timbul kesadaran untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya yang ada pada dirinya. Apabila tanggung jawab yang dipikul guru dilaksanakan dengan baik, maka mutu pendidikan mudah dicapai. Oleh karena itu, pihak-pihak penyelenggara pendidikan, baik pemerintah maupun organisasi pendidikan perlu memperhatikan sepenuhnya terhadap martabat dan kepentingan guru.

  2. Bentuk-bentuk Kesejahteraan Ditinjau dari bentuknya, kesejahteraan ada dua macam, yaitu :

  a. Kesejahteraan Material Kesejahteraan material meliputi:

  1. Peningkatan Penghasilan Pegawai Kesejahteraan bagi guru dalam skopa yang luas telah diusahakan secara kontinyu oleh masing-masing unit kerja. Upaya peningkatan penghasilan pegawai atau guru, pemerintah mengadakan perubahan-perubahan terhadap pengaturan gaji pegawai negeri. Hal serupa juga dilaksanakan pada yayasan pendidikan, peningkatan penghasilan guru diatur oleh administrasi yayasan. Secara khusus, pengaturan administrasi penghasilan yayasan pendidikan, dengan mengelompokan guru yang diperbantukan dari pemerintah (DPK), guru tetap yayasan (GTY), dan guru tidak tetap (GTT). Adapun besar kecilnya penghasilan guru biasanya dilihat dari kedisiplinan, pemahaman terhadap materi dan sebagainya.

  Tingkat pendapatan atau penghasilan guru merupakan salah satu faktor penting dan penentu produktifitas. Hal ini berarti apabila pendapatan yang diterima guru dalam jumlah kecil maka sebaliknya apabila pendapatan atau penghasilan yang diterima guru dalam jumlah yang memadai menurut ukuran kebutuhan, maka produktifltas pendidikan di sekolah akan tinggi. Atas dasar itu, sudah menjadi tanggung jawab para kepala/manajer pendidikan, secara cerdas memperhatikan nasib guru dengan meningkatkan kesejahteraannya.

  2. Peningkatan Tabungan Asuransi Pegawai Negeri (TASPEN) Tabungan Asuransi Pegawai Negeri (TASPEN) merupakan tabungan melalui pemotongan sekian persen dari gaji pokok setiap bulan yang besarnya iuran sering mengalami perubahan. TASPEN akan diberikan pada guru waktu berhenti, baik dengan hormat atau tidak hormat. Pegawai negeri atau guru berhak memiliki TASPEN untuk bekal di masa mendatang apabila mereka sudah tidak menjalankan profesinya sebagai guru.

  3. Koperasi Biasanya dalam lembaga pendidikan ada suatu usaha pinjam meminjam yang diadakan oleh para guru dalam upaya memenuhi kebutuhan hidup. Bentuk usaha pinjam meminjam yang dimaksud adalah koperasi. Melalui koperasi, seorang guru dapat mengkonsumsi barang-barang seperti TV, radio, kulkas, VCD player, dan sebagainya. Di samping itu, koperasi menyediakan kredit peminjaman bagi anggotanya yang membutuhkan uang. kebutuhan hidupnya dengan cara mengangsur tiap bulan. Dalam koperasi ini semua guru dan karyawan bisa andil di dalamnya.

  4. Penyediaan Rumah Perhatian pemerintah mengangkat derajat guru menuju kehidupan yang layak melalui penyediaan rumah. Guru yang berminat dengan program ini dengan cara mengangsur dalam waktu cukup lama, tergantung pada usia pegawai negeri atau guru yang bersangkutan. Rumah-rumah ini disediakan bagi guru yang berada di perantauan atau guru yang ditugaskan pemerintah di daerah lain.

  Perumahan ini sangat mendukung sekali bagi guru dalam memenuhi kebutuhannya yang berupa kebutuhan papan atau tempat tinggal, b. Kesejahteraan Rohani

  Kesejahteraan rohani merupakan suatu kondisi seseorang yang merasakan kenyamanan dalam hidup dan terbebas dari tekanan spiritual. Kesejahteraan rohani meliputi:

  1. Rasa Aman dan Tentram Setiap orang pada dasarnya menginginkan hidupnya senantiasa dihiasi dengan ketentraman dan kenyamanan. Seorang guru tentunya menginginkan rasa aman dan tentram dalam melaksanakan tugas, baik lahir maupun batin. Ketentraman batin artinya dalam batin tidak merasakan adanya tekanan baik dari teman seprofesi atau dari pimpinan yayasan yang dapat mengganggu dalam melaksanakan dan ancaman dari bangunan tempat kerja. Tempat keija yang dibangun kokoh dan memperhatikan keselamatan keija dan lingkungannya akan menimbulkan rasa aman selama guru menjalankan tugasnya.

  2. Rasa Diterima dan Diakui Secara kodrati, manusia diciptakan Tuhan mempunyai kedudukan yang sama. Setiap orang dipandang mempunyai harkat dan martabat yang sama, tidak ada tinggi dan rendah. Setiap orang hanya dibedakan berdasarkan fungsi dan tugas yang diembannya. Dengan demikian, sudah menjadi keniscayaan apabila pengakuan dan penerimaan terhadap profesi setiap orang didudukan dalam interaksi sosial.

  Seorang guru akan merasa pribadinya terangkat apabila mendapatkan pengakuan dari pemerintah atau dari yayasan bahwa dirinya sebagai staf pengajar di suatu yayasan atau lembaga pendidikan. Pengakuan terhadap profesi guru dengan cara tidak membeda-bedakan guru tetap di yayasan atau guru honor. Dengan demikian setiap guru akan lebih memusatkan perhatiannya terhadap tugas dan pengabdiannya terhadap profesionalismenya.

  3. Mengaktualisasi Diri Seorang guru yang bekerja keras, rajin dan bertanggung jawab terhadap profesinya dikarenakan adanya dorongan dari dalam dirinya untuk memperoleh atau meraih hasil dan prestasi yang maksimal. Orang yang bekerja keras, rajin, dan berprestasi sudah semestinya memperoleh imbalan atau penghargaan.

  Seiring dengan perputaran zaman, seorang yang berupaya meraih prestasi dan mengembangkan sumber daya yang dimilikinya tidak sekedar dihargai dengan pujian atau dalam wujud piagam, tetapi disertai dengan perhitungan kuantitatif, berupa barang kebutuhan maupun dalam bentuk uang. Aktualisasi seorang guru harus senantiasa dimotivasi, sehingga potensi yang ada benar-benar dikeluarkan secara maksimal, dengan jalan pemerintah maupun yayasan pendidikan memberikan ruang gerak yang luas.

  4. Jaminan Kesehatan Selain kesejahteraan yang berupa material, pemerintah memberikan kesejahteraan rohani berupa jaminan kesehatan. Adanya jaminan kesehatan pegawai atau guru sangat penting karena akan mempengaruhi keija seorang guru dalam meningkatkan produktifitas kerja.

  Langkah yang ditempuh pemerintah memberikan jaminan kesehatan dengan jalan setiap guru diikut sertakan dalam asuransi kesehatan pegawai, baik guru yang masih aktif bertugas maupun yang sudah pensiun. Dana asuransi tersebut diambil dari gaji pokok yang dipotong setiap bulannya. Realisasi dari jaminan kesehatan ini, para

  19 guru dan keluarganya mendapatkan keringanan dalam pemeriksaan kesehatan dan perawatan dokter.3

  Dengan adanya jaminan kesehatan yang diberikan pemerintah kepada para guru, mereka merasa diperhatikan sehingga akan dapat meningkatkan produktifitas keija. Tingkat produktifitas yang tinggi akan mengantarkan pada hasil yang akan dicapai. Dalam dunia pendidikan, maka tujuan pemdidikan, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa akan dapat dicapai.

  5. Jaminan Hari Tua Tunjangan bagi pegawai negeri atau guru disebut pensiun.

  Pensiun merupakan penghargaan yang berupa jaminan di hari tua yang diberikan kepada pegawai negeri atau guru atas jasa-jasanya selama pengabdiannya dalam dinas pemerintah. 5

  6 Jaminan di hari tua ini berupa sejumlah uang yang diberikan kepada pegawai negeri atau keluarganya setiap bulan. Masa pensiun diberikan karena:

  a. telah mencapai masa usia

  b. meninggal dunia karena tugas

  c. keuzuran jasmani atau rohani d. sebab-sebab lain.

  3. Fungsi Kesejahteraan

  a. Untuk menanamkan rasa kesadaran dan tanggung jawab terhadap tugasnya. b. Meningkatkan taraf kehidupan guru untuk menuju hidup yang lebih baik dan layak.

  c. Sebagai dorongan bagi guru baik material maupun spiritual agar lebih bersemangat dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik.

  d. Sebagai bekal untuk menyongsong masa depan dan juga sebagai bekal di masa yang akan datang setelah berhenti dari tugasnya.

  4. Tujuan Pemberian Kesejahteraan Terdapat 3 (tiga) tujuan yang terkait dengan kesejahteraan yaitu:

  a. Tujuan yang Bersifat Kemanusiaan dan Keadilan Sosial Tujuan kesejahteraan ini berakar dari gagasan ideal demokratik mengenai keadilan sosial dimana hal ini berasal dari keyakinan bahwa setiap manusia mempunyai hak yang sama untuk mengembangkan potensi yang mereka miliki.

  b. Tujuan yang Terkait dengan Pengendalian Sosial Tujuan ini berdasarkan pemahaman bahwa kelompok guru yang tidak diuntungkan, kekurangan atau tidak terpenuhi kebutuhannya dapat melakukan serangan terhadap guru yang mapan. Oleh karena itu, kelompok guru tersebut harus berupaya untuk mengamankan diri dari sesuatu yang dapat mengancam kehidupan yang sudah beijalan.

  c. Tujuan yang Terkait dengan Pembangunan Ekonomi7 Tujuan pembangunan ekonomi memprioritaskan pada usaha menjaga, meningkatkan harkat dan martabat guru di masyarakat serta untuk meningkatkan produktifitas guru dalam mengajar. Kesejahteraan sangat penting bagi guru, sebab dengan hal tersebut dapat meningkatkan produktifitas baik hidupnya atau produktiflras pendidikan.

B. Profesionalisme Mengajar Guru

  1. Pengertian Istilah profesionalisme berasal dari profession. Profession mengandung arti yang sama dengan kata occupation atau pekeijaan yang o memerlukan keahlian yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan khusus .

  Profesionalisme berasal dari kata profesi yang berarti bidang pekeijaan yang dilandasi pendidikan keahlian (ketrampilan, kejuruan, dan sebagainya) tertentu.8 9 Menurut Sikun Pribadi

  Profesi itu pada hakekatnya adalah suatu pernyataan atau suatu janji terbuka, bahwa seseorang akan mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau pekeijaan dalam arti biasa, karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekeijaan itu.10

  Profesionalisme adalah kualitas, mutu, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi.11 Hal ini berarti profesionalisme merupakan suatu faham bahwa setiap pekeijaan itu harus dilakukan oleh orang yang profesional. Orang yang profesional adalah orang yang memiliki profesi.

  8 Prof. H. Muzayyin Arifin, M.Ed, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta.2003. him 158

  9 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta,

  Menurut Mukhtar Lutfl ada beberapa kriteria yang harus dimiliki oleh suatu pekerjaan agar disebut sebagai suatu profesi, antara lain : a. Profesi merupakan panggilan hidup yang sepenuh waktu.

  b. Profesi harus dilakukan atas dasar pengetahuan dan kecakapan atau keahlian yang khusus dipelajari.

  c. Profesi merupakan pekerjaan yang dilakukan untuk mengabdikan diri pada masyarakat.

  d. Profesi mempunyai kebakuan yang universal, diantaranya profesi itu dilakukan menurut teori, prosedur, prinsip, dan anggapan dasar yang sudah baku secara universal, sehingga dapat dijadikan pegangan (pedoman) bagi pemberian pelayanan.

  e. Profesi harus memiliki kecakapan diaknotif dan kompetensi aplikatif terhadap orang atau lembaga yang dilayani.

  f. Profesi merupakan pekerjaan yang dilakukan secara otonomi berdasarkan prinsip-prinsip atau norma-norma.

  g. Profesi mempunyai kode etik sebagai pedoman (pegangan) yang diakui dan dihargai oleh masyarakat.

  h. Profesi merupakan pekerjaan untuk melayani klien (orang yang membutuhkan pelayanan).12 Semua pekeija profesional adalah seorang pekeija yang terampil atau cakap dalam kerjanya, biarpun ketrampilan dan kecakapan itu sekedar produk dari minat dan belajar dari kebiasaan.

  Pekeija profesional (termasuk guru) memiliki kriteria sebagai berikut: a. Secara nyata (de facto) dituntut berkecakapan kerja (berkeahlian) sesuai dengan tugas-tugasnya dan tuntutan jabatannya.

  b. Kecakapan (keahlian) seorang pekeija profesional bukan hasil pembiasaan tetapi memiliki pendidikan prajabatan.

  c. Pekeija profesional dituntut berwawasan sosial yang luas.

  d. Pekeija tersebut mencintai profesinya dan memiliki etos kerja yang tinggi.

  e. Jabatan profesional perlu mendapat pengesahan dari masyarakat dan atas negara. 13 Jadi yang dikatakan pekeija profesional adalah seseorang yang sudah dilatih dan dipersiapkan secara khusus untuk melakukan pekeijaan itu.

  Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa profesionalisme adalah mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau orang yang profesional.

  Mengajar adalah memberi pelajaran.14 Mengajar adalah mengatur dan mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga dapat mendorong dan menumbuhkan siswa untuk melakukan kegiatan belajar15.

  Secara lebih luas mengajar diartikan sebagai suatu aktifitas atau upaya menciptakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya kegiatan belajar.

  Menurut William H. Burton mengajar adalah upaya dalam memberi perangsang (stimulus), bimbingan, pengarahan dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar.16

  Jadi profesionalisme mengajar adalah kemampuam seseorang dalam memberikan rangsangan, dorongan, bimbingan dan pengarahan serta memberikan pelajaran atau menanamkan pengetahuan kepada anak didik dengan suatu harapan teijadi proses pemahaman.

  2. Ciri-ciri Guru Profesional Untuk menciptakan sumber daya manusia (siswa) yang berkualitas, guru dituntut untuk menjadi sosok yang profesional. Adapun ciri-ciri guru yang profesional adalah sebagai berikut:

  a. Mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya. Ini berarti bahwa komitmen tertinggi guru adalah kepada kepentingan siswa.

  b. Mengusai secara mendalam bahan/materi pelajaran yang diajarkannya serta cara mengajarkannya kepada para siswa.

  c. Bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai tehnik evaluasi, mulai cara pengamatan dalam perilaku siswa sampai tes hasil belajar.

  25 d. Mampu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari pengalamannya.

  e. Merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya, misalnya di PGRI dan organisasi profesi lainnya17.

  Dengan demikian seorang pendidik profesional adalah seseorang yang memiliki pengetahuan, yang mampu dan siap mengembangkan profesinya, menjadi anggota organisasi profesional pendidikan, memegang teguh kode etik profesinya, ikut seta didalam mengkomunikasikan usaha pengembangan profesi dan bekeija sama dengan profesi lain.

  3. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Profesionalisme

  a. Pendidikan Manusia merupakan mahluk Allah yang paling sempurna yaitu dengan diberi akal untuk berfikir dan mengembangkan potensi-potensi diri. Akal dapat berkembang dengan baik jika memperoleh pendidikan dan latihan-latihan. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al- Mujadillah ayat 11 yang berbunyi:

  l^ciJl ^3 1 ^ 3 J^dlill JL3Ult&gt; j ) ^ j * i £ U l ill J lS lilj ill j s f r ill j ^|i*Jl 1 j j j l ^ j J l j Artinya : Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu:

  berlapang-lapanglah dalam majelis ", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan : " Berdirilah kamu, maka berdirilah ", niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat. 1S Dan Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

  Dengan demikian pendidikan memegang peranan yang sangat penting terhadap perilaku dan sikap seseorang dalam mengartikan perlunya hidup untuk bekeija. Dengan adanya pendidikan (guru) yang berkualitas maka sumber-sumber yang ada dapat dikelola lebih efektif dan efisien.

  b. Sarana dan Prasarana Ketersediaan sarana dan prasarana pada lembaga-lembaga pendidikan dewasa ini ialah sarana dan prasarana yang bersifat manual, sangat sederhana dan mungkin sudah tertinggal. Apabila pada satu lembaga (sekolah) sarana dan prasarana pendidikan yang ada seperti perpustakaan, laboratorium, pusat sumber belajar (PSB) dan perlengkapan yang lain masih kurang, maka akan sangat menghambat tumbuhnya guru yang profesional. c. Motivasi Keberhasilan seseorang dalam menjalankan profesinya sangat dipengaruhi oleh motivasi dalam diri. Orang yang selalu berpandangan bahwa hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini, maka biasanya ia melakukan suatu pekerjaan dengan sungguh-sungguh dikarenakan termotivasi oleh keinginan tersebut.

  d. Gaji (Upah) Hakekatnya seseorang yang bekeija, mengharapkan imbalan yang sesuai dengan pekerjaannya. Karena adanya upah yang sesuai dengan pekeijaannya, maka akan timbul pula rasa gairah kerja yang semakin baik. Dengan terpenuhinya gaji (upah) yang baik, maka rasa kecukupan untuk memenuhi kebutuhan hidup akan semakin terasa. Selain itu guru akan merasa dihargai dan dibutuhkan oleh lembaga pendidikan.

  e. Pengalaman Seorang pendidik yang mempunyai pengalaman dalam profesinya, akan memiliki kompetensi yang lebih besar dibandingkan dengan mereka yang tidak mempunyai pengalaman. Dari pengalaman tersebut digunakan untuk meningkatkan dan mengevaluasi keijanya agar lebih baik dan berhasil dari sebelumnya.

  4. Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru Peningkatan profesionalisme guru dalam mengajar harus dilakukan secara sistematis, yang berarti direncanakan secara matang, dilaksanakan secara taat, dan dievaluasi secara objektif. Menurut Syafruddin Nurdin, ada empat upaya dalam meningkatkan profesionalisme, yaitu : a. Ketersediaan dan mutu calon guru

  Secara jujur kita akui jika melihat ke masa lalu, profesi guru merupakan sesuatu yang tidak membanggakan. Guru identik dengan rakyat kecil yang pas-pasan bahkan serba kekurangan. Guru adalah sebagai profesi yang kurang menjanjikan masa depan. Hal itu masih teijadi sampai saat ini.

  Banyak lulusan SLTA yang melanjutkan ke lembaga pendidikan tenaga kependidikan tetapi belum secara sadar bahwa nantinya mereka akan menjadi tenaga pendidik atau guru. Dengan demikian apabila mereka menjadi guru tentunya dilakukan dengan terpaksa dan tidak sepenuh hati, kurang memahami dan menghayati makna profesi dari keguruan sehingga akan menjadi guru yang tidak bermutu dalam mengajar dan selanjutnya akan berdampak buruk dalam pendidikan.

  b. Pendidikan Pra-jabatan Salah satu ciri pekeijaan bersifat profesional adalah pekerjaan itu dipersiapkan melalui proses pendidikan dan pelatihan secara formal melalui proses pendidikan.19 Implementasi dari ciri tersebut yaitu adanya pendidikan pra-jabatan yang memberikan kepada guru pemilikan kemampuan profesional awal. Pendidikan pra-jabatan guru harus dilaksanakan secara sistematis menyiapkan calon guru untuk memiliki kemampuan profesional.

  Pada pendidikan pra-jabatan, calon guru dididik dengan berbagai pengetahuan, keterampilan, sikap profesional, disiplin dan sikap teliti yang diperlukan dalam pekerjaannya nanti. Pembentukan sikap tersebut tidak mungkin muncul dengan sendirinya, tetapi harus dibina sejak calon guru memulai pendidikannya di lembaga pendidikan keguruan

  Adapun langkah yang diambil untuk mencapai keadaan yang dikehendaki adalah sebagai berikut: 1) . Untuk mengetahui kemampuan profesional, perlu dilakukan penyaringan calon peserta didik pra-jabatan secara efektif, baik dari segi kemampuan potensial, aspek-aspek kepribadian yang relevan maupun motivasi mengikuti pendidikan pra-jabatan keguruan.

  2) . Pendidikan pra-jabatan harus benar-benar dilakukan secara sistematis menyiapkan calon guru untuk menguasai kemampuan profesional.

  Pekerjaan profesional keguruan memerlukan wawasan kependidikan serta pengetahuan dan ketrampilan keguruan.

  Profesi guru adalah jenis pekerjaan yang selama ini diabaikan orang dan terus menerus berada dalam perdebatan, sehingga guru tidak disiapkan secara profesional. Agar guru dapat disiapkan secara profesional, maka penyelenggaraan pendidikan profesi guru dibutuhkan penanganan dengan mekanisme yang lebih cermat, terutama terhadap perilaku mereka sebagai guru. Agar perilaku calon guru dapat dicermati, maka mereka harus diasramakan minimal satu semester bersamaan dengan pada saat mereka mecermati karakteristik siswa, cara-cara mendeteksi kegagalan siswa, cara- cara memberikan bantuan yang tepat, cara memaknakan kurikulum secara proporsional, dan cara-cara memilih dan menyediakan media belajar, serta cara evaluasi belajar mengajar yang mencapai sasaran 20

  Jelaslah bahwa pendidikan pra-jabatan harus diselenggarakan secara optimal dan mantap apabila kita menginginkan jajaran guru terdiri dari tenaga-tenaga profesional dan bermutu.

Dokumen yang terkait

E N G A R U H M O D E L P E M B E L A JA R A N P R O B L E M B A S E D L E A R N IN G D A N M E D IA A N IM A S I G A M B A R T E R H A D A P A K T IV IT A S D A N H A S IL B E L A JA R S IS WA

0 8 19

E N I N G K A T A N H A S I L B E L A J A R M E N U L I S K A L I M A T E F E K T I F D A L A M P A R A G R A F A R G U M E N T A S I M E L A L U I K E G I A T A N P E E R C O R R E C T I O N P A D A S I S W A K E L A S X 1 S M A N E G E R I R A M B I P U

0 2 17

E V A L U A S I T E R H A D A P P E L A K S A N A A N R U JU K A N B E R JE N JA N G K A S U S K E G A WA T D A R U T A N M A T E R N A L D A N N E O N A T A L P A D A P R O G R A M JA M P E R S A L D I P U S K E S M A S K E N C O N G T A H U N 2012

0 2 19

I D E N T I F I K A S I P E N G A R U H L O K A S I U S A H A T E R H A D A P T I N G K A T K E B E R H A S I L A N U S A H A M I N I M A R K E T W A R A L A B A D I K A B U P A T E N J E M B E R D E N G A N S I S T E M I N F O R M A S I G E O G R A F I S

0 3 19

J U R U S A N T A R B IY A H P R O G R A M S T U D I P E N D ID IK A N A G A M A IS L A M S E K O L A H T IN G G I A G A M A IS L A M N E G E R I (ST A IN ) S A L A T IG A

0 0 95

Perpustakaan STAIN Salatiga P E N G A R U H P E M A H A M A N P E N D ID IK A N A G A M A ISL A M T E R H A D A P K E S A L E H A N S O S IA L SIS W A DI S M K N E G E R I 1 S A L A T IG A T A H U N 2007

0 2 127

P E N G A R U H K E D E K A T A N H U B U N G A N M A H A S IS W A D E N G A N D O SE N T E R H A D A P O B J E K T IV IT A S P E N IL A IA N D O S E N P R O G R A M S T U D I P E N D ID IK A N A G A M A ISL A M S T A IN S A L A T IG A T A H U N A K A D E

0 1 111

JU R U S A N T A R B IY A H PR O G R A M S T U D I P E N D ID IK A N A G A M A ISLA M SE K O L A H T IN G G I A G A M A ISLA M N E G E R I (ST A IN ) SA L A T IG A 2 6

0 1 123

JU R U S A N T A R B IY A H PR O G R A M ST U D I P E N D ID IK A N A G A M A ISLAM SE K O L A H T IN G G I A G A M A ISLA M N E G ER I SA L A T IG A

0 0 91

J U R U S A N TARBIYAH PR O G R A M S T U D I P E N D ID IK A N A G A M A ISL A M SE K O L A H T IN G G I A G A M A ISLA M N E G E R I SALATIGA

0 0 69